Anda di halaman 1dari 13

Sinusoida Vol. XXII No.

2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

STUDI INSPEKSI KELAYAKAN INSTALASI DAN INSTRUMEN


TENAGA LISTRIK
Nizar Rosyidi AS dan Ilham Baihaqi
Program Studi Teknik Elektro FTI ISTN Jakarta

ABSTRAK
Motor induksi merupakan salah satu motor listrik yang banyak digunakan dalam dunia
industri. Menurunnya kinerja motor induksi dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti
thermal stresses, mechanical stresses, dan environmental stresses. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perawatan guna menjaga kinerja motor tetap baik. Salah satu perbaikan yang
ada pada motor induksi adalah rewinding motor. Rewinding adalah proses penggantian
winding stator motor induksi secara total maupun parsial.
Salah satu rewinding motor di PT. Mesindo Tekninesia adalah motor induksi tiga
fasa 6,6 kV, 225 kW milik Pertamina Plaju, untuk mengidentifikasi jenis kerusakan dan
menentukan langkah perbaikan serta melakukan pengecekan setelah perbaikan perlu
dilakukan electrical test. Pengujian yang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis
kerusakan motor induksi adalah insulation resistance test dan DC resistance test,
sementara pengujian insulation resistance test, DC resistance test dan running test.
Dalam Studi ini akan dibahas tentang Pengujian Kelistrikan Motor Induksi 6,6
kV, 225 kW. PT. Mesindo Tekninesia, Jakarta Timur.

Kata kunci : Motor Induksi, Rewinding, Electrical Test

Abstrac

An induction motor is one of the electric motors that is widely used in the industrial
world. The decrease in the performance of the induction motor can be caused by several
factors such as thermal stresses, mechanical stresses, and environmental stresses.
Therefore, it is necessary to take care to maintain good motor performance. One of the
improvements that exist in an induction motor is rewinding motor. Rewinding is the
process of replacing the induction motor stator winding completely or partially.
One of the motor rewinding at PT. Mesindo Tekninesia is a 6.6 kV, 225 kW three-phase
induction motor owned by Pertamina Plaju to identify the type of damage and determine
repair steps as well as check after repairs, an electrical test is required. The tests carried
out to identify the type of induction motor damage are the insulation resistance test and
DC resistance test, while the insulation resistance test, DC resistance test and running
test are used.
This study will discuss the Electrical Testing of an Induction Motor of 6.6 kV, 225 kW.
PT. Mesindo Tekninesia, East Jakarta.

Key words: Induction Motor, Rewinding, Electrical Test

21
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

1. PENDAHULUAN
Motor listrik merupakan salah Motor induksi tiga fasa
satu bagian dari mesin listrik yang dapat merupakan salah satu mesin asinkron
mengubah energi listrik menjadi (asynchronous motor) karena mesin ini
mekanis. Pemanfaatan energi mekanis beroperasi pada kecepatan dibawah
tersebut diantaranya sebagai peralatan kecepatan sinkron. Kecepatan sinkron
untuk proses produksi seperti alat ini dipengaruhi oleh frekuensi mesin dan
angkat, alat angkut, alat peniup, alat banyaknya kutub pada mesin. Motor
penghisap dan alat penggetar. Motor induksi berputar dibawah kecepatan
listrik yang digunakan pada sebuah sinkron karena medan magnet yang
industry adalah motor induksi karena terbangkitkan pada stator akan
memiliki beberapa kelebihan menghasilkan fluks pada rotor sehingga
diantaranya torsi start tinggi dengan arus rotor tersebut dapat berputar. Namun
start rendah dan pengaturan kecepatan fluks yang terbangkitkan pada rotor
yang baik selama bekerja dengan mengalami lagging dibandingkan fluks
kecepatan konstan. yang terbangkitkan pada stator sehingga
Pada sebuah industri, motor kecepatan rotor tidak akan secepat
listrik dioprasikan cukup lama kecepatan putaran medan magnet.
dikarenakan proses produksi dilakukan Motor induksi tiga fasa
selama kurang lebih 8 – 10 jam dalam (gambar 2.1) adalah motor listrik arus
satu hari, sehingga motor listrik bolak-balik yang paling banyak
mempunyai batas pemakaian tertentu. digunakan karena karakterisiknya
Jika suatu saat motor listrik telah hamper sesuai dengan kebutuhan
mencapai batas waktu pemakaiannya, industry. Secara umum, motor induksi
maka perlu dilakukan pergantian motor terdiri atas stator yang merupakan
listrik dan overhaul. Overhaul dilakukan bagian statis serta rotor yang merupakan
agar motor listrik memiliki jangka waktu bagian dinamis dimana terdapat celah
pemakaian yang lebih lama untuk yang sangat kecil antara kedua
menjaga keandalan motor listrik. komponen tersebut. Pada
Kerusakan motor listrik umumnya,motor induksi hanya memiliki
disebabkan karena beberapa factor, satu suplai sumber listrik yang
diantaranya karena overvoltage atau mengeksitasi belitan stator.
undervoltage, overload,phaseloss,
kegagalan isolasi, kebersihan motor dan
lain-lain. Hal itu menyebabkan
terjadinya ground fault, phase to phase
fault, vibrasi, overheating, timbulnya
percikan api, terbakarnya belitan stator
atau rotor dari kerusakan mekanik atau
lainnya.
Gambar 2.1 Motor Induksi Tiga Fasa
2. TINJAUAN PUSTAKA
Adapun Tujuan yang dilaksanakan
Motor induksi memiliki beberapa
adalah:
keuntungan diantaranya :
1. Mengetahui jenis kerusakan dan cara
1. Konstruksi kuat dan sederhana
perbaikan pada motor induksi.
2. Harganya relatif murah dan
2. Mengetahui cara pengujian dan
kehandalannya tinggi
analisis electrical test sebelum dan
3. Efisiensi relative tinggi pada keadaan
sesudah perbaikan pada motor
normal
induksi
4. Tidak ada sikat sehingga rugi
2.1 MOTOR INDUKSI TIGA
gesekan kecil
FASA
5. Perawatan mudah

