Panduan Tata Laksana Trease Ngumpak
Panduan Tata Laksana Trease Ngumpak
DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Ruangan gawat darurat adalah penyambung antar masyarakat dengan
pelayanan rumah sakit. Fungsi ruangan gawat darurat dalam sistem pelayanan
kesehatan sangat penting hal ini ditunjukan dengan kenaikan jumlah kunjungan
pasien dari tahun ke tahun, hal ini menunjukan ruangan gawat darurat semakin
sering dipilih sebagai sarana utama ke sistem kesehatan.
Jumlah pasien ke ruangan gawat darurat tidak dapat diprediksi baik itu
jumlah, waktu, berat ringannya penyakit yang diderita. Hanya sebagian penderita
yang berkunjung memiliki kondisi medis yang mengancam nyawa dan
membutuhkan intervensi segera, dan tidak semua penderita ditatalaksana secara
bersamaan karena keterbatasan sumber daya dan kondisi klinis penderita.
Dengan demikian, pasien dengan cedera mengancam jiwa atau penyakit perlu
tatalaksana segera perlu diidentifikasi dalam beberapa menit dari kedatangan
(triase).
Sistem triase yang terstruktur telah lama digunakan di ruang gawat darurat
dan dari waktu – ke waktu mengalami perbaikan dan pengembangan sehingga
hasil yang didapat menjamim keselamatan penderita di ruangan gawat darurat.
Triase sendiri adalah proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera
atau penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan..
Pada akhirnya triase merupakan tulang punggung pelayanan ruangan
gawat darurat, dimana sistem yang terstandart dan dilaksanakannya sistem
tersebut oleh semua komponen pemberi pelayanan di ruangan gawat darurat
adalah penting. Buku panduan triase Ruangan Gawat Darurat (RGD) Puskesmas
menjawab keperluan tersebut.
B. TUJUAN
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
Tujuan triase selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kegawat daruratan. Dengan triase
tenaga kesehatan akan mampu:
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan / pengobatan pasien gawat darurat
C. BATASAN OPERASIONAL
Pemberlakuan sistem prioritas dengan penentuan/penyeleksian pasien yang
harus didahulukan untuk mendapatkan penanganan, yang mengacu pada tingkat
ancaman jiwa yang timbul berdassarkan:
a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat mati dalam hitungan jam.
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal.
Pada umumnya penilaian pasien dalam triase di Puskesmas Ngumpakdalem
dapat dilakukan dengan :
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitive
f. Tag warna
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang –Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang –Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan
BAB II
RUANG LINGKUP
Sistem triase ini membagi kondisi pasien kedalam 4 level, yaitu gawat darurat
(emergency), darurat tidak gawat (urgency), gawat tidak darurat dan tidak gawat dan
tidak darurat.
1. Gawat Darurat
Merupakan suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat (Oman, 2008). Pasien dalam
kategori ini harus segera tertangani dalam waktu maximal 5 menit. Mencakup
penanganan bantuan hidup dasar dan lanjutan
2. Darurat Tidak Gawat
Merupakan keadaan yang tidak atau belum mengancam nyawa tapi memerlukan
tindakan darurat demi kenyamanan pasien dan mencegah komplikasi (Wijaya,
2010). Pasien dalam kategori ini diberikan pelayanan di UGD dalam waktu
maksimal 1 jam setelah ke UGD
3. Gawat Tidak darurat
Merupakan keadaan yang dapat mengancam nyawa atau menimbulkan kecacatan
tapi tidak memerlukan tindakan darurat (Wijaya, 2010). Pasien dalam kategori ini
dapat dilayani di UGD diluar jam kerja, namun dapat dikirim untuk tindak lanjut
secara definitif dalam jam kerja (kontrol poliklinik). Pelayanan di UGD sebaiknya
dilakukan secepatnya, batas waktu pemberian pelayanan tergantung potensi
bahaya dan kondisi pasien. Seluruh pasien kategori ini harus sadar baik, tidak
dalam kondisi nyeri hebat atau kondisi lain yang mungkin menimbulkan
perburukan.
4. Tidak Gawat Tidak Darurat
Merupakan keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan
darurat (Wijaya, 2010). Gejala dan tanda klinis keadaan ini biasanya ringan atau
asimptomatik. Pasien kategori ini dapat diarahkan menuju poliklinik diluar jam
kerja.
Tipe Triase:
1. Triase pada kegawat daruratan sehari – hari:
Pada keadaan kegawat daruratan sehari-hari seperti bila kita bekerja di
Instalansi Gawat Darurat, triase penting untuk mengatur supaya alur pasien baik,
terutama pada kondisi jumlah pasien melebihi kapasitas, prioritas penanganan
pasien untuk menekan morbiditas dan mortalitas
Pemeriksaan dalam triase meliputi:
a. Primary survey (ABC) berdasarkan dari pemeriksaan ABC (Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Environment) yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5
menit. Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa akibat
banyak sistem yang cedera:
(1) Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas
dengan bebas? Jika ada obstruksi maka lakukan:
(a) Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
(b) Suction / hisap (jika alat tersedia)
(c) Guedel airway / nasopharyngeal airway
(d) Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
(2) Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
(a) Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
(b) Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
(c) Pernafasan buatan
(d) Berikan oksigen
(3) Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah
jalan nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai
maka lakukan:
(a) Hentikan perdarahan eksternal
(b) Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
(c) Berikan infus cairan
(4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar menggunakan Scale AVPU,
yaitu:
(5) Environment
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in-line harus dikerjakan
b. Secondary survey (head to toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, II dan
selanjutnya
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dalam persoalan hukum, sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat
atau merekan peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang
dianggap berharga dan penting. Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan
adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi
asuhan kepada pasien.
Pada tahap pengkajian proses triase, mencakup dokumentasi :
1. Informasi dasar : nama, umur, jenis kelamin, cedera, penyebab cedera,
pertolongan pertama yang telah dilakukan.
2. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, dan kesadaran.
3. Diagnosis singkat tapi lengkap
4. Kategori triase
Dalam implementasi petugas gawat darurat harus mampu melakukan dan
mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan. Termasuk waktu yang sesuai
dengan standar yang disetujui. Petugas mengevaluasi secara kontinu perawatan
pasien berdasarkan hasil yang dapat diobervasi untuk menentukan perkembangan
pasien kearah hasil dan tujuan dan harus mendokumentasikan respon pasien
terhadap intervensi pengobatan dan perkembangannya. Standard Joint Commision
(1996) menyatakan bahwa rekam medis menerima pasien yang bersifat gawat darurat,
mendesak dan segera harus mencantumkan kesimpulan pada saat terminasi
pengobatan, termasuk disposisi akhir, kondisi saat pemulangan dan instruksi
perawatan tindak lanjut.
Pendokumentasian triase dilakukan pada lembar pengkajian medis RGD dan
lembar asuhan keperawatan gawat darurat. Sedangkan untuk perkembangan pasien
dilakukan pencatatan pada lembar catatan perkembangan terintegrasi. Apabila terjadi
bencana maka penulisan dapat dilakukan pada lembar catatan terintegrasi dengan
minimal informasi seperti data yang disebutkan diatas.