Anda di halaman 1dari 16
BAB VI POPULASI DAN SAMPEL Dalam setiap penelitian, peneliti harus menentukan siapa atau apa yang menjadi subjek penelitiannya. Peneliti perlu memberi penjelasan tentang siapa saja yang menjadi subjek dan alasan mengapa mengambil subjek penelitian tersebut. Jika subjek dianggap terlalu banyak sehingga dapat menghambat proses penelitian, maka peneliti dapat menggunakan sampel. Pengambilan sampel digunakan dalam penelitian deskripsi maupun inferensial. Apalagi jika penelitian tersebut dimaksudkan supaya dapat digeneralisasikan, sehingga perlu teknik pengambilan sampel yang memungkinkan bersifat representatif (mewakili sifat-sifat yang dimiliki oleh anggota-anggota dalam populasi). Oleh karena itu, peneliti perlu memahami tentang populasi dan sampel agar tidak mengalami kesalahan dalam menentukan sampelnya. A. Populasi Populasi adalah sekumpulan subjek yang mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (diteliti) dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dapat berupa benda-benda alam, bukan hanya berupa manusia. Populasi meliputi seluruh sifat-sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh subjek yang diteliti tersebut. Oleh karena itu, di dalam subjek tersebut, peneliti menentukan objek yang ditelitinya yakni berupa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam populasi tersebut. Tanpa menentukan objek (variabel penelitian), tentu peneliti menjadi kehilangan fokus penelitiannya. Sebagai misal, seorang peneliti akan 53 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Agresivitas Siswa Kelas KI SMKN2 Salatiga”, maka lokasi penelitian berada di SMKN2 Salatiga. Populasi dalam penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas XI SMKN2 Salatiga. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya ada dua yakni pola asuh orangtua, dan agresivitas siswa kelas XI SMKN2 Salatiga. Perlu dipahami bahwa sebenarnya karakteristik yang melekat pada diri subjek sangatlah banyak, misalnya kecerdasan siswa, motivasi belajar siswa, disiplin belajar siswa, kondisi kesehatan siswa, kemandirian siswa, dan masih banyak lagi. Namun, dalam contoh penelitian di atas, si peneliti hanya menekankan objek penelitian (variabelnya) pada dua hal seperti di atas. Selain itu, dalam contoh di atas, si peneliti dengan alasan tertentu juga memusatkan subjek penelitiannya (populasi) hanya pada siswa kelas XI belaka, bukan semua siswa di SMKN2 Salatiga. Jika semua siswa yang ada di SMKN2 Salatiga (mulai kelas X sampai dengan kelas XII) yang akan diteliti tentu lebih banyak pula jumlahnya. Melalui pembatasan hanya pada kelas XI, maka jumlah subjek penelitian akan menjad lebih terbatas, dengan konskwensi yang lebih terbatas pula. Populasi dapat beruang lingkup sempit maupun tuang lingkup yang luas. Misalnya beruang lingkup sempit, siswa kelas X di sekolah SMKN2 Salatiga, atau lebih sempit lagi siswa kelas X jurusan teknik mesin SMKN2 Salatiga. Sedangkan wilayah lebih luas misalnya, siswa kelas X SMKN di kota Salatiga, atau bahkan siswa SMKN di Jawa Tengah. Dalam penelitian sosial, misalnya di bidang pendidikan, dapat dilakukan penelitian studi kasus. Penentuan populasi dalam studi kasus dapat hanya satu orang pun, karena penelitian studi kasus bersifat mendalam, artinya banyak hal (variabel) yang digunakan dalam menyimpulkan 54 penelitian tersebut. Dalam studi kasus, istilah yang sering digunakan sebagai pengganti populasi adalah subjek penelitian. Misalnya, penelitian tentang “Penentuan Keputusan Melahirkan Bayi bagi Mahasiswi Hamil sebelum Menikah”, maka subjek yang diteliti adalah mahasiswa yang hamil tetapi belum menikah. Pada diri mahasiwi yang diteliti tersebut tentu mempunyai berbagai karakteristik yang perlu dikumpulkan datanya, misalnya kehidupan atau pola asuh orangtuanya, pendidikan formalnya, hobinya, pergaulannya, pandangan tentang moralitas dan keyakinannya, kedekatannya dengan orang lain (orangtua, family, teman), dan masih banyak lagi variabel lainnya. Berbagai variabel tersebut diteliti dan dipertautkan untuk mengambil kesimpulan penelitian sesuai tujuan penelitian. Gambaran mengenai wilayah dari suatu populasi penelitian berikut sampelnya perlu dijelaskan oleh si peneliti, yang biasanya dijelaskan pada bab III dari laporan penelitian. Hal ini dianggap penting agar pembaca memiliki gambaran yang jelas mengenai deskripsi populasi dan sampel penelitian. B. Sampel Tidak jarang seorang atau beberapa peneliti diperhadapkan pada berbagai keterbatasan, misalnya keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Apalagi jika populasi penelitiannya cukup besar atau berjumlah banyak, maka keterbatasan tersebut dapat menghambat proses penelitiannya. Dalam kondisi seperti tersebut, maka si peneliti dapat mengambil sampel dengan teknik tertentu. Jika populasinya cukup besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut, peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel adalah bagian dari jumlah populasi penelitian, tetapi tetap memiliki karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Oleh karena itu, sampel 55 yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) semua Sifat-sifat atau kerakteristik anggota populasi, Dengan demikian, kesimpulan mengenai karakteristik yang dideskripsikan dari sampel, juga dapat diberlakukan sebagai gambaran karakteristik populasi. Sebaliknya jika pengambilan sampel semaunya si peneliti sendiri, tanpa menggunakan kaidah atau aturan teknik pengambilan sampel, maka hasil penelitian tersebut menjadi tidak representatif. Seperti ibaratnya beberapa orang buta yang disuruh menyimpulkan karakteristik gajah, yang masing-masing memegang bagian-bagian dari gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia akan menyimpulkan bahwa gajah itu seperti kipas yang luas, karena telinganya lebar dan bergerak seperti kipas. Orang kedua yang memegang badan gajah, maka akan menyimpulkan bahwa gajah itu seperti tembok besar karena badannya yang besar dan kuat. Seorang lagi memegang ekor gajah, maka akan menyimpulkan bahwa gajah itu kecil seperti seutas tali yang bergerak ke sana dan ke sini. Begitulah gambaran jika sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat tiga orang buta tadi yang membuat kesimpulan salah tentang gajah. Adanya keterbatasan tertentu maka peneliti hendaknya mengambil sampel dengan cara (teknik) tertentu yang bersifat representatif. Dengan demikian, peneliti perlu memahami tentang teknik-teknik pengambilan sampel. C. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel sering disebut juga sebagai teknik sampling, yang menggambarkan cara-cara pengambilan sampel sesuai dengan tujuan, jenis dan ruang lingkup penelitian. Terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan dalam suatu penelitian, tetapi hal tersebut 56 harus disesuaikan dengan tujuan, jenis dan ruang lingkup penelitian. Beragam teknik sampling dilihat pada gambar 6.1. Melalui gambar 6.1 tersebut dapat dilihat bahwa teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling menggambarkan sampel yang nanti hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan (diberlakukan untuk umum). Probability Sampling meliputi simpel random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Sedangkan nonprobability Sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental / insidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling. Penelitian yang menggunakan teknik sampel nonprobability hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, artinya bahwa hasil penelitian hanya berlaku pada sampel itu saja, pada tempat dan saat penelitian itu berlangsung. a, Sampel Acak 1. Sampel Sistematis_ olen Sampel Kuota b. Sampel Acak ’ Proportionate ‘Sampel Aksidei Stratified asidental) _¢. Sampel Acak Disproportionate Stratified _d. Sampel Area (Cluster) | Gambar 6.1 Macam-macam Teknik Sampling 57 1. Sampel Probabilitas (Probability Sampling) 58 Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Probability sampling menekankan pentingnya _representatif, yakni sifat-sifat atau karakteristik anggota populasi juga terwakili (dimiliki) pada sampel yang terpilih, Dengan demikian, hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan (diberlakukan secara umum) pada penelitian lain dengan topik dan subjek yang karakternya mirip, meskipun waktu dan tempatnya berbeda. Ada beberapa macam teknik dalam probability sampling. Teknik ini meliputi Sampel Acak Sederhana (simple random sampling), Sampel Acak Proporsional Berstrata (proportionate stratified random sampling),Sampel Area (area atau cluster) sampling). a. Sampel Acak Sederhana (Simpel Random Sampling) Simpel sering disebut juga sederhana. Pengambilan anggota sampel dari populasi dapat dilakukan secara acak tetapi sederhana, tanpa memperhatikan strata atau wilayah yang ada dalam populasi itu. Teknik pengambilan sampel ini dapat dilakukan jika anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel secara acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, Secara teknis, pengambilan sampel seperti ini dapat dilihat seperti ibu-ibu RT atau PKK yang sedang mengundi nomor arisan yang keluar. Misalnya, dari 40 nama ibu-ibu anggota PKK, diundi hanya 5 orang saja setiap bulannya. Diambil secara random Gambar 6.2 Teknik Sampel Acak Sederhana b. Proportionate Stratified Random Sampling Jika anggota suatu populasi sudah nampak tidak homogen maka pengampilan sampel dapat menggunakan proportionate stratified random sampling, apalagi jika kondisi anggota populasi nampak berstrata secara proporsional. Misalnya data Dosen dan Karyawan Perguruan Tinggi seperti dalam tabel berikut. Table 6.1. Sebaran Pendidikan Akhir Pegawai di Universitas Maju Jaya. a Pendidikan Akhir ie 9 9 a SC SS) a MD Pm Pope psp eye pe Pe Ye [a0 ‘Sumber data: Bagian Pengembangan SDM 59 Tabel 6.1 tersebut memperlihatkan bahwa anggota populasi berstrata berdasar latar belakang pendidikan. ‘Baik pada dosen maupun karyawan memiliki strata, sehingga masing-masing strata harus_ terwakili, maksudnya setiap latar belakang pendidikan baik pada dosen maupun karyawan harus terambil dalam sampel. Mengenai berapa jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut, akan dijelaskan pada bagian yang lain, setelah subbab ini. Teknik proportionate stratified random sampling dapat digambarkan seperti Gambar 6.3 berikut. Diambil secara random Gambar 6.3 Teknik Stratified Random Sampling c. Disproportionate Stratified Random Sampling Table 6.2. Sebaran Pendidikan Akhir Pegawai di Universitas Harapan Baru. [eta cheered Chg | ‘Sumber data: Bagian Pengembangan SDM Pada tabel 6.2, menggambarkan kondisi anggota populasi yang tersebar dengan strata tetapi tidak atau kurang proporsional, karena 60 masing-masing jumlah anggota pada setiap stratanya (latar belakang pendidikan) memilki kesenjangan yang cukup jauh. Kondisi seperti contoh tabel 6.2 tersebut perlu pengambilan sampel disproportionate stratified random sampling, yakni suatu teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel pada populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Pada contoh tabel 6.2 di atas, maka dosen yang berpendidikan S1 (2 orang) harus diambil semua, begitu pula karyawan yang berpendidikan S2 (3 orang) dan SD (3 orang) juga harus terwakili (diambil) semuanya, karena masing-masing strata tersebut berjumlah sedikit jika dibandingkan dengan strata yang lainnya. d. Area (Cluster) Sampling Pengertian area atau cluster terkait dengan suatu wilayah. Teknik sampel area akan dilakukan jika subjek yang diteliti atau sumber datanya mencakup wilayah yang sangat luas, misal penduduk suatu kota, propinsi atau bahkan wilayah negara. Dalam menentukan subjek yang akan dijadikan sumber data, maka peneliti terlebih dahulu menetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas sampai ke wilayah terkecil. Misalnya penelitian tentang ‘Pandangan Kepala Rumah Tangga terhadap Layanan BPJS di kota Salatiga’, maka peneliti menetapkan wilayah Kecamatan, Kelurahan, Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT) yang tersedia. Setelah terpilih sampel (wilayah) terkecil, kemudian baru peneliti memilih sampel (subjek peneltian) secara acak. Berdasar ketentuan jumlah Rumah Tangga yang minimal seharusnya diambil, peneliti dapat memulai menentukan wilayah kecamatan terlebih dahulu secara random. Dari kecamatan yang terpilih, dilanjutkan menentukan kelurahannya secara random, begitu seterusnya hingga 61 62 ke wilayah RT. Namun, jika terdapat wilayah yang memiliki kekhususan maka wilayah tersebut harus digunakan sebagai sampel. Dengan demikian, terdapat dua tahap dalam teknik area (cluster) sampling. Tahap pertama, menentukan sample daerah, dan tahap berikutnya (kedua) menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara acak (sampling) juga. Sampel Bukan Probabilitas (Nonprobability Sampling) Pada jenis penelitian tertentu, ternyata memungkinkan peneliti mengambil sampel penelitiannya sesuai ciri-ciri yang diinginkannya. Hasil penelitian tersebut masih dapat dipertanggungjawabkan, tetapi tidak bersifat generalisasi; artinya hasilnya hanya berlaku untuk diri subjek tersebut, pada saat dan di tempat tersebut. Pemilihan sampel seperti hal itu termasuk nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Pada kelompok nonprobability sampling, terditi dari teknik sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, dan snowball. a. Sampling Sistematis Dalam sampling sistematis semua anggota populasi disusun dalam daftar dan diberi nomor urut. Teknik pengambilan sampel sistematis ini berdasarkan nomor urut dari sejumlah anggota populasi yang telah diberi nomor. Sebagai misal, terdapat populasi yang terdiri dari 100 orang. Keseluruhan anggota tersebut didaftar dan diberi nomor urut dari nomor 1 sampai dengan nomor 100. Sampel dapat diambil dari nomor ganjil saja, atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Misalnya kelipatan dari bilangan 3. maka’ sampel yang diambil adalah yang bernomor 3, 6, 12, 15, 18, dan seterusnya sampai 99, F . Sampling Kuota Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel pada populasi dengan ciri-ciri tertentu, dengan jumlah (kuota) yang telah ditentukan pula, Misalnya penelitian tentang ‘Pendapat Masyarakat kota Salatiga terhadap layanan BPJS’, dengan kuota sampel yang ditentukan sebanyak 1000 orang. Jika pengumpulan data dalam penelitian tersebut sudah memenuhi kuota sebanyak 1000 orang yang berdomisili di kota Salatiga, maka pengambilan sampel penelitian sudah dianggap selesai. Data dari 1000 orang itulah yang akan diolah dan dianalisis. Sampling Insidental Sampling insidental adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan (insidental) bertemu dengan peneliti. Jika orang yang kebetulan ditemui peneliti tersebut memang cocok sabagai sumber data maka dapat digunakan sebagai sampel. Misalnya, penelitian tentang kebijakan pelaksanaan semester di UKSW, maka peneliti dapat menggunakan mahasiswa atau dosen yang kebetulan ditemui di kampus sebagai sumber informasi (data). Pemilihan sampel tersebut tanpa melihat asal fakultasnya, lama kuliahnya atau bekerjanya di UKSW, jabatan yang disandangnya, dan seterusnya. 63 d. Sampling Purposive Sampling purposive (bertujuan) adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau ciri-ciri_ tertentu. Teknik pengambilan sampel purposive lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, penelitian tindakan, penelitian eksperimen, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Misalnya penelitian tentang peningkatan percaya diri siswa kelas X SMAN2 Salatiga, maka sampel yang diambil adalah siswa kelas XK SMAN2 Salatiga dengan ciri percaya diri yang masih rendah. Contoh lain, penelitian tentang pandangan tentang kesehatan bayi di suatu daerah, maka sumber data yang dipilih adalah dokter bayi, atau ahli kesehatan bayi di daerah tersebut. e. Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Teknik sampel jenuh biasanya disebut sebagai sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Namun perlu ditekankan bahwa teknik pengambilan sampel ini digunakan pada jumlah populasi relatif kecil, yakni kurang dari 30 orang. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sf Snowball Sampling Sesuai dengan istilahnya ‘snowball’, maka dapat digambarkan seperti bola salju yang menggelinding yang lama kelamaan menjadi besar. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil (misalnya satu atau dua orang saja), kemudian berkembang atau bertambah menjadi banyak. Awalnya dipilih sampel yang tepat yakni satu atau dua orang saja, selanjutnya peneliti menambahkan sampelnya ke orang lain yang dipandang lebih tahu, sesuai bantuan informasi dari sampel awal, begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel menjadi semakin banyak. Berbagai informasi dari sampel awal hingga akhir adalah saling melengkapi data. Sample pertama Pilihan A Gambar 6.4 Snowball Sampling Perlu dipahami bahwa pada umumnya dalam penelitian kualitatif di bidang pendidikan banyak menggunakan sampel purposive. Misalnya pada penelitian eksperimen, penelitian tindakan, maka peneliti mengambil sampel secara purposive, sesuai ciri-ciri yang ditentukan si peneliti. Hal lain yang perlu dipahami bahwa makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi (diberlakukan secara umum) semakin kecil. Sebaliknya, makin kecil jumlah sampelnya, maka makin besar kesalahan generalisasinya. 65 Ketepatan jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian tergantung pada tingkat kesalahan Sei dikehendaki, karena suatu kesimpulan penelitian (terutama yang berjenis inferensial) yang disandarkan pada keputusan statistik, tidak dapat ditopang oleh taraf kepercayaan mutlak seratus persen. Oleh karena itu, peneliti memberi sedikit peluang untuk salah dalam menolak hipotesis. Dalam penelitian deskripsipun, pengambilan sampel tetap perlu menggunakan kaidah tingkat kesalahan yang digunakan. Pada umumnya peneliti menggunakan tingkat kesalahan 1% atau 5%. Tingkat kesalahan berbanding terbalik dengan taraf ketelitian atau kepercayaan. Jika tingkat kesalahan sebesar 1%, maka taraf. Kepercayaan sebesar 99%; jika tingkat kesalahan sebesar 5%, maka taraf kepercayaan sebesar 95%, dan seterusnya. Semakin besar tingkat kesalahan yang digunakan, maka akan semakin kecil pula jumlah anggota sampel yang harus diambil sebagai sumber data. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010), bahwa penentuan jumlah sampel dapat dilakukan melalui rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang tidak diketahui jumlahnya, sebagai berikut. .N.P.Q @ (N-1)+2.P.Q Keterangan: 2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%. P=Q=0,5; d= 0,05; s = jumlah sampel 66 Pembaca dapat membandingkan jumlah sampel minimal yang harus diambil pada populasi yang sama jika menggunakan tingkat kesalahan 1% dan tingkat kesalahan 5%, seperti tabel berikut ini. Tabel 6.3. Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi dengan Taraf Kesalahan 1% dan 5% [iktp, dens Biwi s N N I 1% | 5% 1% 5% 30 29 28 130 109 95 40 38 36 140 116 100 50 47| 44.«*150 12 105 60 35 sr] 160 129 110 70 8 38] 170 135 114 80 7 65{ 180 142 119 90 79 72 190 148 123 100 87 78 | 200 154 127 110 94] 84[ 210 160 131 120 102 89] 220 165 135 Sumber: Sugiyono (2010) Jumlah sampel minimal yang harus diambil pada populasi yang sama pada taraf kesalahan 1% selalu lebih banyak jumlahnya dibanding dengan yang menggunakan taraf kesalahan 5%. Misalnya, pada populasi sebanyak 100, pengambilan sampel untuk taraf kesalahan 1% sebanyak 87, tetapi pada taraf kesalahan 5% sebanyak 78. Begitu pula pada populasi sebanyak 200, maka jumlah sampel minimal yang harus diambil dengan taraf kesalahan 1% adalah sebanyak 154, sedangkan pada taraf kesalahan 5% hanya sebanyak 127. 67 Sebenarnya masih tersedia cara penentuan jumlah anggota sampel, misalnya dengan menggunakan Nomiogram Herry King. Namun hal ini tidak disediakan dalam buku ini, karena melalui pembacaan tabel yang sudah disusun oleh Isaac dan Michael (seperti contoh tabel 6.3) lebih mudah dipergunakan daripada dengan cara lainnya. Soal Latihan: 1. Jelaskan secara ringkas apa yang dimaksud dengan sampel yang Tepresentatif] 2. Jika anda akan melalukan penelitian tentang “penggunaan alat peraga pembelajaran IPA pada Guru kelas V SDN10 Salatiga” maka teknik pemilihan sampel yang mana anda gunakan? (jelaskan alasannya) 3. Pada saat bagaimana, teknik sampel acak proporsional stratified digunakan? 4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan tingkat kesalahan sebesar 1%? 5. Mengapa dalam penelitian deskriptif juga perlu menggunakan tingkat kesalahan? 68

Anda mungkin juga menyukai