Samsul Bahri Jobsheet Pengujian Torsi Manual Essom
Samsul Bahri Jobsheet Pengujian Torsi Manual Essom
Oleh:
DR. SAMSUL BAHRI, ST, M.SI
Oleh:
DR. SAMSUL BAHRI, ST, M.SI
i
LABORATORIUM: UJI MATERIAL
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
PENGUJIAN: TORSI MANUAL (ESSOM)
I. Capaian Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum pengujian torsi (puntir) diharapkan:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan prinsip dasar pengujian puntir.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan dan melakukan pengujian puntir
3. Mahasiswa mampu menurunkan besaran dari momen puntir dan sudut puntir
menjadi tegangan geser dan regangan geser.
4. Mahasiswa mampu mendapatkan kurva tegangan geser dan regangan geser dari
suatu material.
III.Teori
Pengujian puntir memberikan informasi penting tambahan mengenai
modulus elastisitas dalam arah geser (shear), kekuatan luluh puntir dan modulus
pemuluran (rupture). Benda uji puntir umumnya memiliki penampang lintang
silinder karena bentuk ini mewakili geometri paling sederhana dalam penghitungan
tegangan yang terjadi pada material. Pengujian dilakukan dengan mencengkam
salah satu ujung benda uji silinder pada grip pemegang (chuck), sementara ujung
lainnya diberikan pembebanan melalui kepala beban (Gambar 1).
1
Besarnya memen puntir diukur dengan alat pengukur torsi (torsion gauge).
Penentuan deformasi didasarkan atas perpindahan sudut (angular displacement)
dari suatu titik yang berada dekat ujung benda uji terhadap posisi suatu titik dengan
elemen longitudinal yang sama di ujung lainnya (Gambar 2).
dengan
1
𝐽 = 𝜋𝑟 2 untuk poros pejal (2)
2
1
𝐽 = (𝑟𝑜4 − 𝑟𝑖4 ) untuk poros berlubang (3)
2
Keterangan:
τ = tegangan geser (N/mm2)
T = momen puntir (N.mm)
J = momen inersia silinder (mm4)
r = jarak radial dari pusat (mm)
ro = diameter luar (mm)
ri = diameter dalam (mm)
Regangan Geser
Regangan geser yang terjadi dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut
𝛾 = 𝑟∙∅ (4)
2
dengan
𝜃
∅= (5)
𝐿
Keterangan:
ϒ = regangan geser (radian)
r = jarak radial dari pusat (mm)
ф = sudut puntir per satuan panjang (rad/mm)
Ѳ = sudut puntir (rad)
L = panjang spesimen uji (mm)
1˚ = 0.0175 radian.
Modulus Elastisitas Geser
Modulus elastisitas atau nilai kekakuan merupakan perbandingan niali
tegangan geser dengan regangan geser terbesar yang didapat pada daerah elastis
seperti ditunjukkan pada Gambar 3b.
Modulus elastisitas geser dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut
𝜏
𝐺=𝛾 (6)
a b
Gambar 3. Grafik a) Kekuatan luluh, b) tegangan dan regangan geser daerah elastis
IV. Alat/Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagai berikut:
1. Spesimen uji torsi (Gambar 4)
2. Dial indikator
3. Jangka sorong.
4. Kunci socket
5. Torsion testing machine (Gambar 5)
6. Spidol
3
Gambar 5. Spesimen uji torsi
Keterangan:
a. Dudukan pegangan spesimen
b. Tombol RESET
c. Box torsion gauge
d. Tombol on/off
e. Tankai puntir specimen kiri/kanan
f. Pengukur sudut puntir
g. Pembaca sudut putar handwheel
h. Pembaca jumlah putaran hand wheel
i. Hand wheel
V. Prosedur Praktikum
1. Buatlah tanda batas ukuran dan garis memanjang pada diameter benda uji dengan
menggunakan spidol permanen
2. Ukur diameter dan panjang benda uji dengan menggunakan jangka sorong, periksalah
apakah sesuai dengan standar specimen uji puntir
3. Pasang spesimen pada ujung tangkai puntir kanan (e) dengan perantara kunci sockets
enam, kemudian satukan ujung kiri specimen dengan perantara kunci pada tangkai
pegangan specimen kiri, bila jarak kedua ujung pengunci tersebut kependekan atau
4
kepanjangan, putar dua bonggol pengunci (a) hingga kendur, kemudian atur posisinya
sampai benda uji terpasang dengan baik dan benar, dan putar kembali bonggol ke arah
kebalikannya untuk menguncinya
4. Hubungkan kabel power ke stop kontak yang tersedia
5. Hidupkan tosion gauge dangan menekan tombol On (d) yang terletak pada box torsion
gauge
6. Putar handwheel (i) berlawanan arah jarum jam secara perlahan-lahan hingga digital
torque meter (c) menunjukkan angka 0,10 Nm (kedua sockets bergelincir dang
mengikat kedua ujung benda uji)
7. Pasang dial indicator pada posisi ditengah-tengah diameter benda uji dan ikat dengan
baik sehingga tidak bergeser
8. Set posisi 0 untuk sudut puntir (f), dial indicator dengan memutar ring skala dan
momen puntir dengan menekan tombol RST (b)
9. Putar hand wheel 45˚ (1/8 putaran) berlawanan arah jarum jam, baca dan catatlah
skala sudut puntir (f), momen puntir (c), dan sudut defleksi lengan
10. Seting kembali skala dial indicator pada angka nol, lanjutkan langkah 7 untuk
putaran hand wheel 90˚ (1/4 putaran)
11. Lanjutkan langkah 8 untuk putaran hand wheel 180˚ (1/2 putaran), dan 360˚ (1
putaran)
12. Periksalah jarum dial indicator, apakah sudah atau mau mentok, jika iya maka
buka dial idikator dan pasang kembali dengan jarum menyentuh batang penekan dan
atur skala kembali pada nol
13. Lakukan langkah 7 untuk putaran hand wheel satu putaran penuh (360˚)
14. Lakukan kembali langkah 10
15. Lakukan langkah 11dan lankah 12 hingga specimen putus
5
Tabel 1. Tabel tabulasi perekaman data pengujian
PUTARAN MOMEN PUNTIR SUDUT PUNTIR SUDUT DEFLEKSI
(n) (N.m) (˚) (/100)