Proposal Nizar - Muhamad Nizar Arif

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 40

STUDI PERENCANAAN BELITAN STATOR MOTOR INDUKSI 3

FASA 3,7 kW PENGGERAK TROLLY ANGKUT BETON

PROPOSAL LAPORAN AKHIR

Oleh :
Muhamad Nizar Arif
NIM. 2031120118

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Wijaya Karya Beton merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan

beton. Dibutuhkan media untuk memindahkan beton dari ruang produksi menuju bagian

penyimpanan beton. Media tersebut adalah “Trolly”. Trolly merupakan sebuah kereta

penggangkut beton yang bekerja dengan digerakkan oleh sebuah motor induksi. Trolly di

PT.Wijaya Karya Beton memiliki beberapa kapasitas muatan yang berbeda dalam

mengangkut beton. Beton yang diangkut yaitu tiang listrik yang berkapasitas 1,5 ton. Kereta

ini yang digerakkan oleh motor listrik dengan tegangan rendah. Pada sebelumnya trolly

tersebut digerakkan oleh sebuah motor 3 fasa dengan tegangan 220/380 volt serta hubungan

delta.

Prinsip kerja dari media ini adalah memindah suatu beton dengan pergerakan maju

atau mundur sesuai tempat yang ingin dituju. Trolly ini dirangkai dengan menggunakan

rangkaian kontrol putar kiri-kanan. Suplai motor ini menggunakan kabel NYYHY dengan

ukuran 4x35 mm. Banyak kekurangan yang terdapat pada media ini, antara lain:

a. Tegangan untuk motor sangat tinggi, apabila kabel putus atau bocor maka sangat

berbahaya bagi pekerja di sekitar trolly, karena pekerja akan tersengat arus listrik.

b. Menggunakan suplai listrik dengan kabel masih belum rapi di tinjau dari segi

estetika karena banyak pergerakan di area lintasan trolly.

Seiring perkembangan yang dilakukan oleh perusahaan ini, maka dilakukan sebuah

inovasi tentang trolly, dimana tegangan untuk motor penggerak diturunkan menjadi tegangan

50 volt dibawah tegangan sentuh dengan hubungan motor dipasang secara delta.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis akan merencanakan rewinding motor

penggerak trolly angkut berkapasitas 2 ton dari tegangan 220/380 volt menjadi delta 50 volt,

supaya motor bekerja dengan aman dan mendekati kelayakan untuk beroperasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumus dan masalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pemilihan motor induksi ?

2. Bagaimana torsi motor induksi tegangan 50 volt ?

3. Bagaimana perencanaan sistem rewinding motor tegangan 50 volt?

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dibatasi sebagai berikut:

1. Motor induksi bertegangan 50 volt.

2. Perubahan torsi motor induksi apa bila tegangan di turunkan.

3. Sistem rewinding pada induksi tegangan 50 volt.

4. Perencanaan sistem lilitan stator dari tegangan 220/380 volt menjadi 50 volt tanpa

merubah kontruksi rotor dan alur stator.

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Dapat merencanakan pemilihan motor induksi.

2. Dapat mengetahui torsi motor induksi 50 volt.

3. Dapat merencanakan sistem rewinding motor induksi 50 volt.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah penulis mampu merencanakan rewinding

motor penggerak trolly angkut beton berkapasitas 2 ton dari tegangan 220/380 volt menjadi

delta 50 volt.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan:

Meliputi berbagai uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka:

Tinjauan Pustaka berisikan atas pemilihan motor trolly angkut beton (Kereta

Pengangkut) dan besar torsi pada motor induksi serta sistem rewinding motor 50 volt

BAB III Metodologi:

Meliputi metodologi yang dilakukan untuk menganalisa dan menyelesaikan masalah.

BAB IV Studi Perencanaan Motor Induksi:

Meliputi tentang perencanaan pemilihan motor induksi dan Rewinding motor dari

tegangan 220/380 menjadi delta 50 volt.

BAB V Penutup:

Meliputi tentang kesimpulan dan saran terhadap alat yang dibuat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip motor induksi

Motor induksi sering disebut dengan motor asinkron (tidak serempak), disebut

demikian karena putaran rotor tidak sama dengan putaran medan magnet stator.

Motor induksi 3 fasa banyak sekali digunakan di industri untuk menggerakkan

peralatan mekanik yang membutuhkan jumlah putaran relatif konstan. Jenis motor induksi

baik 1 fasa banyak digunakan disebabkan banyak hal yang me-nguntungkan antara lain:

1. Konstruksi sederhana.

2. Harga relatif murah.

3. Effisiensi cukup tinggi.,,

4. Faktor daya cukup baik.

5. Perawatan mudah

Gambar 2.1 Motor Induksi


Sumber : www.textiletechinfo.com tanggal 27 maret 2012
Ketika tegangan fasa U masuk ke belitan stator menjadikan kutub S (south = selatan),

garis-garis gaya magnet mengalir melalui stator, sedangkan dua kutub lainnya adalah N

(north = utara) untuk fasa V dan fasa W. Kompas akan saling tarik-menarik dengan kutub
S. Berikutnya kutub S pindah ke fasa V, kompas berputar 120°, dilanjutkan kutub S pindah

ke fasa W, sehingga pada belitan stator timbul medan magnet putar. Buktinya kompas akan

memutar lagi menjadi 240°. Kejadian berlangsung silih berganti membentuk medan magnet

putar sehingga kompas berputar dalam satu putaran penuh, proses ini berlangsung terus

menerus. Dalam motor induksi, kompas digantikan oleh rotor sangkar yang akan berputar

pada porosnya. Karena ada perbedaan putaran antara medan putar stator dengan putaran

rotor, maka disebut motor induksi atau tidak serempak atau motor asinkron. Susunan belitan

stator motor induksi dengan dua kutub, memiliki tiga belitan yang masing-masing berbeda

sudut 120° . Ujung belitan fasa pertama U1- U2, belitan fasa kedua V1-V2 dan belitan fasa

ketiga W1-W2. Prinsip kerja motor induksi dijelaskan dengan gelombang sinusoidal Gambar

2.2, terbentuknya medan putar pada stator motor induksi. Tampak stator dengan dua kutub,

dapat diterangkan dengan empat kondisi (Kuphaldt Tony R..hal 145).


Gambar 2.2.Gelombang sinusoida dan medan putar pada stator motor induksi.
Sumber: Kuphaldt Tony R..hal 147

Diskripsi dari gambar di atas sebagai berikut :

1. Saat sudut 0°. Arus I1 bernilai positip dan arus I2 dan arus I3 bernilai negatip dalam

hal ini belitan V2, U1 dan W2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan

belitan V1,U2 dan W1 bertanda titik (arus listrik menuju pembaca). Terbentuk fluk

magnet pada garis horizontal sudut 0°. Kutub S (south = selatan) dan kutub N (north

= utara).

2. Saat sudut 120°. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1 dan arus I3 bernilai

negatip, dalam hal ini belitan W2, V1, dan U2 bertanda silang (arus meninggalkan

pembaca), dan kawat W1, V2, dan U1 bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis

fluk magnit kutub S dan N bergeser 120° dari posisi awal.

3. Saat sudut 240°. Arus I3 bernilai positip dan I1 dan I2 bernilai negatif, belitan U2,

W1,dan V2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan kawat U1, W2, dan V1

bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser 120°

dari posisi kedua.

4. Saat sudut 360°. posisi ini sama dengan saat sudut 0°, dimana kutub S dan N kembali

ke posisi awal sekali.

Dari keempat kondisi di atas saat sudut 0°, 120°, 240°, dan 360°, dapat dijelaskan

terbentuknya medan putar pada stator, medan magnet putar stator akan memotong belitan

rotor. Kecepatan medan putar stator ini sering disebut kecepatan sinkron, tidak dapat diamati

dengan alat ukur tetapi dapat dihitung secara teoritis besarnya (Kuphaldt,T,R,.hal147).

fx120
ns = Putaran per menit……………………………..( 2.1)
p
Rotor ditempatkan di dalam rongga stator, sehingga garis medan magnet putar stator.

akan memotong belitan rotor. Rotor motor induksi adalah beberapa batang penghantar yang

ujung-ujungnya dihubungsingkatkan menyerupai sangkar tupai, maka sering disebut rotor

sangkar tupai . kejadian ini mengakibatkan pada rotor timbul induksi elektromagnetis. Medan

magnet putar dari stator saling berinteraksi dengan medan magnet rotor, terjadilah torsi putar

yang berakibat rotor berputar.

Kecepatan medan magnet putar pada stator:

fx120 ……………………………………… (2.2)


ns = Rpm
p

ns − nr ……….…………………………….. (2.3)
Slip = x100%
ns

Keterangan: ns = kecepatan sinkron medan stator (rpm)

f = frekuensi (Hz)

nr = kecepatan poros rotor (rpm)

slip = selisih kecepatan stator dan rotor

Gambar 2.3.Bentuk rotor sangkar tupai


Sumber : Kuphaldt, T,R.,hal 148
Rumus mengitung daya input motor induksi:

P1 = 3.U .I . cos (Watt) …………………………………(2.4)


Keterangan : P1 : Daya input (Watt)

U : Tegangan (Volt)

I : Arus (Amper)

cos ϕ : Faktor kerja

2.2 Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa

Pada dasarnya konstruksi motor induksi 3 fasa terbagi atas 2 bagian penting, yaitu:

a. Bagian yang diam disebut stator.

b. Bagian yang bergerak (berputar) disebut rotor.

Bagian stator motor induksi 3 fasa terdiri atas:

a. Inti Stator, yang pada permukaan terdapat alur-alur tempat meletakkan kumpulan

stator. Inti stator terbuat dari bahan ferromagnetic yang terbuat secara berlapis-lapis.

b. Lilitan atau kumparan stator yaitu lilitan yang membangkitkan fluks medan stator

pada inti stator.

Gambar 2.4 Konstruksi Stator


Sumber : achyanto,Djoko,1986.hal 26
Gambar 2.5 Penampang Motor Induksi.
Sumber : achyanto,Djoko,1986.hal 45

Gamabar 2.6 bentuk alur stator jangkar untuk Kumparan medan pada motor
Sumber : www.emeraldinsight.com, tanggal 16 juli 2012

Jenis rotor motor induksi 3 fasa terdiri atas :

a. Rotor sangkar (Squarrel Cage Rotor)

Motor jenis ini mempunyai rotor terdiri dari beberapa batang konduktor yang disusun

sedemikian rupa hingga menyerupai sangkar tupai. Bentuk fisiknya dapat dilihat pada gambar

di bawah ini. Jenis rotor sangkar motor jenis ini sering disebut motor dengan rotor hubung

singkat.
Gambar 2.7. Rotor sangkar.
Sumber : www textiletechinfo.com tanggal 27 maret 2012

b. Jenis rotor lilit (wound rotor)

Motor jenis ini juga sering disebut motor slip ring atau motor cincin seret atau cincin

hubung singkat.

Gambar 2.8. Rotor slip ring dan wound rotor (slip ring)

Sumber : www. textiletechinfo.com tanggal 27 maret 2012

2.3. Bentuk Kumparan Stator

Bentuk kumparan stator dari motor induksi 1 fasa dapat dibagi menjadi 3 macam, hal

semacam ini adalah tergantung dari cara melilitkannya kedalam alur–alur stator. Bentuk

kumparan–kumparan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (Tim Fakultas Teknik,2001,

Dikmenjur,hal 22)

a. Kumparan jerat atau lilitan bertumpuk (Lap winding juga dapat


dinamakan dengan lilitan spiral).

b. Kumparan terpusat (concentric winding).

c. Kumparan gelombang (wave winding).

Gambar 2.9 Bentuk sistem gulungan

Sumber: Tim Fakultas Teknik,2001, Dikmenjur

Fungsi dari ketiga jenis kumparan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kumparan jerat (spiral) benyak digunakan untuk motor–motor (generator) dengan

kapasitas yang relatif besar. Umumnya untuk kelas menengah keatas, walaupun

secara khusus ada mesin listrik dengan kapasitas yang lebih besar, kumparan

statornya menggunakan sistem kosentris.

b. Kumparan sepusat (concentric) pada umumnya sistem ini banyak digunakan untuk

motor dan generator dengan kapasitas kecil. Walaupun ada juga secara khusus

motor–motor dengan kapasitas kecil menggunakan kumparan dengan tipe spesial.

c. Kumparan gelombang/wave winding untuk motor dengan belitan sistem ini banyak

digunakan kapasitor besar.


2.4. Torsi 1 motor Induksi

Torsi sering disebut momen (M) merupakan perkalian gaya F (Newton) dengan

panjang lengan L (meter) (Kuphaldt T R .hal 145).

M = F. L (Nm ) …………….………………………………. (2.5)

Gaya F yang dihasilkan dari motor listrik dihasilkan dari interaksi antara medan magnet

putar pada stator dengan medan induksi dari rotor.

F = B. I. L ………………………………...………..…. (2.6)

Jumlah belitan dalam rotor Z dan jari-jari polly rotor besarnya r (meter), maka torsi yang

dihasilkan motor.

M = B · I · L · Z · r (Nm) ……………………………………. (2.7)

Gambar 2.10.Torsi Motor

Sumber : Kuphaldt T R .hal 145

Torsi yang diinduksikan pada motor induksi di nyatakan dengan persamaan


(Sumanto, 1984 hal 89).

= . V2TH r '2/s .
 max = 3s ( R TH + r '2/s ) +X TH + x '2/s)2
2
..……..(2.8)

2.5. Torsi 2 Motor Induksi

Karakteristik torsi motor induksi disebut torsi fungsi dari slip (T = f(slip)). Garis

vertikal merupakan parameter torsi (0 100%) dan garis horizontal parameter slip (1,0–0,0).

Dikenal ada empat jenis torsi, yaitu: (Kuphaldt, T., R. hal.149 -151)
1. MA, momen torsi awal

2. MS, momen torsi pull-up

3. MK, momen torsi maksimum

4. MB, momen torsi kerja.

Torsi awal terjadi saat motor pertama dijalankan (slip 1,0), torsi pull-up terjadi saat

slip 0,7, torsi maksimum terjadi slip 0,2 dan torsi kerja berada ketika slip 0,05. Torsi beban

harus lebih kecil dari torsi motor. Bila torsi beban lebih besar dari torsi motor, akibatnya

motor dalam kondisi kelebihan beban dan berakibat belitan stator terbakar. Untuk mengatasi

kondisi beban lebih dalam rangkaian kontrol dilengkapi dengan pengaman beban lebih

disebut thermal overload, yang dipasang dengan kontaktor. Karakteristik torsi juga bisa

disajikan dalam bentuk lain, kita kenal karakteristik putaran= fungsi torsi, n = f (torsi). Garis

vertikal menunjukkan parameter putaran, garis horizontal menunjukkan parameter torsi.

Ketika motor berputar pada garis n’ didapatkan torsi di titik M’. Ketika putaran berada di nn

didapatkan torsi motor di Mn. Daerah kerja putaran motor induksi berada pada area n’ dan nn

sehingga torsi kerja motor induksi juga berada pada area M’ dan Mn. Berdasarkan grafik n =

fungsi (torsi) dapat juga disimpulkan ketika putaran rotor turun dari n’ ke nn pada torsi justru

terjadi peningkatan dari M’ ke Mn.

Gambar 2.11 . Karakteristik putaran fungsi torsi beban


Sumber: Kuphaldt,T,.R. .hal 151
2.6. Efisiensi Motor Induksi

Motor induksi memiliki rugi-rugi yang terjadi karena dalam motor induksi terdapat

komponen tahanan tembaga dari belitan stator dan komponen induktor belitan stator. Pada

motor induksi terdapat rugi- rugi tembaga, rugi inti, dan rugi karena gesekan dan hambatan

angin.

Besarnya rugi tembaga sebanding dengan I² · R , makin besar arus beban maka rugi

tembaga makin besar juga. Daya input motor sebesar P1, maka daya yang diubah menjadi

daya output sebesar P2 (Kuphaldt, T., R. hal 149).

Gambar 2.12 . Rugi rugi daya motor Induksi

Sumber : Kuphaldt, T., R. hal 149


Persamaan menghitung rugi-rugi motor induksi: Rugi-rugi motor = P1 – P2

Persamaan menghitung efisiensi motor induksi: (Kuphaldt, T., R. hal.149)

…………………………………………………. (2.9)

Keterangan: P1 Daya input (watt)

P2 Daya output (watt)

Menghitung momen torsi yang dihasilkan motor induksi

M = F · r (Nm) ………………………………………… (2.10)

P2 = M · ω (Watt) ………………………………………… (2.11)

ω =2·π ·n ………………………………………… (2.12)


Keterangan : M = Torsi (Nm)

F = Gaya (newton)

P2 = Daya output (watt)

ω = Kecepatan sudut putar

n = Kecepatan motor (putaran/detik)

Gambar 2.13 . Torsi motor pada rotor

Sumber: Kuphaldt, T., R. hal.149

2.7. Pemilihan motor listrik untuk trolly

Bila obyek dari W (Kg) di angkut,maka harus mengetahui besar massa yang terdapat

pada obyek tersebut,sehingga harus mengetahui besar massa yang dapat di angkut

(Prof.Ts.MHD.Soelaiman:hal.67).

Berat yang ada diangkut oleh kereta dengan perhitungan

m = berat kereta + berat obyek yang di angkut

setelah berat dapat di ketahui,kemudian pencarian gaya ( F ) yang di hasilkan oleh masa

berdasarkan besar gravitasi.

F = m.g …………………………………………… (2.13)

Kemudian mencari besar torsi yang akan dihasilkan oleh beban pada kereta trolly

tersebut.

TL= F .D …………………………………………… (2.14)


2.
Keterangan : m = massa (Kg)

F = Gaya (Newton)

g = gravitasi (10 m/s2)

D = Diameter (mm)

η = Efesiensi

Menentukan kecepatan sudut pada motor yang sudah dikonversikan dengan gear box

dengan rasio gear box yang sudah ditentukan 1: 60, sehingga kecepatan rotasi per detik.

rad / s …………………………… (2.15)


nr
r = 2
60
Keceptan sudut yang sudah dikonversikan gaer box dengan rasio

 g :  r = 1:60
nr
g = 2 Rps ………………………..... (2.16)
60

Keterangan :  r : Kecepatan sudut


 g : kecepatan gear box
Karena r dan diameter roda sudah diketahui jadi kecepatan kereta :

V=  r. r ………………….……….. (2.17)

Perubahan kecepatan sudut ke Rpm


r.60 …………………………………. (2.18)
Rpm
2

Setelah kecepatan ( V ) dapat diketahui sehingga dapat menentukan besar daya motor

yang sesuai dengan trolly angkut beton tersbut karena P adalah daya yang di perlukan untuk
bekerja bila efesiensi mekanis tidak terhitung efesiensi motor adalah ῃ (%) keluaran Pm

motor adalah sebagai berikut. (Prof.Ts.MHD.Soelaiman, 1985.Jakarta hal.67)

Hambatan Jalan( µ ) = F
m.g
Besar daya pemilihan motor induksi sebagai berikut:

 .W .v 100
Pm = 
1
 10 3

9,8
 .W .v 100
=  kW ……………………………..(2.19)
102 85

Keterangan : µ : Hambatan jalan (Kg/Ton)

V: Kecepatan roda (m/s)

W (m) : Berat body + berat angkat

η : Efesiensi mekanik (%)

V : Kecepatan

 r : kecepatan sudut
F : Daya (N)

g : gravitasi (m/s2)

2.8. Perencanaan Rewinding Motor

Desain pembuatan motor induksi 3 fasa dengan tegangan 50 volt, 5 Hp, 50 Hz, 50

volt dan kecepatan rotasi 1500 Rpm (Sawhney, A.K, 1990 hal.746)

f .120
ns = …………………………… (2.20)
p

Keterangan : Ns =Putaran medan stator

P = jumlah kutub
f = Frekuensi

Pada perencanaan Rewinding tetunya tidak lepas pada belitan stator yang digunakan,

belitan stator yang digunakan jenis belitan yang mudah dalam perhitungan dan pengerjaan

Rewinding.

Untuk menghitung banyaknya konduktor yang diperlukan dalam sistem distribusi ini

diketahui:

1. Jarak antar kutub ditentukan :

= π. D ………………………….. (2.21)
P

Dimana: = Jarak antar kutub ( m)


D = Diameter inti stator (m)
P = Jumlah Kutub

2. Flux tiap kutub diberikan dengan persamaan

m = Bav  L   ………………………….. (2.22)

Dimana : Bav = Kerapatan flux magnet rata rata ( Wb/m2)

L = Panjang Inti stator (m)

= Jarak antar Kutub ( m)

3. Jumlah kumparan tiap fasa


Banyak kumparan yang diperlukan adalah setengah dari jumlah slot pada inti stator.

jumlahslot …………………. (2.23)


=
2
Sehingga jumlah kumparan pada setiap fasa dengan ketentuan:

setengahslot
…………………. (2.24)
fasa
4. Jarak antar slot per kutub per fasa ( q )

Jumlahslot …………………. (2.25)


q=
fasa  p
5. Jarak kumparan per slot(coil span Cs)

jumlahslot …………………. (2.26)


=
p

6. Jarak antar belitan per slot

ß=πx p …………………. (2.27)


z

Dimana : ß = Jarak group belitan per slot ( ° listrik)

p = Jumlah kutub 2p = pasang kutub

z = jumlah slot

7. Faktor jarak

Apabila jarak kumparan per slot merupakan bilangan bulat ganjil . Maka tidak ada

faktor pemendekan , sehingga sudut pemendekan a = 0 x 180° sehingga pemendekan Kp=

cos (a/2)= di sebut kisaran penuh.


8. Faktor distribusi

Kd = sin [ q x(ß/2)]
q xsin (ß/2) …………………………. (2.28)

keterangan : ß = Jarak group belitan per slot (º listrik) 20

q = jarak slot per kutup per fasa

Jumlah Belitan yang diperlukan dengan persamaan sebagai berikut:

Ts = . Es .

4,44 x f x øm x Kw …………………..……. (2.29)

total konduktor stator = 3 x 2 Ts = 6 Ts

Ts …………..……………. (2.30)
Z= = beli tan
36

Dimana : Ts= Belitan stator perfasa

Es = Tegangan fasa ( V )

f = Freekuensi ( Hz )

øm = flux tiap kutub (Wb)

Kw = Faktor kumparan Kp x Kd

Z = Banyak konduktor dalam tiap slot

Perhitungan arus stator per fasa di berikan oleh :

Pout
I= = ( A) ………………….……. (2.31)
3  V  cas

Keterangan : Pout = Daya keluar

I = Arus (A)
V = Tegangan ( V)

Cos ø = Power Faktor

Perhitungan rapatan arus pada motor sebagai berikut:

I …………………………….(2.32)
q=
S

Keterangan : S = Rapatan arus ( A/mm2)

I = Kuat hantar arus ( A)

L(q) = luas penampang kawat mm2)

Perhitungan besar penghantar di hitung dengan persamaan .

L
D=2 mm ……………….…………. (2.33)

Keterangan : D = diamater kawat (mm)

L(q) = Luas kawat ( mm2)

2.8 Langkah melilit motor

Perhitungan diameter kawat serta banyak kumparan yang masuk pada slot sudah

diketahui, kemudian berlanjut ke proses melilit motor. Langkah dalam melilit motor 3 fasa

terdapat 2 jenis cara dalam melilit motor :

a. Jenis sistem satu jalan (Single layer)

b. Jenis sistem ganda ( Double Layer )

Pengertian untuk sistem belitan single layer dan double layer terdapat beberapa
kesamaan akan tetapi terdapat perbedaan dalam faktor pengali dalam jumlah alur pada jenis
cara dalam melilit motor. Untuk motor 3 fase, seluruh alur–alur stator dibagi tiga sama
banyak sehingga masing–masing fasa memiliki kumparan bagian sebanyak G / 2.P.3 kumparan.
Apabila jumlah fasa = m fasa, maka masing – masing fasa akan mempunyai kumparan
G
sebanyak / 2.P.m . Cara memasang sisi kumparan yaitu apabila salah satu berada didepan
kutub U, maka sisi yang lain harus berada didepan kutub S. Hal tersebut dikarenakan
G
masing–masing fasa mempunyai kumparan bagian sebanyak / 2.P.m , maka pada tiap kutub
G
masing–masing fasa akan menempati alur sebanyak / 2.P.m alur. Apabila banyaknya alur
pada tiap kutub untuk masing–masing fasa diberikan tanda g, maka jumlah alur perkutub
perfasa yaitu: g G / 2.P.m alur.

Sedangkan cara menggulung kumparan stator motor 3 fasa pada prinsipnya sama

dengan motor 1 fasa, dua fasa, perbedaannya ialah pada jumlah belitannya (kumparannya).

Untuk motor 3 fasa masing–masing belitan ditempatkan saling bergeseran tempat sejauh

120oel jadi 2/3 jarak kutub atau = 2


/3 langkah belitan (Yg). (Tim Fakultas Teknik,tahun

2001,Dikmenjur hal 145).

Rumus untuk melilit stator pada motor AC

G
p = …………………………………. (2.34)
2p

G ………………………………….
q= (2.35)
2 p.m

G ………………………………….. ( 2.36)
K=
2p

2.G …………………………………… (2.37)


K=
2. p

360.r …………………………………… (2.38)


KAR =
G

KAL = KAR.P
……………………………….. (2.39)

120 
Kp = ………………………………... (2.40)
KAL
Keterangan :

= Langkah alur dari kumparan 1 ke sisi kumparan 2

G = Jumlah alur

2P = Jumlah Kutub ( P = pasang kutub)

q = Banyak Kumparan tiap kelompok

m = Jumlah fasa

KAR =Kisar alur dalam derajad radian

KAL = Kisar alur dalam derajat listrik

Kp = Kisar fasa

K = Jumlah kumparan tiap kutub

Jumlah kutup berpengaruh terhadap putaran kecepatan pada motor induksi sudut

kutub pada motor memiliki derajat radial yang berbeda - beda seperti gambar 2.14

Sudut Pasang Kutub :

45
°
U
90
°

S S

Gambar 2.14 . Sudut pasang kutub


Sumber: Tim Fakultas Teknik,tahun 2001,Dikmenjur hal.26

P=1 P=2 P=4

180o Listrik 180o listrik 180o Listrik

= 180o radial = 90o radial = 45o radial


1–7 13 - 19 25 – 31 X
U
2–8 14 - 20 26 – 32

V 5 – 11 17 - 23 29 – 35 Y
6 – 12 18 - 24 30 – 36

W 9 – 15 21 - 27 33 – 3 Z
10 – 16 22 - 28 34 – 4

Gambar 2.15. Daftar lilitan sistem single layer

Gambar 2.16. bentangan belitan single layer

Sumber 2.8 : Tim Fakultas Teknik,tahun 2001,Dikmenjur hal.36


Gambar 2.17. bentangan belitan double layer

Sumber 2.8 : Tim Fakultas Teknik,tahun 2001,Dikmenjur hal.37

Bila dibuat tahap ganda (doubel layer)

Daftar lilitan

25 – 2 - 32
U 1–7 14 - 8 13 - 19 26 - 20 X
31
Y
2–8 13 - 7 14 - 20 25 - 19 26 -32 1 - 31

5 – 11 18 - 12 17 - 23 30 - 24 29 – 35 6 -36 Y
V 6 – 12 17 - 11 18 - 24 29 - 23 30 - 36 5 - 35

W
9 – 15 22 - 16 21 - 27 34 - 28 33 - 3 10 - 4 Z
10 - 16 21 - 15 22 - 28 33 - 27 34 - 4 9-3

Gambar 2.18. Daftar lilitan sistem double layer

Gambar 2.19 . Skema belitan dari kumparan spiral


Sumber : Tim Fakultas Teknik,tahun 2001,Dikmenjur hal.24
Jarak antara sisi belitan dan cara meletakan belitan pada alur / slot menimbulkan

factor kisar atau factor gawang (factor pitch) dan factor distribusi (distribution factor) pada

gambar 2.20.

Gambar 2.20. Kisar atau gawang lilitan jangkar


Sumber : Tim Fakultas Teknik,tahun 2001,Dikmenjur hal.24

Bila kaisar atau gawang antara sisi lilitan yang satu dan sisi lilitan yang lain sama

dengan jarak antara kutub yakni 1800 listrik maka lilitan tersebut dikatakan mempunyai

gawang penuh atau kisar penuh, lihat gambar 6-7. Bila jarak antara lilitan yang satu dengan

yang lain kurang dari 1800 listrik, lilitan tersebut dikatakan mempunyai kisar pendek

(gawang pendek). Factor kisar (factor gawang) atau kc atau kp adalah perbandingan antara

kisar pendek terhadap kisar penuhnya atau dapat dihitung dengan persamaan:(Sumanto, 1984

hal.90)

……………………………………(2.41)
Faktor distribusi

Lilitan jangkar pada tiap fasa tidak dipusatkan hanya pada satu alur / slot tetapi

didstribusikan pada beberapa alur /slot menyebabkan suatu factor

yang disebut factor distribusi (kd) yang dapat dihitung dengan persamaan : ( Sumanto,

1984 hal.60)

…………………………….(2.42)

dengan

m = Banyaknya alur alur/fasa/kutub


2.9 Tabel

Tabel kemampuan hantar arus

Gambar 2.21. Tabel KHA dan Diameter kawat


Sumber : www. Siperma enamel .com
2.10 Resistansi Isolasi

Mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu peralatan listrik merupakan hal yang

penting untuk menentukan apakah peralatan tersebut dapat dioperasikan dengan aman. Secara

umum jika akan mengoperasikan peralat-an tenaga listrik seperti generator, transformator dan

motor, sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan isolasinya, tidak peduli apakah alat tsb

baru atau lama tidak dipakai. Untuk mengukur tahanan isolasi digunakan Megger (Mega

Ohm Meter).

Isolasi yg dimaksud adalah isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bertegangan

maupun dengan bagian yang tidak bertegangan seperti body / ground.

Megger digunakan untuk mengukur tahanan isolasi instalasi tegangan menengah maupun

tegangan rendah.

• Untuk instalasi tegangan menengah digunakan Megger dengan batas ukur

Mega sampai Giga Ohm dan tegangan alat ukur antara 5.000 sampai dengan

10.000 Volt arus searah.

• Untuk instalasi tegangan rendah digunakan Megger dengan batas ukur sampai

Mega Ohm dan tegangan alat ukur antara 500 sampai 1.000 Volt arus searah.

Ketelitian hasil ukur dari Megger ditentukan oleh cukup tidaknya tegangan generator

/ baterai yang dipasang pada alat ukur tsb.Dewasa ini telah banyak pula Megger yang

mengeluarkan tegangan tinggi, yang didapatkan dari baterai sebesar 8 – 12 volt (megger

dengan sistem elektronis).Megger dgn bateri umumnya membangkit kan tegangan tinggi

yang jauh lebih stabil dibanding megger dengan generator yang diputar dengan tangan.

Tegangan untuk mengetes isolasi dapat diubah – ubah tergantung pada kelas isolasi

yang digunakan seperti:

• Tegangan DC 500 Volt untuk mengukur rangkaian tegangan rendah


• Tegangan DC 1000 Volt s/d DC 5000 Volt untuk mengukur rangkaian tegangan

sampai dengan 6000 Volt.

Besar tegangan tersebut pada umumnya adalah : 500, 1000, 2000 atau 5000 volt.

Batas pengukuran dapat bervariasi antara 0,02 sampai 20 ohm dan 5 sampai 5000 ohm dll,

sesuai dengan sumber tegangan dari megger tersebut.Dengan demikian, maka sumber

tegangan megger yang dipilih tidak hanya tergantung dari batas pengukur, akan tetapi juga

terhadap tegangan kerja (system tegangan) dari peralatan ataupun instansi yang akan diuji

isolasinya

• Besar tahanan isolasi yang memenuhi persyaratan secara umum, ditentukan oleh

tegangan kerja dari peralatan tersebut.

• Harga tahanan isolasi bervariasi tergantung dari kelembaban udara, kotoran dan

kwalitas material isolasi

Ada pun untuk mengetahui standart harga minimal hasil pengukuran tahanan isolasi

suatu peralatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus pendekatan :

www.wordpress.com megger

( 1000 . U )
R = ————— ∙ U ∙ 2,5 ………………………………..(2.43)

Dimana :

R = Tahanan isolasi minimal.


U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger.
1000 = Bilangan tetap.
2,5 = Faktor Keamanan (apabila
baru).
BAB III

METODOLOGI

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian dan eksperimen pemilihan motor dan rewinding

motor

3.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian ini adalah mengambil data umum tentang motor trolly di PT.Wijaya

Karya Beton. Data yang diambil kemudian dilakukan studi pembahasan berdasar pemilihan

motor dan sistm ewinding untuk tegangan 50 volt.

3.3 Metodologi Penelitian Secara Umum

Adapun metodologi umum yang dilakukan untuk pengambilan data sebagai

berikut:

1. Studi Literatur

Dilakukan untuk melakukan pengumpulan data dan mempelajari bahan pustaka

yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi baik didapat dari buku

maupun internet.

2. Observasi Lapangan
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kondisi riil tempat industri, untuk

mendapatkan data kelistrikan seperti single line pada trolly.

3. Wawancara

Langkah ini dilakukan dengan mengadakan interview secara langsung

kepada pihak-pihak yang berwenang di suatu tempat industri tersebut, yang

bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi yang dibutuhkan secara lebih

jelas terhadap situasi dan kondisi riil dilapangan.

4. Analisa

Metode ini dilakukan untuk menganalisa hasil pengambilan data apakah sudah sesuai

dengan apa yang diinginkan.

3.4 Tempat Penelitian


Tempat penelitian untuk pengolahan data dilakukan di kampus Politeknik

Negeri Malang.

3.5 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2011

Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan Penelitian


Kegiatan Bulan

Maret Juni

Pengumpulan Data √ √

Analisa Data √

3.6. Bahan dan Peralatan

• Data sekunder dari PT.Wijaya Karya Beton


• Komputer
• Motor insuksi

3.7. Fungsi Motor dan Spesifikasi

Pada teori yang kami bahas ini adalah tentang motor pada trolly yang dapat bekerja

sehingga menggerakkan trolly dan berfungsi sebagai media pemindah beton.


Motor berfungsi sebagai media utama penggerak trolly, sehingga trolly tersebut dapat

berjalan maju atau mundur. Motor induksi ini bekerja dalam tegangan 50 volt per fasa.

Dimana pada motor ini kumparan akan di lilit kembali hingga tegangan kerjanya mencapai

50 volt. walaupun menggunakan tegangan 50 volt, tidak akan mengurangi kemampuan motor

dalam bekerja.

Data Spesifikasi motor Low Voltage


• Daya : 5 HP
• Fasa : 3 fasa
• Volt : 50 volt
• Arus  /  : 32/50 A
• Frekuensi :50 Hz
• Power Faktor :0,8
• Speed :1476 Rpm
Di hubungkan pada sebuah gear box dengan rasio
• Rasio 60:1
Tegangan Kerja pada motor induksi( motor unsinkron) sebesar 50 volt perfasa dengan

hubungan delta dengan frekuensi 50 Hz. Motor ini dihubungkan dengan suatu gear box

dengan rasio gear 60 :1 .sehinga motor ini dapat menggerakkan kereta pengangkut beton

dengan bobot angkut mencapai 2 ton.

Pada motor induksi memiliki putaran permenitnya sebesar 1476 Rpm dengan jumlah 2

pasang kutub
Untuk mendapat kecepatan gerakan lurus pada kereta listrik ini maka adanya reduksi

putaran motor.sehingga motor di pergunakan gearbox di rencanakan.

Dimana N1 =1476 rpm (putaran pada motor)

N2 = Kecepatan Gear box 1 : 60

DP roda = 120 mm (Diameter pada pully motor )

Dp1 = `100 mm (Diameter pada pully motor )

Dp2 = 100 mm (Diameter pada pully motor )

3.8. Metodelogi Penelitian


MULAI

IDENTIFIKASI
MASALAH

PENGAMBILAN
DATA

PERENCANAAN
APAKAH SESUAI
DENGAN LAPANGAN

Gambar 3.22. Flow Chart Studi perencanaan

3.9. Penjelasan Diagram Alir

Secara umum metodelogi yang dilaksanakan dalam studi perencanaan motor listrik
tegangan rendah ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah
Dilakukan untuk mengetahui kondisi dan situasi riil yang ada di PT.Wijaya Karya
Beton pada saat ini, yaitu bagaimana rencana motor listrik dengan tegangan rendah
2. Pengambilan data
Dilakukan untuk mendapatkan data riil tentang kondisi lapangan. Pengambilan.
3. Analisa data
Metode ini dilakukan setelah mendapatkan data yang di butuhkan . Metode ini meliputi
tentang berat kereta dan barang yang di angkut, besar motor,besar diameter pully
apakah sesuai dengan lapangan..
4. Kesimpulan
Kesimpulan dari data dan hasil studi perencanaan motor listrik dengan tegangan rendahi
disesuaikan dengan PT.WIJAYA KARYA BETON .

3.10. Blok Diagram penelitian MULAI

Penentuan
berat angkut

Pengkonversian berat
ke daya angkut

Pengkonversian
masa ke Daya

Pemilihan rasio Gear

Penentuan
kecepatan kereta
angkut
Gambar 3.23: Langkah perencanaan

3.11. Klasifikasi Jenis Motor Listrik

Motor Listrik

Motor Arus bolak Motor Arus


balik(AC) Searah (DC)

Separately Self excited


Sinkron Induksi excited

Satu Fasa Tiga Fasa


Seri Campur Shunt
Gambar 3.24: Klasifikasi Motor

3.12. Macam sistem Gulungan pada motor yang akan di Rewinding

Motor 3 phasa

Tegangan 220 V Tegangan 50 V

Sistem Sistem
gulungan gulungan

Wave winding Concentric winding Spiral Yang di teliti

Gambar 3.25: Sistem gulungan motor

Anda mungkin juga menyukai