Anda di halaman 1dari 3

Srtuktur I: Relasi Antar indidvidu

1. Relasi-relasi stabil.

1.1. Sifat-sifat relasi.

Sifat-sifat relasi ini, sangat besar khususnya bagi bagi gereja-gereja. Dimana sifat relasi jemaat
sering dinyatakan dengan pengeretian paguyuban. Menurut Dulles bahwa relasi antara anggota
jemaat harus bersifat gemensohaft atau paguyuban. Peter H Man, mengungkapkan perlu membuat
distingsi antara ada atau tidak adanya kontak dengan sikap yang melatarbelakanginya, dimana
kontak ini bisa berbagi bentuk seperti saling melayani, saling menolong, saling berkunjung,
sehingga kontak itu bisa disebut nyata. Atas dua faktor sikap dan relasi, maka dapat dibedakan atas
empat tipe:

a. Adanya kontak factual+sikap positif


b. Tidak adanya kontak factual+sikap positif
c. Adanya kontak factual+sikap negative
d. Tidak adanya kontak faktual+sikap negative.

Tipe a dan d paling jelas, tipe b dan c paling interesan. Tipe c memperlihatkan bahwa kontak
factual dapat bersamaan dengan sikap negative. Tipe b kurang lebih memperlihatkan kebalikannya.
Dapat ada sikap positif tetapi kontak nyatanya tidak ada. Sikap positif membawa ke kontak nyata
kalau ada alasan khusus, kalau ada kebutuhan tertentu. Kombinasi ini, oleh Mann disebut Latern
atau terpendam. Trio ini merupakan kombijnasi antara hormat terhadap privasi orang lain dengan
sikap rela menolong yang dapat diandalkan.

Josef Pieper membedakan dua relasi pokok dalam relasi-relasi social: yang diadakan dan yang
tidak diadakan. Contohnya relasi yang diadakan dalah relasi antara teman, antara guru dan murib,
antara penjual dan pembeli. Relasi yang tidak diadakan adalah situasi konflik diamana satu ingin
menang dan atas yang lain. Pieper membedakan tiga macam relasi yang disebut:

a. Gemeinschaft.. Relasi gemeinschaf ini menenkankan yang dimiliki bersama. Ada relasi yang
dimiliki bersama dengan rasa ketertarikan. Relasi ini juga mengikuti pedoman-pedoman
tertentu seperti keterbukaaan pengorbanan, dan kelangsungan.
b. Gesellschaft. Relasi ini didasarkan kepada relasi kepentingan diri, tetapi ada nilai martabat, dan
nilai orang lain dalam relasi itu. Relasi ini antara dua bela pihak yang bersi keras dalam
pengakuan individualitas tersendiri. Contohnya relasi pasar antar pembeli dan penjual yang
terarah kepada kepentigan tersndiri, namun sambil menerima yang lain sebagai subjek. Bentuk
relasi ini mempunyai bentuk aturan main yaitu: distansi atau jarak penuntutan bsuasana pribadi
serta pengakuan privasi orang lain.
c. Organitation. Relasi ini ditugaskan didasarkan pada tugas bersama, dimana tugas yang tidak
dapat dilakukan oleh seorang diri. Tujuan organanisasi ini adalah anggota secara tidak langsung
terarah kepada suatu kepada yang lain. Namun secara langsung mereka terarah kepada tujuan.
tipe ini mempunyai aturan mainnya yaitu: relasi antar orang seperti relasi antar pejabat,
perhatian terarah kepada tujuan bersama.

1.2. Paguyupan dan kepentingan pribadi.


Tidak jarang dalam gereja hanya satu tipe relasi yang dimutlakkan atau ditekankan yaitu
paguyuban. Dari penelitian mengenai kelompok-kelompok keril dalam jemaat nyata bahwa jemaat
mengalami paguyuban merupakan motivasi penting untuk ikut dalam kelompok kecil. Ini juga
menjadi tolak ukur dalam penilaian mengenai kelompk kecil .itu. dan juga mengenai ibada gereja,
sehingga dari penelitian ini dapat kita lihat bahwa paguyuban tidak hanya menggirahkan melainkan
juga penghalang. Paguyuban didalam jemaat tidak boleh ditekankan dengan berat sebelah. vitalitas
dan stabilitas jemaat tidak dipromosikan melainkan diancam. Sehingga dapat kita meihat bahwa
vitalitas jemaat dimajukan kalau tidak ada tipe yang dimutlakkan, melainkan tiga tipe relasi di
iakan bersama.

2. Relasi-relasi antara anggota individual dengan organisasi sebagai keseluiruhan.

2.1. Efek perhatian terhadap individu.

Sosiologi organisasi dan pengembangan organisasikan memberikan perhatian yang relatif


sedikit kepada relasi individu-organisasi, apalagi kalau dibandingkan dengan perhatian yang
diberikan kepada relasi antarkelompok. Sosiologi agama memberikan perhatian jauh lebih banyak
kepada relasi individu-organisasi. Disusun macam-macam tipologi anggota jemaat yang didasarkan
pada pembagian Fichte yang membedakan menjadi empat tipe yaitu anggota inti, anggota modal,
anggota marginal, dan anggota tidur.

