Tugas Kimia Lingkungan Makanan Radiasi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KIMIA LINGKUNGAN

Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Iva Rustanti EW, MT

Disusun Oleh :
Syawalina Putri Fajar
P27833121067

PROGRAM STUDI SANITASI PROGRAM DIPLOMA TIGA


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2022
1. A. Jelaskan bagaimana cara kerja metode radiasi sinar gamma tersebut!
B. Apakah metode radiasi sinar gamma akan berpengaruh pada struktur kimia
bahan? Jelaskan!
2. Buatlah resume 1 artikel tentang fungsi metode sinar gamma dalam pengamanan
makanan dan pengendalian pencemaran lingkungan!

JAWABAN

1A.
Menurut Herman (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang
diserap kedalam material dan merupakan faktor utama pada irradiasi makanan
sering kali untuk tiap jenis makanan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh
hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis
yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya menurut
(Winarno, et al,1991). jika dosis berlebihan, makanan mungkin akan rusak
sehingga tidak dapat diterima konsumen. Besarnya dosis radiasi yang dipakai
dalam pengawetan makanan tergantung dari jenis bahan makanan dan tujuan
irradiasi persyaratan dosis yang dibutuhkan untuk mengirradiasi jenis pangan
tertentu dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 di atas hanya digunakan untuk tujuan khusus. Dari Komisi Codex
Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini.
Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat menerima dosis irradiasi secara tepat
dilakukan dengan menggunakan suatu sistem dosimetri-dosimetri merupakan suatu
metode pengukuran dosis serap (absorbsi) radiasi terhadap produk dengan teknik
pengukuran yang didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh
radiasi menggunakan dosimetri. (Bryun, 2002). Dosis serap merupakan jumlah
energi yang diserahkan radiasi atau banyaknya energi yang diserap oleh bahan
permassa bahan itu jadi dosis serap merupakan banyaknya energi yang diberikan
oleh radiasi pengion kepada medium. (Akhadi,2000) Secara matematis dosis serap
dituliskan dalam rumus :

Cara kerja metode radiasi sinar gamma dalam pengawetan makanan


memiliki manfaat ':untuk pengawetan, namun juga berbahaya apabila mengenai
manusia. Oleh karena itu, sumber radiasi disimpan di dalam tempat yang dilapisi
oleh logam tebal yang tidak tertembus oleh radiasi sinar Gamma itu, seperti pada
gambar 1 sebelum digunakan untuk meradiasi
Pada sumber radiasi digunakan untuk meradiasi dengan menekan tombol di
bagian operator, maka sumber radiasi akan terangkat ke atas dan diletakkan di atas
meja di dalam ruangan yang dikelilingi tembok yang tebal dari beton agar tidak
tertembus radiasi (gambar 2). Para pekerja radiasi bekerja di luar ruangan dengan
komputer. Untuk meletakkan bahan makanan yang akan diradiasi supaya
peradiasian dapat tepat sesuai dengan dosis radiasi yang diperlukan maka diadakan
percobaan awal. Pada percobaan awal ini diusahakan untuk mencari jarak yang
tepat antara sumber radiasi dan bahan yang akan diradiasi.
Berdasarkan eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan ternyata paparan
radiasi berkurang dengan makin jauhnya dari sumber radiasi, maka fluks radiasi
pada jarak d dari sumber radiasi berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya.
Karena laju dosis proporsional dengan fliJks, maka laju dosis pun mengikuti hukum
kwadrat terbalik seperti berikut

Berdasarkan rumus tersebut, dapat diperhitungkan berapa jarak bahan


makanan yang harus ditempatkan terhadap sumber radiasi agar benar-benar bahan
makanan itu dapat diawetkan sebaik-baiknya.

1B.
Jika sumber radiasi yang digunakan adalah Co-60 dengan energi gamma sebesar
1,17 MeV dan 1,33 MeV maka interaksi yang mungkin terjadi adalah produksi
pasangan (Akrom et al., 2014). Namun, tidak menutup kemungkinan untuk terjadi efek
compton dan efek fotolistrik yang mengakibatkan eksitasi dan ionisasi. Pengaruh radiasi
pada bakteri terutama yang terkait dengan perubahan kimia, bergantung pada pada
faktor fisika dan fisiologis. Parameter fisika yaitu, laju dosis, distribusi radiasi, dan
kualitas radiasi, sedangkan parameter fisiologis yaitu, suhu, kadar air, dan konsentrasi
oksigen.
Dalam proses irradiasi pangan menggunakan radiasi pengion (sinar gamma)
menimbulkan eksitasi (elektron terpental dari kulit dalam ke kulit luar), ionisasi
(pelepasan sebuah elektron), dan perubahan kimia. Eksitasi terjadi apabila energi
eksitasi melebihi energi ikat atom. Ionisasi adalah proses peruraian senyawa kompleks
atau makromolekul menjadi fraksi atau ion radikal bebas. Perubahan kimia timbul
sebagai akibat dari eksitasi, ionisasi dan reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup,
sehingga dapat menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses pembelahan sel
atau proses kehidupan normal sel terganggu dan terjadi efek biologis (Putri et al., 2015).
Setiap mikroorganisme memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap radiasi
gamma. Beberapa mikroorganisme sangat sulit untuk dihambat atau bahkan dibunuh
dengan radiasi gamma, namun sebagian mikroorganisme juga mudah mati dengan
pemberian radiasi gamma (Aquino, 2012). Tingkat kerusakan sel bakteri berkaitan erat
dengan resistensi bakteri terhadap radiasi yang dinyatakan dengan nilai D10 (Cahyani et
al., 2015). Nilai D10 adalah besarnya dosis radiasi yang dibutuhkan untuk menurunkan
jumlah bakteri sebanyak 90% dari jumlah total bakteri sehingga mengakibatkan
inaktivasi populasi bakteri sebanyak satu log (Molins, 2001). Pengawetan bahan pangan
dengan irradiasi perlu memperhatikan dosis irradiasi yang digunakan, agar sampel tetap
dalam keadaan baik dan tujuan dari pengawetan tercapai. Dari hal tersebut maka
dilakukan variasi dosis irradiasi untuk mendapatkan dosis irradiasi yang tepat dan
mengidentifikasi faktor jumlah total cemaran bakteri terhadap proses pembusukan.

Sumber Referensi
Berata Made IGN. 1993. Pengawetan Dengan Radiasi Sinar Gamma . Cakrawala
Pendldikan Nomor 2
Safitri Rini, Lenni Fitri. 2010. Kajian Pemanfaatan Radiasi Sinar Gamma (Co-60) Pada
Sistem Pengawetan Makanan Studi Kasus Pada Serbuk Cabai. Jurusan Fisika,
FMIPA Universitas Syiah
Utami Moh, Sunarno, Dwi Yulianti. 2016. Penentuan Dosis Radiasi Pada Irradiasi
Makanan Pasca Penyimpanan. FMIPA Universitas Negeri Semarang
2. Safitri Rini, Lenni Fitri. 2010. Kajian Pemanfaatan Radiasi Sinar Gamma (Co-
60) Pada Sistem Pengawetan Makanan Studi Kasus Pada Serbuk Cabai.
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah

Irradiasi adalah teknik penggunaan energi radiasi untuk penyinaran bahan secara
sengaja, terarah dan periodik. Irradiasi bahan pangan merupakan aplikasi dari
teknologi nuklir dengan tujuan pengawetan, sterilisasi dan karantina dengan
memanfaatkan radiasi pengion (sinar gamma dan sinar-X). Irradiasi bertujuan
mengurangi hilangnya mikroba pembusuk serta membasmi mikroba dan organisme
lain yang menimbulkan penyakit terbawa pada makanan. Tetapi pada prinsip
pengolahan, dosis, teknik penyinaran dan peralatan, persyaratan kesehatan
keselamatan serta pengaruh irradiasi terhadap pangan harus diperhatikan.
Berdasarkan data tentang pengelohan bahan pangan yang ada, FAO (Organisasi
Pangan Sedunia), IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) dan WHO (Organisasi
Kesehatan Dunia) menyimpulkan, bahwa makanan yang diradiasi hingga dosis 10
kGy aman untuk dikonsumsi sehingga sampai saat ini penelitian dan pengembangan
metode ini untuk industri terus dilakukan.
Hubungan antara waktu dan jarak pada paparan saat penyinaran radiasi gamma,
berpengaruh pada terbunuhnya mikroba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akhadi,
(2000) yang menyatakan bahwa dosis radiasi sebanding dengan lamanya penyinaran
semakin lama penyinaran akan semakin besar dosis yang diterima.
Pada sampel ini menunjukkan telah terjadi pengurangan jumlah mikroba
pembusuk secara signifikan pada saat sebelum dan sesudah pennyinaran sehingga
metode irradiasi ini dapat menjadi salah satu alternatif proses pengawetan bahan
makanan. Dengan terbebasnya sampel dari mikroba pembusuk maka masa simpan
bahan makanan tersebut relatif lebih lama. Untuk menghasilkan sampel yang
terbebas dari jamur atau bakteri pembusuk maka dapat disinari pada sampel makanan
yang akan diawetkan. Begitu juga dengan pengamatan terhadap jumlah mikroba
yang hilang setelah penyinaran dengan fluks, laju dosis dan dosis serap yang
dihasilkan sumber pada jarak penyinaran 25 cm dan 45 cm dengan lama waktu
penyinaran 15 menit. 60 menit dan 120 menit. Untuk pengujian dengan jarak sampel
terhadap sumber 45 cm dan lama penyinaran 15, 60, dan 120 menit, mikroba yang
terbunuh adalah masing-masing 6 %, 29 % dan 89 % dan didapati pengurangan
jumlah mikroba 90 % untuk penyinaran 120 menit pada jarak 25 cm. Berdasarkan
hasil ini, dapat disimpulkan penggunaan Co-60 dalam kondisi aman dapat dipakai
sebagai suatu teknik pengawetan makanan.
Maka dari itu, perlu diawetkannya makanan menggunakan radiasi gamma agar
tetap segar sehingga. memungkinkan untuk diperdagangkan dalam waktu yang agak
lama. Hal ini akan sangat membantu perekonomian para petani dan para nelayan
karena hasil-hasil panen mereka tahan lama sehingga memungkinkan untuk dikirim
ke daerahdaerah yang letaknya jauh maupun diekspor. ke luar negeri. Dalam hal ini
radiasi mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai sifat-sifat yang
sangat menunjang pengawetan, seperti:
1. Dapat menunda pertunasan pada umbi-umbian.
2. Dapat menunda kematangan buah-buahan.
3. Dapat membunuh mikroba-mikroba pembusuk dan mempunyai daya tembus
terhadap materi sangat besar sehingga seluruh materi akan teradiasi secara
merata.
Namun tentunya, dalam pemakaian radiasi sinar gamma terdapat bahaya paparan
radiasi terhadap kesehatan tubuh maupun lingkungan sekitar. Sehingga perlu adanya
Pengelolaan terhadap limbah radioaktif harus dilakukan secara rutin dengan maksud
untuk menurunkan aktivitas jenis limbah tersebut, disarnping juga mendukung
limbah tersebut manjadi 'inert' baik dari segi fisik maupun kimiawi , yakni sebagai
berikut
1. Prinsip pengenceran dan dispersi didasarkan pada anggapan bahwa lingkungan
mempunyai kapasitas terbatas untuk mengencerkan nuklida sampai tingkat tidak
membahayakan.
2. Radionuklida akan kehilangan!terkurangi keradioaktivannya karena peluruhan.
Peristiwa ini dapat diterapkan dalam pengelolaan limbah padat, cair, dan gas
dengan tingkat keradioaktivan sedang dan tinggi yang mengandung radionuklida
dengan umur paruh (half life) pendek. Tujuannya ialah untuk mempermuidah
persolan dalam pengelolaan selanjutnya atau untuk memeperkecil resiko dalam
pembuangan limbah ke sekelilingnya dengan mengambil manfaat dari peluruhan
dan waktu
3. Prinsip pemampatan diturunkan dari konsep bahwa kebanya- . kan radioaktivitas
yang diproduksi dalam program nuklir hams diisolasi dari manusia dan
sekeli1ingnya. Prinsip ini diterapkan pada teknik-teknik pemnbersihan udara dan
gas, pengolahan sampah cair dengan cara pengendapan dandfestilasi; penukar
ion dan penguapan;, pengolahan sampan padat dengan tingkat
keradioaktivannya rendah dengan cara dibakar; pengepakan dan penyaringan
4. Pewadahan, karena beberapa radionuklida mempunyai waktu paruh yang
panjang hingga memakan waktu lama untuk mencapai tingkat keradioaktivanya
yang tidak berbahaya, maka Iimbah harns dilindungi dan disimpan dalaiii waktu
yang lama, Prinsip ini diterapkan pada penyimpanan limbah padat dalam rnang
di dalam tanah atau gua pada strnktur geologi yang dalam

Sumber Referensi
Supahar. 1995. Pengelolaan Llmbah Zat Radioaktif : Suatu Antisipasi Bahaya Radiasi.
Cakrawaja Pendidikan Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai