Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya

SENKA 2015

Deteksi Kerusakan Insulasi Belitan Antar Fasa pada


Motor Induksi Menggunakan Tes Surja

I Made Yulistya Negara, Daniar Fahmi Tegar Suclifton, Dimas Anton Asfani
Jurusan Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya, Indonesia Surabaya, Indonesia
yulistya@ee.its.ac.id anton@ee.its.ac.id

Abstrak—Kegagalan motor listrik pada industri dapat menyebabkan downtime sistem dan kerugian finansial yang besar. Salah satu
penyebab kegagalan motor listrik adalah kerusakan isolasi belitan antarfasa maupun antarturn pada stator motor listrik akibat
operasional dan penuaan. Pada penelitian ini akan memperkenalkan pengujian surja dan analisa gelombang untuk mendeteksi
kerusakan sistem isolasi motor. Berbagai jenis kerusakan sistem isolasi belitan stator akan diuji dan dianalisa secara efektif
menggunakan metode EAR (Error Area Ratio) dan total area dalam pengolahan gelombang hasil pengujian. Penelitian ini juga
mengupas faktor utama dan prinsip pengujian surja menggunakan perangkat yang telah teruji. Sehingga penelitian ini dapat mencadi
acuan dalam mengevaluasi kondisi sistem isolasi dan keadaan motor listrik

Kata kunci- Diagnosa motor induksi, inter turn short circuit, test surja
Abstract— Failure of electric motors in industrial system can cause huge financial losses. In many cases, Electric motor failure caused
by the interphase and interturn winding insulation damage as the result of operation stress and aging. This research will introduce
testing of surge and wave analysis to detect damage to the motor insulation system. Different types of damage to stator winding
insulation system will be tested and analyzed effectively using the EAR (Error Area Ratio) and the total area of waveform response of
test results. This study explores the main factors and principles of surge testing using custom software that has been tested. So this study
can mencadi reference in evaluating the condition of the insulation system and the state of the electric motor.

Keywords- induction motors, inter turn short circuit, surge test


Beberapa metode telah dicoba untuk proses monitoring
I. PENDAHULUAN kegagalan isolasi belitan stator motor induksi. Pada beberapa
MOTOR LISTRIK merupakan peralatan listrik yang penelitian telah dicoba pengujian menggunakan partial
digunakan secara luas dengan banyak fungsi pada dunia discharge test, namun pengujian jenis ini sangat bergantung
industri. Kerusakan pada mesin listrik yang sering terjadi pada faktor kerusakan dan kapasitas daya mesin listrik.
adalah kerusakan bearing dan isolasi belitan stator Pengujian partial discharge hanya dapat mendeteksi
dikarenakan minimnya perawatan dan pengawasan pada kerusakan isolasi stator pada level yang relatif besar dan pada
operasi motor induksi. Sebuah kegagalan isolasi antarfasa mesin kapasitas besar [2].
belitan stator dalam jumlah kecil yang tidak terdeteksi dapat Pengujian resistansi isolasi atau megger test tidak dapat
dengan cepat menyebabkan kegagalan lanjutan berupa mengevaluasi kerusakan isolasi belitan dikarenakan faktor
kegagalan isolasi hubung tanah atau ground fault, sehingga alami seperti jarak dan level kerusakan. Pengujian tes surja
menyebabkan kegagalan mesin listrik secara menyeluruh dan memiliki kelebihan dalam hal mendeteksi proses pelemahan
lebih fatal. Kegagalan sistem isolasi antarfasa pada belitan isolasi hingga kerusakan isolasi antar belitan fasa di stator
stator juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan medan yang terjadi di mesin listrik sampai tegangan rendah
yang dibangkitkan oleh setiap fasanya, sehingga dapat sekalipun. Pengujian tegangan surja dapat mendeteksi
berimbas pada terjadinya getaran dan kegagalan bearing. kerusakan ini, bahkan hingga berbagai macam kerusakan
Kegagalan pada motor induksi pada aplikasi industri dapat antara lain kerusakan belitan turn-to-turn, coil-to-coil, phase-
menyebabkan terjadi downtime sistem secara menyeluruh dan to-phase baik antarfasa maupun terhadap titik netral hingga
meyebabkan kerugian produksi yang besar. Hal ini motor bertegangan rendah sekalipun. Pengujian surja juga
dikarenakan pada motor listrik berperan penting dan dapat mendeteksi proses awal kerusakan isolasi belitan stator
mengkonsumsi lebih dari 60 % dari seluruh energi listrik yang dengan jumlah turnfault yang kecil [1,3,4].
digunakan pada proses industri [1].
Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya
SENKA 2015

akuisisi data yang akurat dan analisa pengolahan respon


pengujian surja dengan metode EAR (Error Area Ratio) dan
Analisa Total Area Gelombang sehingga didapatkan diagnosa
kondisi motor dengan aktual dan praktis.

Gambar 1. Rangkaian ekivalen motor induksi


II. KERUSAKAN SISTEM ISOLASI BELITAN
ANTAR FASA MOTOR INDUKSI
Pada dasarnya spesimen motor induksi dipilih karena
memiliki fungsi dan aplikasi yang banyak pada dunia industri
dan konstruksi fisik motor induksi sama dengan motor sinkron,
hanya saja pada rotor motor induksi terdapat perbedaan.
Konstruksi rotor pada motor induksi terdiri dari dua jenis yaitu
rotor belit dan rotor sangkar. Rotor sangkar terdiri dari batang
konduktor yang disatukan pada slot permukaan rotor dan
dihubungkan shorting rings yang besar sedangkan rotor belit
memiliki belitan rotor yang merupakan cerminan belitan stator.
Gambar 2. Sistem isolasi belitan stator motor listrik [6] Motor induksi bekerja menggunakan tegangan dan arus induksi
rotor yang didapat dari rangkaian stator layaknya transformer.
Dikarenakan tegangan dan arus induksi pada rotor motor
induksi secara mendasar sama dengan operasi transformer,
sehingga rangkaian ekivalennya hampir sama dengan
transformer. Motor induksi disebut singly excited machine
karen pasokan daya dialirkan ke stator [5,6].
Dikarenakan motor induksi tidak memiliki sumber medan
yang independen, maka permodelannya tidak melibatkan
sumber tegangan seperti Ea pada motor sinkron seperti yang
ditunjukkan Gambar 1. Sehingga pada penggunaan motor
Gambar 3. Sistem isolas pada belitan stator induksi akan sangat erat dengan berfungsinya nilai induktansi
dan resistansi yang terkandung dan terlindungi oleh isolasi
pada stator motor induksi [1,5]. Nilai induktansi dan resistansi
yang terkandung pada belitan stator terjaga dan dilindungi oleh
sistem isolasi stator agar memiliki nilai tetap dan seimbang
pada tiap belitan fasanya. Ketika ketebalan isolasi ditingkatkan
maka dapat membatasi panas yang terjadi dalam belitan stator
motor yang dialiri arus. Sistem isolasi belitan stator motor
listrik terdiri dari beberapa subsistem seperti yang ditunjukkan
Gambar 2. Enamel adalah lapisan pelindung konduktor belitan
Gambar 4. Kerusakan fisik akibat terjadinya hubung seperti yang ditunjukkan Gambar 3. Sistem isolasi pada belitan
singkat antar belitan stator motor listrik stator baik itu antarfasa maupun antarturn sangat
mengandalkan lapisan enamel yang melapisi konduktor belitan
disamping kertas mika isolasi. Enamel ini sangat rentan akan
gesekan yang dilakukan terus menerus dan panas yang berlebih
saat motor induksi dioperasikan terus menerus. Kerusakan
sistem isolasi listrik bisa disebabkan waktu operasi yang
panjang, kontaminasi zat kimia dan kelembaban, hingga
kerusakan fisik akibat produksi maupun perawatan yang keliru
[6]. Hal ini akan menimbulkan kerusakan secara fisik seperti
yang ditunjukkan Gambar 4. Sebuah fakta yang tak dapat
dipungkiri bahwa banyak kegagalan motor dimulai dari
Gambar 5. Rangkaian dasar pengujian surja [1] kegagalan antar belitan dalam belitan stator. Hubung singkat
dalam belitan ini akan menyebabkan titik panas yang dapat
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian surja untuk mengurangi kekuatan isolasi secara terus menerus. Proses
mendeteksi berbagai kerusakan sistem isolasi belitan stator kegagalan isolasi karena hubung singkat belitan stator ini akan
antara lain isolasi antarturn, antarfasa, hingga fasa ke netral semakin cepat terjadi seiring dengan waktu motor beroperasi
dengan level kerusakan sangat kecil hingga level kerusakan dan temperatur motor. [3,4,6]
yang cukup parah. Pada penelitian ini juga akan dilakukan
Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya
SENKA 2015

III. PERANGKAT PENGUJIAN SURJA


Pengujian tegangan surja pada mesin listrik dilakukan pada
kondisi offline atau tidak ada sumber listik yang mensuplai
mesin listik tersebut. Pada prinsipnya, tes surja dilakukan
dengan mengalirkan tegangan DC dengan pulsa short current,
yang memiliki rise time yang amat singkat, ke belitan stator
motor induksi.Setiap pulsa respon motor akan menghasilkan
respon tegangan impuls, dan frekuensi resonansi [1,3]. Pada (a)
Gambar 5 dapat dilihat konstruksi dasar rangkaian pengujian
surja dimana terdiri dari kapasitor surja yang menghasilkan
tegangan DC, saklar injeksi tegangan yang bekerja dengan
waktu yang singkat dan induktansi serta resistansi yang
terkandung pada belitan stator motor yang diuji keadaannya.
Rangkaian pengujian dan motor akan menjadi sebuah
rangkaian RLC yang berfrekuensi dan apabila motor
mengalami kerusakan isolasi, otomatis nilai induktansi (L)
akan berkurang karena efek short circuit antar belitan dan (b)
berakibat perubahan nilai frekuensi tegangan impuls dan
pergeseran bentuk gelombang setelah diamati [1,4,7]. Hal ini
dapat kita analisa dari frekuensi peredaman pulsa respon
berupa tegangan impuls. Persamaan frekuensi gelombang
resonansi ditunjukkan oleh persamaan (1), dimana f
merupakan frekuensi resonansi, C adalah nilai kapasitor surja,
L induktansi motor, dan R adalah resistansi motor [1,3].

(c)
Gambar 6. (a). Skema rangkaian elektronik sistem
pengujian tegangan surja, (b). Rangkaian piranti
pengujian surja, (c) Rangkaian utama kapasitor surja
Gambaran konfigurasi rangkaian pengetesan surja pada
motor induksi dapat dilihat pada Gambar 6 (a), (b), dan (c).
Perangkat utama pada pengujian surja adalah kapasitor
surja dengan sistem pengisian dan injeksi surja menggunakan
rangkaian saklar berupa rele dengan kendali Arduino Uno.
Selain itu dibutuhkan pula perangkat pendukung berupa
sumber DC Voltage Doubler yaitu Cockcroft-Walton
Multuplier, serta akuisisi data perekam respon surja berupa
LabVIEW dan NI PXIe. Sumber tegangan tinggi DC berupa
rangkaian pelipat ganda tegangan yaitu Cockcroft-Walton
Multuplier yang berguna menyearahkan sumber tegangan AC
menjadi DC dan menggandakan nilai tegangan outputnya. Gambar 7. Motor Induksi dengan External Tab dan
Sumber tegangan tinggi DC dibutuhkan untuk mengisi daya Short Circuit Connector
kapasitor surja dengan waktu yang singkat. Sedangkan
perangkat NI PXIe -1073 dan 5122 difungsikan sebagai Tabel 1. Data spesimen motor induksi 3 fasa
osiloskop pengambilan data tegangan respon surja. Sistem Specification
kerja NI-PXIe dan Arduino akan terintegrasi menjadi satu oleh Prated 1 HP
LabVIEW. Semua piranti pengujian dibangun secara manual Poles 4
Vrated 220/380 V
custom dan telah teruji akurasi penggunaannya dan outputnya. Irated 3,6/2,1 A
Pada penelitian ini akan menggunakan motor induksi 3 fasa Nrated 1380 rpm
4 kutub 1500 rpm dengan tegangan 220/380 V seperti yang Number of slot 24
ditunjukkan Tabel 1. Motor spesimen akan dibelit ulang Number of turn per
480
dengan konfigurasi yang persis sama dengan kondisi normal phase
Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya
SENKA 2015

