Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA

Disusun Oleh:
Dedeh Rosita
R210415015

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA

A. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang meliputi perkembangan yang dialami sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia &
Adiyanti, 2013).
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Masa ini dimulai sekitar pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18
sampai 21 tahun (King, 2012).
B. Tahap-Tahap Perkembangan dan Batasan Usia Remaja
Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, Menurut
Soetjiningsih (2010) ada 3 tahap perkembangan remaja :
1. Remaja awal (Early adolescent) usia 12-15 tahun
Pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya sendiri dan yang menyertai perubahana-perubahan itu,
mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga cepat
tertarik pada lawan jenis.
2. Remaja madya (middle adolescent) usia 15-18 tahun
Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika
banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai
pada diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan
dirinya, selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak
tahu memilih yang mana yang peka atau tidak perduli, ramai-ramai
atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau materialis, dan
sebagainya.
3. Remaja akhir (late adolescent) usai 18-21 tahun
Tahap ini merupakan dimana masa konsulidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu :
a. Minat makin yang akan mantap terhadap intelektual
b. Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi
d. Terlalu mencari perhatian pada diri sendiri yang diganti
dengan keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dan orang
lain
e. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya dari
masyarakat umum
C. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan
periode sesudah maupun sebelumnya. Remaja merupakan suatu periode
transisi dari masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa dimana pada
masa ini terjadi beberapa perubahan yang timbul seperti perubahan fisik
yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang drastis, perubahan
bentuk tubuh dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran
payudara, perkembangan pinggang dan kumis serta dalamnya suara. Putro
(2017) menjelaskan mengenai ciri-ciri masa remaja, yaitu:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat
disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada
masa awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan
perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap,
nilai, dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai masa peralihan
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga
seorang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia
akan diajari untuk bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja
berusaha berperilaku sebagai mana orang dewasa, remaja
seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena
mencoba bertindak seperti orang dewasa. Dilain pihak, status
remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status
memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai bagi dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,
ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku
dan sikap juga berlangsung pesat.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-
sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan
yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.
Ketidakmampua mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya
menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan
harapan mereka.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak
puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala
hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua ini
menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja mengalami
“krisis identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada remaja.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya
sendiri, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku
merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang
tidak realistik ini tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Oleh
karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam
perbuatan sek bebas yang cukup meresahkan. Mereka
menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan
citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwa masa remaja
merupakan masa yang sangat sulit yang harus dihadapi oleh individu
remaja tersebut, dimana pada masa ini setiap anak harus bisa belajar
meninggalkan kebiasaan yang biasa dilakukan pada masa kanak-kanak.
D. Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
1. Menerima citra tubuh
Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila
sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka
tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan
waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari caracara
memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.
2. Menerima identitas seksual
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah
didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi berbeda
bagi anak perempuan, mereka didorong untuk memainkan peran
sederajat sehingga usaha untuk mempelajari peran feminim dewasa
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.
3. Mengembangkan sisitem nilai personal
Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai
dari nol dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana harus bergaul
dengan mereka .
4. Membuat persiapan untuk hidup mandiri
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri harus didukung oleh orang terdekat.
5. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak
remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman yang
diperoleh dari orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini menonjol
pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya yang mempunyai
hubungan akrab dengan anggota kelompok dapat mengurangi
ketergantungan remaja pada orang tua.
6. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan
Ketrampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh perkembangan
ketrampilan intelektual remaja itu sendiri, misal dalam mengambil
keputusan untuk menikah di usia remaja (Hurlock, 1998).
7. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa
Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-nilai
yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki, adalah
tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab
(Hurlock, 1998).
E. Perubahan pada Remaja
1. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi
pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan
organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan
sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini
ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu:
a. Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung
dengan organ seks. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche)
dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki.
b. Tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja laki-laki terjadi
perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih
lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut
disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri terjadi
perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina,
payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar
kemaluan (pubis).
2. Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan
perubahan fisik yang meliputi:
a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:
1) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
2) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar
yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.
b. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
1) Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
2) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin coba-coba.
F. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak
tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam
keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut
Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara
sehingga cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap
belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi
satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:
1. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga
yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
2. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya
terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
3. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang telah menikah dan masih menumpang
pada orang tuanya. (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).

