Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI JENIS MANGROVE DI KAWASAN HUTAN MANGROVE

MAITARA TENGAH KOTA TIDORE KEPULAUAN

Identification of Mangrove Types in the Central Maitara Mangrove Forest Area


Tidore City Islands

Fitri Qaulani Sarif*, Abdul Kadir Kamaluddin, Asiah Salatalohy

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Khairun, Jl. Jusuf Abdulrahman
Kampus Gambesi Kotak Pos 53 Ternate 97719

* e-mail : danoalting47@gmail.com

ABSTRACT

Maitara Island is located in North Tidore District, Tidore Island City. This island
has an area of 270 hectares with a coastline length of ± 12,000 meters. The increase in
population causes a high demand for residential land, so the availability of land for city
development is limited. Thus, city development is increasingly directed to the coast, such as
the construction of ship docks and tourist infrastructure. This will have an impact on the
existence of the mangrove ecosystem. Research related to the diversity of mangrove species
on Maitara Island is very important to support information about the functions and benefits
of mangrove forests as key ecosystems and supporting areas along the coast of Maitara
Island, especially Central Maitara Village. The aims of this study were: (1) to identify the
types of mangroves found in the mangrove forest area of Central Maitara Village, Tidore
Islands City; (2) to analyze the diversity of mangrove species in the mangrove forest area
of Central Maitara Village, Tidore Islands City. The research location was chosen by
purposive sampling, which is choosing a location that is considered to represent the entire
mangrove ecosystem on Maitara Island. Data collection was carried out using line transects
and data analysis using the Shannon-Wiener (H') species diversity index. Based on the
research results, there are four species of mangroves in Maitara Village: Sonneratia alba,
Rhizophora apiculata, Avicennia lanata, and Avicennia alba, from the Sonneratiaceae,
Rhizophoraceae, and Avicenniaceae families. The mangrove species diversity (H') of
Mangrove Forest Area of Central Maitara Village, Tidore City, Islands is 0.484761 (≤1)
indicating a low level of diversity.

Keywords: identification; species diversity; mangrove; Maitara Island.

.
ABSTRAK

Pulau Maitara terletak di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan. Pulau ini
memiliki luas 270 hektar dengan panjang garis pantai ± 12.000 meter. Peningkatan jumlah
penduduk menyebabkan tingginya kebutuhan lahan pemukiman, sehingga ketersediaan lahan
untuk pembangunan kota menjadi terbatas. Dengan demikian, pembangunan kota semakin
diarahkan ke pesisir pantai seperti pembangunan dermaga kapal dan sarana prasarana wisata.
Hal ini akan berdampak terhadap keberadaan ekosistem mangrove. Penelitian terkait
keanekaragaman jenis mangrove di Pulau Maitara sangat penting untuk menyokong informasi
mengenai fungsi dan manfaat hutan mangrove sebagai ekosistem kunci dan penunjang kawasan
sepanjang pantai Pulau Maitara khususnya Desa Maitara Tengah. Tujuan penelitian ini adalah:
(1) mengidentifikasi jenis-jenis mangrove yang terdapat di kawasan hutan mangrove Desa
Maitara Tengah Kota Tidore Kepulauan; (2) menganalisis keanekaragaman jenis mangrove di
kawasan hutan mangrove Desa Maitara Tengah Kota Tidore Kepulauan. Lokasi penelitian
dipilih secara sengaja (purposive sampling), yaitu lokasi yang dianggap merepresentasikan
keseluruhan ekosistem mangrove di Pulau Maitara. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan line transect dan analisis data menggunakan indeks keanekaragaman jenis
Shannon-Wiener (H’). Berdasarkan hasil penelitian terdapat empat jenis mangrove di Desa
Maitara, yaitu: Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Avicennia lanata, dan Avicennia alba,
yang berasal dari family Sonneratiaceae, Rhizophoraceae, dan Avicenniaceae.
Keanekaragaman jenis (H’) mangrove di Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara Tengah
Kota Tidore Kepulauan sebesar 0,484761 (≤1) menunjukkan tingkat keanekaragaman yang
rendah.
Kata kunci: identifikasi, keanekaragaman jenis, mangrove, Pulau Maitara.
I. PENDAHULUAN
Mangrove Desa Maitara Tengah,
Pulau Maitara terletak di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore
Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan sampai saat ini belum
Kepulauan. Pulau ini memiliki luas 270 dilaporkan. Peningkatan jumlah penduduk
hektar dengan panjang garis pantai ± menyebabkan tingginya kebutuhan lahan
12.000 meter. Ekosistem mangrove di pemukiman, sehingga ketersediaan lahan
Pulau Maitara ditemukan menyebar untuk pembangunan kota menjadi terbatas.
terbatas pada bagian utara serta selatan, hal Dengan demikian, pembangunan kota
ini berdasarkan penelitian tentang kapasitas semakin diarahkan ke pesisir pantai seperti
adaptif mangrove pada pulau kecil mikro pembangunan dermaga kapal dan sarana
studi di Pulau Maitara, Kota Tidore prasarana wisata. Hal ini akan berdampak
Kepulauan Propinsi Maluku Utara (Subur terhadap keberadaan ekosistem mangrove.
dan, Sarni, 2018).; Informasi Struktur Penelitian terkait keanekaragaman jenis
komunitas dan pemetaan ekosistem mangrove di Pulau Maitara sangat penting
mangrove di pesisir Pulau Maitara, Provinsi untuk menyokong informasi mengenai
Maluku Utara, juga dilaporkan oleh fungsi dan manfaat hutan mangrove
(Akbar, et al. 2017) menunjukan Pulau sebagai ekosistem kunci dan penunjang
Maitara memiliki luas hutan mangrove kawasan sepanjang pantai Pulau Maitara
hasil pemetaan sebesar 4,91 hektar. Tipe khususnya Desa Maitara Tengah. Tujuan
zonasi yang ditemukan bahwa jenis penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi
Rhizhopora Spp merupakan penyusun jenis-jenis mangrove yang terdapat di
terdepan hutan mangrove di Pulau Maitara. kawasan hutan mangrove Desa Maitara
Penurunan luas hutan mangrove sebesar Tengah Kota Tidore Kepulauan; (2)
1,09 Ha dengan rentan waktu yang singkat. menganalisis keanekaragaman jenis
Namun demikian informasi mengenai mangrove di kawasan hutan mangrove
jenis-jenis mangrove di kawasan hutan Desa Maitara Tengah Kota Tidore
Kepulauan
II. METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore
Kepulauan pada bulan Oktober- November 2021.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Alat yang digunakan dalam Mangrove Desa Maitara Tengah,


penelitian ini yaitu kamera, Global Position Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore
System (GPS), buku panduan pengenalan Kepulauan. Metode yang digunakan yaitu
mangrove Indonesia (karangan Noor et al., metode line transect dan metode Purposive
2006), alat tulis menulis,meter rol dan tali sampling, dimana metode ini merupakan
rafia. Sedangkan bahan yang digunakan metode penentuan lokasi penelitian secara
dalam penelitian ini ialah tumbuhan jenis sengaja yang dianggap representative.
mangrove yang tumbuh di Kawasan Hutan
Tahap persiapan meliputi proses 10 m pada tingkat tiang, 5 × 5 m pada
persiapan alat-alat yang digunakan pada tingkat pancang dan, 2 × 2 m pada tingkat
penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan semai. Setiap jenis tumbuhan mangrove
yaitu Penentuan titik lokasi penelitian, yang ada dicatat demikian pula jumlah tiap
membuat 3 jalur utama, setiap jalur jenisnya, dokumentasi, Identifikasi
berukuran 50 x 20 m, pada jalur dibuat dilakukan menggunakan buku identifikasi
petak dengan ukuran 20 x 20 m dengan tumbuhan serta mengukur keliling dan
jarak 20 m kemudian dilakukan tinggi pohon.
pengamatan vegetasi tingkat pohon, 10 ×

Gambar 2.Petak ukur


Figure 2. Measuring plot
keanekaragaman dilakukan perhitungan
Data dari hasil penelitian yang indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
dilakukan selanjutnya dianalisis secara (Odum, 1993) sebagai berikut:
deskriptif kualitatif untuk mengetahui
jenis-jenisnya. Untuk mengetahui tingkat
= −Ʃ × ln Pi , =

Pi: Proporsi jumlah individu jenis ke- I dengan jumlah total individu seluruh jenis
Dengan kriteria:
a. Nilai H< 1 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah
sedikit atau rendah.
b. Nilai 1>H>3 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah
sedang.
c. Nilai H>3 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah
melimpah tinggi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

Desa Maitara Tengah merupakan geografis kawasan hutan terletak diantara


salah satu Desa di Pulau Maitara dari 4 titik koordinat pada Jalur I dengan
Desa yang ada di Pulau Maitara dengan koordinat 127º22’40.91 E 00º43’44.09 N,
Luas wilayah sebesar 52 ha. Keempat Jalur II pada koordinat 127º22’39.55 E
Desa tersebut antara lain, Desa Maitara 00º43’43.50 N, dan Jalur III pada
Induk (Akebay), Desa Maitara Utara koordinat 127º22’41.68 E 00º43’44.99 N.
(Doe-Doe), Desa Maitara Tengah Penduduk Desa Maitara Tengah pada
(Ngusulenge), dan Desa Maitara Selatan tahun 2021 berjumlah 542 orang, dengan
(Pasimayou). Desa Maitara Tengah jumlah kepala Keluarga (KK) sebanyak
memiliki Kawasan hutan mangrove 141 KK yang terdiri dari 257 laki-laki dan
dengan luas sekitar ≤ 2 Ha. Secara 285 perempuan
B. Jenis-jenis mangrove di Desa Maitara Tengah

Berdasarkan hasil identifikasi pada 3 stasiun Mangrove mengacu pada Noor et al., (2006)
ditemukan empat jenis mangrove yang tumbuh pada lokasi penelitian.

Table 1 Jenis- jenis mangrove


Table 1. Types of mangroves
No Spesies Nama Nama lokal Famili
Indonesia
1 Sonneratia alba Pidada Posi-posi Sonneratiaceae

2 Rhizophora Kendali Soki Rhizophoraceae


apiculate
3 Avicennia lanata Api-api, Fika-fika, soki Avicenniaceae
sia- sia
4 Avicennia alba Api-api Fika-fika, soki Avicenniaceae

Deskripsi Jenis

1. Sonneratia alba

Deskripsi : Jenis ini tumbuh beredar,


selalu hijau, ketinggian mencapai 15 m. Ekologi : Jenis pionir, tidak toleran
kulit kayu berwarna putih tua hingga terhadap air tawar dalam waktu yang lama.
coklat, menggunakan celah longitudinal Tumbuh di bagian yang kurang asin di
yang halus. Memiliki Akar berbentuk kabel hutan mangrove, pada tanah lumbur yang
di bawah tanah serta timbul kepermukaan dalam, dan terpengaruh oleh pasang surut.
sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut Seringkali ditemukan pada lokasi pesisir
tumpul serta tingginya mencapai 25 cm. yang terlindung dari hempasan gelombang,
Daun berkulit, tangkai daun kemerahan, juga di muara dan kurang lebih pada pulau-
lebar dan pendek. Gagang daun panjangnya pulau lepas pantai. Di lokasi di mana jenis
6-15 mm, bentuk daun bulat telur terbalik, lain sudah ditebang, maka jenis ini bisa
ujung membundar menggunakan ukuran 5- menghasilkan tegakan yang padat.
12,5 x 3-9 cm. Bunga biseksual; gagang Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga
bunga panjangnya 1 cm, letak pada ujung hidup tidak terlalu lama serta mengembang
atau pada cabang kecil. Buah mirip bola, penuh di malam hari, buah mengapung
ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya sebab adanya jaringan yang mengandung
terbungkus kelopak bunga. Buah air di bijinya. Akar nafas tidak terdapat
mengandung poly biji (150-200 biji) dan pada pohon yang yang tumbuh di substrat
tidak akan membuka di waktu telah yang jeras.
matang, ukuran buah berdiameter 3,5-4,5.
Gambar 2. Sonneratia alba
Figure 3. Sonneratia alba

2. Rhizophora apiculata

Deskripsi : Habitus berupa pohon seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-
dengan ketinggian mencapai 30 m serta 3,5 cm, berisi satu biji fertil, hipokotil
memiliki diameter batang mencapai 50 cm. silindris, berbintil, berwarna hijau jingga.
mempunyai perakaran yang khas/spesial Ekologi: Tumbuh di tanah yang
berbentuk silidris yang mencapai berlumpur, halus, dalam dan tergenang
ketinggian 5 m, serta kadang-kadang ketika pasang normal. Tidak menyukai
mempunyai udara yang keluar dari cabang, substrat yang lebih keras yang bercampur
kulit kayu berwarna abu-abu tua serta menggunakan pasir. Tingkat dominasi
berubah-ubah. Daun berkulit, warna hijau dapat mencapai 90% dari bagian vegetasi
tua dengan hijau muda di bagian tengah dan yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai
kemerahan di bagian bawah, bentuk elips perairan pasang surut yang memiliki efek
menyempit serta ujung meruncing dengan masukan air tawar yang kuat secara
ukuran 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga biseksual, permanen. Percabangan akarnya dapat
kepala bunga kekuningan yang terletak di tumbuh secara abnormal sebab gangguan
gagang yang berukuran < 14 mm. Buah kumbang yang menyerang ujung akar.
kasar berbentuk bulat memanjang hingga

Gambar 3. Rhizophora apiculate


Figure 4. Rhizophora apiculate
3. Avicennia lanata

Deskripsi : Belukar atau pohon yang relatif kekuningan. Permukaan buah


tumbuh tegak atau menyebar, bisa berambut halus, ukuran kurang lebih 1,5 x
mencapai ketinggian hingga 8 m. 2,5 cm.
Mempunyai akar nafas serta berbentuk
pensil. Kulit kayu seperti kulit ikan hiu Ekologi: Tumbuh di dataran
yang berwarna gelap, coklat sampai hitam. lumpur, tepi sungai, daerah yang
Daun mempunyai kelenjar garam, bagian kemarau/kering dan toleran terhadap kadar
bawah daun putih kekuningan serta ada garam yang tinggi. Diketahui (di Bali dan
rambut halus, bentuk elips ujung Lombok) berbunga pada bulan juli-
membundar- relatif meruncing, ukuran 9 x februari serta berbuah antara bulan
5 cm. Buah mirip seperti hati, ujungnya November hingga Maret.
berparuh pendek dan jelas, warna hijau-

Gambar 4. Avicennia lanata


Figure 5. Avicennia lanata

4. Avicennia alba (api-api)

Deskripsi: Belukar atau pohon yang tua kadang-kadang ditemukan serbuk


tumbuh menyebar serta memiliki tipis. Bagian atas daun halus,
ketinggian mencapai 25 cm. formasi permukaan hijau mengkilat, bawahnya
pohon membuat system perakaran pucat. Berbentuk lanset (seperti daun
horizontal dan akar nafas yang rumit. akasia) kadang elips, ujung meruncing
Akar nafas umumnya tipis, berbentuk dengan ukuran 16 x 5 cm. Bunga seperti
jari (atau mirip asparagus) yang ditutupi trisula dengan kelompok bunga
oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna (kuning) hampir pada sepanjang ruas
keabu-abuan atau gelap kecoklatan, tandan, letak di ujung atau di tangkai
beberapa ditumbuhi tonjolan bunga. Buah mirip kerucut/cabe/mente,
mungil/kecil, sementara yang lain hijau muda kekuningan, ukuran 4 x 2
kadang-kadang mempunyai permukaan cm.
yang halus. Pada bagian batang yang
Ekologi: jenis merupakan jenis membantu pengikatan sedimen serta
pionir di tempat asli rawa mangrove di dapat meningkatkan kecepatan proses
lokasi pantai yang terlindungi, juga pembentukan daratan, perbungaan
pada bagian yang lebih asin pada terjadi sepanjang tahun. Genus ini
sepanjang pinggiran sungai yang kadang-kadang bersifat vivipar, dimana
dipengaruhi oleh pasang surut, serta di sebagian butir berbiak saat masih
sepanjang garis pantai. Mereka melekat di pohon.
umumnya menyukai bagian muka
teluk. Akarnya dilaporkan bisa

Gambar 5. Avicennia alba


Figure 6. Avicennia alba

C. Indeks Keanekaragaman Jenis Mangrove di Desa Maitara Tengah

Berdasarkan hasil penelitian di Kawasan hutan mangrove Desa Maitara Tengah,


Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, indeks keanekaragaman jenis mangrove
pada lokasi penelitian dapat di lihat pada tabel 2.

Table 2 Indeks Keanekaragaman Jenis


Table 2Species diversity index
No Spesies Familia Ʃ Pi.ln Pi H'
1 Sonneratia alba Sonneratiaceae 186 -0,13213
2 Rhizophora apiculata Rhizophoraceae 26 -0,02479
3 Avicennia lanta Avicenniaceae 1 -0,25422 0,484761
4 Avicennia alba Avicenniaceae 4 -0,07361

