Anda di halaman 1dari 99

1

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktik ini dengan tepat waktu.

Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan

laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada

baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menantikan

syafa`atnya diakhirat nanti.

Adapun tujuan penyusunan laporan ini, sebagai salah satu bentuk syarat

untuk menempuh ujian, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam

meningkatkan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak mungkin

terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari

berbagai pihak selama penyusunan laporan ini. Saya mengucapkan banyak terima

kasih kepada orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi serta

selalu mendengarkan seluruh keluh kesah saya, kepada kepala instasi, pegawai,

dan kepala ruangan yang telah bersedia menerima kami serta memberikan banyak

sekali pengalaman dan hal baru yang belum tentu didapat diluar, kepada guru

pembimbing yang selalu sabar dalam membimbing kami sehingga laporan ini

dapat terselesaikan dengan baik, tak lupa juga kepada kepala sekolah dan bapak

ibu guru yang telah banyak memberikan motivasi kepada saya.


2

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka

dari itu saya membutuhkan kritik dan saran yang membangun, semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan

Gorontalo, April

2023

Penulis m
3

DAFTAR ISI
4

DAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR TABEL


5

LAMPIRAN
6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut sejarah, perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi

oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.

Kepercayaan terhadap anismisme penyebaran agama-agama besar di dunia

serta gerakan reformasi. Asuhan keperawataan pada zaman dahulu

diberikan atas dasar naluri sebagai ungkapan kasih sayang seorang ibu

kepadda keluarganya yang sakit. Namun sekarang perkembangan

keperawatan terus mengalami perubahan pelayanan keperawatan yang

dulunya bersifat pelayanan vokasional atau tradisonal sekarang mulai

dikaji, dipelajari dan dikembangkan atas dasar kaidah – kaidah ilmiah

mendasari ilmu keperawatan, sebab ilmu keperawatan merupakan ilmu

terapan dari sintesis dari ilmu – ilmu dasar dan ilmu keperawatan

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan

kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan imu yang

dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan ( UU

Kesehatan No.23, 1992 ). Perawatan adalah pelayanan esensial yang

diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat.

Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan

semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam

menjalankan kegiatan dibidang promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitative. Dalam melakukan praktik keperawatan perawat harus


7

memiliki pemahaman yang sama terhadap hakikat keperawatan sebagai

profesi. Dalam hal ini perawat dituntut melaksanakan peran dan fungsinya

sesuai harapan profesi keperawatan dan masyarakat sebagai pengguna jasa

pelayanan keperawatan melalui asuhan keperawatan dan proses

keperawatan. Proses keperwatan merupakan metode dimana suatu konsep

diterapkan dalam praktik keperawatan.

Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang

merupakan suatu modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh metode

ilmiah yaitu metode yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan

interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Proses

keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian keperawatan, diagnose

keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan oleh SMK

merupakan kesempatan yang baik untuk para peserta didik agar dapat

memanfaatkan fasilitas praktek tersebut dengan seoptimal mungkin.

Namun hal tersebut harus diimbangi dengan kesungguhan siswa dalam

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) sengan ilmu yang didapat

didalam dunia lapangan dapat dipahami dan diterapkan dengan baik

sehingga siswa dapat memiliki kesiapan kerja.

Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada

semua mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam

tindakan yang sesungguhnya(Emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak


8

hanya menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari

kampus(Munthe, 2009).Praktik klinik harus dimanfaatkan dengan baik

sehingga mahasiswa memiliki kemampuan untuk berhubungan

langsung ke dalam masalah nyata tersebut(Syahreni & waluyanti,

2007). Lingkungan belajar klinik yang kondusif merupakan wadah atau

tempat yang dinamis tempat dengan sumberdaya yang dinamis bagi

para mahasiswa, lingkungan klinik yang dipilih penting untuk

mencapaiobjektifdan tujuan praktek klinik dalam sebuah program

pendidikan keperawatan (Emilia, 2008).

Menurut World Health Organization ( WHO ) Batu kandung

empedu atau cholelithiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat bentukan

batu empedu pada kandung empedu. Adapun batu empedu juga bisa

terjadi di dalam saluran empedu, sebagian besar batu empedu berasal dari

endapan kolesterol yang mengeras menjadi bentukan batu. Kondisi

tersebut terkadang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik tetapi juga

dapat menimbulkan gejala atau simptomatik baik ringan sampai dapat

menyebabkan gejala berat sehingga diperlukan upaya penanganan segera

untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi.

Cholelitiasis merupakan kondisi yang paling banyak ditemukan.

Kondisi ini menyebabkan 90% penyakit empedu, dan merupakan

penyebab nomor lima perawatan di rumah sakit pada usia muda.

Choleltiaisis biasanya timbul pada orang dewasa, antara usia 20-50

tahun dan sekitar 20% dialami oleh pasien yang berumur diatas 40
9

tahun. Wanita berusia muda memilikiresiko 2-6 kali lebih besar

mengalami cholelitiasis. Cholelitiasis mengalami peningkatan seiring

meningkatnya usia seseorang.

Sedangkan kejadian cholelitiasis di negara Asia 3%-15% lebih

rendah dibandingan negara barat. Di Indonesia, cholelitiasis kurang

mendapat perhatian karena sering sekali asimtomatik sehingga sulit di

deteksi atau sering terjadi kesalahan diagnosis. Penelitian di Indonesia

pada Rumah Sakit Columbia Asia Medan sepanjang tahun 2011

didapatkan 82 kasus cholelitiasis (Ginting, 2012).

Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di

klinis, sementara publikasi penelitian tentang cholelitiasis masih

terbatas. Berdasarkan studi kolesitografi oral didapatkan laporan angka

insidensi cholelitiasis terjadi pada wanita sebesar 76% dan pada laki-laki

36%dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar pasien dengan batu

empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu

untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun

demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik

yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan

terus meningkat (Cahyono,2014).

Kurang lebih 50% penderita cholelitiasis tidak memiliki dan

menunjukan keluhan, danhampir 30% penderita cholelitiasis mengalami

gejala nyeri dan 20% berkembang menjadi komplikasi penyakit. Tetapi

saat penderita cholelitiasis mengalami serangan nyeri colic yang spesifik


10

akan beresiko menimbulkan masalah dan penyakit (Sudoyo,2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ndraha (2014)

didapatkan hasil sebanyak 87 pasien didiagnosis cholelitiasis dengan

rentang usia 45,6. Prevalensi pada pasien perempuan lebih banyak

daripada laki-laki. (54,47) dengan usia rata-rata 40 tahun (80,46%).

Sejumlah 68,97 merupakan pasien di ruang rawat inap.

Saat ini penderita cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat

karena perubahan gaya hidup seperti orang-orang barat yang suka

mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan

karena timbunan lemak dan menjadikan pemicu terjadinya cholelitiasis.

Tetapi jumlah secara pasti berapa banyaknya penderita batu empedu

belum diketahui karena belum ada studi mengenai hal tersebut

(Djumhana, 2010).

Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelitiasis

adalah faktor keluarga, tingginya kadar estrogen, insulin, dankolesterol,

penggunaan pil KB, infeksi, obesitas, gangguan pencernaan, penyakit

arteri koroner, kehamilan, tingginya kandung lemak dan rendah

serat, merokok, peminum alkholol, penurunan berat badan dalam waktu

yang singkat, dan kurang berolahraga ( Djumhana,2010 )

Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau

menyebabkan terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat

yang semakin meningkat terutama masyarakat dengan ekonomi

menengah keatas lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji dengan


11

tinggi kolesterol sehingga kolesterol darah berlebihan dan

mengendapdalam kandung empedu dan menjadi kantung empedu dan

dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang akibat dari salah

konsumsi makanan sangat berbahaya untuk kesehatan

mereka(Haryono,2012).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Cholelitiasis?

2. Apa penyebab terjadinya Cholelitiasis?

3. Bagaimana mekanisme dan gejala awal Cholelitiasis?

4. Bagaimana proses penyembuhan dari Cholelitiasis?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan akhir praktek klinik: pada akhir kegiatan, siswa diharapkan

dapat menjadi terampil dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam

pelayanan asuhan keperawatan.

1. Siswa dapat mencuci tangan medical (mencuci medical/biasa dan

mencuci surgical/steril)

2. Siswa dapat menyiapkan tempat tidur tertutup dan terbuka

3. Siswa dapat memindahkan pasien ( kereta ke tempat tidur, kursi roda ke

tempat tidur, tempat tidur ke kursi roda, dan tempat tidur ke kereta )

4. Siswa dapat melakukan personal hygine pasien ( memandikan pasien,

merapikan pasien, merawat rambut pasien, dan memotong kuku )

5. Siswa dapat melakukan pengukuran tanda – tanda vital melalui


12

pengukuran tekanan darah, menghitung pernapasan dan denyut nadi,

mengukur suhu serta menimbang berat badan dan mengukur tinggi

badan )

6. Siswa dapat menjelaskan pemberian medikasi kepada pasien

7. Siswa dapat melaksanakan prosedur kesehatan keselamatan kerja

ditempat kerja

8. Siswa dapat melaksanakan mobilisasi pasif terhadap klien / pasien

9. Siswa dapat menunjukkan kemampuan mengasuh sesuai dengan tingkat

perkembangan

10. Siswa dapat membantu/observasi pemberian nutrisi ( oral, NGT dan

parenteral )

11. Siswa dapat menunjukan kemampuan melaksanakan komunikasi

terapeutik

12. Siswa dapat membantu / melaksanakan pemenuhan kebutuhan eliminasi

13. Siswa dapat memberikan penyuluhan kesehatan

14. Siswa dapat mengobservasi/melaksanakan perawatan luka

15. Siswa dapat melaksanakan prosedur pemenuhan oksigenasi

16. Siswa dapat melaksanakan perawatan jenazah

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi penyakit Cholelitiasis

2. Untuk mengetahui penyebab penyakit Cholelitiasis

3. Untuk mengetahui mekanisme dan gejala penyakit Cholelitiasis

4. Untuk mengetahui proses penyembuhan penyakit Cholelitiasis


13

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Medis

2.1.1 Definisi Penyakit

Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat

ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu,

atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu

kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu (Wibowo, 2010).

Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas ginjal

kanan, kolon, lambung, pankreas, dan usus serta tepat di bawah

diafragma. Hati dibagi menjadi lobus kiri dan kanan, yang berawal di

sebelah anterior di daerah kandung empedu dan meluas ke belakang

vena kava. Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh hati serta

saluran empedu dan kandung empedu. Pembentukan dan ekskresi

empedu merupakan fungsi utama hati(Wibowo, 2010).

Kandung empedu adalah sebuah kantung terletak di bawah

hati yang mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai ia

dilepaskan ke dalam usus. Kebanyakan batu duktus koledokus

berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada juga yang terbentuk

primer di dalam saluran empedu.

Batu empedu bisa terletak didalam saluran empedu jika

empedu mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran.

Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi


14

hebat saluran empedu (kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat,

maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan infeksi

di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan

menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.

Adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan dinding kandung

empedu, sehingga menyebabkan terjadinya statis dan dengan demikian

menaikkan batu empedu. Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari

makanan. Infeksi bisa merambat ke saluran empedu sampai ke kantong

empedu. Penyebab paling utama adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar

tanpa terasa menyebabkan peradangan pada saluran dan kantong empedu

sehingga cairan yang berada di kantong empedu mengendap dan

menimbulkan batu. Infeksi tersebut misalnya tifoid atau tifus. Kuman tifus

apabila bermuara di kantong empedu dapat menyebabkan peradangan lokal

yang tidak dirasakan pasien, tanpa gejala sakit ataupun demam. Namun,

infeksi lebih sering timbul akibat dari terbentuknya batu dibanding

penyebab terbentuknya batu.

2.1.2 Etiology

Menurut Cahyono 2014 etiologi Kolelitiasis yaitu:

1. Supersaturasi kolesterol secara umum komposisi

Komposisi cairan empedu yang berpengaruh terhadap

terbentuknya batu tergantung keseimbangan kadar garam empedu,

kolesterol dan lesitin. Semakin tinggi kadar kolesterol atau semakin

rendah kandungan garam empedu akan membuat keadaan didalam


15

kandung empedu menjadi jenuh akan kolesterol (Supersaturasi

kolesterol).

2. Pembentukan inti kolesterol

Kolesterol diangkut oleh misel (gumpalan yang berisi

fosfolipid, garam empedu dan kolesterol). Apabila saturasi,

Kolesterol lebih tinggi maka ia akan diangkut oleh vesikel yang

mana vesikel dapat digambarkan sebagai sebuah lingkarandua

lapis. Apabila konsentrasi kolesterol banyak dan dapat diangkut,

vesikel memperbanyak lapisan lingkarannya, pada akhirnya dalam

kandung empedu, pengangkut kolesterol, baik misel maupun

vesikel bergabung menjadi satu dan dengan adanya protein musin

akan membentuk kristal kolesterol, kristal kolesterol terfragmentasi

pada akhirnya akan dilem atau disatukan.

3. Penurunan fungsi kandung empedu

Menurunnya kemampuan menyemprot dan kerusakan

dinding kandung empedu memudahkan seseorang menderota batu

empedu, kontraksi yang melemah akan menyebabkan statis

empedu dan akan membuat musin yang diproduksi dikandung

empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu

tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin

kental dan semakin pekat sehingga semakin menyukitkan proses

pengosongan cairan empedu. Beberapa keadaan yang dapat

mengganggu daya kontraksnteril kandung empedu, yaitu :


16

hipomotilitas empedu, parenteral total (menyebabkan cairan asam

empedu menjadi lambat), kehamilan, cedera medula spinalis,

penyakit kencing manis.

Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu

empedu di golongkankan atas 3 (tiga) golongan. (Sylvia and Lorraine,

2006)

1. Batu kolesterol

Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih

dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah

kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol). Untuk

terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :

a. Supersaturasi kolesterol

Ketika kadar kolesterol berlebihan dan tidak dapat diproses

secara normal oleh cairan empedu maka akan mengendap membentuk

kristal di kantung empedu. Seiring dengan waktu kristal tersebut akan

mengeras dan membentuk batu empedu.

b. Hipomotilitas kandung empedu

Hipomotitilitas adalah gangguan kontraktilitas kantung empedu

c. Nukleasi atau pembentukan nidus cepat

Nukleasi adalah tahap pertama pembentukan fase termodinamika

baru maupun struktur baru melalui swapemasangan atau


17

swapengorganisasian.

2. Batu pigmen

Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang

mengandung <20% kolesterol. Jenisnya antara lain:

a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)

Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan

dan mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.

Batu pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan

infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan oleh adanya

disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit.

Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim

B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi

bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin

menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang

dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri

dan terbentuknya batu pigmen cokelat.umumnya batu pigmen

cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu yang

terinfeksi.

b. Batu pigmen hitam.

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk,

seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak

terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak


18

ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis

hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat

polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini belum

jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung

empedu dengan empedu yang steril.

3. Batu campuran

4. Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung

20-50% kolesterol.

2.1.3 Patofisiologi

Penyebab yang jelas belum diketahui pada kasus ini tetapi ada

beberapa faktor etiologi yang dapat diidentifikasi anatara lain :

a. Faktor metabolik

Cairan empedu mengandung air, HCO3, pigmen

empedu, garam empedu dan kolestrol yang tinggi dalam

cairan empedu memungkinkan terbentuknya batu. Tidak

dijumpai kolerasi darah dan kolestrol empedu.

b. Statis bilier

Stagnasi cairan pada empedu menyebabkan air ditarik ke

kapiler, sehingga garam empedu menjadi lebih banyak

yang akan mengubah kelarutan kolestrol.

c. Peradangan

Karena proses peradangan, kandung empedu menjadi


19

berubah, sehingga keasaman cairan empedu bertambah

dan daya laru kolestrol menjadi menurun.

Dampak cholelitiasis terhadap fungsi pencernaan

tergantung pada besarnya batu dan lokasi batu. Bila besarnya batu

menghambat sirkulasi dan penekanan pada jaringan maka akan

dijumpai manifestasi klinis akibat spasme duktus dan gangguan

pencernaan akibat cairan empedu yang tidak mengalir ke

duodenum.

1) Bilirubin terkonjugasi akan meningkat dalam darah

diakibatkan oleh absorsi cairan empedu oleh kapiler darah

sebagai dampak adanya obstruksi. Ikterus akan timbul

2) Cairan empedu tidak masuk ke duodenum, menyebabkan

gangguan ingesti dan absorpsi khususnya lemak dan vitamin

yang larut dalam lemak. Dingesti dan absorbsi karbohidrat dan

lemak berkurang maka akaan menyebabkan neunasa, muntah,

diare, distensi abdomen.


20

Pathway

Gambar 2.1 Pathway Fisiology Cholelitiasis


21

2.1.4 Manifestasi Klinik

Gejala klinik kolelitiasis bervariasi dari tanpa gejala hingga

munculnya gejala. Lebih dari 80% batu kandung empedu memperlihatkan

gejala asimptomatik (pasien tidak menyadari gejala apapun). Gejala klinik

yang timbul pada orang dewasa biasanya dijumpai gejala:

1. Nyeri pada perut kanan atas

2. Dispepsia non spesifik

3. Mual, muntah

4. Demam

2.1.5 Therapy / Penatalaksaan atau tindakan

Penatalaksaan dari penyakit cholelitiasis bisa dilakukan dengan

dua cara yaitu non bedah dan bedah.

a. Non bedah

1. Perubahan pola makan dengan menghindari atau mengurangi

makanan berlemak.

2. Lisis batu, pelarutan batu dengan menggunakan metlit butil

eter.

3. Litrotipasi, pemecahan batu empedu denagan menggunakan

gelombang kejut dari perangkatelektromagnetik, yaitu ESW

(Extraporall Sbock Wave Litotripsy)

4. Endoscopy ERCP.
22

b. Bedah

Gambar 2.2 Operasi Cholelistectomy Laparoskopi

Penatalaksanaan bedah ini dilakukanan dengan mengangkat

kandung empedu atau kolesistektomy. Dilakukan jika batu kandung

empedu menyebabkan serangan nyeri berulang-ulang, meskipun telah

dilakukan perubahan sebagaimana pada penatalaksanaan nonbedah seperti

uraiain sebelumnya(Naga, 2013).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi

Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral

sebagai prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat

dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada

penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping itu, pemeriksaan

USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini akan

memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa

pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam

keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada

gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat


23

mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus

yang mengalami dilatasi.

2. Kolesistografi

Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila

hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk

mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung

empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,

berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak

digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat

menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang

mengalami obstruksi.

3. Sonogram

Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah

dinding kandung empedu telah menebal.

4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)

Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara

langsung yang hanya dapat dilihat pada saat laparatomi.

Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang

fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars

desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus

serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke

dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di

duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi percabangan


24

bilier.

5. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kenaikan serum kolesterol.

2. Kenaikan fosfolipid.

3. Penurunan ester kolesterol.

4. Kenaikan protrombin serum time.

5. Kenaikan bilirubin total, transaminase (Normal < 0,4 mg/dl).

6. Penurunan urobilirubin.

7. Peningkatan sel darah putih: 12.000 - 15.000/iu (Normal : 5000

- 10.000/iu).

8. Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada

batu di duktus utama (Normal: 17 - 115 unit/100ml).

2.1.7 Komplikasi

Adapun jenis komplikasi sebagai berikut:

a. Kolesistis

Kolesistitis adalah Peradangan kandung empedu,

saluran kandung empedu tersumbat oleh batu empedu,

menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.

b. Kolangitis

Kolangitis adalah peradangan pada saluran

empedu, terjadi karena infeksi yang menyebar

melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah


25

saluran-saluran menjadi terhalang oleh sebuah batu

empedu.

c. Hidrops

Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat

menimbulkan hidrops kandung empedu. Dalam

keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan

sindrom yang berkaitan dengannya. Hidrops

biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus

sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada

kandung empedu yang normal. Kolesistektomi

bersifat kuratif.

d. Empiema

Pada empiema, kandung empedu berisi

nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa

dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Cholelitiasis


1. Pengkajian :

a. Identitas Pasien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal,

tempat tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis

biasanya ditemukan pada 20 -50 tahun dan lebih sering terjadi

anak perempuan pada dibanding anak laki – laki (Cahyono,


26

2015).

b. Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh

klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien

rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan

mual muntah.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang :

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui

metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus

utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu

bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu

nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang

bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa

nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan

nyeri tersebut.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu :

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau

pernah memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

3) Riwayat kesehatan keluarga :

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah

menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak

menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok


27

manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang

tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis

mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa

riwayat keluarga.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

a) Penampilan umum

Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien

b) Kesadaran

Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas

keadaan klien

c) Tanda – tanda vital

Mengkaji tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi

nafas, suhu dan saturasi oksigen ( Spo2 )

2) Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1. Kulit

Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi,

bintik–bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna,

bentuknya ada cairan atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik

atau tidak..

2. Kepala

Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut

biasanya ubun-ubun cekung, rambut kering.


28

3. Wajah

Pucat

4. Mata

Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya

nampak edema pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil

anisokor, dan skelera anemis.

5. Telinga

Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada

serumen atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi

adanya nyeri tekan atau tidak.

6. Hidung

Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,

perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping

hidung atau tidak dan nyeri tekan.

7. Mulut

Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan

stomatitis. Langit– langit keras (palatum durum) dan lunak,

tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret, kesimetrisan

bibir dan tanda–tanda sianosis.

8. Dada

Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah


29

bunyi napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels),

adakah bunyi jantung tambahan seperti (mur mur), takipnea,

dispnea, peningkatan frekuwensi, kedalaman (pernafasan

kusmaul).

9. Abdomen

Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya

nyeri tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan

bunyi bising usus, palpasi seluruh kuadran abdomen.

Biasanya pada Kolelitiasis terdapat nyeri pada perut

bagian kanan atas.

10. Genetalia dan rectum

a. Lubang anus ada atau tidak

b. Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi

hipospadia atau epispadia, adanya edema skrotum atau

terjadinya hernia serta kebersihan preputium.

c. Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau

massa, labia mayora menutupi labia minora, lubang

vagina, adakah secret atau bercak darah.

11. Ekstremitas

Inspeksi pergerakan tangan dan kaki, kaji kekuatan

otot, palpasi ada nyeri tekan, benjolan atau massa.

e. Pola Aktivitas
30

1) Nutrisi

Dikaji tentang porsi makan dan nafsu makan

2) Aktivitas

Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan

aktivitas dan anjuran bedrest

3) Aspek psikologis

Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan

suasana hati.

4) Aspek penunjang

a) Hasil laboratorium ( Bilirubin, amylase serum

meningkat )

b) Obat-obatan serta terapi sesuai dengan anjuran

dokter

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses inflamasi,

prosedur bedah, infeksi.

2) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kurang asupan makanan

4) Hipertermi b.d infeksi pada kandung empedu.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar


31

informasi.

6) Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan.

3. Perencanaan Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus,

proses inflamasi, prosedur pembedahan.

Intervensi

1. Melakukan pengkajian secara komperhensif, observasi dan

catat lokasi, beratnya (skala 1-10) dan karakteristik nyeri

(menetap, hilang timbul).

R/ untuk mengetahui tingkat nyeri yang di rasakan sangat

penting karena dapat membantu menentukan intervensi yang

tepat.

2. Observasi tanda - tanda vital tiap 8 jam.

R/ untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital terutama

suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan

nyeri yang di alami oleh klien.

3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien beristirahat

dengan tenang.

4. Beri posisi yang nyaman.

R/ posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada

area nyeri.
32

5. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi.

R/ teknik relaksasi dapat membuat klien merasa nyaman dan

distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri

sehingga dapat mengurangi nyeri yang di rasakan.

6. Kolaborasi dengan dokter pemberrian terapi secara

farmakologis.

R/ obat-obat analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga

nyeri tidak dapat dipersepsikan.

2) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

Intervensi

1. Kaji input dan output cairan.

R/ pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan

evaluasi.

2. Timbang BB setiap hari.

R/ penuruna BB dapat terjadi karena muntah berlebihan.

3. Beri cairan intervena yang terdiri dari glukosa, elektrolit dan

vitamin.

R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki

keseimbangan asam basa.

4. Anjurkan untuk minum air dengan perlahan.


33

R/ pemberian cairan sesuai dengan toleransi klien.

3) Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh

b/d ketidakmampuan makan

Intervensi

1. Catat status nutrisi pasien, BB, integritas mukosa oral,

kemampuan menelan, tonus otot, mual muntah.

R/ dapat menentukan intervensi yang tepat.

2. Perhatikan diet.

R/ membantu mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.

3. Awasi masukan serta BB secara periodic.

R/ mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

4. Beri makanan dalam porsi sedikit

R/ merangsang nafsu makan.

5. Beri makanan dengan cara yang menarik.

R/ meningkatkan keinginan untuk makan.

4) Hipertermi b.d proses infeksi pada kandung empedu

Intervensi

1. Lakukan kompres hangat pada area ketiak atau

lipatan paha.

R/ untuk melepaskan panas melalui konveksi.

2. Anjurkan pasien mengenakan pakaian tipis.


34

R/ agar panas dapat dilepaskan melalui evaporasi.

3. Anjurkan pasien minum sebanyak mungkin air jika tidak di

kontra indikasikan.

R/ agar mengganti cairan yang hilang karena panas.

4. Pantau suhu tubuh setiap 30 menit – 1 jam, nadi frekuensi

napas, dan tekanan darah.

R/ agar dapat meyakinkan perbandingan data yang

akurat

5) Kurang pengetahuan berhubungan kurang terpapar

informasi

Intervensi

1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya.

R/ untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang

penyakitnya.

2. Jelaskan proses penyakit (tanda dan gejala).

R/ agar klien dapat mengerti proses penyakit yang di alaminya.

3. Jelaskan program pengobatan alternatif.

R/ agar klien dapat mengetahui pengobatan yang dapat di

lakukan.

4. Instruksikan kapan harus ke pelayanan kesehatan.

R/ agar klien dapat pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan.


35

5. Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit,

prosedur perawatan dan cara pengobatan.

R/ mengevaluasi kembali pemahaman klien.

6) Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan

Intervensi

1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.

R/ untuk mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi.

2. Observasi vital sign

R/ perubahan vital sign merupakan satu indikator dan

terjadinya proses infeksi dalam tubuh.

3. Observasi kulit yang mengalami kerusakan(luka, garis

jahitan), alat infasif (infus, kateter).

R/ deteksi dini perkembangan infeksi.

4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik.

R/ antibiotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri

sehingga proses infeksi tidak terjadi.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang merupakan komponen dari proses

keperawatan adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti


36

komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian,

dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin

dimulai secara langsung setelah pengkajian. (Potter & Perry, 2005)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir

yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan

melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi

menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari

siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali

dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassesment) secara

umum evaluasi ditunjukan untuk :

1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan

2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum

3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

tercapai. (Asmadi, 2008).

Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan

tindakan, mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilakukan, dan

biasanya berupa catatan perkembangan. Evaluasi sumatif : menggunakan

rekapan terakhir secara paripurna, menggunakan catatan naratif, dan pada

saat pasien pulang atau pindah


37

BAB III
TINJAUAN LOKASI PRAKTIK KLINIK

3.1. Waktu dan Tempat


Waktu kegiatan praktik klinik ini dilangsungkan selama 2 bulan sejak

tanggal 24 Janurari 2023 sampai tanggal 18 Maret 2023, dilangsungkan pada

2 tampat yakni gelombang pertama pada Puskesmas Dumbo Raya pada

tanggal 24 Januari 2023 sampai tanggal 17 Februari dan gelombang ke 2 di

RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo pada tanggal 20 Februari 2023

sampai tannggal 18 Maret 2023

3.2. Profil lokasi praktik klinik


3.2.1. Puskesmas Dumbo Raya

a.) Lokasi

Gambar 3.1 Puskesmas Dumbo Raya

Puskesmas Dumbo Raya terletak di wilayah kelurahan Talomolo

Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo sejak tahun 2013. Dengan luas

wilayah dataran rendah 60% dan dataran tinggi 40%. Batas wilayah

sebelah utara berbatasan dengan Kec. Timur, sebelah timur berbatasan


38

dengan Kab. Bone Bolango, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk

Tomini, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Selatan.

a. Staf

Ketenagaan Dokter 2 orang, Bidan Koordinator 1 orang, Bidan

Kelurahan 10 orang, Bidan Puskesmas 3 orang, Perawat 8 orang, Perawat

di Pustu 3 orang, Perawat Gigi 1 orang, Apoteker 2 orang, Nutrionist : 4

orang, Petugas Laboratorium 1 orang, Tenaga Administrasi : 5 orang,

Sopir 1 orang, Cleaning Servis 1 Orang.

b. Operasional

Memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat Puskesmas

Dumbo Raya menetapkan prosedur pelayan yang sederhana mungkin

sehingga tidak berbelit-belit dan tidak membingungkan pelanggan. Semua

persyaratan, alur pelayanan, rincian biaya, waktu yang dibutuhkan untuk

pelayan tertuang dalam surat keputusan Kepala Puskesmas Dumbo Raya

tentang standar pelayanan publik.

c. Visi Misi

Visi; Visi yakni Puskesmas merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang mempunyai peran untuk memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya, dan membina masyarakat dalam bidang kesehatan.


39

Misi; Misi yakni meningkatkan kualitas manajemen pelayanan

kesehtan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pelayan kesehatan

dan meningkatkan Keterampilan dan Profesinalisme Tenaga Kesehatan

b.) Struktur Organisasi Puskesmas Dumbo Raya

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Puskesmas Dumbo Raya


40

c.) Alur Pelayanan Puskesmas Dumbo Raya

Gambar 3.3 Alur Pelayanan Puskesmas Dumbo Raya

3.2.2. RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe

a.) Lokasi

Gambar 3.4 RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe


41

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. dr. Aloei Saboe,

dibangun pada 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929. Rumah sakit ini

beralamatkan di Jl. Taman Pendidikan, Kelurahan Wongkaditi Timur,

Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo.

a. Staf

Gambar 3.5 Daftar Tabel Kepegawaian RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe

b. Operasional

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe adalah

merupakan salah satu Lembaga Teknis Daerah di lingkungan Pemerintah

Kota Gorontalo sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 13

Tahun2008. Sebagai Rumah Sakit Type B Non Kependidikan RSUD Prof.


42

Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo menjalankan Tugas Pokok dan Fungsi

sebagai berikut :

Tugas Pokok

Melaksanakan sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan

dibidang Pelayanan kesehatan, bidang Keperawatan, bidang Umum

Kepegawaian, bidang Perencanaan dan bidang Keuangan

Fungsi

1. Pelayanan Medis.

2. Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis.

3. Pelayanan dan asuhan keperawatan.

4. Pelayanan rujukan.

5. Pendidikan dan Pelatihan.

6. Penelitian dan pengembangan.

7. Pelayanan administrasi umum dan pengembangan


43

c. Visi dan Misi

Gambar 3.6. Visi dan Misi RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe

b.) Struktur Organisasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe

Gambar 3.7 Struktur Organisasi RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe


44

c.) Alur Pelayanan RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe

Gambar 3.8 Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan

Gambar 3.9 Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap


45

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Keterampilan Dasar Yang Dilakukan
a) Puskesmas Dumbo Raya

1. Mencuci dan Mengsterilkan Alat Medis

Gambar 4.1 Mencuci dan Mengsterilkan Alat Medis

a. Definisi

Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan

apatogen beserta sporanya pada peralatan perawatan dan

kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi atau

menggunakan bahan kimia.

b. Tujuan

Untuk menjamin kualitas alat kesehatan, laboratorium dan

linen dalam keadaan steril.

c. Prosedur Kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Sterilisator kering yang terhubung dengan aliran listrik 1 buah.


46

2. Sterilisator basah atau autoclave 1 buah.

3. Sterilisator panas kering ( OVEN )

4. Larutan hypochlorite/klorin 0,5%.

5. Sarung tangan 1 pasang.

6. Sikat

7. Baskom

8. Handuk kering

Langkah-langkah :

a) Dekontaminasi

1) Memakai sarung tangan (Lihat SOP Memakai dan

Melepas Handscoen).

2) Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan

klorin 0,5 % dengan cara : Mencampur 1 sendok

makan kaporit dengan 1 liter air.

3) Mengaduk larutan sampai terlarut.

1) Memasukkan alat – alat kesehatan yang sudah

terpakai dan bisa digunakan lagi kedalam bak

perendaman dengan cara :

2) Memasukan satu persatu alat kesehatan kedalam

bak perendaman klorin 0,5% dengan korentang.

3) Biarkan selama kurang lebih 10 menit.

b) Pencucian dan pembilasan

1) Membuka kran air dengan cara memutar searah jarum


47

jam (model kran bukan putaran) dengan tangan kanan.

2) Mengambil peralatan bekas pakai yang sudah

didekontaminasi (hati- hati bila memegang peralatan

yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit). Agar tidak

merusak benda – benda yang terbuat dari plastik atau

karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan

dari logam atau kaca.

3) Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang

berbeda caranya dengan mengambil satu persatu alkes

atau peralatan laboratorium yang sudah

didekontaminasi dengan korentang.

4) Mencuci dengan hati-hati semua benda tajam atau yang

terbuat dari kaca dengan cara : Menggunakan sikat

dengan air dan sabun untukmenghilangkan sisa darah

dan kotoran dengan cara : menyikat dengan perlahan,

searah dan berulang-ulang di bawah air mengalir

sampai sisa darah dan kotoran bersih di semua

permukaan.

5) Memasukkan alat – alat kesehatan yang sudah terpakai

dan bisa digunakan lagi kedalam bak

perendaman dengan cara :

6) Memasukan satu persatu alat kesehatan kedalam bak

perendaman klorin 0,5% dengan korentang.


48

7) Biarkan selama kurang lebih 10 menit.

c) Pencucian dan pembilasan

1) Membuka kran air dengan cara memutar searah jarum

jam (model kran bukan putaran) dengan tangan kanan.

2) Mengambil peralatan bekas pakai yang sudah

didekontaminasi (hati- hati bila memegang peralatan

yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit). Agar tidak

merusak benda – benda yang terbuat dari plastik atau

karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan

dari logam atau kaca.

3) Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang

berbeda caranya dengan mengambil satu persatu alkes

atau peralatan laboratorium yang sudah

didekontaminasi dengan korentang.

4) Mencuci dengan hati-hati semua benda tajam atau yang

terbuat dari kaca dengan cara : Menggunakan sikat

dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah

dan kotoran dengan cara : menyikat dengan perlahan,

searah dan berulang-ulang di bawah air mengalir

sampai sisa darah dan kotoran bersih di semua

permukaan.

5) Mengulangi prosedur di atas setiap benda sedikitnya

tiga kali ( atau lebih bila perlu ) dengan air dan sabun
49

atau detergen.

6) Membilas benda- benda tersebut dengan air bersih dengan cara

7) Mengambil satu persatu alkes dan peralatan laboratorium

8) Membilas satu persatu di bawah air mengalir.

9) Mengulangi prosedur tersebut untuk benda- benda lain.

Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara

kimiawi ( misalkan dalam larutan klorin 0,5% ),

tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan

biarkan kering sebelum mulai proses (DTT) dengan

cara :

a. Menyiapkan baki yang bersih dan kering.

b. Ambil alat satu-persatu sesuai dengan jenisnya

( mis : tabung reaksi dengan tabung reaksi,

beaker glass dengan beaker glass)

10) Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara

dikukus/ rebus, atau di sterilisasi di dalam autoclave / oven

panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses

sterilisasi dimulai.

11) Selagi masih menggunakan sarung tangan, cuci sarung

tangan dengan air dan sabun, kemudian bilas dengan

seksama menggunakan air bersih dengan cara :

a. Meletakan tangan yang masih bersarung

tangan di bawah air mengalir.


50

b. Mengambil sabun. Menggosokkan kedua tangan

dengan sabun sampai bersih.

12) Melepas sarung tangan (lihat SOP memasang

dan melepas handscoen).

13) Menggantung sarung tangan dan biarkan kering

14) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (lihat

SOP mencuci tangan).

2. Melakukan Tindakan Perawatan Luka Diabetes

Gambar 4.2 Tindakan Perawatan Luka Diabetes

a. Definisi

Membersihkan luka, mengobati luka, dan menutup kembali

luka dengan tehnik steril

b. Tujuan

Menjaga kebersihan dapat mencegah infeksi

c. Prosedur Kerja ( SOP )

Alat dan bahan :


51

1. Handscoon non sterile

2. Handscoon sterile

3. Pinset anatomi

4. Pinset Chrirurgis

5. Bak instrument

6. Nirbeken

7. Povidone idone

8. Nacl 0.9%

9. Kassa sterile

10. Verban

11. Plester

Langkah – langkah :

1) Mengatur posisi klien, instruksikan pada klien untuk tidak

menyentuh area luka atau peralatan steril

2) Mencuci tangan

3) Pasang perlak pengalas

4) Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan

plester, ikatan atau balutan dengan pinset

5) Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya

dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada

balutan. Jika masih terdapat plester pada kulit, bersihkan

dengan kapas alcohol


52

6) Dengan sarung tangan atau pinset, angkat balutan,

pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien

7) Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan

larutan steril / NaCl

8) Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan

9) Buang balutan kotor pada bengkok

10) Lepas sarung tangan dan buang pada bengkok

11) Buka bak instrument steril

12) Siapkan larutan yang akan digunakan

13) Kenakan sarung tangan steril

14) Inspeksi lukadan Bersihkan luka dengan larutan antiseptic

yang diresepkan atau larutan garam fisiologis

15)Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan pinset

steril

16) Gunakan satu kassa untuk satu kali usapan

17) Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke area

terkontaminasi

18) Gerakan dengan tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi

luka

19) Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi.