22
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

Namun, ada beberapa kerugian dari


motor induksi yaitu :
1. Kecepatan tidak mudah dikontrol
2. Power faktor rendah pada beban
Gambar 2.3 Frame Motor
ringan
3. Arus start biasanya 5 sampai 7 kali Frame berfungsi sebagai
dari arus nomimal pelindung dari bahaya listrik bagian
motor yang bertegangan maupun
2.2 Bagian-Bagian Motor berputar dari efek yang membahayakan
Induksi Tiga Fasa lingkungan selama motor beroperasi.
Secara umum, konstruksi motor Bearing ditempelkan di shaft guna
induksi tiga fasa (gambar 2.2) terdiri mendukung secara mekanis agar motor
dari frame untuk melindungi bagian dapat berputar. Sebuah fan juga
ditempatkan di shaft yang berfungsi
dalam motor, stator yang merupakan
sebagai pendingin motor.
bagian diam, rotor yang merupakan
bagian bergerak, bearing sebagai poros
motor, terminal sebagai suplai motor, 2.1.2 Stator
sistem pendingin untuk mendinginkan
rotor dan isolasi untuk melindungi Stator (gambar 2.4) adalah
kebocoran listrik antar fasa atau fasa bagian statis pada motor yang
menginduksikan medan elektromagnetik
dengan tanah
kepada kumparan rotor. Stator tersusun
dari kumparan stator dan tumpukan
laminasi inti. Inti stator dibuat dari
tumpukan lempengan besi (core iron)
yang dilaminasi dan diasatukan. Inti
berfungsi sebagai dukungan mekanis
sekaligus kanalisasi magnet yang akan
dihasilkan.

Tiap kumparan tersebar dalam


alur yang disebut belitan fasa, dimana
Gambar 2.2 Konstruksi Motor Induksi
belitan tersebut terpisah secara elektrik
sejauh 1200. Kawat kumparan yang
2.1.1 Frame
digunakan terbuat dari tembaga yang
Frame seperti ditunjukkan pada telah dilapisi dengan isolasi tipis
gambar 2.3 merupakan penutup kemudian tumpukan inti dan belitan
(enclosure) sebuah motor listrik. Frame stator diletakkan dalam cangkang
terdiri dari suatu rangka dan dua ujung silindris.
bearing housing. Stator ditempatkan
didalam frame, sedangkan rotor
diletakkan didalam stator dan dipisahkan
oleh rongga udara.

Gambar 2.4 Stator Motor

23
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

Stator juga merupakan tempat B. Rotor Sangkar


dihubungkannya motor dengan sumber
listrik AC tiga fasa. Saat tegangan AC Rotor sangkar (gambar 2.6)
disuplai ke stator, maka arus akan tupai memiliki konstruksi yang
mengalir melalui kumparan. Medan sederhana. Inti stator pada motor
magnet akan dihasilkan oleh kumparan sangkar tupai terbuat dari lapisan-
fasa yang tergantung arah arus yang lapisan pelat baja beralur yang didukung
melewati kawat tersebut. dalam rangka stator yang terbuat dari
2.1.3 Rotor besi tuang atau pelat baja yang
dipabrikasi. Lilitan-lilitan kumparan
Rotor merupakan bagian stator diletakkan dalam alur stator yang
dinamis dari suatu motor. Rotor terdiri terpisah 1200 listrik. Lilitan fasa ini
dari lempengan besi tipis yang dapat tersambung dalam hubung delta
dilaminasi dan batang konduktor yang () maupun bintang (Y)
mengitarinya. Lempengan besi tipis
yang dilaminasi tersebut dibuat agar
mengurangi panas jika telah dipasang
kumparan dan saat diberi arus.
Tumpukan besi yang dilaminasi
disatukan untuk membentuk inti rotor.
Rotor pada motor induksi dibagi
menjadi dua, yaitu : Gambar 2.6 Rotor Sangkar
Batang rotor motor sangkar
A. Rotor Belitan
tupai tidak selalu ditempatkan parallel
Rotor Belitan (gambar 2.5) terhadap poros motor tetapi seringkali
merupakan salah satu jenis rotor yang dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan
dililit dengan lilitan terisolasi serupa torsi yang lebih seragam dan juga
dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor mengurangi derau megnetik sewaktu
dihubungkan dengan hubung Y dan motor berputar. Pada ujung rotor,
masing-masing ujung fasa dikeluarkan seluruh lilitan dishortkan dengan busbar
ke slip ring yang terpasang pada poros yang terbuat dari tembaga atau
rotor. Slip ring terhubung ke sebuah alumunium. Cincin penutup dilekatkan
tahanan variable eksternal yang sirip yang berfungsi sebagai pendingin.
berfungsi membatasi arus penghasutan
dan yang bertanggung jawab terhadap C. Bearing
pemanasan rotor. Selama penghasutan,
penambahan tahanan eksternal pada Bearing (gambar 2.7)
rangkaian rotor belitan menghasilkan merupakan penyangga rotor terhadap
torsi pengasutan yang lebih besar frame. Bearing memiliki fungsi yang
dengan arus pengasutan yang lebih kecil penting dalam motor karena merupakan
disbanding dengan rotor sangkar. Inti tempat penyangga berputarnya rotor.
rotor diletakkan menempel ke shaft dari Karenanya, perlu perawatan khusus,
besi yang membentuk kontruksi rotor salah satunya adalah pemberian pelumas
secara penuh. pada bearing. Ada beberapa jenis
pelumas yang sering digunakan pada
bearing, diantaranya adalah grease dan
minyak.

Gambar 2.5 Rotor Belitan

24
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

Motor induksi yang telah


diperbaiki perlu dilakukan uji kelayakan
Gambar 2.7 Bearing Motor (Quality Assurance). Ada beberapa jenis
pengujian yang perlu dilakukan pada
motor listrik. Untuk mengetahui kualitas
2.3 Tahapan Prinsip Kerja motor listrik setelah pengujian, perlu
Motor Induksi dilakukan perbandingan dengan standar
1. Arus listrik yang dialirkan pada motor listrik.
suatu medan magnet dengan
kerapatan fluks akan menghasilkan 3.1.1. Insulation Resistance Test
suatu gaya.
2. Nilai gaya dipengaruhi banyaknya Insulation resistance test
lilitan merupakan pengujian yang digunakan
3. Bila sumber tegangan tiga fasa untuk mengetahui besarnya tahanan
dipasang pada kumparan stator isolasi dari suatu peralatan listrik.
maka akan timbul medan putar. Pengujian ini digunakan untuk
4. Medan putar akan mendorong mengetahui kondisi isolasi pada motor
konduktor yang terdapat pada sisi dan menentukan apakah peralatan
rotor, akibatnya kumparan rotor tersebut dapat dioperasikan dengan
akan timbul tegangan induksi (ggl) aman. Isolasi yang cukup pada motor
5. Karena kumparan rotor merupakan diperlukan untuk menghindari terjadinya
rangkaian tertutup maka tegangan direct contact seperti short circuit atau
induksi akan menghasilkan arus ground fault. Idealnya, tahanan isolasi
6. Adanya arus dan medan magnet adalah tak terhingga, dimana seluruh
akan menimbulkan gaya pada rotor arus yang ada dalam konduktor di blok
7. Bila torsi awal yang di hasilkan oleh bahan isolasi tersebut. Jika arus
oleh gaya rotor cukup besar untuk bocor yang mengalir dari konduktor ke
memikul torsi beban maka rotor ground semakin besar, maka dapat kita
akan berbutar searah medan putar ketahui terdapat masalah pada isolasi.
stator dengan kerapatan fluks akan Insulation resistance test untuk
menghasilkan suatu gaya. perlengkapan listrik dapat menggunakan
8. Untuk membangkitkan tenaga megger yang mana pengoperasiannya
induksi agar tetap ada maka pada waktu perlengkapan rangkaian
diperlukan perbedaan relatif atara listrik tidak bekerja atau tidak dialiri
kecepatan medan putar stator arus listrik. Metode pengujian dilakukan
dengan kecepatan putar rotor dengan tegangan megger yang berbeda-
9. Jika kecepatan medan putar stator beda sesuai dengan kebutuhan.
sama dengan kecepatan putar rotor Insulation resistance dilakukan pada
maka tegangan terinduksi dan arus stator atau rorotan generator, selain itu
tidak mengalir pada rotor dengan juga dapat diterapkan pada semua mesin
demikian tidak ada torsi yang dapat atau lilitan kecuali rotor motor sangkar
dihasilkan tupai karena tidak mempunyai isolasi
10. Dilihat cara kerjanya bisa disebut untuk diuji. Insulation resistance test
motor asinkron. dilakukan dengan durasi satu menit.

