Jeni Febronia - K.20.01.015 - Proposal Metodologi Penelitian
Jeni Febronia - K.20.01.015 - Proposal Metodologi Penelitian
JENI FEBRONIA
K.20.01.015
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini dengan judul “pengaruh terapi hypnosis
lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes
mellitus di Rumah Sakit Mega Buana Palopo Tahun 2023”.
Jeni Febronia
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan psikologis penderita diabetes dapat mempengaruhi kadar
kortisol dalam darah yang juga mempengaruhi gula darah. Keadaan psikologis
yang sering dialami pasien yaitu rasa cemas yang terjadi tanpa disadari oleh
pasien seperti kelelahan, gelisah, kurang konsentrasi, terbangun, ketegangan
meningkat dan kehilangan kendali (Pasaribu, 2020). Respon emosional negatif
pada klien dengan diabetes juga dapat berupa penolakan atau kegagalan untuk
mengakui kenyataan, ketakutan, kemarahan, rasa bersalah, dan depresi. Ketika
klien dirawat di rumah sakit, mereka kehilangan waktu untuk pemulihan dan
sosialisasi. Selain itu, pengobatan diabetes melitus yang memerlukan waktu
penyembuhan yang lama (Ajar, 2014). Tingkat kecemasan pada penderita
diabetes melitus disebabkan karena diabetes dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan, efek negatifnya yang kompleks terhadap kontinum kecemasan
individu. Kecemasan timbul karena merasa terancam, baik secara fisik maupun
mental (Jauhari, 2016). Dengan demikian mengatasi kecemasan pada pasien
diabetes melitus sangat penting karena dapat memperberat penyakit yang
diderita.
Penyakit diabetes melitus membutuhkan pengobatan dan perawatan
jangka panjang yang membuat pasien bosan, jenuh, cemas bahkan frustasi. Hal
ini menunjukkan bahwa diperlukan motivasi baik secara internal maupun
eksternal agar pasien dapat menjalani semua proses pengobatan dan perawatan
pada diabetes (Perkeni, 2018). Tingkat kecemasan pada penderita DM 20 %
lebih tinggi daripada yang tidak menderita DM (Andrean & Muflihatin 2020).
Orang yang menderita DM memiliki tingkat kecemasan 20% lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DM (Andrean & Muflihatin
2020). Peran caregiver pada klien yang menderita masalah psikososial diabetes
adalah suportif. Intervensi untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan melalui
teknik relaksasi dan distraksi. Salah satu teknik pengurangan distraksi untuk
mengurangi kecemasan yang dapat dilakukan adalah metode hipnosis lima jari.
Cara ini sangat mudah dilakukan, Efek hipnosis lima jari dalam mengurangi
kecemasan pada pasien diabetes bersifat tahan lama dan murah, karena
pengobatannya tidak memerlukan alat atau bahan khusus. Metode ini hanya
membutuhkan konsentrasi dan perhatian individu. B.A Keliat, 2011). Dengan
demikian, salah satu cara yang paling tepat untuk mengatasi kecemasan pada
klien yaitu menggunakan teknik relaksasi hypnosis lima jari.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan 537
juta orang akan menderita diabetes di seluruh dunia pada tahun 2021,
meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045, di
antara orang berusia 20 hingga 79 tahun jika tidak ada tindakan yang diambil
(IDF, 2021). Indonesia saat ini memiliki jumlah kasus diabetes terbanyak
kelima di dunia dengan 19,5 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan
meningkat sebanyak 28,6 juta orang pada tahun 2045 (Perkeni, 2021). Namun
pada kualitas kesehatan fisik penderita DM tipe 2 sebagian besar menderita
penyakit sebanyak 13 orang (54,2%), sebagian besar menderita penyakit jiwa
sebanyak 15 orang (62,5%) dan sebagian besar dalam hubungan sosial
terganggu sebanyak 16 orang (66,6%) (Faswita, 2019).
Menurut Dewi dkk. (2021), seseorang yang menderita DM perlu minum
beberapa obat dan melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan hidup yang
tiba-tiba menyebabkan penderita DM menunjukkan respon psikologis yang
negatif, seperti kemarahan, perasaan tidak berharga dan kecemasan yang
meningkat (Siregar & Hidajat, 2017). Kecemasan merupakan respon yang
membuat orang tidak nyaman, cemas dan khawatir, yang tidak jelas dan
melibatkan respon otonom (Merisa, Ircham Machfoedz, 2019). Kecemasan
dapat terjadi tanpa disadari oleh pasien, seperti yang termanifestasi dalam
manifestasi klinis seperti kelelahan, gelisah, kurang konsentrasi, terbangun,
ketegangan meningkat dan kehilangan kendali yang mungkin dialami pasien
selama sakit (Pasaribu, 2020).
Kecemasan pada penderita diabetes dapat menyebabkan gula darah
tidak terkontrol. Hal ini semakin mempersulit pengobatan pasien diabetes
melitus. Efek lain dari kecemasan pada pasien diabetes adalah penurunan
kualitas hidup. Penelitian oleh (Yusra, 2011) menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan selama durasi penyakit yang lama dapat menyebabkan penurunan
kualitas hidup pasien diabetes melitus. Menurut Stuart dan Sundden (1988),
kecemasan dibagi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, berat dan
panik (Erika Untari Dewi, 2017). Mengatasi masalah ini membutuhkan
manajemen kecemasan yang baik, bukan hanya perawatan fisik. Penanganan
kecemasan biasanya melibatkan pengobatan dan terapi psikologis (Abdul
Rokhman, Ahsan, 2018). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
2
pasien DM adalah faktor psikologis seperti keterampilan koping, tingkat
depresi, tingkat kecemasan, keyakinan kesehatan, dukungan sosial dan
kepribadian. Kecemasan yang konstan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Mengurangi atau mengatasi kecemasan membutuhkan mekanisme penyelesaian
masalah atau coping yang efektif (Rochmah, Rasni dan Nur, 2019). Ketika
seseorang terancam, seseorang harus segera memulai respon bertahan hidup
(Fay & Isticchomah, 2017). Sehingga sebagai perawat perlu melakukan terapi
untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien.
Mengingat kesehatan psikologis pada pasien diabetes melitus sangat
penting untuk menjadi perhatian khusus karena efek negatif yang dapat
ditimbulkannya program manajemen kecemasan diperlukan untuk klien dengan
diabetes. Salah satu cara untuk mengatasi stres adalah metode hipnotis lima jari.
Cara ini sangat mudah dilakukan, tidak membutuhkan banyak waktu dan
murah, karena tidak memerlukan alat atau bahan khusus untuk melakukan
perawatan. Metode ini hanya membutuhkan konsentrasi dan kesadaran
individu. Maka mengkaji tentang pengaruh hypnosis lima jari terhadap
penurunan kecemasan pada klien diabetes mellitus dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pada klien dengan diabetes melitus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti menyusun
rumusan masalah penelitian tentang “Apakah terdapat pengaruh terapi
hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pada penderita diabetes
melitus di Rumah Sakit Mega Buana Palopo tahun 2023 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Teridentifikasi analisis intervensi teknik hipnoptik lima jari terhadap
penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Mega
Buana Palopo.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi karakteristik kecemasan pada pasien diabates mellitus
b. Teridentifikasi penurunan tingkat kecemasan pada pasien diabetes
melitus sebelum pemberian teknik hipnotik lima jari
c. Teridentifikasi penurunan tingkat kecemasan pasien diabetes melitus
sesudah pemberian teknik hipnotik lima jari
3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan ajar dan referensi atau sumber
pemikiran yang baru dalam bidang kesehatan terkait pengaruh terapi
hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes
mellitus.
2. Bagi Keilmuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan info terkhusus kepada
mahasiswa/mahasiswi keperawatan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
pengaruh terapi hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien
diabetes mellitus.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pendahuluan
bagi penelitian yang lain jika ingin mengadakan penelitian selanjutnya
tentang pengaruh terapi hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan
pada pasien diabetes mellitus.
4. Bagi Masyarakat
Agar dapat memberikan informasi, dan menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan kepada masyarakat terkait dengan penagruh terapi hypnosis
lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes adalah gangguan metabolisme umum yang berhubungan
dengan peningkatan kadar gula darah atau yang dikenal dengan istilah
hiperglikemia (Nyayu Mevia Fiqi & Zulmansyah, 2021). Diabetes adalah
penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan gula darah akibat
penurunan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya (Safe BP,
2019). Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya hormon yang mengatur penggunaan gula oleh tubuh. hormon
tersebut adalah hormon insulin (Sardjito, 2021). Diabetes diakibatkan oleh
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan; Faktor-faktor yang
mendukung hiperglikemia meliputi penurunan sekresi insulin, peningkatan
produksi glukosa, dan penurunan penyerapan glukosa. Penyakit ini
diakibatkan oleh gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin,
baik absolut maupun relatif (Price & Wilson, 2012). Dampak diabetes
melitus dapat menyebabkan komplikasi metabolik akut (hiperglikemia dan
hipoglikemia) dan komplikasi kronis (retinopati, nefropati, kerusakan saraf,
proteinuria, dan ulserasi/gangren). Mungkin ada efek psikologis yang terkait
dengan kecemasan, yang merangsang pelepasan ACTH (hormon
adrenokortikotropik) dari kelenjar hipofisis anterior. Selain itu, ACTH
merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon adrenocorticoid
yaitu kortisol (Gayton, 2008).
2. Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus yang dibagi menurut klasifikasinya yaitu:
a. Diabetes Melitus tipe 1
Disebabkan destruktur sel beta autoimun biasanya memicu
terjadinya definisi insulin absolut. Faktor herediter berupa antibody sel
islet, tingginya insiden HLA tipe DR 4. Faktor lingkungan berupa
infeksi virus ( virus cxsackie, enterovirus, retrovirus, mumps),
defisiensi vitamin D, toksin lingkunga, menyusui jangka pendek
paparan dini terhadap protein kompleks sebagai penyebab genetic
5
berkembangnya diabetes mellitus tipe 1. Individu dengan diabetes
mellitus tipe 1 mengalami difisiensi absout (Maria, 2021).
b. Diabetes Melitus tipe 2
Akibat resistenssi insulin perifer, defek progresif sekresi insulin,
peningkatan gluconeogenesis. Diabetes Melitus tipe 2 dipengaruhi
factor lingkungan berupa obesitas, gaya hidup tidak sehat, diet tinggi
karbohidrat. Diabetes Melitus tipe 2 memiliki presimtomatis yang
panjang menyebabkan penegakan diabetes mellitus tipe 2 dapat
tertunda 4-7 tahun. (Maria, 2021).
6
b. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2
Proses patofisiologi dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap
aktivitas insulin biologis, baik di hati mampu jaringan perifer. Keadaan
ini disebut sebagai resistensi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki
penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa, yang
mengakibatkan produksi glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai
dengan kadar glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar
glukosa, hal ini bersamaan dengan ketidak maampuan otot dan jaringan
lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa. Mekanisme penyebab
ristabsi insulin perifer tidak jelas, namun, ini tampak terjadi setelah
insulin berkaitan terhadap reseptor pada permukaan sel.(Maria, 2021).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penderita Diabetes Melitus memiliki keterkaitan
dengan akibat dari metabolik. Beberapa gejala umum yang dapat timbul oleh
penyakit DM menurut Randy & Margereth (2012) di antaranya:
a. Poliuri (peningkatan produksi urine) Apabila kadar gula darah
melebihi nilai ambang ginjal (> 180 mh/dl) maka gula akan keluar
bersama dengan urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal
akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumblah besar
glukosa yang hilang.
b. Polidipsi (seringkali merasa haus dan ingin minum sebanyak-
banyaknya), Karna banyaknya urine yang keluar, tubuh akan
kekurangan cairan (dehudrasi). Untuk mengatasi hal tersebut, maka
penderita akan merasakan haus, sehingga selalu ingin minum yang
banyak, minum
c. Polifagia (peningkatan nafsu makan) dan kurang tenaga. Sejumlah
besar kalori hilang kedalam air kemih, sehingga penderita mengalami
penurunan berat badan, maka itu penderita sering kali merasakan lapar
yang luar biasa sehingga banyak makan(polifagia).(Ns. Ida Suryati,
2021)
5. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus Menurut (Tandra, 2018)\
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
7
Diabetes tipe 1 atau yang disebut Diabetes Insulin-Dependent
merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya gangguan
pada sistem imun atau kekebalan tubuh yang mengakibatkan rusaknya
pankreas. Kerusakan pada pankreas pada diabetes tipe I dapat
disebabkan karena genetika (keturunan). Pengidap Diabetes Mellitus
tipe 1 tidak banyak namun, jumlahnya terus meningkat 3% setiap
tahun. Peningkatan tersebut terjadi pada anak yang berusia 0-14 tahun
(data Diabetes Eropa). Tahun 2015 IDF mencatat terdapat 542.000
kasus Diabetes Tipe I di seluruh dunia, dan akan bertambah 86.000
orang setiap tahunnya. Di Indonesia, data statistik mengenai mengenai
Diabetes tipe I belum ada, namun diperkirakan tidak mebih dari 2%.
Hal ini disebabkan oleh tidak diketahui atau tidak terdiagnosisnya
penyakit pada kasus. Penyakit ini biasanya muncul pada usia anak
sampai remaja baik laki-laki maupun perempuan.
6. Komplikasi DM
8
Komplikasi Diabetes Melitus dapat terjadi diantaranya komplikasi akut dan
Kronis.(Maria, 2021)
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikomi Terjadi akibat meningkatnya kadar insulin sesudah
dilakukan injeksi, keadaan hipoglikemi jika gula darah <63 mg/dl.
2) Sindrom hiperglikemik hiporesmolar non ketosis (HHNS)sindrom
hiperglikemik hiporesmolar non ketosis (HHNS)adalah varian
katoasidosis diabetik yang ditandai dengan hiperlikemia ekstrem
(600-2000 mg/dl) dehidrasi nyata, ketonuria ringan atau tidak
terdeteksi, dan tidak ada asidosis, HHNS umumnya banyak terjadi
pada lansia DM tipe 2.
b. Komplikasi kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
Yaitu penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskuler, hipertensi,
penyakit pembulu darah, infeksi.
2) Komplikasi Mikrovaskuler yaitu retinopati, nefropati, ulkus tungkai
dan kaki, neuropati sensorimotor, neuropati autonomi yaitu pupil,
jantung, gastrointestinal, urogenital. Komplikasi kronis adalah
penyebab utama kesakitan dan kematian pada klien DM.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu
dilakukan intervensi farmakologi dengan obat antihiperglikemia secara oral
dan atau/ suntikan.(Selly Septi Fandinata, 2020)
a. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, selalu perlu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang
sangat penting dari pengelolaan DM secara Holistik.
b. Terapi nutrisi medis
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada
mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secar teratur (3-5 hari
seminggu selama sekitar 30-45 menit), dengan total 150 menit
perminggu, dengan jeda antara latihan tidak Irbih dari 2 hari berturut-
turut. Latihan jasminani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
9
bersifat aerobik dengan intensitas (50-70% denyut jantung maksimal)
seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang,
1. Sumber Kecemasan
a. Ancaman internal dan eksternal terhadap ego.
10
Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar ; makan, minum,
sexual.
b. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri
1) Tidak menemukan integritas diri,
2) Tidak menemukan prestige,
3) Tidak memperoleh aktualisasi diri
4) Malu atau tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan
nyata (azizah, 2016)
11
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir
seseorang pada diri sendiri dan pada orang lain. Itu karena ada
pengalaman tidak menyenangkan yang dialami orang tersebut dengan
keluarga, teman, atau dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut
tidak merasa aman lingkungan.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan dapat muncul jika orang tersebut tidak dapat menemukan
jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan pribadi ini,
terutama jika dia perasaan marah atau frustrasi yang ditekan untuk
waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh terus berinteraksi satu sama lain dan dapat
menyebabkan kecemasan muncul. Ini terlihat dalam kondisi seperti
kehamilan selama masa remaja dan selama paparan penyakit. Selama
ada syaratnya Pada tahap ini, perubahan suasana hati sering terjadi,
yang dapat menyebabkan kecemasan muncul.
12
Tanda-tanda kognitif kecemasan meliputi: khawatir tentang sesuatu,
perasaan cemas atau takut akan sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (no tidak dijelaskan
dengan jelas), disibukkan dengan sensasi tubuh, sangat waspada
sensasi tubuh, merasa terancam oleh orang atau kejadian lain sering
mendapat sedikit atau tidak ada perhatian, takut ketinggalan
mengendalikan, takut tidak bisa memperbaiki masalah, berpikir dunia
runtuh berpikir bahwa segala sesuatu tidak mungkin lagi dikendalikan,
berpikir bahwa semuanya tampak begitu membingungkan tanpa
kekuatan diatasi, khawatir tentang hal-hal yang tidak penting,
memikirkan hal-hal yang mengganggu hal yang sama berulang-ulang,
berpikir kita bisa keluar dari keramaian (kalau tidak pasti anda akan
pingsan), bingung atau bingung pikiran, tidak bisa menghilangkan
pikiran kacau, memikirkan kematian sebelum waktunya (walaupun
dokter tidak menemukan kesalahan medis), khawatir akan dibiarkan
sendiri dan mengalami kesulitan memusatkan atau
mengkonsentrasikan pikirannya.
13
5. Dampak Kecemasan
Ketakutan dan kecemasan yang tidak beralasan pada akhirnya
menimbulkan kecemasan, dan kecemasan ini mau tidak mau menyebabkan
perubahan perilaku seperti menarik diri dari lingkungan, sulit berkonsentrasi
pada pekerjaan, aktivitas, kesulitan makan, lekas marah, kontrol emosi yang
buruk marah, sensitif, tidak logis, susah tidur. (Jarnaoui 2020).
Menurut Yustinus (2006) dalam (Arifiati and Wahyuni 2019),
membagi beberapa dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom,
antara lain :
a. Simtom Suasana Hati
Orang yang mengalami kecemasan memiliki rasa hukuman dan
malapetaka yang samar-samar dari sumber yang tidak diketahui. Orang
dengan kecemasan tidak bisa tidur dan karenanya menjadi mudah
tersinggung.
b. Simtom kognitif
Gejala kognitif, khususnya kecemasan, dapat menyebabkan kecemasan
dan kecemasan pribadi tentang hal-hal tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tidak memperhatikan urusan saat ini,
sehingga sering tidak bekerja atau belajar secara efektif dan pada
akhirnya akan menjadi
merasa khawatir.
c. Simtom motor
Orang dengan kecemasan sering merasa tidak nyaman, stres,
aktivitas motorik menjadi tidak bermakna dan tidak bertujuan, seperti
mengetukkan jari kaki dan dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba. gejala
motoric adalah stimulan kognitif yang kuat pada individu dan adalah
upaya untuk melindungi dirinya dari apapun yang dia rasakan
mengancam.
14
dengan menjumlahkan skor total untuk setiap pertanyaan (kalimat)
(Wahyudi et al. 2019).
HAM-A alias HARS adalah salah satu tangga nada pertama
dikembangkan untuk mengukur tingkat keparahan gejala kecemasan di
dewasa dan remaja, dan masih banyak digunakan saat ini baik di pengaturan
klinis dan penelitian. Skala terdiri dari 14 item, masing-masing di
identifikasi oleh berbagai gejala dan ukuran kecemasan psikologis (agitasi
mental dan tekanan psikologis) dan kecemasan fisik (keluhan fisik terkait
dengan kecemasan) (American Thoracic Society 2021).
Menurut (Kautsar, Gustopo dan Achmadi, 2015) dalam (Wahyudi et
al. 2019) menyimpulkan bahwa validitas alat HARS ditunjukkan di bagian
Jawaban Korelasi Item-Sum dari semua pertanyaan adalah positif dan lebih
besar dari kondisi 0,05, sedangkan reliabilitas dinyatakan melalui nilai
Cronbach's Alpha sebesar 0,793 dengan jumlah 14 item lebih besar dari 0,6
maka digunakan kuesioner terbukti dapat diandalkan (0,793>0,6). Oleh
karena itu, HARS direkomendasikan untuk diukur tingkat kecemasan.
Berbasis penelitian (Ramdan 2018) HAM-A versi Indonesia memiliki
sifat psikologis yang memuaskan dengan validitas dan reliabilitas, sehingga
dapat digunakan untuk mengukur kecemasan. Theo (Clark & Donovan,
1994) dalam (Ramdan 2018) terjemahan HAM-A in bahasa lain telah
melakukan ini berkali-kali dan mendapatkan hasil yang valid dan dapat
diandalkan. Dalam konteks penelitian klinis, HAM-A adalah ukuran yang
dapat diandalkan valid untuk penilaian global kecemasan pada populasi
remaja.
Penilaian kecemasan berbasis HAM-A mencakup 14 item, termasuk:
a. Perasaan cemas (merasa cemas, merasa tidak enak, takut pada pikiran
sendiri, marah, mudah tersinggung).
b. Stres (merasa tegang, merasa lelah, merasa gelisah, merasa goyah,
mudah menangis, tidak bisa rileks, mudah terkejut).
c. dibandingkan dengan Takut (takut gelap, takut orang asing, takut
ditinggal sendirian, takut hewan, takut lalu lintas, takut dalam
keramaian).
d. Insomnia (susah tidur, tidak bisa tidur nyenyak, merasa lelah saat
bangun tidur, mimpi buruk, bangun di tengah malam).
e. Intelektual (sulit berkonsentrasi, sulit mengingat).
f. Merasa tertekan (kehilangan minat, tidak tertarik pada hobi, merasa
sedih/depresi, sering bangun pagi saat tidur malam).
15
g. Gejala somatik (otot) (nyeri atau nyeri otot, otot berkedut, otot kaku,
gigi ketajaman, suara tidak rata, tonus otot meningkat).
h. Gejala sensorik (tinnitus, penglihatan kabur, kemerahan, merasa
lemah, sensasi kesemutan).
i. Gejala kardiovaskular (takikardia, jantung berdebar, nyeri dada, denyut
nadi meningkat, merasa lemas/mengantuk seperti ingin pingsan,
merasakan detak jantung merusak).
j. Gejala pernapasan (kesulitan bernapas/dada sesak, perasaan tercekik,
sering nafas dalam, sesak nafas/mengi).
k. Gejala gastrointestinal (disfagia, sakit perut, kembung, sensasi
terbakar, perasaan kenyang, merasa mual, muntah, kesulitan
BAB/sembelit, penurunan berat badan).
l. Gejala urogenital (frekuensi berkemih meningkat, ketidakmampuan
menahan air operasi, tidak haid, perdarahan haid lebih banyak dari
biasanya).
m. Gejala otonom (mulut kering, kemerahan, pucat, berkeringat, merasa
pusing, merasa berat di kepala, merasa stres).
n. Perilaku (gelisah, gelisah/ritme, tangan gemetar, alis mata wajah
berkerut, gugup, napas cepat, wajah pucat, sering menelan ludah).
16
C. Tinjauan Umum Tentang Hypnosis Lima Jari
1. Pengertian Hypnosis Lima Jari
Hipnosis lima jari adalah teknik untuk mengarahkan pikiran dengan
cara menyentuh jari-jari tangan dan membayangkan hal-hal menarik atau
hal-hal yang Anda sukai (Halim & Khayati, 2020). Hipnosis lima jari
merupakan teknik yang dilakukan untuk mengarahkan pikiran dengan cara
menyentuh jari-jari tangan dan membayangkan hal-hal menarik atau hal-hal
yang Anda sukai (Halim & Khayati, 2020). Hipnoterapi lima jari adalah
penggunaan lima jari tangan di mana klien dibantu untuk mengubah persepsi
kecemasan, stres, ketegangan dan takut menerima proposal yang berbatasan
dengan ketidaksadaran atau keadaan rileks dengan menggerakkan jari sesuai
perintah (Mawarti, 2021).
Dengan demikian hipnoterapi lima jari merupakan salah satu teknik
relaksasi yang digunakan lima jari mengarahkan pikiran pada hal-hal yang
menyenangkan untuk membantu menghilangkan kecemasan, stres dan
ketakutan.
17
2) Bantu klien untuk mendapatkan posisi istirahat yang nyaman duduk
atau berbaring
3) Latih klien untuk menyentuh keempat jadi dengan ibu jari tangan
4) Minta klien untuk tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali
5) Minta klien untuk menutup mata agar rileks
6) Dengan diiringi musik (jika klien mau)/ pandu klien untuk
menghipnosisi dirinya sendiri dengan arahan berikut ini:
a) Satukan ujung ibu jari dengan jari telunjuk, ingat kembali saat
anda sehat.
b) Anda bisa melakukan apa saja yang anda inginkan.
c) Satukan ujung ibu jari dengan jari tengah, ingat kembali momen
d) indah ketika anda bersama dengan orang yang anda cintai (orang
tua/suami/istri/ataupun seseorang yang dianggap penting).
e) Satukan ujung ibu jari dengan jari manis, ingat kembali ketika
anda mendapatkan penghargaan atas usaha keras yang telah anda
lakukan.
f) Satukan ujung ibu jari dengan jari kelingking, ingat kembali saat
anda berada di suatu tempat terindah dan nyaman yang pernah
anda kunjungi.
g) Luangkan waktu anda untuk mengingat kembali saat indah dan
menyenangkan itu.
h) Minta klien untuk tarik nafas dalam 2-3 kali
i) Minta klien untuk membuka mata secara perlahan
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi perasaan klien
2) Evaluasi tingkat ansietas
3) Terapkan rencana tindak lanjut klien
4) Kontrak topik/ waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya
5) Salam penutup
18
diawali dengan proses relaksasi secara umum yaitu bertanya Minta klien
untuk perlahan-lahan menutup mata mereka dan menarik napas dalam-dalam
untuk menciptakan perasaan rileks. Pasien kemudian didorong untuk rilek
menjernihkan pikiran, sehingga pikiran yang dipikirkannya untuk sementara
padam dan pasien dapat fokus pada gambaran yang dipikirkannya, dan
pasien mulai memikirkannya dengan gambar itu menyenangkan dan
mengasyikkan (Dekawaty, 2021).
Respons kecemasan dapat memanifestasikan dirinya dalam saraf
sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Reaksi simpatik akan
menyebabkan pelepasan epinefrin, peningkatan epinefrin menyebabkan
takikardia, pernapasan cepat dangkal, peningkatan tekanan arteri.
Kecemasan juga memiliki efek negatif pada fisiologi tubuh manusia,
termasuk efek pada sistem kardiovaskular, pernapasan, pencernaan,
neuromuskuler, kemih, kulit, perilaku, kognitif, dan emosional (Alimansur &
Anwar, 2013). Peningkatan laju pernapasan terjadi sebagai akibat respons
fisik terhadap kecemasan. Perkenalkan teknik relaksasi hipnotis lima jari
yang akan merangsang sistem saraf bersimpati dengan tingkat katekolamin
yang lebih rendah yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit,
meningkatkan tekanan darah. Ketika aktivitas sistem saraf simpatis
berkurang karena efek relaksasi, maka Produksi katekolamin berkurang,
menyebabkan pembuluh melebar tekanan darah, dan akhirnya, tekanan
darah, detak jantung, dan laju pernapasan menurun. Teknik hipnosis lima jari
bekerja dengan merangsang sistem saraf otonom. Rangsangan ini
menimbulkan perasaan rileks dan hening, sehingga tubuh akan melepaskan
endorfin. Mekanisme ini menciptakan mengurangi kecemasan. (Stuart, 2013
dalam Badar et al., 2021).
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa variable pada
penelitian tentang Pengaruh hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan
pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Mega Buana Palopo tahun 2023
yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Diabetes Melitus)
Diabetes adalah gangguan metabolisme umum yang berhubungan
dengan peningkatan kadar gula darah atau yang dikenal dengan istilah
hiperglikemia (Nyayu Mevia Fiqi & Zulmansyah, 2021). Diabetes adalah
penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan gula darah akibat
penurunan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya (Safe BP,
2019). Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya hormon yang mengatur penggunaan gula oleh tubuh. hormon
tersebut adalah hormon insulin (Sardjito, 2021). Diabetes diakibatkan oleh
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan; Faktor-faktor yang
mendukung hiperglikemia meliputi penurunan sekresi insulin, peningkatan
produksi glukosa, dan penurunan penyerapan glukosa. Penyakit ini
diakibatkan oleh gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin,
baik absolut maupun relatif (Price & Wilson, 2012). Diabetes Melitus
menjadi masalah medis yang umum dan membutuhkan penatalaksanaan
yang baik selain mengandalkan obat-obatan.
20
B. Kerangka Konsep
Kecemasan Pada
Pengaruh Terapi Pasien Diabetes
Hypnosis Lima Jari Melitus
Keterangan:
21
tangan
sambil
mengarahk
an fikiran
pada hal-
hal yang
menyenang
kan ata
yang
disukai
di Rumah
Sakit Mega
Buana
Palopo
2. Dependen Kecemasan Tingkat Cara
1. Mengala disini yang kecemasa penilaian
mi kecemas dimaksud n diukur kecemasa
an dalam dengan n adalah
2. Pasien penelitian menggun dengan
Diabetes ini adalah akan memberik
Melitus Kecemasan kuisioner an nilai
adalah Hamilton dengan
reaksi Anxiety kategori
terhadap Rating sebagai
situasi Scale berikut :
tertentu (HARS). 0 = tidak
yang ada gejala
mengancam sama
dan sekali
merupakan 1=
hal yang ringan/sat
wajar u gejala
terjadi yang ada
dalam 2=
konteks sedang/se
perkemban paruh
gan, gejala
perubahan, yang ada
pengalaman 3 = berat/
baru atau lebih dari
hal yang separuh
belum gejala
22
pernah yang ada
dilakukan 4 = sangat
dan berat
pencarian semua
identitas gejala ada
diri dan
makna Penentuan
hidup. derajat
atau
tingkat
kecemasa
n dengan
cara
menjumla
hkan skor
1- 14
dengan
hasil
antara
lain :
Skor
kurang
dari 14 =
tidak ada
kecemasa
n
Skor 14-
20 =
kecemasa
n ringan
Skor 21-
27 =
kecemasa
n sedang
Skor 28-
41 =
kecemasa
n berat
Skor 42-
56 =
kecemasa
an berat
sekali
23
(panik)
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara suatu penelitian, patokan
duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo,2018). Hipotesis dalam penelitian ini
yaitu :
1. Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh terapi hypnosis lima jari
terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus di
Rumah Sakit Mega Buana Palopo.
2. Hipotesis Nol(Ho): Tidak ada pengaruh terapi hypnosis lima jari
terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus di
Rumah Sakit Mega Buana Palopo
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasy eksperimen dengan
menggunakan rancangan “One Group Pre test and Post test design” yang
melibatkan kelompok intervensi. Pada desain ini tidak ada kelompok control
atau pembanding hanya terdapat satu kelompok perlakuan atau intervensi.
25
dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel. Adapun kriteria sampel
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu inklusi dan eksklusi.
a. Berikut kriteria sampel yang termasuk dalam kriteria inklusi, yaitu:
1) Bersedia menandatangani informed consent
2) Klien yang kooperatif
3) Penderita Diabetes Melitus
4) Usia 20-80 Tahun
5) Bersedia mengikuti terapi relaksasi hypnosis lima jari sampai
selesai
6) Mampu berkomunikasi dengan baik
D. Sumber Data
Menurut Notoatmodjo, S. (2018), sumber data terdiri atas:
1. Data primer
Informasi yang didapatkan saat penelitian yang bersumber langsung
dari responden disebut data primer. Dalam penelitian ini data primer
diperoleh dari hasil pemeriksaan dan pengisian lembar observasi yang
diberikan langsung kepada sampel yang akan diteliti di Rumah Sakit Mega
Buana Palopo.
2. Data Sekunder
Informasi yang telah tersedia dan digunakan untuk keperluan tertentu
yang bisa digunakan keseluruhan atau sebagian dari data tersebut sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Data sekunder penelitian diperoleh dan
dikumpulkan peneliti dari data jumlah penderita diabetes mellitus yang
mengalami gangguan kecemasan di Rumah Sakit Mega Buana Palopo.
26
Sakit Mega Buana Palopo untuk menperoleh izin penelitian, setelah
mendapatkan izin dari instansi terkait, selanjutnya peneliti melakukan
penelitian dan pengumpulan data. Data yang telah terkumpul Selanjutnya
dianalisis untuk menghubungkan variabel independen dan dependen. Analisis
data dilakukan dengan bantuan komputerisasi.
Berikut tahapan pengolahan data menurut Notoatmodjo (2018) yaitu :
1. Editing
Tahapan pertama dalam pengolahan data yang bertujuan untuk memeriksa
kebenaran informasi yang didapatkan saat penelitian.
2. Coding
Setelah semua data diedit, selanjutnya memberikan tanda atau kode pada
data dalam bentuk numerik dari data yang sebelumnya berupa huruf atau
kalimat untuk mempermudah proses selanjutnya.
3. Processing
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tahap coding selesai yang mana
kemudian data yang telah diberi tanda atau kode tersebut selanjutnya di
masukkan kedalam aplikasi statistik yaitu SPSS for Window untuk
dilakukan analisis data.
4. Cleaning
Tahapan terakhir yang dilakukan untuk mengetahui apakah data yang sudah
dientri benar atau masih terdapat kesalahan yang memerlukan perbaikan
kembali.
F. Analisa Data
Menurut Notoatmodjo (2018) analisis data terdiri dari :
1. Analisis univariat
univariat ini akan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
yang diteliti dengan hasil analisis berupa distribusi dan persentase.
2. Analisis bivariate
Analisis bivariate ini digunakan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan
antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diduga memiliki
pengaruh. Dari hasil uji statistik ini akan diketahui hasil kedua variabel
apakah berpengaruh atau tidak dengan menggunakan uji statistik Paired T
Test.
27
G. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Vasra (2015) dalam Rizka (2020), sebagai berikut :
1. Informed consent
Persetujuan untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah riset merupakan hal
utama yang perlu dilakukan peneliti kepada responden dengan memberikan
lembar informed consent dan menjelaskan maksud serta tujuan dilakukannya
penelitian. Mereka juga berhak untuk menerima atau menolak menjadi
responden.
2. Confidentiality
Segala informasi yang berkaitan dengan penelitian dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan riset.
3. Justice
Perlakuan adil kepada semua responden wajib dilakukan serta memberikan
hak yang sama tanpa adanya perbedaan.
4. Anomity
Peneliti tidak mencantumkan nama asli dari responden tetapi menggunakan
inisial tertentu yang akan disajikan pada lembar pengumpulan data atau
lembar hasil penelitian.
5. Respect for person
Peneliti memberikan penghargaan (reward) kepada responden atas waktu
dan kesediaan menjadi responden.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
KOLOREKTAL: STUDI KASUS." Jurnal Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (JPPNI) 8.1 (2023): 32-40.
Henriani “Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien yang menjalani
hemodialisa di RSU Sawerigading Kota” (2019)
30