Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

PENGARUH TERAPI HYPNOSIS LIMA JARI TERHADAP


PENURUNAN KECEMASAN DI RUMAH SAKIT
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2023

JENI FEBRONIA
K.20.01.015

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini dengan judul “pengaruh terapi hypnosis
lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes
mellitus di Rumah Sakit Mega Buana Palopo Tahun 2023”.

Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata


kuliah metodologi penelitian. Dalam penulisan laporan tidak luput dari
kesulitan dan hambatan, namun dengan bantuan, bimbingan, serta saran
dari berbagai belah pihak, khususnya dosen pengampu metodologi
penelitian, segala hambatan dapat diatasi dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini jauh dari


kata sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Palopo, 30 Agustus 2023


Penulis

Jeni Febronia

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus...........................................................5
B. Tinjauan Umum Kecemasan...............................................................................10
C. Tinjauan Umum Tentang Hypnosis Lima Jari....................................................17

BAB III KERANGKA KONSEP.................................................................


A. Dasar Pemikiran Variabel....................................................................................20
B. Kerangka Konsep................................................................................................21
C. Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif........................................................21
D. Hipotesis Penelitian.............................................................................................24

BAB IV METODE PENELITIAN...............................................................


A. Jenis Penelitian....................................................................................................25
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian..............................................................................25
C. Populasi Dan Sampel...........................................................................................25
D. Sumber Data........................................................................................................26
E. Pengumpulan Dan Penyajian Data......................................................................26
F. Analisa Data........................................................................................................27
G. Etika Penelitian....................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan psikologis penderita diabetes dapat mempengaruhi kadar
kortisol dalam darah yang juga mempengaruhi gula darah. Keadaan psikologis
yang sering dialami pasien yaitu rasa cemas yang terjadi tanpa disadari oleh
pasien seperti kelelahan, gelisah, kurang konsentrasi, terbangun, ketegangan
meningkat dan kehilangan kendali (Pasaribu, 2020). Respon emosional negatif
pada klien dengan diabetes juga dapat berupa penolakan atau kegagalan untuk
mengakui kenyataan, ketakutan, kemarahan, rasa bersalah, dan depresi. Ketika
klien dirawat di rumah sakit, mereka kehilangan waktu untuk pemulihan dan
sosialisasi. Selain itu, pengobatan diabetes melitus yang memerlukan waktu
penyembuhan yang lama (Ajar, 2014). Tingkat kecemasan pada penderita
diabetes melitus disebabkan karena diabetes dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan, efek negatifnya yang kompleks terhadap kontinum kecemasan
individu. Kecemasan timbul karena merasa terancam, baik secara fisik maupun
mental (Jauhari, 2016). Dengan demikian mengatasi kecemasan pada pasien
diabetes melitus sangat penting karena dapat memperberat penyakit yang
diderita.
Penyakit diabetes melitus membutuhkan pengobatan dan perawatan
jangka panjang yang membuat pasien bosan, jenuh, cemas bahkan frustasi. Hal
ini menunjukkan bahwa diperlukan motivasi baik secara internal maupun
eksternal agar pasien dapat menjalani semua proses pengobatan dan perawatan
pada diabetes (Perkeni, 2018). Tingkat kecemasan pada penderita DM 20 %
lebih tinggi daripada yang tidak menderita DM (Andrean & Muflihatin 2020).
Orang yang menderita DM memiliki tingkat kecemasan 20% lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DM (Andrean & Muflihatin
2020). Peran caregiver pada klien yang menderita masalah psikososial diabetes
adalah suportif. Intervensi untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan melalui
teknik relaksasi dan distraksi. Salah satu teknik pengurangan distraksi untuk
mengurangi kecemasan yang dapat dilakukan adalah metode hipnosis lima jari.
Cara ini sangat mudah dilakukan, Efek hipnosis lima jari dalam mengurangi
kecemasan pada pasien diabetes bersifat tahan lama dan murah, karena
pengobatannya tidak memerlukan alat atau bahan khusus. Metode ini hanya
membutuhkan konsentrasi dan perhatian individu. B.A Keliat, 2011). Dengan
demikian, salah satu cara yang paling tepat untuk mengatasi kecemasan pada
klien yaitu menggunakan teknik relaksasi hypnosis lima jari.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan 537
juta orang akan menderita diabetes di seluruh dunia pada tahun 2021,
meningkat menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045, di
antara orang berusia 20 hingga 79 tahun jika tidak ada tindakan yang diambil
(IDF, 2021). Indonesia saat ini memiliki jumlah kasus diabetes terbanyak
kelima di dunia dengan 19,5 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan
meningkat sebanyak 28,6 juta orang pada tahun 2045 (Perkeni, 2021). Namun
pada kualitas kesehatan fisik penderita DM tipe 2 sebagian besar menderita
penyakit sebanyak 13 orang (54,2%), sebagian besar menderita penyakit jiwa
sebanyak 15 orang (62,5%) dan sebagian besar dalam hubungan sosial
terganggu sebanyak 16 orang (66,6%) (Faswita, 2019).
Menurut Dewi dkk. (2021), seseorang yang menderita DM perlu minum
beberapa obat dan melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan hidup yang
tiba-tiba menyebabkan penderita DM menunjukkan respon psikologis yang
negatif, seperti kemarahan, perasaan tidak berharga dan kecemasan yang
meningkat (Siregar & Hidajat, 2017). Kecemasan merupakan respon yang
membuat orang tidak nyaman, cemas dan khawatir, yang tidak jelas dan
melibatkan respon otonom (Merisa, Ircham Machfoedz, 2019). Kecemasan
dapat terjadi tanpa disadari oleh pasien, seperti yang termanifestasi dalam
manifestasi klinis seperti kelelahan, gelisah, kurang konsentrasi, terbangun,
ketegangan meningkat dan kehilangan kendali yang mungkin dialami pasien
selama sakit (Pasaribu, 2020).
Kecemasan pada penderita diabetes dapat menyebabkan gula darah
tidak terkontrol. Hal ini semakin mempersulit pengobatan pasien diabetes
melitus. Efek lain dari kecemasan pada pasien diabetes adalah penurunan
kualitas hidup. Penelitian oleh (Yusra, 2011) menunjukkan bahwa tingkat
kecemasan selama durasi penyakit yang lama dapat menyebabkan penurunan
kualitas hidup pasien diabetes melitus. Menurut Stuart dan Sundden (1988),
kecemasan dibagi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, berat dan
panik (Erika Untari Dewi, 2017). Mengatasi masalah ini membutuhkan
manajemen kecemasan yang baik, bukan hanya perawatan fisik. Penanganan
kecemasan biasanya melibatkan pengobatan dan terapi psikologis (Abdul
Rokhman, Ahsan, 2018). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

2
pasien DM adalah faktor psikologis seperti keterampilan koping, tingkat
depresi, tingkat kecemasan, keyakinan kesehatan, dukungan sosial dan
kepribadian. Kecemasan yang konstan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Mengurangi atau mengatasi kecemasan membutuhkan mekanisme penyelesaian
masalah atau coping yang efektif (Rochmah, Rasni dan Nur, 2019). Ketika
seseorang terancam, seseorang harus segera memulai respon bertahan hidup
(Fay & Isticchomah, 2017). Sehingga sebagai perawat perlu melakukan terapi
untuk menurunkan tingkat kecemasan pada klien.
Mengingat kesehatan psikologis pada pasien diabetes melitus sangat
penting untuk menjadi perhatian khusus karena efek negatif yang dapat
ditimbulkannya program manajemen kecemasan diperlukan untuk klien dengan
diabetes. Salah satu cara untuk mengatasi stres adalah metode hipnotis lima jari.
Cara ini sangat mudah dilakukan, tidak membutuhkan banyak waktu dan
murah, karena tidak memerlukan alat atau bahan khusus untuk melakukan
perawatan. Metode ini hanya membutuhkan konsentrasi dan kesadaran
individu. Maka mengkaji tentang pengaruh hypnosis lima jari terhadap
penurunan kecemasan pada klien diabetes mellitus dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pada klien dengan diabetes melitus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti menyusun
rumusan masalah penelitian tentang “Apakah terdapat pengaruh terapi
hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pada penderita diabetes
melitus di Rumah Sakit Mega Buana Palopo tahun 2023 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Teridentifikasi analisis intervensi teknik hipnoptik lima jari terhadap
penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Mega
Buana Palopo.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi karakteristik kecemasan pada pasien diabates mellitus
b. Teridentifikasi penurunan tingkat kecemasan pada pasien diabetes
melitus sebelum pemberian teknik hipnotik lima jari
c. Teridentifikasi penurunan tingkat kecemasan pasien diabetes melitus
sesudah pemberian teknik hipnotik lima jari

3
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan ajar dan referensi atau sumber
pemikiran yang baru dalam bidang kesehatan terkait pengaruh terapi
hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes
mellitus.
2. Bagi Keilmuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan info terkhusus kepada
mahasiswa/mahasiswi keperawatan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
pengaruh terapi hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien
diabetes mellitus.

3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pendahuluan
bagi penelitian yang lain jika ingin mengadakan penelitian selanjutnya
tentang pengaruh terapi hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan
pada pasien diabetes mellitus.
4. Bagi Masyarakat
Agar dapat memberikan informasi, dan menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan kepada masyarakat terkait dengan penagruh terapi hypnosis
lima jari terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Melitus
1. Pengertian
Diabetes adalah gangguan metabolisme umum yang berhubungan
dengan peningkatan kadar gula darah atau yang dikenal dengan istilah
hiperglikemia (Nyayu Mevia Fiqi & Zulmansyah, 2021). Diabetes adalah
penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan gula darah akibat
penurunan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya (Safe BP,
2019). Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya hormon yang mengatur penggunaan gula oleh tubuh. hormon
tersebut adalah hormon insulin (Sardjito, 2021). Diabetes diakibatkan oleh
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan; Faktor-faktor yang
mendukung hiperglikemia meliputi penurunan sekresi insulin, peningkatan
produksi glukosa, dan penurunan penyerapan glukosa. Penyakit ini
diakibatkan oleh gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin,
baik absolut maupun relatif (Price & Wilson, 2012). Dampak diabetes
melitus dapat menyebabkan komplikasi metabolik akut (hiperglikemia dan
hipoglikemia) dan komplikasi kronis (retinopati, nefropati, kerusakan saraf,
proteinuria, dan ulserasi/gangren). Mungkin ada efek psikologis yang terkait
dengan kecemasan, yang merangsang pelepasan ACTH (hormon
adrenokortikotropik) dari kelenjar hipofisis anterior. Selain itu, ACTH
merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon adrenocorticoid
yaitu kortisol (Gayton, 2008).

2. Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus yang dibagi menurut klasifikasinya yaitu:
a. Diabetes Melitus tipe 1
Disebabkan destruktur sel beta autoimun biasanya memicu
terjadinya definisi insulin absolut. Faktor herediter berupa antibody sel
islet, tingginya insiden HLA tipe DR 4. Faktor lingkungan berupa
infeksi virus ( virus cxsackie, enterovirus, retrovirus, mumps),
defisiensi vitamin D, toksin lingkunga, menyusui jangka pendek
paparan dini terhadap protein kompleks sebagai penyebab genetic

5
berkembangnya diabetes mellitus tipe 1. Individu dengan diabetes
mellitus tipe 1 mengalami difisiensi absout (Maria, 2021).
b. Diabetes Melitus tipe 2
Akibat resistenssi insulin perifer, defek progresif sekresi insulin,
peningkatan gluconeogenesis. Diabetes Melitus tipe 2 dipengaruhi
factor lingkungan berupa obesitas, gaya hidup tidak sehat, diet tinggi
karbohidrat. Diabetes Melitus tipe 2 memiliki presimtomatis yang
panjang menyebabkan penegakan diabetes mellitus tipe 2 dapat
tertunda 4-7 tahun. (Maria, 2021).

3. Patofisiologi Diabetes Melitus


a. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1
Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 1 Manifestasi DM tipe 1 terjadi
akibat kekurangan insulin untuk menghantarkan glukosa menembus
membran sel ke dalam sel. Molekul glukosa menumpuk dalam peredaran
darah, mengakibatkan hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas serum, yang menarik air dari ruang intraseluler ke dalam
sirkulasi umum. Peningkatan volume darah meningkat aliran darah ginjal
dan hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmosis. Diuretik osmosis
yang dihasilkan meningkatkan pengeluaran urin. Kondisi ini disebut
poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa
biasanya sekitar 180 mg/dl glukosa diekskreasikan ke dalam urin
menyebabkan dehidrasi, mulut menjadi kering dan sensor haus diaktifkan,
yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang banyak
(polidipsi).
Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin. Produksi
energi menurun. Penurunan energi ini mestimulasi rasa lapar dan orang
makan lebih banyak (polifagia). Meski asupan makanan meningkat, berat
badan orang tersebut turun saat tubuh kehilangan air dan memecah
protein dan lemak sebagai upaya memulihkan sumber energi. Malaise dan
keletihan menyertai penurunan energi. Penglihatan yang buram juga
umum terjadi, akibat pengaruh osmotik yang menyebabkan lensa mata.
Oleh sebab itu, manifestasi klinis meliputi poliuria, polidipsia, dan
polifagia, disertai dengan penurunan berat badan, malaise dan keletihan.
Bergantung pada tingkat kekurangan insulin, manifestasinya berfariasi
dari ringan hingga berat. Orang dengan DM tipe 1 membutuhkan seomber
insulin eksogen (eksternal untuk mempertahan kan hidup.

6
b. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2
Proses patofisiologi dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap
aktivitas insulin biologis, baik di hati mampu jaringan perifer. Keadaan
ini disebut sebagai resistensi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki
penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa, yang
mengakibatkan produksi glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai
dengan kadar glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar
glukosa, hal ini bersamaan dengan ketidak maampuan otot dan jaringan
lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa. Mekanisme penyebab
ristabsi insulin perifer tidak jelas, namun, ini tampak terjadi setelah
insulin berkaitan terhadap reseptor pada permukaan sel.(Maria, 2021).

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penderita Diabetes Melitus memiliki keterkaitan
dengan akibat dari metabolik. Beberapa gejala umum yang dapat timbul oleh
penyakit DM menurut Randy & Margereth (2012) di antaranya:
a. Poliuri (peningkatan produksi urine) Apabila kadar gula darah
melebihi nilai ambang ginjal (> 180 mh/dl) maka gula akan keluar
bersama dengan urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal
akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumblah besar
glukosa yang hilang.
b. Polidipsi (seringkali merasa haus dan ingin minum sebanyak-
banyaknya), Karna banyaknya urine yang keluar, tubuh akan
kekurangan cairan (dehudrasi). Untuk mengatasi hal tersebut, maka
penderita akan merasakan haus, sehingga selalu ingin minum yang
banyak, minum
c. Polifagia (peningkatan nafsu makan) dan kurang tenaga. Sejumlah
besar kalori hilang kedalam air kemih, sehingga penderita mengalami
penurunan berat badan, maka itu penderita sering kali merasakan lapar
yang luar biasa sehingga banyak makan(polifagia).(Ns. Ida Suryati,
2021)

5. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus Menurut (Tandra, 2018)\
a. Diabetes Mellitus Tipe 1

7
Diabetes tipe 1 atau yang disebut Diabetes Insulin-Dependent
merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya gangguan
pada sistem imun atau kekebalan tubuh yang mengakibatkan rusaknya
pankreas. Kerusakan pada pankreas pada diabetes tipe I dapat
disebabkan karena genetika (keturunan). Pengidap Diabetes Mellitus
tipe 1 tidak banyak namun, jumlahnya terus meningkat 3% setiap
tahun. Peningkatan tersebut terjadi pada anak yang berusia 0-14 tahun
(data Diabetes Eropa). Tahun 2015 IDF mencatat terdapat 542.000
kasus Diabetes Tipe I di seluruh dunia, dan akan bertambah 86.000
orang setiap tahunnya. Di Indonesia, data statistik mengenai mengenai
Diabetes tipe I belum ada, namun diperkirakan tidak mebih dari 2%.
Hal ini disebabkan oleh tidak diketahui atau tidak terdiagnosisnya
penyakit pada kasus. Penyakit ini biasanya muncul pada usia anak
sampai remaja baik laki-laki maupun perempuan.

b. Diabetes mellitus tipe 2


Diabetes tipe 2 atau yang sering disebut Diabetes Non Insulin-
Dependent merupakan Diabetes yang resistensi terhadap insulin.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara
optimal sehingga menyebabkan kadar glukosa darah tinggi di dalam
tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada kasus
DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin
absolut. Pengidap Diabetes tipe 2 lebih banyak dijumpai. Pengidap
penyakit. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun,
tetapi bisa timbul pada usia 20 tahun. Sekitar 90-95% kasus Diabetes
Mellitus merupakan Diabetes Mellitus tipe 2.

c. Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes mellitus gestasional biasanya muncul pada saat
kehamilan. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon
pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin. Ibu hamil yang
mengalami Diabetes Mellitus gestasional akan terdeteksi pada saat
kehamilan berumur 4 bulan keatas, dan glukosa darah akan kembali
normal pada saat ibu telah melahirkan.

6. Komplikasi DM

8
Komplikasi Diabetes Melitus dapat terjadi diantaranya komplikasi akut dan
Kronis.(Maria, 2021)
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikomi Terjadi akibat meningkatnya kadar insulin sesudah
dilakukan injeksi, keadaan hipoglikemi jika gula darah <63 mg/dl.
2) Sindrom hiperglikemik hiporesmolar non ketosis (HHNS)sindrom
hiperglikemik hiporesmolar non ketosis (HHNS)adalah varian
katoasidosis diabetik yang ditandai dengan hiperlikemia ekstrem
(600-2000 mg/dl) dehidrasi nyata, ketonuria ringan atau tidak
terdeteksi, dan tidak ada asidosis, HHNS umumnya banyak terjadi
pada lansia DM tipe 2.
b. Komplikasi kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
Yaitu penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskuler, hipertensi,
penyakit pembulu darah, infeksi.
2) Komplikasi Mikrovaskuler yaitu retinopati, nefropati, ulkus tungkai
dan kaki, neuropati sensorimotor, neuropati autonomi yaitu pupil,
jantung, gastrointestinal, urogenital. Komplikasi kronis adalah
penyebab utama kesakitan dan kematian pada klien DM.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu
dilakukan intervensi farmakologi dengan obat antihiperglikemia secara oral
dan atau/ suntikan.(Selly Septi Fandinata, 2020)
a. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, selalu perlu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang
sangat penting dari pengelolaan DM secara Holistik.
b. Terapi nutrisi medis
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada
mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secar teratur (3-5 hari
seminggu selama sekitar 30-45 menit), dengan total 150 menit
perminggu, dengan jeda antara latihan tidak Irbih dari 2 hari berturut-
turut. Latihan jasminani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang

9
bersifat aerobik dengan intensitas (50-70% denyut jantung maksimal)
seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang,

B. Tinjauan Umum Kecemasan


1. Pengertian
Kecemasan merupakan sebuah respon yang membuat individu merasa
tidak nyaman, merasa takut, dan gelisah yang tidak jelas dan disertai dengan
adanya respon otonom (Merisa, Ircham Machfoedz, 2019). Kecemasan
merupakan sebuah respon yang membuat individu merasa tidak nyaman,
merasa takut, dan gelisah yang tidak jelas dan disertai dengan adanya respon
otonom (Merisa, Ircham Machfoedz, 2019). Dapat disimpulkan kecemasan
adalah perasaan takut yang dirasakan tidak jelas tanpa ada objek dan ditandai
dengan gejala somatik. Keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan
hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
2. Klasifikasi Kecemasan
Ada empat tingkatan kecemasan yaitu gangguan ringan, sedang, berat dan
panik (Prabowo, 2014)
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensorik meningkat dan
membantu Orang-orang fokus pada belajar, pemecahan masalah,
berpikir, Bertindak, rasakan, dan lindungi diri Anda.
b. kecemasan sedang
Kecemasan sedang adalah perasaan meresahkan bahwa ada sesuatu
sama sekali berbeda, orang tersebut menjadi gugup atau cemas.
c. Kecemasan berat
Ketakutan parah yang merupakan sesuatu yang lain dan memiliki nada
ancaman menunjukkan ketakutan dan kecemasan.
d. Panik
Melalui kehilangan, individu kehilangan kendali dan perhatian
terhadap detail hilang

1. Sumber Kecemasan
a. Ancaman internal dan eksternal terhadap ego.

10
Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar ; makan, minum,
sexual.
b. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri
1) Tidak menemukan integritas diri,
2) Tidak menemukan prestige,
3) Tidak memperoleh aktualisasi diri
4) Malu atau tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan
nyata (azizah, 2016)

2. Fungsi adaptif dari kecemasan


Pada tingkat yang lebih rendah kecemasan memperingatkan ancaman
cidera pada tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkina hukuman, trauma,
frustasi dari dicintai. Gangguan pada keberhasilan atau status seseorang.
Akhirnya ancaman pada kesatuan atau keutuhan mengambil langkah yang
diperlukan untuk mencegah ancaman atau kehidupan sehari-hari adalah
belajar giat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. seseorang.
Kecemasan segera mengarahkan seseorang untuk meringankan akibatnya.
Contoh menangkis ancaman di dalam Jadi, kecemasan mencegah kerusakan
dengan cara menyadarkan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu
yang mencegah bahaya.

3. Faktor-faktor penyebab kecemasan


Menurut (Patotisuro Lumban Gaol, 2004) dalam (Muyasaroh dkk.
2020), Kecemasan disebabkan oleh ancaman atau bahaya yang tidak nyata
terjadi setiap saat dalam diri individu serta penolakan masyarakat
menimbulkan kecemasan pada lingkungan yang baru ditemui. Sedangkan
menurut Blacburn & Davidson dalam (Ifdil dan Anissa 2016), menjelaskan
faktor pemicu kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang
tentang situasi yang dia rasakan, dan apakah situasinya mengancam atau
bukan merupakan ancaman, seperti halnya pengetahuan terkait dengan
pengendalian diri (seperti keadaan emosi dan fokus pada masalah).
Kecemasan biasanya berkembang selama periode waktu tertentu dan
sangat bergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa atau
situasi tertentu dapat memicu serangan kecemasan. Berdasarkan Savitri
Ramaiah (2003) dalam (Muyasaroh dkk. 2020) memiliki beberapa unsur
Tunjukkan reaksi kecemasan, termasuk:
a. Lingkungan

11
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir
seseorang pada diri sendiri dan pada orang lain. Itu karena ada
pengalaman tidak menyenangkan yang dialami orang tersebut dengan
keluarga, teman, atau dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut
tidak merasa aman lingkungan.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan dapat muncul jika orang tersebut tidak dapat menemukan
jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan pribadi ini,
terutama jika dia perasaan marah atau frustrasi yang ditekan untuk
waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh terus berinteraksi satu sama lain dan dapat
menyebabkan kecemasan muncul. Ini terlihat dalam kondisi seperti
kehamilan selama masa remaja dan selama paparan penyakit. Selama
ada syaratnya Pada tahap ini, perubahan suasana hati sering terjadi,
yang dapat menyebabkan kecemasan muncul.

4. Manfestasi Klinis Kecemasan


Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) dalam (Ifdil and Anissa 2016)
ada beberapa tanda-tanda kecemasan, yaitu :
a. Tanda-tanda fisik kecemasan
Tanda-tanda fisik kecemasan meliputi: khawatir, ketegangan,
tangan atau tangan dan kaki gemetar atau gemetar, terasa seperti
terkekang kejang di sekitar dahi, pengetatan pori-pori kulit di perut
atau dada, banyak berkeringat, tangan berkeringat, pusing atau
pingsan, mulut atau tenggorokan kering, kesulitan berbicara, sesak
napas, sesak napas, jantung berdebar, suara gemetar, jari atau tangan
atau kaki dingin, pusing, merasa lemah atau mati rasa, rewel menelan,
tenggorokan sesak, leher atau punggung kaku, perasaan seperti
tersedak atau tersedak, tangan basah dan dingin, pikiran bermasalah.
sakit perut atau mual, menggigil, sering buang air kecil, kemerahan,
diare dan perasaan sensitif atau "tidak nyaman".
b. Tanda-tanda behavioral kecemasan
Tanda-tanda kecemasan perilaku meliputi: perilaku mengelak,
melekat, tergantung perilaku, dan perilaku ragu-ragu.
c. Tanda-tanda kognitif kecemasan

12
Tanda-tanda kognitif kecemasan meliputi: khawatir tentang sesuatu,
perasaan cemas atau takut akan sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (no tidak dijelaskan
dengan jelas), disibukkan dengan sensasi tubuh, sangat waspada
sensasi tubuh, merasa terancam oleh orang atau kejadian lain sering
mendapat sedikit atau tidak ada perhatian, takut ketinggalan
mengendalikan, takut tidak bisa memperbaiki masalah, berpikir dunia
runtuh berpikir bahwa segala sesuatu tidak mungkin lagi dikendalikan,
berpikir bahwa semuanya tampak begitu membingungkan tanpa
kekuatan diatasi, khawatir tentang hal-hal yang tidak penting,
memikirkan hal-hal yang mengganggu hal yang sama berulang-ulang,
berpikir kita bisa keluar dari keramaian (kalau tidak pasti anda akan
pingsan), bingung atau bingung pikiran, tidak bisa menghilangkan
pikiran kacau, memikirkan kematian sebelum waktunya (walaupun
dokter tidak menemukan kesalahan medis), khawatir akan dibiarkan
sendiri dan mengalami kesulitan memusatkan atau
mengkonsentrasikan pikirannya.

Menurut Dadang Hawari (2006: 65-66) dalam (Ifdil dan Anissa


2016), Gejala kecemasan meliputi:
1) Kekhawatiran, kecemasan, agitasi, keraguan dan kebimbangan
2) Melihat ke masa depan dengan kecemasan (kekhawatiran) versus
Kurang percaya diri, gugup saat tampil di depan orang banyak
(panik)
3) Sering merasa bersalah, menyalahkan orang lain
4) Tidak mudah untuk menyerah
5) Gerakan goyah terus-menerus, duduk tidak nyaman, gelisah
6) Sering mengeluh ini dan itu (mengeluh badan), khawatir
berlebihan melawan penyakit
7) Mudah tersinggung, membesar-besarkan masalah kecil
(dramatisasi)
8) Saat mengambil keputusan, Anda sering diliputi oleh
kebingungan dan keraguan
9) Saat Anda mempresentasikan sesuatu atau mengajukan
pertanyaan, itu sering diulang
10) Saat emosi, ia sering bertindak histeris

13
5. Dampak Kecemasan
Ketakutan dan kecemasan yang tidak beralasan pada akhirnya
menimbulkan kecemasan, dan kecemasan ini mau tidak mau menyebabkan
perubahan perilaku seperti menarik diri dari lingkungan, sulit berkonsentrasi
pada pekerjaan, aktivitas, kesulitan makan, lekas marah, kontrol emosi yang
buruk marah, sensitif, tidak logis, susah tidur. (Jarnaoui 2020).
Menurut Yustinus (2006) dalam (Arifiati and Wahyuni 2019),
membagi beberapa dampak dari kecemasan ke dalam beberapa simtom,
antara lain :
a. Simtom Suasana Hati
Orang yang mengalami kecemasan memiliki rasa hukuman dan
malapetaka yang samar-samar dari sumber yang tidak diketahui. Orang
dengan kecemasan tidak bisa tidur dan karenanya menjadi mudah
tersinggung.
b. Simtom kognitif
Gejala kognitif, khususnya kecemasan, dapat menyebabkan kecemasan
dan kecemasan pribadi tentang hal-hal tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tidak memperhatikan urusan saat ini,
sehingga sering tidak bekerja atau belajar secara efektif dan pada
akhirnya akan menjadi
merasa khawatir.
c. Simtom motor
Orang dengan kecemasan sering merasa tidak nyaman, stres,
aktivitas motorik menjadi tidak bermakna dan tidak bertujuan, seperti
mengetukkan jari kaki dan dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba. gejala
motoric adalah stimulan kognitif yang kuat pada individu dan adalah
upaya untuk melindungi dirinya dari apapun yang dia rasakan
mengancam.

6. Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A)


Beberapa skala penelitian telah dikembangkan untuk melihat
bagaimana tingkat kecemasan mereka, termasuk Skala Kecemasan Hamilton
(HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956.
HARS menggunakan serangkaian pertanyaan dengan jawaban yang diisi
oleh pasien tergantung kondisi pasien. jawaban yang diberikan adalah skala
(angka) 0, 1, 2, 3 atau 4 yang mewakili tingkat gangguan, dan Setelah pasien
merespon berdasarkan apa yang mereka rasakan, hasilnya bisa dihitung

14
dengan menjumlahkan skor total untuk setiap pertanyaan (kalimat)
(Wahyudi et al. 2019).
HAM-A alias HARS adalah salah satu tangga nada pertama
dikembangkan untuk mengukur tingkat keparahan gejala kecemasan di
dewasa dan remaja, dan masih banyak digunakan saat ini baik di pengaturan
klinis dan penelitian. Skala terdiri dari 14 item, masing-masing di
identifikasi oleh berbagai gejala dan ukuran kecemasan psikologis (agitasi
mental dan tekanan psikologis) dan kecemasan fisik (keluhan fisik terkait
dengan kecemasan) (American Thoracic Society 2021).
Menurut (Kautsar, Gustopo dan Achmadi, 2015) dalam (Wahyudi et
al. 2019) menyimpulkan bahwa validitas alat HARS ditunjukkan di bagian
Jawaban Korelasi Item-Sum dari semua pertanyaan adalah positif dan lebih
besar dari kondisi 0,05, sedangkan reliabilitas dinyatakan melalui nilai
Cronbach's Alpha sebesar 0,793 dengan jumlah 14 item lebih besar dari 0,6
maka digunakan kuesioner terbukti dapat diandalkan (0,793>0,6). Oleh
karena itu, HARS direkomendasikan untuk diukur tingkat kecemasan.
Berbasis penelitian (Ramdan 2018) HAM-A versi Indonesia memiliki
sifat psikologis yang memuaskan dengan validitas dan reliabilitas, sehingga
dapat digunakan untuk mengukur kecemasan. Theo (Clark & Donovan,
1994) dalam (Ramdan 2018) terjemahan HAM-A in bahasa lain telah
melakukan ini berkali-kali dan mendapatkan hasil yang valid dan dapat
diandalkan. Dalam konteks penelitian klinis, HAM-A adalah ukuran yang
dapat diandalkan valid untuk penilaian global kecemasan pada populasi
remaja.
Penilaian kecemasan berbasis HAM-A mencakup 14 item, termasuk:
a. Perasaan cemas (merasa cemas, merasa tidak enak, takut pada pikiran
sendiri, marah, mudah tersinggung).
b. Stres (merasa tegang, merasa lelah, merasa gelisah, merasa goyah,
mudah menangis, tidak bisa rileks, mudah terkejut).
c. dibandingkan dengan Takut (takut gelap, takut orang asing, takut
ditinggal sendirian, takut hewan, takut lalu lintas, takut dalam
keramaian).
d. Insomnia (susah tidur, tidak bisa tidur nyenyak, merasa lelah saat
bangun tidur, mimpi buruk, bangun di tengah malam).
e. Intelektual (sulit berkonsentrasi, sulit mengingat).
f. Merasa tertekan (kehilangan minat, tidak tertarik pada hobi, merasa
sedih/depresi, sering bangun pagi saat tidur malam).

15
g. Gejala somatik (otot) (nyeri atau nyeri otot, otot berkedut, otot kaku,
gigi ketajaman, suara tidak rata, tonus otot meningkat).
h. Gejala sensorik (tinnitus, penglihatan kabur, kemerahan, merasa
lemah, sensasi kesemutan).
i. Gejala kardiovaskular (takikardia, jantung berdebar, nyeri dada, denyut
nadi meningkat, merasa lemas/mengantuk seperti ingin pingsan,
merasakan detak jantung merusak).
j. Gejala pernapasan (kesulitan bernapas/dada sesak, perasaan tercekik,
sering nafas dalam, sesak nafas/mengi).
k. Gejala gastrointestinal (disfagia, sakit perut, kembung, sensasi
terbakar, perasaan kenyang, merasa mual, muntah, kesulitan
BAB/sembelit, penurunan berat badan).
l. Gejala urogenital (frekuensi berkemih meningkat, ketidakmampuan
menahan air operasi, tidak haid, perdarahan haid lebih banyak dari
biasanya).
m. Gejala otonom (mulut kering, kemerahan, pucat, berkeringat, merasa
pusing, merasa berat di kepala, merasa stres).
n. Perilaku (gelisah, gelisah/ritme, tangan gemetar, alis mata wajah
berkerut, gugup, napas cepat, wajah pucat, sering menelan ludah).

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan


kategori sebagai berikut :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = ringan/satu gejala yang ada
2 = sedang/separuh gejala yang ada
3 = berat/ lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat atau tingkat kecemasan dengan cara menjumlahkan


skor 1- 14 dengan hasil antara lain :
Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
Skor 14-20 = kecemasan ringan
Skor 21-27 = kecemasan sedang
Skor 28-41 = kecemasan berat
Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali (panik)

16
C. Tinjauan Umum Tentang Hypnosis Lima Jari
1. Pengertian Hypnosis Lima Jari
Hipnosis lima jari adalah teknik untuk mengarahkan pikiran dengan
cara menyentuh jari-jari tangan dan membayangkan hal-hal menarik atau
hal-hal yang Anda sukai (Halim & Khayati, 2020). Hipnosis lima jari
merupakan teknik yang dilakukan untuk mengarahkan pikiran dengan cara
menyentuh jari-jari tangan dan membayangkan hal-hal menarik atau hal-hal
yang Anda sukai (Halim & Khayati, 2020). Hipnoterapi lima jari adalah
penggunaan lima jari tangan di mana klien dibantu untuk mengubah persepsi
kecemasan, stres, ketegangan dan takut menerima proposal yang berbatasan
dengan ketidaksadaran atau keadaan rileks dengan menggerakkan jari sesuai
perintah (Mawarti, 2021).
Dengan demikian hipnoterapi lima jari merupakan salah satu teknik
relaksasi yang digunakan lima jari mengarahkan pikiran pada hal-hal yang
menyenangkan untuk membantu menghilangkan kecemasan, stres dan
ketakutan.

2. Indikasi hypnosis lima jari


Tujuan dari hipnosis lima jari adalah untuk membantu mengurangi
kecemasan, stres dan ketegangan pikiran. Menurut Badar dkk. (2021)
Indikasi hipnoterapi lima jari meliputi:
a. Pasien dengan ansietas ringan
b. Pasien dengan ansietas sedang
c. Pasien dengan nyeri ringan
d. Pasien dengan nyeri sedang

3. Prosedur Hypnosis Lima Jari


Langkah-langkah melakukan terapi hipnosis lima jari menurut Badar dkk
(2021) yaitu sebagai berikut :
a. Fase orientasi
1) Ucapkan Salam Terapeutik
2) Buka pembicaraan dengan topik umum
3) Evaluasi/validasi pertemuan sebelumnya
4) Jelaskan tujuan interaksi
5) Tetapkan kontrak topik/ waktu dan tempat
b. Fase Kerja
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman

17
2) Bantu klien untuk mendapatkan posisi istirahat yang nyaman duduk
atau berbaring
3) Latih klien untuk menyentuh keempat jadi dengan ibu jari tangan
4) Minta klien untuk tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali
5) Minta klien untuk menutup mata agar rileks
6) Dengan diiringi musik (jika klien mau)/ pandu klien untuk
menghipnosisi dirinya sendiri dengan arahan berikut ini:
a) Satukan ujung ibu jari dengan jari telunjuk, ingat kembali saat
anda sehat.
b) Anda bisa melakukan apa saja yang anda inginkan.
c) Satukan ujung ibu jari dengan jari tengah, ingat kembali momen
d) indah ketika anda bersama dengan orang yang anda cintai (orang
tua/suami/istri/ataupun seseorang yang dianggap penting).
e) Satukan ujung ibu jari dengan jari manis, ingat kembali ketika
anda mendapatkan penghargaan atas usaha keras yang telah anda
lakukan.
f) Satukan ujung ibu jari dengan jari kelingking, ingat kembali saat
anda berada di suatu tempat terindah dan nyaman yang pernah
anda kunjungi.
g) Luangkan waktu anda untuk mengingat kembali saat indah dan
menyenangkan itu.
h) Minta klien untuk tarik nafas dalam 2-3 kali
i) Minta klien untuk membuka mata secara perlahan

c. Fase Terminasi
1) Evaluasi perasaan klien
2) Evaluasi tingkat ansietas
3) Terapkan rencana tindak lanjut klien
4) Kontrak topik/ waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya
5) Salam penutup

4. Mekanisme Terapi Hypnosis Lima Jari Dalam Menurunkan Kecemasan


Terapi Hipnosis lima jari adalah salah satu bentuk self-hypnosis Ini
memiliki efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan mengurangi stres dan
stres pikiran. Hipnotis lima jari memengaruhi sistem limbik seseorang
sehingga memengaruhi pelepasan hormon (hormon adrenalin) yang dapat
menimbulkan stres (Mahoney, 2007 dalam Dekawaty, 2021). Teknik ini

18
diawali dengan proses relaksasi secara umum yaitu bertanya Minta klien
untuk perlahan-lahan menutup mata mereka dan menarik napas dalam-dalam
untuk menciptakan perasaan rileks. Pasien kemudian didorong untuk rilek
menjernihkan pikiran, sehingga pikiran yang dipikirkannya untuk sementara
padam dan pasien dapat fokus pada gambaran yang dipikirkannya, dan
pasien mulai memikirkannya dengan gambar itu menyenangkan dan
mengasyikkan (Dekawaty, 2021).
Respons kecemasan dapat memanifestasikan dirinya dalam saraf
sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Reaksi simpatik akan
menyebabkan pelepasan epinefrin, peningkatan epinefrin menyebabkan
takikardia, pernapasan cepat dangkal, peningkatan tekanan arteri.
Kecemasan juga memiliki efek negatif pada fisiologi tubuh manusia,
termasuk efek pada sistem kardiovaskular, pernapasan, pencernaan,
neuromuskuler, kemih, kulit, perilaku, kognitif, dan emosional (Alimansur &
Anwar, 2013). Peningkatan laju pernapasan terjadi sebagai akibat respons
fisik terhadap kecemasan. Perkenalkan teknik relaksasi hipnotis lima jari
yang akan merangsang sistem saraf bersimpati dengan tingkat katekolamin
yang lebih rendah yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit,
meningkatkan tekanan darah. Ketika aktivitas sistem saraf simpatis
berkurang karena efek relaksasi, maka Produksi katekolamin berkurang,
menyebabkan pembuluh melebar tekanan darah, dan akhirnya, tekanan
darah, detak jantung, dan laju pernapasan menurun. Teknik hipnosis lima jari
bekerja dengan merangsang sistem saraf otonom. Rangsangan ini
menimbulkan perasaan rileks dan hening, sehingga tubuh akan melepaskan
endorfin. Mekanisme ini menciptakan mengurangi kecemasan. (Stuart, 2013
dalam Badar et al., 2021).

19
BAB III

KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa variable pada
penelitian tentang Pengaruh hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan
pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Mega Buana Palopo tahun 2023
yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Dependen (Diabetes Melitus)
Diabetes adalah gangguan metabolisme umum yang berhubungan
dengan peningkatan kadar gula darah atau yang dikenal dengan istilah
hiperglikemia (Nyayu Mevia Fiqi & Zulmansyah, 2021). Diabetes adalah
penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan gula darah akibat
penurunan produksi insulin, gangguan kerja insulin, atau keduanya (Safe BP,
2019). Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya hormon yang mengatur penggunaan gula oleh tubuh. hormon
tersebut adalah hormon insulin (Sardjito, 2021). Diabetes diakibatkan oleh
interaksi antara faktor genetik dan lingkungan; Faktor-faktor yang
mendukung hiperglikemia meliputi penurunan sekresi insulin, peningkatan
produksi glukosa, dan penurunan penyerapan glukosa. Penyakit ini
diakibatkan oleh gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin,
baik absolut maupun relatif (Price & Wilson, 2012). Diabetes Melitus
menjadi masalah medis yang umum dan membutuhkan penatalaksanaan
yang baik selain mengandalkan obat-obatan.

2. Variabel Independen (Pengaruh hypnosis lima jari)


Hipnosis lima jari adalah teknik untuk mengarahkan pikiran dengan
cara menyentuh jari-jari tangan dan membayangkan hal-hal menarik atau
hal-hal yang Anda sukai (Halim & Khayati, 2020). Hipnosis lima jari
merupakan teknik yang dilakukan untuk mengarahkan pikiran dengan cara
menyentuh jari-jari tangan dan membayangkan hal-hal menarik atau hal-hal
yang Anda sukai (Halim & Khayati, 2020). Hipnoterapi lima jari adalah
penggunaan lima jari tangan di mana klien dibantu untuk mengubah persepsi
kecemasan, stres, ketegangan dan takut menerima saran yang berbatasan
dengan ketidaksadaran atau keadaan rileks dengan menggerakkan jari sesuai
perintah (Mawarti, 2021).

20
B. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Kecemasan Pada
Pengaruh Terapi Pasien Diabetes
Hypnosis Lima Jari Melitus

Keterangan:

: Variabel Independent yang di teliti

: Variabel Dependent yang di teliti

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif


N Variabel Definisi Cara dan
Hasil Skala
o Penelitian Operasional alat ukur
1. Pengaruh Terapi Alat yang Penuruna Nomina
Terapi hypnosis digunaka n Tingkat l
Hypnosis lima jari n untuk kecemasa
Lima Jari yang hipnotik n pada
terhadap dimaksud lima jari pasien
penurunan dalam yaitu : diabetes
kecemasan penelitian lembar melitus
ini adalah observasi
terapi
dengan
menyentuh
kan jari-jari

21
tangan
sambil
mengarahk
an fikiran
pada hal-
hal yang
menyenang
kan ata
yang
disukai
di Rumah
Sakit Mega
Buana
Palopo
2. Dependen Kecemasan Tingkat Cara
1. Mengala disini yang kecemasa penilaian
mi kecemas dimaksud n diukur kecemasa
an dalam dengan n adalah
2. Pasien penelitian menggun dengan
Diabetes ini adalah akan memberik
Melitus Kecemasan kuisioner an nilai
adalah Hamilton dengan
reaksi Anxiety kategori
terhadap Rating sebagai
situasi Scale berikut :
tertentu (HARS). 0 = tidak
yang ada gejala
mengancam sama
dan sekali
merupakan 1=
hal yang ringan/sat
wajar u gejala
terjadi yang ada
dalam 2=
konteks sedang/se
perkemban paruh
gan, gejala
perubahan, yang ada
pengalaman 3 = berat/
baru atau lebih dari
hal yang separuh
belum gejala

22
pernah yang ada
dilakukan 4 = sangat
dan berat
pencarian semua
identitas gejala ada
diri dan
makna Penentuan
hidup. derajat
atau
tingkat
kecemasa
n dengan
cara
menjumla
hkan skor
1- 14
dengan
hasil
antara
lain :
Skor
kurang
dari 14 =
tidak ada
kecemasa
n
Skor 14-
20 =
kecemasa
n ringan
Skor 21-
27 =
kecemasa
n sedang
Skor 28-
41 =
kecemasa
n berat
Skor 42-
56 =
kecemasa
an berat
sekali

23
(panik)

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara suatu penelitian, patokan
duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo,2018). Hipotesis dalam penelitian ini
yaitu :
1. Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh terapi hypnosis lima jari
terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus di
Rumah Sakit Mega Buana Palopo.
2. Hipotesis Nol(Ho): Tidak ada pengaruh terapi hypnosis lima jari
terhadap penurunan kecemasan pada pasien diabetes mellitus di
Rumah Sakit Mega Buana Palopo

24
BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasy eksperimen dengan
menggunakan rancangan “One Group Pre test and Post test design” yang
melibatkan kelompok intervensi. Pada desain ini tidak ada kelompok control
atau pembanding hanya terdapat satu kelompok perlakuan atau intervensi.

Pre 3-5 Menit Post


Y1 0 Y2
Intervensi

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Mega Buana Palopo.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juni sampai 17 Juli 2023

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang dijadikan kajian atau pengamatan
(Notoatmodjo,2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
Diabetes Melitus dari semua kalangan usia di Rumah Sakit Mega Buana
Palopo.
2. Sampel
Sampel adalah perwakilan dari suatu populasi yang dipilih melalui cara
tertentu untuk dilakukan riset (Notoatmodjo, 2018). Pengambilan sampel
menggunakan teknik sampling non-probability yaitu sampling purposive,
yaitu teknik menentukan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan
keinginan dan pertimbangan yang mendalam oleh peneliti, siapa yang pantas

25
dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel. Adapun kriteria sampel
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu inklusi dan eksklusi.
a. Berikut kriteria sampel yang termasuk dalam kriteria inklusi, yaitu:
1) Bersedia menandatangani informed consent
2) Klien yang kooperatif
3) Penderita Diabetes Melitus
4) Usia 20-80 Tahun
5) Bersedia mengikuti terapi relaksasi hypnosis lima jari sampai
selesai
6) Mampu berkomunikasi dengan baik

b. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :


1) Penderita diabetes mellitus dengan komplikasi penyakit
kardiovaskuler, masalah kulit dan kaki, kerusakan ginjal,
kerusakan saraf, dan gangguan pada mata.
2) Penderita yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik

D. Sumber Data
Menurut Notoatmodjo, S. (2018), sumber data terdiri atas:
1. Data primer
Informasi yang didapatkan saat penelitian yang bersumber langsung
dari responden disebut data primer. Dalam penelitian ini data primer
diperoleh dari hasil pemeriksaan dan pengisian lembar observasi yang
diberikan langsung kepada sampel yang akan diteliti di Rumah Sakit Mega
Buana Palopo.

2. Data Sekunder
Informasi yang telah tersedia dan digunakan untuk keperluan tertentu
yang bisa digunakan keseluruhan atau sebagian dari data tersebut sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Data sekunder penelitian diperoleh dan
dikumpulkan peneliti dari data jumlah penderita diabetes mellitus yang
mengalami gangguan kecemasan di Rumah Sakit Mega Buana Palopo.

E. Pengumpulan Dan Penyajian Data


Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palopo dan kepala Rumah

26
Sakit Mega Buana Palopo untuk menperoleh izin penelitian, setelah
mendapatkan izin dari instansi terkait, selanjutnya peneliti melakukan
penelitian dan pengumpulan data. Data yang telah terkumpul Selanjutnya
dianalisis untuk menghubungkan variabel independen dan dependen. Analisis
data dilakukan dengan bantuan komputerisasi.
Berikut tahapan pengolahan data menurut Notoatmodjo (2018) yaitu :
1. Editing
Tahapan pertama dalam pengolahan data yang bertujuan untuk memeriksa
kebenaran informasi yang didapatkan saat penelitian.
2. Coding
Setelah semua data diedit, selanjutnya memberikan tanda atau kode pada
data dalam bentuk numerik dari data yang sebelumnya berupa huruf atau
kalimat untuk mempermudah proses selanjutnya.
3. Processing
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tahap coding selesai yang mana
kemudian data yang telah diberi tanda atau kode tersebut selanjutnya di
masukkan kedalam aplikasi statistik yaitu SPSS for Window untuk
dilakukan analisis data.
4. Cleaning
Tahapan terakhir yang dilakukan untuk mengetahui apakah data yang sudah
dientri benar atau masih terdapat kesalahan yang memerlukan perbaikan
kembali.

F. Analisa Data
Menurut Notoatmodjo (2018) analisis data terdiri dari :
1. Analisis univariat
univariat ini akan mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
yang diteliti dengan hasil analisis berupa distribusi dan persentase.
2. Analisis bivariate
Analisis bivariate ini digunakan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan
antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diduga memiliki
pengaruh. Dari hasil uji statistik ini akan diketahui hasil kedua variabel
apakah berpengaruh atau tidak dengan menggunakan uji statistik Paired T
Test.

27
G. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Vasra (2015) dalam Rizka (2020), sebagai berikut :
1. Informed consent
Persetujuan untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah riset merupakan hal
utama yang perlu dilakukan peneliti kepada responden dengan memberikan
lembar informed consent dan menjelaskan maksud serta tujuan dilakukannya
penelitian. Mereka juga berhak untuk menerima atau menolak menjadi
responden.
2. Confidentiality
Segala informasi yang berkaitan dengan penelitian dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan riset.
3. Justice
Perlakuan adil kepada semua responden wajib dilakukan serta memberikan
hak yang sama tanpa adanya perbedaan.
4. Anomity
Peneliti tidak mencantumkan nama asli dari responden tetapi menggunakan
inisial tertentu yang akan disajikan pada lembar pengumpulan data atau
lembar hasil penelitian.
5. Respect for person
Peneliti memberikan penghargaan (reward) kepada responden atas waktu
dan kesediaan menjadi responden.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Ginanjar. "Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus Menggunakan


Adaboost Classifier." JUSTINDO (Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi
Indonesia) 7.1 (2022): 59-66.
Saswati, Nofrida, Sutinah Sutinah, and Dasuki Dasuki. "Pengaruh Penerapan
Hipnosis Lima Jari untuk Penurunan Kecemasanpada Klien Diabetes
Melitus." Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan 5.1 (2020):
136-143.
Nadila, Hita, and Yuni Sandra Pratiwi. "Penerapan Terapi Hipnosis Lima Jari
Terhadap Penurunan Kecemasan Pasien Diabetes Militus." Prosiding Seminar
Nasional Kesehatan. Vol. 1. 2021.
Hamu, A. H., Betan, M. O., Kedang, S. B., & Adeodatus, Y. (2022). Terapi Hipnotis
5 Jari Untuk Menurunkan Kecemasan Pasien Diabetes Melitus Tipe II Pada
Masa Pandemi Covid 19. Flobamora Nursing Journal, 2(1), 23-36.
Silviani, Irene, Joseph Partogi Sibarani, and SpPD M Ked PD. "KOMUNIKASI
KESEHATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2." (2023).
Zulkarnain, Zulkarnain, Fitrian Rayasari, and Abdu Rahim Kamil. "Penerapan Terapi
Self Hipnosis dalam Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2." Jurnal Keperawatan 15.1 (2023): 227-236.
Fauziyah, Neng, Yohan Frans Unmehopa, and Rosliana Dewi. "Hubungan
Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pada Pasien Diabetes Melitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi." HealthCare Nursing
Journal 5.1 (2023): 538-545.
Dewi, Rosliana, et al. "Hubungan Mekanisme Koping Dengan Kecemasan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Tengah Kota
Sukabumi." Media Informasi 19.1 (2023): 89-95.
Purwaningsih, Yustina, Agung Eko Hartanto, and Gandes Widya Hendrawati.
"Intervensi Relaksasi: Hipnosis Modifikasi Lima Jari untuk Mengatasi Stres
dan Resiliensi Penderita Diabetes Melitus." (2022).
Harisandy, Alvian, et al. "PENGARUH HIPNOSIS LIMA JARI TERHADAP
TINGKAT NYERI DAN KECEMASAN PADA PASIEN KANKER

29
KOLOREKTAL: STUDI KASUS." Jurnal Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (JPPNI) 8.1 (2023): 32-40.
Henriani “Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien yang menjalani
hemodialisa di RSU Sawerigading Kota” (2019)

30

Anda mungkin juga menyukai