Anda di halaman 1dari 13

BAB III

URAIAN PROSES

Proses produksi yang dilakukan di MNK-2 terbagi menjadi dua, yaitu


produksi asam nitrat dan amonium nitrat.

3.1 Unit Produksi Asam Nitrat


MNK-2 memproduksi asam nitrat sebagai bahan baku pembuatan
amonium nitrat. Unit produksi ini diharapkan dapat memproduksi 280 juta ton per
hari (dengan basis 100% HNO3) dengan konsentrasi 57,5% ketika dioperasikan
pada kondisi yang sesuai desain dan kondisi utilitas. Kandungan NOx pada kondisi
operasi normal pada tail gas berkisar 50-100 ppm. Pada kondisi start up, pabrik
bekerja dengan 40% kapasitas pabrik dan selama keberjalanannya akan meningkat
hingga 100%. Proses produksi asam nitrat MNK-2 dilakukan dengan
menggunakan teknologi Chemico dari USA. Berikut penjelasan setiap langkah
produksi asam nitrat MNK-2.

3.1.1 Persiapan Bahan Baku


Udara, amonia, dan air merupakan bahan baku utama dalam pabrik asam
nitrat. Udara proses diperoleh dari udara sekitar pabrik dengan tekanan 1,033
kg/cm2 dan temperatur 33°C. Proses kompresi udara dilakukan dalam kompresor
udara yang memiliki empat tahapan. Udara masuk dari atmosfer melalui Air
Intake Filter untuk menyaring pengotor. Udara bersih dikompresi dalam
kompresor udara melalui tahap satu, dua, tiga, dan empat secara berurutan. Gas
yang terkompresi didinginkan oleh Primary Inter Cooler diantara tahap satu dan
dua, kemudian didinginkan kembali diantara tahap tiga dan empat oleh Secondary
Inter Cooler. Media pendingin yang digunakan adalah air pendingin dengan laju
alir volumetrik 192 m3/h. Pendingan ditujukan untuk meningkatkan kerja
kompresor dan menghindari kenaikan temperatur yang berlebihan. Udara keluaran
kompresor udara memiliki tekanan 7,37 kg/cm2g (105 psig) dan temperatur
227ºC. Aliran udara keluaran kompresor dibagi menjadi dua aliran, yaitu aliran
process air (udara proses) dan bleach air (udara pemucat) yang digunakan di
dalam Absorption Tower.
Sebelum dialirkan lebih jauh, udara keluaran kompresor disaring dalam
Compressed Air Filter untuk menghilangkan kotoran dari pipa dan pengotor
lainnya agar tidak terjadi kontaminasi pada katalis yang dapat mengakibatkan
turunnya efisiensi kerja katalis.
Amonia dari tangki penyimpan dipisahkan dari pengotornya terlebih
dahulu dengan menggunakan Filter yang berguna untuk memisahkan kotoran
berbentuk padatan. Pengotor tersebut dapat berasal dari peralatan logam yang
terkelupas selama pembentukan maupun transportasi amonia. Setelah dipisahkan
dari pengotornya, amonia cair diuapkan dalam Ammonia Vaporizer. Uap amonia
dialirkan melewati Ammonia Mist Eliminator yang berfungsi untuk menahan
amonia yang masih berbentuk cair. Amonia yang telah berubah fasa menjadi uap
dinaikkan suhunya dalam Ammonia Superheater sehingga dihasilkan uap amonia
bertemperatur 80ºC dengan tekanan 9,4 bar. Air yang digunakan dalam proses
merupakan air demin hasil pengolahan di unit utilitas MNK-2. Air digunakan
sebagai umpan dalam Absorption Tower dan Masar Tower. Air yang diumpankan
ke Masar Tower memiliki temperatur 46ºC dan tekanan 11,579 kg/cm2.

3.1.2 Oksidasi Amonia


Setelah melalui persiapan bahan baku, amonia dan udara dicampur di
dalam mixer. Mixer dijaga dalam temperatur ±206ºC untuk menjamin campuran
udara dan amonia dalam keadaan kering. Campuran tersebut dimasukkan ke
dalam unit Ammonia Converter. Pada unit ini terjadi reaksi pembentukan gas NOX
dan uap air dengan bantuan katalis campuran platina, rodium, dan paladium. Pada
saat start up, katalis dibakar terlebih dahulu dengan gas alam secara perlahan
hingga setiap bagian terlihat merah menyala secara merata. Temperatur Ammonia
Converter berada dalam kisaran 870°C hingga 928ºC. Pengendalian temperatur
pada Ammonia Converter dilakukan dengan mengendalikan umpan yang masuk.
Reaksi kimia utama yang terjadi pada oksidadasi amonia ialah
4NH3 + 5O2  4NO + 6H2O ΔH = -216,6 kcal....................................................(1)

Jumlah amonia yang terkonversi menjadi gas NO melalui reaksi (1) ialah
90% hingga 95%. Reaksi oksidasi amonia disertai pula dengan reaksi samping
(1.a) yang mengonsumsi 5% hingga 10% gas amonia.
NH3 + 0,75 O2  0,5 N2 + 1,5 H2OΔH25 ºC = - 75,717 kcal..............................(1.a)

3.1.3 Proses Oksidasi Gas NO


Proses oksidasi gas NO terjadi dengan adanya penyerapan panas dari gas
proses keluaran Ammonia Converter. Penurunan temperatur pada gas proses
menyebabkan terjadinya reaksi pembentukan gas NO2 melalui oksidasi gas NO
yang terjadi dalam heat train. Heat train terdiri atas Turbine Gas Heater, Burner
Chamber Boiler (2-E-006), Burner Gas Boiler, Tail Gas Heater, dan Boiler Feed
Water Heater. Pada heat train terjadi beberapa kali perpindahan panas dari gas
proses ke media lain yang bertemperatur lebih rendah. Pada unit tersebut, terjadi
reaksi (2).
2NO + O2  2NO2ΔH25 ºC = -27,1 kcal..................................................................... (2)

Gas didinginkan lebih lanjut dalam Cooler Condenser (2-E-011) dengan


sirkulasi air pendingin. Pada Cooler Condenser terjadi reaksi (3) antara gas NO2
dan air hasil reaksi (1) dan (1.a) yang terkondensasi. Reaksi tersebut
menghasilkan asam lemah.
3NO2 + H2O  2HNO3 + NOΔH25 ºC = - 17,076 kcal..........................................(3)
Sisa gas yang tidak bereaksi mengalir ke Absorption Tower, dimana reaksi
(3) akan berlanjut dengan adanya tambahan air. Larutan asam lemah yang
dihasilkan dalam heat train diumpankan secara gravitasi ke Absorption Tower
melalui Tray 17.

3.1.4 Absorpsi
Pada proses absorpsi, terjadi kontak antara air dan NO 2 yang menghasilkan
HNO3 menurut reaksi (3) di dalam Absorption Tower dan Masar Tower.
Absorption Tower memiliki 32 tray, sedangkan Masar Tower memiliki 4 tray
dengan dilengkapi unggun setinggi 1524 mm dan demister di bagian atas, tempat
keluar gas sisa. Tray adalah tempat terjadinya kontak antara air dan gas NO2 pada
Absorption Tower dan Masar Tower.
Reaksi pembentukan asam nitrat merupakan reaksi eksoterm dengan
efisiensi yang tinggi apabila berlangsung pada temperatur rendah. Temperatur
rendah juga dapat menurunkan kadar NOx pada tail gas. Menjaga temperatur
Absorption Tower tetap rendah dapat dilakukan dengan cara mensirkulasi chilled
water melalui koil pada bagian atas Absorption Tower. Bagian bawah Absorption
Tower juga dialiri air pendingin melalui koil. Absorption Tower beroperasi pada
tekanan 6 bar (6,12 kg/cm2g) dengan temperatur 56ºC.
Pada bagian bawah kolom absorpsi, gas proses yang masih mengandung
NOX dikontakkan kembali dengan udara pemucat (bleach air) sehingga
menghasilkan gas NO2. Sebelum memasuki Absorption Tower, udara pemucat
keluaran kompresor udara (2-C-001) dinginkan dalam Bleach Air Cooler. Udara
pemucat masuk melalui bagian bawah Absorption Tower menuju ke atas melewati
aliran asam nitrat dan air yang mengalir ke bawah. Udara tersebut melucuti gas
NO2 yang terlarut dalam produk asam nitrat dan sebagai pasokan berlebih untuk
mengubah NO yang tersisa menjadi NO2 melalui reaksi (2).
Gas keluaran heat train bergabung dengan bleach air dan mengalir menuju
bagian atas Absorption Tower kemudian bergabung dengan asam lemah yang
turun dan tambahan asam yang terbentuk melalui reaksi samping yang ketiga.
Produk asam dikumpulkan di dasar Absorption Tower dan dialirkan ke tangki
penyimpanan asam nitrat setelah melalui Product Acid Filter.

3.1.5 Proses Recovery Energi dan Pembakaran Katalitik Tail Gas


Tail gas dari Absorption Tower setelah proses produksi asam nitrat
berjalan memiliki kandungan NO2 dan NO. Tail gas tersebut dialirkan melewati
Tail Gas Pre Heate untuk meningkatkan temperatur asam nitrat diatas dew point
sebagai upaya pencegahan korosi pada Tail Gas Heater. Meskipun begitu, korosi
masih mungkin terjadi pada Tail Gas Pre- Heater sehingga diperlukan
penggantian alat. Tail gas yang sudah melalui pemanasan awal memasuki Tail
Gas Heater untuk pemanasan lanjut dengan mengambil panas dari aliran gas
NOx. Hal ini memungkinkan terjadinya reaksi oksidasi lebih banyak pada aliran
gas NOx yang melewati heat train dan menurunkan beban pendinginan pada
Cooler Condenser. Setelah itu, Tail Gas melewati Turbine Gas Heater dan
dipanaskan dengan gas panas dari Ammonia Converter.
Tail gas keluaran Turbine Gas Heater memiliki temperatur 475°C dan
mengandung NOx sekitar 2200 ppm yang harus dikeluarkan sebelum gas dilepas
ke atmosfer. Proses tersebut berlangsung dalam Catalytic Combuster. Tail gas
dicampurkan dengan gas alam (CH4) dalam Static Mixer sehingga terjadi reaksi
antara oksigen dan NOx dengan adanya katalis platina untuk membentuk
nitrogen, karbon dioksida dan uap air. Kondensat bersih dimasukkan pula ke
Static Mixer untuk menghindari perengkahan gas alam yang menyebabkan
pembentukan karbon. Saat pembakaran, NOx tereduksi dalam proses Non
Selective Catalytic Reaction. Proses pembakaran terjadi menurut reaksi (4), (5),
dan (6). Pengendalian temperatur di dalam Catalytic Combuster dilakukan dengan
mengatur aliran gas alam.

CH4 + 4NO2  4NO + CO2 + 2H2O….................................................................(4)


CH4 + 2O2  CO2 + 2H2O…...............................................................................(5)
CH4 + 4NO  2N2 + CO2 + 2H2O…....................................................................(6)
Dengan reaksi pembakaran tersebut, kadar NOx dapat diturunkan hingga
kadar yang diperbolehkan. Gas keluaran Catalytic Combuster yang bertemperatur
tinggi digunakan untuk menggerakkan Gas Expander. Gas Expander
menghasilkan sebagian besar daya yang digunakan untuk menggerakkan
Kompresor Udara yang menyediakan udara terkompresi untuk proses. Kompresor
udara tersebut digerakkan oleh Steam Turbine menggunakan steam bertekanan 24
bar (24,6 kg/cm2g) dan diberi tenaga oleh Gas Expander yang digerakkan oleh tail
gas panas.
Kompresor udara dan Steam Turbine dihubungkan menjadi satu dalam satu
sistem penyediaan energi. Tail gas yang meninggalkan Gas Expander masih
memilki panas yang besar dan digunakan untuk membangkitkan steam bertekanan
24 bar (24,6 kg/cm2g) dari Turbine Gas Boiler.
3.2 Unit Produksi Amonium Nitrat
Proses produksi amonium nitrat MNK-2 menggunakan teknologi
Kaltenbach Thuring dari Perancis. Teknologi ini mengedepankan prinsip efisiensi
energi dan ramah lingkungan. Secara garis besar, unit produksi amonium nitrat
terbagi menjadi dua, yaitu wet section dan dry section. Berikut uraian mengenai
setiap proses yang terjadi dalam unit produksi amonium nitrat.

3.2.1 Wet section


Wet section meliputi tahap persiapan bahan baku, netralisasi, pemekatan
amonium nitrat, dan tahap recovery (process condensate treatment dan
scrubbing).

3.2.1.1 Persiapan bahan baku


Bahan baku yang digunakan dalam produksi amonium nitrat ialah asam
nitrat dan amonia. Asam nitrat diperoleh dari unit produksi asam nitrat MNK-2
sehingga tidak perlu diberi perlakuan tambahan untuk persiapan. Amonia cair
yang dipasok dari PT PKC memiliki temperatur 27°C dan tekanan 18,5 bar abs.
Tekanan amonia yang masuk dikendalikan dengan Relief Valve. Selanjutnya
amonia yang diperoleh melalui sistem perpipaan disaring terlebih dahulu dalam
Filter agar terpisah dari pengotornya. Pengotor dapat berasal dari pengelupasan
pipa di sepanjang sistem perpipaan dari PT PKC ke PT MNK.
Setelah proses penyaringan, amonia cair diuapkan dalam Ammonia
Evaporator sehingga menghasilkan gas amonia. Media pemanas pada evaporator
merupakan air pendingin yang kembali dari proses dengan temperatur maksimal
44°C. Evaporator bekerja pada tekanan 6,7 bar abs sehingga dapat dikatakan
amonia cair yang masuk ke evaporator mengalami penurunan tekanan sebesar
11,8 bar abs. Amonia mengalir di dalam tube sedangkan media pemanas mengalir
di dalam shell.
Penguapan cairan dalam evaporator dikontrol dengan Pressure Control.
Bila tekanan dalam evaporator kurang dari 6,7 bar abs, maka controller akan
mengirimkan sinyal untuk membuka valve masukan amonia. Valve yang terbuka
membuat amonia mengalir masuk sehingga luas area tube yang terbasahi semakin
banyak. Peningkatan luas area ini mengakibatkan luas permukaan penukar panas
semakin panas sehingga uap amonia semakin banyak. Tekanan akan naik apabila
jumlah uap meningkat. Bila tekanan dalam evaporator lebih tinggi dari 6,7 bar
abs, maka controller akan mengirimkan sinyal untuk menutup valve masukan
amonia.
Gas amonia tersebut kemudian dinaikkan temperaturnya dalam Ammonia
Superheater hingga mencapai temperatur 70°C. Media pemanas yang digunakan
merupakan process steam dari Neutralizer. Gas amonia mengalir di tube
sedangkan media pemanas berada di shell. Temperatur superheater dibuat tetap
70ºC dan dikendalikan dengan Temperature Controller. Pengendali tersebut
mengendalikan laju alir steam yang memasuki shell Ammonia Superheater.

3.2.1.2 Netralisasi
Pada tahap netralisasi, gas amonia dikontakkan dengan asam nitrat cair
57,5% dalam unit Neutralizer. Pada kondisi normal, Neutralizer terisi sebagian
dengan larutan hingga ketinggian mendekati bagian tengah badan utama sehingga
terjadi reaksi pembentukan amonium nitrat sebagai berikut.
NH3 (g) + HNO3 (l)  NH4NO3 (aq) ΔH = - 6290 kJ/kg NH3 ................................(7)

Aliran umpan yang dimasukkan ke dalam Neutralizer dikendalikan


berdasarkan rasio stoikiometris HNO3 terhadap NH3, yaitu 3,7. Rasio tersebut
sesuai dengan perbandingan mol reaksi, yaitu 1:1. Set point rasio diatur secara
manual pada Ratio Controller. Sinyal input untuk pengendali tersebut berasal
dari sinyal pengatur aliran asam nitrat. Aliran utama amonia akan mengikuti
aliran asam nitrat berdasarkan set point rasio yang ditetapkan. Jika rasio asam
nitrat terhadap amonia terlalu tinggi atau terlalu rendah, alarm akan terpacu dan
sintesis dalam Neutralizer berhenti. Aliran umpan amonia dan asam nitrat akan
terhenti pula. Reaksi pembentukan amonium nitrat merupakan reaksi
eksoterm. Temperatur di dalam Neutralizer dikontrol pada 180°C untuk menjaga
agar amonium nitrat yang terbentuk tidak mengalami dekomposisi pada
temperatur sekitar 210°C-220°C. Temperatur inti Neutralizer dijaga dengan
penambahan larutan amonium nitrat dari Neutralizer Tank menggunakan pompa.
Pada percabangan aliran menuju Neutralizer dan Neutralizer Tank, terdapat
Control Valve. Bila kenaikan temperatur di dalam Neutralizer terdeteksi oleh
Temperature Controller maka Control Valve pada aliran yang menuju
Neutralizer akan terbuka, sedangkan Control Valve pada aliran yang menuju
Neutralizer Tank akan tertutup. Hal sebaliknya akan terjadi pada Control Valve
bila tidak ada perubahan temperatur. Selain aliran dari Neutralizer Tank, ada pula
aliran air demin sebagai pengendali temperatur. Bila kedua cara tersebut tidak
dapat mengembalikan temperatur ke keadaan semula, aliran masukumpan
dihentikan.
Panas yang dihasilkan pada Neutralizer dimanfaatkan untuk membuat
process steam yang digunakan pada evaporator dan superheater. Steam terbentuk
dari air yang masih terkandung dalam asam nitrat. Sesekali dialirkan pula air
demin untuk pembuatan steam. Penggunaan air demin dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya ledakan karena adanya klor dalam air. Adanya klor dapat
menyebabkan turunnya temperatur dekomposisi amonium nitrat yang dapat
mengakibatkan ledakan. Larutan amonium nitrat yang dihasilkan memiliki
konsentrasi sebesar 78%. Amonium nitrat keluaran Neutralizer dialirkan ke
evaporator untuk dipekatkan.

3.2.1.3 Pemekatan Amonium Nitrat


Spesifikasi prill amonium nitrat untuk produk akhir mensyaratkan
amonium nitrat dengan konsentrasi 97,5%, sedangkan amonium nitrat keluaran
Neutralizer masih memiliki konsentrasi dibawah spesifikasi, yaitu 78%. Oleh
karena itu, larutan amonium nitrat keluaran Neutralizer perlu dipekatkan dalam
unit Evaporator untuk memisahkan kandungan airnya. Sebelum diuapkan dalam
Evaporator, larutan amonium nitrat ditampung dalam Evaporator Flash Drum dan
diekspansi dari tekanan 4,7 bar menjadi 0,3 bar. Tujuan ekspansi adalah untuk
menurunkan titik didih amonium nitrat. Bila titik didih turun, maka jumlah panas
yang dibutuhkan untuk penguapan amonium nitrat berkurang dan jumlah steam
yang dibutuhkan dapat dikurangi. Uap dari Evaporator Flash Drum mengalami
kondensasi di dalam Evaporator Condenser. Setelah diekspansi, larutan amonium
nitrat 78% dialirkan ke dalam evaporator bersama dengan larutan amonium nitrat
50% dari Scrubber Tank.
Evaporator bekerja dalam keadaan vakum dengan temperatur 160ºC. Jenis
evaporator yang digunakan ialah Falling Film Evaporator yang memiliki bagian
shell dan tube. Media pemanas mengalir di dalam shell sedangkan larutan
amonium nitrat yang dipekatkan membentuk lapisan film di permukaan bagian
dalam tube. Tekanan di dalam tube dijaga tetap 0,3 bar abs. Titik didih amonium
nitrat pada tekanan tersebut ialah 135ºC. Media pemanas yang digunakan dalam
evaporator adalah steam dari Neutralizer. Amonium nitrat 97,5% diperoleh saat
titik didih dan temperatur process steam (170°C) berada pada kesetimbangan.
Pengendali temperatur tidak dibutuhkan. Perbedaan temperatur antara titik didih
dan temperatur process steam bermanfaat untuk menjaga konsentrasi larutan tetap
97,5%. Larutan amonium nitrat dari tube mengalir menuju Evaporator Separator.
Di dalam separator, terjadi pemisahan uap air dan amonium nitrat pekat yang
didasari perbedaan massa jenis. Uap air akan mengalir melalui bagian atas
separator menuju Evaporator Condenser sedangkan larutan amonium nitrat pekat
akan mengalir ke bagian bawah separator. Amonium nitrat pekat dengan
konsentrasi 97,5% dialirkan ke dalam Remelt Tank.
Remelt Tank merupakan sebuah tangki penyimpanan yang dijaga
kondisinya untuk mencampurkan amonium nitrat yang berasal dari berbagai unit,
yaitu evaporator, unit screening, dan head tank apabila prilling dihentikan.
Remelt Tank terdiri atas koil pemanas, pengaduk, dan saluran gas amonia. Koil
pemanas dialiri steam untuk menjaga temperatur amonium nitrat pekat sehingga
tetap dalam keadaan cair.
Temperatur larutan dikendalikan dengan Temperature Controller yang
akan memacu valve untuk mengendalikan jumlah low pressure steam yang
terkondensasi. Pengaduk digunakan untuk menjaga amonium nitrat tetap
homogen dan membuat amonium nitrat tidak menggumpal atau mengkristal
sebelum dilakukan tahapan selanjutnya. Kerja pengaduk dapat berhenti apabila
ketinggian cairan dalam Remelt Tank lebih rendah daripada blade pengaduk.
Remelt tank sesekali dialiri gas amonia untuk menjaga amonium nitrat pekat pada
pH 9,5.
3.2.1.4 Process Condensate Treatment
Process condensate treatment (PCT) merupakan pengolahan kondensat
proses yang menghasilkan konsentrat dan treated condensate. Konsentrat ialah
keluaran yang mengandung amonium nitrat dengan konsentrasi 30%. Treated
condensate yang diharapkan dari unit PCT ialah kondensat dengan kandungan
amonium nitrat seminimum mungkin. Treated condensate idealnya dapat
digunakan kembali menjadi air proses. Prinsip kerja unit PCT ialah menguapkan
air yang terkandung dalam kondensat sehingga dihasilkan konsentrat yang
mengandung amonium nitrat dan kondensat berupa air setelah melalui proses
kondensasi.
PCT terdiri atas dua unit falling film evaporator (1st effect evaporator dan
2nd effect evaporator) dan dua unit vapour condenser. Falling film evaporator
dilengkapi dengan separator untuk memisahkan uap kondensat dengan
konsentrat. Process condensate dari tangki penampung dialirkan ke 2nd effect
evaporator sedangkan steam dialirkan ke 1st effect evaporator. Pada 2nd effect
evaporator terjadi penguapan air dalam process condensate dengan panas dari
steam keluaran shell 1st effect evaporator dan uap dari separator. Konsentrat yang
dihasilkan 2nd effect evaporator terkumpul di bagian bawah sedangkan uapnya
mengalir ke separator. Dalam separator terjadi pemisahan uap process condensate
dengan cairan yang terbawa uap tersebut. Uap mengalir ke vapour condenser
sedangkan cairannya mengalir ke bagian bawah 2nd effect evaporator.
Konsentrat keluaran 2nd effect evaporator dialirkan ke 1st effect evaporator
untuk proses penguapan selanjutnya. Pada unit ini, energi panas yang tersedia
lebih besar daripada panas pada unit 2nd effect evaporator karena steam langsung
bersumber dari aliran utama sehingga konsentrat yang dihasilkan lebih pekat
daripada keluaran 2nd effect evaporator.

3.2.1.5 Scrubbing
Proses ini merupakan proses recovery debu amonium nitrat yang
terkandung dalam udara proses. Hasil scrubbing merupakan udara bersih dan
larutan amonium nitrat. Udara bersih dilepaskan ke atmosfer sedangkan larutan
amonium nitrat ditampung dalam Scrubber Tank bersama dengan konsentrat
amonium nitrat 30% dari unit PCT, larutan amonium nitrat dari Prilling Scrubber,
dan purge dari Vacuum System PCT. Derajat keasaman dalam Scrubber Tank
dijaga dengan injeksi asam nitrat. Scrubber Tank menghasilkan larutan amonium
nitrat 50%. Larutan tersebut dialirkan ke Evaporator Flash Drum dan ada
sebagian kecil yang didaur ulang menuju Scrubber.

3.2.2 Dry Section


Dry section meliputi tahap pembentukan prill (prilling), pengeringan,
screening, pendinginan, pelapisan prill dan pengemasan. Berikut penjelasan
mengenai setiap tahapan pada dry section.

3.2.2.1 Pembentukan Prill (Prilling)


Pembentukan prill dilakukan di dalam Prilling Tower. Amonium nitrat
pekat dari Remelt Tank dialirkan menuju Head Tank di bagian atas Prilling Tower
melalui filter untuk memisahkan pengotor yang dapat mengganggu kerja Prilling
Nozzle. Pada head tank, dilakukan injeksi larutan aditif pada amonium nitrat
pekat. Zat aditif yang digunakan awalnya berbentuk serbuk lalu dilarutkan hingga
mencapai konsentrasi 25%. Zat aditif tersebut berfungsi untuk membuat rongga-
rongga di dalam prill yang akan terbentuk. Rongga-rongga tersebut merupakan
tempat untuk menampung bahan bakar dalam pembuatan ANFO.
Amonium nitrat pekat dari head tank dialirkan ke Prilling Nozzle di bagian
atas Prilling Tower sehingga dihasilkan bentuk butiran cair amonium nitrat pekat
yang jatuh bebas ke bawah akibat gaya gravitasi. Selama perpindahannya dari
bagian atas ke bagian bawah Prilling Tower, amonium nitrat pekat mengalami
kontak dengan udara yang dihembuskan Prilling Blower dari Prilling Scrubber di
bagian bawah Prilling Tower sehingga tercipta aliran counter current antara udara
dan butiran cair amonium nitrat pekat. Kontak tersebut menyebabkan penurunan
temperatur pada butiran cair amonium nitrat pekat hingga mencapai titik beku
amonium nitrat sehingga prill mengkristal dan terbentuklah prill amonium nitrat.
Prill amonium nitrat dipindahkan untuk memasuki tahap pengeringan
melalui Prilling Tower Conveyor. Udara yang telah mengalami kontak langsung
dengan amonium nitrat di Prilling Tower, dialirkan ke Prilling Scrubber. Pada
Prilling Scrubber, terjadi kontak udara dengan air untuk memisahkan debu
amonium nitrat yang tertinggal di udara. Udara yang telah bersih dialirkan
kembali ke dalam Prilling Tower untuk kembali dikontakkan dengan butiran cair
amonium nitrat pekat. Air yang mengandung debu amonium nitrat dialirkan ke
Scrubber Tank.

3.2.2.2 Pengeringan
Prill yang masih basah dipindahkan ke unit pengeringan untuk
dikeringkan. Proses pengeringan ini dapat mengeluarkan air dari prill sehingga
diperoleh pori yang dibutuhkan untuk pengisian bahan bakar dalam pebentukan
ANFO. Pengeringan terdiri atas dua tahap, yaitu pre-dryer dan dryer. Pengeringan
dilakukan dengan menghembuskan udara ke unit pengeringan Rotary Drum Pre-
dryer dryer.
Pada bagian pre-dryer, prill dikeringkan pada temperatur rendah dengan
aliran udara co-current untuk mengurangi resiko pecahnya prill ketika
pembentukkan rongga pada prill terjadi. Pada bagian dryer, prill dikeringkan
dengan aliran udara counter current dengan temperatur yang lebih tinggi untuk
memperoleh tingkat kelembapan produk serendah mungkin. Prill yang terbentuk
dikumpulkan oleh Prilling Tower Conveyor.

3.2.2.3 Screening
Screening dilakukan menggunakan Screen. Proses ini dilakukan untuk
memisahkan produk yang ukurannya tidak sesuai spesifikasi yang ditetapkan
(offspec). Produk offspec tersebut dikembalikan ke Remelt Tank. Produk yang
telah sesuai spesifikasi dipindahkan ke Fluidized Bed Cooler.

3.2.2.4 Pendinginan
Produk yang telah sesuai spesifikasi dari unit screening memiliki
temperatur 80°C. Pendinginan prill dilakukan dalam Fluidized Bed Cooler. Unit
ini terdiri atas dua bagian dengan piringan yang berlubang-lubang. Udara
pendingin dihembuskan dari bawah oleh 1st dan 2nd Table Blower. Udara tersebut
menjaga temperatur alat dan mendinginkan produk secara bersamaan. Temperatur
prill keluaran Fluidized Bed Cooler sekitar 30°C. Udara yang meninggalkan alat
dilepaskan oleh 1st dan 2nd Table Exhauster dan dikeluarkan menuju Pre- dryer
dryer.

3.2.2.5 Pelapisan
Prill amonium nitrat bersifat higroskopis atau mampu menyerap air dengan
baik. Air yang diserap prill dapat menyebabkan prill menempel satu sama lain
dan membentuk gumpalan. Oleh karena itu, diperlukan coating agent sebagai
pelapis bagian luar prill. Coating agent, seperti minyak pada umumnya, tidak
dapat bercampur dengan air secara alami. Pelapisan prill dengan coating agent
dapat menghindarkan pengikatan molekul air oleh prill amonium nitrat.
Prill yang telah didinginkan dalam fluidized bed cooler dilapisi oleh
coating agent. Coating agent awalnya berbentuk lilin yang kemudian dilelehkan
dalam Coating Agent Melter. Coating agent Prill dilapisi oleh coating agent
dengan spray di dalam Coating Drum yang berputar.. Media pemanas yang
digunakan ialah process condensate dari Low Pressure Condensate Tank.
Temperatur coating agent dalam coating agent tank dikendalikan melalui
temperature controller yang menggerakkan valve yang mengendalikan jumlah
kondensat yang mengalir dalam koil berdasarkan sinyal yang diterima dari
Temperature Transmitter.
Ketinggian dalam Coating Agent Tank diukur. Bila ketinggian coating
agent dalam tangki terus menerus menurun, switch akan menghentikan kerja
Coating Agent Pumps. Pompa tersebut bekerja untuk memompa coating agent ke
coating drum. Jumlah coating agent yang disemprotkan dalam drum dikendalikan
berdasarkan rasio dengan set point berupa berat produk akhir menuju
penyimpanan. Rasio dikendalikan secara manual oleh Ratio Controller.

Anda mungkin juga menyukai