Definisi Li
Definisi Li
Definisi li’an Istilah li’aan diambil dari kata la’n yang berarti laknat atau kutukan.
Sedangkan menurut syari’at, li’aan adalah kesaksian yang diperkuat dengan
sumpah antara suami-istri yang disertai dengan menyebutkan laknat dan
kemurkaan Allah. [Lihat Taisirul Alam Syarah ‘Umdatul Ahkaam (II/211]
Hukum li’aan dibolehkan apabila suami memiliki dugaan kuat istrinya telah berselingkuh
dengan lelaki lain, atau dia mengetahui istrinya berselingkuh. Namun jika
suami mendapati istrinya hamil sedangkan dirinya tidak pernah menggauli
istrinya atau dia yakin kehamilannya itu bukan dari hasil hubungan dengannya
maka hukum li’aan menjadi wajib. [Subulus Salam (II/278)]
Dalil (an-nur) َ ِدقِين3ٱلصَّ ٰ َت بِٱهَّلل ِ ِإنَّهۥُ لَ ِمن ِ ۢ ٰهَ ٰ َد3 ُع َش3َ ِد ِهمۡ َأ ۡرب3َوٱلَّ ِذينَ يَ ۡر ُمونَ َأ ۡز ٰ َو َجهُمۡ َولَمۡ يَ ُكن لَّهُمۡ ُشهَدَٓا ُء ِإٓاَّل َأنفُ ُسهُمۡ فَ َش ٰهَ َدةُ َأ َح
َت بِٱهَّلل ِ ِإنَّهۥُ لَ ِمن ِ ۢ ٰهَ ٰ َد3 َع َش3َهَ َد َأ ۡرب3اب َأن ت َۡش َ َذ3ُؤا ع َۡنهَا ۡٱل َع 3َ َِو ۡٱل ٰ َخ ِم َسةُ َأ َّن لَ ۡعنَتَ ٱهَّلل ِ َعلَ ۡي ِه ِإن َكانَ ِمنَ ۡٱل ٰ َك ِذب
ْ ين َويَ ۡد َر
هَّلل َأ
ٌض ُل ٱ ِ َعلَ ۡي ُكمۡ َو َر ۡح َمتُهۥُ َو َّن ٱ َ تَوَّاب هَّلل ۡ َص ِدقِينَ َولَ ۡواَل ف ٰ
َّ ب ٱهَّلل ِ َعلَ ۡيهَٓا ِإن َكانَ ِمنَ ٱل َ ض َ ين َو ۡٱل ٰ َخ ِم َسةَ َأ َّن َغ3َ ِۡٱل ٰ َك ِذب
َح ِكي ٌم
6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak
ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang
itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah
termasuk orang-orang yang benar.
7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk
orang-orang yang berdusta.
8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas
nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang
yang dusta.
9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu
termasuk orang-orang yang benar.
10. Dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan
(andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya
kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).
Persoalan yang "Jika seorang laki-laki dari kami masuk ke rumahnya, lalu ia memergoki seseorang
terjadi ketika suami sedang berada di atas perut istrinya”
mencurigai istrinya
1. Ia datang untuk membawa empat orang laki-laki supaya menjadi saksi
berzina
baginya, lelaki tadi pun telah selesai melampiaskan hajatnya dan keluar.
2. jika ia membunuhnya, ia pun terancam dibunuh.
3. Sedang jika ia mengatakant, "Saya temukan si anu sedang bersama
perempuan itu," ia pun akan dijatuhi hukuman cambuk.
4. Dan jika diam saja, pasti dia akan memendam kemarahan.
Kejadian di zaman Kasus li’aan ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
rasul sallam, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
Setelah itu, orang tersebut mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi
dan mengatakan, ‘Sesungguhnya permasalahan yang aku tanyakan kepadamu
itu telah menimpaku.’ Oleh karena itu, Allah Ta’ala menurunkan banyak ayat
dalam surat An-Nuur yang berbunyi, ‘Orang-orang yang menuduh istri-istri
mereka melakukan perbuatan zina..’ Nabi membacakan ayat-ayat tersebut
pada orang tadi. Beliau memberikan nasihat kepadanya, mengingatkannya
dan memberitahu kepadanya bahwa siksa di dunia itu lebih ringan daripada
siksa di akhirat. Orang tadi mengatakan, ‘Tidak, demi Dzat yang telah
mengutusmu sebagai seorang Nabi, aku tidaklah berdusta dalam tuduhan itu.’
Berikutnya adalah sang istri, wanita tersebut lantas bersaksi atas nama Allah
sebanyak empat kali bahwa suaminya telah berdusta. Yang kelima adalah
bahwa dirinya akan mendapatkan kemurkaan Allah, jika ternyata
suaminyalah yang benar. Setelah itu, Nabi menceraikan pasangan suami istri
tersebut.’
‘Allah mengetahui bahwa salah satu diantara kalian telah berdusta. Apakah
ada diantara kalian yang hendak bertaubat?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata demikian sebanyak tiga kali.
1. Seorang hakim memulai dengan mengingatkan pasangan suami istri agar bertaubat
sebelum melakukan li’aan, lalu jika mereka berdua bersikeras untuk tetap melakukan li’an,
selanjutnya;
2. Seorang hakim memulai dengan memerintahkan suami untuk berdiri dan hakim berkata,
“Katakanlah empat kali, ‘Aku bersaksi kepada Allah bahwa sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berkata benar dalam tuduhan zina yang aku lemparkan kepada istriku.'”
3. Kemudian suami berkata seperti apa yang diperintahkan oleh hakim di atas.
4
Apabila pasangan suami-istri telah melakukan li’an maka keduanya dipisahkan. Sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan li’aan antara seorang laki-laki dan wanita dari kalangan Anshar, kemudian beliau
memisahkan keduanya. Namun, para ‘ulama berselisih pendapat mengenai hukum perpisahan
karena li’aan, apakah dia dihukumi sebagai talak ataukah fasakh (rusaknya akad nikah). [Lihat
uraiannya dalam Terj. Subulus Salam (III/88-90)]
Catatan:
Bila seorang suami menuduh istrinya berselingkuh (berzina), tetapi keduanya tidak
mengadukan masalah tersebut pada seorang hakim, maka wanita tersebut masih berstatus
istrinya, sebagaimana disebutkan oleh Ibrahim An-Nakha’i dalam Mushannaf
‘Abdurrazzaq (no. 12911) dengan sanad yang shahih.
Jika seorang suami berkata kepada istrinya, “Aku tidak mendapati keperawanan darimu,”
namun tidak bermaksud menuduhnya berzina, maka tidak berlaku hadd atau li’aan
kepadanya. Karena hilangnya keperawanan seorang wanita tidak selalu diakibatkan karena
senggama. Adapun jika suami berkata demikian dengan maksud menuduh istrinya telah
berzina, maka hukum yang berlaku adalah wanita tersebut masih berstatus sebagai istrinya.
[Lihat Ensiklopedi Fiqh Wanita (II/436]
5