PBL 5 NSS
PBL 5 NSS
1. Identitas Pasien
a) Nama : Ny. Ode (wanita)
b) Usia : 30 tahun
2. RPS
a) KU : kepala terasa pusing berputar
b) Onset : mendadak sebelum masuk rumah sakit
c) Durasi : + 10 menit
d) Kualitas : pusing seperti berputar
e) Kuantitas :
f) Faktor >> : perubahan posisi (tidur duduk)
g) Faktor << : berdiam beberapa lama
h) Gejala lain : Mual, muntah, keringat dingin saat pusing, Keluhan
pandangan ganda, pendengaran berkurang dan telinga terasa penuh
disangkal
3. RPD
a) 4 hari sebelum merasa pusing berputar, Ny. Ode mengalami demam, batuk,
pilek tetapi kemudian merasa sembuh setelah minum parasetamol dan
istirahat
b) Riwayat terbentur pada daerah kepala dan kejang disangkal
4. RPK
Tidak ada informasi mengenai keluarga
5. RSE
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal
Klarifikasi Istilah
1. Pusing berputar
Keluhan subyektif dalam bentuk rasa berputar dari tubuh/kepala atau
lingkungan sekitarnya, disebut juga vertigo. Vertigo merupakan suatu ilusi
gerakan; perasaan ilusi bahwa sepertinya lingkungan atau tubuhnya sendiri
berputar; dapat diakibatkan oleh penyakit pada telinga dalam atau oleh
gangguan pusat-pusat vestibular atau jaras-jarasnya di dalam system system
saraf pusat. Istilah ini sering digunakan secara salah untuk menyatakan pusing
(Dorland, 2002).
2. Mual-muntah
a. Mual
Suatu sensasi tidak menyenangkan yang secara samar dialihkan ke
epigastrium dan abdomen, serta sering memuncak dengan muntah
(Dorland, 2002).
b. Muntah
Refleks perlindungan yang berpusat di medulla oblongata. Refleks untuk
mencegah kerusakan lambung dan semua organism dari keracunan.
Walaupun demikian, muntah yang terus-terusan disertai oleh kehilangan
asam lambung dan mengakibatkan alkalosis non respiratori dan gangguan
keseimbangan cairan (Despopoulus, 1998).
Identifikasi masalah
1. Mekanisme perubahan posisi menyebabkan pusing berputar
2. Hubungan mual, muntah, keringat dingin saat pusing
3. Hubungan pendengaran menurun dan telinga penuh
4. Hubungan demam, batuk, pilek dengan keadaan pasien sekarang
5. Anatomi keseimbangan
6. Fisiologi keseimbangan
7. Motion of sickness
Informasi I
1. RPD
a. Riwayat penyakit yang sama pernah diderita
b. Riwayat penyakit jantung disangkal
c. Riwayat penyakit DM disangkal
d. Riwayat penyakit hipertensi disangkal
2. RPK
a. Riwayat penyakit yang sama disangkal
b. Riwayat penyakit jantung disangkal
c. Riwayat penyakit DM disangkal
d. Riwayat penyakit hipertensi disangkal
Informasi II
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kuantitatif : GCS E4 M6 V5
Vital sign : TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/menit, reguler
RR : 20 x/menit
T : 36,3o C
Kepala : mesochepal, tanda trauma (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek cahaya
+/+, Pupil isokor diameter 2 mm/2 mm
Leher : dbn
Jantung : dbn
Paru : dbn
Abdomen : dbn
Informasi III
Pemeriksaan Neurologis :
Tanda rangsang meningeal (-)
Nervus Cranialis : N. VIII (N. akustikus)
Fungsi vestibuler :
a. Nylen barany test :+
b. Romberg test :+
c. Tandem gait : Baik
d. Past pointing test : baik
Pemeriksaan sensibilitas : dbn
Reflek fisiologis : + normal
Reflek patologis :-
Pembahasan PBL 5.1
1. Motion of sickness
Motion sickness diikuti oleh mual dan muntah yang ditimbulkan akibat
rangsangan terhadap apparatus vestibular adalah yang tidak biasa (misalnya di
laut) makin parah jika kepala digerakkan ketidaksesuaian input mata
dengan input vestibular (Despopoulus, 1998).
2. Hubungan demam, batuk, pilek dengan keadaan pasien sekarang
Demam, batuk, pilek (gejala influenza) etiologi : virus/bakteri menyebar
secara hematogen vestibular di telinga gangguan keseimbangan.
3. Mengapa ditanyakan riwayat hipertensi
a. Gangguan keseimbangan juga berhubungan dengan masalah vaskuler atau
aliran darah dikarenakan pada perjalanan apparatus vestibularis akan
mempengaruhi autonomic centre yang berperan dalam pengaturan system
vaskularisasi.
b. Hipertensi tekanan darah sistemik meningkat aliran darah otak
meningkat meningkatkan tekanan intrakranial menekan struktur peka
nyeri nyeri kepala
4. Past pointing test
Pemeriksaan fungsi serebelum : past pointing test, dilakukan dengan
merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian telunjuk menyentuh telunjuk
yang lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk,
pasien diminta menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan
tertutup.Pada kelainan vestibular akan terlihat penyimpangan lengan penderita
ke arah lesi (Soepardi, 2008).
5. Romberg Test
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan posisi seperti ini selama 20-30 detik. Harus
dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler,
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada krlainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup (Wreksoatmodjo, 2004).
6. Tandem Gait
Penderita bergerak lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakan pada ujung jari
kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
Sasaran Belajar
1. Nylen Barany Test
2. Anatomi organ keseimbangan
3. Fisiologi organ keseimbangan
4. Gangguan dan Karakteristik gangguan vestibuler dan non-vestibuler
5. BBPV
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Faktor risiko
d. Etiologi
e. Tanda dan Gejala
f. Patogenesis
g. Patofisiologi tanda dan gejala
h. Tehnik pemeriksaan dan interpretasi
i. DD
j. Pemeriksaan Penunjang
k. Penatalaksanaan
l. Prognosis
m. Komplikasi
6. Mekanisme perubahan posisi menyebabkan pusing berputar
7. Hubungan mual, muntah, keringat dingin saat pusing
8. Hubungan pendengaran menurun dan telinga penuh
9. Hubungan demam, batuk, pilek dengan keadaan pasien sekarang
5. BBPV
a) Definisi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah vertigo yang
bersifat paroksismal, yaitu hilang timbul dan berlangsung hanya beberapa
saat. Vertigo ini diakibatkan adanya perubahan posisi kepala secara cepat
dan tiba-tiba, berulang, dan sering disertai dengan nistagmus (Lempert,
2009).
b) Epidemiologi
BPPV adalah jenis vertigo vestibuler perifer yang paling umum ditemukan
yakni 75 % dari persentase kasus dan merupakan salah satu penyebab
terbanyak dari serangan vertigo yang tiba-tiba. Wanita memiliki angka
kejadian yang sedikit lebih besar daripada pria. BPPV mempunyai
predileksi lebih tinggi pada populasi yang lebih tua yaitu sekitar usia 50-
70 tahun dengan rata-rata onset pada umur 51 tahun. BPPV dapat
ditemukan pada orang dengan usia kurang dari 35 tahun jika ada riwayat
cedera kepala. BPPV kanal posterior merupakan tipe terbanyak dari
seluruh BPPV (Lempert, 2009).
c) Faktor risiko
1) Umur > 60 tahun,
2) Adanya gangguan telinga dalam (vestibuler),
3) Riwayat trauma kepala,
4) Riwayat neurolabirintitis,
5) Riwayat neuritis vestibuler,
6) Riwayat penyakit Meniere (Lempert, 2009).
d) Etiologi
1) Infeksi virus
2) Inflamasi pada saraf (neuritis)
3) Komplikasi pada bedah telinga
4) Efek samping dari obat
5) Pergerakan kepala yang cepat
f) Patogenesis
1) Teori Cupulolitiasis
Terlepasnya otolith
(Partikel basofilik yang berisi kalsium karbonat dari fragmen otokonia)
Nistagmus, pusing/vertigo
2) Teori Calalithiasis
Kepala tegak
Kupula defleksi
Nistagmus, pusing
g) Patofisiologi tanda dan gejala
i) DD
1) Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya
merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing
berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau
berjalan. Gejala gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari.
Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mengatasi gejala
dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami
ketidakstabilan dan ketidakseimbangan selama beberapa bulan,
serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak
ada perubahan pendengaran.
2) Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan
mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan
patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau
supuratif. Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur
didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak
bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan
pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh
produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh
organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri
akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam.
Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup
tinggi.
3) Penyakit Meniere.
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu
gangguanpendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi
pada wanita dewasa.
j) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan lab darah
2) Foto rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurioma akustik)
3) Elektroenselografi
4) Elektromiografi
5) Brainstem Auditory Evoked Pontential
6) Audiometri
7) Elektrokardiografi
8) Psikiatrik
9) ENG
10) CT scan
11) Arteriografi
12) MRI
k) Penatalaksanaan
Farmakologi
Medikasi merupakan terapi yang paling berguna untuk mengobati vertigo
akut dari beberapa jam sampai beberapa hari. Nmaun terapi
medikamentosa tidak terlalu berguna pada pasien BPPV karena episode
vertigo biasanya kurang dari 1 menit. Vertigo yang berlangsung selama
lebih dari beberapa hari mengarah ke cedera vestibular yang permanent.
Berbagai obat-obatan digunakan untuk terapi vertigo dan seringkali untuk
mual dan muntah. Obat-obatan ini dapat berupa kombinasi asetilkolin
antagonist, dopamine antagonist, dan antagonis reseptor histamine.
American Gastroenterological Association merekomendasikan
antikolinergik dan antihistamin untuk terapi mual yang bersamaan dengan
vertigo atau motion sickness (Labuguen, 2006).
Obat untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah meklizin,
dimenhidrinat, perfenazin dan skopolamin. Skopolamin terutama berfungsi
untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam bentuk plester kulit
dengan lama kerja selama beberapa hari. Semua obat tersebut bisa
menyebabkan ngantuk, terutama pada usia lanjut. Skopolamin dalam
bentuk plester kulit memiliki efek mengantuk yang paling sedikit
(Labuguen, 2006).
Gamma-aminobutyric acid (GABA) menghambat neurotransmitter pada
system vestibular. Bezodiazpine meningkatkat aksi GABA system
saraf pusat dan efektif menyembuhkan vertigo dan kecemasan. Pada
pasien yang lebih tua seringkali berkaitan dnegan efek samping dari
pengobatan ini yaitu supresi dari vestibular (misalnya sedasi,
meningkatkan resiko jatuh, retensi urin). Pasien seperti ini juga lebih
mudah terjadi interaksi obat (misalnya efek adiktif dengan CNS depressant
lainnya) (Labuguen, 2006).
Nonfarmakologi
Manajemen untuk BPPV meliputi tiga jenis perawatan konservatif, yang
melibatkan latihan dan operasi dijelaskan berikut ini :
a. Perawatan di tempat praktek
dokter
Manuver Epley dan Semont, dilakukan untuk merelokasi debris
yang berada di kanalis semisirkularis posterior menuju ke labirin
vestibuler. Manuver ini dengan segera menyembuhkan vertigo sekitar
90% dari penderita. Mengulang manuver meningkatkan kesembuhan
5% lagi, pada beberapa orang yang menderita vertigo berulang. Pasien
bisa diajari bagaimana caranya untuk melakukan manuver di rumah jika
vertigo berulang. Manuver Epley dan Semont berlangsung sekitar 15
menit hingga selesai. Manuver Semont (liberatory manuver)
melibatkan prosedur dimana pasien cepat berpindah dari posisi
berbaring di satu sisi ke sisi lainnya. Tetapi sekarang manuver ini
jarang digunakan di Amerika Serikat (Sura, 2010).
Manuver Epley
Gangguan BPPV sering bisa dilenyapkan dengan mempergunakan
manuver Epley untuk mengeluarkan partikel dari kanal. Pada manuver
ini, badan dan kepala orang digerakkan ke dalam posisi berbeda,
beriringan. Masing-masing posisi ditahan selama sekitar 30 detik untuk
membiarkan partikel pindah oleh gravitasi ke bagian kanal lain. Untuk
memeriksa jika manuver berjalan, pasien memindahkan kepala ke arah
dimana dulunya menyebabkan vertigo. Jika vertigo tidak terjadi,
manuver berjalan baik.
1. Pertama, dengan pasien posisi duduk, kepala diputar sekitar 45
derajat ke sebelah kanan atau kiri, tergantung pada sisi pemicu
vertigo. Pasien kemudian berbaring dengan kepala bergantung di
balik pinggir meja periksa (atau tempat tidur). Partikel memicu
sinyal ke otak, menghasilkan vertigo.
2. Kepala kemudian diubah ke arah yang lain dengan sudut yang sama.
3. Kepala dibelokkan lebih jauh ke sebelah kiri, agar telinga sejajar
dengan lantai.
4. Akhirnya, kepala dan badan dibalik semakin banyak, sampai hidung
menunjuk ke lantai. Pasien kemudian duduk tegak tetapi menjaga
kepala agar tetap dibelokkan sejauh mungkin. Ketika pasien sudah
duduk tegak, kepala bisa dihadapkan ke depan (Sura, 2010).
Instruksi untuk pasien setelah melakukan manuver Epley atau Semont
maneuvers
1. Tunggu selama 10 menit setelah manuver dilakukan sebelum pulang.
Hal ini untuk menghindari quick spins atau serangan vertigo
berulang ketika debris mereposisi kembali segara setelah melakukan
manuver. Jangan pulang ke rumah sendirian.
2.Tidur setengah telentang selama dua malam. Ini artinya tidur dengan
kepala membentuk sudut 45 derajat. Hal ini paling mudah
dilakukan dengan menggunakan recliner kursi atau menggunakan
bantal yang disusun untuk mengganjal kepala. Sepanjang hari,
cobalah untuk menjaga kepala pada posisi vertikal. Jangan
melakukan kegiatan yang memerlukan gerakan kepala. Ketika
bercukur, pasien harus menekuk tubuh mereka maju dalam rangka
mempertahankan kepala vertikal.
3. Setidaknya satu bulan, menghindari posisi kepala yang mungkin
menyebabkan terjadinya BPPV lagi.
a) Menggunakan dua bantal saat Anda tidur.
b) Hindari tidur pada posisi yang buruk.
c) Jangan menggerakkan kepala ke atas atau bawah secara
ekstrim.
4. Pada satu bulan setelah perawatan, menempatkan diri Anda di posisi
yang biasanya membuat anda pusing. Hati-hati dalam
memposisikannya, dan kondisikan pasien agar tidak jatuh atau
berpotensi terluka. Dokter harus mengetahui bagaimana pasien
melakukannya (Sura, 2010).
b. Perawatan di rumah
Latihan Brandt-DAROFF adalah sebuah metode untuk merawat BPPV,
biasanya digunakan ketika manuver Epley dan Semont yang telah
dibahas di atas gagal. Latihan ini berhasil dalam 95% kasus, tetapi lebih
sulit daripada manuver Epley dan Semont. Latihan ini akan dilakukan
dalam tiga set per hari selama dua minggu. Dalam setiap set, manuver
dilakukan lima kali (Sura, 2010).
5 10
Pagi
repetisi menit
Siang 5 10
repetisi menit
5 10
Sore
repetisi menit
Mulai duduk tegak lurus (posisi 1). Kemudian pindah ke salah satu sisi
(posisi 2), dengan kepala setengah menoleh ke atas. Cara mudah untuk
mengingat ini adalah bayangkan seseorang berdiri dengan jarak sekitar
6 kaki di depan Anda, dan hanya melihat kepala mereka setiap waktu.
Tetap pada posisi di salah satu sisi selama 30 detik, atau sampai pusing
hilang, kemudian kembali ke posisi duduk (posisi 3). Posisikan selama
30 detik, dan kemudian ganti ke sisi lainnya (posisi 4) dan ikuti hal
yang sama.
Latihan ini harus dilakukan selama dua minggu, tiga kali per hari, atau
selama tiga minggu, dua kali per hari. Ini menambahkan hingga total
52 set. Pada kebanyakan orang, gejala berkurang setelah 30 set, atau
sekitar 10 hari. Sekitar 30 persen pasien, BPPV akan terulang dalam
satu tahun. Jika BPPV berulang, mungkin pasien ingin menambahkan
10 menit untuk latihan rutin sehari-hari (Sura, 2010).
Perawatan Bedah
Jika latihan yang dijelaskan di atas tidak efektif dalam mengendalikan
gejala, gejalanya persisten untuk satu tahun atau lebih, dan diagnosis
sangat jelas, prosedur operasi yang disebut "posterior kanal plugging"
mungkin dianjurkan. Canal plugging block sebagian besar fungsi dari
kanal posterior tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi lainnya kanal atau
bagian telinga. Prosedur ini memiliki risiko kecil untuk mendengar, tetapi
efektif pada sekitar 90% dari orang yang tidak memiliki respon terhadap
pengobatan lainnya. Hanya sekitar 1 persen dari pasien BPPV akhirnya
tertangani. Pembedahan tidak boleh dilakukan sampai tiga manuver /
latihan (Epley, Semont, dan Brandt-Daroff) telah dicoba dan gagal.
Labyrintyhectomy dan sacculotyomy tidak cocok karena pada prosedur ini
dapat terjadi pengurangan atau kehilangan pendengaran (Sura, 2010).
l) Prognosis
Dengan maneuver reposisi Epley, 80-90 % pasien dengan BPPV dapat
teratasi dengan baik. Sekitar 40-50 % bisa kambuh setelah 5 tahun, 18 %
setelah 10 tahun, dan 50 % setelah 40 bulan (Lempert, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson JH dan Levine SC. 1997.Buku Ajar Penyakit THT Boies Edisi Keenam.
Jakarta : EGC.
Dorland, W.A. Newman. Kamus kedokteran Dorland. 2002. Jakarta: EGC. Hal.
2390.
Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Hal
245.
Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Gramedia
Joesoef AA. 2002. Tinjauan Umum Mengenai Vertigo. Dalam : Joesoef AA,
Jong, W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Physician. (73).
hlm 136-138.
Jakarta: EGC.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher,
Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care.
Suzanne CS & Brenda GB. 1999. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta: EGC.
T. Declan, Walsh., Kapita Selekta Penyakit dan Terapi, alih bahasa Caroline