Penelitian emporis, penelitian ini di pertajam dengan membagi menjadi dua variable yaitu
atraksi dan pemerimaan yang dinilai dengan positif, netral, dan negative. Atraksi negative artinya
sesorang anggota tidak ingin masuk kelompok. Atraksi positif berartti bahwa anggota tidak masuk
kelompok. Atraksi positif berarti bahwa anggota bermotivasi untuk menjadi anggota terus. Atraksi
netral berarti bahwa anggota acuh tak acuh terhadap kelompok. Penerimaan positif berarti bahwa
anggota kelompok bereaksi terhadap tingkah laku individu. Penerimaan netral berarti bahwa
anggota kelompok acuh tak acuh atau toleran terhadap berpartisipasi sesorang, mereka hamper tidak
menaruh perhatian. Penerimaaan negative berarti bahwa anggota kelompok memperlakukan
individu seakan-akan ia tidak termasuk kelompok, ia di anggap udara.

Ada sebuah penelitian yang disebut penelitian Boonstra, dimana penelitian ini mengenai kesan
gereja yang dapat di percaya mengenai efek perhatian gereja bagi manusia individual sebagaimana
menjadi nyata dari kunjungan rohani rumah. Penelitian ini menyangkut pertanyaan untuk
mengetahui titik tolaknya yaitu tiga kata kunci yaitu:

a. Situasi. Ini menyangkut tentang bagaimana situasi tempat tinggal, apakah pekerjaan, apakah
itu memuaskan, dan bagaimana relasi anda denga tetangga lingkunagn.
b. Iman. Apakah yang anda pikirkan kalau mengatakan bahwa anda percaya atau tidak percay,
apakah perbuatan anda ada hubungan dengan kayakinan hidup nada,.
c. Gereja. Apakah ada ikatan dengan gereja, apakah harapan anda terhadap gereja, apakah
anda mengahargai kunjunagn rumah, apakah anda ingin berpartisipasi.

Konklusi dari penelitian ini adalah bahwa banyak orang menghargai kunjungan dari atas
nama gereja dan perhatian jemaat terhadap orang individual mempuyai pengaruh positif terhadap
keterlibatan dalam jemaat. Namun tidak berarti bahwa promosi partisipasi boleh menjadi motivasi
bagi kunjungan rumah.

2.2. Motif dan fungsi kunjungan rumah.


Jika di bagian atas ada pengaruh positif atas kunjungan rumah, tetapi pada bagian ini kunjungan
rumah diancam oleh macam-macam factor yaitu

a. Tidak mudah bebicara mengenai iaman, pling sedikutr di luar lingkup teman dan anggota
inti yang aman. Factor ini jugan belaku untukpengunjung.
b. Pastor kunjungan membuat frustrasi karena sulit untuk membuat perjajian pada waktu yang
cocok untuk kedua pihak di kota, juga makin sering di pedalama.
c. Pastoral ini mengahabiskan banyak waktu.
d. Masa ini para pengunjung tidak jarang ragu-ragu tentang nilai dan efek de fakto dari
kunjungan itu.

Berdasdarkan gagasan bahawa kunjungan rumah merupakan penugasan bagi jemaat. Untuk itu
dapat juga kita mengerti tujuan dan fungsi kunjungan rumah ini seperti, kunjungan rumah ini
berfungsi positif untuk mereka yang dukunjungi, memberikan perhatian yang sungguh-sungguh
kepada mereka. Pandangan yang kabur terhadap gereja dapat di perjelas, dimana gereja yang
kurang tampil dapat menampakkan diri. Kunjungan juga bisa membuka kesempatan untuk berbicara
tentang iman dalam suasana pribadi, tidak hanya mereka yang di kunjungi tetapi juga pengunjung
mempunyai fungsi-fungsi positif. Dimana mereka bisa belajar bergaul dengan orang secara
seksama, mereka belajar memperjelas kekdudukannya sendiri didalam komunitas beriman. Melalui
kunjungan ini kemungkinan ini melihat jemaat lewat mata anggota marginal dan menemuakn hal
manakah yang nerupakan kendsala bagi partisipasi orang lain.

Kunjungan rumah yang dilakukan harus ada isi , sehingga isi inilah yang akan muncul dari yang
dijelaskan sebelumnnya yaitu situasi, iman, dan gereja. Intense kunjungan juga harus jelas bahwa
kunjungan bukan untuk untuk membuat anggota marginal berpartisdipasi, bukanlah jemaat yang
dikunjungi harus di beri tempat sentral.

Kunjungan rumah ini juga di rumuskan oleh Heitink dalam tiga motif yaitu motif antropologis.
Maksudnya motif ini harus prihatin terhadap manusia, hidup mereka sendiri, kesenangan mereka.
Kemudian motif pastoral, berbunyi “ janganlah sampai orang mengetuk pintumu “ tetapi
kunjungilah mereka dan buatlah dirimu solider dengan dia. Dan terakhir motif eklesiologi yang
fokusnya juga kepada manusia individual. Kesimpilan dapat di katakana bahwa kunjungan rumah
berpengaruh positif terhadap jemaat. Bukan kepentingan gereja tetapi kepentingan pribadi yang
mengambil tempat yang sentral.

Anda mungkin juga menyukai