Isi Makalah Tasawuf
Isi Makalah Tasawuf
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara termiologi, tasawuf diartikan beragam. Hal ini di antaranya
karena berbeda cara memandang aktifitas-aktifitas para kaum ssufi, berikut
ini akan dikemukakan bebrapa definisi yang diformulasikan oleh para ahli-
ahli tasawuf. Ma’ruf al-Kakhi sebagaimana yang dikutip oleh As-Suhrawadi
mengatakan ”tasawuf adalah mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada
di tangan makhluk”. Definisi ini menggambarkan bahwa tasawuf berupaya
mencari hakikat kebenaran dengan meninggalkan kesenangan duniawi.
Kesenangan duniawi tidak menjadi perhatian dan bahkan dijauhi karena dapat
mengganggu ibadah dan hubungan dengan Allah Swt.1
Dari berbagai pandangan ulama tasawuf tentang asal usul tasawuf
dapat disimpulkan bahwa pengertian tasawuf adalah kesadaran murni yang
mengarahkan jiwa secara benar kepada mal shalih dan kegiatan yang
sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari kedunian dalam rangka pendekatan
diri kepada Allah untuk mendapatkan perasaan berhubungan erat dengan-
Nya.2
Orang yang bertasawuf adalah orang yang mensucikan dirinya dari
lahir dan batin dalam suatu pendidikan etika dengan menempuh jalan atas
dasar didikan tiga tingkat yang ada dalam istilah tasawuf dikenal dengan
takhali, tahalli, dan tajalli. Tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah,
sebagai ilmu yang berdiri sendiri sekitar abad ke-2 atau awal abad ke -3
Hijriyah. Adapun faktor-faktor yang mendorong kelahiran tasawuf dibedakan
atas dua, yaitu faktor intern dan ekstern.3
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan munculnya agama
Islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad Saw diutus menjadi rasul
untuk segenap umat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah juga
1
Jamil, Cakrawala Tasawuf, (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2007), hlm. 5
2
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 3
3
Ibid., hlm. 3
2
4
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 9
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Tasawuf
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan munculnya agama
Islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad Saw. Diutus menjadi rasul
untuk segenap umat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah juga
menunjukkan bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul
telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira, untuk
menghabiskan diri dari masyarakat kota Makkah yang sibuk dengan hawa
nafsu kedunian.5
Kehidupan nabi yang seperti itu dikenal sebagai hidup kerohanian
yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah yang dilakukan oleh orang
sufi sekarang ini. Corak kehidupan kerohanian nabi itulah yang dijadikan
sebagai pedoman dalam hidup kerohanian sesudahnya sebagai materi dalam
tasawuf. Tasawuf ini merupakan ajaran yang diikuti oleh orang sufi, dimana
sufi itu dianggap penganut Islam yang memisahkan kehidupan dunia dengan
kehidupan akhirat. Tasawuf dalam leteratur Barat disebut dengan sufisme.6
Istilah sufi, merupakan istilah mistik yang terdapat dalam Islam. Sufi
itu memiliki konotasi religius yang khas, yang dipakai dalam wacana yang
terbatas untuk menyebutkan mistik yang dianut oleh para pemeluk agama
Islam. Sekitar tahun 800 M, dikaitkan dengan bahasa Yunani, istilah sufi ini
mengandung makna yang lebih luhur dan memancarkan kesehajaan. Namun,
sampai sekarang masih sering terjadi perbedaan pendapat tentang asal-usul
kata sufi itu. Meskipun demikian, sebagai sufi berpendapat bahwa kata sufi
itu berasal dari bahasa arab, yang artinya kemurnian, sehingga seorang sufi
itu diartikan sebagai orang yang murni hatinya atau insan yang terpilih.
Namun, menuruk Noldeke dalam salah satu artikelnya mengatakan bahwa
kata sufi itu berasal dari suf yang terambil dari bahasa Arab yang berarti bulu
5
Ibid.
6
Ibid.
4
domba. Istilah itulah yang pertama kali diperkenalkan kepada orang Islam
yang hidup seperti bertapa (asketis) yang meniru kehidupan nirvana Nasrani.7
Tasawuf kurang tepat disebut sebgai ilmu empiris, logis, rasional dan
sintematis, karena mereka tidak bisa mentrasformasikan ilmunya kepada
orang lain. Lebih tepatnya tasawuf merupakan kumpulan pengalaman yang
mengadakan komunikasi dengan Nur Ilahi yang penuh dengan rasa dan
terwujud dalam berbagai bentuk kahidupan yang menjauhi kemewahan dan
menghabiskan waktu beribadah pad Allah, rindu untuk bertemu dengan
Allah.8
Usaha yang ditempuh oleh para sufi untuk bertemu dengan Allah itu,
tetntu melaului cara-cara, metode-metode atau jalan agar bisa sampai kepada
Tuhan. Dalam usaha untuk mencapai cara atau jalan yang ditempuh oleh
seorang sufi itu, tentu memerlukan riyadhah-riydhah dan pelajaran yang
diberikan oleh seorang guru (syeikh). Di mana hal itu merupakan suatu
organisasi yang punya turan-aturan yang harus dipatuhi oleh seorang murid
pada gurunya. Semua terangkum dalam sebuah istilah yang dikenal sengan
sebutan tarikat.9
1. Zaman Nabi
Memang hidup sufi itu sudah terdapat pada diri Nabi. Sehari-hari ia
hidup sederhana dan menderita, di samping ia menghabiskan waktunya dalam
ibadat, dalam mendekati Tuhannya.10
Hampir semua pengarang yang menulis sejarah hidupnya
menceritakan, bagaimana kesukaran rumah tangganya sehari-hari. Bukan saja
tidak terdapat perabot-perabot rumah tangga yang mewah dan makanan yang
enak-enak, tetapi alat rumah tangga yang perlu sehari-hari pun jarang
terdapat, dan jangankan makanan yang lezat, makanan yang biasa sehari-hari
pun belum tentu terdapat tiap waktu makan. Bahwa ia tidur di atas sepotong
tikar, sampai berbekas pada pipinya, dan bahwa sebagai makanan yang
7
Ibid., hlm. 10
8
Ibid.
9
Ibid. Hlm. 11
10
Abubakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, (Solo: Ramadhani, 1994), hlm. 41
5
terutama di rumahnya, yang dapat disajikan istrinya, adalah roti kering yang
terbuat dari tepung kasar dengan segelas air minum, sebutir atau dua butir
korma, adalah cerita yang banyak diketahui orang. Begitu pun bahwa di
rumahnya tidak terdapat meja makan, sehingga ahli rumahnya terpaksa
menghadapi hidangan makan dengan duduk di atas tanah, ini pun cerita yang
banyak dapat dibaca dalam kitab-kitab sejarah.11
Rasulullah sering kali berpuasa sunnat, yang barangkali maksudnya,
supaya waktu lapar itu tidak tersia-sia di luar amal. Setelah beribadat di
Mesjid beberapa waktu, ia pulang kerumahnya dan bertanya:”Hai Aisyah,
apakah ada sesuatu untuk dimakan?”12
Tatkala Aisyah menjawab tidak ada, ia kembali lagi ke Masjid dan
menghabiskan waktunya dengan sembahyang sunnat. Kemudian kembali
pula bertanya kepada istrinya, yang memberikan jawaban sebagai semula.
Sesudah beberapa kali berulang-ulang akhirnya berhasillah ia mendapati
sepotong roti di rumah, yang diantarkan kepada isterinya oleh Usman bin
Affan.13
Nabi Muhammad-lah yang memberikan contoh pertama tentang hidup
sederhana itu tentang menerima seadanya, menjadikan hidup rohani lebih
tinggi daripada hidup kebendaan yang mewah, dan mengajak manusia untuk
meninggalkan berebut-rebutan kekayaan dan kesenangan dunia, dengan
meningggalkan tujuan hidup manusia pokok. Ia memberi contoh bahwa
kekayaan dan kesenangan itu tidak abadi, ia mengajak agar mencari kelezatan
hidup yang kebih tinggi darpda itu, yaitu hidup sepanjang ajaran Pecipta
dunia ini.14
a. Abad I dan II Hijriyah
Pada tahap ini, tasawuf masih berupa zuhud. Yaitu ketika sekelompok
kaum muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya pada
11
Ibid.
12
Ibid., hlm. 42
13
Ibid.
14
Ibid., hlm. 43
6
15
http://rouf250389.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-perkembangan-tasawuf.html
16
Ibid.,
17
7
21
Ibid.
22
Ibid., hlm. 51
9
golongan Syi’a di Kufah, yang juga turut membangun ilmu bathin itu dengan
giatnya, begitu juga Abu Hasyim, seorang mistik yang ternama dalam kota
itu. Kira-kira bersamaan dengan waktu itu, menurut Muhasidi dan Jahis,
sudah terdapat juga pemakaian kata sufi oleh orang-orang Syi’a yang menjadi
anggota gerakan sufi di Kufah, yang perna dikepalai oleh Abdag As-Sufi,
seorang yang hidup dengan makan daun-daunan saja, dan yang meninggal
dunia di Bagdad dalam tahun 825 M. Jadi perkataan sufi ini mula-mula
berkembang di Kufah, dan kemudian barulah meluas pemakaiannya ke
tempat-tempat lain, sebagaimana auatu gerajan yang tertentu tujuannya.23
4. Tentang Mazhab Sufi
Sejarah sufi ini dipengaruhi oleh dua pikiran, menurut Alam pikiran
yang berkembang sesudah zaman sahabat Nabi itu gerakan itu pecah dalam
dua mazhab, sebagaimana terjadi dengan aliran-aliran paham yang lain dalam
Islam, yang satu berpusat di Basrah dan yang satu lagi berpusat di Kufah.24
Orang-orang Arab di Basrah, yang berasal dari bangsa Tamimi, yang
pembawanya realis dan kritis dalam cara berfikir, tgemar kepada logika
dalam kepuasan ilmu bahasa, realis dalam membuat sajak dan gubahan, kritis
dalam mengupas hadist dan sunnah Nabi dengan jiwa mu’tazilah dan
hadariyah dalam dogmatiqnya mempunyai guru dalam ilmu sufi Hasan Basri,
Malik bin Dinar, Fazl Raqqasyi, Rabah bin Amr Al-Qaisi, Salih Al-Murri,
dan Abdul Wahid bin zaid semuanya merupakan suatu golonagn tertentu dari
Abadan.25
Orang-orang Arab di Kufah, yang berasal dari suku bangsa Yamani,
berpembawaan idealis dan tradisonalis berisi jiwa kegemaran mendalami
ilmu bahasa, pengikut Plato dalam sajak dan syair, pengikut mazhab Sahiri
dalam mengupas hadist, dengan jiwa syi’ah dan mujiah dalam dogmatiqnya,
mendapat guru dalam ilmu mistik Rabi’ bin Khaisam, dan lain-lain. Ketiga
guru terakhir bnayak menghabiskan umurnya di ibu kerajaan Islam ketika itu
Bagdad, yang merupakan pusat gerakan mistik Islam sesudah tahun 864 M,
23
Ibid., hlm. 53
24
Ibid., hlm. 54
25
Ibid.
10
sekitar tahun mana yang pertama kali di Kota itu tempat-tempat perdebatan
persoalan agama, sehingga mesjid-mesjid yang terdapat di Bagdad
menjadilah tempat-tempat ceramah dan persoalan jawab mengenai ilmu
sufi.26
B. Faktor-faktor Yang Mendorong Lahirnya Tasawuf
Tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagaimana ilmu yang
berdiri sendiri, lahir sekitar abad ke-2 atau awal abad ke-3 hijriyah.
Pembicaraan para ahli tentang lainnya tasawuf lebih banyak menyoroti
faktor-faktor yang mendorong kelahiran tasawuf. faktor dimaksud, oleh para
ahli, lazim dibefdakan kepada faktor ekstern, yang datang dari luar, dan
faktor intern, yang ada di dalam Islam itu sendiri. Faktor-faktor tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu:27
1. Faktor Ekstern
Banyak pendapat yang telah dikemukakan sekitar faktor ekstern ini,
antara lain sebagai berikut:28
a. Tasawuf lahir karena pengaruh dari paham kristen yang menjauhi
dunia dan hidup mengasingkan dari biara-biara. Sikap hidup yang
menjauhi dunia dan keramaian dunia ini memang terlihat jelas dalam
perilaku para sufi dengan paham zuhud yang mereka anut.
b. Tasawuf lahir karena pengaruh filsafat Phytagoras yang berpendapat
bahwa roh manusia kekal dan berada di dunia sebagai orang asing.
29
Badan atau raga adalah penjara bagi roh. Untuk mencapai
kesenangan yang sebenarnya di dalam samawi, seseorang harus
membersihkan roh tersebut dengan sikap hidup meninggalakan
kehidupan materi dan berkontemplasi. Menurut pendukung teori ini,
ajaran Phytagiras inilah yang memengaruhi munculnya paham zuhud
di dalam tasawuf Islam.30
26
Ibid.
27
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Op. Cit., hlm. 4
28
Ibid.
29
Ibid.
30
Ris’an Rusli, Op. Cit., hlm. 11
11
31
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Op. Cit., hlm. 5
32
Ibid.
33
Ibid.
34
Ibid.
12
35
Ris’an Rusli, Op. Cit., hlm. 13
36
Ibid., hlm. 14
13
perilaku Rasulullah ini contoh umatnya. Oleh sebab itu, tidak heran kalau di
antara umat Islam memandang sikap menyendiri dan berkontemplasi sebagai
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang merupakan salah satu ciri
utama di dlama dunia tasawuf.37
C. Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah yang dibawa
oleh para pedagang dari luar, termasuk dari Arab. Kemudian Islam di
Indonesia mengalami pasang surut seolah-olah menghilang beberapa abad
lamanya. Tetapi, pada abad ke-11 M, Islam menampakkan kekuasaannya lagi
di Indonesia lewat paham Syi’ah, kemudian pada abad ke-13 berubah lagi
menjadi aliran Syafi’iyah.
Muncul pertanyaan, kapan tasawuf masuk ke Indonesia? Di
Indonesia, tasawuf muncul dalam bentuk Tarekat, misalnya Tarekat
Qadiriyah berasal dari Baghdad, Naqsabandiyah dar Turkistan, dan Sattariyah
dari Makkah, berikut penulis akan coba memaparkan beberapa tokoh tasawuf
dari Indonesia, antara lain:38
1. Perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa
Di akhir abad ke XV Masehi, tepatnya pada tahun 1479 M, berdirilah
kerajaan Islam yang pertama di pulau Jawa (di Demak, Jawa Tengah),
dengan rajanya yang pertama adalah Raden Patah, maka tercatat dalam
sejarah bahwa semenjak itu pula tersebarnya ajaran tasawuf.
Penyebaran agama Islam di pulau Jawa, tidak terlepas dari usaha para
wali yang dikenal dengan nama “Wali Songo”, dengan menggunakan
pendekatan mistik, yang di dalamnya diisi ajaran tasawuf.
Dalam perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa, hampir sama pula
dengan keadaan yang dialami oleh masyarakat Islam di pulau lain,
dimana mereka dihadapkan kepada dua aliran tasawuf yang bertentangan;
37
Ibid., hlm. 15
38
http://rouf250389.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-perkembangan-tasawuf.html
14
yaitu aliran Sunni (Salaf) dan aliran Falsafi, sebagai aliran yang sudah
berkembang di Jazirah Arabiyah dan sekitarnya.
Ajaran tasawuf yang bercorak Sunni dan Falsafi di pulau Jawa, tetap
dianut oleh masyarakat. Tetapi pada perkembangan selanjutnya, tasawuf
yang bercorak Falsafi inilah yang mengarah kepada aliran kebatinan,
sesuai kenyataan sekarang ini. Tentu saja aliran ini, sudah dimasuki oleh
unsur-unsur kepercayaan lain yang pernah dianut oleh masyarakat Jawa
sebelumnya. Sehingga mewujudkan suatu bentuk lain, yang disebut aliran
kebatinan dan kepercayaan.39
2. Perkembangan Tasawuf di Pulau Sumatera
Perkembangan tasawuf di Sumatera, tidak terlepas dari upaya
maksimal para ulama Shufi yang bermukim di beberapa daerah di pulau
tersebut, untuk mengembangkan ajarannya. Ulama-ulama Shufi yang
sangat berpengaruh di Sumatera. Antara lain;
a. Syekh Hamzah Pansuri
b. Syekh Syamsuddin bin abdillah As-Sumatraniy
c. Syekh Abdur Rauf bin Ali Al-Fansuri
d. Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani
3. Perkembangan Tasawuf di Pulau Kalimantan
Perkembangan tasawuf di Kalimantan, sama halnya di pulau lain di
Nusantara, dimana ulama yang bermukim di sana, berupaya semaksimal
mungkin untuk menyebarkan ajaran tasawufnya, melalui dakwahnya,
buku-buku karangannya, maupun melalui Tarekatnya.
Salah seorang Shufi yang terkemuka di Kalimantan Barat adalah
Syekh Ahmad Khatib As-Sambasi. Kemudian kita meninjau lagi
perkembangan tasawuf di Kalimantan Selatan; antara lain dikembangkan
oleh Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al-Banjari.
Ulama-ulama inilah yang membekali Ilmu Tasawuf yang sangat luas
kepada Syekh Muhammad Nafis, sehingga ia mendapatkan pengakuan
39
Ibid.,
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa
timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan munculnya agama
Islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad Saw diutus
menjadi rasul seperti melakukan melakukan tahannuts dan khalwat di
Gua Hira, yang ditunjukkan dengan kehidupan nabi yang
40
Ibid.,
16
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abubakar, 1994, Pengantar Sejarah Sufi & Tasawuf, Solo: Ramadhani
http://rouf250389.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-perkembangan-tasawuf.html
Nasution, Ahmad Bangun, 2013, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Rusli, Ris’an, 2013, Tasawuf dan Tarekat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
17
Solihin dan Anwar Rosihan, 2008, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia