Uas Makalah Fiqih
Uas Makalah Fiqih
DISUSUN OLEH
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Zakat, Haji dan Nikah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
ii
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui bersama Zakat, Haji dan Nikah merupakan tiga
dari sekian banyaknya jenis ibadah yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada
hambanya sebagai bentuk mewujudkan rasa iman yang kita miliki kepada Allah
swt.
Yang pertama ada zakat, zakat merupakan salah satu kewajiban seluruh
umat Islam yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an. Zakat sendri salah satu
rukun Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan shalat.Itu kenapa betapa
pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam. Hak zakat diberikan kepada
8 Asnaf yang telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat
60 yang artinya “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang–orang fakir,
orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang,
untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
kewajiban dari Allah”. Sedangkan, menurut Baqi dalam Mus'ab mengatakan
bahwa "Zakat merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslim
setelah memenuhi kriteria tertentu. Dalam Al - Qur'an terdapat 32 kata zakat, dan
82 kali di ulang dengan menggunakan istilah dari kata zakat, yaitu sedekah dan
infaq.
Kemudia ada Haji, Haji merupakan salah satu ibadah yang sangat penting
bagi umat Islam yang jika mampu menunaikannya. Ibadah haji memiliki sejarah
yang panjang dan kaya akan makna. Oleh karena itu, penting untuk memahami
latar belakang dari ibadah haji, termasuk asal usul, perkembangan, dan makna
dari ibadah ini.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Zakat
3
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah: 103).
َْرفِ ْي ۙن
ِ ْرفُوْ ا ۗاِنَّهٗ اَل يُ ِحبُّ ْال ُمس َ ُكلُوْ ا ِم ْن ثَ َم ِر ٖ ٓه اِ َذٓا اَ ْث َم َر َو ٰاتُوْ ا َحقَّهٗ يَوْ َم َح
ِ صا ِد ٖ ۖه َواَل تُس
4
2.1.2 Kedudukan Zakat
5
Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
Secara yuridis maupun defacto, hamba sahaya tidak memiliki harta benda.
Bahkan diri mereka sendiri saja di miliki oleh tuannya.karena tidak memiliki
apa-apa, maka tidak ada kewajiban bagi mereka membayar zakat.
Artinya, harta yang dimiliki itu utuh, sehingga dapat di belanjakan atau
dipakai kapan pun saat diperlukan oleh pemiliknya. Dalam hal ini, jika
seseorang secara status menjadi pemilik, namun dalam kenyataannya harta itu
tidak dapat sepenuhnya dikuasai, baik karena dimiliki secara kolektif atau
tidak diketahui identitas pemiliknya,maka harta itu dikategorikan sebagai harta
yang dimiliki secara tidak penuh.
6
D. Harta itu berkembang (an-nama’)
Bila suatu harta belum memenuhi jumlah tertentu, maka belum ada
kewajiban zakat atas harta itu. Namun sebaliknya, bila jumlahnya telah sampai
pada batas tertentu atau lebih, barulah ada kewajiban zakat atasnya. Jumlah
tertentu ini kemudin disebut dengan istilah nishab.
Haul artinya masa kepemilikan harta telah cukup satu tahun untuk harta-
harta tertentu. Masa satu tahundihitung berdasarkankalender hijriyah, bukan
dengan hitungan tahun masehi. Dengan demikian, hitungan jumlah hari dalam
setahun dalam kalender hijriyah lebih sedikit dibandingkan kalender masehi.
Bila seseorang pada tanggal 15 Rajab 1434 H mulai memiliki harta yang
memenuhi syarat wajib zakat, maka setahun kemudian pada tanggal 15 Rajab
1435 H dia wajib mengeluarkan zakat atas harta itu.
Yang dimaksud adalah kebutuhan untuk bisa membiayai hidup diri dan
keluarga, misalnya untuk makan, pakaian, rumah, pajak dan kebutuhan sehari-
hari.
7
Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam, yaitu: Zakat maal dan
zakat fitrah. Secara etimologis, maal artinya harta, uang, barang, dan ternak.
Sedangkan secara terminologis, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
maal (harta) adalah segala yang dianggap sebagai benda yang dapat
dipergunakan manfaatnya atau dinilai harganya sebagai harta, dengan
berbagai jenisnya dan berapapun nilainya. Yang dimaksud zakat maal
adalah zakat yang diwajibkan atas harta (maal) dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh agama.
1. Zakat Maal
Adapun ketentuan harta yang wajib dizakatkan dalam zakat maal adalah
sebagai berikut:
A. Zakat Tanaman
Kewajiban zakat pertanian didasarkan pada QS. Al- An’am: 141 yang
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan
yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa
(rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya
(zakatnya) pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”, (QS.
Al-An’am:141).
8
boleh dikeluarkan kapan saja setelah mempertimbangkan kemaslahatan
pemilik tanaman, misalnya sekali 6 bulan atau sekali setahun.
B. Zakat Perniagaan
Nishab zakat perdagangan adalah harga 85gram emas murni, 24 karat, yng
uah mencapai satu tahun (haul). Adapun perhitungan haul (satu tahun) dalam
zakat adalah berdasarkan tahun qamariyah atau tahun hijriyah. Sedangkan
untuk besar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5% dari nilai seluruh harta
perniagaan yang dimiliki.
Dalam bahasa Arab, hewan ternak disebut dengan kata Al- An'am. Kata
ini juga merupakan nama salah satu surat di dalam Al-Qur'an yang berada
pada urutan ke-6. Merujuk kepada pengertian hewan ternak, kewajiban zakat
hanya terbatas pada hewan yang diternakkan seperti sapi dan kerbau,
kambing, dan unta. Sedangkan untuk hewan peliharaan lainnya yang bukan
untuk diternak seperti kucing atau burung peliharaan tidak ada kewajiban
zakat atasnya. Berikut penjelasan tentang ketentun zakatnya:
9
1) Sapi dan kerbau
Sapi dan Kerbau. Tiap 30 ekor wajib dikeluarkan zakatnya seekor
anak sapi berumur satu tahun atau lebih, dan tiap 40 ekor dikeluarkan
zakatnya seekor anak sapi berumur dua tahun atau lebih.
2) Kambing
Mulai dari 40 ekor sampai 120 ekor dikeluarkan zakatnya seekor
kambing. Mulai dari 121 sampai 200 dikeluarkan zakatnya 2 ekor
kambing. Mulai 201 sampai 300 ekor dikeluarkan zakatnya 3 kambing.
Setelah itu, setiap tambahan 100 ekor, dikeluarkan zakatnya seekor
kambing.
3) Unta
Setiap berjumlah 5 ekor, maka zakatnya 1 ekor kambing. Jika
berjumlah 25 sampai 35 ekor, maka zakatnya 1 anak unta betina berumur
1 tahun lebih. Jika berjumlah 36 sampai 45 ekor, maka zakatnya 1 anak
unta betina berumur 2 tahun lebih. Bila berjumlah 46 sampai 60 ekor,
maka zakatnya 1 anak unta betina berumur 3 tahun lebih. Jika berjumlah
61 sampal 25 ekor, maka zakatnya 1 anak unta berumur 4 tahun lebih
Apabila mencapai 76 sampai 90 ekor, maka zakatnya 2 anak unta betina
berumur 2 tahun lebih. Apabila mencapai 91 sampai 120 ekor,
maka zakatnya 2 anak unta betina berumur 3 tahun lebih.
Sedangkan ketentuan dan syarat yang harus dipenuhi oleh hewan yang
dijadikan zakat adalah:
1) Hewan itu tidak ada cacat, sehat, tidak patah kakinya, tidak kurus tidak
tua sekali hingga giginya tanggal semua. Kecuali bila semua hewan
yang dimilikinya punya cacat yang sama.
2) Digembalakan. Maksudnya hewan ini dilepas di padang rumput, bukan
hewan yang dijadikan pekerja seperti untuk membajak sawah atau
dijadikan tunggangan, atau dipelihara di dalam kandang dengan maksud
akan diambil susunya, atau untuk dijadikan pembiakan, atau akan
dipotong (sembelih) dagingnya.
10
3) Hewan itu jinak (tidak liar), yaitu hewan itu adalah hewan yang sengaja
dipelihara, bukan hewan-hewan liar.
D. Zakat Emas
Kewajiban zakat emas dan perak didasarkan pada ayat Al- Qur’an yang
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan yang batil, dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih; pada hari dipanaskan emas
perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan
punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka, Inilah harta benda kalian
yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kalian simpan itu.” (QS. At-Taubah: 34-35).
Adapun nishab emas adalah 20dinar (emas murni) atau sama dengan 85
gram. Penetapan nishab emas ini karena berdasarkan perhitungan bahwa 1
dinar (atau 1 mitsgal uang emas) sama dengan 4,25gram. Jadi 20dinar x
4,25gram = 85gram. Setelah satu tahun (haul), jumlah zakat yang wajib
dikeluarkan adalah 2.5 % atau 1/40 (rubu ul usyr). Hal ini di sandarkan pada
hadist: Artinya: Dari Jalil radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu alaihi
wasallam dengan sebagian permulaan hadits ini berkata, kemudian apabila
engkau memiliki dua ratus dirham, dan telah mencapai haul maka padanya
terdapat zakat lima dirham, dan engkau tidak berkewajiban apapun yaitu pada
emas hingga engkau memiliki dua puluh dinar. Maka apabila engkau memiliki
uang dua puluh dinar dan telah mencapai haul maka padanya zakat setengah
dinar.
E. Zakat Perak
Kewajiban zakat perak didasarkan pada surat At-Taubah: 34-35 dan hadis
riwayat Muslim di atas. Nishab zakat perak adalah 200dirham uang perak. Hal
11
ini didasarkan pada hadis Nabi saw: Artinya: Dari [Ali] radliallahu 'anhu,
(Zuhair] berkata; aku mengiranya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bahwa beliau bersabda: "Berikan seperempat puluh, dari setiap empat puluh
dirham satu dirham. Dan tidak ada kewajiban sedikitpun atas kalian hingga
sempurna seratus dirham. Maka apabila telah berjumlah dua ratus dirham
maka padanya terdapat zakat lima dirham, kemudian selebihnya sesuai
perhitungan tersebut. (HR. Abu Daud: 1342).
Rikaz adalah harta temuan, yaitu harta benda purbakala yang ditemukan,
baik karena usaha ataupun tanpa usaha manusia, seperti emas, perak dan
lainnya. Kewajiban zakat rikaz dan ma'din didasarkan pada surat Al-Baqarah:
267 dan Al-An'am: 141 dan hadis Nabi saw: Artinya: Dari Abu Hurairah ra,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Al-‘Ajma’ (tindakan pelanggaran
yang dilakukan oleh binatang) adalah jubar (bebas dari hukuman), sumur
adalah jubar barang tambang adalah jubar, dan pada rikaz ada kewajiban
(zakat) seperlima (20%). (HR. Al-Bukhari: 1403).
Berdasarkan hadis di atas, besar zakat rikaz adalah 20% yang dikeluarkan
pada saat barang tersebut ditemukan, tanpa mempertimbangkan nishab dan
haul. Tetapi jika rikaz tersebut diproses melalu tenaga profesional dan
membutuhkan kerja keras, maka zakatnya sama dengan zakat profesi.
G. Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari usaha yang halal dan
dapat mendatangkan harta (uang) yang relatif banyak dengan cara mudah, baik
melalui suatu keahlian tertentu atau tidak, misalnya pegawai tinggi di BUMN,
12
dokter spesialis pejabat tinggi Negara, investor dan lainnya. Sebagai sebuah
usaha, profesi bisa mendapatkan hasil secara teratur, termasuk juga waktunya
(misalnya gaji tetap bulanan) atau dapat juga tidak teratur.
H. Zakat Fitrah
a) Arti Dan Kedudukan Zakat Fitrah
Zakat fitrah atau disebut dengan shadaqah al-fithr adalah salah satu bentuk
zakat yang diwajibkan Allah bagi setiap Muslim, laki-laki, wanita, tua, muda,
anak-anak, dan dewasa karena berbuka (al-fithr) untuk mengakhiri bulan
Ramadhan. Dasar kewajiban zakat fitrah adalah: Artinya: Dari Ibnu Umar ra
berkata: Rasulullah sato metoajib- kan zakat fithr bulan Ramadhan kepada
manusia sebesar satu shaa' kurma atau sya'ir, yaitu kepada setiap orang
13
merdeka, budak, laki- laki dan perempuan dari orang-orang muslim. (HR. Al-
Bukhari: 1407).
Ukuran zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha’ gandung,
kurma atau makanan sehari-hari. Bila dikonversikan ke bentuk beras
menjadi 2,176 kg atau dibulatkan menjadi 2,5 kg. Dalam mazhab Hanafi,
pembayarannya boleh dikonversikan dalam bentuk uang seharga 1 sha' (2,5
kg) itu sesuai dengan jenis makanan di negeri masing-masing.
Muhammadiyah juga sependapat dengan mazhab Hanafi.
Zakat fitrah wajib diberikan pada malam 1 Syawwal hingga Shalat Idul
Fitri. Boleh juga dikeluarkan sebelum 1 Syawwal. Bagi yang mengeluarkan
zakat fitrah setelah orang selesai menunaikan Shalat Idul Fitri dianggap
mengeluarkan sedekah biasa, bukan dinilai sebagai zakat fitrah. Zakat fitrah
diberikan khusus kepada fakir miskin dan tidak boleh kepada yang lain. Hal
ini didasarkan pada hadis Nab saw: Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata:
Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih orang
berpuasa dari perkataan yang sia-sia dan kotor, serta sebagai makanan bagi
orang miskin. Barang siapa yang mengeuarkannya sebelum Shalat Idul Fitri,
maka ia termasuk zakat yang diterima, dan barang siapa yang
mengeluarkannya setelah Shalat Idul Fitri, maka ia termasuk sedekah biasa
(tidak termasuk zakat fitrah). (HR. Abu Daud: 1371).
14
Pada dasarnya yang berkewajiban untuk membayarkan zakat fitrah adalah
orang yang menanggung nafkah seseorang dan memiliki kelebihan dari
kebutuhan pada malam Idul Fitri. Dalam hal ini, umumnya adalah ayah atau
suami yang menjadi pimpinan dalam sebuah keluarga. Namun dalam
pelaksanaannya, bila ada di antara anggota keluarga yang ingin
membayarkannya dengan sepengetahuan atau izin dari ayah atau suami, maka
hal itu dibolehkan. Adapun tentang bayi dalam kandungan, mayoritas ahli
hukum Islam menyepakati bahwa bayi yang masih dalam kandungan tidaklah
diwajibkan untuk dikeluarkan zakat fitrahnya. Karena meski dia seorang calon
manusia, tapi belum dianggap sebagai manusia yang utuh. Sehingga kalau
belum lahir pada saat hari raya Idul Fitri, maka tidak perlu dizakatkan.
15
2) Miskin adalah orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan dasar.
4) Mualaf adalah orang yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan
untuk menguatkan tauhid dan syariah.
5) Riqab adalah budak atau hamba sahaya yang ingin memerdekakan diri
sendiri.
8) Ibnu Sabil adalah orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan ketaatan
kepada Allah.
Dari delapan kelompok yang menjadi sasaran zakat tersebut, maka yang
harus menjadi prioritas adalah yang sangat membutuhkan, kemudian yang
berada di sekitar tempat tinggal dan kerabat dekat. Zakat tidak boleh di
berikan kepada kerabat nabi Muhammad saw, keturunan dan budak mereka,
zakat juga tidak boleh diberikan kepada orang yang menjadi tanggungjawab
para wajib zakat seperti istri, orang tua, kakek-nenek, dan anak-ananknya.
Zakat juga tidak boleh di berikan kepada orang kaya dan orang yang mampu
dan masih kuat bekerja.
16
manajemen yang baik. Akibatnya zakat kadang tidak merata dan menumpuk
hanya padao rang-orang tertentu.
17
8) Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi
harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu
dalam masyarakat.
9) Zakat adalah ibadah mâliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial
ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan merupakan
perwujudan solidaritas sosial, rasa kemanusiaan, pembuktian persaudaraan
Islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat batin antara
golongan kaya dengan golongan miskin dan sebagai penimbun jurang
yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.
18
2.2 Haji
19
Haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap umat Islam yang
mampu secara fisik dan finansial untuk melakukan perjalanan ke Mekah,
Saudi Arabia, setidaknya sekali dalam seumur hidup. Ibadah haji dilaksanakan
pada bulan Zulhijjah, bulan ke-12 dalam kalender Hijriyah, dan merupakan
salah satu rukun Islam yang lima.
Ibadah haji terdiri dari beberapa tahapan dan rukun yang harus
dilaksanakan dengan benar dan sempurna. Rukun-rukun haji terdiri dari:
20
Ibadah haji memiliki makna yang sangat penting bagi umat Islam. Selain
mempererat hubungan dengan Allah SWT, haji juga mengajarkan pentingnya
persaudaraan dan kebersamaan di antara umat Islam. Melalui ibadah haji,
jamaah haji dapat memperdalam pengetahuan agama Islam, meningkatkan
kesabaran dan keteguhan hati, serta memperoleh keberkahan dari Allah SWT.
Ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam yang kelima. Kewajiban
melaksanakan haji diperintahkan bagi setiap Muslim mukallaf (baligh dan
berakal), sekali seumur hidupnya, merdeka dan mempunyai kesanggupan atau
istitha’ah. (Sayyid Sabiq, 1983:530). Hal ini dipahami berdasarkan firman
Allah sw: Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang myata, (di antaranya)
maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah
dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Q.S. Ali Imran 3:97)
21
tanggungan keluarga di tanah air, harus ada jaminan ketersediaan
finansial bagi mereka selama ditinggalkan.
Kuota, yaitu mendapat porsi untuk menunaikan ibadah haji. Saat ini
jumlah calon jamaah haji dari seluruh dunia sudah sangat besar,
sehingga tanah suci Makkah tidak lagi mampu menampung orang yang
ingin berhaji. Karena itu, Pemerintah Kerajaanan Arab Saudi membuat
kebijakan dengan menetapkan kuota calon jamaah haji 1/1000 bagi
setiap negara. Artinya dari setiap 1000 orang penduduk diberi jatah
satu orang untuk melaksanakan ibadah haji. Jika penduduk Muslim
Indonesia 215 juta jiwa, maka kuota Indonesia adalah 215.000 jiwa
setiap tahun. Atas dasar inilah jika syarat- syarat lain sudah terpenuhi,
tetapi jika tidak mendapatkan kuota, maka dipandang belum
memenuhi unsur istitha’ah.
Tidak ada halangan syar'i lainnya, misalnya karena tua, sakit dan
lainnya.
22
2.2.3 Keutamaan Haji
Indikator haji mabrur adalah haji yang tidak tercampur dengan perbuatan
dosa. Setelah seseorang berhaji rajin dan ringan melakukan ibadah serta
kebajikan lainnya. Di samping itu, ia tetap menjaga diri dari perbuatan maksiat
dan tercela.
Dalam sebuah hadis ditegaskan bahwa haji sama nilainya dengan jihad
bagi perempuan: Artinya: Dari Aisyah, ummul mu'minin radliallahu 'anhal
berkata: "Aku meminta izin kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam untuk
berjihad, maka Beliau bersabda: "Jihad kalian adalah haji" (HR. Al-Bukhari:
2663).
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa orang yang telah kembali dari
menunaikan ibadah haji secara sempurna sesuai dengan tuntunan Nabi saw
seperti bayi yang baru dilahir tanpa dosa: Artinya: Dari Abu Hurairah berkata:
Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang menunaikan ibadah haji ke
Baitullah ini tanpa disertai perkataan kotor dan perbuatan dosa, maka ia
kembali seperti saat dilahirkan oleh ibunya. (HR. Al-Bukhari: 1690 dan
1691).
Badal haji adalah ibadah haji yang dilaksanakan oleh seseorang atas nama
orang lain yang telah memiliki kewajiban untuk menunaikan ibadah haji,
namun karena orang tersebut berhalangan (uzur) sehingga tidak dapat
melaksankannya sendiri, maka pelaksanaan ibadah haji didelegasikan kepada
23
orang lain. Orang lain tersebut mungkin anaknya, keluarganya atau bahkan
orang lain yang sama sekali. Demikian juga halangan (uzur) tersebut dapat
berupa sakit, usia tua atau telah meninggal dunia, padahal ia berkewajiban
menunaikan ibadah haji.
Orang yang melakukan badal haji (pengganti) adalah anak atau saudara
(kerabat) dan harus telah berhaji terlebih dahulu.
b) Membersihkan Harta
Harus ada jaminan bahwa harta untuk menunaikan ibadah haji yang
dijadikan sebagai Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) adalah halal dan
baik. Artinya harta itu benar-benar diperoleh dengan cara yang halal, telah
dibayarkan zakat, fidyah, nadzar dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena
ibadah haji merupakan ibadah amaliyah ruhiyyah sekaligus dan ibadah
maliyah. Disebut ibadah amaliyah ruhiyyah karena haji dilakukan dengan
serangkaian perbuatan dan ucapan yang telah disyari'atkan. Sedangkan
penyebutan haji sebagai ibadah maliyah karena harus mengeluarkan Ongkos
Naik Haji (ONH) dalam jumlah yang cukup besar.
24
Jika dalam kondisi yang tidak aman, maka seorang perempuan yang
akan menunaikan ibadah haji harus didampingi oleh mahramnya. Tidak boleh
seorang perempuan bepergian kecuali bersama suami atau mahramnya.
d) Berdo'a
Ada tiga alternatif cara pelaksanaan ibadah haji yang setiap orang boleh
memilih salah satunya, yaitu haji tamattu, 'ifrad dan giran. Ketiga alternatif
pelaksanaan haji ini merupakan sunnah Nabi saw.
a. Haji Tamattu'
Seseorang yang mengerjakan haji tamattu' berniat ihram dari miqat untuk
umrah. Setelah umrah dia bebas dari segala larangan ihram. Setelah itu dia
menunggu di Makkah sampai kemudian tanggal 8 Dzulhijjah dia berihram lagi
untuk haji dari tempat tinggalnya di Makkah, lalu mengerjakan semua rukun
dan wajib haji.
b. Haji Ifrad
25
mengerjakan haji ifrad berniat ihram dari miqat untuk haji. Setelah sampai di
Makkah dia melaksanakan thawaf qudum (thawaf selamat datang).
Setelah thawaf dia tetap dalam keadaan ihram di Makkah sampai selesai
amalan-amalan haji. Setelah tahallul awal baru dia boleh memakai pakaian
biasa dan semua larangan ihram tidak lagi berlaku kecuali berhubungan suami
isteri. Berhubungan suami isteri baru dihalalkan setelah tahallul tsani. Setelah
selesai haji baru dia mengerjakan umrah dengan niat ihram dari tanah halal (di
luar Makkah dan Madinah).
c. Haji Qiran
1) Ihram
2) Thawaf
3) Sa’i
4) Tahallul
5) Wukuf di Arafah
6) Mabit di Muzdalifah
8) Thawaf Ifhadah
9) i.Thawaf Wada’
26
2.3 Nikah
27
Nikah menurut bahasa berasal dari kata nakaha yankihu nikahan yang
berarti kawin. Dalam istilah nikah berarti ikatan suami istri yang sah yang
menimbulkan akibat hukum dan hak serta kewajiban bagi suami isteri. Dalam
buku fiqih wanita yang dimaksud Nikah atau perkawinan adalah Sunnatullah
pada hamba-hamba-Nya. Dengan perkawinan Allah menghendaki agar
mereka mengemudikan bahtera kehidupan.
Berikut ini ada beberapa rukun dan syarat-syarat dalam pernikahan dalam
islam, yaitu :
1) Rukun perkawinan :
a) Dua orang yang saling melakukan aqad perkawinan, yaitu mempelai laki-
laki dan mempelai perempuan.
b) Adanya wali.
28
Calon suami beragama islam.
Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon
istrinya halal baginya.
Wanita tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam 'iddah.
Tidak dipaksa/ikhtiyar.
29
Dalam hal ini, baik laki-laki ataupun perempuan, diperintahkan untuk
memilih calon yang seiman juga berdasarkan pada nilai-nilai agama yang
dipegang serta ketakwaannya. Dengan memiliki nilai agama yang baik, maka
diharapkan hubungan suami-istri dan anggota keluarganya yang lain juga
menjadi baik. Sehingga rumah tangganya penuh dengan rasa tenang, cinta
kasih, dan keberkahan (sakinah, mawaddah, warahmah).
Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "biasanya wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan agamanya, maka pilihlah yang memiliki
agama, tentu kamu akan beruntung." (HR. Bukhari)
Hal ini dapat membuat hati masing-masing senang ketika berada di rumah,
sehingga rumah tangga bisa bertambah harmonis dan penuh kasih sayang.
Walau demikian, tetap dianjurkan untuk mencari pasangan hidup yang dengan
prioritas mereka yang memiliki sikap dan perilaku baik.
30
Hal ini juga seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa baik
laki-laki atau perempuan, dianjurkan untuk memilih pasangan yang memiliki
harta dan pekerjaan yang baik. Idealnya, bagi seorang laki-laki seharusnya
sudah memiliki pekerjaan yang tetap dan baik, sehingga nantinya dapat
memberikan nafkah pada keluarganya. Dengan begitu, kebutuhan keluarga
dapat tercukupi dengan baik.
Hal yang di maksud adalah mencari pasangan yang seusia atau jarak
waktunya tidak terlalu jauh. Tujuannya adalah agar nanti pasangan dapat
mengimbangi pasangan hidupnya, karena memiliki kesetaraan atau pola pikir
yang cenderung sama, sehingga dapat meminimalkan gap dalam hubungan
rumah tangga.
Dengan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas, maka bisa menjadikan
diri dan keluarga menjadi seseorang yang terhormat dan mulia derajatnya.
Orang tua yang berilmu juga diharapkan bisa melahirkan generasi yang
berilmu juga. Selain itu, orang tua yang memiliki banyak pengetahuan akan
memberikan perhatian lebih untuk pendidikan anak-anaknya, sehingga mereka
dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat ataupun bagi sekitar.
31
8) Memilih pasangan yang tidak pencemburu berat.
32
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.
Dalam ajaran Islam, umat muslim dianjurkan untuk menikah karena Islam
menginginkan umatnya hidup dalam kedamaian, kesejahteraan, dan
ketenteraman. Kehidupan yang sakinah mawaddah warahmah bersama
keluarga itu hanya akan dirasakan dan dicapai oleh orang yang sudah
menikah.
33
sisanya." (HR. Baihaqi).
6) Investasi akhirat
Bentuk investasi dalam pernikahan berupa anak dan ilmu. Anak-anak yang
sholeh senantiasa akan mendoakan orangtuanya, hal inilah yang bisa menjadi
amal tak terputus meskipun sudah meninggal dunia. Sabda Rasulullah SAW:
"Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara:
sedekah jariah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang berdoa
kepadanya." (HR. Muslim).
34
۟ ٓ
ۚ ث ِم ْنهُ َم¨¨ا ِر َج¨ ااًل َكثِ¨¨يرًا َونِ َس¨ٓا ًء َّ َق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَ¨¨ا َوبَ َس ٰ َو ِح َد ٍة َو َخل ٍ ٰيََأيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا َربَّ ُك ُم ٱلَّ ِذى َخلَقَ ُكم ِّمن نَّ ْف
۟ َُوٱتَّق
وا ٱهَّلل َ ٱلَّ ِذى تَ َسٓا َءلُونَ بِ ِهۦ َوٱَأْلرْ َحا َم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا
Salah satu manfaat dari menikah adalah membuka pintu rezeki. Menikah
merupakan jalan menuju kepada rezeki Allah SWT yang lebih luas lagi.
Dengan menikah, Allah SWT akan memberikan rezeki sehingga kita tidak
perlu takut dan khawatir akan kemiskinan.
Sabda Rasulullah SAW, "Barang siapa telah diberi rezeki berupa istri
shalihah oleh Allah SWT, berarti dia telah menolongnya dari separuh
agamanya. Maka, hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam separuh
agamanya yang tersisa." (HR. Baihaqi).
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa yang dapat kita peroleh adalah bahwa setiap
perintah Allah swt, memliki aturan atau ketetapan yang di syariatkan oleh
Allah swt. Yang semuanya terdapat di dalam Al-Quran yang selanjutnya
disebarkan oleh Rasul dan Nabi Allah swt, terutama Nabi Muhammad saw,
yang patut kita jadikan sebagai panutan semua umat muslim.
Zakat, Haji dan Nikah merupakan salah satu dari semua banyak ibadah
dan perintah Allah swt, kepada makhluknya selaku hamba-Nya yang beriman
dan bertaqwa. Setiap perintah-Nya tersebut pasti memiliki hikmah dan
kebaikan untuk diri kita sendiri serta orang lain yang disekitar kita
3.2 Saran
Kita sebagai umat muslim yang beriman dan bertaqwa, sudah sepatutnya
kita dapat memperdalam tata cara ibadah yang benar sesuai ajaran Nabi
Muhammad Saw. Setelah kita memperdalam ilmu dan ajaran tersebut, maka
hal yang jauh lebih baik bagi diri kita sendiri yaitu mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
36
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6470242/10-tujuan-pernikahan-
dalam-islam-membangun-keluarga-sakinah---pembuka-pintu-
rezeki#:~:text=Salah%20satu%20manfaat%20dari%20menikah,takut%20dan
%20khawatir%20akan%20kemiskinan.
https://www.detik.com/hikmah/muslimah/d-6347712/9-cara-memilih-
pasangan-hidup-menurut-islam
37