Anda di halaman 1dari 45

IDENTIFIKASI JENIS MANGROVE DIKAWASAN HUTAN

MANGROVE DESA MAITARA TENGAH KECAMATAN


TIDORE UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Khairun

Oleh:

FITRI QAULANI SARIF


04341711020

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

IDENTIFIKASI JENIS MANGROVE DIKAWASAN HUTAN


MANGROVE DESA MAITARA TENGAH, KECAMATAN TIDORE
UTARA, KOTA TIDORE KEPULAUAN

Oleh:
Fitri Qaulani Sarif
04341711020
Disetujui

Pembimbing utama:
Abdul Kadir Kamaluddin,S.P.,M.Si. .......................................
NIP.197401052001121001 Tanggal:

Pembimbing pendamping:
Asiah Salatalohy S.Hut.,M.Hut ………………………...
NIP.197706302005011002 Tanggal:

Diketahui:
Koordinator Program Studi Kehutanan

Aqsan Shadikin Nurdin,S.P.,M.Si


NIP.19821013201212003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama: Fitri Qaulani Sarif

NPM: 04341711020

Judul: Identifikasi Jenis Mangrove Dikawasan Hutan Mangrove Desa Maitara

Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan.

Menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan,

plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia

skripsi digugurkan dan gelar yang diperoleh (Sarjana Kehutanan) karenanya batal

demi hukum.

Maitara, Januari 2022


Penyusun,

Fitri Qaulani Sarif

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.” (QS Al


Baqarah 286)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, ku persembahkan karya kecilku ini untuk


orang-orang yang ku sayangi:

1. Teruntuk cinta pertamaku, Ayahanda “Syarif Do. Yasin” dan Ibunda


“Hadija Haruna” yang terkasih dan terhebat. Motivator terbesar dalam
hidup, terimakasih atas Do’a, kasih sayang, serta semua pengorbanan dan
kesabaran yang selalu mengiringi Ananda dalam menempuh bangku
pendidikan. Tak pernah cukup ku membalas cinta ayah bunda kepadaku.
2. Keluarga besarku, Kakak-kakakku yang selalu menjadi Support System dan
memberikan kelonggaran waktu sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi
ini hingga tuntas.

iv
RIWAYAT PENDIDIKAN
Fitri Qaulani Sarif dilahirkan di Desa Maitara Utara

Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan pada

tanggal 4 juli tahun 1999. Penulis lahir dari pasangan

Ayahanda Sarif Do. Yasin dan Ibunda Hadija Haruna dan

merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara yakni Syafrudin

Syarif, Syahbudin Syarif, Jainudin Syarif, Zulkifli Syarif, Fatma Syarif S.Pd, dan

Julaiha Syarif S.E.

Pada tahun 2005 penulis mulai masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kota Tidore

Kepulauan dan lulus pada tahun 2011, pada tahun yang sama penulis melanjutkan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 17 Kota Tidore Kepulauan dan

lulus pada tahun 2014, kemudian di tahun yang sama pula penulis melanjutkan

Sekolah Menengah Atas (SMA) di Madrasah Aliyah (MA) Negeri 2 Kota Tidore

Kepulauan dan lulus pada tahun 2017. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis

diterima menjadi mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

Khairun Ternate melalui jalur masuk undangan SNMPTN. Pada bulan November

2021 hingga bulan Maret 2022 penulis melakukan penelitian dengan judul

“Identifikasi Jenis Mangrove Dikawasan Hutan Mangrove Desa Maitara

Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat, karunia

dan inayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Identifikasi Jenis Mangrove Di Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara

Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan”

Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala

tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. M. Ridha Ajam, M.Hum Selaku Rektor Universitas Khairun

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan di Universitas yang dipimpin.

2. Ibu Ir. Lily Ishak, M.Si.,M.Nat.Res.,Ph.D Selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Khairun.

3. Bapak Abdul Kadir Kamaludin, S.P., M.Si sekalu Wakil Rektor III

Serta Pembimbing utama

4. Bapak Dr. Ramli Hadun S.P., M.Sc selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik Fakultas Pertanian sekaligus Penguji II.

5. Bapak Aqshan Shadikin Nurdin, S.P., M.Sc selaku Ketua Koordinator

Program Studi Kehutanan serta Penguji utama.

6. Ibu Asiah Salatalohy S.Hut., M.Hut selaku Pembimbing Pedamping

7. Bapak Mahdi Tamrin S.P., M.Si selaku Penguji III.

8. Seluruh dosen-dosen Pengajar Program Studi Kehutanan yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan ilmu

vi
pengetahuan, motivasi dan bantuannya kepada penulis sampai pada

tahap ini.

9. Terisitimewa kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga besar

yang menjadi motivator disetiap langkah hidup penulis

10. Seluruh staf Tata Usaha Program Studi Kehutan Fakultas Pertanian

Universitas Khairun Ternate yang telah memberikan fasilitas dan bekal

selama proses perkuliahan .

11. Sahabat-sahabatku Kiki Umar, Raoda S. Hukum, Ramlina Sabdin,

Sumiyati Irwan, Sri Laila T. Abbas, Jihan Nurbaity Hiru, dan Nurafni

Yunus, yang selalu membantu dan memberi dukungan kepada penulis.

12. Team Pengamatan Raoda S. Hukum, Ramlina Sabdin, Gazali

Marasabessy, Firman, Mukmin Ali, Jihan Nurbaity yang telah ikut

serta dalam membantu pengambilan data penulis di lapangan.

13. Teman-teman rimbawan seperjuangan yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik, tanggapan maupun komentar

yang bersifat membangun diharapkan dapat dijadikan perbaikan di masa datang.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak.

Maitara, 28 Maret 2022

Penulis

Fitri Qaulani Sarif

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBARAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
RIWAYAT PENDIDIKAN ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
Abstrak ............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
2.1 Tinjauan Umum Mangrove ........................................................................ 5
2.2 Manfaat atau Fungsi Hutan Mangrove ....................................................... 6
2.3 Tinjauan Umum Identifikasi ...................................................................... 8
2.4 Jenis-jenis Mangrove ................................................................................. 10
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 11
3.1 Tempat Dan Waktu .................................................................................... 11
3.2 Alat Dan Bahan .......................................................................................... 11
3.3. Metode Penelitian...................................................................................... 12
3.4 Prosedur Penelitian..................................................................................... 12
3.5 Jenis Data ................................................................................................... 13
3.6 Analisis Data .............................................................................................. 13
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... 15
4.1 Letak dan Luas ........................................................................................... 15

viii
4.2 Kondisi Demografis Desa Maitara Tengah ................................................ 15
4.3 Tingkat Pendidikan .................................................................................... 16
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 17
5.1 Hasil ........................................................................................................... 17
5.1.1 Jenis-jenis mangrove Desa Maitara Tengah ....................................... 17
5.1.2 Indeks Keanekaragaman jenis mangrove Desa Maitara Tengah ........ 17
5.2 Pembahasan ................................................................................................ 18
5.2.1 Kondisi fisik lingkungan ..................................................................... 18
5.2.2 Jenis-jenis mangrove Desa Maitara Tengah ....................................... 18
5.2.3 Keanekaragaman jenis mangrove Desa Maitara Tengah .................... 23
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 25
Kesimpulan ...................................................................................................... 25
Saran ................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
LAMPIRAN .................................................................................................... 28

ix
DAFTAR TABEL

Table 4.2 komposisi penduduk menurut jenis kelamin....................................................... 16


Table 5.1 Jenis-jenis mangrove .......................................................................................... 17
Table 5.2 Indeks keanekaragaman jenis mangrove............................................................. 18

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................... 11


Gambar 2. Metode line transek ............................................................................. 13
Gambar 3. Sonneratia alba Desa Maitara Tengah ................................................ 19
Gambar 4. Rhizophora apiculate Desa Maitara Tengah ....................................... 20
Gambar 5. Avicennia lanata Desa Maitara Tengah .............................................. 21
Gambar 6. Avicennia alba Desa Maitara Tengah ................................................. 22

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi Penelitian .................................................................... 28


Lampiran 2: Nilai indeks keanekaragaman mangrove di Desa Maitara Tengah .. 29
Lampiran 3: Rekapitulasi data setiap jalur ........................................................... 29
Lampiran 4: Jenis-jenis Mangrove ........................................................................ 30

xii
Identifikasi Jenis Mangrove Dikawasan Hutan Mangrove Desa Maitara
Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan.

¹Fitri Qaulani Sarif, ²Abdul Kadir Kamaluddin, ³Asiah Salatalohy


¹Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian universitas khairun.
²Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Khairun
Email: danoalting47@gmail.com

ABSTRAK
Pulau Maitara merupakan pulau yang memiliki luas 270 hektar (ha)
dengan panjang garis pantai kurang atau sama dengan 12000 meter. Ekosistem
mangrove di Pulau Maitara ditemukan menyebar terbatas pada bagian utara serta
selatan. Tujuan. dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui jenis-jenis
mangrove apa saja yang terdapat di kawasan hutan mangrove Desa Maitara
Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan; (2) Untuk mengetahui
keanekaragaman jenis mangrove di kawasan hutan mangrove Desa Maitara
Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan. Metode yang
digunakan yaitu metode line transect dan metode Purposive sampling, dimana
metode ini merupakan metode penentuan lokasi penelitian secara sengaja yang
dianggap representative. Berdasarkan hasil penelitian identifikasi jenis mangrove
di Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota
Tidore Kepulauan, ada 4 jenis mangrove yang di temukan dan memiliki tingkat
keanekaragaman yang sedikit atau rendah. Jenis-jenis mangrove yang di temukan
di lokasi penelitian yaitu: Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Avicennia
lanata, dan Avicennia alba, yang berasal dari family Sonneratiaceae,
Rhizophoraceae, dan Avicenniaceae. Keanekaragaman jenis (H’) mangrove di
Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota
Tidore Kepulauan sebesar 0,484761 (≤1) menunjukkan tingkat keanekaragaman
yang sedikit atau rendah.
Kata kunci: identifikasi, keanekaragaman jenis, Mangrove, Desa Maitara
Tengah.

xiii
Identification of Mangrove Species In Mangrove Forest Area of Central
Maitara Village North Tidore Subdistrict Tidore Islands City.
¹Fitri Qaulani Sarif, ²Abdul Kadir Kamaluddin, ³Asiah Salatalohy
¹Students of Forestry Study Program, Faculty of Agriculture, khairun university
²Teaching Staff of the Forestry Study Program, Faculty of Agriculture, Khairun
University
Email: danoalting47@gmail.com

ABSTRACT
Maitara Island is an island that has an area of 270 hectares (ha) with a
coastline length of less than or equal to 12000 meters. Mangrove ecosystems on
Maitara Island were found to spread limited to the north and south. The purpose
of this study is: (1) To find out what types of mangroves are found in the
mangrove forest area of Central Maitara Village, North Tidore Subdistrict, Tidore
Islands City; (2) To find out the diversity of mangrove species in the mangrove
forest area of Central Maitara Village, North Tidore Subdistrict, Tidore Islands
City. The methods used are the line transect method and the Purposive sampling
method, where this method is a method of determining the location of research
intentionally which is considered representative. Based on the results of research
identifying mangrove species in the Mangrove Forest Area of Central Maitara
Village, North Tidore Islands, there are 4 types of mangroves found and have a
slight or low level of diversity. The types of mangroves found at the study site are:
Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Avicennia lanata, and Avicennia alba,
which are from the family Sonneratiaceae, Rhizophoraceae, and Avicenniaceae.
The diversity of mangrove species (H') in the Mangrove Forest Area of Central
Maitara Village of North Tidore Islands District of 0.484761 (≤1) shows a slight
or low level of diversity.
Keywords: identification, species diversity, Mangrove, Central Maitara Village.

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Sebagai salah satu negara kepulauan, Indonesia merupakan negara

kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah sebesar 1,904,569 km yang

terdiri dari 17.508 pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke

barat dengan garis pantai sepanjang 81000 km dan luas laut 3,1 juta km2 atau

62% dari luas teritorial Indonesia. Kondisi kepulauan ini menyebabkan terjadinya

ekosistem yang beragam. Ekosistem yang beragam ini selanjutnya menciptakan

diferesiasi atau keragaman flora dan fauna yang sangat tinggi terutama ekosistem

mangrove.

Ekosistem ini juga dijadikan sebagai daerah asuhan bagi organisme laut,

tempat memijah ikan, tempat bersarang dan berkembang biak bagi burung, reptil,

mamalia, krustacea, sebagai sumberdaya kayu terbarukan, tempat akumulasi

sedimen, bahan organik (Twilley, 1995; Kathiresan dan Bingham, 2001; Manson

et al., 2005), berfungsi secara ekologi antara lain, konservasi keanekaragaman

hayati (biodiversity), memberi perlindungan terhadap badai, pengaturan sedimen,

dan stabilisasi pantai (Koch et al., 2009; Barbier et al., 2011; Salmo et al., 2013).

Di negara-negara berkembang, ekosistem mangrove memegang peranan penting

bagi kehidupan manusia, terutama yang berhubungan dengan mata pencaharian

(Alongi, 2002). Mangrove juga digunakan secara tradisional oleh masyarakat

sebagai bahan makanan bahan bakar serta obat-obatan (Saenger, 2002).

Istilah mangrove merujuk pada ekosistem lahan basah, dipengaruhi pasang

surut di zona intertidal daerah tropis dan subtropics. Mangrove (Inggris)

merupakan derivasi kata Mangue dalam Portugal yakni komunitas tumbuhan,


2

yang berarti hutan (Onrizal, 2008). Selain itu, mangrove juga merujuk pada

komunitas jenis Rhyzopora (Hidayatullah & Pujiono, 2014). Dalam

perkembangannya, istilah “mangrove” digunakan untuk menyebut jenis

tumbuhan, dalam hal ini termasuk tumbuh di pinggiran vegetasi mangrove seperti

Barringtonia dan Pes-caprae (Noor, et al., 1999). Lembaga Pangan Dunia (FAO)

mengartikan mangrove sebagai vegetasi yang memiliki fungsi-fungsi sosial

ekonomi dan lingkungan (ekologis) (Kustianti, 2011).

Pulau Maitara merupakan pulau yang terletak dibagian Kota Tidore

Kepulauan sebelah Barat Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara (BPS Kota

Tidore Kepulauan, 2011). Pulau ini berada diantara gunung api “Gamalama” di

Pulau Ternate dan Gunung “Kie Matubu” dengan luas 270 hektar (ha), dan

memiliki panjang garis pantai kurang atau sama dengan 12000 meter. Ekosistem

mangrove di Pulau Maitara ditemukan menyebar terbatas pada bagian utara serta

selatan, hal ini berdasarkan penelitian tentang kapasitas adaptif mangrove pada

pulau kecil mikro studi Di Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan Propinsi

Maluku Utara (Subur dan, Sarni, 2018).

Informasi Struktur komunitas dan pemetaan ekosistem mangrove di pesisir

Pulau Maitara, Provinsi Maluku Utara, juga dilaporkan oleh (Akbar, et al. 2017)

menunjukan Pulau Maitara memiliki luas hutan mangrove hasil pemetaan sebesar

4,91 hektar. Tipe zonasi yang ditemukan bahwa jenis Rhizhopora Spp merupakan

penyusun terdepan hutan mangrove di Pulau Maitara. Penurunan luas hutan

mangrove sebesar 1,09 Ha dengan rentan waktu yang singkat. Namun demikian

informasi mengenai jenis-jenis mangrove di kawasan hutan Mangrove Desa

Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan sampai Saat ini
3

belum dilaporkan. Selain itu peningkatan jumlah penduduk dan semakin

terbatasnya luas lahan akan menyebabkan kegiatan pembangunan dialihkan dari

daratan ke arah pesisir dan lautan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan dermaga dan pembangunan sarana

prasarana wisata mangrove. Hal ini tentunya akan mempengaruhi ekosistem

mangrove di Pulau Maitara. Sehingga perlu dilakukan penelitian di lokasi tersebut

secara detail dan berkelanjutan untuk mengetahui kondisi terkini mengenai jenis-

jenis Mangrove dikawasan Desa Maitara Tengah, Kota Tidore Kepulauan.

1.2 Rumusan masalah

Dari uraian di atas, maka permasalahan yang penulis ambil dalam

penelitian ini antara lain:

1. Jenis mangrove apa saja yang terdapat di kawasan hutan mangrove

Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore

Kepulauan?

2. Bagaimana keanekaragaman jenis mangrove di kawasan hutan

mangrove Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore

Kepulauan?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui jenis-jenis mangrove apa saja yang terdapat di kawasan

hutan mangrove Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota

Tidore Kepulauan.
4

2. Mengetahui keanekaragaman jenis mangrove di kawasan hutan

mangrove Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore

Kepulauan?

1.4 Manfaat penelitian

Diharapkan melalui penelitian ini sekiranya dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi tentang keanekaragaman tanaman mangrove

dan kelimpahan tanaman mangrove yang terdapat di kawasan hutan

mangrove Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore

Kepulauan.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan data lanjutan dan pendukung bagi para

peneliti maupun bagi para mahasiswa yang melakukan penelitian lanjut

tentang mangrove.

3. Dapat menjadi referensi tambahan, dan memberikan informasi kepada

instansi atau departemen yang terkait dengan data keanekaragaman

tanaman mangrove di kawasan hutan mangrove Desa Maitara Tengah,

Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Mangrove


Kata mangrove berasal dari perpaduan antara bahasa portugis mangue dan

dari bahasa inggris grove (Karleskint et al., 2006). Ekosistem mangrove atau

hutan bakau termasuk ekosistem pantai atau komunitas bahari dangkal yang

terdapat pada perairan tropik dan subtropik (Irwan, 2010). Hutan mangrove

merupakan tipe hutan khas yang terdapat di sepanjang pantai dan muara sungai

yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Soegianto, 2010).