Dalam keluarga modern sekalipun, pengaruh orang tua terhadap


anaknya masih sangat kuat. Nampaknya adanya kecenderungan
pembentukan perilaku anak sebagai hasil interaksi antara orang tua
dengan anaknya. Sebagaimana diungkapkan oleh Setiadi (2008) bahwa
kebanyakan sikap dan perilaku anak akan ditentukan oleh salah satu
faktor penting, yaitu kualitas hubungan diantara orang tua dengan anak.
G. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja secara
umum meliputi: 1) Menyediakan fasilitas untuk individu yang berbeda dan
kebutuhan anggota keluarga; 2) Bertanggung jawab terhadap sistem
keuangan keluarga; 3)Menetapkan pembagian tanggung jawab dalam
keluarga; 4) Membangun kembali hubungan pernikahan yang saling
memuaskan; 5) Mempererat jarak komunikasi dalam keluarga; 6)
memperbaiki hubungan dengan saudara, teman dan kerabat; 7)
Memperluas cakrawala dari remaja dan orang tua; 8) Merumuskan filsafat
hidup yang bisa diterapkan dalam keluarga (Duvall & Miller 1985).
Sementara itu, Gunarsa dan Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa
orangtua memiliki peran penting untuk mempersiapkan anak memasuki
usia remaja dalam hal:
1. Pertumbuhan fisik anak
Memberikan perlakuan pengasuhan yang baik, lingkungan sehat,
pengetahuan praktis mengenai kadar gizi, pengetahuan kebutuhan dasar
dan minimal (istirahat, bermain, belajar) sesuai kebutuhan pribadi
patokan umum dan masa perkembangan anak serta memberikan aturan
sesuai dengan kondisi anak.
2. Perkembangan sosial anak
Orang tua harus mengerti bahwa pergaulan sebagai kebutuhan, tak
terkecuali bagi remaja. Bergaul dengan teman sebaya yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kepribadian anak.
Oleh karena itu orang tua perlu memperhatikan siapa atau dengan
kelompok mana anak boleh, dianjurkan atau menghindari.
3. Perkembangan mental
Memperbaiki proses komunikasi verbal orang tua dengan anak,
berbicara sambil membimbing, penyediaan sarana dan fasilitas sesuai
kebutuhan anak.
4. Perkembangan spiritual
Membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai
dengan ajaran agama, mengikutsertakan dalam kegiatan keagamaan
serta menciptakan suasana keluarga yang harmonis. Kemudian,
memberikan pengertian nilai dan norma hukum seperti pelanggaran,
tata tertib, penyesuaian diri.
5. Mengembangkan minat dan bakat anak
Memberi kesempatan untuk berkembang, kerjasama orang tua –
keluarga besar - sekolah dengan mendorong anak memiliki kegiatan
lain yang produktif selain belajar. Ali dan Asrori (2010) berpendapat
bahwa amat penting bagi remaja diberikan bimbingan agar
keingintahuan yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang
positif, kreatif dan produktif.

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
raktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien di berbagai tatanan
nyata pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman
pada standar praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan,
dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Sedangkan
asuhan keperawanan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga, yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan (Effendi, 2002).

Secara umum tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah peningkatan


kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri.
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan
keluarga yaitu dalam 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga; 2)
Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga; 3)Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada
anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau
keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga; 4)
Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga; 5)Memanfaatkan sumber
daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan keluarga. Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi
pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan asuhan
keperawatan dan evaluasi (Friedman, 2003).

1. Pengkajian Keluarga
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil data secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, temuan yang objektif,
informasi yang tertulis maupun lisan dan rujukan berbagai lembaga yang
menangani keluarga dan anggota tim lainnya, pemeriksaan fisik terhadap
anggota keluarga (head to toe), data sekunder, misalnya hasil
laboratorium, dsb. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga menurut
Friedman (2003) adalah 1) Data umum ; 2) Riwayat dan tahap
perkembangan keluarga; 3) Lingkungan; 4) Struktur keluarga; 5) Fungsi
keluarga; 6) Stress dan koping keluarga; 7) Harapan keluarga; 8)
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga.
2. Perumusan Diagnosis Kepereawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi potensial/ aktual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan
status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang
akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi
perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label
singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di
lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah-masalah aktual atau
potensial atau diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The
North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014.
Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang
mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan
dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis
keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau
anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif
dan objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung
atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab.
3. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
No Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah 1
 Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
 Ancaman kesehatan 2

 Keadaan sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2


 Mudah 2
 Sebagian 1

 Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk dicegah 1


 Tinggi 3
 Sedang 2

 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1

 Masalah tidak dirasakan 0

Skoring : Skor x Bobot

Angka tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas yaitu kriteria


1: sifat masalah; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/ kurang sehat
karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dan dirasakan oleh keluarga; kriteria 2: kemungkinan masalah dapat
diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai
berikut: pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah, sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan
dan tenaga, sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
dan waktu, sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan dukungan masyarakat; kriteria 3: potensi masalah
dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan: kepelikan dari
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya
masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada,
tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok „high risk” atau kelompok
yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah; kriteria 4:
menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang
terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

4. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteriadan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana
perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan
rencana perawatan (Suprajitno, 2004).
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.
Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan
stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson &
Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka
pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada
lima tugas keluarga.
5. Implementasi Keperawatan Keluarga
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga
menurut Friedman (2003), yaitu: 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan
keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara
memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah; 2)
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan,
mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan
tentang konsekwensi tiap tindakan; 3) Memberikan kepercayaan diri
dalammerawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan
cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah,
mengawasi keluarga melakukan perawatan; 4) Membantu keluarga untuk
menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara
menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan
perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin; 5) Memotivasi keluarga
untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara
memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga,
adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan
prasarana yang ada pada keluarga.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana
perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik
maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi tingkat aktivitas
yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara
operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan
evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (Friedman, 2003). Evaluasi disusun
menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno, 2004).
S: ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O: keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan


pengamatan yang obyektif.
A: merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan
obyektif.

P: perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.


I. Analisa Data

Data senjang DS dan Do Etiologi Masalah Keperawatan

Ds : Hubungan keluarga Ketidakmampuan koping


ambivalen keluarga
1. Merasa diabaikan
2. Terlalu khawatir dengan anggota (D.0093)
keluarga
3. Merasa tertekan
Do:

1. Tidak memenuhi kebutuhan


anggota keluarga
2. Tidak toleran
3. Mangabaikan anggota keluarga
4. Tidak berkomitmen
5. Mengabaikan
perawatan/pengobatan anggota
keluarga
Ds: Kurang terpapar Defisit pengetahuan
informasi
1. Menanyakan masalah yang (D.0111)
dihadapi
Do:

1. Menunjukan prilaku tidak sesuai


anjuran
2. Menunjukan persepsi yang
keliruterhadap masalah
3. Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat
4. Menunjukan prilaku berlebihan
Ds: Transisi Gangguan proses
perkembangan keluarga
1. Keluarga tidak mampu
mengungkapkan perasaan secara (D.0120)
leluasa
Do:

1. Keluarga tidak mampu beradaptasi


terhadap situasi
2. Tidak mampu berkomunikasi
secara terbuka diantara anggota
keluarga
3. Keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan fisik/ emosional/spiritual
anggota keluarga
4. Keluarga tidak mampu mencari
atau menerima bantuan secara tepat

J. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas

1. Ketidakmampuan koping keluarga b.d Hubungan keluarga ambivalen d.d


Merasa diabaikan, Terlalu khawatir dengan anggota keluarga, Merasa tertekan,
Tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga, Tidak toleran, Mangabaikan
anggota keluarga, Tidak berkomitmen, Mengabaikan perawatan/pengobatan
anggota keluarga.
2. Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi d.d Menanyakan masalah
yang dihadapi, Menunjukan prilaku tidak sesuai anjuran, Menunjukan persepsi
yang keliruterhadap masalah, Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
Menunjukan prilaku berlebihan
3. Gangguan proses keluarga b.d Transisi perkembangan d.d Keluarga tidak
mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa, Keluarga tidak mampu
beradaptasi terhadap situasi, Tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara
anggota keluarga, Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik/
emosional/spiritual anggota keluarga, Keluarga tidak mampu mencari atau
menerima bantuan secara tepat

K. Intervensi
No Intervensi Keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan Rasional

1. Setelah dilakukan O: O:
tindakan keperawatan
 Identifikasi respon  Untuk mengetahui
selama 3x24 jam
diharapkan
emosional kondisi saat respon emosional

ketidakmampuan koping ini kondisi saat ini

keluarga dapat teratasi  Identifikasi  Untuk mengetahui


dengan Kriteria Hasil : pemahaman tentang pemahaman tentang
1. Kepuasan terhadap keputusan perawatan keputusan perawatan
prilaku bantuan anggota N: N:
keluarga lain meningkat
2. Perasaan diabaikan  Dengarkan masalah,  Untuk memahami

menurun perasaan dan dan memberi solusi


3. Perolaku mengabaikan pertanyaan keluarga terkait masalah,
anggota keluarga  Terima nilai-nilai perasaan dan
menurun keluarga dengan cara pertanyaan keluarga
4. Kemampuan memenuhi tidak menghakimi  Untuk memberikan
kebutuhan anggota
E: kenyamanan
keluarga membaik
E:
5. Toleransi membaik  Informasikan fasilitas
perawatan yang  Untuk mengetahui
tersedia fasilitas perawatan
C: yang tersedia
C:
 Terapi keluarga
 Untuk terapi keluarga

2. Setelah dilakukan O: O:
tindakan keperawatan  Untuk mengetahui
 Identifikasi kesiapan dan
selama 3x24 jam kesiapan dan
kemampuan menerima
diharapkan deficit kemampuan menerima
informasi
pengetahuan dapat informasi
 Identifikasi faktor-faktor
teratasi dengan Kriteria  Untuk mengetahui
yang dapat meningkatkan
Hasil : faktor-faktor yang
dan menurunkan
1. Perilaku sesuai anjuran dapat meningkatkan
motivasi perilaku hidup
meningkat dan menurunkan
bersih dan sehat
2. Verbalisasi minat dalam motivasi perilaku hidup
N:
belajar meningkat bersih dan sehat
3. Perilaku sesuai dengan  Sediakan materi dan N:
pengetahuan meningkat media pendidikan  Agar pasien memahami
4. Persepsi yang keliru kesehatan dan mengerti
terhadap masalah  Jadwalkan pendidikan  Agar pasien bisa
menurun kesehatan sesuai membagi waktu
kesepakatan  Untukk mengetahui
 Berikan kesempatan ketidak pahaman
untuk bertanya E:
E:  Untuk mengetahui
faktor risiko yang dapat
 Jelaskan faktor risiko yang
mempengaruhi
dapat mempengaruhi
kesehatan
kesehatan
 Agar menjaga
 Ajarkan perilaku hidup
kesehatan
bersih dan sehat
 Untuk meningkatk
 Ajarkan strategi yang
dapat
3. Setelah dilakukan O: O:
tindakan keperawatan
 Identifikasi pola  Untuk mengetahui
selama 3x24 jam
diharapkan gangguan
komunikasi keluarga pola komunikasi

proses keluarga dapat  Identifikasi cara keluarga

teratasi dengan Kriteria keluarga memecahkan  Untuk


Hasil : masalah mengetahuicara
1. Adaptasi keluarga  Identifikasi pembuatan keluarga
terhadap situasi mingkat keputusan dalam memecahkan
2. Kemampuan keluarga keluarga masalah
berkomunikasi secara
N:  Untuk
terbuka diantara anggota
mengetahuipembuat
keluarga meningkat  Fasilitasi diskusi
an keputusan dalam
3. Kemampuan keluarga keluarga
keluarga
mencari bantuan secara  Fasilitasi strategi
N:
tepat menurunkan stres
4. Aktivitas mendukung
 Diskusikan strategi  Untuk memberikan
pertumbuhan anggota
penyelesaian masalah fasilitas diskusi
keluarga meningkat
yang kontruktif keluarga
E:  Untuk mengetahui
strategi menurunkan
 Anjurkan
stres
berkomunikasi lebih
 Untuk mengetahui
efektif
penyelesaian
 Anjurkan semua
masalah yang
anggota keluarga
kontruktif
berpartisipasi dalam
E:
pekerjaan rumah
tangga bersama-sama  Untuk membuat
komunikasi yang
efektif dalam
keluarga
 Untuk meningkatkan
gotong royong dalam
keluarga
DAFTAR PUSTKA

Ali, M., & Asrori, M. (2010). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik.
Edisi ke-6. Jakarta: Media Grafika.

Allender, J. A., & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting


and protecting the public’s health. 6th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.

Carpenito, L. J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-8. Alih


Bahasa Ester M. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai