Anda di halaman 1dari 15

Eksistensi Musik Bambu Entel Dalam Liturgi Ibadah di GERMITA

Sasanggelo

Markus Wibowo1
Maria Armalita Tumimbang2

ABSTRAK

Musik Bambu Entel adalah salah satu instrumen tradisi dari Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi
Utara. Bambu Entel ini biasanya ditemukan dalam beberapa acara adat di daerah setempat maupun acara
lomba alat musik etnis yang ada. Dalam beberapa kesempatan dalam peribadatan, musik merupakan faktor
pelengkap apresiasi dan interpretasi, dan berfungsi sebagai sarana mediasi untuk menyembah dan
memuliakan Sang Pencipta. Peranan Bambu Entel sendiri tatkala digunakan sebagai pengisi puji-pujian
dalam peribadatan. Akan tetapi seiring dengan perkembangan modernisasi zaman, musik etnis Bambu Entel
ini perlahan mulai dipertanyakan eksistensinya. Kehadiran musik Bambu Entel sendiri dalam peribadatan
di gereja setempat merupakan hal yang jarang ditemui saat ini. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk
mengetahui mengapa musik Bambu Entel bersifat sementara dalam keberadaannya menjadi bagian dalam
liturgi ibadah. (2) Untuk mengetahui bagamaina langkah-langkah dalam mempertahankan ekstensi Bambu
Entel dalam lini tradisi masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat
tekstual dan kontekstual. Pendekatan tekstual bermaksud mengkaji bentuk musik Bambu Entel dan unsur-
unsur musiknya. Pendekatan kontekstual bermaksud mengungkap apa yang ada dalam musik Bambu Entel
dilihat dari konteksnya, yakni keberadaan musik Bambu Entel ditengah masyarakat khususnya peribadatan.

Kata Kunci: Bambu Entel, Eksistensi dan Peribadatan

ABSTRACT
Bambu Entel Music is one of the traditional instruments from the Talaud Islands, North Sulawesi
Province. This entel bamboo is usually found in several traditional events in the local area as well as
competitions for existing ethnic musical instruments. In some occasions in worship, music is a
complementary factor of appreciation and interpretation, and serves as a mediating means to worship and
glorify the Creator. The role of bamboo entel itself when used as a filler of praise in worship. However,
along with the development of modernization, the existence of bamboo entel traditional music is slowly
being questioned. The presence of bamboo entel music itself in worship at local churches is something that
is rarely encountered nowadays. This study aims: (1) To find out how the form of bamboo music is entel
in maintaining its existence in worship at the local church in Beo, Rainis District, Talaud Islands (2) To find
out how the steps in maintaining the extension of entel bamboo are in the line of local community
traditions. This study uses qualitative methods that are textual and contextual. The textual approach intends
to examine the musical form of bamboo entel and its musical elements. The contextual approach intends
to reveal what is in the bamboo entel music seen from the context, namely the existence of bamboo entel
music in the community, especially worship.

Keyword: Bambu Entel, Existence, Worship

1 Dosen - Institut Agama Kristen Negeri Manado : wibowomarkus986@gmail.com


2 Dosen - Institut Agama Kristen Negeri Manado : lita.violin@gmail.com

53
Markus & Maria, Eksistensi Musik Bambu Entel

Pendahuluan dalam keberhasilan sebuah ibadah. Peran


Seni dalam kehadirannya di dunia ini musik di dalam gereja ini secara historis telah
selalu dibutuhkan oleh manusia dimanapun dikembangkan secara serius pada Abad
mereka berada dan kapan saja, maka secara Pertengahaan Fase Pertama oleh para Bapa
sederhana dapat dikatakan bahwa Gereja, terutama oleh Paus Gregorius Agung.
perkembangan seni selalu seiring dengan Paus ini mulai menyaring, menyusun,
perkembangan masyarakat pendukungnya. menstandarisasi musik-musik liturgi gereja
Pada masyarakat primitif, seni hampir segala– yang tidak beraturan di wilayah daerah lainnya.
galanya. Ketika sebuah masyarakat mengalami Dari situ gereja memiliki kekayaan estetika
perubahan kehidupan tata politiknya menjadi musik pertama dengan munculnya musik
negara yang merdeka dan demokratis, akan Gregorian (Gregorian chant) dengan berbagai
lahir pula seni yang sangat menonjolkan modusnya yang khas dengan syair berbahasa
kebebasan serta mementingkan individu. Pada Latin. Pada masa reformasi di masa Renaisans,
era inilah kita selalu mendengar bahwa lukisan tradisi ini didekonstruksi oleh Martin Luther,
ini adalah karya pelukis ini; musik itu adalah akan tetapi dengan tidak mengubah peran dan
karya komponis itu; dan tari yang begitu adalah eksistensi musik itu sendiri di dalam gereja.
karya koreografer itu. Penciptaan sebuah karya Pada masa reformasi di masa Renaisance,
seni selalu memiliki tujuan. Secara garis besar tradisi ini didekonstruksi oleh Martin Luther,
tujuan itu bisa dikelompokkan menjadi tiga, akan tetapi dengan tidak mengubah peran dan
yaitu : (1) seni untuk tujuan ritual; (2) seni untuk eksistensi musik itu sendiri di dalam gereja.
tujuan presentasi estetis; dan (3) seni sebagai Luther mulai membongkar tradisi musik gereja
hiburan pribadi (Soedarsono, 1999 : 1). yang berkembang saat itu dengan melibatkan
Musik adalah bentuk suatu hasil karya musik- musik yang berkembang di masyarakat
seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi Jerman. Disadari atau tidak, sebenarnya
musik yang mengungkapkan pikiran dan peristiwa ini adalah peristiwa inkulturasi musik
perasaan penciptanya melalui unsur-unsur gereja pertama. Di sini tampak bahwa gereja
musik yaitu iramam melodi, harmoni, bentuk mulai keluar dari lingkaran tradisi musikalnya
dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu yang cenderung formal, terbatas dalam hal
kesatuan (Jamalus, 1988 : 1). Pada saat ini kreativitas dan kaku, namun tetap bernuansa
musik juga sudah menjadi sebuah kebutuhan Eropa. (Sasongko:2019)
bagi manusia. Bagi pencipta musik, musik Salah satu lokasi penelitian adalah di
menjadi suatu luapan emosi jiwa, dimana Bantane. Bantane adalah salah satu desa di
perasaan yang ada di pencipta musik Kecamatan Rainis Kepulauan Talaud Provinsi
tersampaikan. Bagi penikmat musik, dengan Sulawesi Utara. Desa ini memiliki mayoritas
mendengar musik yang sesuai dengan suasana agam Kristiani. Sifat penduduk yang ramah dan
hati maka harapannya agar bisa merasa lebih saling gotong-royong juga membuat situasi
relaks dan lebih baik. Adapun peran musik desa kondusif serta meningkatkan kepercayaan
dalam sebuah peribadatan memiliki ikatan yang dalam pengembangan desa tersebut. Perjalanan
kuat dalam perannya didalam liturgi. eksistensi musik Bambu Entel juga tak lepas
Musik dan gereja adalah dua hal yang dari desa Bantane. Hal inilah yang membuat
tidak dapat dipisahkan. Itulah sebabnya peran penulis pun merasa perlu untuk mengetahui hal
yang sangat signifikan dan menentukan di

54
PSALMOZ Vol. 3 No. 2 Jul 2022 : 53-67

yang esensial didalam perkembangan musik Kebudayaan yang ada di satu daerah
tersebut. Musik Bambu Entel sebagai media merupakan warisan turun temurun dari satu
ritual pun, hadir setelah dibacakan doa generasi ke generasi berikutnya, dan
tersebut. Instrumen ini dihentakkan dengan kebudayaan juga merupakan kekayaan bangsa
tanda sebagai sebuah sukacita masyarakat yang bernilai tinggi. Lebih dari itu, tidak hanya
dalam menyambut berkat dari Sang Pencipta. sampai pada soal warisan saja tetapi bagaimana
Musik ini pun mendapat banyak perhatian mengembangkan kebudayaan itu
salah satunya adalah pemerintah daerah. (Marran:2000).
Ritualitas simbolisasi yang memaknai ritual Kabupaten Talaud adalah salah satu
tinggal merupakan pijakan masa kini, sebab kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, dengan
telah bergeser dari pemahaman sebelumnya. ibukota Melonguane. Kabupaten ini berasal
Letak pergeserannya adalah dengan memaknai dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Sangihe
musik ini sebagai bentuk orisinalitas dan Talaud pada tahun 2000. Kabupaten
masyarakat Talaud yang sudah dilegitimasi. Kepulauan Talaud terletak di sebelah utara
Keikutsertaan pemerintah adalah sangat pulau Sulawesi. Untuk, itu Talaud yang
diharapkan untuk melebur dengan masyarakat ditempati banyak kecamatan, kelurahan serta
Talaud dalam tradisi tersebut, namun yang desa yang mempunyai berbagai
dilakukan oleh pemerintah adalah keanekaragaman budaya yang masih
mendatangkan tamu pemerintah pusat tanpa dipertahankan hingga saat ini.
melakukan strategi apa yang patut dilakukan Kembali pada situasi peribadatan di
dalam mengaktualisasikan budaya tradisi ini. daerah desa Rainis tersebut, dalam beberapa
Serta, kejadian ini menjadi hal positif bagi gereja didapati sudah sangat jarang
masyarakat bahwa musik traditional menjadi menggunakan musik Bambu Entel dalam
ikon bagi daerah Kepulauan Talaud. setiap peribadatan. Keberadaannya yang sangat
Berbicara mengenai musik Bambu jarang ditemui saat ini membuat kekhawatiran
Entel dikenal di kalangan masyarakat Talaud tersendiri bagi penikmat maupun para Tua
karena selain penggunaannya yang praktis juga Adat yang dijadikan sebagai pemerhati dari
menggunakan bahan-bahan yang mudah musik Bambu Entel. Kenyataan, yang terjadi
didapati. Dikatakan musik Bambu Entel sebab para generasi muda lebih sibuk pada instrumen
musik ini menghasilkan bunyi dengan cara barat maupun tergerusnya nilai tradisi yang
dihentakkan, serta pembuatannya pun terbuat didominasi oleh musik pop. Akibat dari
dari bambu. Musik Bambu Entel merupakan pergeseran paradigma macam itu, kini
alat musik jenis idiophone atau alat musik yang pendekatan yang memahami kebudayaan
sumber bunyinya berasal dari badan musik itu secara sistemis dan a-historik tidak lagi
sendiri. Selanjutnya, dalam perkembangannya, meyakinkan. Karena faktor inilah maka penulis
musik Bambu Entel menjadi media komunikasi selaku masyarakat keturunan Talaud ingin
antara masyarakat dengan dunia luar memberikan kontribusi lewat penelitian ini
(masyarakat diluar Talaud). Artinya, bahwa terhadap perkembangan musik tradisional
musik Bambu Entel mulai dipublikasikan Talaud, serta memfokuskan penelitian ini pada
dalam berbagai media, sebagai salah satu icon eksistensi musik Bambu Entel sebagai bagian
daerah Talaud.