Usap dengan cara seperti di atas

20) Berikan salp antiseptic bila dipesankan / diresepkan, gunakan

tehnik seperti langkah pembersihan


53

3. Mengukur Vital Sign ( Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi

nafas, suhu dan Spo2 )

Gambar 4.3 Mengukur Vital Sign

a. Definisi

Observasi Tanda – tanda adalah Suatu kegiatan yang

dilakukan untuk mengetahui keadaan umum pasien dan tanda

– tanda vital pasien

b. Tujuan

Mempersiapkan keadaan umum pasien dalam kondisi baik

c. Langkah Kerja ( SOP )

Alat dan Bahan :

1. Stetoskop

2. Tensi aneroid

3. Jam gantung

4. Oxymeter

5. Termometer
54

Langkah - langkah :

1) Melakukan pengukuran tekanan darah

1. Atur posisi yang dirasa enak oleh klien (semi fowler) dengan

lutut ditekuk, punggung dan kepala diberi bantal atau posisi

supine dengan kepala diberi bantal dan lutut ditekuk, untuk

membantu otot abdomen rileks.

2. Anjurkan klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan

di abdomen, untuk menambah kekuatan dan tahanan pada

bagian otot perut

3. Latih pasien melakukan pernapasan perut (perintahkan klien

menarik napas dalam melalui hidung dengan mulut ditutup

hingga 3 hitungan)

4. Anjurkan klien tetap rileks. Meminta klien menahan napas

hingga 3 hitungan

5. Perintahkan klien untuk mengerutkan bibir seperti sedang

bersiul dan mengeluarkan udara dengan pelan dan tenang

hingga 3 hitungan

6. Anjurkan klien merasakan mengempisnya abdomen dan

kontraksi otot.

7. Menginstruksikan ke klien untuk melakukan nafas dalam saat

nyeri yang dirasakan timbul dan anjurkan klien melakukan

latihan napas dalam paling sedikit 5 pernafasan empat kali

perhari
55

8. Rapikan klien

2) Melakukan pengukuran frekuensi nadi

1. Mencuci tangan

2. Mempersilakan pasien untuk berbaring/duduk dengan tenang di

tempat tidur

3. Membawa alat-alat ke dekat pasien

4. Meraba tangan pasien pada pergelangannya dengan jari

telunjuk, jari tengah dan manis sampai teraba denyut nadi arteri

radialis

5. Tangan yang lain memegang alat penghitung nadi /arloji

6. Menghitung denyut nadi selama 1 menit

7. Mencatat hasilnya

3) Melakukan pengukuran frekuensi nafas

1. Hitung siklus pernafasan klien (1 inspirasi dan 1 ekspirasi)

selama 1 menit (untuk anakanak berumur < 2 tahun atau pada

dewasa yang irama pernafasannya tidak teratur), atau 30 detik

bila irama teratur.

2. Perhatikan pula irama dan kedalaman pernafasan klien.

3. Cuci tangan

4) Melakukan pengukuran suhu tubuh

1. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan dikeringkan

dengan handuk/ lap kering

2. Membasuh termometer dengan air dingin bila termometer direndam


56

dalam larutan disinfektan

3. Mengeringkan termometer dengan tissu/kassa kering dari ujung (berisi

air raksa) ke arah pegangan

4. Membuang kasa/tissu kotor ke dalam bengkok

5. Menurunkan air raksa di dalam termometer sampai angka 35 atau di

bawahnya

6. Memberi tahu klien bahwa tindakan akan segera dilaksanakan.

7. Membawa alat-alat ke dekat pasien

8. Meminta dan membantu pasien membuka pakaian pada daerah ketiak

9. Mengeringkan salah satu ketiak pasien dengan lab/handuk kering

10. Memasang termometer pada tengah ketiak

11. Menutup lengan atas dan menyilangkan lengan bawah di dada

12. Membiarkan termometer di ketiak selama 6-8 menit

13. Mengambil termometer dari ketiak pasien

14. Membersihkan termometer dengan tissu/kassa dari pangkal ke arah

ujung

15. Membuang tissu/kassa kotor ke dalam bengkok

16. Membaca tinggi air raksa di dalam termometer

17. Mencatat hasil pengukuran pada buku atau catatan keperawatan

18. Menurunkan air raksa di dalam termometer

19. Memasukkan termometer ke dalam larutan disinfektan

20. Merapikan kembali pakaian pasien

21. Mengembalikan posisi pasien pada posisi yang nyaman


57

22. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan

23. Membilas termometer dengan kassa/tissu yang dibasahi larutan sabun

24. Membuang tissu/kassa kotor ke dalam bengkok

25. Mencelupkan termometer ke dalam air bersih

26. Mengeringkan termometer dengan kassa/tissu kering

27. Membuang kassa / tissu kotor ke dalam bengkok

5) Melakukan pengukuran spo2

1. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan dikeringkan

dengan handuk/ lap kering

2. Membersihkan area dalam Spo2 dengan kapas sterile yang dibasahi

dengan cairan disinfektan

3. Mengeringkan area dalam spo2

4. Jepit spo2 pada ibu jari, lalu tunggu sampai hasil terbaca

5. Setelah hasil terbaca, dokumentasi hasil j

4. Melakukan Tindakan Nebulizer

Gambar 4.4 Tindakan Nebulizer


58

a. Definisi

Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan

nebulator

b. Tujuan

Sebagai acuan langkah – langakah untuk :

1. Merelaksasi jalan nafas.

2. Mengencerkan dan mempermudah mobilisasi sekret.

3. Menurunkan edema mukosa. Pemberian obat secara langsung pada

saluran pernafasan untuk pengobatan penyakit, seperti :

bronkospasme akut, produksi sekret yang berlebihan, dan batuk yang

disertai dengan sesak nafas.

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Nebulizer

2. Masker sungkup

3. Cairan aquades / ventolin ( disesuaikan )

4. Dispo 10cc

Langkah – langkah :

1. Menjaga privacy

2. Mencuci tangan

3. Membawa alat-alat ke dekat pasien.

4. Mengatur posisi pasien sesuai dengan keadaan pasien


59

5. Memasukkan obat kewadahnya (bagian dari alat nebulizer).

6. Menghubungkan nebulizer dengan listrik

7. Menyalakan mesin nebulizer (tekan power on) dan mengecek out

flow apakah timbul uap atau embun.

8. Menghubungkan alat ke mulut atau menutupi hidung dan mulut

(posisi) yang tepat.

9. Menganjurkan agar klien untuk melakukan nafas dalam, tahan

sebentar, lalu ekspirasi.

10. Setelah selesai, mengecek keadaan umum klien, tanda-tanda

vital, dan melakukan auskultasi paru secara berkala selama

prosedur.

11. Menganjurkan klien untuk melakukan nafas dalam dan batuk

efektif untuk mengeluarkan sekret.

Perhatian :

- Tetap mendampingi klien selama prosedur (tidak

meninggalkan klien).

- Observasi adanya reaksi klien apabila terjadi efek samping

obat.

- Tempatkan alat nebulizer pada posisi yang aman (jangan sampai

jatuh).
60

5. Melakukan Tindakan Aff Hecting

Gambar 4.5 Tindakan Aff Hecting

a. Definisi

Pengangkatan jahitan luka bertujun untuk meningkatkan

proses penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi.

Bila luka telah kuat dan sembuh primer,maka jahitan atau

benangnya dapat diangkat

b. Tujuan

Melepas benang pasca hecting sehingga luka dapat benar-

benar sembuh

c. Prosedur kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Pinset sirurgis,

2. Handscoen

3. Nerbebeeken

4. Betadine
61

5. gunting

6. Plester / hipapic

7. Pinset anatomis

8. Kain kasa steril

Langkah – langkah :

1) Pasien / keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang

akan dilakukan

2) Perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan

3) Mendekatkan alat kedekat pasien

4) Membantu pasien mengatur posisi

5) Menggunakan handscoen

6) Buka balutan dengan hati- hati

7) Membuka plester luka dengan hati-hati dan perlahan

8) Kaji apa luka sudah benar- benar kering

9) Mendesinfeksi sekitar bekas luka dengan betadin

10) Melepas jahitan satupersatu

11) Mengolesi luka dengan betadin

12) Menutup luka dengan kain kasa kering dan di plester

13) Rapikan pasien

14) Rapikan alat-alat setelah diguakan

15) Buka handscon

16) Mencuci tangan setelah melakukan tindakan


62

6. Melakukan Pengukuran Indeks Massa Tubuh

Gambar 4.6 Pengukuran IMT

a. Definisi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan

(absorbsi), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan.

b. Tujuan

Indeks massa tubuh (IMT) biasa dipakai untuk menentukan

kategori berat badan, dari hasil perbandingan dengan tinggi badan.

Melalui cara itu, Anda dapat mengetahui status berat badan Anda

apakah berada dalam kategori normal, berlebih, atau malah kurang.

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Alat pengukur tinggi

2. Pita lingkar
63

3. Timbangan badan

Langkah – langkah :

1. Meminta pasien untuk membuka alas kaki

2. Meminta pasien untuk berdiri tegak

7. Membuat sediaan puyer

Gambar 4.7 Membuat Sediaan Puyer

a. Definisi

Puyer atau serbuk adalah jenis sediaan obat dari campuran

kering obat dan zat kimia yang telah dihaluskan

b. Tujuan

Membantu anak-anak yang kesulitan mengonsumsi obat

dalam bentuk tablet atau kapsul

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Mortir

2. Alat press
64

3. Kertas puyer

4. Timbangan

5. Kain pengalas

Langkah kerja :

1. Setarakan timbangan.

2. Siapkan alat dan bahan

3. Timbang bahan sesuai dengan dosis resep

4. Lapisi mortir dengan SL.

5. Masukkan satu per satu bahan sesuai aturan pembuatan.

6. Gerus obat sampai halus dan homogen.

7. Timbang seluruh obat yang sudah jadi.

8. Bagi obat sesuai petunjuk resep.

9. Bungkus satu per satu sampai selesai sebanyak petunjuk

resep.

10. masukkan kedalam pot plastik dan diberi etiket ,putih untuk

obat dalam dan biru untuk obat luar.

8. Menyiapkan Resep dan Memberikan PIO


65

Gambar 4.8a Menyiapkan Resep Gambar 4.8b Memberikan PIO

a. Definisi

Pemberian obat kepada pasien merupakan proses kegiatan

dimulai dari penyiapan obat dengan tepat,pengecekan kembali

terhadap jenis obat dan dosis sesuai resep dokter sampai dengan

penyerahan obat yang telah diberi etiket/label disertai informasi

tentang obat yang diterima.

b. Tujuan

Sebagai pedoman petugas dalam penerapan langkah-

langkah penyerahan obat kepada pasien atau keluarganya.

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. E-tiket

2. Obat sesuai resep

3. Plastik obat

Langkah – langkah :

1) Petugas farmasi menerima resep dari unit layanan,

2) Petugas farmasi menanyakan kepada penulis resep jika kurang

jelas

3) Petugas farmasi mengkaji kelengkapan resep dan menyiapkan

obat sesuai resep jika sudah jelas,

4) Petugas farmasi memberitahu pasien atau keluarganya jika


66

pembuatan puyer memakan waktu lebih lama,

5) Petugas farmasi memberi label yang meliputi nama pasien,

tanggal pelayanan resep dan aturan pakai obat,

6) Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien atau

keluarganya,

7) Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien atau

keluarganya dan memberikan informasi penggunaan, efek

samping dan penyimpanan obat.

b) RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe

1. Melakukan Tindakan Spuling Infus

Gambar 4.9 Tindakan Spuling Infus

a. Definisi

Melakukan pembersihan pada infus set ataupun iv cath

b. Tujuan

1. Tetesan infuse kembali lancer

2. Kebutuhan cairan terpenuhi


67

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Handscoon

2. Alkohol swab

3. Dispo 3cc

4. Dispo 5cc

5. Aquades

6. Plester

7. Bengkok

Langkah kerja :

1) Kunci / tutup klem infus

2) Basahi plester dengan alcohol swab

3) Buka plester secara perlahan – lahan

4) Buka plastic dispo, kemudian aspirasi secara perlahan hingga

gumpalan darah keluar

5) Bersihkan iv cath menggunakan cairan aquades, masukan

pada dispo 5cc kemudian bersihkan dengan menghubungkan

dispo ke iv cath\

6) Alirkan cairan infuse, dan bersihkan darah pada selang,

tampung semua cairan tubuh kedalam bengkok

7) Setelah bersih, rapikan kembali, hubungkan iv cath dengan

selang infuse, kemudian alirkan kembali cairan infuse


68

8) Fikasasi kembali

2. Memandikan / membersihkan pasien

Gambar 4.10 Memandikan / membersihkan Pasien

a. Definisi

Tatacara memandikan pasien dengan membersihkan tubuh pasien

dengan air bersih dan sabun

b. Tujuan

Sebagai acuan petugas dalam melakukan tindakan memandikan

pasien ditempat tidur

1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan

2. Meningkatkan rasa nyaman

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Pakaian bersih 1 stel

2. Baskom mandi 2 buah

3. Air panas dan dingin

4. Waslap 2 buah
69

5. Perlak dan handuk kecil 1 buah

6. Handuk besar 2 buah

7. Selimut mandi/kain penutup

8. Celemek plastic

9. Tempat tertutup untuk pakaian kotor

10. Sabun mandi

11. Bedak

12. Sarung tangan bersih

13. Pispot/urinal dan pengalas

14. Botol cebok

Langkah – langkah :

MEMBASUH MUKA

1. Bentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah kepala

2. Tawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak

3. Bersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lalu di keringkan

4. Gulung perlak dan handuk

MEMBASUH LENGAN

5. Turunkan selimut mandi kebagian perut klien

6. Pasang handuk besar diatas dada pasien secara melintang dan

keduatangan pasien diletakkan diatas handuk


70

7. Basahi tangan pasien dengan waslap air bersih, disabun, kemudian

dibilas dengan air hangat (lakukan mulai dari ekstremitas terjauh

pasien)

MEMBASUH DADA DAN PERUT

8. Lepas pakaian bawah pasien dan menurunkan selimut hingga

perut bagian bawah, keduatang anda diletakkan diatas

bagiankepala, membentangkan handuk pada sisi pasien

9. Basuh ketiak dan dada serta perut dengan waslap basah, disabun,

kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan, kemudian

menutup dengan handuk

MEMBASUH PUNGGUNG

10. Miringkan pasien kearah perawat

11. Bentangkan handuk di belakang punggung hingga bokong

12. Basahi punggung hingga bokong dengan waslap, disabun,

kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan

13. Beri bedak pada punggung

14. Kembalikan keposisi terlentang, kemudian membantu pasien

mengenakan pakaian

MEMBASUH KAKI

15. Keluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar

16. Bentangkan handuk dibawah kaki tersebut, menekuk lutut


71

17. Basahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal paha, disabun,

dibilas dengan air bersih, kemudian dikeringkan Lakukan

tindakan yang sama untuk kaki yang lain

MEMBASUH DAERAH LIPAT PAHA DAN GENITAL

18. Bentangkan handuk dibawah bokong, kemudian selimut mandi

bagian bawah dibuka

19. Basahi daerah lipat paha dan genital dengan air, disabun, dibilas,

kemudian dikeringkan

20. Angkat handuk, bantu kenakan pakaian bawah pasien

21. Rapikan pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur

22. Lakukan evaluasi tindakan yang dilakukan

23. Rapikan pasien dan lingkungan

24. Ajak pasien membaca hamdalah bersama

25. Berpamitan dengan pasien

26. Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula

27. Cuci tangan

28. Catat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

3. Melakukan tindakan Aff Infus


72

Gambar 4.11 Tindakan Aff Infus

a. Definisi

Pencabutan cairan yang telah dimasukkan ke dalam tubuh

pasien melalui pembuluh darah karena keadaan pasien yang

sudah membaik

b. Tujuan

Agar tidak timbulnya reaksi alergi, emboli udara, infeksi,

edema paru-paru pada pasien.

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Perlak pengalas

2. Sarung tangan

3. Kapas alcohol larutan antiseptic (klorheksidin glukonat 2%,

alcohol 60-90% atau PVI 10%)

4. Plester bedah atau band aid steril, kassa 2x2 cm

5. Gunting plester
73

6. Bengkok

Langkah – langkah :

1. Memasang perlak pengalas

2. Memakai sarung tangan

3. Membasahi plester yang melekat pada kulit dengan kapas

alcohol

4. Melepas plester dan kassa dari kulit

5. Menekan tempat tusukan dengan kapas alcohol dan mencabut

nfus pelan-pelan

6. Menekan kapas alcohol dengan plester

7. Melepas sarung tangan

4. Melakukan tindakan Pemasangan Infus

Gambar 4.12 Tindakan Pemasangan Infus

a. Definisi

Pemasangan infus untuk memberikan obat/cairan melalui

parenteral

b. Tujuan
74

Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Sarung tangan 1 pasang

2. Selang infuse sesuai kebutuhan (makro drip/mikro drip)

3. Cairan parenteral sesuai program

4. Jarum intravena

5. Kapas alcohol dalam kom

6. Desinfektan

7. Tourniquet/manset

8. Perlak pengalas

9. Bengkok

10. Plester

11. Kassa steril

12. Penunjuk waktu

Langkah kerja :

1. Melakukan desinfeksasi tutup botol cairan

2. Menutup saluran infuse

3. Menusukkan saluran infuse dengan benar

4. Menggantung botol cairan pada standar infuse

5. Mengisi tabung reservoir infuse sesuai tanda

6. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang

7. Mengatur posisi pasien dan memilih vena


75

8. Memasang perlak pengalas

9. Membebaskan daerah yang akan diinersi

10. Meletakan tourniquet 5cm proksimal yang akan ditusuk

11. Memakai handscoon

12. Membersihkan kulit dengan kapas alcohol

13. Mempertahankan vena pada posii stabil

14. Memegang IV Chateter dengan sudut 30 derajat

15. Menusuk vena dengan lubang jarum menghadap ke atas

16. Memastikan IV chateter masuk intravena kemudian menarik madrin

kurang leih 0,5 cm

17. Memasukkan iv chateter secara perlahan

18. Menarik madrin dan menyambungkan dengan selang infuse

19. Melepaskan tourniquet

20. Mengalirkan cairan infuse

21. Mengalirkan cairan infuse

22. Memberikan desinfeksi daerah tusukan dan menutup dengan kassa

23. Mengatur tetesan infuse sesuai program

5. Melakukan tindakan pemberian nutrisi via NGT


76

Gambar 4.13 Memberikan Makanan Via NGT

a. Definisi

Pemberian makan melalui Nasogastric tube (NGT)

merupakan tindakan keperawatan memasukkan atau memberikan

makanan atau obat melalui NGT

b. Tujuan

1. Memenuhi kebutuhan nutrisi

2. Memasukan obat

c. Langkah kerja ( SOP )

Alat dan bahan :

1. Dispo 50cc

2. Handscoon

3. Bubur saring / makanan lainnya / obat”an

4. Air hangat

Langkah – langkah :
77

1. Perawat cuci tangan

2. Kenakan APD

3. Atur posisi klien dalam posisi fowler atau tinggikan kepala 30

bila memungkinkan

4. Sambungkan corong dengan selang NGT, klem atau jepit NGT

agar udara tidak masuk melalui selang.

5. Posisikan tinggi corong untuk memungkinkan pengosongan

secara berlahan dengan grafitasi.

6. Masukkan air putih yang sudah disiapkan

7. Masukkan makanan cair, setelah habis masukkan obat, dan

bilas dengan air putih sampai selang bersih

8. Tutup selang NGT dengan spuit Rapikan klien Alat-alat

dibereskan Lepaskan handscoon dan masker Cuci tangan


78

4.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I.I USIA 39 TAHUN


POST OP CHOLELISTECTOMY LAPARASKOPI DENGAN INDIKASI
CHOLELITIASIS
DIRUANG PERAWATAN G2 BEDAH KAMAR 2C BED 3
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ( RSUD )
PROF. Dr. H. ALOEI SABOE GORONTALO

i. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Kamis, 23 Februari 2023
Lokasi : RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo
BIODATA PASIEN
Nama Pasien : Tn. I.I
79

Umur : 39 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Durian
Nomor HP :-
Nama Ayah : Tn. T.N ( Alm )
Nama Ibu : Ny. N.M
1. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Nyeri pada luka bekas operasi pada
daerah abdomen
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah
luka operasi pada bagian perut, nyeri
dirasakan seperti ditusuk – tusuk, pasien
juga mengatakan pasien mengalami
kesulitan dalam beraktivitas
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami sakit yang harus
membuatnya kerumah sakit

Tanda – Tanda Vital :  Tekanan Darah : 100 / 60 mmHg


 Nadi : 96x/m
 Pernapasan : 18x/m
 Suhu : 35.8*C
 Spo2 : 98%
2.
Skala Nyeri
 P : Pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi
 Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk – tusuk
 R : Pasien mengatakan nyeri tidak menyebar
 S : Pasien mengatakan skala nyeri 4 ( 0-10 )
 T : Pasien mengatakan nyerinya hilang timbul dengan durasi
80

± 5-10 menit

Pemeriksaan Kesadaran
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Compos Mentis
Glow Come Score : 15
 E : 4 ( Membuka mata spontan )
 V : 5 ( Orientasi baik )
 M : 6 ( Mampu bergerak )
Pemeriksaan Fisik ( Head To Toe )
a. Keterbatasan gerak : Ya, berhubungan dengan nyeri pada luka
bekas operasi
b. Waktu tidur : 10 Jam
Malam : 7 Jam
Siang : 3 Jam
3. c. Kesulitan : Pasien mengatakan tidak mengalami
a. kesulitan pada saat tidur / beristirahat
Kepala : Bentuk kepala pasien nasosepal, simetris, bersih,
penyebaran rambut merata, rambut berwarna hitam,
tidak ada benjolan, edema, dan nyeri tekan
Wajah : Bentuk wajah pasien simetris, warna kulit merata,
tidak ada edema dan nyeri tekan
Mata : Bentuk mata pasien normal, konjungtiva ananemis,
sclera tidak ikterik, pupil isokor, penglihatan normal
(+), palpebra inferior dan superior tidak ada edema
dan nyeri tekan
Telinga : Bentuk telinga pasien simetris, pendengaran normal
(+), tidak ada tanda – tanda infeksi, pendarahan,
edema, serumen dan nyeri tekan
Hidung : Bentuk hidung pasien simetris, hidung bersih, indra
penciuman normal(+), tidak ada sumbatan,
81

pendarahan, edema, dan nyeri tekan


Mulut dan bibir : Bentuk mulut dan bibir pasien simetris, bibir pasien
Nampak pucat, mukosa kering dan pecah – pecah,
gigi lengkap, tidak ada kerusakan gigi, indra perasa
normal(+), tidak ada radang dan pendarahan
Leher : Bentuk leher pasien simetris, tidak teraba adanya
besaran kelenjar getah bening, tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar limfa, serta tidak ada nyeri tekan
Dada : Bentuk dada pasien simetris, tidak nampak adanya
vena jugularis, tidak ada massa, edema, dan nyeri
tekan, RR : 18x/m
Abdomen : Bentuk abdomen pasien simetris, tidak ada sianosis,
massa, dan distensi. Terdapat tanda – tanda inflamasi
dan nyeri tekan pada abdomen bagian umbilical,
lumbal kanan, dan hypogastrium
Extrimitas Atas : Bentuk extrimitas atas pasien normal, integritas
kulit baik, tidak ada fraktur, benjolan, lesi, edema,
serta nyeri tekan, Tekanan darah 100/60mmHg, HR
96x/m, Suhu 35.8*C, Spo2 98%
Extrimitas Bawah : Bentuk extrimitas bawah pasien normal, integritas
kulit baik, tidak ada fraktur, benjolan, lesi, edema,
serta nyeri tekan
Kekuatan Otot 5∨5
:
5∨5
¿
Akral Hangat : +¿+ 5∨+ ¿ ¿ ¿

Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian


Anus : Tidak dilakukan pengkajian

Pemeriksaan Penunjang dan Terapy


1. Pemeriksaan Laboratorium
82

Nilai
Nama Test Hasil Satuan Ket
Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11 g/dl 12-16
Hematokrit 36.8 % 36-47
Leukosit 7.1 Ribu/uL 4.0-10.0
Trombosit 496 Ribu/uL 150-450
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 95 mg/dl 70-140
Ureum 21 mg/dl 15-39
Kreatinin 0.77 mg/dl 0.6-1.3
SGO ( AST ) 10 u/l 15-37
SGPT ( ALT ) 17 u/l 30-65
Bilirubin total 0.72 mg/dl 0.3-1.2
Tabel 4.1 Hasil Laboratorium

2. Pemeriksaan USG
Kesan :
- Hepatomegaly
- Multiple Cholesistolithiasis
3. Terapi
N Nama Rute Efek
Dosis Fungsi
o Obat Pemberian Samping
1 Ringer 20tpm i.v / ivfd -Mencegah -Asidosis
laktat dehidrasi laktat
-Digunakan -
untuk pasien luka Hiperkalimi
bakar a
-Digunakan -Alergi
untuk prosedur -Reaksi
operasi local
83

2 Cefota 3x1 i.v / inj -Mengobati -Alergi


xime penyakit infeksi -Susah
1g bernafas
-Demam
3 Ciprofl 2x1 oral -Mengobati -Alergi
axacin penyakit infeksi -Diare
500mg -Mual
muntah
-Sulit tidur /
mengantuk

4 Paracet 3x1 oral -Meredakan nyeri -


amol ringan hingga Trombosito
500mg sedang penia
-Demam -leukopenia
-Gangguan
saluran
cerna
-Gangguan
saluran saraf
-Gangguan
kejiawaan
-Gangguan
kulit dan
jaringan
subkutan

Tabel 4.2 Tabel Terapi

Klasifikasi Data

Data Subjektif ( DS ) Data Objektif ( DO )


84

-Pasien Nampak gelisah

-Pasien meringis kesakitan

-Bibir pasien pucat

-Pasien mengatakan nyeri pada luka -Mukosa pasien kering dan pecah –
bekas operasi pecah
 P : Pasien
-Kemerahan pada luka post op
mengeluhkan nyeri pada luka
operasi -Terdapat luka post op pada abdomen
umbilical, lumbal kanan, dan
 Q : Pasien mengatakan
hypogastrium
nyeri seperti ditusuk – tusuk
 R : Pasien mengatakan -Hasil pemeriksaan laboratorium:
nyeri tidak menyebar
Hemoglobin : 11 g/dl
 S : Pasien mengatakan
Trombosit : 496 ribu/uL
skala nyeri 4 ( 0-10 )
 T : Pasien mengatakan SGO ( AST ) : 10 u/L
nyerinya hilang timbul SGPT ( ALT ) : 17 u/L
dengan durasi ± 5-10 menit
-Tanda – tanda vital
-Pasien mengatakan sulit untuk
beraktivitas / bergerak Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 96x/m

Pernapasan : 18x/m

Suhu : 35.8*c

Spo2 : 98 %

Tabel 4.3 Klasifikasi Data


Analisa Data

Data Etiology Masalah

DS : Cholelitiasis Nyeri akut b.d


85

-Pasien mengatakan nyeri ↕ adanya luka


pada luka bekas operasi sayatan pada
Batu terdorong menuju
 P : Pasien daerah perut
duktus sistikus
mengeluhkan

nyeri pada luka
operasi Obstruksi duktus sistikus
 Q : Pasien ↕
mengatakan
Tindakan operatif
nyeri seperti
cholelistectomy laparaskopi
ditusuk – tusuk
 R : Pasien ↕
mengatakan Adanya luka sayatan pada
nyeri tidak perut ( Umbilical, lumbal
menyebar kanan, dan hypogastrium )
 S : Pasien

mengatakan
skala nyeri 4 ( 0- Terputusnya jaringan kulit

10 ) ↕
 T : Pasien
Mengenai serabut saraf
mengatakan
nyerinya hilang ↕

timbul dengan Nyeri akut


durasi ± 5-10
menit

DO :

-Pasien Nampak gelisah

-Pasien meringis
kesakitan

- Bibir pasien pucat


86

- Mukosa pasien kering


dan pecah – pecah

-Terdapat luka post op


pada abdomen umbilical,
lumbal kanan, dan
hypogastrium

- Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 100/60


mmHg

Nadi : 96x/m

Pernapasan : 18x/m

Suhu : 35.8*c

Spo2 : 98 %

DO : Cholelitiasis Resiko Infeksi b.d


adanya tanda –
-Kemerahan pada luka ↕
tanda inflamasi
post op
Batu terdorong menuju
- Hasil pemeriksaan duktus sistikus
laboratorium:

Hemoglobin : 11 g/dl
Obstruksi duktus sistikus
Trombosit : 496 ribu/uL

SGO ( AST ) : 10 u/L
Tindakan operatif
SGPT ( ALT ) : 17 u/L cholelistectomy laparaskopi

Adanya luka sayatan pada


perut ( Umbilical, lumbal
87

kanan, dan hypogastrium )

Terjadinya peradangan /
Inflamasi

Kemerahan pada luka op

Resiko Infeksi

DS : Intoleransi aktivitas
Cholelitiasis b.d adanya nyeri
-Pasien mengatakan sulit
akibat luka sayatan
untuk bergerak dan ↕
pada bagian perut
beraktivitas
Batu terdorong menuju
DO : duktus sistikus

-Terdapat luka post op ↕


pada daerah abdomen
Obstruksi duktus sistikus

Tindakan operatif
cholelistectomy laparaskopi

Adanya luka sayatan pada


perut ( Umbilical, lumbal
kanan, dan hypogastrium )

Adanya nyeri
88

Intoleransi Aktivtas
Tabel 4.4 Analisa Data

Diagnosa Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d adanya luka sayatan pada daerah

Kamis, 23 Februari perut

2023 Resiko infeksi b.d adanya tanda – tanda inflamasi


2.
Intolereansi aktivitas b.d adanya nyeri akibat luka
3.
sayatan pada bagian perut
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan

Intervensi

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan

1. Pengecekan
Setelah dilakukan tindakan
skala nyeri
keperawatan selama 2x8
secara berkala
jam diharapkan pasien
2. Observasi ttv
dengan criteria hasil :
secara
1. Skala nyeri
1 komprehensif
Nyeri Akut
menurun 0 ( 0-10 )
3. Kolaborasi
2. Mengetahui factor
pemberian
penyebab
analgetik
3. Ekspresi wajah saat
nyeri
89

2
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x8 1. Monitor tanda
jam diharapkan pasien dan gejala infeksi
Resiko Infeksi
dengan criteria hasil :
2. Observasi ttv
1. Pasien mampu secara
mengidentifikasi komprehensif
factor resiko
3. Kolaborasi
2. Pasien mampu pemberian
menghindari resiko antibiotic

Setelah dilakukan tindakan


3.
keperawatan selama 2x8
1. Monitor respon
jam diharapkan pasien
fisik, emosi,
dengan criteria hasil :
Intoleransi social, dan
aktivitas 1. Mampu melakukan spiritual
aktivitas sehari –
2. Kolaborasi
hari
dengan tenaga
2. Keseimbangan ahli rehabilitasi
aktivitas dan medik
istirahat
Tabel 4.6 Intervensi

Implementasi

Diagnosa
Hari /
No Keperawata Implementasi Evaluasi
Tanggal
n

Kamis, 1. Mengobservasi 1.
1 Nyeri Akut
23 skala nyeri secara  P :
90

Pasien
Februari berkala
mengeluhkan
2023
2. Mengobservasi ttv
nyeri pada
secara komprehensif
luka operasi
3. Kolaborasi  Q :
pemberian analgesik Pasien
mengatakan
nyeri seperti
ditusuk –
tusuk
 R :
Pasien
mengatakan
nyeri tidak
menyebar
 S :
Pasien
mengatakan
skala nyeri 1
( 0-10 )

T : Pasien
mengatakan
nyerinya hilang
timbul dengan
durasi 1-2menit

2. Tanda – tanda vital

TD : 120/70mmHg

N : 76x/m

P : 18x/m
91

S : 36.0*c

Spo2 : 99%

3.Memberikan terapi
RL _+ Ketorolac
20tpm

1. Terdapat luka
sayatan pada
abdomen bagian
umbilical, lumbal
kanan, dan
hypogastrium
1. Mengobservasi 2. Tidak ada tanda-
tanda dan gejala tanda inflamasi
Jumat infeksi 3. Tanda – tanda vital
Resiko 24 TD : 120/80 mmHg
2 2. Mengobservasi ttv
Infeksi februari N : 87x/m
secara komprehensif
2023 P : 18x/m
3. Kolaborasi
S : 35.4*c
pemberian antibiotik
Spo2 : 99%

4.Memberikan terapi
farmakologi berupa
injeksi cefotaxime 1g
dan oral ciprofloxacin
500mg
92

1. Pasien Nampak

1. monitor respon membaik, orientasi

fisik,emosi,social, baik. Pasien juga


Jumat,
dan spritual dapat melakukan
Intoleransi 24
3
aktivitas kerohanian
Aktivitas Februari 2.Kolaborasi dengan
2. pasien sudah dapat
2023 tenaga ahli
duduk
rehabilitasi medik

Tabel 4.7 Implementasi

Evaluasi

S:

 P : Pasien mengeluhkan nyeri pada luka operasi


 Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk – tusuk
 R : Pasien mengatakan nyeri tidak menyebar
 S : Pasien mengatakan skala nyeri 1 ( 0-10 )

T : Pasien mengatakan nyerinya hilang timbul dengan durasi 1-


2menit

O:

Keadaan umum : Membaik

Kesadaran : Compos Mentis ( CM )

Tanda – tanda vital :

TD : 120/70mmHg

N : 76x/m
93

P : 18x/m

S : 36.0*c

Spo2 : 99%

A:

Masalah Teratasi

P:

Pertahankan Intervensi
94

BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan

Cholelithiasis atau batu empedu adalah potongan bahan padat yang

terbentuk di kantong empedu. Organ kecil ini terletak di bawah organ hati.

Fungsinya adalah untuk menyimpan dan melepaskan empedu, cairan yang

diproduksi oleh hati, untuk membantu pencernaan. 

Empedu juga membawa limbah seperti kolesterol dan bilirubin, yang

dihasilkan tubuh saat memecah sel darah merah  Hal-hal inilah yang

diduga dapat membentuk batu empedu.

Berdasarkan hasil pengkajian penerapan asuhan

keperawatan pada klien post operasi dengan cholelitiasis di

Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Dapat dilakukan pengkajian secara komperhensif.

Data yang didapatkan yaitu identitas klien, riwayat

penyakit, data psikososial. Data tersebut berdasarkan hasil

wawancara dengan klien dan keluarga, observasi,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

2. Diagnosa keperawatan

Dapat ditegakkannya diagnosa keperawatan pada klien

adalah 3 diagnosa yakni nyeri akut berhubungan dengan adanya


95

luka sayatan pada daerah perut, resiko infeksi berhubungan dengan

adanya tanda – tanda inflamasi dan intoleransi aktivitas

berhubungan dengan adanya nyeri akibat luka sayatan pada daerah

perut

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang diberikan disusun sesuai dengan

diagnosa yang muncul, rencana yang telah disusun

disesuaikan dengan teori yang ada. Perencanaan dibuat

sesuai dengan masalah yang ditemukan berdasarkan hasil

dari pengkajian.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dapat dilaksanakan

sesuai dengan rencana tindakan yang telah peneliti susun.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada sesuai

dengan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan

teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan klien dengan

cholelitiasis.

5. Evaluasi Keperawatan

Dapat melakukan evaluasi mengenai kondisi

perkembangan klien dari pelaksanaan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan. Hasil evaluasi


96

keperawatan pada post operasi pada pasien 3 diagnosa

yang muncul yakni nyeri akut, resiko infeksi, dan

intoleransi aktivittas.

5.2. Saran

Diharapakan kedepanya untuk pihak rumah sakit dan

puskesmas untuk dapat meningkatkan lagi pelayanan, fasilitas

dan keprofesionalisme pegawai berperan penting dalam hal ini.

Bagi pihak sekolah dan guru pembimbing kedepannya agar

dapat memberikan 1 suara tentang bagaimana alur pembuatan

laporan, dan juga agar dapat mengubah kembali buku panduan,

sehingganya siswa tidak kebinggungan lagi dalam proses

penyusunan laporan
97

DAFTAR PUSTAKA

(Nurarif & Kusuma, 2016). (2013). Journal of Chemical

https://doi.org/10.1017/CB09781107415324.004

Djumhana,2010. (2017). Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom

Mirizzi.

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia

Harahap.(2016). Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian

Penyakit Cholelitiasis Di Ruang Rawat Inap Rsi Surakarta.

Naskah Publikasi, 1-18

Haryono,2012. (2013). Karakteristik Pasien Koleliatis Di Rsup

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Fernando Sipayung (2018). Asuhan Keperawatan Tn.R :

Kurang Pengetahuan Dengan Pemberian Edukasi

Penanganan Kolelitiasis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

AdventBandung

https://www.academia.edu/41597680/Grandcase_Colelitiasis

Diakses tanggal 01 mei 2020

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik

(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.


98

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan

(Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran

Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Ratmiani (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.J Yang

Mengalami Post Op Cholelitiasis Dengan Masalah

Keperawatan Nyeri Di Ruang Perawatan Garuda Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar

https://www.google.com/search?

safe=strict&q=Ratmiati+(2019).

+Asuhan+Keperawatan+Pada+Klien+Ny.J+Yang+Mengalami

+Post+Op+Cholelitiasis+Dengan+Masalah+Keperawatan+Ny

eri+Di+Ruang+Perawatan+Garuda+Rumah+Sakit+Bhayangk

ara+Makassar&spell=1&sa=X&ved=2ahUKEwi7wcT37

OfpAhXu6nMBHWfrBNEQBSgAegQIDBAp&biw=1242&b

ih=524 Diakses tanggal 01 mei 2020

Tjokropawiro, 2012. (2015). Analisis Praktik. Juliana Br Sembiring, FIK

UI, 2015

Wibowo. (2010). Journal Of Chemical Information

and Modeling.
99

Anda mungkin juga menyukai