Jumlah total 217 -0,484761

Indeks keanekaragaman jenis digunakan untuk menyatakan struktur


merupakan ciri tingkatan komunitas komunitas. Keanekaragaman spesies dapat
berdasarkan organisasi biologinya. digunakan untuk mengukur stabilitas ko
Keanekaragaman jenis atau spesies dapat munitas, yaitu kemampuan suatu
komunitas untuk menjaga dirinya tetap keanekaragaman jenis mangrove di
stabil meskipun ada gangguan terhadap Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara
komponen-komponennya (Soegianto, Tengah Kecamatan Tidore Utara termasuk
1994). dalam kategori sedikit atau rendah.
Berdasarkan hasil survei jumlah individu Menurut soegianto (1994) Suatu komunitas
yang ditemukan pada lokasi penelitian dikatakan memiliki keanekaragaman
sebanyak 4 jenis mangrove dengan jumlah spesies yang tinggi jika komunitas itu
keseluruhan individu sebanyak 217.Tabel 2 disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya
yang di analisis menggunakan petunjuk suatu komunitas dikatakan memiliki
Shannon-Wiener (Odum, 1993) keanekaragaman spesies yang rendah jika
menunjukan bahwa nilai indeks komunitas itu disusun oleh sedikit spesies
keanekaragaman (H’) dari seluruh jenis dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang
diperoleh sebesar 0,484761. Ini dominan.
menunjukan bahwa tingkat

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Jenis-jenis mangrove yang di Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota


temukan di lokasi penelitian yaitu: Tidore Kepulauan sebesar 0,484761 (<1)
Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, menunjukan tingkat keanekaragaman yang
Avicennia lanata, dan Avicennia alba, yang sedikit atau rendah. Perlu dilakukan
berasal dari family Sonneratiaceae, kegiatan budidaya mangrove untuk spesies
Rhizophoraceae, dan Avicenniaceae. yang belum ada serta memelihara dan
Keanekaragaman jenis (H’) mangrove di menjaga kelestariannya di masa
Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N., Haya, N., Baksir, A., I., Ahmad, M., & Kotta, R.
Harahap, Z. A., Tahir, I., (2018).
Ramili, Y., & Kotta, R. (2017). Fahmi, M. A. F. (2014). Identifikasi
(Doctoral dissertation, Tumbuhan Mangrove di Sungai
Universitas Islam Negeri Tallo Kota Makassar Sulawesi
Alauddin Makassar). Kota Selatan
Tual (Doctoral dissertation, Insafitri, I. (2010). Keanekaragaman,
IAIN Ambon). (Doctoral Keseragaman, Dan Dominansi
dissertation, Universitas Islam Bivalvia Di Area Buangan
Negeri Maulana Malik Lumpur Lapindo Muara
Ibrahim). Sungai Porong. Jurnal
Agustini, N. T., Ta’alidin, Z., & Kelautan: Indonesian Journal
Purnama, D. (2016). Struktur of Marine Science and
Komunitas Mangrove Di Desa Technology, 3(1), 54-59.
Kahyapu Pulau Karsanifan, A. (2015). Perancangan
Enggano. Jurnal eduwisata mangrove di Pantai
Enggano, 1(1), 19-31. Cengkrong Kabupaten
Baksir, A., Akbar, N., Tahir, I., Haji, Trenggalek komunitas hutan
mangrove di Pulau Sibu Kota Suryadiputra, I. N. N. Panduan
Tidore Kepulauan Provinsi Pengenalan Mangrove.
Maluku Utara. Jurnal Pagerwojo Tulungagung sebagai
Enggano, 3(2), 178-196. Sumber Belajar
Muharamsyah, S., Anwari, M. S., & Keanekaragaman Hayati.
Ardian, H. (2019). Reanida, P. P. (2012). Eksplorasi
Keanekaragaman jenis Bakteri Selulolitik Dari Tanah
mangrove di Desa Mendalok Mangrove
Kecamatan Sungai Kunyit Renita, A. (2019). Identifikasi
Kabupaten Mempawah. Jurnal Tumbuhan Paku di Kawasan
Hutan Lestari, 7(1). Air Terjun Parangkikis
Riwayati, R. (2014). Manfaat Dan
Mangrove, I. (2019). Identifikasi
Fungsi Hutan Mangrove
Komposisi Vegetasi Mangrove
Rahim, S., & Baderan, D. W. K.
Di Pesisir Ekas Buana
(2017). Hutan Mangrove dan
Kabupaten Lombok Timur
Pemanfaatannya. Deepublish.
September 2018. Journal
Ilmiah Rinjani_Universitas
Gunung Rinjani, 7(1).
Noor, Y. R., Khazali, M., &

Anda mungkin juga menyukai