dan dilengkapi external tab pada kutub pertama fasa R dan menggunakan konektor seperti yang ditunjukkan Gambar 7.
fasa T dan dapat dilakukan simulasi short circuit Pengelurana external tab diambil dari kutub pertama fasa R
dan T dikarenakan secara konstruksi slot dan pembelitan
keduanya berdekatan. Sehingga pada penelitian ini dapat
dijalankan pengujian seperti proses kerusakan asli yang terjadi
pada aplikasi praktisnya. Pengeluaran external tab dilakukan
untuk mensimulasikan percobaan pengujian surja pada
berbagai jenis kerusakan sistem isolasi belitan stator pada
motor induksi. Seperti yang telah ditunjukkan Gambar 8 yaitu
Fasa R turn 1 memiliki arti belitan fasa R turn paling pertama
dari kutub pertama yang dimiliki fasa R, begitu pula turn T
adalah turn pertama pada kutub pertama dari belitan fasa T.
Pada gambar 5 pula diperlihatkan gambar 3 fasa dari
hubungan short circuit antarfasa akibat kerusakan sistem
Gambar 8. Konfigurasi kerusakan isolasi belitan isolasi belitan antarfasa dengan berbagai variasi turn fault
antarfasa yang akan diuji. Variasi turn fault antarfasa akan
menunjukkan tingkat akurasi pengujian tegangan surja dalam
mendeteksi kerusakan isolasi belitan antarfasa sesuai dengan
level kerusakan yang terjadi.
Sedangkan pada Gambar 9 akan menunjukkan
simulasi kerusakan sistem isolasi antarturn. Dimana Fasa R
turn 2 – turn 5 (R-2-5) memiliki arti turn kedua dari belitan
fasa R pada kutub pertama dan akan dihubungkan dengan turn
ke-5 dari fasa yang sama yaitu R. Pada Gambar 6
diperlihatkan konfigurasi kerusakan sistem isolasi antarturn
dalam satu koil dan dalam satu fasa. Sedangkan hal lain yang
akan kita lakukan adalah kerusakan dengan menghubungkan
titik netral dengan fasa R turn ketiga yang ditulis sebagai titik
netral – fasa R turn 2 (N-R-3). Hal ini dilakukan agar dapat
memperbandingkan berbagai turn fault yang masih dalam satu
Gambar 9. Konfigurasi kerusakan isolasi belitan koil yang sama serta pengaruh jumlah turn fault terhadap
antarturn pengujian surja. Sehingga nantinya bisa dianalisa faktor
penyebab pergeseran hasil gelombang pengujian surja dengan
berbagai faktor seperti besar tegangan uji, besar jumlah turn
fault, jenis kerusakan isolasi, dan perkiraan level reduksi
induktansi akibat kerusakan sistem isolasi belitan stator.

IV. DETEKSI BERBAGAI JENIS KERUSAKAN


SISTEM ISOLASI BELITAN DENGAN PENGUJIAN
SURJA
Pada percobaan pertama diuji motor dengan kerusakan
Gambar 10. Hasil respon gelombang surja terhadap sistem isolasi antarfasa yang terjadi pada sistem isolasi yang
kerusakan isolasi belitan antarfasa membatasi dua belitan fasa yang berbeda pada satu slot atau
antar slot belitan stator yang berdekatan. Hal ini dilakukan
semisal dengan menghubungkan turn 1 fasa R dengan turn 1
fasa T maka akan mensimulasikan short circuit antarfasa
sejumlah 2 turnfault yang kita sebut sebagai short circuit RT-
1-1 dan seterusnya begitu. Pada spesimen motor induksi
diambil hubungan short circuit fasa R dan T dengan variasi
kerusakan dalam hal jumlah turnfault. Variasi jumlah turnfault
antarfasa diharapkan menunjukkan analisa tentang EAR dan
Total Area Gelombang.
Gambar 11. Hasil respon gelombang surja terhadap
kerusakan isolasi belitan antarfasa dengan jumlah
turnfault hingga 96 turn.
Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya
SENKA 2015

Pada percobaan kedua diuji kerusakan sistem isolasi dalam dua gelombang, sehingga metode ini digunakan untuk
antarturn dan isolasi belitan terhadap netral. Hal ini dilakukan mendeteksi perbedaan antara dua gelombang yang sulit
untuk menguji sensitivitas pengujian surja dalam hal menguji dibedakan dengan kasat mata [7].
kerusakan antarturn dalam jumlah turnfault kecil sekalipun Gelombang surja dari belitan yang diuji dibandingkan
dan faktor yang mempengaruhi pengujian surja. Hal ini dapat dengan gelombang surja referensi untuk mengetahui
dilakukan karena external tab memungkinkan simulasi segala perbedaannya. Persamaan (2) adalah rumus Error Area Ratio
jenis short circuit akibat berbagai jenis kerusakan isolasi (EAR) dimana adalah poin ke-i pada gelombang
belitan stator. Berbagai jenis kerusakan baik antarfasa,
referensi sedangkan adalah poin ke-i pada gelombang
antarturn, maupun fasa ke netral juga akan dilakukan dengan
variabel kontrol berupa jumlah turnfault yang sama yaitu 2 pengujian [7,9].
dan 3 turn.
Simulasi kerusakan isolasi antarturn dilakukan sejumlah 2
turnfault dengan menghubungkan turn 1 belitan R dengan turn
3 belitan R pula, hubungan ini akan kita sebut R-1- 3. Selain
itu juga kita juga menghubungkan titik netral ke turn 2 belitan Nilai EAR akan dapat menunjukkan level kerusakan yang
R untuk diuji yang kemudian kita sebut N-R-2. Dengan begitu terjadi berdasarkan besar prosentase. Pada hasil analisa
kita dapat menguji berbagai jenis kerusakan isolasi namun menghasilkan nilai prosentase error gelombang pengujian
dengan variabel kontrol jumlah turnfault sama yaitu 2 turn. terhadap gelombang referensi sebagaimana yang sudah
Hal yang sama akan dilakukan dengan jumlah turnfault 3 turn dijelaskan sebelumnya. Nilai EAR akan dapat menunjukkan
yaitu R-2-5 dan N-R-3. level kerusakan yang terjadi berdasarkan besar prosentase.
Pada Tabel 2 terdapat kriteria hasil pengujian surja yang dapat
menyatakan motor dalam keadaan baik maupun buruk
V. HASIL ANALISA EAR (ERROR AREA RATIO)& menurut standar AWA Surge test pass/fail criteria yang
TOTAL AREA GELOMBANG dikeluarkan oleh Baker Instrument [7]. Pada penelitian ini
Dari pengamatan hasil pengujian dengan konfigurasi menggunakan perhitungan Test Reference EAR dan L-L EAR
kerusakan isolasi belitan antar fasa ini, kita akan mendapatkan sebagai analisa lanjutan yang mendalam.
suatu pergerakan gelombang yang signifikan. Pertama adalah Test Reference EAR adalah salah satu dari jenis metode
fakta bahwa rangkaian yang menghubungkan sistem pengujian perhitungan Error Area Ratio dimana membandingkan nilai
surja dengan induktansi dan resistansi dari motor pengujian error gelombang yang dievaluasi dengan gelombang referensi
akan membentuk rangkaian RLC. Rangkaian RLC akan yang sama dan setara atau sejenis dalam hal konfigurasi
menghasilkan gelombang resonansi yang memiliki isolasi pengujian. Pada penelitian ini Test Reference EAR akan
teredam dari respon impuls surja dan diturunkan rumus dipakai dalam menguji nilai gelombang respon surja dari
frekuensi gelombang surja seperti yang ditunjukkan oleh berbagai konfigurasi kerusakan isolasi belitan antarfasa dari 2
persamaan 1. Hal inilah yang menjadi dasar analisa kerusakan turnfault (hubungan fasa R turn 1 short dengan fasa T turn 1)
menggunakan pengujian surja. Sesuai persamaan 1 bahwa sampai 96 turnfault (hubungan fasa R turn 48 short dengan T
nilai induktansi (L) berbanding terbalik dengan nilai frekuensi turn 48). Hal ini dilakukan dengan melakukan injeksi tegangan
respon impuls surja yang dihasilkan, sehingga secara surja sepanjang ujung belitan fasa R hingga fasa T yang
matematis ketika nilai induktansi belitan stator tereduksi terhubung bintang (R-T) dengan telah dilakukan berbagai
akibat bypass short circuit maka nilai frekuensi gelombang konfigurasi kerusakan menggunakan konektor hubung sigkat
surja akan semakin besar [1]. Hal ini ditunjukkan dengan pada external tab motor. Gelombang ini akan diperbandingkan
semakin besar jumlah turn fault respon gelombang surja dengan hasil respon gelombang surja yang diuji sepanjang
semakin rapat dan bergeser ke kiri mendekati puncak belitan fasa R hingga T yang terhubung bintang dalam
impulsnya seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 10 dan 11. keadaan normal. Gelombang yang dikategorikan normal
Metode analisa kenaikan nilai frekuensi secara perhitungan apabila memiliki prosentase error sebesar 15-25%. Test
frekuensi rangkaian RLC akan sulit dilakukan secara manual, Reference EAR dilakukan untuk memperbandingkan nilai
kenaikan frekuensi dan pergeseran gelombang respon akan belitan motor pengujian dengan motor identik lain yang
lebih mudah menggunakan analisa EAR dan total area berkeadaan normal, sehingga dapat diketahui bahwa motor
gelombang untuk mendapatkan diagnosa yang tepat dan yang diuji masih layak atau tidak.
mencerminkan keadaan motor. Pada gelombang surja yang Dapat dilihat melalui Tabel 3 hasil perhitungan Test
sudah didapatkan akan dianalisa dengan metode Error Area Reference EAR, bahwa semua motor yang mengalami
Ratio (EAR) untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antar turnfault antarfasa dalam jumlah sekecil apapun dapat
tiap variasi yang dilakukan. EAR merupakan sebuah metode terdeteksi dan dinyatakan dalam kondisi tidak sempurna oleh
analisa gelombang yang sangat sensitif terhadap perbedaan pengujian surja dan analisa EAR. Hal ini memungkinkan kita
Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya
SENKA 2015

memakai metode pengujian ini dalam hal menguji kerusakan Tabel 2 Standar batas EAR kriteria motor normal
motor induksi di lapangan maupun dalam proses pengecekan SPESIFICATION TEST REF EAR % L-L EAR %
keadaan belitan setelah rewinding, bahkan hingga menjadi (pass) (pass)
acuan pengecekan akhir dalam kontrol kualitas produksi motor Manufacturing (Rotor
Uninstalled) 2-15% 5-15%
listrik.
Rewinding & Regular
Sedangkan L-L EAR adalah salah satu metode analisa Error Test (Rotor Instaled) 15-25% 10-25%
Area Ratio yang memperbandingkan gelombang pengujian Tabel 3. Hasil analisa Test Reference EAR
dengan gelombang referensi yang tidak identik atau antarfasa CLASIFICATION TOTAL TEST REF RESULT
lain. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan evaluasi poin ERROR EAR (%)
keseimbangan panjang induktansi antarfasa satu teradapa
2 Turn Fault 2451 36.65 failed
lainnya. Sehingga nantinya selain dapat mengevaluasi bahwa
semisal panjang induktansi sepanjang belitan fasa R hingga 4 Turn Fault 2861 38.90 failed
fasa T (R-T) yang terhubung bintang sepadan atau mendekati 6 Turn Fault 3012 49.14 failed
nilai induktansi belitan fasa R hingga fasa R (R-S). 10 Turn Fault 3806 57.59 failed
Gelombang referensi adalah pengujian antarfasa R-S pada
30 Turn Fault 4538 58.61 failed
keadaan motor yang normal yang akan dibandingkan antarfasa
lain yaitu R-T yang telah dikeluarkan external tab dan 48 Turn Fault 5058 65.33 failed
dilakukan kerusakan isolasi belitan antarfasa dengan konektor 96 Turn Fault 5432 70.16 failed
hubung singkat.. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa Tabel 4. Hasil analisa L-L EAR
hanya motor normal yang memiliki keseimbangan induktansi CLASIFICATION TOTAL L-L EAR RESULT
belitan antarfasa terhadap antarfasa lain. ERROR (%)
Pada Tabel 4 diperlihatkan prosentase L-L EAR (Error Area Normal 1347 17.06 pass
Ratio) setiap gelombang pengujian setelah dibandingkan 2 Turn Fault 2987 37.83 failed
dengan gelombang referensi. Hasilnya adalah terjadi
4 Turn Fault 3688 46.71 failed
peningkatan EAR seiring semakin besar jumlah turn fault
antarfasa yang terjadi pada motor spesimen. Nilai L-L EAR 6 Turn Fault 3773 47.78 failed
akan dikelompokkan berdasarkan standar yang telah ada untuk 10 Turn Fault 4547 57.59 failed
menentukan apakah keadaan isolasi belitan stator dalam 30 Turn Fault 4625 58.07 failed
kondisi sehat atau rusak. Pada analisa selanjutnya akan
48 Turn Fault 4992 62.68 failed
mengacu pada nilai perhitungan L-L EAR untuk memastikan
keseimbangan antarfasa pad motor pengujian. 96 Turn Fault 5281 66.30 failed
Pada Tabel 5 dapat dilihat pada setiap level tegangan Tabel 5. Hasil L-L EAR bervariasitegangan pengujian
pengujian yang menghasikan beberapa variasi level puncak L-L EAR Normal 2 Turn 4 Turn 6 Turn 10 Turn
tegangan respon memiliki nilai L-L EAR yang naik seiring (%) Fault Fault Fault Fault
besar kerusakan yang semakin fatal. Seperti yang telah 150 V 17.06 37.82 46.71 47.78 57.59
ditunjukkan oleh pengujian pertama bahwa hal ini dikarenakan 200 V 19.82 31.45 39.74 44.96 56.31
nilai induktansi yang berkurang seiring kenaikan level
250 V 20.92 31.26 42.05 48.42 55.71
kerusakan akan menyebabkan pergeseran frekuensi semakin
besar dan memacu kenaikan nilai error terhadap gelombang 300 V 20.93 31.28 42.43 48.58 55.74
referensi. Hal ini juga membuktikan bahwa nilai sumber
tegangan DC pengujian tidaklah harus maksimal, namun
minimal di atas 500 V untuk mendapatkan hasil yang cukup
akurat. Setiap level tegangan akan menghasilkan trending
yang hampir sama seperti yang ditunjukkan Gambar 12,
sehingga tercipta daerah batasan toleransi EAR yang
menyatakan bahwa sistem isolasi belitan stator dapat
dikatakan sehat.
Pada hasil pengujian tegangan surja kita akan mendapatkan
beberapa data sekaligus sebagai bahan analisa. Data pertama
adalah mengenai puncak tegangan impuls yang dihasilkan
oleh sumber tegangan DC dan diolah oleh kapasitor surja
untuk diinjeksikan. Kedua adalah nilai pergeseran gelombang
Gambar 12. Grafik perubahan nilai EAR terhadap
dari bentuk gelombang referensi yang dengan kasat mata akan
variasi kerusakan dan variasi nilai puncak respon
sangat dapat dilihat. Hal terakhir yang akan didapatkan adalah
tegangan impuls
Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya
SENKA 2015

nilai mutlak luasan tiap gelombang surja yang berupa osilasi tegangan surja apabila dinyatakan mutlak dan ditarik sigma
redaman. Seperti yang kita ketahui hasil gelombang respon dari tiap titik sampling pengukuran akan menghasilkan luasan
terhadap titik absis seperti yang ditunjukkan Gambar 13.
Sehingga luasan inilah yang akan kita sebut denga Total Area.
Pada percobaan kerusakan belitan antarfasa akan dilakukan
pengujian surja dengan berbagai nilai tegangan sumber DC
yang menghasilkan puncak respon tegangan surja yang
berbeda pula. Dari setiap variasi konfigurasi kerusakan dan
tegangan uji akan dihitung nilai total area gelombang. Setelah
mengetahui nilai total luasan kita akan dapat menarik suatu
poin analisa menggunakan dasar trending yang ada pada Total
Area yang telah kita dapati.
Hal terpenting adalah selain melihat nilai EAR, nilai Total
Area sangat membantu mengevaluasi apakah suatu gelombang
mengalami penyimpangan frekuensi dari gelombang referensi.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa luasan gelombang akan
Gambar 13. Gelombang Surja yang telah dikonversikan meningkat seiring peningkatan level tegangan uji, sedangkan
ke sisi positif dan akan dihitung luasan total area akan semakin berkurang seiring dengan peningkatan
level kerusakan yang terjadi. Hal ini juga bisa diamati pada
Gambar 14, dimana pada berbagai level puncak tegangan
impuls yang dihasilkan akan terjadi penurunan luasan area
berbanding lurus dengan penambahan jumlah turnfault
antarfasa. Hal ini dikarenakan efek frekuensi yang semakin
besar sehingga bentuk gelombang respon impuls semakin
rapat dan berluas sempit akibat reduksi nilai induktansi oleh
turnfault.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan simulasi berbagai
jenis kerusakan sistem isolasi, namun akan ada variabel
kontrol berupa jumlah turnfault. Variabel kontrol ini akan
Gambar 14. Grafik Total Area terhadap kerusakan diterapkan pada kerusakan sistem isolasi antarfasa, sistem
isolasi antarfasa isolasi antarturn maupun turn ke netral. Sebagai contoh
hubungan kerusakan sistem isolasi antarfasa oleh hubungan
fasa R-T-1-1, akan diperbandingkan dengan kerusakan isolasi
antarturn R-0-2 dan R-1-3. Semua jenis kerusakan tersebut
adalah sejumlah 2 turnfault namun dari konfigurasi jenis
kerusakan yang berbeda. Hal ini dilakukan guna mendapatkan
sensivitas dan memperoleh faktor utama yang menentukan
prinsip kerja dan hasil respon pengujian surja. Setelah
dilakukan pengujian surja dengan puncak impuls sebesar 150
V terhadap berbagai kerusakan maka akan menghasilkan
berbagai nilai gelombang respon. Gelombang respon ini akan
dievaluasi dengan metode EAR (Error Area Ratio) dan akan
dinilai prosentase error pada setiap gelombang seperti yang
ditunjukkan Gambar 15. Dapat terlihat pada Tabel 3 bahwa
Gambar 15. Grafik pengujian berbagai jenis kerusakan nilai EAR akan bertambah seiring bertambahnya jumlah
dengan variabel kontrol 2 & 3 turnfault turnfault. Apabila jumlah turnfault sama dengan konfigurasi
kerusakan yang berbeda seperti kerusakan isolasi antarfasa
Tabel 6 Total Area Gelombang pada kerusakan Isolasi dan antarturn, maka nilai EAR akan sangat bersaing dengan
Antarfasa
nilai yang hampir sama, meskipun kerusakan sistem isolasi
Total Normal 2 turn 4 turn 6 turn 10 turn
Area fault fault fault fault antarfasa memiliki nilai EAR yang sedikit lebih besar
ketimbang kerusakan sistem isolasi antarturn seperti yang
150 V 7744 7694 7606 7308 6624
ditunjukkan Tabel 7. Hal ini menunjukkan pengujian surja
200 V 8397 8011 7895 7400 7235 sangat sensitif terhadap perubahan induktansi, karena faktor
250 V 10989 10403 9220 8291 8333 induktansi yang berubah akibat short circuit yang
300 V 13297 12494 11239 10074 9942
Seminar Nasional Ketenagalistrikan dan Aplikasinya
SENKA 2015

menyebabkan perubahan frekuensi gelombang tegangan engujian surja adalah cara paling handal dalam mendeteksi
respon pengujian. Pengujian nilai induktansi belitan antara kerusakan awal atau degradasi awal dari proses kegagalan
fasa R-T juga dilakukan langsung menggunakan LCR meter sistem isolasi belitan stator yang tidak dapat dideteksi dengan
dengan berbagai variasi kerusakan yang sama untuk metode lain.
membuktikan bahwa nilai induktansi menurun dengan sesuai REFERENSI
laju peningkatan error atau EAR seperti yang ditunjukkan [1] S. Grubic, J. Restrepo, J. M. Aller, B. Lu, andT. G. Habetler, “A New
Tabel 3. Concept for Online Surge Testing for the Detection of Winding
Insulation Deterioration in Low-Voltage Induction Machines”, IEEE
Trans. Ind. Appl., vol.47, No. 5, Sept./Oct. 2011.
VI. KESIMPULAN [2] H. Zhu, V. Green, and D.Huynh, “Lifetime Extension Experience on
Rotating Machine Insulation Using On-Line PD Testing”, IEEE Int.
Setelah keseluruhan proses penelitian ini yang meliputi Symp.on Electrical Insulation, Boston, MA USA, April 7-10, 2002.
studi literatur, perancangan dan analisis data pada hasil [3] S. Grubic, T. G. Habetler, J. M. Aller, and B. Lu, “Investigation on
pengujian tegangan surja untuk mendeteksi dan menganalisa Surge Testing for Winding Insulation Fault Detection in an Online
kerusakan belitan antarfasa pada motor induksi tiga dapat Environment”, IEEE IEMDC 2011
ditarik beberapa poin kesimpulan yang didapatkan meliputi [4] M. Chihara,T.Inoki, K.Okuda and Y.Mizuno,“Impulse Testing for
Detection of Insulation failure of motor Winding and Diagnosis
beberapa poin. Kerusakan awal pada isolasi belitan antarfasa Based on Hidden Markov Model”, in Proc. IEEE Transaction on
pada stator motor induksi tidak dapat dengan mudah dideteksi Dielectric and electrical insulation., Oct. 2010.
dengan parameter pengoperasian motor seperti arus dan [5] S. J. Chapman, “Electric Machinery Fundamentals 4th Edition”,
tegangan kerja, sehingga tergolong tidak dapat dideteksi. McGraw-Hill Companies. Inc., New York, Ch. 7, 2005.
Pengujian surja dapat menjadi metode pengujian kerusakan [6] P. Gill, “Electrical Power Equipment Maintenance and Testing2nd
sistem isolasi belitan stator motor induksi dengan berbagai Edition”, CRC Press Taylor & Francis Group, 2009.
macam jenis keruskan sistem isolasi antara lain sistem isolasi [7] “Baker Instrument Company AWA Surge Test pass/fail criteria”,
Baker Instrum. Co.
antarturn, antarfasa, maupun fasa ke netral. Sensitivitas dan [8] S. Grubic, J. Restrepo, R. G. Harley, and T. G. Habetler, “Sensitivity
akurasi hasil analisa pengujian surja sangat tinggi dan Analysis of the Surge Test Applied to AC Machines”, IEEE
dipengaruhi nilai induktansi pada media yang diuji. Pengujian International Electric Machines and Drives Conferences 2011.
tegangan surja dapat berfungsi sebagai kontrol kualitas produk [9] J. Wilson, “Current State of Surge Testing Induction Machines”,
motor hasil pembelitan ulang (rewinding) maupun saat proses Baker Instrum.Co., Jun. 2003.
[10] IEEE Power Engineering Society, “IEEE Recommended Practice on
manufatur.Pengujian tegangan surja juga dapat berfungsi Surge Testing for Equipment Connected to Low-Voltage (1000 V and
sebagai alat pendeteksi aktif dalam hal menguji langsung Less) AC Power Circuit, The Institute of Electrical and Electronic
kerusakan motor induksi pada operasionalnya. Analisa EAR engineer. Inc, New York, April.2013
(Error Area Ratio) dan total area gelombang tergolong akurat,
efektif dan mudah sebagi metode analisa hasil pengujian surja.

Anda mungkin juga menyukai