Tanaman mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi

dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang,

kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi

lingkungan seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme

yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara

yang lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh

oksigen bagi sistem perakarannya (Noor et al., 1999).

Arti kata mangrove menurut Saparinto (2007), adalah vegetasi hutan yang

tumbuh diantara garis pasang surut, tetapi juga dapat tumbuh pada karang, pada

dataran koral mati yang di atasnya ditimbuni selapis tipis pasir atau ditimbuni

lumpur atau pantai berlumpur. Mangrove merupakan suatu tempat yang bergerak

akibat adanya pembentukan tanah lumpur dan daratan secara terus- menerus

sehingga secara perlahan berubah menjadi semi daratan. Hutan mangrove juga

merupakan mata rantai penting dalam pemeliharaan keseimbangan siklus biologi

suatu perairan (Arief, 2003).


6

Menurut Handayani (2018), salah satu sumberdaya alam yang berperan

penting di kawasan pesisir adalah hutan mangrove, baik di dalam memelihara

produktifitas perairan pesisir maupun di dalam menunjang kehidupan masyarakat

di sekitarnya. Bagi wilayah pesisir, keberadaan hutan mangrove, terutama sebagai

jalur hijau di sepanjang pantai sangatlah penting dalam mempertahankan kualitas

ekosistem perikanan, pertanian dan pemukiman yang berada di belakangnya.

Menurut Susilo (2017), ekosistem hutan bakau termasuk ekosistem pantai

atau komunitas bahari dangkal yang sangat menarik, yang terdapat pada perairan

tropik dan subtropik. Penelitian mengenai hutan mangrove lebih banyak dilakukan

dari pada ekosistem pantai lainnya. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang

lebih spesifik jika dibandingkan dengan ekosistem lainnya, karena mempunyai

vegetasi yang agak seragam serta mempunyai tajuk yang rata. Struktur dan

komposisi suatu vegetasi dipengaruhi oleh komponen ekosistem yang saling

berinteraksi, sehingga vegetasi suatu wilayah yang tumbuh secara alami pada

dasarnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan.

2.2 Manfaat atau Fungsi hutan mangrove

Menururt Buwono (2017), keberadaan mangrove di pesisir memiliki peran

penting sebagai habitat fauna perikanan, perlindungan fisik untuk garis pantai,

spawning, nursery dan feeding ground. Terbatasnya luas lahan dan sumberdaya di

daratan serta meningkatnya jumlah penduduk, maka banyak kegiatan

pembangunan dialihkan dari daratan ke arah pesisir dan lautan yang bertujuan

untuk peningkatan pendapatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat

melalui pengembangan budidaya tambak, alat tangkapan ikan, pelabuhan, industri


7

pengolahan dan pariwisata. Pengelolaan kawasan mangrove yang bersifat sektoral

untuk memaksimumkan produksi tanpa memperhitungkan keterbatasan daya

dukung dan daya tampung lingkungan serta keterbatasan kemampuan daya

asimilasinya, maka akan memicu terjadinya degradasi lingkungan dan

menurunnya sumberdaya alam itu sendiri.

Menurut Kepel et al. (2018), ekosistem mangrove memiliki kemampuan

untuk menyerap dan menyimpan karbon. Ekosistem mangrove adalah salah satu

ekosistem pesisir yang menerima tekanan antropogenik yang besar. Alih fungsi

lahan mangrove menjadi lahan budidaya ataupun untuk kepentingan lainnya

menunjukkan tren yang makin besar dari tahun ke tahun. Mangrove memiliki

beberapa fungsi diantaranya, yaitu: tempat pembangunan lahan, pengendapan

lumpur, habitat fauna terutama fauna laut, lahan pertanian dan kolam garam,

melindungi ekosistem pantai secara global, keindahan bentang darat, tempat

pendidikan dan pelatihan. Berdasarkan beberapa fungsi yang ada, dapat dikatakan

mangrove sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, masyarakat luas serta

faunalaut. Manfaat untuk masyarakat luas di sini adalah informasi yang

didapatkan mengenai jenis-jenis mangrove yang ada di tempat tersebut dan

informasi betapa pentingnya ekosistem mangrove yang ada di tempat mereka.

Manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut:

Manfaat/Fungsi Fisik: (1) Menjaga agar garis pantai tetap stabil. (2) Melindungi

pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi. (3) Menahan badai/angin kencang

dari laut. (4) Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan

terbentuknya lahan baru. (5) Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi


8

menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar. (6) Mengolah limbah beracun,

penghasil O2 dan penyerap CO2.

Manfaat/Fungsi Biologis: (1) Menghasilkan bahan pelapukan yang

menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi

keberlanjutan rantai makanan. (2) Tempat memijah dan berkembang biaknya

ikanikan, kerang, kepiting dan udang. (3) Tempat berlindung, bersarang dan

berkembang biak dari burung dan satwa lain. (4) Sumber plasma nutfah & sumber

genetik. (5) Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.

Manfaat/Fungsi Ekonomis: (1) Penghasil kayu: bakar, arang, bahan

bangunan. (2) Penghasil bahan baku industri: pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan,

obat-obatan, kosmetik, dll. (3) Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting,

bandeng melalui pola tambak silvofishery. (4) Tempat wisata, penelitian &

pendidikan.

2.3 Tinjauan Umum Identifikasi

Identifikasi memiliki beberapa pengertian, salah satunya adalah proses

penentuan nama yang benar dan penempatannya di dalam suatu klasifikasi.

Klasifikasi merupakan susunan tingkat taksonomi makhluk hidup yang digunakan

untuk mempermudah pengelompokkan makhluk hidup. Kegiatan identifikasi

berarti menempatkan suatu organisme secara berurutan pada kelompok tertentu

(takson) yang didasarkan oleh persamaan dan perbedaan. Identifikasi dapat

diawali dengan melakukan pengamatan pada karakter atau ciri morfologi akar,

umbi, rimpang, batang, daun, dan bagian lainnya pada suatu spesies, karakter

yang muncul inilah yang dapat digunaakan untuk proses identifikasi.


9

Jika suatu tumbuhan akan diidentifikasi maka hal pertama yang harus

dilakukan adalah mempelajari tumbuhan itu sebaik-baiknya. Semua sifat

morfologi (seperti posisi, bentuk, ukuran, dan jumlah, bagian-bagian daun, buah,

dan bunga). Perlu dianalisis sehingga ciri-ciri tumbuhan yang akan diidentifikasi

itu dikuasai sepenuhnya. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-

pertanyaan yang jawabannya harus ditemukan pada specimen yang akan di

identikikasi. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi

ditemukan jawabannya, berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi

tumbuhan yang akan diidentifikasi dapat diketahui. Lembar identifikasi jenis

adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama klasifikasi

jenis bersangkutan. Identifikasi bertujuan untuk memeriksa dan menganalisa

secara lebih mendalam akan sebuah hal atau benda. Dalam pembahasan ini

identifikasi lebih mengarah ke tumbuhan. Pengetahuan tentang identifikasi,

penamaan, dan penggolongan saja (taksonomi klasik) belum dapat menjawab atau

menerangkan mengapa tumbuhan beranekaragam, bagaimana asal-usul tumbuhan

itu dan bagaimana hubungan kekerabatan satu sama lain, untuk menjawab

permasalahan-permsalahan ini perlu dilakukan kegiatan pengkajian

keanekaragaman dan hubungan kekerabatan atau yang lebih dikenal dengan

Biosistematika (Taksonomi percobaan). Selain itu kunci determinasi digunakan

untuk mencari nama tumbuhan atau hewan yang belum diketahui. (Van Steenis,

2006).

2.4 Jenis-jenis mangrove

Pada ekosistem mangrove dikenal jenis-jenis tumbuhan yang dinamakan

dengan mangrove sejati utama (mayor), mangrove sejati tambahan (minor), dan
10

mangrove ikutan. Mangrove sejati utama (mayor) adalah tumbuhan yang tumbuh

pada wilayah pasang surut dan membentuk tegakan murni. Mangrove jenis ini

jarang bergabung dengan tanaman darat. Mangrove sejati minor (tambahan)

adalah bukan komponen penting dari mangrove dan biasanya ditemukan di daerah

tepi dan jarang membentuk tegakan, sedangkan mangrove ikutan adalah

tumbuhan yang tidak pernah tumbuh di komunitas mangrove sejati dan biasanya

tumbuh bergabung dengan tumbuhan daratan. Pengenalan sederhana untuk dapat

mengenal jenis-jenis mangrove sejati untuk tujuan rehabilitasi difokuskan pada

jenis-jenis yang membentuk tegakan murni. Tumbuhan mangrove terdiri atas

pohon, epifit, liana, alga, bakteri, dan fungi. Menurut Hutching and Saenger

(1987), di seluruh dunia terdapat lebih dari 20 suku tumbuhan mangrove, yang

terdiri dari 30 marga, dengan anggota lebih dari 80 jenis.

Yang termasuk mangrove sejati menurut Noor dkk (2006), meliputi:

Acanthaceae, Pteridaceae, Plumbaginaceae, Myrsinaceae, Loranthaceae,

Avicenniaceae, Rhizophoraceae, Bombacaceae, Arecaceae, Myrtaceae,

Lythraceae, Rubiaceae, Sonneratiaceae, Meliaceae. Sedangkan untuk mangrove

tiruan meliputi: Lecythidaceae, Guttiferae, Apocynaceae, Verbenaceae,

Leguminosae, Malvaceae, Convolvulaceae, Melastomataceae.

Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang

banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.), bakau

(Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia

sp.), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis

mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan

endapan dan menstabilkan tanah habitatnya (Irwanto, 2006).


11

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore

Utara, Kota Tidore Kepulauan pada bulan Oktober- November 2021

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

3 .2 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kamera, Global Position

System (GPS), buku panduan pengenalan mangrove Indonesia (karangan Noor et

al., 2006), alat tulis menulis,meter rol dan tali rafia. Sedangkan bahan yang

digunakan dalam penelitian ini ialah tumbuhan jenis mangrove yang tumbuh di

Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota

Tidore Kepulauan.
12

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan yaitu metode line transect dan metode Purposive

sampling, dimana metode ini merupakan metode penentuan lokasi penelitian

secara sengaja yang dianggap representative.

3.4 Prosedur Penelitian

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kawasan hutan mangrove

di Desa Maitara Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan. Dalam

penelitian ini dilakukan dengan 2 tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan meliputi proses persiapan alat-alat yang digunakan pada

penelitian

2. Tahap pelaksanaan meliputi:

a. Penentuan titik lokasi penelitian

b. Membuat 3 jalur utama, setiap jalur berukuran 50 x 20 m

c. Pada jalur dibuat petak dengan ukuran 20 x 20 m

d. Jarak antar jalur 20 m

e. Pada petak 20 × 20 m yang diamati vegetasi tingkat pohon, 10 × 10

m pada tingkat tiang, 5 × 5 m pada tingkat pancang dan, 2 × 2 m

pada tingkat semai.

f. Setiap jenis tumbuhan mangrove yang ada dicatat demikian pula

jumlah tiap jenisnya

g. Mengambil gambar dari setiap bagian tumbuhan yang ditemui.

h. Identifikasi dilakukan menggunakan buku identifikasi tumbuhan

i. Mengukur keliling dan tinggi pohon


13

50 M

20 x 20 20 x 20 20 x 20 20 x 20
20 M m m m
m

Gambar 2. Metode line transek

3.5 Jenis Data

Data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer di peroleh dari pengamatan langsung di lapangan

sedangkan data sekunder adalah data yang di peroleh melalui media perantara

berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip yang baik dipublikasikan

maupun yang tidak dipublikasikan.

3.6 Analisis Data

Data dari hasil penelitian yang dilakukan selanjutnya dianalisis secara

deskriptif kualitatif untuk mengetahui jenis-jenisnya. Untuk mengetahui tingkat

keanekaragaman dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

(Odum, 1993) sebagai berikut:

𝑯′ = −Ʃ ( 𝑝𝑖 × ln Pi ), 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖 = ( 𝑛𝑖⁄𝑁 )

Keterangan:

H’: Indeks Keanekaragaman jenis

ni: Jumlah individu masing-masing jenis

N: Jumlah total individu semua jenis


14

Ln: Logaritma natural

Pi: Proporsi jumlah individu jenis ke- I dengan jumlah total individu

seluruh jenis

Dengan kriteria:

a. Nilai H< 1 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada

suatu transek adalah sedikit atau rendah.

b. Nilai 1>H>3 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada

suatu transek adalah sedang.

c. Nilai H>3 menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada

suatu transek adalah melimpah tinggi


15

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas


Desa Maitara Tengah merupakan salah satu Desa di Pulau Maitara dari 4

Desa yang ada di Pulau Maitara dengan Luas wilayah sebesar 52 ha. Keempat

Desa tersebut antara lain, Desa Maitara Induk (Akebay), Desa Maitara Utara

(Doe-Doe), Desa Maitara Tengah (Ngusulenge), dan Desa Maitara Selatan

(Pasimayou). Desa Maitara Tengah memiliki Kawasan hutan mangrove dengan

luas sekitar ≤ 2 Ha. Secara geografis kawasan hutan terletak diantara titik

koordinat pada Jalur I dengan koordinat 127º22’40.91 E 00º43’44.09 N, Jalur II

pada koordinat 127º22’39.55 E 00º43’43.50 N, dan Jalur III pada koordinat

127º22’41.68 E 00º43’44.99 N.

Adapun batas-batas wilayah Desa Maitara Tengah yaitu:

- Sebelah Utara: Doe-Doe dan Akebay

- Sebelah Selatan: Pasimayou

- Sebelah Timur: Laut Tidore

- Sebelah Barat: Gunung Maitara

4.2 Kondisi Demografis Desa Maitara Tengah


Secara demografis atau kependudukan berdasarkan hasil observasi dan

wawancara, penduduk Desa Maitara Tengah pada tahun 2021 berjumlah 542

orang, dengan jumlah kepala Keluarga (KK) sebanyak 141 KK yang terdiri dari

257 laki-laki dan 285 perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin

dapat dilihat pada table 4.2 berikut.


16

Table 4.2 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin

RT/RW Jumlah KK Laki-laki Perempuan Jumlah


001/001 34 62 64 126
002/001 27 50 59 109
003/002 32 57 68 125
004/002 48 88 94 182
Jumlah 141 257 285 542
Sumber: Data laporan kependudukan Desa Maitara Tengah

Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, masyarakat di Desa Maitara

Tengah lebih banyak bekerja sebagai petani dan nelayan, sebagian pegawai dan

tukang bentor.

4.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Maitara Tengah Cukup Baik.

Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Maitara Tengah hanya terdapat dua (2)

gedung Sekolah Dasar (SD) dan satu gedung Sekolah Menengah Atas (SMA).
17

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil penelitian
Pada pembahasan ini hasil penelitian yang akan di bahas meliputi jenis-jenis

mangrove dan nilai indeks keanekaragaman jenis yang telah di temukan di Desa

Maitara Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan.

5.1.1 Jenis- jenis mangrove di Desa Maitara Tengah


Berdasarkan hasil identifikasi pada 3 stasiun Mangrove mengacu pada

buku “Panduan Pengenalan Mangrove Di Indonesia” karangan Noor et al.,

(2006) ditemukan empat jenis mangrove yang tumbuh pada lokasi penelitian.

Dari keempat jenis mangrove tersebut disajikan pada table 5.1.

Table 5.1 Jenis- jenis mangrove

No Spesies Nama Nama local Familia


Indonesia
1 Sonneratia alba Posi-posi, Posi-posi Sonneratiaceae
pedada
2 Rhizophora Kendali Soki Rhizophoraceae
apiculate
3 Avicennia lanata Api-api, Fika-fika, soki Avicenniaceae
sia- sia
4 Avicennia alba Api-api Fika-fika, soki Avicenniaceae

Sumber: Data Primer Tahun 2021

5.1.2 Indeks Keanekaragaman Jenis Mangrove di Desa Maitara Tengah

Berdasarkan hasil penelitian di Kawasan hutan mangrove Desa Maitara

Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, indeks

keanekaragaman jenis mangrove pada lokasi penelitian dapat di lihat pada table

5.2 sebagai berikut:


18

Table 5.2 Indeks Keanekaragaman Jenis Mangrove

No Spesies Familia Ʃ Pi.ln Pi (H’)


1 Sonneratia alba Sonneratiaceae 186 -0,13213 0,484761
2 Rhizophora apiculata Rhizophoraceae 26 -0,02479
3 Avicennia lanta Avicenniaceae 1 -0,25422
4 Avicennia alba Avicenniaceae 4 -0,07361

Jumlah total 217 0,484761


Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2021

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kondisi fisik lingkungan

Kondisi fisik lingkungan mangrove yang ada pada lokasi penelitian di Desa

Maitara Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan, dapat dilihat dari

jenis substrat suatu mangrove. Kondisi fisik lingkungan akan digolongkan berdasarkan

jenis dan karakteristik substrat, di mana suatu jenis mangrove dapat mewakili populasi

jenis mangrove tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, jenis

substrat yang terdapat pada Kawasan hutan mangrove Desa Maitara Tengah yaitu

sebagian tanah berlumpur dan sebagian pasir air laut.

5.2.2 Jenis-jenis mangrove di Desa Maitara Tengah

Berdasarkan hasil identifikasi jenis mangrove yang mengacu pada buku

“Panduan Pengenalan Mangrove Di Indonesia” karangan Noor et al., (2006), di

kawasan hutan mangrove Desa Mitara Tengah, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore

Kepulauan pada table 5.1 dapat dideskripsikan sebagai berikut:


19

1. Sonneratia alba (Posi-posi, pedada)

Gambar 3. Sonneratia alba Desa Maitara Tengah

Deskripsi: Pohon selalu hijau, tumbuh beredar, ketinggian mencapai 15

m. kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, menggunakan celah longitudinal

yang halus. Memiliki Akar berbentuk kabel di bawah tanah serta timbul

kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul serta tingginya

mencapai 25 cm. Daun berkulit, tangkai daun kemerahan, lebar dan pendek.

Gagang daun panjangnya 6-15 mm, bentuk daun bulat telur terbalik, ujung

membundar menggunakan ukuran 5-12,5 x 3-9 cm. Bunga biseksual; gagang

bunga panjangnya 1 cm, letak pada ujung atau pada cabang kecil. Buah mirip

bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah

mengandung poly biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka di waktu telah

matang, ukuran buah berdiameter 3,5-4,5.

Ekologi: Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam waktu yang

lama. Tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumbur

yang dalam, dan terpengaruh oleh pasang surut. Seringkali ditemukan pada lokasi

pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan kurang lebih
20

pada pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi di mana jenis lain sudah ditebang, maka

jenis ini bisa menghasilkan tegakan yang padat. Perbungaan terjadi sepanjang

tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama serta mengembang penuh di malam hari,

buah mengapung sebab adanya jaringan yang mengandung air di bijinya. Akar

nafas tidak terdapat pada pohon yang yang tumbuh di substrat yang jeras.

2. Rhizophora apiculata (kendali)

Gambar 4. Rhizophora apiculate Desa Maitara Tengah

Deskripsi: Habitus berupa pohon dengan ketinggian mencapai 30 m serta

memiliki diameter batang mencapai 50 cm. mempunyai perakaran yang

khas/spesial berbentuk silidris yang mencapai ketinggian 5 m, serta kadang-

kadang mempunyai udara yang keluar dari cabang, kulit kayu berwarna abu-abu

tua serta berubah-ubah. Daun berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda di

bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah, bentuk elips menyempit serta

ujung meruncing dengan ukuran 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga biseksual, kepala bunga

kekuningan yang terletak di gagang yang berukuran < 14 mm. Buah kasar
21

berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5

cm, berisi satu biji fertil, hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga.

Ekologi: Tumbuh di tanah yang berlumpur, halus, dalam dan tergenang

ketika pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur

menggunakan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari bagian vegetasi

yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki efek

masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat

tumbuh secara abnormal sebab gangguan kumbang yang menyerang ujung akar.

Kepiting bisa pula mengganggu pertumbuhan mereka sebab mengganggu kulit

akar anakan. Tumbuh lambat, namun perbungaan terdapat sepanjang tahun.

3. Avicennia lanata (api-api, sia-sia)

Gambar 5. Avicennia lanata Desa Maitara Tengah

Deskripsi: Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar,

bisa mencapai ketinggian hingga 8 m. Mempunyai akar nafas serta berbentuk

pensil. Kulit kayu seperti kulit ikan hiu yang berwarna gelap, coklat sampai hitam.

Daun mempunyai kelenjar garam, bagian bawah daun putih kekuningan serta ada

rambut halus, bentuk elips ujung membundar- relatif meruncing, ukuran 9 x 5 cm.
22

Buah mirip seperti hati, ujungnya berparuh pendek dan jelas, warna hijau- relatif

kekuningan. Permukaan buah berambut halus, ukuran kurang lebih 1,5 x 2,5 cm.

Ekologi: Tumbuh di dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang

kemarau/kering dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Diketahui (di Bali

dan Lombok) berbunga pada bulan juli- februari serta berbuah antara bulan

November hingga Maret.

4. Avicennia alba (api-api)

Gambar 6. Avicennia alba Desa Maitara Tengah

Deskripsi: Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar serta

memiliki ketinggian mencapai 25 cm. formasi pohon membuat system perakaran

horizontal dan akar nafas yang rumit. Akar nafas umumnya tipis, berbentuk jari

(atau mirip asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna

keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan mungil/kecil,

sementara yang lain kadang-kadang mempunyai permukaan yang halus. Pada

bagian batang yang tua kadang-kadang ditemukan serbuk tipis. Bagian atas daun
23

halus, permukaan hijau mengkilat, bawahnya pucat. Berbentuk lanset (seperti

daun akasia) kadang elips, ujung meruncing dengan ukuran 16 x 5 cm. Bunga

seperti trisula dengan kelompok bunga (kuning) hampir pada sepanjang ruas

tandan, letak di ujung atau di tangkai bunga. Buah mirip kerucut/cabe/mente,

hijau muda kekuningan, ukuran 4 x 2 cm.

Ekologi: jenis merupakan jenis pionir di tempat asli rawa

mangrove di lokasi pantai yang terlindungi, juga pada bagian yang lebih asin pada

sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut, serta di

sepanjang garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya

dilaporkan bisa membantu pengikatan sedimen serta dapat meningkatkan

kecepatan proses pembentukan daratan, perbungaan terjadi sepanjang tahun.

Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana sebagian butir berbiak saat

masih melekat di pohon.

5.2.3 Indeks Keanekaragaman jenis Mangrove

Indeks keanekaragaman jenis merupakan ciri tingkatan komunitas

berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman jenis atau spesies dapat

digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies dapat

digunakan untuk mengukur stabilitas ko munitas, yaitu kemampuan suatu

komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap

komponen-komponennya (Soegianto, 1994).

Berdasarkan hasil survei jumlah individu yang ditemukan pada lokasi

penelitian sebanyak 4 jenis mangrove dengan jumlah keseluruhan individu

sebanyak 217. Pada tabel 5.1.2 yang di analisis menggunakan petunjuk Shannon-
24

Wiener (Odum, 1993) menunjukan bahwa nilai indeks keanekaragaman (H’) dari

seluruh jenis diperoleh sebesar 0,484761. Hal ini menunjukan bahwa tingkat

keanekaragaman jenis mangrove di Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara

Tengah Kecamatan Tidore Utara termasuk dalam kategori sedikit atau rendah.

Menurut soegianto (1994) Suatau komunitas dikatakan memiliki

keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak

spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies

yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada

sedikit saja spesies yang dominan.


25

BAB VI

PENUTUP

13.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian identifikasi jenis mangrove di

Kawasan Hutan Mangrove Desa Maitara Tengah Kecamatan Tidore

Utara Kota Tidore Kepulauan dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis-jenis mangrove yang di temukan di lokasi penelitian

yaitu: Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Avicennia

lanata, dan Avicennia alba, yang berasal dari family

Sonneratiaceae, Rhizophoraceae, dan Avicenniaceae.

2. Keanekaragaman jenis (H’) mangrove di Kawasan Hutan

Mangrove Desa Maitara Tengah Kecamatan Tidore Utara Kota

Tidore Kepulauan sebesar 0,484761 (<1) menunjukan tingkat

keanekaragaman yang sedikit atau rendah.

13.2 Saran

Untuk saran sebaiknya di harapkan pada masyarakat agar

melakukan penanaman mangrove untuk spesies yang belum ada

sehingga keanekaragaman mangrove di Kawasan Hutan Mangrove

Desa Maitara Tengah semakin meningkat lagi kedepannya.


26

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N., Haya, N., Baksir, A., Harahap, Z. A., Tahir, I., Ramili, Y., & Kotta, R.
(2017). (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar). Kota Tual (Doctoral dissertation, IAIN Ambon). (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Agustini, N. T., Ta’alidin, Z., & Purnama, D. (2016). Struktur Komunitas
Mangrove Di Desa Kahyapu Pulau Enggano. Jurnal Enggano, 1(1), 19-31.
Baksir, A., Akbar, N., Tahir, I., Haji, I., Ahmad, M., & Kotta, R. (2018).

Fahmi, M. A. F. (2014). Identifikasi Tumbuhan Mangrove di Sungai Tallo Kota


Makassar Sulawesi Selatan
Insafitri, I. (2010). Keanekaragaman, Keseragaman, Dan Dominansi Bivalvia Di
Area Buangan Lumpur Lapindo Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan:
Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 3(1), 54-59.
Karsanifan, A. (2015). Perancangan eduwisata mangrove di Pantai Cengkrong
Kabupaten Trenggalek
Kehidupan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 12(2).

komunitas hutan mangrove di Pulau Sibu Kota Tidore Kepulauan Provinsi


Maluku Utara. Jurnal Enggano, 3(2), 178-196.
Lapangan, P. K., & Wibowo, M. R. Identifikasi Jenis Dan Kelimpahan
Makrozoobentos Di Area Tracking Mangrove Taman Nasional Karimunjawa.
Muharamsyah, S., Anwari, M. S., & Ardian, H. (2019). Keanekaragaman jenis
mangrove di Desa Mendalok Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten
Mempawah. Jurnal Hutan Lestari, 7(1).
Mangrove, I. (2019). Identifikasi Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pesisir Ekas
Buana Kabupaten Lombok Timur September 2018. Journal Ilmiah
Rinjani_Universitas Gunung Rinjani, 7(1).
Noor, Y. R., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N. N. Panduan Pengenalan
Mangrove.

Pagerwojo Tulungagung sebagai Sumber Belajar Keanekaragaman Hayati.

Reanida, P. P. (2012). Eksplorasi Bakteri Selulolitik Dari Tanah Mangrove

Renita, A. (2019). Identifikasi Tumbuhan Paku di Kawasan Air Terjun


Parangkikis
Riwayati, R. (2014). Manfaat Dan Fungsi Hutan Mangrove
27

Rahim, S., & Baderan, D. W. K. (2017). Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya.


Deepublish.

Rochmady, R. (2015). Struktur dan komposisi jenis mangrove Desa Bonea dan
Kodiri, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Struktur komunitas dan pemetaan ekosistem mangrove di pesisir Pulau Maitara,


Provinsi Maluku Utara, Indonesia. DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan,
Pesisir dan Perikanan, 6(2), 167-181. Studi Di Pulau Maitara Kota Tidore
Kepulauan Propinsi Maluku Utara. Jurnal Biologi Tropis, 18(2), 123-133.
Subur, R., & Sarni, S. (2018). Kapasitas Adaptif Mangrove Pada Pulau
Kecil Mikro
Tatroman, B. (2020). Identifikasi Jenis Mangrove Di Desa Niela Kecamatan Kur
Wonorejo Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
28

Lampiran.
Lampiran 1: Dokumentasi Penelitian
a) Pembuatan jalur

b) Pengukuran keliling/diameter

c) Pemasangan titik
29

d) Pengambilan data

Lampiran 2: Nilai indeks keanekaragaman mangrove di Desa Maitara Tengah

No Nama local Nama Ilmiah Ʃ Pi (ni/N) ln Pi Pi ln Pi H’

1 Posi-posi, Sonneratia alba 186 0,857143 -0,15415 -0,13213 0,484761


pedada
2 Api-api, sia- avicennia lanata 1 0,004608 -5,3799 -0,02479
sia
3 Kendali Rhizophora apiculate 26 0,119816 -2,1218 -0,25422

4 Api-api avicennia alba 4 0,018433 -3,9936 -0,07361

Jumlah total 217 0,484761

Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2021

Lampiran 3: Rekapitulasi data setiap jalur

NO Nama Jalur Jumlah

I II III

1 Sonneratia alba 62 60 64 186


2 Avicennia lanata 0 1 0 1
3 Rhizophora apiculata 7 13 6 26
4 Avicennia alba 1 3 0 4

Jumlah 217
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2021
30

Lampiran 4: Jenis-jenis Mangrove


1. Sonneratia alba (posi-posi/pedada)

a) Akar dan Batang b) Daun

2. Avicennia lanata (api-api, sia-sia)

a) Daun b) akar dan batang

3. Rhizophora apiculata (kendali)


31

a) Daun b) Akar dan Batang

4. Avicennia alba (api-api)

a) Daun b) Akar dan Batang

Anda mungkin juga menyukai