55
Markus & Maria, Eksistensi Musik Bambu Entel

dari peribadatan yang mulai bergeser di masa maupun kepada yang mendengar. Antara
kini. melodi dan teks harus selaras untuk
Adapun permasalahan yang dihadapi membangun kasih kita kepada Allah.
dalam penelitian hibah ini berdasarkan latar Perpaduan antara melodi atau nada-nada
belakang di atas yaitu Mengapa kehadiran dengan teks nyanyian akan mengungkapkan
musik Bambu Entel hanya bersifat temporer
keagungan Allah.
dalam peribadatan gereja di Beo Kepulauan
Talaud ? Strategi apa yang harus digunakan Bruno Nettl dalam karyanya Music in Many
dalam mempertahankan eksistensi musik Culture; Teory and Method in Ethnomusicology. Nettl
Bambu Entel ? (1983:137) menyebut, etnomusikologi adalah
studi tentang hubungan yang tak terpisahkan
Landasan Teori antara teks musik dan konteks musik; “it is
Penulis menggunakan beberapa literatur focused on the interrelationships and
disertai penjelasan dan hasil penelitian sejenis interdependencies between text and context in
dengan kesamaan topik dengan objek music and they supported each other”. Willi
penelitian yang berbeda maupun kesamaan Apel senada dengan Krader, mengungkapkan
objek penelitian dengan topik yang berbeda. definisi yang cukup umum bahwa
etnomusikologi adalah suatu kajian yang
Graham Kendrick (1984) dalam bukuinya
mempelajari tradisi musikal di luar tradisi
Pujian dan Penyembahan mengemukakan bahwa
musik yang dikembangkan sejak masa
segala jenis alat musik sesunggunya tidak
Renaisans (Supanggah, 1995; Nettl, 1964).
menjadi masalah ketika digubah dengan baik.
Oleh karena itu, pembahasan mengenai
Digubah dengan baik artinya bahwa segala
peran musik etnik di dalam pengembangan
nada-nada yang dihasilkan melalui gubahan
musik gereja pada dasarnya berada di dalam
atau aransemen itu haruslah yang
khazanah atau studi etnomusikologi; musik
membangkitkan iman orang- orang percaya
etnik sebagai teks dan gereja sebagai konteks.
untuk melayani dan memuliakan Allah.
Akan tetapi, oleh karena begitu luasnya
Perubahan bentuk-bentuk musik memang
cakupan studi ini, maka seringkali tidak
sebuah keniscayaan, hal itu seiring dengan
menempatkan studi ini pada batasan objek
dinamika kebudayaan yang mempengaruhi
material yang jelas, terutama dalam hal istilah
jenis-jenis alat musik zaman demi zaman.
yang berkembang di masyarakat. Dalam hal ini
Namun demikian bentuk musik bukan alasan
tidak sedikit orang yang menyamakan begitu
utama yang dapat menghalangi penyembahan
saja antara musik rakyat, musik tradisional, dan
kita kepada Tuhan. Yang terpenting adalah
musik etnik sehingga pengertiannya menjadi
bahwa segala bentuk musik harus bertujuan
kacau, padahal ketiga jenis musik ini memiliki
untuk mendemonstrasikan keagungan Allah.
esensi yang sangat berbeda. Oleh karena itu
Demikian pula dengan teks atau lirik dari
pengertian ketiga istilah di atas harus dibahas
sebuah nyanyian gereja harus memenuhi
secara tersendiri agar tidak terjadi
prinsip –prinsip teologi Kristen. Teks dari
kesimpangsiuran pemahaman.
sebuah nyanyian gerejawi harus alkitabiah yang
Meneliti masalah ini penulis menggunakan
mampu memberi pengajaran tentang sifat-sifat
teori fungsional struktural dari Brosnilaw
Allah yang dinyatakan dalam Alkitab.
Malinowski (1884-1942) yang menjelaskan
Pengajaran kepada yang menyanyikannya

56
PSALMOZ Vol. 3 No. 2 Jul 2022 : 53-67

tentang kebudayaan, atau a functional theory of merupakan gambaran yang terlihat langsung
culture (Koentjaraningrat, 1980 :162) . Inti dari bahwa musik dalam ibadah sangat suci walau
teori fungsional Malinowski adalah bahwa dalam berbagai bentuk gubahan musik yang
segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya terdapat irama, melodi, harmoni oleh tim
bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari musik dengan satu tujuan yakni memuji dan
sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang memuliakan Tuhan.
berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Menurut G.Riemer kata liturgi untuk
Kebutuhan itu meliputi kebutuhan biologis menyatakan rasa cintanya tersebut. Ibadah
maupun sekunder, kebutuhan mendasar yang dalam hal ini adalah suatu tindakan manusia
muncul dari perkembangan kebudayaan itu terhadap siapa yang dia kasihi dan hargai dalam
sendiri. Salah satunya adalah kebutuhan akan hidup dan merupakan bentuk respon manusia
agama, dan bagaimana manusia itu terhadap inisiatif yang telah dilakukan oleh
mengungkapkan hubungannya dengan Tuhan. Allah atas karya penebusan yang telah
Manusia, melalui instrumentalisasi kebudayaan, dilakukan oleh Yesus Kristus berasal dari
maka di dalam mengembangkan maupun bahasa Yunani yaitu λειτοσργία 3 (leiturgia).
memenuhi kebutuhannya, ia harus Kata ini berasal dari kata kerja λειτοσργέω
mengorganisasi peralatan, artefak, dan kegiatan (leitourgeo) yang berarti melayani,
menghasilkan makan melalui bimbingan melaksanakan tugas dinas, memegang jabatan.
pengetahuan, dengan kata lain yaitu melalui Jika diartikan secara harafiah kata leiturgia
proses belajar manusia dapat meningkatkan berasal dari dua kata Yunani, yaitu λείπωs
eksistensinya. Jadi kebutuhan akan ilmu dalam (leitos) dan λαός (laos) yang berarti rakyat atau
proses belajar adalah mutlak. Tindakan umat, dan kata kedua yaitu ἔργον (ergon) yang
manusia juga harus dibimbing oleh keyakinan, berarti pekerjaan, perbuatan atau tugas. Jadi,
sebagai hasil langsung kebutuhan manusia pengertian kata liturgi menurut dua kata ini
untuk membangun sistem dan mengorganisasi berarti orang yang melakukan suatu pekerjaan
pengetahuan, timbul pula kebutuhan akan untuk rakyat.
agama. Agama itu sendiri terdapat ritual atau Landasan teori selanjutnya menggunakan
bagi umat Kristiani menyebutnya dengan kata teori eksistensialisme. Eksistensialisme secara
kebaktian. Kebaktian tersebut memiliki proses etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari
pujian dari umat kepada Tuhan dengan bahasa latin existere yang berarti muncul, ada,
menggunakan musik pengiring ataupun lagu timbul, memilih keberadaan aktual. Adapun
yang dipimpin oleh pemimpin pujian ataupun eksistensialisme sendiri adalah gerakan filsafat
yang dimainkan oleh pemain musik. yang menentang 1 esensialisme, pusat
perhatiannya adalah situasi manusia.
Ibadah atau ritual merupakan suatu Eksistensialisme merupakan paham yang
bentuk upacara atau perayaan (celebration) yang sangat berpengaruh di abad modern, paham ini
berhubungan dengan beberapa kepercayaan akan menyadarkan pentingnya kesadaran diri.
atau agama dengan ditandai oleh sifat khusus, Dimana manusia disadarkan atas
yang menimbulkan rasa hormat yang luhur keberadaannya di bumi ini. Pandangan yang
dalam arti merupakan suatu pengalaman yang menyatakan bahwa eksistensi bukanlah objek
suci O‟Dea dalam (Hadi 2006:9). Hal ini dari berpikir abstrak atau pengalaman kognitif

57
Markus & Maria, Eksistensi Musik Bambu Entel

(akal pikiran), tetapi merupakan eksistensi atau suatu keputusan yang berani diambil oleh
pengalaman langsung yang bersifat pribadi dan manusia untuk menentukan hidupnya, dan
dalam batin individu. Beberapa ciri dalam menerima konsekuensi yang telah manusia
eksistensialisme, diantaranya: (a) Motif pokok ambil. Jika manusia tidak berani untuk
yakni cara manusia berada, hanya manusialah melakukannya maka manusia tidak
yang bereksistensi. Dimana eksistensi adalah bereksistensi dengan sebenarnya.
cara khas manusia berada, dan pusat perhatian Tiap eksistensi memiliki cirinya yang khas.
ada pada manusia, karena itu berisfat Kierkegaard telah mengklasifikasikan menjadi
humanistic. (b) Bereksistensi harus diartikan 3 tahap. Yakni tahap estetis (the aesthetic stage),
secara dinamis. Bereksistensi berarti etis (the ethical stage), dan religious (the religious
menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi stage). Seperti dalam beberapa karyanya: The
berarti berbuat, menjadi merencanakan. Setiap Diary af a Seducer, Either/Or, In Vino Veritas,
saat manusia menjadi lebih atau kurang dari Fear and Trrem- Beling, dan Guilty-Not
keadaaannya. (c) Didalam filsafat Guilty, yang sebenarnya merupakan refleksi
eksistensialisme manusia dipandang sebagai hidup 3 Tahap ini merupakan situasi
terbuka. Manusia adalah realitas yang belum keputusasaan sebagai situai batas dari eksistensi
selesai, yang masih harus dibentuk. Pada yang merupakan ciri khas tahap tersebut.
hakikatnya manusia terikat pada dunia Adapun dalam tahap estetis yakni terdapat: a.
sekitarnya, terlebih-lebih pada sesama manusia. Pengalaman emosi dan sensual memiliki ruang
(d) Filsafat eksistensialisme memberi tekanan yang terbuka Dalam pembahasan ini,
pada pengalaman konkret, pengalaman Kierkegaard menerangkan adanya dua
eksistensial. kapasitas dalam hidup ini, yakni sebagai
Soren Kierkegaard adalah seorang tokoh manusia sensual yang merujuk pada inderawi
eksistensialisme yang pertama kali dan makhluk rohani yang merujuk pada
memeperkenalkan istilah “eksistensi” pertama manusia yang sadar secara rasio. Pada tahap ini
di abad ke-20, Kirkegaard memiliki pandangan cenderung pada wilyah inderawi. Jadi,
bahwa seluruh realitas eksistensi hanya dapat kesenangan yang akan dikejar berupa
dialami secara subjek oleh manusia, dan kesenangan inderawi yang hanya didapat dalam
mengandaikan bahwa kebenaran adalah kenikmatan segera. Sehingga akan berbahaya
individu yan bereksistensi. Kirkegaard juga jika manusia akan diperbudak oleh kesenangan
memiliki pemikiran bahwa eksistensi manusia nafsu, dimana kesenangan yang diperoleh
bukanlah statis namun senantiasa menjadi. dengan cara instan.
Artinya manusia selalu bergerak dari Terdapat perbuatan radikal dari tahap ini
kemungkinan untuk menjadi suatu kenyataan. adalah adanya kecenderungan untuk menolak
Melalui proses tersebut manusia memperoleh moral universal. Hal ini dilakukan karena
kebebasan untuk mengembangkan suatu kaidah moral dinilai dalam mengurangi untuk
keinginan yang manusia miliki sendiri. Karena memperoleh kenikmatan inderawi yang
eksistensi manusia terjadi karena adanya didapat. Sehingga dalam tahap ini tidak ada
kebebasan, dan sebaliknya kebebasan muncul pertimbangan baik dan buruk, yang ada adalah
karena tindakan yang dilakukan manusia kepuasaan dan 4 memiliki sifat yang sangat
tersebut. Menurut Kirkegaard eksistensi adalah egois dalam mementingkan dirinya sendiri. Jadi

58
PSALMOZ Vol. 3 No. 2 Jul 2022 : 53-67

dapat dikatakan bahwa manusia dalam tahap Sedangkan teknik pengumpulan data
estetis pada dasarnya tidak memiliki menggunakan observasi, wawancara,
ketenangan. Hal ini dikarenakan manusia ketika dokumentasi dan studi literatur. Observasi
sudah memperoleh satu hasil yang di disini dimaksudkan dengan mengamati
inginkannya ia akan berusaha mencapai yang langsung. Hal-hal yang diamati meliputi
lainnya untuk memenuhi kebutuhan keadaan, respon, dan hasil yang diperoleh
inderawinya. Ia juga akan mengalami setelah melakukan pengamatan. Selanjutnya
kekurangan dan kekosongan dalam dalam pemilihan informan menggunakan
kehidupannya, sehingga manusia yang seperti snowball sampling, artinya jumlah informan
ini tidak dapat menemukan harapannya. yang dipilih akan berkembang selama proses
Adapun manusia dapat kleluar dari zona ini penelitian dilakukan bergantung pada kualitas
yakni dengan mencapai tahap keputusasaan. data yang akan diperoleh di lapangan (Sugiono,
Dimana Ketika manusia estetis mencari 2009 : 54).
kepuasan secara terus menerus dan tidak Oleh karena itu, pengambilan data
kunjung menemukannnya, maka diposisi dilakukan wawancara kepada individu-individu
seperti itulah manusia dapat berputus asa yang dipilih dari mulai pemimpin bidang
(despair). musik, Tua-tua Adat yang memahami sejarah
Metode Penelitian Bambu Entel hingga perwakilan dari
Pendekatan yang digunakan dalam komunitas musik Bambu Entel sebagai
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan narasumber yang dianggap terlibat dan
menggunakan pendekatan sosiologi. Dalam mengetahui tentang jalannya eksistensi musik
prosesnya memaparkan atau menggambarkan tersebut. Dokumentasi dilakukan untuk
hasil pengamatan dengan data-data yang telah memperoleh dokumen- dokumen, baik dalam
dikumpulkan dari lapangan. Data-data yang bentuk tulisan, catatan-catatan, gambar dan
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, catatan- foto. Studi literatur adalah sebagai acuan
catatan hasil pengamatan, gambar dan bukan peneliti untuk memberikan pendapat-pendapat
angka- angka (Moleong, 2006:11). dan teori- teori sebagai pendukung terhadap
Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian ini.
meneliti yang menghasilkan data deskriptif Pendekatan pada penelitian ini pun
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- mementingkan fenomena yang teramati dan
orang dan perilaku yang dapat diamati. konteks makna yang melingkupi suatu realitas,
Penelitian ini akan menggunakan metode menggambarkan atau melukiskan keadaan
kualitatif, yaitu suatu penelitian konsektual objektif/objek penelitian (seseorang, lembaga,
yang menjadikan manusia sebagai instrument, masyarakat dan lain-lain).
dan disesuaikan dengan situasi yang wajar
dalam kaitannya dengan pengumpulan data Hasil dan Pembahasan
yang pada umumnya bersifat kualitatif. Sasaran 1. Sekilas Tentang Kepulauan Talaud
dalam penelitian ini adalah bagaimana Pada awalnya Kepulauan Talaud adalah
eksistensi musik Bambu Entel dalam Kepulauan Sangihe Talaud. Secara geografis
peribadatan di Germita Sasanggelo Beo gugusan Pulau ini dibatasi oleh laut Mindanao
Kepulauan Talaud. di sebelah utara, Selat Talise di sebelah selatan,

59
Markus & Maria, Eksistensi Musik Bambu Entel

laut Sulawesi di sebelah barat, laut Pasifik di Pada tahun 2002 resmi menjadi satu
sebelah timur. Kepulauan Sangir dan Talaud kabupaten yang disebut Kabupaten
terdiri dari Kepulauan Sangir dan gugusan Kepulauan Talaud. Talaud disebut juga
Kepulauan Talaud. Gugusan Kepulauan Porodisa. Memang ada yang mengatakan
Sangir terdiri dari Pulau Sangir besar dan bahwa Talaud berasal dari kata tau orang, dan
sekitarnya, Pulau Siau, Pulau Tagulandang dan lauda laut, jadi Talauda yang di Indonesiakan
pulau-pulau sekitarnya. Baik gugusan menjadi Talaud. Artinya masyarakat yang
Kepulauan Sangir maupun gugusan hidup di tepi laut. Sebagian besar masyarakat
Kepulauan Talaud, keduanya terletak Talaud berdiam di pinggir laut. Orang Talaud
berderert dari utara ke selatan. Ciri khas yang sendiri menyebut daerahnya Taloda atau
dapat dilihat dari lingkungan alam kedua Taranusa Taloda. Nama lain yang biasa
gugusan Kepulauan ini, adalah bukit-bukit mereka pergunakan adalah Porodisa. Konon
yang tinggi dan rendah yang diantarai oleh pada zaman dahulu kala, di wilayah pantai
sungai kecil dan sungai besar. Kepulauan pasifik ada satu gugusan kepulauan sejak
Sangir Talaud terdiri dari 77 Pulau besar dan zaman sebelum masehi telah mengalami masa
kecil. Di antara Pulau-pulau ini yang kejayaan atau keemasan. Di mana ketika itu
mempunyai penduduk adalah 56 Pulau dan walaupun sistem perdagangan masih bersifat
yang tidak berpenduduk adalah 21 Pulau. barter atau apapun sebutannya, tetapi wilayah
Kepulauan ini mempunyai pergantian angin itu sudah makmur kehidupan masyarakatnya,
dan Musim yang berlangsung relatif seimbang. hingga pada zaman kerajaan Majapahit.
Angin Musim selatan yang kering dan Wilayah ini merupakan bagian dari kerajaan
bergelombang bertiup pada bulan Juli sampai Majapahit yang bernama Udamakatraya.
bulan Oktober. Angin Musim utara membawa Kepulauan tersebut dalam sebutan lamanya
hujan bertiup pada bulan November sampai adalah Maleon Karakelang, Sinduane
dengan bulan Maret. Musim pancaroba Salibabu, Tamarongge Kabaruan,
berlangsung pada bulan April, Mei, dan Juni. Batunampato Kepulauan Nanusa dan
Hal ini menyebabkan hampir setiap daerah Tinonda Miangas. Perjalanan panjang
atau lahan yang ada dapat ditumbuhi Corrie masyarakat yang mendiami gugusan
Buata, 2013 Tradisi Upacara Mane‟e Kepulauan tidak banyak kita temukan dalam
Pada Masyarakat Pesisir Pulau Kakorotan di prasasti ataupun tulisan- tulisan dan
Kepulauan Talaud Sulawesi Utara Universitas artefakartefak lainnya.
Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu pepohonan dan dapat
pula ditanami. Alam tumbuh-tumbuhan yang
ada merupakan kombinasi berbagai macam
belukar dan kelompok hutan primer maupun
sekunder. Atas dasar inilah masyarakat Talaud
berusaha memisahkan wilayahnya menjadi
satu Kabupaten yang disebut Kabupaten
Talaud. Pemisahan itu disetujui oleh
Gambar 1. Masyarakat Talaud
Pemerintah Pusat.

60
PSALMOZ Vol. 3 No. 2 Jul 2022 : 53-67

2. Musik Bambu Entel di Desa Arangka’a adalah pada saat ritual manee yang rutin
dilaksanakan di Desa Kakorotan. Musik
Pada waktu Sangihe dan Talaud masih Bambu Entel dijadikan sebagai musik
menjadi satu kabupaten, Musik Bambu Entel pembawa melodi dengan diiringi musik lain
(bahasa Talaud) merupakan tradisional seperti Suling Bambu. Musik Bambu Entel
Kabupaten Sangihe Talaud. Setelah Talaud dimainkan oleh orang dewasa laki-laki dan
memisahkan diri dari Kabupaten Sangihe maka perempuan yang berusia 20-35 tahun. Usia ini
musik tersebut menjadi musik tradisional dikatakan normal ketika pemain mampu
kedua daerah, namun memiliki nama yang mengehentakkan bambu. Dengan demikian
berbeda dengan Musik Bambu Entel telah standar usia 20-35 tahun merupakan usia yang
memiliki susunan nada sendiri. Sangihe standar dalam memainkan alat musik ini dalam
menyebutnya dengan nama musik Tunta. sebuah upacara ritual.
Bambu Tunta adalah rangkaian alat musik yang Menurut Narasumber Bapak Yansen
terbuat dari bambu jenis timbellang (bahasa Maitulung yang merupakan salah satu pendiri
Sangihe), sedangkan di Talaud dengan nama sanggar Bambu Entel sekaligus pemerhati
kesenian di Beo beliau menyampaikan bahwa
Entel.
Kehadiran musik Bambu Entel di “Bambu Entel ini dulu di tahun 1930-
kalangan masyarakat Talaud, tentu tidak lepas 1940an adalah bentuk bambu (asal) yang
dari karya tangan seorang pelatih. Musik digunakan sebagai alat perang antar
Bambu Entel di Arangka‟a dikembangkan oleh kampung khususnya pada masa
Nepi Boset Pulu yang hingga saat ini masih penjajahan Belanda. Kemudian pada
tahun 1960an mulai masuk di gereja-
aktif mengajarkan Musik Bambu Entel. Beliau
gereja kecil yang digunakan untuk
bekerja sebagai seorang petani, lahir di Desa mengiringi ibadah dan seiring waktu
Kakorotan 30 Juli 1960. Pada awalnya beliau mulai dikenal dengan Bambu Entel.”
berjalan mencari bambu jenis patumbiasa untuk
dibuat Tatinggora (alat komunikasi untuk 3. Budaya Tradisi Musik Bambu Entel :
memanggil petani untuk pulang). Ditengah Masa Lalu dan Kekinian
perjalanan ada bambu yang melintang Masyarakat Talaud menyelenggarakan
kemudian terjatuh dan berbunyi nyaring. ritual ini sebagai ucapan syukur kepada Tuhan
Setelah dipotong, beliau memiliki ide untuk atas berkatNya melalui laut sebagai tempat
dijadikan alat musik dalam acara adat. Bambu mata pencaharian mereka. Ikan-ikan yang
tersebut dikeringkan selama satu bulan, dan ditangkap secara bebas ini, dapat diambil dan
sejak itulah Musik Bambu Entel hadir di dimasak ditempat dan mendapat larangan
kalangan masyarakat Talaud khususnya Desa untuk dibawa pulang. Lebih menariknya dalam
Arngka‟a. ritual ini, ikan-ikan yang begitu banyak
Bambu Entel di tahun 1800-1950‟an menghampiri pinggir pantai, dengan sudah
dijadikan sebagai sebagai alat komunikasi antar diberi batasan dengan menggunakan janur
desa di Kabupataen Talaud. Sejak adanya kuning. Sehingga peserta ritual bisa bebas
Musik Bambu Entel dijadikan sebagai iringan memilih dengan mengikuti ketentuan yang
musik ritual ataupun upacara adat pelantikan berlaku. Manee memiliki tujuan yaitu mencapai
Ratum „banua‟1. Hal yang paling terpenting suasana harmonitas kenyamanan rasa damai di

61
Markus & Maria, Eksistensi Musik Bambu Entel

tanah Porodisa (nama julukan Kepulauan ekonomi masyarakat ini banyak yang
Talaud) dalam mencari nafkah dengan dikreasikan hingga terlihat nilai estetiknya tetap
dimaknai kepada Sang Kuasa. menonjol. Akan tetapi, banyak nilai estetik
Musik Bambu Entel sebagai media ritual dalam suatu musik tradisi yang diabaikan
pun, hadir setelah dibacakan doa tersebut. karena kebutuhan ekonomi tersebut.
Instrumen ini dihentakkan dengan tanda McDonald, seorang teoritisi budaya massa,
sebagai sebuah sukacita masyarakat dalam yang dikutip Strinati (2007: 11),
menyambut berkat dari Sang Pencipta. Musik menggambarkan seni rakyat sebagai berikut:
ini pun mendapat banyak perhatian salah ”Seni rakyat lahir dari bawah. Ia merupakan
satunya adalah pemerintah daerah. Ritualitas suatu ekpresi spontan dan asli dari rakyat
simbolisasi yang memaknai ritual tinggal kebanyakan, dibentuk mereka sendiri, nyaris
merupakan pijakan masa kini, sebab telah tanpa memanfaatkan budaya tinggi, untuk
bergeser dari pemahaman sebelumnya. Letak memenuhi kebutuhan mereka. ... Seni rakyat
pergeserannya adalah dengan memaknai musik adalah pranata rakyat sendiri, taman kecil
ini sebagai bentuk orisinalitas masyarakat pribadi mereka yang terlindung dari taman
Talaud yang sudah dilegitimasi. Keikutsertaan resmi nan Agung Budaya Tinggi sang tuan.
pemerintah adalah sangat diharapkan untuk Budaya massa menghancurkan dinding
melebur dengan masyarakat Talaud dalam pembatas itu, mengintegrasikan massa ke
tradisi tersebut, namun yang dilakukan oleh dalam suatu bentuk Budaya Tinggi yang
pemerintah adalah mendatangkan tamu diturunkan nilai dan dengan demikian menjadi
pemerintah pusat tanpa melakukan strategi apa salah satu instrumen dominan politis.”
yang patut dilakukan dalam mengaktualisasikan Meski tipe masyarakat yang melahirkannya
budaya tradisi ini. Serta, kejadian ini menjadi boleh dikatakan tidak bisa kita jumpai sekarang,
hal positif bagi masyarakat bahwa musik namun kesenian rakyat masih bisa kita jumpai.
traditional menjadi ikon bagi daerah Dengan begitu, sesungguhnya kesenian rakyat
Kepulauan Talaud. berhasil menembus waktu, namun tentu saja
Masyarakat mulai berorientasi pada nilai fungsi ritualistiknya telah hilang bersama
jual dan beli suatu barang. Begitu pun dengan terpinggirkannya tipe masyarakat yang
seni pertunjukan yang telah lama berkembang melahirkannya. Jadi, bagaimana kita
di memandang masa lalu, memperlakukan seni
Nusantara. Seni pertunjukan yang tradisi? Masa lalu itu penting dan berharga, kata
awalnya berfungsi ritual mulai bergeser Bambang Sugiharto, bukan karena ia adalah
fungsinya menjadi fungsi ekonomi, yaitu konfigurasi sistem-sistem kita yang sangat khas
mendatangkan pemasukan bagi senimannya. dan unik tanpa tanding; bukan karena ia adalah
Dewasa ini dapat kita temui di Minahasa gudang penyimpanan kekayaan kultural antik
contohnya, yaitu beberapa tari seperti tari atau album prestasi tinggi kita di masa lalu;
maengket yang semula adalah bagian dari ritual, bukan pula karena ia adalah manifestasi sejarah
mulai dipoles dan dikreasikan kembali untuk penentuan-diri kita yang otonom.
dapat dipertontonkan kepada wisatawan. Masa lalu itu berharga dan penting sebab ia
Memang beberapa karya seni yang berfungsi adalah bahan atau unsur-unsur yang telah
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan membentuk kesadaran kita; adalah akar

62
PSALMOZ Vol. 3 No. 2 Jul 2022 : 53-67

ketidaksadaran kolektif perilaku dan nilai-nilai bergatung pada penguasa tradisional, tetapi
kita; adalah simbol- simbol yang telah bergantung pada
menyingkapkan makna kehidupan dalam ruang ”selera” konsumen. Perkembangan teknologi
dan waktu bagi kita; tetapi juga adalah jenis dan pengetahuan masyarakat juga sangat
rasionalitas khas yang telah membuat hidup mempengaruhi keberadaan ritual manee dalam
jadi bisa dipahami. Upaya untuk kaitanyya dengan musik Bambu Entel
“mengindustrikan” kesenian musik dan tradisi ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
sesungguhnya sudah berlangsung. Musik Ekonomi juga mempengaruhi keberadan
Bambu di Minahasa contohnya, “dimodifikasi” musik Bambu Entel, karena masyarakat
menjadi bentuk Saxophone, atau seperti Horn. setempat menjadikan musik entel sebagai
Mereka berusaha mendekatkan diri dengan pendapatan baru yang mempunyai
penikmat musik bambu yang berada di omset/pemasukan yang sangat menggiurkan
Minahasa. Hal yang sama juga terjadi musik yang di komersilkan untuk kepentingan turis
Bambu Entel, dalam proses perkembangannya dan pemerintahan
musik Bambu Entel, mulai digunakan dalam Ketiga, berubahnya seni tradisi menjadi
penyambutan tamu pusat, terlebih sebagai ikon tontonan sesungguhnya merupakan respons
pariwisata yang pastinya harus dikemas secara terhadap berubahnya masyarakat: dari
apik. Perkembangan teknologi dan masyarakat feudal-borjuis ke masyarakat
pengetahuan masyarakat juga sangat massa. Jadi benar jika dikatakan, kebudayaan
mempengaruhi keberadaan ritual manee dalam merupakan situs bagi proses-proses negosiasi
kaitanyya dengan musik Bambu Entel yang tak putus-putus yang dilakukan oleh
ditengahtengah kehidupan masyarakat yaitu pelaku kebudayaan sebagai respons terhadap
melalui media youtube, dimainkan dengan kondisi kekinian. Maka, boleh dikatakan,
menggunakan iringan combo, serta sebagai industri kreatif yang berbasis budaya lahir dari
iringan dalam acara non-ritual lainnya. responsnya terhadap adanya masyarakat massa
Dari sini kita mencatat, pertama, seni ini.
tradisi (”musik dan ritual”) telah meluaskan Penelitian ini dipandang secara
lokus aktivitasnya, dari yang semula digelar di perspektif fungsional struktural sebenarnya
tempattempat tertentu dan menjadi bagian dari juga menerangkan masalah perubahan. Karena
ritual pada sistem sosial tradisional, menjadi perspektif ini mewakili salah perspektif utama
pertunjukan yang lebih independen. Dari yang dalam sosiologi, maka perlu melihat pandangan
dulu hanya khusus masyarakat lokal sekarang fungsionalime struktural terhadap perubahan
bisa dinikmati khalayak ramai. Ini artinya, yang dalam masyarakat. Van den Berghe (dalam
kedua, ada perubahan fungsi, dari fungsi ritual- Robert Lauer 1993) melihat ciri-ciri umum dari
magis pada masyarakat tradisional berubah perspektif ini terhadap perubahan masyarakat
menjadi fungsi tontonan pada masyarakat yang adalah sebagai berikut:
lebih egalier. Dengan begitu, tanggungjawab 1. Masyarakat harus dianalisis secara
sang senimannya pun berubah, dari keseluruhan, secara sistem yang terdiri dari
tanggungjawab kepada patron tradisional bagian-bagian yang saling berhubungan;
beralih kepada massa, publik, bahkan 2. Hubungan sebab dan akibat bersifat
konsumen. Seperti apa seni itu tidak lagi “jamak dan timbal balik”

63
Markus & Maria, Eksistensi Musik Bambu Entel

3. Sistem sosial senantiasa berada dalam berfungsi sebagai penanda kapan umat akan
keadaan “keseimbangan dinamis”, mulaiuntuk bernyanyi.
penyesuaian terhadap kekuatan yang 2. Interludium
menimpa sistem menimbulkan perubahan Menurut Prier (2009: 72) interludium
minimal di dalam sistem itu. adalah ”permainan antara” atau selingan
instrumenal. Dalam musik iringan ibadah,
interludium berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara bait yang satu dengan
bait yang yang lainnya. (Tanudjaja, 2012: 50)
3. Preludium
Preludium berasal dari bahasa latin
yaitu praeluder yang berarti main duluan (Prier,
2009: 168). Praeludium adalah istilah untuk
jenis pembukaan instrumenal oleh
Gambar 2. Bambu Entel Di Sekolah
organ/cembalo/lute dalam satu bagian dan
bergaya bebas. Tujuan preludium adalah
4. Eksistensi Musik Bambu Entel Dalam
menghantarkan umat mempersiapkan diri
Liturgi Ibadah Di Gereja Germita
beribadah dengan doa saat teduh (Tanudjaja,
Sasanggelo Beo
2012: 51). Ini dilakukan dengan
4. Postludium
a. Bentuk Lagu
Postludium berasal dari bahasa latin
Mengiringi umat bernyanyi pada
yaitu postlude yang berarti permainan akhir
peribadatan berbeda dengan mengiringi
(Prier, 2009: 168). Postludium disebut juga
bernyanyi untuk sebuah pertunjukkan konser.
sebagai “naspel” lawan dari kata praeludium.
Dalam mengiringi umat bernyanyi diperlukan
Dalam musik iringan, postludium ini betujuan
sebuah tuntunan yang dipakai untuk
sebagai penanda akhir nyanyian jemaat dan
mengantarkan umat masuk dalam peribadatan
penanda selesainya peribadatan.
dan meninggalkan peribadatan (Tanudjaja,
2012: 50). Bentuk lagu yang yang dipakai dalam
b. Kedudukan Musik Bambu Entel di Germita
peribadatan terdiri dari beberapa struktur yaitu
Sasanggelo Beo
Intro, Interledium, Preludium, dan Postludium
Kedudukan Bambu Entel didalam
(Tanudjaja, 2012: 50). Secara rinci ketiga
peribadatan khususnya di Germita Sasanggelo,
struktur lagu tersebut dapat dijelaskan sebagai
Beo ini merupakan sebuah hal yang sekarang
berikut:
jarang untuk didengar. Ditambah dengan
1. Intro
kondisi pandemi saat ini membuat setiap gereja
Dalam kamus musik Intro adalah
yang ada di Talaud menjadi terhalang untuk
istilah untuk bagian awalan karya musik (Prier,
melakukan proses peribadatan. Jumlah jemaat
2009: 74). Dalam peribadatan impresif intro
pun dibatasi sebanyak 50% dari total jemaat
berfungsi untuk memperkenalkan lagu, tinggi
tetap didalamnya. Germita Imanuel Sasanggelo
nada, tempo dan karakter lagu supaya umat
diketahui berada di kecamatan Beo. Didalam
dapat menyanyikan lagu tersebut dengan tinggi
peribadatan tersebut musik Bambu Entel di
nada dan tempo yang sama. Intro juga

64
PSALMOZ Vol. 3 No. 2 Jul 2022 : 53-67

masa sekarang ini hanyalah dipakai sebagai Korno E terdiri dari beberapa nada yang
pengisi pada persembahan puji-pujian saja. diantaranya sebagai berikut : fis¹, nada f¹, nada
Dalam perjalanannya, dipakai dalam e¹, nada dis¹,dan nada d¹. Korno E tersebut
peribadatan namun sekarang dengan dibagi menjadi tiga bagian pokok yaitu :
terbatasnya instrumen tersebut, membuat pegangan Bambu Entel, badan Bambu Entel,
musik Bambu Entel tidak digunakan dalam karet pengalas Bambu Entel.
mengiring keseluruhan lagu dalam liturgi. 2. Korno C
Keterbatasan nada dasar serta belum adanya Korno C dalam Bambu Entel berasal dari
pembaharuan pada alat tersebut menyebabkan bambu Timballa. Korno C terdiri dari beberapa
musik ini hanya bisa digunakan pada nada dasar nada yang diantaranya sebagai berikut : nada d¹,
: C, G & A. Adapun informasi dari salah satu nada cis¹, nada c¹,nada b, nada d¹, nada
informan mengatakan bahwa : cis¹,nada c¹, dan nada b¹. Korno C dibagi
“Kadang, nada dasar D misalnya torang cuman ja menjadi tiga bagian pokok yaitu : pegangan
kase baku maso.” (Informan- Bapak Yansen (53). Bambu Entel, badan Bambu Entel, karet
pengalas Bambu Entel.
Kondisi inilah yang menyebabkan 3. Korno G dalam Bambu Entel terdiri
eksistensi musik Bambu Entel menjadi dari bambu jenis Timballa. Korno G terdiri
menarik untuk diulas lebih lanjut. Serta menjadi dari beberapa nada diantaranya sebagai berikut
sebuah introspeksi bersama apakah memang : nada bes,nada a, nada gis, naada g, nada bes,
instrumen tersebut sudah tidak akan dipakai nada a, nada gis,nada g. Korno G adalah bagian
dan hanya menjadi penampilan yang dari Bambu Entel yang berfungsi pengiring.
disuguhkan pada saat tertentu saja. Musik Tiga pokok bagian dari Korno G juga sama
Bambu Entel ini biasanya dimainkan oleh 1540 dengan Korno E dan Korno C.
orang tergantun dari acara yang diikuti. 4. Kontra Bass
Biasanya dimainkan pada acara adat atau tradisi
Kontra Bass dalam Bambu Entel terdiri
yang ada seperti upacaa pernikahan adat
dari bambu jenis Timballa.Kontra Bass
ataupun menyambut tamu kehormatan yang
tersebut terdiri dari beberapa nada yang
datang ke Talaud.
diantaranya : nada e, nada d, nada c,nada b,
Sedikit jabaran mengenai struktur
nada bes, nada a,nada g dan nada f. Kontra
organologi yang ada di musik tersebut yang
Bass terdiri dari pegangan Bambu Entel,badan
merupakan bentuk atau sebagai konstruksi
Bambu Entel, karet pengalas Bambu Entel.
instrumen dari alat musik. Berikut akan
Akan tetapi ada beberapa bambu yang tidak
dijelaskan sekilas mengenai konstruksi
memiliki pegangan. Hal ini disebabkan karena
instrumen tersebut.
beberapa bambu tersebut cukup tinggi,
sehingga dapat dipegang oleh pemain musik
1. Korno E
Bambu Entel.
Korno E dalam alat musik Bambu Entel
terbuat dari bahan dasar bambu Timballa.

65
Markus & Maria, Eksistensi Musik Bambu Entel

Gambar 3 & 4: Instrumen Musik Bambu Entel

Kesimpulan Strategi yang digunakan adalah giat


Penelitian ini dipandang secara perspektif memperkenalkan musik tradisi seperti Bambu
fungsional struktural sebenarnya juga Entel kepada masyarakat luas.
menerangkan masalah perubahan. Karena Menyebarluaskan icon tersebut juga menjadi
perspektif ini mewakili salah satu perspektif bahan untuk menjadikan musik Bambu Entel
utama dalam sosiologi, musik dan ranah fungsi sebagai icon dari Kepulauan Talaud. Dalam
dari instrumen itu sendiri. Maka kesimpulan perkembangannya model pertunjukan musik
yang ditemukan adalah : tradisional pun sudah mampu berkaloborasi
Kedudukan musik Bambu Entel sendiri dengan musik modern lainnyaseperti gitar,
adalah sebagai identitas bagi masyarakat orgen dan alat musik modern lainnya, sehingga
Talaud.Masyarakat menerima hal ini sebagai tercipta aransemen dengan melodi yang
sebuah kemajuan bagi daerah Talaud. harmon
Walaupun musik tradisi ini saat ini mulai
beralih menjadi musik iringan non formal. Daftar Pustaka
Dengan kata lain perubahan sosial dan Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern Dari
kebudayaan merupakan suatu gejala umum, Machiavelli Sampai Nietzsche, Jakarta:
karena setiap masyarakat selalu mengalami Gramedia, 2007.
perubahan, tidak ada masyarakat yang tidak
Hadi, Y Sumandiyo. 2006. Seni dalam Ritual
berkembang, walaupun perubahan maupun
Agama. Jogjakarta: Pustaka
perkembangan tersebut tidak selamanya sama,
setiap masyarakat memiliki cara dalam Hidya Tjaya, Kierkegaard dan Pergulatan
menerima perubahan. Kedudukan yang sudah Menjadi Diri Sendiri, (Jakarta:
jarang terlihat dalam penyajian musik di gereja Gramedia2004)
adalah bentuk perubahan dalam eksistensinya.
Hal ini perlu ditindaklajuti dan dikaji secara Martasudjita, 2000. Musik dan Nyanyian
mendalam agar lebih ditemukan variasi bahkan Liturgi.Jakarta,Kanisius
inovasi dalam pengembangan instrumen
Mulyana Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu
tersebut.
Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

66
PSALMOZ Vol. 3 No. 2 Jul 2022 : 53-67

Nettl, Bruno. (1964). Music in Many Culture;


Teory and Method in Ethnomusicology. Putra,
Nathalian HPD (Terj.). New York:
Collier Macmillan Publisher.

___________. (1983). The Study of


Ethnomusicology: Twenty-Nine Issues
and Concepts. Chicago: University of
Illinois Press

Prier, Edmud –Karl, SJ. (1999). Musik


Gereja.Yogyakarta: Kanisius.

___________________ (2011). Kamus


Musik. Yogyakarta: Pusat Musik
Liturgi

Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan dan Suharto,


Pariwisata.
Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta

Sugiono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.


Bandung : CV. Alfabeta Tabrani

67

Anda mungkin juga menyukai