3. Prosedur Pengujian Motor Dalam menentukan insulation


Induksi resistance sebuah motor induksi, perlu
diperhatikan tegangan megger yang
3.1. Pengujian Pada Motor sesuai dengan tegangan motor. Tabel 3.1
Induksi merupakan standar penggunaan megger
untuk berbagai variasi tegangan dari

25
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

motor berdasarkan standar EASA AR DC Resistance Test dilakukan


100. untuk mengetahui kelayakan dari
koneksi-koneksi yang ada di belitan dan
memperkirakan apabila ada
kemungkinan hubung singkat atau
resistansi yang tinggi pada koneksi
Tabel 3.1 Tegangan Test Insulation belitan. Pada motor induksi tiga fasa,
Resistance Test proses pengukuran dilakukan pada
TEGANGAN TEGANGAN masing-masing belitan antar fasa.
KERJA MESIN TEST Ketidakseimbangan resistansi akan
YANG DI UKUR menyebabkan arus tiap fasa pada motor
menjadi tidak sama sehingga motor
Mesin dengan < 500 Volt DC
cepat panas bila dioperasikan.
tegangan kerja : <
DC resistance test biasa
1000 Volt
dilakukan dengan milliohm meter yang
Mesin dengan 500 - 1000 ditunjukkan pada Miliohm meter
tegangan kerja : Volt DC berbeda dengan multimeter dikarenakan
1000 -2500 Volt milliohm meter dapat digunakan untuk
mengukur nilai hambatan yang sangat
Mesin dengan 1000 atau 2500 kecil hingga satuan milliohm. Milliohm
tegangan kerja : Volt DC meter juga memiliki akurasi tinggi dan
2501 – 5000 Volt juga pilihan pengukuran yang lebih
Mesin dengan 2500 atau 5000 banyak. Kekurangan milliohm meter
tegangan kerja : Volt DC adalah sulit untuk memonitor tegangan
5000 – 12000 Volt yang tidak stabil.
Mesin dengan > 5000 Volt DC Menurut standar EASA
tegangan kerja : STANDARD AR 100, perhitungan
>12000 Volt standar deviasi atau simpangan
Semua mesin DC 500 Volt DC hambatan antar fasa dapat dinyatakan
dengan persamaan
Semua winding rotor
dengan rated Dev x 100 %
tegangan > 100 Volt
Keterangan :
Dev = Deviasi (%)
Standar pengukuran insulation Rmax = Nilai tahanan maksimal
resistance test adalah sesuai dengan pengukuran (M))
standar EASA AR 100 dengan Rmin = Nilai tahanan minimal
perhitungan sebagai berikut : pengukuran (M)

Rmin M Jika nilai deviasi antarfasa


melebihi standar yang diperlukan (+5%),
maka dapat diketahui bahwa terjadi
Keterangan :
ketidakseimbangan hambatan pada
Rmin = Resistensi minimum lilitan
belitan motor dan motor perlu dibongkar
(M) ulang.
Vn = Tegangan Kerja dalam kV
(Line-to-Line)
Electrical test merupakan suatu
3.1.2. DC Resistance Test pengujian yang dilakukan untuk
menganalisis kerusakan dan uji
kelayakan (Quality Assurance) dari

26
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

motor induksi sebelum dan sesudah satu coil yang akan dimasukan pada slot
perbaikan. Electrical test ini termasuk 1 dan akan keluar pada slot 11, begitu
dalam tahap-tahap perbaikan yang seterusnya. Arah pemasangan coil pada
dilakukan PT. Mesindo Tekninesia. slot dilakukan searah dengan jarum jam.
Adapun proses perbaikan motor induksi Untuk mengetahui secara lengkap
6,6 kV, 225 kW dilakukan dengan langkah pemasangan coil dapat dilihat
tahap-tahapan sebagai berikut : ada table seperti berikut.
1. Incoming inspection
2. Electrical inspection 4.1.2 Pemasangan Wedges
3. Dismantling
4. Restacking Wedges digunakan sebagai
5. Repairing After Rewinding bantalan penutup pada tiap slot stator
6. Electrical test and running test setelah coil ditutup menggunakan
7. Packing nomex. Adanya pemasangan wedges
agar coil yang sudah dimasukan pada
slot stator tidak keluar lagi, serta
4. Analisa Hasil Pengujian menghindari terjadinya lobang slot yg
Dan Perhitungan longgar.
Kegunaan wedges itu sendiri antara lain:
4.1. Melilit Ulang (Rewinding) 1. Mengurangi timbulnya vibrasi pada
winding saat motor beroprasi.
Proses melilit pagi adalah inti dari 2. Arus akan mengalir ke wedges ketika
proses adalah inti dari proses perbaikan motor mengeluarkan arus bocor.
ini. Agar motor listrik yang diperbaiki 3. Lebih kuat untuk menutup konduktor
dapat digunakan kembali, proses ini pada alur slot
meliputi:
4.1.1. Pemasangan Coil pada slot 4.1.3 Connection Winding
stator
Setelah proses persiapan Connection winding
rewinding dilakukan yaitu berupa merupakan hal paling penting dari
pengemalan belitan yang akan proses melilit ulang pada stator motor
digunakan dan pemasangan nomex pada listrik. Hal ini dikarenakan conection
slot stator. Cara pemasangan coil winding yang akan menentukan arah dan
tersebut sesuai dengan data berupa coil jumlah kutub pada belitan stator
per spand yaitu langkah yang dilalui coil sehingga mempengaruhi kinerja motor
pada masing-masing slot. listrik tersebut.

4.2. Perbaikan Setelah Melilit


Ulang

Proses rewinding merupakan


proses inti dari pelaksanaan perbaikan
yang dikerjakan oleh winder. Pada sub
Gambar 4.1 Pemasangan Coil sesuai bab ini akan dijelaskan proses perbaikan
dengan Coil per spend motor induksi 3 fasa setelah melalui
proses rewinding.

Pemasangan Coil pada slot stator 4.2.1. Pemvarnishan dan


dilakukan dengan hati- hati agar isolasi Pengovenan
pada coil tidak terbuka akibat tergores
dengan core stator. Dengan data coil per Setelah dilakukan rewinding
spand yaitu 1-11 maksudnya adalah tiap pada motor, selanjutnya motor diberi

27
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

varnish dan cairan red oxide dan


dilakukan pengovenan. Tujuan
pervarnishan adalah agar gulungan pada
coil menjadi kuat serta tidak mudah
goyah Gambar 4.4 Balancing Rotor
Pemberian vanish dilakukan
dengan cara menuangkan varnish ke Dilakukan balancing rotor untuk
stator dan rotor. Hak ini dilakukan menyeimbangkan putara rotor dengan
karena jika dilakukan dengan kuas, menambahkan dengan material besi atau
varnish tidak dapat masuk ke dalam plastic steel dengan berat yang sudah
celah-celah kawat yang ada. Selain itu, ditentukan atau mengurangi berat pada
proses ini ditujukan untuk menaikkan bagian rotor yang tidak seimbang.
nilai hambatan isolasi motor.
Tujuan penggunaan cairan red 4.3 ASSEMBLING
oxide adalah untuk melindungi lilitan Pada proses ini, bagian -bagian
agar tidak tergores. Setelah diberikan yang telah ditandai akan membantu
cairan red oxide, kemudian stator dan dalam perakitan. Proses assembling
rotor dimasukkan ke dalam heater untuk motor induksi 6,6 kV, 225 kW (gambar
di oven. 4.6) merujuk pada bagian dismantling
sesuai dengan data dan marking yang
telah dibuat. Pemasangan rotor dan
stator harus bersih dari debu, kotoran,
dan sisa varnish. Untuk memasukkan
rotor pada motor yang besar dibutuhkan
alat bantu crane dan pipa agar posisinya
tepat pada bagian stator, sedangkan
Gambar 4.3 Keadaan setelah untuk memasang bearing harus
dilakukan varnish dan oven dipanaskan dulu antara 80-1200C selama
Di PT. Mesindo Tekninesia 3 – 5 menit agar bearing menjadi
proses pemanasan motor induksi 6,6 kV, longgar dan biasa masuk.
225 kW dilakukan pada suhu ruangan
70-80 0C selama 24 jam. Proses ini
dilakukan agar stator serta rotor bebas
dari kotoran yang bersifat cair seperti air
atau minyak. Kotoran tersebut jika
dibiarkan akan mengakibatkan
terjadinya hubung singkat.

4.2.2. Balancing Rotor


Mechanical repair dilakukan
agar motor dapat beroperasi secara Gambar 4.5 Proses Assembling Motor
maksimal. Pengecekan yang dilakukan
pada motor induski 6,6 kV, 225 kW 4.4 PENGUJIAN KELISTRIKAN
yaitu pelepasan kopel rotor (gambar 4.4)
perawatan rumah bearing dan bearing, Pemeriksaan setelah perbaikan
dan balancing rotor (gambar 4.5). motor dilakukan untuk menguji motor
induksi apakah motor induksi yang
diperbaiki telah layak dioperasikan atau
belum. Pengujian yang dilakukan pada
electrical test adalah insulation
resistance test dan DC resistance test.

28
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

4.4.1 INSULATION RESISTANCE nilai diatas standart insulation resistance


sebesar 7,6 M.
TEST
Pengujian insulation resistance
Karena motor induksi yang
test pada electrical test dilakukan dengan
diukur mempunyai rating tegangan 6,6
menggunakan mega ohm meter
kV, maka perlu dilakukan juga
(megger) kyoritsu pada tegangan 5000 V
Polarization Index Test. Pengujian ini
DC. Pengujian ini digunakan untuk
mengetahui kondisi isolasi pada motor. dilakukan untuk motor induksi dengan
Isolasi yang cukup pada motor klasifkasi tegangan menengah dan
tegangan tinggi. Pengukuran
diperlukan untuk menghindari terjadinya
polarization index (P.I) dilakukan pada
direct contact seperti short circuit atau
setiap fasanya dengan ground. Sehingga
ground fault. Pada pengujian ini akan
dihasilkan nilai polarity index yaitu nilai pada motor induksi 6,6 kV 225 kW
yang menunjukkan standar kekeringan dapat dihitung nilai polarization index
(P.I)
dan kebersihan lilitan, dan hasilnya akan
menentukan apakah peralatan aman
Berdasarkan standart EASA AR 100
untuk dioperasikan.
adalah :

Pengujian dilakukan dengan P.I =


pengukuran tingkat kebocoran arus fasa
dengan netral. Sebelum melakukan
pengujian terlebih dahulu dilakukan Sehingga nilai P.I (Polarization Index)
pemutusan hubungan listrik dan yang didapatkan dari perhitungan
grounding pada konduktor yang tidak dengan rumus dari hasil pengujian
diukur. Metode pengujian dilakukan insulation resistance dan perhitungan P.I
dengan tegangan mengger yang didapat data sebagai berikut :
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.
Sebelum melakukan pengujian ini Menit 1 : 300 MΩ
maka harus dilakukan perhitungan nilai Menit 10 : 640 MΩ
tahanan isolasi minimal terlebih dahulu
sebagai referensi untuk menentukan

baik atau buruk hasil yang didapat : P.I =

P.I = 2,1
IRmin = x M
Dari data hasil pengujian dapat
dilihat bahwa nilai polarization index
Hasil Pengujian (P.I) yang dihasilkan sebesar 2,1. Nilai
Phase U – Ground : 300 M tersebut didapatkan dari hasil
perbandingan antara tahapan isolasi
Phase V – Ground : 300 M
menit ke sepuluh dengan tahanan isolasi
Phase W – Ground : 300 M
menit pertama. Pada standar EASA AR
100 nilai minimal polarization index
Dari hasil perhitungan standar (P.I) yang diizinkan adalah 2.0,
isolasi didapatkan batas minimal sebesar sehingga nilai tahanan isolasi motor
7,6 M dan dari hasil pengukuran induksi tersebut masih baik karena
isolasi motor induksi 6600 V, 225kW masih diatas standart polarization index
sebesar 300 M. Dari data pengukuran (P.I) yaitu 2.0.
pada nilai tahanan isolasi motor induksi
tersebut sudah baik karena mempunyai 4.4.2. DC RESISTANCE TEST

29
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

Pengukuran ini dilakukann 400/ 6,6 kV Panel


menggunakan milliohm meter (gambar
Gambar 4.8 Rangkaian Pengujian
4.6). Pengukuran ini dilakukan untuk
Motor di PT. Mesindo Tekninesia
melihat keseimbangan hambatan belitan
pada ketiga fasa. Pengukuran terminal
Pada gambar 4.8 tanpak bagan
thermocouple, thermisi dan heater
pengujian motor yang terdiri dari
menggunakan multimeter. Untuk
generator TR, trafo dan instrumen ukur
mengetahui suhu motor dapat dilakukan
sektor motor yang diuji.
konversi nilai hambatan ke suhu yang
Tahap Running test pada motor induksi
dapat dilihat pada lampiran.
6,6 kV 225 kW adalah sebagai berikut :
1. Memasang kabel pada panel yang
dihubungkan pada motor dan
menutup box terminal motor induksi
yang akan dilakukan pengujian.
2. Menghidupkan generator yang sudah
terhubung dengan transformer dan
panel
3. Melakukan on pada panel
Gambar 4.6 Pengukuran DC Resistance 4. Memutar regulator perlahan - lahan
Test sampai tegangan terpenuhi sesuai
nameplate dan putaran motor sudah
Perhitungan standar menurut maksimal ( kurang lebih sesuai
standar EASA AR 100 adalah + 5%. nameplate)
Hasil perhitungan antar fasa di rata-rata, 5. Setelah tegangan dan putaran motor
kemudian dilakukan perhitungan sudah sesuai nameplate maka
deviasi. dilakukan pengukuran besarnya arus
Dari hasil pengukuran setiap fasa (R, S dan T)
didapatkan nilai 0,44 Ω untuk semua 6. Selanjutnya melakukan pengukuran
fasa, sehingga perhitungan standart vibrasi dan suhu motor minimal 1
deviasi sesuai dengan rumus adalah (satu ) jam dan diukur setiap 15
sebagai berikut : menit sekali.
7. Setelah dianggap tidak ada masalah
Fasa U maka motor dianggap dalam kondisi
Deviasi x 100 % baik dan panel di off (matikan),
Ω Ω begitu juga generator.
Deviasi x 100 % 8. Lepaskan semua kabel dan motor

Deviasi = 0% siap untuk dilakukan pengecatan.

4.5 PENGUJIAN MOTOR 4.5.1. PENGUKURAN


TEGANGAN DAN ARUS
Setelah selesai melakukan
insulation resistance test dan DC
Tegangan pengujian motor
resistance test selanjutnya dilakukan
induksi 6,6 kV, 48 A dan 225 kW yang
pengujian putaran motor (running test).
di inject sebesar 6,6 kV dan
Running test pada pengujian motor
menggunakan sumber daya dari
induksi tiga fasa 6,6 kV 225 kW ini
generator 1200 kVA. Arus no load untuk
dilakukan satu kali pengujian dengan
standar pengukuran di PT. Mesindo
tegangan 6,6 kV melalui regulator
dengan frekuensi 50 Hz. Tekninesia adalah dari arus nominal.
Alat yang digunakan untuk mengukur
V
besarnya arus adalah tang ampere.
G V M
G Y
400 V
V

M
30
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

Untuk mengetahui besarnya standar arus beda frekuensi antara generator dengan
pada pengujian no load dapat motor.
menggunakan persamaan berikut :
4.5.3. VIBRASI MOTOR
I std = x In Pengukuran vibrasi motor
induksi dilakukan untuk mengetahui
I std = x 48 A adanya masalah mekanik pada motor
induksi di PT. Mesindo Tekninesia
Istd = 16 A vibrasi motor dikatakan baik jika nilai
terukur memiliki nilai dibawah 3,8
Dari hasil pengukuran, arus
mm/s. Bagian motor induksi yang
yang diukur sebesar 15 A dan hampir
diukur geterannya adalah bagian depan
mendekati standart maksimal arus.
dan belakang motor induksi dimana tiap
Maka dapat diketahui pengujian
pengukurannya diukur dari sisi
tegangan dan arus baik.
horizontal, vertical serta axial. Pada
motor induksi milik PT. Pertamina Plaju
4.5.2. PUTARAN MOTOR
pengukuran vibrasi motor dilakukan di 5
Pengukuran ini dilakukan untuk
titik (A, B, C, D, E) pada sisi vertikal
mengetahui jumlah putaran permenit
maupun horizontal. Alat yang digunakan
motor induksi. Alat yang digunakan
untuk mengukur getaran adalah
untuk mengukur kecepatan adalah
vibration meter.
tachometer.
Dari hasil pengukuran vibrasi
Pengukuran dilakukan pada bagian
motor induksi 6,6 kV 225 kW sisi DE
poros (shaft) rotor yang sedang berputar.
tertinggi 1,3 mm/s dan sisi NDE
Sebelum running test, poros diberi
tertinggi 1,0 mm/s sehingga
marking terlebih dahulu supaya
dibandingkan dengan standart vibrasi
tachometer dapat membaca jumlah
maksimal sebesar 3,8 mm/s, maka dapat
putaran motor induksi. Tachometer yang
diketahui bahwa pada motor induksi 6,6
digunakan dalam pengukuran motor
kV, 225 kW baik.
idnuksi 6,6 kV 225 kW adalah
tachometer luthron DT – 2234BL.
4.5.4. TEMPERATURE
Pengukuran temperature
(gambar 4.11) dilakukan untuk
mengetahui suhu pada motor.
Pengukuran temperature pada motor
induksi 6,6 kV, 225 kW dilakukan pada
shaft drive end, bearing drive end, body,
winding, dan bearing non drive end.
Bagian shaft drive end tidak
dapat diukur karena tertutup cover kipas
Gambar 4.8 Pengukuran Kecepatan pendingin motor.
Motor
Hasil pengukuran kecepatan
motor induksi 6,6 kV 225 kW dapat
dilihat pada table 4.9 dibawah ini.
Hasil pengukuran putaran motor
induksi didapatkan sebesar 1494 rpm.
Hasil pengukuran yang diperoleh telah
mendekati kecepatan yang ada di
nameplate motor sebesar 1500 rpm.
Perbedaan putaran pengujian dengan
Gambar 4.10 Pengukuran Suhu Motor
putaran nominal dikarenakan adanya

31
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

Pengukuran temperature fasa yang unbalance atau tidak


dikatakan baik jika dibawah 60 0C. Jika seimbang yaitu Phase U –
melebihi batas maksimal pengukuran, Phase V : 1,02 
maka harus dilakukan pengecekan motor Phase V – Phase W : 0,24 
kembali secara mekanik. Pengukuran dan Phase W – Phase U : 0,61
dilakukan dengan thermometer gun.  sehingga didapat nilai
Hasil pengukuran selama satu deviasi sebesar Phase U :
jam didapatkan hasil sebagai berikut 76,45%, Phase V : 60,65% dan
Phase W : 40,2% sedangkan
Housing DE : 44 0C standart deviasi untuk
Shaft DE : 490C resistance menurut standar
Body : 490C EASA AR100 adalah tidak
boleh melebihi 5%.
Dari hasil pengukuran yang
didapat maka disimpulkan bahwa suhu B. Sesudah dilakukan perbaikan
motor dalam keadaan baik karena hasilnya seperti berikut :
dibawah 600C. B1. Pada pengujian tahanan isolasi
pada winding stator didapat
nilai yang baik yaitu Phase U
to Ground : 300 M, Phase V
to Ground : 300 M dan
Phase W to Ground : 300 M
karena mempunyai nilai diatas
standart EASA AR 100 yaitu
7,6 M.

Gambar 4.11 Proses Pengepakan Motor B2. Pada pengujian Polarity Index
(PI) pada winding stator
didapat nilai yang baik yaitu
5. SIMPULAN Phase UVW to Ground : 2,1
karena standart EASA AR
Dari analisis hasil pengujian dan
100 yaitu minimal 2,0
perhitungan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
B2. Pada pengujian tahanan winding
didapat nilai tahanan fasa
1. Hasil elektrik pada motor induksi
yang Balance atau seimbang
225 kW, 6,6 kV, 48 A, 1484 Rpm
yaitu Phase U – Phase V :
0,44 
A. Sebelum dilakukan perbaikan
hasilnya seperti berikut : Phase V – Phase W : 0,44 
dan Phase W – Phase U : 0,44
A1. Pada pengujian tahanan isolasi  sehingga didapat nilai
pada winding stator didapat deviasi sebesar Phase U : 0%,
nilai yang buruk yaitu Phase U Phase V : 0% dan Phase W :
to Ground : 7 M, Phase V to 0% sedangkan standart deviasi
untuk resistance menurut
Ground : 5 M dan Phase W
standar EASA AR100 adalah
to Ground : 7 M karena
tidak boleh melebihi 5%.
mempunyai nilai dibawah
standart EASA AR 100 yaitu
2. Hasil Pengujian Running Test no-
7,6 M. load motor induksi 6,6 kV, 225 kW
A2. Pada pengujian tahanan dapat dikatakan baik karena
winding didapat nilai tahanan

32
Sinusoida Vol. XXII No. 2, April 2020
Program Studi Teknik Elektro - ISTN ISSN 1411 - 4593

memenuhi standar pengujian yang


ada yaitu

C. Pada Running Test no-load motor


induksi tegangan masukan Phase R :
6,6 kV, Phase S : 6,6 kV dan Phase
T : 6,6 kV.

D. Pada Running Test no-load motor


induksi pengukuran ampare
didapatkan Phase R : 15 A, Phase S
: 15 A dan Phase T : 15 A sehingga
dapat dikatakan hampir mendekati
standart maksimal arus (hasilnya
baik) yaitu 1/3 x Inominal dengan DAFTAR PUSTAKA
nilai 16 A.
1. Atikah Salmah Aziz, 2018,
E. Pada Running Test no-load motor Pengujian Electrik motor listrik AC
induksi pengukuran vibrasi dan DC
didapatkan hasilnya baik (standart
maksimal 3,8 mm/s) yaitu 2. Agah suriagah dan Farid Mulyana,
Sisi DE (Drive End) Maksimal 2013, Teknik kelistrikan dan
horizontal : 0,9 mm/s, Maksimal elektronika instrumentasi,
Vertikal : 1,3 mm/s dan Maksimal BSE.Mahoni.com
Axial : 1,2 mm/s.
Sisi NDE (Non Drive End) 3. Ade Laksono, 2010, Rewinding
Maksimal horizontal : 1,0 mm/s, stator motor induksi, Universitas
Maksimal Vertikal : 1,0 mm/s dan Gadjah Mada, Yogyakarta
Maksimal Axial : 0,7 mm/s.

F. Pada Running Test no-load motor 4. Siswanto, 2004, Electrical Rotating


induksi pengukuran Putaran motor Machinery’s Assessment, Dokument
didapat hasilnya baik karean PT. Mesindo Tekninisia, Jakarta
putaran motor induksi didapatkan
sebesar 1494 rpm. Hasil 5. Siswanto, 2003, Total Maintenance,
pengukuran yang diperoleh telah Dokument PT. Mesindo Tekninisia,
mendekati kecepatan yang ada di Jakarta
nameplate motor sebesar 1500
rpm. 6. EASA Standard AR 100-2015

G. Pada Running Test no-load motor 7. IEEE Standard 43


induksi pengukuran suhu didapat
hasilnya baik karean dibawah nilai
maksimal standart yang
diperbolehkan (60 0C) yaitu
maksimal suhu housing DE : 44 0C,
Body : 49 0C dan Journal DE : 49
0
C.

33

Anda mungkin juga menyukai