Anda di halaman 1dari 131

PEMBIASAAN SHALAT DHUHA DALAM

MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL


PESERTA DIDIK DI MI MUHAMMADIYAH
SEMAMPIR BANJARNEGARA

Oleh:
Rafika Nur Fushoha, S. Sos
NIM: 1237.30.1.21

Pembimbing:
Dr. Nurul Mubin, MSI.

TESIS
Diajukan kepada Magister Pendidikan Islam
Program Pascasarjana Universitas Sains Al-Quran (UNSIQ)
Jawa Tengah Di Wonosobo
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan

WONOSOB0O
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam diturunkan ke alam dunia sebagai rahmatan lil ‘alamin, yaitu

rahmat bagi seluruh alam. Agar rahmat Allah SWT ini sampai kepada

manusia maka diutuslah Rasulullah Saw, tujuan utamanya adalah

memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Selama kurang

lebih 63 tahun, Rasulullah membina dan memperbaiki pendidikan

manusia. Pendidikanlah yang mengantar manusia pada derajat yang tinggi,

yaitu orang-orang yang berilmu.1

Pendidikan merupakan persoalan penting bagi umat manusia,

karena pendidikan merupakan parameter yang mencerminkan sebuah

peradaban. Maju mundurmya suatu bangsa seringkali dihubungkan dengan

kualitas sistem pendidikan. Pada zaman sekarang ini pendidikan Indonesia

tidak hanya membutuhkan teori atau materi ajar yang hanya dikaji dan

dimengerti, melainkan dibutuhkan pengimplementasian dari teori tersebut

ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan membentuk sebuah

dimensi kepribadian dalam meniti kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bertanah air.

Salah satu tanggung jawab yang diemban oleh sekolah dalam

pendidikan adalah mendidik peserta didik dengan akhlak yang mulia yang

1
Saifuddin Amin, Etika Peserta Didik, Cet. II (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), hal.
1.
jauh dari kejahatan dan kehinaan. Seorang anak memerlukan pendalaman

dan nilai-nilai norma dan akhlak ke dalam jiwa mereka. Di samping

pendalaman akhlak juga anak memerlukan ketentraman jiwa, selalu

mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan memperbanyak

beribadah.Ibadah merupakan perintah Allah SWT. Sebagaimana firman

Allah dalam Q.S. Ad-Dzariyat [51] ayat 56 :

ِ ‫وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واِإْل نس ِإاَّل لِيعب ُد‬


]٥١:٥٦[ ‫ون‬ ُْ َ َ َ ُ َ ََ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Ad-Dzariat:51 ayat 56)2.

Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan Allah menciptakan

makhluknya hanya untuk beribadah kepadanya dan tidak selain dia. Dan

tidak boleh mempersekutukannya dengan apapun. Hanya Dia yang patuh

disembah, mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya. Salah satu

perintah yang harus ditaati oleh hambanya serta wajib dilaksanakan adalah

shalat. Menurut bahasa arab, shalat berarti do’a. Secara istilah ibadah

tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan

takbir disudahi dengan salam.

Pengalaman ajaran agama dalam hal ini dilakukan dengan

mengsosialisasikan shalat di lingkungan sekolah, dengan penerapan shalat,

khususnya shalat dhuha dalam lingkungan sekolah diharapkan dapat

memberikan motivasi atau dorongan untuk memperbaiki pendidikan di

2
Q.S. Ad-Dzariat:51: 56
Indonesia. Pengaruh shalat khususnya shalat dhuha yang dikerjakan secara

rutin akan membawa pengaruh terhadap kecerdasan spiritual dan

kepribadian yang dimiliki oleh peserta didik. Kecerdasan spiritual

itu untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai.3

Kecerdasan dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk selalu

mendekatkan jiwanya dengan nilai spiritual yaitu Tuhan yang mampu

mengantarkan manusia pada kesuksesan dan kebahagiaan hidup baik di

dunia maupun di akhirat, dan juga kecerdasam spiritual yang dimaksud

disini ialah kecerdasan yang berpusatkan pada rasa cinta yang mendalam

kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya.

Shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada waktu

dhuha, yaitu sejak matahari setinggi satu tombak sampai waktu istiwa’,

yaitu waktu matahari tepat berada diatas kepala.4 Shalat dhuha hanya

dapat dikerjakan setelah terbitnya matahari, dan berakhir sebelum masuk

waktu dhuhur. Tetapi, akan lebih baik apabila mengerjakan shalat dhuha

saat matahari sudah mulai naik sepenggal, yaitu kira-kira sekitar pukul

delapan atau sembilan pagi saat udara masih segar.5

Diharapkan dengan pembiasaan sholat dhuha di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara dalam memasukan praktek

keseharian program rutin sekolah yang diikuti oleh siswa dan guru dapat

melatih peserta didik dalam mengembangkan kepribadian serta kecerdasan


3
Danah Zohar & Ian Marshall, Kecerdasan Spiritual (SQ) Memanfaatkan Kecerdasan
Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk memaknai kehidupan, (Bandung : Mizan,
2007), hal. 4
4
M.Syafi’i Masykur, Shalat Saat Kondisi Sulit, (Yogyakarta:Citra Risalah,2011), hal 1
5
Abil Qays Maarif, Dahsyatnya Berkah Bangun Pagi, Tahajjud, Subuh & Dhuha,
(Yogyakarta : Fillah Books, 2020), hal 145
dalam lingkungan sekolah, mereka dapat dilatih dalam mengembangkan

mental dan kemampuan kearah yang lebih baik, sesuai syari’at Islam.

Lembaga ini dipilih oleh peneliti karena MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara, masih kurang peserta didik yang minim terkait

pembelajaran keagamaan, maka MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara berupaya mengubah perilaku mereka dengan pembiasaan

shalat dhuha, dan pembiasaan ini mampu mengubah perilaku mereka jauh

lebih baik. Seperti lebih sopan kepada guru dan orangtua, saling

membantu sesama lain, dapat bertanggung dan lebih disiplin, sekaligus

mulai senang dengan kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan.

Berawal dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “PEMBIASAAN SHALAT DHUHA

DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA

DIDIK DI MI MUHAMMADIYAH SEMAMPIR BANJARNEGARA”.

Hal ini perlu diungkap agar dapat diketahui secara rinci mengenai sejauh

mana pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Meningkatkan Kecerdasan

Spiritual Peserta Didik di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

tersebut sehingga dapat dimanfaatkan serta dijadikan contoh bagi sekolah

lain yang memerlukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang masalah di atas dapat melahirkan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pembiasaan Shalat Dhuha Peserta didik di MI


Muhammadiyah Semampir Banjarnegara?

2. Bagaimana Pengaruh Shalat Dhuha terhadap Kecerdasan

Spiritual Peserta didik di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan Shalat

Dhuha terhadap Kecerdasan Spiritual Peserta didik di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pembiasaan Shalat Dhuha Peserta didik di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

2. Untuk mengetahui pengaruh shalat dhuha terhadap kecerdasan

spiritual santri MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat

Pembiasaan Shalat Dhuha terhadap Kecerdasan Spiritual Peserta

didik di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini menambah wawasan ilmu

pengetahuan terkait intensitas shalat dhuha terhadap kecerdasan

spiritual Peserta didik yang dapat memberikan pengaruh

perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi siswa, menjadi kebiasaan yang positif baik di laksanakan di

MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara maupun di rumah


dan dapat menumbuhkan karakter yang baik pada diri siswa.

3. Bagi MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara, penelitian ini

dapat meningkatkan pembiasaan Shalat Dhuha untuk membentuk

karakter siswa agar gemar melaksanakan Shalat Sunnah yang

dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

4. Bagi perkembangan ilmu semoga mampu menambah daftar

sebagai referensi penelitian yang selanjutnya.

D. Kajian Pustaka

1. Tesis M. Izzul Latif Syam (2020), “Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Akhlak Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Santri

Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran Gondanglegi

Malang”. Penerapan nilai-nilai akhlak dalam meningkatkan

kecerdasan spiritual di pondok pesantren menjadi skala prioritas.

Penerapan ini dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, baik bersifat

formal maupun non formal, mengingat pondok pesantren sekarang

memiliki pendidikan formal. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan

santri yang religius dan berakhlakul karimah. Penelitian ini berjenis

penelitian deskriptif kualitatf dan menggunakan kualitatif yang

mengedepankan fenomena yang dialami oleh subjek berupa perilaku,

persepsi, pandangan, dan motivasi. Data dikumpulkan dengan cara

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, sebagai sumber

informasi penelitian ini adalah para stakehoder pondok pesantren

Raudlatul Ulum 1 Ganjaran Gondanglegi. Kemudian data dianalisis


dengan cara model alir, selanjutnya dilakukan pengecekan keabsahan

data dengan cara uji kredibilatas untuk menguji kevalidan data yang

dikumpulkan. Hasil penelitian yaitu: (1) Nilai-nilai pendidikan akhlak

yang diimplementasikan dalam mengingkatkan kecerdasan spiritual

santri di pondok pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran ini mendukung

penuh nilai-nilai tawadlu’, nilai kedisplinan, nilai kejujuran, dan nilai

kesederhanaan. (2) relevansi nilai-nilai akhlak terhadap santri,

terbentuknya sikap tawadlu terhadap pengasuh, sikap disiplin di setiap

kegiatan, sikap sabar dalam keta’atan beribadah, dan sikap jujur dalam

perbuatan.6

2. Tesis, Al Mabdi’u (2020), “Pengembangan Kecerdasan Spiritual

Melalui Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul

Huda Kota Bengkulu”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan

pengembangan kecerdasan spiritual melalui pendidikan agama islam

yang diterapkan di MI Nurul Huda Kota Bengkulu, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus dengan

rancangan kasus tunggal. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1)

pendekatan pengembangan kecerdasan spiritual yang dilakukan MI

Nurul Huda Kota Bengkulu adalah guru sebagai model dalam

melaksanakan peraturan maupun kegiatan sekolah, 2) Strategi

Pengembangan kecerdasan spiritual yang dilaukan MI Nurul Huda

Kota Bengkulu ada tiga yaitu penanaman nilai-nilai islami meliputi


6
M. Izzul Latif Syam, tesis, “Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam
Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Santri Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I Ganjaran
Gondanglegi Malang”,(Malang: Universitas Islam Malang, 2020), hal 6.
Sembilan nilai yangitu nilai sabar, syukur, optimis, tawakkal, ikhlas,

keberanian, keadilan, jujur, tawadlu, sedangkan ativitas-aktivitas

islami yaitu ativitas harian, aktivitas mingguan, aktivitas bulanan dan

aktivitas tahunan, dan simbol-simbol islami meliputi, masjid,

kerudung, peci dan dekoras, 3) factor pendukung dan penghambat

dalam pengembangan kecerdasan spiritual mellaui pendidikan agama

islam, yang di lakukan MI Nurul Huda Kota Bengkulu yaitu factor

pendukung yang berasal dari sesame guru dan lingkungan sekolah

sedangkan factor penghambat kurangnya sarana prasarana yang

mendukung. Kurangnya dorongan/motivasi dari orang tua tentang

keagamaan, kurangnya kesadaran diri dan kurangnya kemampuan

siswa dalam membagi waktu.7

3. Tesis, Mahfuzh Hasbullah (2019), “Implementasi pendidikan spiritual

melalui metode pembiasaan di SMK Islamic Village Tangerang”.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

studi kasus. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

wawancara, observasi dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data

melalui triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

implementasi pendidikan spiritual di SMK Islamic Village berjalan

sesuai tahapan dengan metode pembiasaan dimana guru sebagai role

model pendidikan spiritual. Dalam pendidikan spiritual SMK Islamic

Village menggunakan dua strategi yakni, penanaman nilai-nilai Islam


7
Al Mabdi’u, “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Melalui Pendidikan Agama Islam
(Pai) Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kota Bengkulu”, (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2020),
hal 6
dan pembiasaan aktivitas Islami yang terdapat dalam tahapan sebagai

berikut : a) tahap pemaknaan, b) tahap membangun dan menanamkan

motivasi, c) tahap membangun sikap positif, d) tahap mengembangkan

kemampuan, e) tahap membangun wawasan dan pengetahuan, f) tahap

pembiasaaan, pembudayaan dan latihan, g) tahap prestasi atau

(performance). Faktor pendukung berjalannya implementasi

pendidikan spiritual di SMK Islamic Village adalah terpenuhnya

semua komponen sarana dan prasarana pendidikan, dukungan penuh

dari pihak yayasan, kualifikasi pendidik dan kemampuan dasar siswa.

Adapun faktor yang menjadi penghambat dalam implementasi

pendidikan spiritual di sekolah ini adalah kurangnya kematangan serta

keberagaman latar belakang yang dimiliki oleh siswa faktor keluarga

serta belum adanya buku-buku penunjang kegiatan di perpustakaan.8

4. Tesis, Jumangin (2017), “Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam

dengan Metode Keteladanan dan Metode Pembiasaan di MTs Negeri

1 Lampung Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan

memahami pendidikan karakter peserta didik berbasis agama Islam

dengan metode keteladanan dan pembiasaan serta mencari

keberhasilan pendidikan karakter peserta didik berbasis agama Islam

dengan metode keteladanan dan pembiasaan di MTs Negeri 1

Lampung Timur. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif

deskriptif karena data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah


8
Mahfuzh Hasbullah, “Implementasi pendidikan spiritual melalui metode pembiasaan di
SMK Islamic Village Tangerang”, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah , 2019), hal 6.
berupa gambaran, gejala, dan fenomena yang terjadi. Dalam

pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi,

wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendidikan karakter berbasis agama Islam dengan metode keteladanan

adalah penanaman nilai-nilai shalat berjamaah yang dicontohkan oleh

guru. Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam shalat antara lain:

kebersihan, kebersamaan, kedisiplinan, kejujuran, ketaatan, kesabaran,

dan keikhlasan. Pendidikan karakter berbasis agama Islam dengan

metode pembiasaan di MTs Negeri 1 Lampung Timur yaitu: kegiatan

rutin yang terdiri dari salim (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun),

membaca do’a sebelum dan sesudah pembelajaran, shalat dhuha dan

dzuhur berjama’ah, baca surat Yasin dan tahlil, dan kegiatan Jum’at

bersih. Keberhasilan pendidikan karakter berbasis agama Islam

dengan metode pembiasaan dan keteladanan dapat melahirkan

karakter seperti: (1) meningkatkan prestasi akademik dan non

akademik peserta didik, (2) meningkatkan keimanan (religius), (3)

merubah sikap (akhlakul karimah), (4) meningkatkan kegemaran

membaca dan (5) meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.9

5. Tesis Masruchan Mahpur (2015) “Pembiasaan Perilaku Islami di

Sekolah (Studi Multi Kasus di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan

Munahir Trenggalek”, Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan,

mendiskripsikan dan memahami strategi, implementasi, dan implikasi


9
Jumangin, “Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam dengan Metode Keteladanan
dan Metode Pembiasaan di MTs Negeri 1 Lampung Timur”. (Lampung: IAIN Metro Lampung,
2017), hal 6
pembiasaan perilaku Islami di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA

Hasan Munahir Trenggalek. Metode penelitian, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan multi kasus,

lokasinya di SMA negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir

Trenggalek, sumber datanya informan, peristiwa, lokasi dan dokumen,

datanya primer dan skunder, teknik pengumpulan datanya dengan

observasi partisipasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data

dengan analisis kasus tunggal dan analisis lintas kasus, sedangkan

pengecekan keabsahan datanya dengan menggunakan diskusi sejawat,

triangulasi metode, triangulasi sumber data, triangulasi waktu. Hasil

penelitian: 1) Perencanaan pembiasaan perilaku islami mulai dari

perumusan visi dan misi Islami, sampai pada penyusunan standar

ubudiyah. Dalam rangka membiasakan perilaku islami, guru

pendidikan agama Islam membiasakan perilaku religius dan

merencanakan kegiatan keagamaan di lembaga pendidikan.

Perencanaan kegiatan keagamaan tersebut sebagai salah satu sarana

dalam rangka menciptakan suasana religius sebagai pengembangan

pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah tersebut, 2)

Pembiasaan perilaku Islami mulai dari kegiatan harian, mingguan,

bulanan sampai tahunan, dan 3) pembiasaan perilaku Islami dapat

membentuk kepribadian muslim pada anak didik di lembaga

pendidikan. Pribadi muslim dengan karakter qur’ani dapat terbentuk


melalui pembiasaan kegiatan keagamaan yang ada di lembaga

pendidikan tersebut.10

E. Kerangka Teori

1. Pembiasaan Sholat Dhuha

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara

berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan, sudah

merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Jadi

dapat disimpulkan bahwa pembiasaan adalah hal yang sering

dilakukan atau sesuatu yang umum dikerjakan secara terus menerus

dengan harapan akan menjadi suatu kebiasaan.

Sholat menurut arti bahasa adalah do’a kebaikan, sedangkan

menurut istilah adalah suatu aktivitas yang terdiri dari beberapa

ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan

salam, dengan beberapa syarat tertentu.

Shalat dhuha adalah shalat yang sangat dianjurkan oleh

Rasulullah SAW tergolong kedalam shalat sunnah yang dikerjakan

dipagi hari kira-kira saat matahari terlihat lebih tingggi dari pada

tombak dan pelaksanaannya terdiri dari dua raka’at lalu salam. Akan

tetapi shalat dhuha ini bisa dilakukan sampai delapan raka’at dan

disetiap dua rakaatnya di batasi dengan salam.11

10
Masruchan Mahpur, “Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah (Studi Multi Kasus di
SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek” (Tulungagung: IAIN Tulungagung,
2015), hal 14-15.
11
Febria Saputra dan Hilmiati, ” PENANAMAN NILAI-NILAI RELIGIUS MELALUI
PEMBIASAAN SHALAT DUHA DAN SHALAT DHUHUR BERJAMAAH DI MI
RAUDLATUSSHIBYAN NW BELENCONG ”, ẽl-Midad : Jurnal PGMI, Vol. 12 No.1 (Juni
2020), hal 75-76
Beberapa nilai edukasi bagi yang mengerjakan shalat dhuha, sebagai

berikut:

a. Menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah

Wujud dari ketaqwaan seseorang kepada Allah dengan

sikap menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

ketaqwaan akan senantiasa melekat pada diri manusia yang rutin

melaksanakan segala perintah Allah baik dalam ibadah shalat

dhuha, maupun perbuatan kebajikan.

b. Istiqamah dalam menjalankan shalat dhuha

Istiqamah disini adalah satu hal yang harus tertanam dalam

diridiri orang beriman, yaitu tetap berada di jalan Allah SWT. dan

tidak berpaling dari Allah SWT. istiqamah tidak hanya pada

sesuatu yang diwajibkan tetapi juga pada sesuatu yang

disunnahkan oleh Rasulullah SAW. seperti shalat dhuha.

c. Manajemen waktu yang baik

Manajemen waktu terbilang penting bagi hamba-hambaNya

yang memiliki kesibukan luar biasa padat, dan untuk

menyeimbangkan waktu kita agar tidak hanya bermanfaat untuk

dunia melainkan juga untuk akhirat. Dengan waktu shalat dhuha

yang berada pada puncak kesibukan manusia, dengan adanya

shalat dhuha ini diharapkan agar manusia berhenti sejenak dari

aktivitasnya untuk mengingat Allah SWT., sehingga manusia

diharapkan bisa belajar untuk membagi dan mengatur waktu


untuk menjadi manusia yang disiplin karena bisa memanfaatkan

waktu dengan baik.

d. Keikhlasan dalam beribadah

Setelah melakukan shalat dhuha dengan istiqmah maka dari

istimah itulah akan ditemukan sebuah rasa keikhlasan yang

akhirnya menjadi akhlak baik yang melekat pada diri manusia.

Selain itu, seseorang yang ikhlas beribadah kepada Allah dan

tidak mengharapkan lebih akan merasa bahwa dirinya berada

dalam pengawasan Allah SWT. sehingga apa yang dilaksanakan

senantiasa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

e. Zuhud dunia

Zuhud disini memiliki arti yaitu kemampuan manusia

dalam menjaga hati dari tipu daya dunia, tanpa harus

meninggalkan tipu daya dunia sepenuhnya. Orang yang zuhud

terhadap dunia akan selalu bekerja dan berusaha namun

keberadaan dunia tidak sedikitpun menguasai hati ataupun

imannya untuk mudah berpaling dari Allah SWT., bagi orang

yang zuhud dunia meyakini adanya kehidupan akhirat adalah

tujuan utama. Salah satu ibadah yang bisa menjadi pengingat di

kala manusia tengah sibuk dengan urusan dunianya ialah salah

satunya dengan shalat dhuha.12

2. Teori Kecerdasan Spiritual

12
A’yunin, “The Power Of Dhuha: Kunci Memaksimalkan Shalat Dhuha dengan Doadoa
Mustajab”, (Jakarta: Kalil Gramedia Pustaka Utama, 2014), hal 50.
Teori Kecerdasan Spiritual Ary Ginanjar Agustian

mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk

memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui

langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia

yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid, serta berprinsip

hanya karena Allah.13

Painton mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual yaitu

kecerdasan yang diarahkan untuk menyelesaikan persoalan makna,

dan nilai. Artinya suatu kecerdasan yang menempatkan tindakan dan

kehidupan manusia dalam konteks makna yang lebih luas yakni

kemampuan untuk mengakses suatu jalan kehidupan yang bermakna.

Zohar dan Marshall juga menyatakan bahwa SQ merupakan

sesuatu yang dapat diubah atau ditingkatkan. SQ merupakan cara

untuk melakukan integrasi, memahami dan beradaptasi dengan

perspektif baru. Manusia dapat meningkatkan SQ yang dimilikinya

sampai usia tua.14

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan spiritual merupakan pandangan atau kecenderungan

bereaksi untuk memaknai setiap perilaku dan kegiatan sebagai ibadah

dan kemampuan diri untuk menempatkan perilaku kehidupan dalam

13
Aliah B. Puswakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2006),hal 245-255.
14
Muhammad yaumi, Nurdin Ibrahim, Kecerdasan Jamak (Multiple Intlligences) (Jakarta:
Kencana, 2013), hal 23.
konteks luas serta berprinsip hanya karena Allah SWT sehingga dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan spiritual ditandai dengan kemampuan seorang

anak terbiasa menghargai dirinya sendiri maupun orang lain,

memahami perasaan orang lain yang ada disekelilingnya, mengikuti

peraturanperaturan yang telah ditetapkan, yang mana semua itu

merupakan kunci keberhasilan bagi seorang anak dimasa yang akan

datang.

Menurut Yudrik Jahja “anak yang memiliki kecerdasan

spiritual nantinya akan tumbuh menjadi manusia yang berakhlakul

karimah, sabar dalam memecahkan masalah atau persoalan kehidupan

dengan baik.15

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah

kecerdasan jiwa yang memberikan kemampuan bawaan untuk dapat

membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang baik dan

yang buruk. Dan disinilah letak kemanusiaan yang tinggi akan

mendorong kita untuk berbuat kebaikan, kebenaran, dan kasih sayang

dalam kehidupan kita sehari-hari.

Menurut Indragiri A dalam bukunya ciri-ciri anak yang

memiliki kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut:

a. Anak mengetahui dan menyadari keberadaan sang pencipta;

b. Anak rajin beribadah tanpa harus disuruh-suruh atau dipaksa;

c. Anak menyukai kegiatan menambah ilmu yang bermanfaat;


15
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011), hal 417.
d. Anak senang melakukan perbatan baik;

e. Anak bersifat jujur;

f. Anak dapat mengambil hikmah dari suatu kejadian;

g. Anak mudah memaafkan orang lain;

h. Anak memiliki selera humor yang baik dan mampu menikmati

humor dalam berbagai situasi;

i. Anak pandai bersabar dan bersyukur, batinnya tetap bahagia

dalam keadaan apapun;

j. Anak dapat menjadi teladan yang baik bagi orang lain.16

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses dimana kita melakukan

susunan langkah langkah logis. Proses itulah yang digunakan untuk

mendapatkan data yang valid dan reliabel yang nantinya menghasilkan

kesimpulan yang benar dan tepat.17

Pada penelitian kali ini, peneliti fokus pada Pembiasaan Shalat

Dhuha Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik di

MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara, dengan menggunakan

penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif. Kategori penelitian ini

termasuk salah satu jenis penelitian studi kasus, yang bertujuan

memberikan suatu pendekatan dalam penelitian studi kasus yang

16
Indragiri A, Kecerdasan Optimal: Cara Ampuh memaksimalkan Kecerdasan Anak,
(Jogjakarta: Starbooks, 2010) , hal 90.
17
Umar sidiq dan Moh. miftachul choiri, metode penelitian kualitatif di bidang
pendidikan. (cet. 1; ponorogo , cv. Nata karya, 2019), hal 1
penelaahnya terhadap satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam,

mendetail, dan komprehensif atau pola yang digunakan dalam

penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini karena

penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang dan pelaku yang diamati.

Didalam bukunya Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. yang

berjudul “metodologi penelitian kualitatif edisi revisi “ menyimpulkan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.18

Selanjutnya, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian kualitatif Field Research. Sebab peneliti akan

melakukan penelitian langsung kelapangan dan berperan sebagai Key

Instrument dalam penelitian ini. Field Research ini diangggap peneliti

luas dalam penelitian kualitatif yang berfungsi untuk mengamati

fenomena dalam suatu keadaan alami.19

Dalam penelitian ini peneliti akan menjelaskan bagaimana

pembiasaan shalat dhuha dalam meningkatkan kecerdasan spiritual

peserta didik di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara,

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif Edisi Revisi,( cet. 29; Bandung : PT
18

Remaja Rosdakarya, 2011) , hal. 6


19
Ibid hal 26
2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2022 di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara, yang berlokasi di

Kelurahan Semampir RT 04/02 Kecamatan Banjarnegara Kabupaten

Banjarnegara, alasan pemilihan tempat penelitian ini adalah

1. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir merupakan

sekolah yang unggul di kelurahan Semampir. Hal ini dibuktikan

dengan jumlah siswa yang dimiliki MI Muhammadiyah

Semampir yaitu 193 dan merupakan jumlah siswa terbanyak di

bandingkan dengan sekolah lain di kelurahan Semampir.

2. Banyaknya prestasi yang diperoleh oleh MI Muhammadiyah

Semampir. Baik di bidang akademis maupun non akademis.

3. MI Muhammadiyah Semampir memiliki kepala madrasah dan

guru yang kompeten dalam bidangnya. Dibuktikan dengan

prestasi yang diraih guru guru Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir dan tingkat profesionalitasnya dalam

bekerja.

4. Mudahnya koordinasi antara penulis dan pihak sekolah karena

jarak rumah penulis dan MI Muhammadiyah Semampir relative

dekat sehingga informasi dan fakta yang terjadi di lapangan

mudah untuk di temukan.

Selain alasan diatas, sekolah ini merupakan sekolah dasar

islam yang memiliki keunggulan dalam bidang keagamaan,


pengetahuan umum yang baik dan memiliki ciri khas yang menarik

untuk diteliti serta mendapatkan penilaian baik dari masyakarakat

wilayah Semampir Banjarnegara, karena dengan dilaksanakannya

pembiasaan shalat dhuha di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara dapat menumbuhkan kecerdasan spiritual peserta didik,

dan tidak hanya itu pembiasaan tersebut tenyata dilaukan oleh peserta

didik di rumah selagi mereka libur sekolah. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pembiasaan Shalat

Dhuha Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik di

MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

3. Sumber Data

Menurut Lofland dan lofland (1984:47) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain lain.20

Menurut Bungin Burhan data yang direkrut dalam penelitian

bersumber dari data primer dan data sekunder:21

a. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data primer atau

sumber pertama di lapangan. Data primer merupakan data yang

diperoleh dari sumber data pertama baik dari individu maupun

kelompok seperti hasil wawancara atau pengisian kuisioner,

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh sumber data yang

berhubungan dengan kegiatan sholat dhuha berjamaah di MI

Ibid hal 157


20

Abdul Manab, Penelitian


21
pendidikan pendekatan kualitatif, (Yogyakarta:
KALIMEDIA,2015) ,cet.1 ,hal.202
Muhammadiyah Semampir, dan didukung oleh keterangan dari

Kepala Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Semampir bernama Ibu Khusnul Hidayati, S.Pd. Sebagai

kelengkapan data primer, penulis juga mengumpulkan informasi

dari pihak eksternal madrasah yaitu wali siswa kelas 1 hingga 6

MI Muhammadiyah Semampir, wali kelas beberapa peserta didik

serta didukung oleh keterangan Komite MI Muhammadiyah

Semampir bernama bapak Setijono.

b. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber

data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang sudah

diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data

maupun oleh pihak lain atau data pendukung yang sangat

diperlukan dalam penelitian ini, diperoleh dengan cara melakukan

pencatatan terhadap dokumen dokumen, misal undang-undang,

peraturan pemerintah, tulisan maupun artikel- artikel yang

berkaitan dengan sistem sekolah. Dalam penelitian ini data

sekunder didapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah,

tinjauan kepustakaan, jurnal atau hasil laporan penelitian-

penelitian sebelumnya, atau data-data resmi yang terkait dengan

penelitian. Seperti profil sekolah dan kecerdasan emosional yang

dimiliki siswa. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data

sekunder dengan observasi langsung di MI Mmuhammadiyah

Semampir Banjarnegara.
4. Subjek Penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih guru kelas dari kelas 1 hingga

kelas 6, guru keagamaan yang langsung membimbing kegiatan sholat

dhuha berjamaah dan Seluruh siswa Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir dijadikan sebagai sumber informasi

mengenai pembiasaan sholat dhuha berjamaah yang dapat

meningkatkan kecerdasan spiritual peserta didik di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara sebagai subjek peneliatian,

yang merupakan sumber data yang memungkinkan peneliti untuk

dapat menggali dan mengumpulkan berbagai informasi. Selain itu

Wali murid dari beberapa peserta didik MI Muhammadiyah Semampir

dijadikan subjek penelitian dengan tujuan sebagai sumber informasi

mengenai kondisi siswa dan untuk memperkuat hasil temuan

penelitian terhadap siswa. Karena wali murid dianggap mengetahui

setiap karakteristik siswa.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan

data dengan jalan komunikasi yaitu, melalui kontak atau

hubungan pribadi antara pengumpul data (sebagai pewawancara)

dengan sumber data (sebagai responden). Dengan ini peneliti

ingin mendapatkan informasi (data) untuk menjawab atau


membuktikan masalah yang tidak diperoleh dengan metode

pengumpulan data lain.22

Peneliti menerapkan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak tersruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan

datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa gais garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. 23

Wawancara tidak terstruktur lebih bersifat informal,

pertanyaan pertanyaan tentang pandangan ,sikap, keyakinan,

subjek, atau tentang keterangan lainya dapat ditanyakan secara

bebas kepada subjek. Wawancara jenis ini memang tampak luas

dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan responden dan

suasana pada waktu dalam wawancara dilaksanakan. Subjek

diberi kebebasan menguraikan jawabanya serta mengungangkap

pandanganya sesuka hati.

Dengan metode tersebut penulis mudah untuk mengajukan

pertanyaan pertanyaan. Jadi pertanyaan yang penulis ajukan tidak

hanya terfokus kepada yang telah direncanakan sebelumnya,

tetapi juga pertanyaan yang tidak terencana. Hal tersebut terjadi

karena dalam proses wawancara jawaban jawaban yang diberikan

oleh informan kadang menumnuhkan pertanyaan baru dan


22
Made wirata, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi Dan Tesis, (Yogyakarta:
Andi, 2005), hal. 37
23
Sugiyono, metode penelitian..,hal. 160.
berkembang, hal ini menjadi keuntungan tambahan bagi penulis

karena penulis memperoleh data informasi yang lebih banyak dari

apa yang diharapkan sebelumnya, disamping itu juga

mempermudah proses komunikasi dengan informan karena lebih

leluansa. Dalam penelitian ini, metode wawancara yang

digunakan adalah model wawancara terstruktur. Dengan

pertanyaan dan pembahasan yang telah dipersiapkan peneliti

serta praktiknya tidak akan melenceng dari pokok pembahasan.

Metode wawancara ini penulis gunakan untuk menggali data dan

meminta pertimbangan serta masukan dari pihak pihak terkait

yaitu kepala sekolah, wali kelas, wali murid dan seluruh peserta

didik di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

Adapun tujuan dari wawancara ini adalah untuk

memperoleh data sebagai berikut :

1) Tujuan dari pelaksanaan pembiasaan sholat dhuha berjamaah

yang di laksanakan setiap pagi di MI Muhammadiyah

Semampir

2) Apa saja yang menjadi kendala sekaligus pendukung

pembiasaan sholat dhuha berjamaah di MI

Mumahammadiyah Semampir.

Metode ini penulis terapkan untuk memperoleh informasi

tentang pembiasaan shalat dhuha dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual dan juga hal lain yang relevan dengan judul penelitian.
b. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian.24Peneliti menggunakan metode observasi partisipasi,

artinya peneliti ikut andil dalam pengamatan secara dekat dengan

partisipan, dengan cara melibatkan diri secara intensif kepada

kegiatan tersebut dalam waktu yang panjang, untuk mendapatkan

pemahaman yang mendalam tentang keadaan lapangan agar

penulis lebih memahami kondisi yang sebenarnya sehingga

memperoleh data yang lebih bersifat valid.

Peneliti mengamati secara langsung pembiasaan sholat

dhuha dapat meningkatkan kecerdasan spiritual peserta didik di

MI Muhammadiyah Semampir Benjarnegara, teknik observasi

yang dilaukan oleh peneliti diantaranya:

1) Pengamatan terhadap hasil dari pembiasaan sholat dhuha di

MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

2) Pengamatan terhadap rutinitas peserta didik MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara, baik saat di

sekolah ataupun dirumah.

3) Pengamatan terhadap pola tingkah laku peseta didik MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara saat kegiatan

sekolah berlangsung.

24
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014) , hal. 158.
4) Pengamaatan terhadap ruang guru atau tempat seperti

sekolah, ruang kelas, halaman sekolah, perpustakaan, ruang

guru, dan tempat lainnya yang ada di MI Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan meganalisis dokumen dokumen, baik baik

tertulis, gambar, maupun elektronik.

Dalam studi dokumenter ini tidak sekedar mengumpulkan,

menulis, dan melaporkan dalam bentuk kutipan kutipan tentang

sejumlah dokumen namun hasil analis dari dokumen dokumen

tersebut. 25
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data

data dalam bentuk dokumen seperti sejarah berdirinya sekolah,

program kegiatan pendidikan, jadwal kegiatan, daftar absensi

peserta didik, prestasi peserta didik dan dll. Selain itu Metode

dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat

dokumen atau arsip penting dan resmi yang dapat dijadikan

sebagai sumber data dalam penelitian. Peneliti melakukan metode

dokumentasi untuk memperoleh hal hal berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2) Silabus

3) Transkip nilai siswa

25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2018) , 221-222
6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada dasarnya adalah alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam penelitian. pada penelitian kualitatif

instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, namun dalam

melakukan wawancara tetap membutuhkan panduan wawancara yang

disusun sedemikian rupa.26

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan

untuk mengukur suatu fenomena alam ataupun sosial yang diamati

secara khusus atau spesifik, yang kemudian disebut dengan variabel

penelitian27. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa

instrument penelitian untuk mendapatkan informasi yaitu

a. Peneliti

Peneliti merupakan manusia yang melakukan

penelitian.Peneliti dalam penelitian ini merupakan key instrument

atau instrument kunci dalam penelitiannya. karena penelitilah yang

membuat,menggali data, menelaah dan menafsirkannya. Dengan

adanya peneliti sebagai instrument memiliki peran yang penting

dalam suatu penelitian. Bagaimana penelitian itu akan

menghasilkan sebuah penelitian yang berhasil atau tidak semua

tergantung pada kinerja seorang peneliti dalam melaksanakan

penelitiannya.

b. Lembar Observasi
26
Purwanto, Teknik Penyusunan Instrumen Uji Validitas Dan Reliabilitas Penelitian
Ekonomi Syariah,(Magelang: STAIA PRESS, 2018), hal.24.
27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan , (Bandung : Alfabeta,2012), hal.102
Lembar observasi merupakan pedoman penelitian dalam

melakukan observasi untuk memperoleh data sesuai dengan apa

yang diinginkan. Dalam penelitian ini, penulis menyusun lembar

observasi sebagai pedoman penelitian yang akan membahas

mengenai pembiasaan sholat dhuha berjamaah di Muhammadiyah

Semampir.

c. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah bentuk tanya jawab yang dilakukan oleh

peneliti dengan pihak terkait yang dapat memberikan informasi

yang dibutuhkan peneliti. Dalam penelitian ini, pedoman

wawancara berisikan pertanyaan yang diajukan kepada subjek

penelitian. Baik guru, wali kelas, wali murid dan seluruh siswa di

MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

d. Dokumentasi

Peneliti menggunakan instrument dokumentasi untuk

memperoleh data yang peneliti inginkan. Dalam penelitian ini, data

dokumentasi berasal dari kegiatan pembiasaan sholat dhuha

berjamaah di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

7. Uji Keabsahan Data

Peneliti melakukan uji keabsahan data menggunakan teknik

sebagai berikut:

a. Meningkatkan ketekunan
Teknik ini dirancang untuk mengamati secara lebih cermat dan

melakukan pengujian kredibilitas dengan meningkatkan durabilitas

peneliti. Yaitu penelitian membara semua hasil catatan penelitian

dengan cermat. Dalam penelitian ini, peneliti meningkatkan

ketekunan dan ketahanan selama proses di MI Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara. Peneliti mencatat semua hasil penelitian

dengan cermat dan teliti sehingga menghasilkan sebuah laporan

penelitian yang sesuai dengan keadaan di lapangan.

b. Kecukupan Referensi

Kecukupan referensi yaitu menggunaan alat bantu seperti

perekam suara, video atau kamera untuk membantu peneliti dalam

pengambilan data selama proses penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa

perekam suara, video dan kamera untuk membantu menyimpan

hasil penelitian yang dilakukan MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara selama kegiatan pembiasaan sholat dhuha berjamaah

yang dilaksanan setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

menggunakan hal hal selain data untuk pemeriksaan atau sebagai

pendamping data.28 Triangulasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu


28
Lexy J.Moelong,2005:330
triangulasi teknik, triangulasi sumber dan triangulasi teori. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik. Yaitu

penelitian teknik yang dilakukan dengan cara membandingkan

data. Data yang dibandingkan berupa data hasil observasi,

wawancara dan dokumentasi.

8. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul dengan menggunakan

teknik pengumpulan data atau instrumen yang ditetapkan, maka

kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis data.29

Dalam hal ini penulis menggunakan analisis data kualitatif

yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan data yang ada guna

memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga mudah dimengerti

oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang

dilakukan yaitu dengan cara menyusun dan mengelompokan data yang

ada, sehingga memberi gambaran nyata terhadap responden.30

Miles and Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jelas.


29
Salim dan syahrum,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Cita Pustaka Media,
2007) ,hal. 144
30
Sukardi, metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: bumi aksara,2015) , hal. 86.
Aktivitas dengan analisis data yaitu data reduction, data display, dan

conclusion drawing / verification.

a. Data reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti

telah dikemukakan, semakin lama peneliti kelapangan, maka

jumlah data akan semakin banyak,kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduks data berarti merangkum, memilih hal hal yang pokok,

memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan.

Dalam mereduksi data, setiap peniliti akan dibantu oleh

teori dan tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian

kualitatif adalah pada temuan. Reduksi data merupakan proses

berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan

kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru,

dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman

atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka

wawasan peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi

data data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori


yang signifikan. Dalam hal ini adalah data observasi, wawancara,

dan dokumentasi yang diperoleh peneliti saat berinteraksi di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.

b. Data display (penelitian data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini miles and

huberman menyatakan “ the most frequent form of display data

for qualitative research data in the past has been narrative text”.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Penyajian data dilakukan untuk lebih meningkatkan

Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Meningkatkan Kecerdasan

Spiritual Peserta Didik di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara Selain itu penyajian data juga dapat digunakan

sebagai acuan dalam menganalisis data.

c. Conclusion drawing atau verification

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut

miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan data dan


verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti bukti

yang kuat yang mengandung pola tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal didukung oleh bukti bukti yang valid dan konsisten

saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dengan penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungki juga tidak, karena seperti telah

dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada dilapangan. 31

9. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis tentang “Pembiasaaan Shalat Dhuha dalam

Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara” secara keseluruhan terdiri

dari lima, masing-masing bab disusun secara rinci dan sistematis.

Adapun sistematika pembahasan dan penulisannya sebagai berikut:

BAB I: Pada bab ini berisikan pendahuluan Bagian ini menguraikan

tentang konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian,orisinalitas penelitian,definisi

Umar sidiq dan Miftahul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif dibidang pendidikan
31

(ponorogo: CV Nata Karya, 2019) , hal 78-84.


istilah dan sistematika penulisan sebagai kerangka dalam

menyusun dan mengkaji tesis.

BAB II: Kajian Kepustakaan, Merupakan kajian teori yang berfungsi

sebagai acuan teoritik dalam melakukan penelitian ini. Pada

bab ini dijelaskan tentang pengertian pembiasaan,

pengertian shalat dhuha, keutamaan shalat dhuha,

pengertian kecerdasan spiritual, karakteristik kecerdasan

spiritual, ciri-ciri kecerdasan spiritual.

BAB III: Mengemukakan metode penelitian, yang berisi tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran

peneliti, data dan sumber data, pengumpulan data, analisis

data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap

penelitian.

BAB IV: Berisi paparan data dan temuan penelitian. Pada bab ini akan

membahas tentang deskripsi objek penelitian, bentuk

pembiasaan Shalat Dhuha Dalam Meningkatkan

Kecerdasan Spiritual Peserta Didik di MI Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara.

BABV: Merupakan bagian penutup yang berisi tentang kesimpulan

dan saran. Kesimpulan adalah hasil akhir dari penelitian

yang diperoleh dari lapangan. Adapun saran berupa anjuran

yang ditujukan kepada beberapa pihak yang terkait dengan

penelitian.
BAB II

PEMBIASAAN SHALAT DHUHA DI MI MUHAMMADDIYAH

SEMAMPIR BANJARNEGARA

A. Pembiasaan

1. Pengertian Pembiasaan

Pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia, “biasa” adalah;lazim atau umum,seperti

sediakala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari

kehidupan sehari-hari”. Dengan adanya awalan “pe” dan akhiran

“an” menunjukkan arti proses membuat seorang menjadi terbiasa 32,

Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat

seseorang menjadi terbiasa. Pembiasaan merupakan proses

penanaman kebiasaan. Kebiasaan adalah cara-cara bertindak yang

32
Armai Arief, “Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam” , (Jakarta: ciputat
Press, 2002), hal 110
persistent, dan hampir otomatis (hampir tidak disadari pelakunya).

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga

menjadi kebiasaan yang baik33.

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara

teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki

kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan

pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi

pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan

lain sebagainya. Ramayulis mengungkapkan pembiasaan adalah

suatu cara untuk menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku

tertentu bagi anak. 34

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pembiasaan adalah proses melakukan suatu

tindakan dengan teratur dan dilakukan secara berulang-ulang

sehingga membentuk kebiasaan baru yang sulit untuk ditinggalkan,

yang akan mempengaruhi kemampuan berfikir ataupun bertindak

seseorang.

2. Dasar Pembiasaan

Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji,

yang diperlukan bukan hanya dengan menjelaskannya saja, namun

33
Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, “Lebih Berkah Dengan Shalat Berjamaah”,( Solo:
Qaula, 2008), hal 1184
34
Ramayulis., “Metodologi Pendidikan Agama Islam”, (Jakarta: Ciputat Press, 2005),
hal 110
juga dengan praktek membiasakannya untuk melakukan hal yang

baik, dan diharapkan nantinya mereka akan memiliki sifat-sifat

terpuji dan jauh dari sifat tercela. Begitu pula dengan ajaran agama,

semakin dini pelatihan dan pembiasaan agama dilakukan maka

akan semakin baik, Teori pembiasaan adalah sebuah proses yang

berlangsung dengan jalan membiasakan seseorang untuk

bertingkah laku, berbicara, berpikir, dan melakukan aktifitas

tertentu berdasarkan kebiasaan yang baik. Terdapat beberapa teori

dari para tokoh yang merupakan dasar dari teori pembiasaan, salah

satunya adalah teori pengkondisian klasik. Teori tersebut

berkembang berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Ian

Pavlov yang melibatkan binatang anjing. Menurut teori ini, belajar

adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-

syarat, yaitu prosedur penciptaan refleks baru dengancara

mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks.35

Pada teori perkembangan anak terdapat sebuah teori yang

dikenal dengan teori konvergensi, dimana kepribadian seseorang

dapat dibentuk oleh faktor lingkungannya dan dengan

mengembangkan potensi dasar (fitrah) atau bakat yang dimiliki

sejak lahir. Potensi yang dimiliki sejak lahir tidak akan berkembang

35
Muhibin Syah, “Psikologi Pendidikan Dengan Pedekatan Baru”, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003), hal 106
dengan baik tanpa adanya lingkungan yang mendukung

perkembangannya36.

Potensi dasar tersebut dapat menjadi penentu seseorang

dari segi internal maupun eksternal, baik dalam memahami diri

sendiri, berperilaku, ataupun bergaul dengan lingkungan

disekitarnya. Oleh karena itu potensi dasar tersebut penting untuk

dikembangkan. Sebab manusia lahir dalam keadaan suci, dimana

membawa potensi dasar, dan memiliki tabiat atau perwatakan alami

yang berbeda-beda inilah yang disebut dengan fitrah.37

3. Bentuk-Bentuk Pembiasaan

Dalam upaya untuk menumbuhkan pengetahuan dan

pemahaman tentang ajaran agama Islam dengan baik, maka perlu

dilakukan pembiasaan kepada anak. Terdapat beberapa bentuk

pembiasaan yang diterapkan kepada anak, diantaranya yaitu:

a. Pembiasaan dengan akhlak, yaitu berupa pembiasaan

bertingkah laku yang baik, yang dilakukan baik di dalam

sekolah maupun di luar, seperti; berbicara dengan sopan dan

santun, berpakaian yang bersih dan rapi, hormat kepada orang

yang lebih tua, bersikap baik kepada teman, dan lain

sebagainya.

36
Sukardjo dan Ukim Komarudin, “Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasina”,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal 31
37
Abdul Mujib, “Pemikiran Pendidikan Islam”, ( Bandung: Trigenda Karya, 1993), hal
19
b. Pembiasaan dalam ibadah, yaitu berupa pembiasaan yang

berhubungan dengan ibadah dalam Islam, seperti shalat yang

dilakukan secara bersamasama di masjid sekolah,

mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, membaca basmalah

dan hamdalah saat memulai dan menyudahi pelajaran dalam

kelas, membaca asmaul husna bersama-sama pada pagi hari

sebelum pelajaran dimulai, dan lain sebagainya.

c. Pembiasaan dalam keimanan, yaitu berupa pembiasaan agar

anak beriman dengan sepenuh hati, dengan membawa anak

untuk memperhatikan alam semesta, mengajak anak untuk

merenungkan dan memikirkan tentang seluruh ciptaan di langit

dan di bumi, dengan cara yang bertahap.

d. Pembiasaan dalam sejarah, yaitu berupa pembiasaan kepada

anak agar membaca dan mendengarkan tentang sejarah

kehidupan rasulullah dan para sahabatnya, juga tokoh-tokoh

besar Islam, agar anak dapat mempunyai figur yang dapat

dicontohnya dan memberikan semangat untuk meneruskan

perjuangan mereka.38

Pembiasaan akan memberikan efek yang maksimal jika

dilaksanakan secara terus menerus, teratur dan terprogram.

Sehingga akan membentuk suatu kebiasaan yang yang utuh,

permanen dan konsisten. Karenanya, faktor pengawasan berperan

38
Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”, ( Jakarta: Ciputat Press, 2005), hal
100
penting dalam proses untuk tercapainya keberhasilan dari metode

ini.39 .

Ary Ginanjar Agustian berpendapat bahwa pembiasaan

haruslah memiliki tiga syarat pokok, yaitu; pertama bisa dilakukan

secara individu, kontinyu serta simultan, kedua membentuk serta

membaca karakter dan sifat-sifat mulia secara kontinyu dan

berulang, dan ketiga bernuansakan nilai-nilai spiritual40.

Pembiasaan tersebut dilaksanakan seorang muslim setiap hari yaitu

pada saat menunaikan shalat, dalam shalat terdapat beberapa siat-

sifat mulia Allah yang senantiasa dibaca. Oleh karena itu dalam

menunaikan shalat, seseorang diharapkan untuk melafazkan sifat-

sifat agung yang dimiliki Allah dengan sepenuh jiwa.

4. Tujuan Pembiasaan

Pembiasaan diterapkan dengan tujuan agar anak memiliki

sikap dan kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif. Dalam

membina pribadi anak sangat diperlukan pembiasaanpembiasaan

dan latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya.

Karena pembiasaan dan latihan tersebut nantinya akan membentuk

sikap tertentu pada anak, yang secara perlahan sikap tersebut akan

bertambah kuat dan tidak tergoyahkan karena telah masuk dan

menjadi bagian dari pribadinya. Ahmad D. Marimba mengatakan

39
Binti Maunah, “Metodologi Pengajaran Agama Islam”, ( Yogyakarta: Teras, 2009),
hal 97
40
Ary Ginanjar Agustian, “New Edition, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual ESQ; Emosional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam”,
(Jakarta: Penerbit Arga, 2007), hal 261
bahwa terdapat tiga tahapan dalam proses pembentukan

kepribadian seseorang, salah satunya yaitu dengan pembiasaan.

Pembiasaan ditujukan untuk membentuk keterampilan lahiriah,

yaitu kecakapan mengucap dan berbuat. Pada tahap ini merupakan

latihan dengan cara memberikan contoh-contoh, sehingga nantinya

akan menjadi kebiasaan yang sukar untuk dihilangkan.41

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

diadakannya pembiasaan disekolah adalah untuk membentuk

kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada

secara konsisten, dimana nantinya akan berpengaruh pada

perbaikan sikap dan tingkah laku anak.

B. Shalat Dhuha

1. Pengertian Shalat Dhuha

Salat dhuha adalah salat sunat yang dikerjakan pada waktu

pagi atau waktu dhuha yakni ketika matahari sedang naik setinggi

tombak atau naik sepenggalah, yang kira-kira antara jam tujuh,

delapan, sembilan, sampai masuk waktu shalat dhuhur. Jumlah

rakat pada shalat dhuha bisa dengan 2, 4, 8, atau 12 raka’at. Dan

dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali salam.42

2. Dasar Shalat Dhuha

41
Kholiq, Abdul, Dkk. 1999, “Pemikiran Pendidikan Islam KTK & K”, ( Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1999), hal 124
42
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Shalat Menurut Empat Madzhab, (Jakarta
:Pustaka Al-Kautsar, 2007), hal. 302.
Shalat sunnah dikelompokkan menjadi dua, yaitu shalat

sunnah berjamaah dan shalat sunnah munfarid. Shalat sunnah

berjamaah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama

dengan salah satu menjadi imam dan lainnya menjadi makmun,

diantaranya adalah shalat Idul Fitri dan Idul Adha, shalat Istisqa’,

shalat Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan. Sedangkan shalat

sunnah munfarid adalah shalat sunnah yang dilakukan sendirian,

diantaranya adalah shalat Tahiyatul Masjid, Istikharah, Tasbih, dan

shalat Hajat. Selain kedua jenis shalat tersebut terdapat pula shalat

sunnah yang dapat dilaksanakan secara berjamaah dan sendiri,

yaitu shalat Tarawih, Witir, Tahajud, dan shalat Dhuha.

Shalat Dhuha merupakan shalat sunnah yang dikerjakan

pada

waktu Dhuha, yaitu pada saat posisi matahari agak meninggi

hingga sebelum masuk waktu Dzuhur. Hukum shalat Dhuha adalah

sunnah muakkad (yang ditekankan). Rasulullah melaksanakan

shalat Dhuhadan menganjurkan para sahabat untuk melakukannya

dengan menjadikannya sebagai wasiat untuk seluruh umat.43

Sebagaimana disebutkan oleh Abu Hurairah ra dalam hadist

berikut:

Artinya: “Abu Hurairah r.a berkata:” Kekasihku Rasulullah saw

berpesan kepadaku supaya aku berpuasa tiga hari dalam tiap

43
Musbiqin, Imam. Rahasia Shalat Dhuha. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2007), hal 72.
bulan, shalat Dhuha dua rakaat, dan shalat witir sebelum tidur”.

(Diriwayatkan oleh Bukhari No. 1981 dan Muslim No. 721).

Terdapat empat golongan berbeda yang memandang

tentang dasar pelaksanaan shalat Dhuha. Golongan pertama

berpendapat bahwa shalat Dhuha adalah sunnah rasul yang harus

dijaga. Shalat sunnah tersebut sangat dianjurkan untuk

dilaksanakan dan dijaga, bahkan rasul memuji dan membanggakan

orang yang melakukannya. Golongan kedua menganggap bahwa

shalat Dhuha adalah bid’ah, hal ini didasarkan kepada hadist-hadist

yang tidak mengakui shalat Dhuha. Para sahabat yang menolak

shalat Dhuha seperti Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari, bahwa ia tidak pernah melakukan shalat Dhuha, tidak

juga Abu bakar dan Umar. Ketika sahabat Anas bin Malik ditanyai

tentang shalat Dhuha, maka ia menjawab “shalat itu hanya lima

waktu”. Golongan ketiga berpendapat bahwa shalat sunnah Dhuha

adalah sangat dianjurkan bila dilakukan jarang-jarang. Sedangkan

golongan terakhir berpendapat bahwa sesungguhnya shalat Dhuha

hanya dilakukan karena adanya sebab-musabab.44 Terlepas dari

pandangan keempat golongan di atas tentang pelaksanaan shalat

Dhuha, sebenarnya melaksanakan shalat Dhuhamerupakan salah

satu bentuk ibadah seorang muslim yang beriman kepada Allah

44
Qayim, Ibnu al-Jauziyah. Tuntunan Shalat Rasulullah. Terj. Tim Kuwais. (Jakarta: Akbar
Media Eka Sarana, 2008), hal. 214-226.
SWT untuk memperoleh rahmat-Nya, selain itu juga untuk

mengamalkan apa yang telah di sunnahkan oleh rasulullah.

3. Tata Cara Shalat Dhuha

Dalam pelaksanaan shalat Dhuha terdapat beberapa tata

cara dalam melaksanakannya. Tata cara dalam melaksanakan

shalat Dhuha sama seperti saat melaksanakan shalat-shalat lain

pada umumnya, yaitu setelah berwudlu, lalu berdiri di tempat yang

bersih dan suci, menghadap kiblat lalu niat dalam hati. Berikut

adalah beberapa cara pelaksanaan shalat Dhuha, antara lain:

a. Niat shalat Dhuha

b. Membaca doa iftitah. Membaca surat Al-fatihah

c. Membaca salah satu surat dari Al-Quran setelah membaca

surat Al-fatihah. Untuk bacaan pada rakaat pertama adalah

surat Asy-Syams dan pada rakaat kedua adalah Adh-Dhuha.

d. Setelah membaca salah satu surat dari Al-Quran, kemudian

rukuk. Selesai rukuk kemudian berdiri kembali dengan tegak

(i’tidal).

e. Setelah i’tidal kemudian sujud

f. Setelah melakukan sujud kemudian duduk diantara dua sujud

dan melaksanakan sujud kedua.

g. Setelah menyelesaikan sujud kedua pada rakaat terakhir

kemudian melakukan duduk tasyahdud akhir.

h. Kemudian diakhiri dengan mengucap salam.


i. Setelah selesai melaksanakan shalat Dhuha kemudian

membaca doa.45

4. Keutamaan Shalat Dhuha

Pertama, menjadi sedekah tulang manusia,

.ٌ‫ص َدقَة‬ ِ ‫ يص بِح علَى ُك ل س الَمى ِمن‬:‫عن َأىِب َذ ٍّر ع ِن النَّىِب ﷺ َأنَّه قَ َال‬
َ ‫َأح د ُك ْم‬ َ ْ َ ُ ِّ َ ُ ُْ ُ ِّ َ َْ
ٍ‫ و ُك ُّل تَ ْكبِ رية‬،ٌ‫ و ُك ُّل َتهلِيلَ ٍة ص َدقَة‬،ٌ‫ و ُك ُّل حَت ِمي َد ٍة ص َدقَة‬،ٌ‫فَ ُك ُّل تَس بِيح ٍة ص َدقَة‬
َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ
ِ ِ ِ
‫ك‬َ ‫ َوجُيْ ِزُئ م ْن َذل‬،ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫ َو َْأم ٌر بِ الْ َم ْعُروف‬،ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫ َو َن ْه ٌى َع ِن الْ ُمْن َك ِر‬،ٌ‫ص َدقَة‬ َ
)‫ (رواه مسلم‬.‫ُّحى‬ ِ ِ
َ ‫َر ْك َعتَان َيْر َكعُ ُه َما م َن الض‬

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Dzar radliyallahu ‘anh,


dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda: ‘Ada sedekah (yang hendaknya
dilakukan) atas seluruh tulang salah seorang dari kalian. Karena
itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah,
setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi
munkar adalah sedekah, dan dua rakaat shalat Dhuha mencukupi
semuanya itu’,” (HR Muslim).46
Kedua, menjadi shalat kaum awwâbîn, yaitu orang-orang yang

pulang (bertaubat) kepada Allah ta’ala.

ُّ ‫ص اَل ِة‬
‫الض َحى ِإاَّل‬ ُ ِ‫ اَل حُيَاف‬:‫اهلل ﷺ‬
َ ‫ظ َعلَى‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫َع ْن َأيِب ُهَر ْي َر َة قَ َال‬
ِ
‫ ه ذا ح ديث ص حيح‬:‫ (رواه احلاكم) وق ال‬.‫ني‬ َ ِ‫اَأْلواب‬
َّ ُ‫ص اَل ة‬
َ ‫ َوه َي‬:‫ قَ َال‬.‫اب‬ ٌ ‫ََّأو‬
)‫على شرط مسلم‬

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu


‘anh, ia berkata: ‘Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: ‘Tidak ada yang
menjaga shalat Dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah
denga bertaubat.’ Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: ‘Shalat Dhuha adalah
shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan

45
Rafiudin. Ensiklopedia Shalat Sunnah Tuntunan Shalat Dhuha.( Jakarta: Al-Kautsar
Prima Indocamp, 2008), hal 45.
46
Sumber: https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-dhuha-dan-keutamaannya-dM81x
bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih
sesuai syarat Imam Muslim).47

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa salat dhuha

merupakan salat yang mempunyai banyak faedah dan keutamaan.

Salat dhuha adalah salat yang dapat melapangkan rizki dan salat

dhuha merupakan sedekah yang harus dikeluarkan setiap harinya

untuk setiap ruas tulang manusia. Hal ini dapat kita lakukan cukup

dengan melakukan dua rakaat salat dhuha. Barangsiapa yang rajin

mengerjakan salat dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah

di surga oleh Allah SWT.

5. Manfaat Shalat Dhuha

Shalat merupakan hal yang paling utama dalam ajaran

Islam, amalan manusia yang pertama dihitung adalah shalat. Jika

shalat seorang jelek maka amalan yang lainnya pun mengikuti,

begitupun jika shalat seorang itu baik maka amalan yang lain juga

menjadi baik. Shalat selain sebagai bentuk ibadah seorang muslim

kepada Allah, sebenarnya dalam shalat memiliki banyak manfaat

bagi diri manusia.

Shalat adalah anugerah terbesar Allah SWT kepada umat

manusia, kepada siapa saja yang dengan rendah hati memiliki

keinginan untuk elaksanakannya. Shalat berfungsi sebagai metode

pengulangan, dimana potensi spiritual yang berisikan elemen-


47
Rafiudin. Ensiklopedia Shalat Sunnah Tuntunan Shalat Dhuha.( Jakarta: Al-Kautsar
Prima Indocamp, 2008), hal 46.
elemen atau karakter sifat-sifat mulia dan agung diasah dan

diulang-ulang. Shalat bukan hanya sebuah pembiasaan, ia juga

merupakan shalawat, doa, munajat serta perpaduan mengagungkan

yang terjadi antara kepasrahan hati dengan gerak tubuh48. Melalui

shalat seseorang mengasah keselarasan antara tubuh dan jiwa

dengan melakukan komunikasi langsung dengan yang maha

Esa49 .Shalat adalah sebuah metode relaksasi untuk menjaga

kesadaran diri agar tetap memiliki pola berpikir yang fitrah yaitu

berlandaskan Al-Quran dan hadist. Hal tersebut dikarenakan shalat

adalah sebuah pelatihan yang menyeluruh untuk menjaga dan

menigkatkan kualitas kejernihan hati dan cara berpikir seseorang,

mulai dari penjernihan emosi dan lain sebagainya. Menurut

Agustian, shalat adalah metode yang sempurna, karena ia tidak

hanya bersifat duniawi namun juga bermuatan nilai-nilai spiritual,

didalamnya terdapat sebuah gerak (fisik), emosi (rasa), dan hati

(spiritual)50.

6. Hikmah Sholat Dhuha

Mengerjakan kegiatan sholat dhuha dan menekuninya

merupakan salah satu perbuatan yang agung, mulia. Oleh karena

itu, sholat sunnah dhuha sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

48
Agustian, Ary Ginanjar. New Edition, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual ESQ; Emosional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam.
(Jakarta: Penerbit Arga, 2007), hal 227.
49
Purwakania Hasan, Aliah B. Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2008), hal. 91.
50
Agustian, Ary Ginanjar…hal 278.
Orang yang mengerjakan Sholat sunnah dhuha juga memiliki

beberapa hikmah yang didalamnya yakni sebagai berikut:

a. Dilimpahkan Rezeki

‫ت َسْب َع َسنَابِل يِف‬ ٍ ِ ِ ‫َّمثل الَّ ِذ‬


َ ْ َ‫ين يُنف ُقو َن َْأم َواهَلُ ْم يِف َسبِ ِيل اللَّه َك َمثَ ِل َحبَّة َأنبَت‬
َ َُ
ِ ِ ِ ‫اع‬ ِ ‫ واللَّه ي‬ ۗ ‫ُك ِّل سنبلَ ٍة ِّماَئةُ حبَّ ٍة‬
٢:٢٦١[ ‫يم‬ ٌ ‫ َواللَّهُ َواس ٌع َعل‬ ۗ ُ‫ف ل َمن يَ َشاء‬ ُ ‫ض‬ َُُ َ َ ُُ

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)

orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah

serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,

pada tiaptiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan

(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha

Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Ayat di atas dijelaskan bahwa Allah akan melipat

gandakan sesuatu yang di sedekahkan oleh hambanya satu

menjadi tujuh ruas, begitu halnya dengan melaksanakan sholat

dhuha sama saja menyedekahkan 360 ruas persendian yang ada

di tubuh.

b. Hati menjadi tenang

Dalam melakukan suatu aktivitas bekerja sehari-hari

pasti seringkali mendapatkan tekanan dalam bekerja dan

terlibat perasaingan usaha antara satu dengan yang lainnya

yang menyebabkan pikiran dan hati tidak tenang, emosi tidak

stabil. Oleh karena itu, pada saat-saat seperti itulah melakukan

sholat dhuha sangat berperan penting untuk menenangkan


jiwanya. Meskipun melakukannya hanya meluangkan waktu

lima sampai sepuluh menit sholat dhuha dapat menyegarkan

pikiran, menenangkan hati, dan dapat juga mengontrol emosi

seseorang.

c. Dapat meningkatkan kecerdasan

Sholat dhuha juga sangat berpengaruh dalam

perkembangan kecerdasan seseorang. Terutama pada

kecerdasan fisikal, emosional spiritual, dan intelektual. Dengan

melaksanakan sholat dhuha mampu meningkatkan kekebalan

tubuh dan kebugaran fisik seseorang karena sholat sunnah

dhuha dilakukan pada pagi hari ketika sinar matahari masih

baik untuk kesehatan. Melaksanakan sholat dhuha pada pagi

hari sebelum memulai aktivitas juga dapat menghindarkan diri

dari berkeluh kesah, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan

emosional spiritual seseorang. Selain itu, melakukan sholat

dhuha secara rutin juga dapat memudahkan meraih prestasi

akademik dan kesuksesan dalam hidup.

d. Pikiran menjadi lebih berkonsentrasi

Sholat dhuha yang dilakukan pada waktu istirahat (dari

belajar atau bekerja) akan mengisi kembali asupan oksigen

yang berada di dalam otak. Karena pada dasarnya otak juga

membutuhkan asupan darah dan oksigen yang berguna untuk

memacu kerja sel-selnya.


e. Kesehatan fisik terjaga

Sholat dhuha dikerjakan ketika matahari mulai muncul.

Munculnya sinar matahari pada pagi hari sangat baik untuk

kesehatan. Sebelum melakukan ibadah sholat pastinya kita

diwajibkan bersuci sebagai syarat sahnya sholat, berwudhu

dapat juga bermanfaat bagi kesehatan jasmani dan rohani

seseorang, sebab wudhu menyimbolkan agar selalu bersih.

Selain itu Gerakan sholat juga banyak manfaatnya bagi

kesehatan tubuh.51

C. Gambaran Umum Pembiasaan Shalat Dhuha Di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

Pembahasan kali ini, penulis mengemukakan tentang

pelaksanaan kegiatan pembiasaan sholat dhuha dalam meningktakna

kecerdasan spiritual yamg dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kantor

Departemen Agama Kabupaten Banjarnegara. Status Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara pada tahun 1986

adalah SK Pendirian Sekolah dengan No. Wk/5-b/4556/Pgm/MI/1986

dan tanggal SK Izin Operasional adalah tanggal 12 Januari 1986. MIM

51
M. Khalilurrahman Al Mahfani, Berkah Sholat Dhuha (Jakarta: Wahyu Media, 2008),
hal 20-21.
Semampir Banjarnegara, berlokasi di Kelurahan Semampir RT 04/2

Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara. Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara berada di

koordinat garis lintang -7.4041 dan garis bujur 109.674.

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

terletak di Jalan Raya Semampir. Adapun batas lokasi di Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Masjid Ath-Thoyib

Sebelah Selatan : Jalan Rumah Warga Semampir

Sebelah Timur : Jalan Kelurahan Semampir

Sebelah Barat : Rumah Warga Semampir

Profil MI Muhammadiyah Semampir

Nama Sekolah : MI Muhammadiyah Semampir

Nomor Statistik NIS : 111235040050

Provinsi : Jawa Tengah

Otonomi Daerah : Banjarnegara

Kecamatan : Banjarnegara

Desa/Kelurahan : Semampir

Kode Pos : 53418

Daerah : Perkotaan 40

Status Sekolah : Swasta

Akreditasi :A
Tahun Berdiri : 1983

Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

Organisasi : Yayasan

Visi dan Misi

Visi adalah wawasan jauh ke depan yang menunjukkan arah

bagi pencapaian suatu tujuan atau biasa disebut dengan impian dimasa

yang akan datang dan yang ingin diwujudkan untuk kedepannya. Visi

dari Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

yaitu “Beriman, Berahlakul Karimah, dan Berprestasi”.

Misi adalah gambaran tentang apa yang seharusnya dilakukan

oleh suatu lembaga atau seorang. Dengan demikian Misi ini

merupakan kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan untuk

mewujudkan Visinya. Adapun Misi dari Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara yaitu:

1. Mengadakan kegiatan untuk meningkatkan ketakwaan dan

keimanan kepada Allah SWT

2. Membina sikap jujur, disiplin, dan tanggungjawab.

3. Memberikan pembelajaran dan pembinaan yang intensif,

sehingga mendapatkan prestasi baik akademis maupun non

akademis.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi sekolah merupakan suatu bentuk yang

berupa urutan atau daftar yang berfungsi sebagai suatu upaya dalam
menjelaskan tugas dan fungsi dari setiap komponen penyelenggara

pendidikan yang bersangkutan dengan sekolah tersebut. Selain sebagai

penjelasan mengenai tugas dan fungsi dari setiap komponen yang

bersangkutan, pada struktur tersebut kita dapat melihat mengenai

kepeminpinan seseorang siapa yang menjadi pemimpin dan siapa saja

yang dipimpin. Dengan adanya administrasi di Madrasah, maka

disusunlah struktur organisasi sehingga dapat mencapai suatu tujuan

yang telah ditentutkan dan dilakukan secara efektif dan efisien.

Menurut Robbins & Judge52 Struktur organisasi adalah untuk

menunjukkan bagaimana tugas pekerjaan secara formal dibagi,

dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.

Adapun struktur organisasi di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara Tahun Pelajaran 2022/2023.

Struktur organisasi MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

Kepala Madrasah
Khusnul Hidayati, Dewan Komite
S.Pd
Setijono

Unit Perpustakaan
Tata Usaha
Siti Halimah, S.Pd
Isyafira Adila Imamah

Guru
52 GuruPerilaku Organisasi
Robbin & Judge, Guru SalembaGuru
Guru Edisi 16. (Jakarta. Guru
Empat, 2014) hal 231. Guru
Kelas 1 Kelas 2 Kelas Kelas 4 Kelas Kelas 6 PJOK
3A 5A
Isyafira Siti Yulia Siti Novindo
Adila Halimah Ferihah Riyanti Turyati, Rochilla Wijonar
Imamah , S.Pd Azizah, S.Pd.I S.Pd.I h S.Pd.I k S.Pd
S.Pd.I
Guru kelas 3B Guru kelas 3B
Ragil Panji Saputro, Apriyana Dyah,
S.Pd.I S.Pd.SD

Siswa

Masyarakat

Keadaan Tenaga Kependidikan dan Peserta Didik

a. Keadaan Pendidik

Pendidik merupakan unsur yang paling utama dalam

melakukan suatu kegiatan proses belajar-mengajar, keadaan

pendidik juga bisa menentukan berhasil atau tidaknya dalam

mencapai tujuan yang akan diharapkannya. Pendidik seharusnya

bisa mengkondisikan peserta didiknya dalam proses belajar-

mengajar di kelas dengan cara semaksimal mungkin. Dengan

kondisi belajar yang aktif antara pendidik dengan peserta didiknya

yakni dapat mencapai proses belajar yang aktif dapat mencapai


apabila pendidik mempunyai kemampuan dalam mengatur peserta

didiknya belajar dengan baik. Adapun pendidik yang terdapat di

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

yaitu berjumlah 11, diantaranya 9 perempuan, 2 laki-laki.

b. Keadaan Tenaga Pendidik

Keadaan Tenaga Pendidik Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Semampir

No. Nama NIP Jabatan

1. Khusnul Hidayati, 197505092007102002 Kepala

S,Pd Madrasah

2. Siti Rochillah, S.Pd 197009022007012034 Guru Kelas

VI

3. Ragil Panji - Guru Kelas

Saputro, S.Pd.I III A

4. Apriana Dyah - Guru Kelas

Kartika, S.Pd.SD VB

Yulia Rianti,

5. Yulia Rianti, - Guru Kelas

S.Pd.I. IV

6. Nofindo - Guru

Wijonarko, S.Pd Olahraga


7. Isyafira Adila - Guru Kelas I

Imamah

8. Siti Halimah, S.Pd - Guru Kelas

II

9. Ferihah Azizah, - Guru Kelas

S.Pd III B

10. Turyati,S.Pd.I 196706171990032001 Guru Kelas

VA

11. Muhajir - Penjaga

Keadaan Peserta didik.

Peserta didik di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara rata-rata berasal dari daerah sekitar yaitu di

Kelurahan Semampir. Tetapi ada juga peserta didik yang berasal di

luar Kelurahan Semampir. Peserta didik yang ada di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara pada tahun ajaran

2022/2023 berjumlah 193 peserta didik, yakni 99 laki-laki dan 94

perempuan yang terbagi menjadi 8 kelas, yaitu kelas I, II, III A, III

B, IV, V A, V B, dan VI.

Keadaan Peserta Didik MIM Semampir

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

I 18 17 35

II 14 10 24
III A 12 10 22

III B 11 8 29

IV 9 21 30

VA 12 9 21

VB 15 6 21

VI 8 13 21

Jumlah 99 94 193

Berdasarkan data di atas, terlihat jumlah peserta didik di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara rata-rata berkisar antara

20 ke atas per kelas. Jumlah rombongan belajar di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara tergolong cukup banyak

dan menjadi sekolah dengan jumlah peserta didik terbanyak di

Kelurahan Semampir.

Sarana dan Prasarana

Fasilitas pendidikan merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam melakukan proses pendidikan untuk menunjang

suatu pencapaian dalam tujuan pendidikan di sekolah. Dengan

adanya sarana dan prasarana yang baik di sekolah, tentu sangat

mendukung adanya sarana dan prasarana dengan kondisi yang baik

dan juga akan terciptanya suasana proses belajar mengajar yang

baik pula.
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara mempunyai sarana dan prasarana yang cukup

memadai dan lengkap sesuai dengan sekolah yang lain, yakni

mempunyai gedung sekolah untuk proses kegiatan belajar

mengajar dan juga ruang kelas untuk kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan data dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh

penulis, maka diperoleh situasi dan kondisi di Madrsah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara adalah sebagai berikut:

Keadaan Sarana Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir

Sarana Jumlah Keadaan

Meja Anak 216 Baik

Kursi Anak 210 Baik

Meja Pendidik di kantor 9 Baik

Kursi Pendidik di Kantor 9 Baik

Kursi Pendidik di Kelas 8 Baik

Papan Tulis 8 Baik

Tiang Bendera 1 Baik

Lemari Buku di Kelas 8 Baik

Rak Sepatu 8 Baik

Tempat Sampah 8 Baik

Jam Dinding 8 Baik

Hiasan Dinding 8 Baik


Keadaan Prasarana MI Muhammadiyah Semampir53

No. Nama Jumlah

1. Gedung Sekolah 1

2. Ruang Kelas 8

3. Ruang Guru 1

4. Ruang Perpustakaan 1

5. Tempat Parkir Pendidik 1

6. Ruang UKS 1

7. Ruang Kepala Madrasah 1

8. Toilet Peserta Didik 3

9. Toilet Pendidik 3

Hasil penelitian yang dilaksanakan, peneliti memperoleh data

tentang bagaimana proses pembiasaan shalat dhuha dalam

meningkatkan kecerdaan spiritual siswa di MI Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode observasi, interview wawancara dan dokumentasi. Pada bab ini

disajikan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penyajian data

dimaksudkan untuk menyajikan atau memaparkan data yang diperoleh

dari penelitian di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara, dapat

diuraikan bahwa program pembiasaan sholat dhuha kepada peserta

didik yang kami observasi semua peserta didik di di MI

53
Dokumentasi data profil madrasah pada tanggal 17 September 2022
Muhammadiyah Semampir Banjarnegara wajib megikuti kegiatan

pembiasaan shalat dhuha berjamah yang dilaksanakan sebelum

kegiatan belajar mengajar dimulai.

Sholat dhuha ialah sholat sunnah yang di kerjakan pada waktu

matahari sedang naik, sekurang-kurangnya sholat dhuha ini dilakukan

sebanyak dua rakaat, boleh empat rakaat, enam rakaat atau delapan

rakaat. Waktu shalat dhuha ini kira-kira matahari sedang naik setinggi

± tujuh hasta (pukul tujuh sampai masuk waktu dzuhur). Pelaksanaan

sholat dhuha sangat penting dalam terlaksananya program sholat dhuha

dengan adanya pelaksanaan yang sesuai dan tertib maka menjadikan

pelaksanaan sholat dhuha berhasil dan sukses.

Program Sholat Dhuha yang dilakukan di MI Muhammadiyah

Banjarnegara sebenarnya bukan sesuatu yang baru saja dilakukan,

program sholat dhuha tersebut sudah dilakukan sudah sejak 2018 an

dan berjalan sampai saat ini. Menurut Ibu Khusnul Hidayati, S.Pd

selau kepala sekolahMI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara,

beliau menyatakan bahwa :

“Sholat dhuha ini didirikan sudah sejak lama, sudah beberapa


tahun yang lalu. Kegiatan ini sudah ada dan kami berharap terus
berjalan lancer dan berinovasi agar para siswa bisa menjalankan sholat
dhuha dengan istiqomah baik disekolah ataupun dirumah”54

Shalat dhuha ini merupakan salah satu bentuk kegiatan yang

diadakan oleh madrasah dalam rangka membentuk dan

mengembangkan karakter siswa serta meningkatkan kecerdasan


54
Hasil wawancara dengan ibu Kepala Sekolah Khusnul Hidayati pada 15 mei 2023 pukul
10.00 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
spiritual siswa. Pelaksanaan Sholat Dhuha yang telah dilakukanMI

Muhammadiyah Banjarnegara merupakan Kegiatan yang diwajibkan

bagi semua siswa secara berjamaah, Peserta didik melakukan kegiatan

Sholat Dhuha setiap pada pukul 07.30 WIB sampai pukul 08.30 WIB.

Berdasarkan pernyataan dari kepala sekolah Khusnul Hidayati, S,Pd

“Program tersebut sudah dilaksanakan sekitar 5 tahun yang lalu,


yaitu sekitar tahun 2018 an, semua siswa diwajibkan untuk
melaksanakan sholat dhuha, Untuk pelaksanaan sholat dhuha
Diwajibkan untuk semua siswa dan dilakukan secara berjamaah pukul
07.30 h i n g g a 0 8 . 0 0 WIB sebelum KBM dimulai, Sholat dhuha
dilakukan setiap hari. Sholat dhuha ini juga saya manfaatkan untuk
menanamkan sifat-sifat tauhit kepada anak-anak dan juga untuk
memberikan infirmasi-informasi penting tentang sekolah”55

Dalam pengawasan Sholat Dhuha di MI Muhammadiyah

Semampir guru berperan aktif dalam pengawasan kegiatan pembiasaan

sholat dhuha berjamaah karena dalam pengawasannya guru melakukan

pengabsenan kepada seluruh siswa yang melaksanakan sholat dhuha

guru mempunyai data tersebut, hal ini dilakukan supaya siswa menjadi

terbiasa melaksakan kegiatan tersebut dan bisa menjalankan kegiatan

tersebut secara spontan. hal ini juga disampaikan oleh dengan Ibu Siti

Halimah, S.Pd selau wali kelas 2 MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara:

“kita buatkan jadwal pengabsenan jadi guru kelas bertugas


mengawasi siswa tersebut apabila ada salah satu siswa yang tidak
melaksanakan sholat dhuha berjamaah karena tidak ada ijin maka
akan dilakukan tindakan terhadap siswa tersebut dengan cara sholat
dhuha sendiri, dan memberikan sanksi. Hal ini dilaukan supaya siswa

55
Hasil wawancara dengan ibu Kepala Sekolah Khusnul Hidayati pada 15 mei 2023 pukul
10.00 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
bisa disiplin dan menjalankan pembiasaan sholat dhuha berjamaah
dengan istiqomah ”56

Kegiatan pembiasaan shalat Dhuha di MI Muhammadiyah

Semampir memang diterapkan dan menjadi program harian yang

harus diikuti oleh seluruh siswa. Hal ini bertujuan agar siswa

terbiasa gemar melaksanakan shalat sunnah, salah satunya shalat

Dhuha. Jika shalat sunnahnya rutin, maka shalat wajibnya pun

insya Allah juga rutin. Dalam pembiasaan sholat dhuha juga

manjadikan siswa lebih kenal dan akrab dengan adik kelas ataupun

kakak kelas jadi bisa menyambungkan tali sillaturahmi antar siswa,

berdasarkan wawancara dengan yasmin selaku siswa MI

Muhammadiyah Semampir:

“Pembiasaan sholat dhuha dilaksanakan setiap hari, sholat


dhuha diwajibkan untuk semua siswa dan dilaksanakn secara bersama-
sama, saya juga bisa lebih akrab dengan kakak kelas dan adik kelas,
dan tentunya bisa kenal dengan semua siswa MI Muhammadiyah
Semampir”57

siswa Dalam pelaksanaan pembiasaan sholat dhuha guru kelas

sebagai imam sekaligus membina dan pengawasi setiap siswa, untuk

tempat pelaksanaannnya kelas 1 dan 2 berada di kelas masing-masing,

dan untuk kelas 3 sampai 6 berada di masjid MI Muhammadiyah

Semampir. Setelah kegiatan sholat dhuha selesai di lanjutkan dengan

kegiatan lagi, untuk kelas 1 dan 2 kegiataannya yaitu menceritakan

56
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Halimah, S.Pd selau wali kelas 2 pada 15 mei 2023
pukul 10.40 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
57
Hasil wawancara dengan yasmin siswa Mi Muhammadiyah Semampir, pada 15 mei
2023 pukul 10.00 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
nabi- nabi, dan untuk kelas 3 hingga kelas 6 yaitu kegiatan tahfidz Al

Qur’an. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Ibu Isyafira Adila

Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali kelas dari kelas 1 di MI

Muhammadiyah Semampir, Berikut kutipan wawancaranya:

“Proses pembiasaan sholat dhuha ini dilakukan dari pukul 07.30


WIB sampai dengan pukul 08.00. Sholat dhuha ini wajib di ikuti oleh
semua kelas tanpa terkecuali, Setelah Kegiatan sholat dhuha selesai
semua siswa melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu untuk kelas 1 dan
2 kegiataannya yaitu menceritakan nabi- nabi dan tuntunan sholat
wajib dan sunnah, dan untuk kelas 3 hingga kelas 6 yaitu kegiatan
tahfidz Al Qur’an yaitu menghafalkan surah surah pendek di Al
Qur’an, untuk tempat kegiatan sholat dhuha kelas 1 dan 2 berada di
kelas masing-masing, dan untuk kelas 3 sampai 6 berada di masjid MI
Muhammadiyah Semampir”58

Pembiasaan shalat dhuha berjamaah di madrasah ini merupakan

salah satu pembiasaan yang dilakukan dalam rangka membentuk dan

mengembangkan karakter siswa serta meningkatkam kecerdasan

spiritual siswa. Dalam pelaksanaannya baik secara langsung maupun

tidak langsung, pembiasaan shalat dhuha ini menjadikan siswa menjadi

lebih religius dan disiplin, terutama mengenai ketepatan waktu dalam

berangkat ke madrasah. berdasarkan pernyataan dari ibu Siti selaku

wali murid siswa MI Muhammadiyah Semampir, berikut

wawancaranya:

“Anak saya sebelumnya jarang melakukan shalat dhuha,


sekarang menjadi sering melakukan shalat dhuha meskipun sekolah
libur. Dan selama ada kegiatan pembiasaan sholat dhuha berjamaah
anak saya juga Alhamdulillah sudah bisa hafalan surah-surah pendek.
Selain itu, anak saya juga semakin disiplin terutama dalam datang ke
madrasah, karena kegiatan tersebut dilaksanakan sebelum KBM
58
Hasil wawancara dengan Ibu Isyafira Adila Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 1 pada 15 mei 2023 pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
dimulai jadi anak saya lebih bisa mengatur waktu dan selalu berangkat
ke madrasah lebih pagi”59

Meskipun sholat dhuha termasuk ibadah sunnah namun

mempunyai manfaat yang begitu banyak dan juga membiasakan sholat

dhuha di MI Muhammadiyah Semampir agar nantinya melatih

kedisiplinan dan juga supaya tekun beribadah dimanapun tempatnya,

berdasarkan pernyataan dari wali kelas 2 yaitu ibu Siti Halimah, S.Pd:

“Tujuan diadakannya sholat dhuha disekolahan ini yang pertama


supaya siswa lebih disiplin lagi dalam hal apapun membuat siswa tepat
waktu dalam melaksanakan kegiatan apapun dan manfaat dari sholat
dhuha, pembiasaan sholat dhuha disekolahan ini sebenarnya tidak
hanya dilakukan di sekolahan saya harap siswa juga membiasakan
sholat duha dirumah masing masing”60

Selain menjadi lebih religius dan disiplin, dengan melalui

pembiasaan shalat dhuha berjamaah ini siswa menjadi lebih tanggung

jawab dan kerja keras. tanggung jawab untuk mengikuti peraturan

yang ada di madrasah, dan berusaha bekerja keras untuk

memanfaatkan waktu pagi dengan baik sehingga bisa berangkat ke

madrasah lebih pagi dan mengikuti shalat dhuha bersama,berdasarkan

pernyataan dari Ibu Isyafira Adila Imamah, S.pd beliau sebagai guru

atau wali kelas dari kelas 1 di MI Muhammadiyah Semampir, Berikut

kutipan wawancaranya:

“Dengan adanya pembiasaan shalat dhuha secara berjamaah di


madrasah membuat siswa lebih tanggung jawab dan kerja keras.
tanggung jawab adalah mengikuti semua peraturan yang ada di
madrasah dari mulai KBM hingga selesai KBM, dan berusaha bekerja

59
Hasil wawancara dengan Ibu siti selau wali murid pada 15 mei 2023 pukul 11.00 WIB,
di Semampir Banjarnegara.
60
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Halimah, S.Pd selau wali kelas 2 pada 15 mei 2023
pukul 10.40 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
keras untuk memanfaatkan waktu, dari pagi dengan baik sehingga bisa
berangkat ke madrasah lebih pagi dan mengikuti shalat dhuha bersama,
selain itu juga menambah semangat siswa karena setelah kegiatan
sholat dhuha dilanjutkan dengan kegiatan cerita nabi-nabi dan tahfidz”
61

Pelaksanaan sholat duha di siswa MI Muhammadiyah

Semampir mempunyai tujuan agar nantinya siswa lebih giat dalam

beribadah, dan juga sebagai salah satu ikhtiar batin dalam kesuksesan

belajar, dan sebagai cara untuk bersosialisasi dengan sekitar bukan

hanya itu tujuan program sholat dhuha untuk menghargai waktu, tepat

dalam melaksanakan apapun kegiatan lebih disiplin dalam melakukan

tugas mereka. Berdasarkan wawancara dengan siswa MI

Muhammadiyah Semampir bernama Panji, siswi kelas 6 Menyatakan

bahwa :

“Pembiasaan sholat dhuha dilaksanakan setiap hari, sholat


dhuha diwajibkan untuk semua siswa, dan biasanya dibimbing oleh
guru kelas, adanya sholat dhuha berjamaah menjadikan siswa lebih
giat dalam dalam beribadah apakagi untuk kelas 3 sampai 6 karena
mereka banyak banyakan hafalan juz ammanya” 62

Pembiasaan shalat Dhuha dianggap perlu untuk menjadi

salah satu langkah strategis untuk membentuk disiplin dan juga

lebih giat dalam beribadah. Selain itu dengan pembiasaan tersebut

siswa diharapkan memiliki sifat kerja keras dan tanggung jawab.

Dengan harapan tanpa tuntutan dari peraturan sekolah dapat

61
Hasil wawancara dengan Ibu Isyafira Adila Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 1 pada 15 mei 2023 pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
62
Hasil wawancara dengan panji siswa kelas 6 pada 15 mei 2023 pukul 11.30 WIB, di MI
Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
menerapkan pembiasaan shalat Dhuha dengan kesadaran, disiplin,

dan ketika sibuk beraktivitas pun dapat menyempatkan waktu untuk

bermunajat kepada Allah SWT.

Dari data penelitian yang sudah didapatkan bahwa pembiasaan

sholat dhuha di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara adalah

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan dan pembinaan

Program Sholat Dhuha yang dilakukan di MI

Muhammadiyah Banjarnegara dilakukan sudah sejak 2018 an

hingga saat ini, Shalat dhuha ini merupakan salah satu bentuk

kegiatan yang diadakan oleh madrasah dalam rangka membentuk

dan mengembangkan karakter siswa serta meningkatkan

kecerdasan spiritual siswa. Pelaksanaan Sholat Dhuha yang

telah dilakukan MI Muhammadiyah Banjarnegara merupakan

Kegiatan yang diwajibkan bagi semua siswa secara berjamaah,

Peserta didik melakukan kegiatan Sholat Dhuha setiap pada

pukul 07.30 WIB sampai pukul 08.30 WIB. Untuk tempat

pelaksanaannnya kelas 1 dan 2 berada di kelas masing-masing,

dan untuk kelas 3 sampai 6 berada di masjid MI Muhammadiyah

Semampir. Setelah kegiatan pembiasaan sholat dhuha selesai

dilanjutkan dengan kegiatan menceritakan tentang nabi-nabi dan

tata cara sholat dhuha untuk kelas 3 sampai 6 dilaksanakan

kegiatan tahfidz Al Qur’an.


Dari pemaparan di atas, dapat dikemukakan bahwa temuan

peneliti sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh H

Sulaiman Rasjid beliau berpendapat bahwa Sholat Dhuha adalah

shalat sunah dua rakaat atau lebih, sebanyak banyaknya dua

belas rakaat . shalat ini dikerjakan ketika waktu Dhuha, yaitu

waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 07.30 atau

pukul 8 sampai tergelincir matahari diperintahkan Sholat dhuha

ini sesuai dengan hadist tergelincir matahari diperintahkan Sholat

dhuha.

Pembinaan sholat dhuha sebelum dilaksanaknnnya

mempunyai peran yang sangat penting karena untuk

membimbing dan juga memberikan pengetahuan kepada siswa

mengenai sholat dhuha, di mana tidak semua siswa mengerti dan

paham tentang tata cara pelaksanaan sholat dhuha. Pembinaan

dilakukan oleh guru kelas masing-masing.

2. Pengawasan dan kedisiplinan

Pengawasan sholat dhuha di MI Muhammadiyah Semampir

bertujuan untuk mengawasi siswa dan untuk mengetahui sejauh

mana siswa melakukan dengan baik dan tertib. Saat Sholat akan

dimulai ada beberapa siswa yang terkadang masih bergurau

dengan temannya dan masih belum siap maka dari itu

pengawasan sholat dhuha dilaksanakan guna memberikan

pengawasan kepada siswa bukan hanya itu pengawasan dilakukan


juga untuk mengetahui siswa siapa saja yang tidak melakukan

Sholat dhuha.

Dalam pengawasan sholat dhuha di MI Muhammadiyah

Semampir sudah berjalan dengan baik dan tertib, karena dengan

pengawasan yang diberikan guru terhadap siswa secara ketat jadi

antusias siswa untuk datang dan melakukan sholat dhuha

sangatlah tinggi bukan hanya takut karena mendapatkan sanksi

jika tidak melakukan namun kesadaran siswa sendiri juga

semakin tinggi dalam melaksanakan sholat dhuha berjamaah

tersebut. Pembinaan dan pengarahan yang dilakukan lebih

mementingkan tentang penanaman nilai nilai serta manfaat yang

dapat diambil dari melaksanakannya sholat dhuha ketepatan

waktu dan juga kedisiplinan diikuti oleh semua siswa menjadikan

siswa mematuhi aturan yang telah di berikan.

3. Tujuan dilaksanakannya sholat dhuha

Tujuan dilaksanakannya sholat dhuha di MI

Muhammadiyah Semampir yaitu memupuk siswa untuk

membiasakan sholat dhuha di manapun tidak hanya disekolahan

saja dan juga manfaat dari sholat dhuha juga banyak yaitu

melampangkan rezeki, dimudahkan urusan, lebih mendekatkan

diri kepada Allah, dan masih banyak lagi.

Pelaksanaan Sholat dhuha di MI Muhammadiyah

Semampir mempunyai tujuan agar nantinya siswa lebih giat


dalam beribadah, lebih disiplin dalam mengatur waktu, dan kebih

mempunyai jiwa berekja keras dan bertanggung jawab dalam

memposisikan siswa, serta sebagai salah satu ikhtiar batin dalam

belajar.
BAB III

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MI

MUHAMMADIYAH SEMAMPIR BANJARNEGARA

D. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian kecerdasan spiritual (SQ)

Definisi kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut

intelligence dan bahasa Arab di sebut al-dzaka’. berasal dari kata

cerdas yang artinya sempurna perkembangan akal budinya (untuk

berpikir mengerti dan sebagainya). Kemudian kecerdasan

mendapat imbuhan ke dan an, kecerdasan merupakan perbuatan

mencerdaskan kesempurnaan perkembangan akal budi. Menurut

arti bahasa kecerdasan merupakan pemahaman, kecepatan dan

kesempurnaan sesuatu, atau berarti kemampuan (al-qudrah) dalam

memahami sesuatu secara tepat dan sempurna.

Kecerdasan adalah suatu hal yang menggambarkan tingkah

laku manusia secara kompleks seperti segala hal yang berkaitan

dengan usaha penyelesaian dalam sulitnya permasalahan hidu dan

situasi masalah hidup. Oleh karena itu, makna atau tujuan istilah

kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengelola tentang

setiap makna peristiwa atau kejadian di dalam lingkungan yang


menjadi ide atau gagasan, penemuan dan percobaan yang ada. Hal

tersebut sejalan dengan John Dewey yang menyebutkan makna

kecerdasan dalam bukunya yang berjudul James Gouinlock,

sebagai berikut:

“Intelligence describes the behaviour involved in attemting to solve


the difficulties of probematic situation. Thus, for present purpose, it
can be said that “intellegence” describes those operations by
which the meanings of the events of environment are discovered,
developed, manipulated, and tested. Intelligence, of course, implies
distinctive capacities in the organism as well as in the
encironment”

Sedangkan definisi spiritual dalam bahasa Inggris spiritual

berasal dari kata spirit yang berarti roh, jiwa, dan semangat. Kata

spirit ini merupakan semangat yang berkaitan dengan jiwa atau roh

manusia. Sedangkan kata spiritual dalam bahasa Inggris

mempunyai makna batin, rohani dan keagamaan Echols, 2005:

546). Oleh karena itu spiritual yaitu berkenaan dengan hati dan

kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain serta alam sekitar

berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut para ahli ada banyak kecerdasan yang diberikan oleh

Tuhan kepada manusia, salah satunya yaitu kecerdasan spiritual

(SQ), kecerdasan tersebut merupakan kecerdasan yang mengangkat

fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki

kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik

sebuah kenyataan atau kejadian tertentu.

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya


mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan pokok

yang dengannya dapat memecahkan masalah-masalah makna dan

nilai, menempatkan tindakan atau suatu jalan hidup dalam konteks

yang lebih luas, kaya dan bermakna.63

Selanjutnya kegunaan kecerdasan spiritual Danah Zohar

dan Ian Marshall menyebutkan berikut: (1) Menjadikan kita untuk

menjadi manusia apaadanya sekarang dan memberi potensi lagi

untuk terus berkembang. (2) Menjadi lebih kreatif. Kita

menghadirkannya ketika kita inginkan agar kita menjadi lues,

berwawasan luas, dan spontan dengan cara yang kreatif. (3)

Menghadapi masalah ekstensial yaitu pada waktu kita secara

pribadi terpuruk terjebak oleh kebiasaan dan kekhawatiran, dan

masa lalu kita akibat kesedihan. Karena dengan SQ kita sadar

bahwa kita mempunyai masalah ekstensial dan membuat kita

mengatasinya atau paling tidak kita bisa berdamai dengan masalah

tersebut. (4) SQ dapat digunakan pada masalah krisis yang sangat

membuat kita seakan kehilangan keteraturan diri. Dengan SQ suara

hati kita menuntun kejalan yang lebih benar. (5) Kita juga lebih

mempunyai kemampuan beragama yang benar, tanpa harus fanatik

dan tertutup terhadap kehidupan yang sebenarnya sangat beragam.

(6) SQ memungkinkan kita menjembatani atau menyatukan hal

yang bersifat personal dan interpersonal, antara diri dan orang lain

63
Danah Zohar dan Ian Marshall, Kecerdasan Spiritual (SQ), Cet IX (Bandung, PT. Mizan
Pustaka, 2007), hal 23.
karenanya kita akan sadar akan integritas orang lain dan integritas

kita. (7) SQ juga digunakan untuk mencapai kematangan pribadi

yang lebih utuh karena kita memang mempunyai potensi untuk itu.

Juga karena SQ membuat kita sadar mengenai makna dan prinsip

sehingga ego akan dinomor duakan, dan kita hidup berdasarkan

prinsip yang abadi. (8) Menggunakan SQ dalam menghadapi

pilihan dan realitas yang pasti akan datang dan harus kita hadapi

apapun bentuknya. Baik atau buruk jahat atau dalam segala

penderitaan yang tiba-tiba datang tanpa kita duga.64

Kecerdasan spiritual memungkinkan lahirnya wawasan dan

pemahaman untuk beralih dari sisi dalam ke permukaan keberadaan

seseorang, tempat seseorang bertindak, berpikir dan merasa.

Kecerdasan spiritual juga menolong seseorang untuk berkembang.

Spiritual quotient merupakan kemampuan seseorang agar dapat

menanamkan nilai-nilai agama sebagai pusat keyakinan dan

landasan untuk melakukan segala sesuatu yang benar dengan benar

dan kegiatan serta mampu menyenergikan IQ, EQ dan SQ secara

komprehensif.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para

ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan pengertian kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan yang dibanguun dari dua kecerdasan

yakni intelektual dan emosional. Artinya, kecerdasan intelektual


64
Danah Zohar dan Ian Murshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung, PT Mizan Pustaka,
2007) cet XI. hal 12-13
akan sangat banyak bermanfaat jika diintegrasikan dengan adanya

kecerdasan spiritual. Begitu juga dengan kecerdasan emosi, ketika

kecerdasan emosi diiringi dengan kecerdasan spiritual maka apa

yang ada di dunia dan di akhirat mudah diraih. Oleh karena itu,

kecerdasan spiritual dapat dijadikan tolak ukur untuk manusia

dalam kehidupannya.

2. Karakteristik kecerdasan spiritual

Kecerdasan spiritual adalah bentuk dari bisikan hati tentang

kebenaran dari Allah SWT., karena implementasi kecerdasan

tersebut sebagai cerminan qalbu yang bersih dan cerah dengan

segala tindakan yang positif, dan membawa manusia ke jalan yang

benar serta mampu mengambil sikap bijaksana dalam

menyelesaikan setiap persoalan. Menurut Toto Tasmara

mengungkapkan adanya beberapa aspek yang menjunjung

kecerdasan spiritual sebagai bagian dari suatu akhlak mulia,

sebagai berikut: a. Shiddiq, b. Istiqomah, c. Fathanah, d. Amanah,

e. Tabligh.

Selanjutnya dalam mengenal lebih jauh tentang

kecerdasaran spiritual yang perlu adanya pembinaan sejak dini

melalui beberapa kegiatan yang berhubungan dengan nilai dan

moral. Menurut Dadang Hawari mengungkapkan karakteristik

seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi sebagai

berikut:
a. Beriman kepada Allah dan bertakwa kepada Allah Sang

Pencipta dan beriman kepada malaikat Allah, kitab-kitab

Allah, rasul-rasulNya, hari akhir, serta qadha’ dan qadar. Hal

ini membuatnya selalu bersandar kepada ajaran Allah dan

merasa bahwa dirinya selalu diawasi, dicatat perbuatannya,

akhirnya ia selalu menjaga perbuatan dan hatinya. Ia juga

berusaha agar selalu berbuat sholeh kebajikan.

b. Menjaga sikap selalu amanah, konsisten dan tugas yang

diembannya yaitu tugas mulai dari Allah, dan selalu berpegang

pada amar ma’ruf nahi munkar, sehingga ucapan dan tindakan

selalu mencerminkan nilai-nilai luhur, moral dan etika agama.

c. Membuat keberadaan dirinya bermanfaat untuk orang lain dan

bukan sebaliknya. Ia bertanggungjawab dan mempunyai

kepedulian sosial.

d. Memiliki rasa kasih sayang antar sesama sebagai pertanda

seorang yang beriman.

e. Tidak memiliki sifat pendusta terhadap orang lain atau pada

agama. Selalu berkorban, berbagi dan taat pada tuntunan

agama.

f. Mempunyai sifat selalu menghargai waktu dan banyak menyita

waktu, dengan cara selalu beramal saleh dan berlomba-lomba

dalam hal kebenaran serta kesabaran.

Selain dari pernyataan di atas tentang karakteristik dan ciri-


ciri seseorang mempunyai kecerdasan spiritual dari beberapa ahli.

Penulis juga mengemukakan pendapat dari Danah Zohar dan ian

Marshall menyebutkan tentang adanya beberapa indikator

seseorang yang dimiliki teridiri dari: a. Kesadaran diri, b.

Spontanitas, c. Holisme, d. Kepedulian, e. Bertanya “mengapa”, f.

Mengambil manfaat dari kemalangan, g. Kerendahan hati, h.

Keterpanggilan.

3. Tahap Pengembangan Kecerdasan Spiritual

Menurut Muhaimin Azzet terdapat beberapa langkah

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yang dapat dijadikan

sebagai kepentingan dalam hidup seseorang agar selalu terbawa

dengan suasana yang selalu bersyukur, ingat kepada Allah SWT,

dan merasakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut tahapan

pengembangan kecerdasan spiritual:

a. Membiasakan diri berpikir positif

Anak diajarkan untuk memiliki kemampuan berfikir

positif yang paling mendasar terutama berpikir positif kepada

Tuhan yang telah menciptakan dan menetapkan takdir bagi

masing-masing manusia. Hubungannya adalah anak lebih

dekat dengan Tuhan, mengerti arti kehidupan yang

sesungguhnya sehingga akan dapat menemukan jalan hidupnya

secara positif. Ketika seseorang mengharapkan sesuatu namun

mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai harapan tentu manusia


akan merasakan bahwa hal tersebut takdir dari Tuhan, sikap

yang harus manusia lakukan adalah selalu menerima dengan

ikhlas dan sabar atas takdir atau ketentuan yang telah diberikan

oleh Allah, karena takdir tersebut bisa jadi adalah ketentuan

yang terbaik menurut Allah SWT. yang selalu haru dapat di

hadapi dengan berintropeksi guna melangkah yang lebih baik.

Berpikir positif menjadi salah satu upaya para orang

tua atau pendidik untuk melatih anak-anaknya dengan cara

terus menerus membangun semangat dan rasa optimis dalam

menghadapi segala sesuatu. Orang yang mempunyai semangat

akan lebih mudah meraih yang diinginkannya, dan orang yang

yang memiliki rasa optimis biasanya akan selalu positif dalam

memandang segala sesuatu dan akan selalu berusaha dalam

menggapai keinginannya.

b. Memberikan sesuatu yang terbaik

Setiap orang memiliki hati yang baik, dan ketika

kebaikan tersebut diaplikasikan ke dalam sikap berbuat baik

terhadap Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Dengan begitu,

setiap kebaikan yang dicurahkan kepada tujuannya mencari

Ridho Allah SWT., sikap tersebut akan dianggap suatu kerja

keras yang dimilikinya sehingga hasil yang dikerjakannya akan

memberikan keberhasilan yang memuaskan.

c. Menggali hikmah di setiap kejadian


Setiap kegagalan bukanlah akhir dari kehidupan istilah

tersebut biasa digunakan bagi orang-orang untuk memotivasi

dirinya, dan menjadi salah satu inspirasi bagi orang-orang yang

sukses. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual akan bisa

menggali hikmah dalam setiap kejadian, kejadian tersebut bisa

berupa kejadian yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan. Kemampuan untuk menggali hikmah itu

penting sekali agar seseorang tidak terjebak untuk

menyalahkan dirinya, atau bahkan menyalahkan Tuhan.

Menggali hikmah dari setiap kejadian adalah menjadi salah

satu bentuk sebuah keyakinan bahwa Tuhan pasti memberikan

yang terbaik untuk hamba-hambaNya, bahwa segala sesuatu

yang terjadi pasti ada manfaatnya, bahwa sepahit-pahitnya

sebuah kejadian pasti bisa ditemukan nilai manisnya.

Kemampuan menggali hikmah ini akan membuat

seseorang menemukan makna hidup dan menjauhkan

seseorang dari sebuah rasa kecewa. Dan dengan kemampuan

yang diimbangi dengan kecerdasan spiritual, akan selalu

berfikir bahwa semua kejadian sangat patut untuk disyukuri,

karena Allah SWT. kehidupan manusia akan menjadi

sempurna dan manusia akan lebih sempurna jika kehidupannya

selalu dicurahkan kepada Allah SWT.65

65
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak
(Yogyakarta: Kata Hati, 2010), hal 50–53.
4. Membentuk Kecerdasan Spiritual

Pembentukan kecerdasan spiritual perlu diasah sejak dini

dengan berbagai macam aspek pembentukan spiritual. Berikut ada

beberapa cara pembentukan kecerdasan spiritual:

a. Melibatkan anak dalam beribadah

Kecerdasan spiritual sangat erat kaitannya dengan

kejiwaan. Demikian pula dengan kegiatan ritual keagamaan

atau ibadah. Keduanya bersinggungan erat dengan jiwa atau

batin seseorang. Apabila jiwa atau batin seseorang mengalami

pencerahan, sangat mudah baginya mendapatkan kebahagiaan

dalam hidup. Oleh karena itu, agar anak-anak mempunyai

kecerdasan spiritual yang baik, perlu dilibatkan untuk

beribadah semenjak usia dini agar dapat mengimplementasikan

perilaku sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Mencerdaskan spiritual melalui kisah

Kecerdasan spiritual anak dapat ditingkatkan melalui

kisahkisah agung, yaitu dari orang-orang yang dalam sejarah

yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Hal ini

dinilai sangat efektif karena peserta didik pada umumnya

menyukai cerita.

c. Melibatkan peserta didik dalam kegiatan keagamaan


Melibatkan peserta didik dalam kegiatan keagamaan di

sekolah dapat dilakukan dengan melakukan pembiasaan

religius setiap harinya, seperti sholat dhuha, istighosah,

membaca yasin dan do’a bersama sebelum kegiatan belajar

mengajar dilakukan sekaligus memberikan penjelasan tentang

makna dan keguanaan ibadah tersebut.

d. Mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan sosial

Melibatkan peserta didik dalam kegiatan bersosial ini

bertujuan agar peserta didik dapat berinteraksi dengan sesama,

mengerti arti sebuah kebersamaan, kepedulian terhadap

makhluk ciptaan-Nya.66

5. Indikator Kecerdasan Spiritual

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi ditandai

beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

1) Bersifat Fleksibel, yaitu mampu menyesuaikan diri secara aktif

dan spontan untuk mencapai hasil yang baik. Orang ini dapat

membawa diri dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai

situasi yang dihadapi, tidak memaksakan kehendak, mudah

mengalah dan dapat menerima berbagai keadaan.

2) Memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Bagian yang

terpenting dari kesadaran diri yaitu usaha dirinya sendiri untuk

mengetahui wilayah yang nyaman untuk dirinya sendiri,

66
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak
(Yogyakarta: Katahati, 2010), hal 50.
banyak tahu tentang dirinya sendiri. Dengan mengenal dirinya

sendiri maka dia juga mampu mengenal orang lain, mampu

membaca maksud dan keinginan orang lain. Kesadaran

lingkungan tinggi mencakup kepedulian terhadap sesama,

peduli terhadap lingkungan.

3) Mampu menangani dan menentukan sikap ketika situasi sulit

dan dapat mengambil hikmahnya. Segala kesulitan hidup

merupakan ujian dalam hidup seseorang, karena pada dasarnya

hidup di dunia ini seperti roda berputar, kadang di bawah dan

kadang di atas. Untuk belajar melepaskan kehidupan dunia,

hendaknya dapat mengambil hikmah yang positif dari semua

kejadian yang dialami di dunia ini.

4) Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi rasa

sakit. Mampu memandang bahwasanya kehidupan itu tidak

terus mulus, akan tetapi juga banyak hambatan dan tantangan

sehingga dapat menyikapi kehidupan tersebut dan

memanfaatkan serta melewati kesengsaraan dengan mencari

makna dibaliknya.

5) Memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

Apabila seseorang mempunyai visi dan memahami tujuan

hidup, maka kualitas hidupnya dapat diilhami oleh visi dan

nilai-nilai kebaikan yang dianutnya. Sehingga mempunyai

target yang harus dicapai. Selain itu, istiqomah sebagai bentuk


kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten dan teguh pada

pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju

kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik. Apabila orang

yang memiliki sifat istiqomah, dia kan konsisten dalam berbuat

baik, karena dia memiliki tingkat kesadaran tinggi untuk

menjalani nilai-nilai yang dia pegang dalam hidupnya.

6) Enggan melakukan sesuatu yang menyebabkan kerugian atau

kerusakan. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual

tinggi akan mengetahui dengan sendirinya bahwa dia itu

merugikan oranglain maupun dirinya sendiri.

7) Cenderung untuk bertanya “mengapa” atau “apa” dan mencari

jawaban-jawaban yang benar.

8) Bertanggung jawab untuk menebarkan nilai-nilai positif

kepada oranglain dan menunjukkan cara menggunakannya.

Dengan kata lain, dia adalah orang yang memberi inspirasi

kepada orang lain.

Dari beberapa ciri di atas dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan spiritual dapat membuat manusia lebih luas memaknai

dan memberikan arti setiap perilaku sehingga segala tingkah laku

akan sesuai dengan nilai-nilai agama.67

6. Tanda-Tanda Kecerdasan Spiritual

Dalam kecerdasan spiritual yang dialami peserta didik, kita

67
Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), hal 244-245.
dapat melihat satu persatu tanda-tanda dari kecerdasan spiritual

yang telah berkembang dengan baik, tanda-tanda yang dimaksud

mencakup hal-hal berikut yaitu:

a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan

aktif)

b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan

penderitaan

d. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

e. Kemampaun untuk menghadapi melampaui rasa sakit

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan “holistik”)

h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau

“bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban yang

mendasar

i. Menjadi apa yang disebut oleh para psikologi sebagai bidang

mandiri yaitu: memiliki kemudahan untuk bekerja melawan

konvensi.68

7. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual

Menurut Syamsu Yusuf, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecerdasan spiritual agar tercapai tingkat

68
Danah Zohar dan Ian Murshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung, PT Mizan Pustaka,
2007) cet XI. hal. 14
spiritualitas yang baik, maka perlu diketahui beberapa faktor yang

mempengaruhinya, sehingga setiap individu akan mampu

memahami dan mengaplikasikannya dengan benar, berikut faktor-

faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual menurut Syamsu

Yusuf:

a. Faktor Pembawaan (Internal)

Manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan

keistimewaannya yaitu memiliki akal yang diharapkan dapat

menjadi insan yang baik yang mampu mendapatkan

kepercayaan untuk menjaga bumi ini atau yang biasa disebut

dengan nama khalifah. Karena manusia nantinya akan dimintai

pertanggungjawaban di akhirat kelak, oleh karena itu manusia

harus benar-benar selalu kembali kepada hukum agama yang

menjadi pedoman hidup manusia. Manusia adalah ciptaan

Allah yang berawal dari fitrah dan memiliki naluri beragama

yaitu agama tauhid, apabila tidak beragama manusia dianggap

makhluk tidak wajar, ketidakwajaran tersebut bisa terjadi

karena pengaruh lingkungan. Berdasarkan pernyataan di atas,

Allah SWT. bersabda di dalam Al-Qur’an surat ArRum ayat

30, dijelaskan :

ِ َّ ِ َّ َ ‫ۚ فِطْر‬ ‫ك لِلدِّي ِن َحنِي ًفا‬ ِ


‫يل‬ َ ‫ت الله اليِت فَطََر الن‬
َ ‫ۚ اَل َتْبد‬ ‫َّاس َعلَْي َها‬ َ َ ‫فََأق ْم َو ْج َه‬
ِ ‫ِّين الْ َقيِّ ُم َو ٰلَ ِك َّن َأ ْكَثَر الن‬ ِ ‫خِل‬
]٣٠:٣٠[ ‫َّاس اَل َي ْعلَ ُمو َن‬ َ ‫ۚ ٰذَل‬ ‫َْل ِق اللَّ ِه‬
ُ ‫ك الد‬
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.

b. Faktor Lingkungan (Eksternal)

Menurut Syamsu Yusuf, beberapa faktor lingkungan

yang mempengaruhi kecerdasan spiritual dianggap sangat

berpengaruh terhadap anak terutama dalam pembentukan jiwa

keagamaan seorang anak. Faktor-faktor tersebut dibahas secara

jelas sebagai berikut:

1) Lingkungan keluarga

Lingungan keluarga menjadi lingungan pertaa dan

utama bagi semua anak. Pengetahuan dan informasi yang

diberikan berasal dari orang tua, sehingga orang tua sangat

bertanggungjawab dalam pembentukan kecerdasan pada

anak. Peran orang tua dibebankan untuk bertanggung

jawab membimbing potensi kesadaran beragama dan

pengalaman beragama dalam diri anak-anak secara nyata

dan benar.

2) Lingkunan sekolah

Lingkungan sekolah adalah lingkungan setelah

lingkungan keluarga, yang menjadi figur penting di dalam

lingkungan sekolah ialah para guru/pendidik dan warga

sekolah yang lain, yang mempunyai tanggung jawab atas


perannya dalam menumbuh kembangkan kecerdasan anak

didiknya. Sehingga, seluruh pendidikan yang ada di

sekolah baik dari keteladanan, pembiasaan, dan lain

sebagainya akan menjadi dorongan siswa untuk menirukan

dan diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, oleh

karena itu lingkungan sekolah diharapkan dapat

memberikan contoh yang baik bagi siswanya.

3) Lingkungan masyarakat

Lingkunan masyarakat adalah lingkungan yang

berpengaru setelah lingkungan keluarga dan sekolah.

lingkungan masyarakat memiliki peran penting dalam

pengembangan kecerdasan spiritual pada anak.

Lingkungan masyarakat meliputi lingkungan sekitar

rumah anak bermain, belajar, menonton televisi dan media

cetak lain yang sering menjadi bahan mainan dan belajar

anak. Lingkungan masyarakat merupakan situasi atau

kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara

potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah

beragama atau kesadaran beragaa individu. Berdasarkan

penjelasan di atas tentang faktor yang mempengaruhi

kecerdasan spiritual di atas, penulis memperoleh

kesimpulan bahwa, faktor yang mempengaruhi kecerdasan

spiritual adalah faktor yang sangat berperan penting yang


diperoleh terdapat dua faktor yaitu faktor internal atau dari

dalam diri anak dan eksternal atau dari lingkungan luar.69

E. Analisis Upaya Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

Setelah melaksanakan pembiasaan sholat dhuha berjamaah

yang rutin dilaksanakan setiap hari di sekolah tentunya banyak

dampak yang terjadi dari apa yang sudah dilaksanakan, khususnya

dampak sholat dhuha berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual siswa, dengan adanyan program pembiasaan shalat dhuha

secara berjama’ah di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

memilki dampak yang baik. Pada kegiatan pembiasaan sholat dhuha

berjamaah para guru mengontrol ke setiap kelas sambil mengajak

para siswa untuk ke tempat di sekolah yang telah dipersiapkan

untuk melaksanakan shalat sunnah dhuha. Pelaksanaan shalat dhuha

memberi dampak baik terhadap kecerdasan spiritual.

Kecerdasan spiritual dapat dilihat dari adanya kesadaran

akan kewajiban siswa ketika berada di sekolah yaitu mengikuti

peraturan sekolah, terutama dalam keantusiasan siswa dalam

mengikuti shalat dhuha secara berjamaah dengan harapan

mendapatkan keridhoan Allah SWT, dan kedisiplinan datang ke

Sekolah tepat pada waktunya. Pembiasaan sholat dhuha secara

69
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hal 135.
berjamaah anak-anak lebih terdidik secara teratur dalam

melaksanakan sholat dan mendapatkan sentuhan rohani bagi siswa

dan mendidik serta membimbing siswa secara kejiwaan

spiritualnya dan pendidikan karakter bagi anak agar mereka senang

melaksanakan sholat dhuha, dengan mereka dididik sholat dhuha

secara berjama’ah dan teratur disekolah hendaknya mereka juga

melaksanakan sholat dhuha ketika sudah tamat nantinya.

Selain itu sebagaimana faedah dari shalat dhuha adalah

mendatangkan rizki baik berupa harta, pekerjaan, makanan dan

ilmu. Sehingga dengan adanya shalat dhuha berjamaah sebelum

pelajaran dimulai diharapkan siswa akan mendapatkan ilmu yang

bermanfaat saat menuntut ilmu di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegar, dampak yang dialami setelah melakukan Sholat dhuha

bisa menjadi sebuah kebiasaaan dan lebih mendekatkan diri kepada

yang Maha Kuasa, Dalam hal ini sesuai apa yang telah

disampaikan oleh Kepala Madrasah Ibu Khusnul Hidayati, S.Pd

mengatakan:

“Sholat dhuha tentunya sangat berdampak dalam pengembangan


kecerdasan spiritual siswa yaitu siswa lebih mengerti tentunya sholat
dhuha bukan hanya sebagai kewajiban saja namun sudah tertanam
dalam diri siswa menjadi sebuah kebutuhan, siswa juga mengerti dan
lebih disiplin lagi dalam melaksanakan kegiatan yang ada, Program
sholat dhuha ini hasilnya terlihat jelas bahwa siswa dapat terbiasa
dalam melaksanakan salah satu ibadah sunah, dalam kecerdasan
spiritual siswa juga berkembang yakni siswa juga mengerti antara satu
dengan yang lainnya saling tolong menolong dan menghargai ”70
70
Hasil wawancara dengan ibu Kepala Sekolah Khusnul Hidayati pada 23 mei 2023 pukul
10.00 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
Pembiasaan sholat dhuha berjamaah memberikan

peningkatkann kecerdasan spiritual siswa di MI Muhammadiyah

Semampir, yaitu setelah melakukan Sholat dhuha bisa menjadi sebuah

kebiasaaan dan lebih mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa,

pelaksanaan sholat dhuha juga dapat mengerti arti dari pentingnya

beribadah kepada Allah SWT sehingga lebih giat dalam beribadah,

sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh Ibu Siti Halimah, S.Pd

selaku guru kelas 2 MI Muhammadiyah Semampir mengatakan:

“Dampak yang dilami oleh siswa setelah melaksanakan sholat dhuha


disekolahan, menjadi sebuah kebiasaan siswa juga melakukan ketika
dirumah penanaman kebiasaan sholat dhuha disekolahan sangat
mempengaruhi kebiasaan, selain itu lebih bisa mendekatkan diri
kepada Allah SWT, dan lebih yakin bahwa dari sholat dhuha Allah
akan memudahkan segala urusan, Sholat dhuha yang dilaksanakan di
sekolah sangat membantu karena adanya peraturan yang mewajibkan
siswa untuk melaksanakan sholat dhuha maka siswa akan lebih giat
dalam beribadah meskipun termasuk dalam ibadah sunah, dan bukan
hanya itu siswa juga lebih juga lebih faham dan juga mengerti akan
apa pentingnya ibadah sebagai umat Nya,dan juga membuat lebih giat
dalam beribadah tanpa ada paksaan dan tekanan, beribadah kepada
Allah menjadi jalan dalam memudahkan urusan manusia”. 71

Kegiatan pembiasaan sholat dhuha berjamaah dalam

pengembangan spiritual siswa mempunyai peran penting yaitu siswa

lebih mengerti akan arti dari ibadah yang dilakukannya selain itu dapat

menumbuhkan sikap dan sifat baik lainnya kedisipilnan, menghargai

waktu, tolong menolong dan sikap lainnya, bagi siswa pun juga

mereka lebih mengerti pentingnya ibadah, memupuk kebiasaan baik

mereka bukan hanya dilakukan di sekolahan saja namun juga di


71
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Halimah, S.Pd selau wali kelas 2 pada 23 mei 2023
pukul 10.40 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
lingkungan mereka juga dapat dilakukan. Pernyataan diatas juga sama

sesuai yang di sampaikan oleh Ibu Siti Halimah, S.Pd selaku guru

kelas 2 MI Muhammadiyah Semampir mengatakan:

“Membiasakan Sholat dhuha secara Istiqomah dimana saja meskipun


di rumah dan tidak hanya di sekolahan saja, membuat hati merasa
tentram dan makin giat ibadah, Tentunya pelaksanaan Sholat dhuha
membuat siswa lebih giat dalam melakukan ibadah meskipun ibadah
sunah, karena banyak sekali manfaat yang d a p a t d i ambil,
misalnya hati tenang, merasa dekat dengan Allah SWT”.72

Pembiasaan sholat dhuha dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual bisa dilihat dari antusias siswa pun bertambah dalam

melakukan sholat dhuha karena timbulnya ketenangan dalam diri

siswa dan juga konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran juga akan

meningkat setelah mereka melaksanakan sholat dhuha. Menurut Ibu

Isyafira Adila Imamah, S.Pd beliau sebagai guru atau wali kelas dari

kelas MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara mengatakan:

“Dalam pembiasaan sholat dhuha anak-anak menjadi lebih aktif dalam


pembelajaran selanjutnya, mereka lebih semangat dan bertanya
kepada guru materi mana yang kurang di pahami khususnya tentang
pembelajaran keagamaan. Selain itu anak anak juga bisa menjawab
apa yang guru tanyakan dalam pelajaran, yaa mungkin karena dalam
sholat dhuha mereka kan berkumpul jadi satu di masjid dengan kelas
lain jadi mereka lebih refresh lagi dan tidak mudah ngantuk”.73

Ada beberapa banyak pendapat para ahli yang meyatakan

dampak dari sholat dhuha dalam yang pengembangan kecerdasan

spiritual siswa berdampak pada sifat dan juga sikap baik mereka,

72
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Halimah, S.Pd selau wali kelas 2 pada 23 mei 2023
pukul 10.45 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
73
Hasil wawancara dengan Ibu Isyafira Adila Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 1 pada 23 mei 2023 pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
dalam islam pun kita dianjurkan mempunyai sifat yang baik kepada

semua orang atau berakhlakul kharimah.

Menurut guru kelas 3 Bapak Ragil Panji Saputra Mengatakan:

“Dengan adanya pembiasaan sholat dhuha anak ana itu lebih


mempunyai akhlak yang baik dengan guru contohnya jika guru sedang
kesulitan membawa buku-buku atau barang laiine kadang-kadang
mereka suka membatu, mereka juga ketika bertemu dengan guru
diluar sekolah mereka langsung menghampiri dan salaman. Tidak
hanya itu anak- anak juga lebih sopan kepada kakak kelas mungki
karena saat kegiatan sholat dhuha mereka berkumpul jadi satu di
masjid jadi sudah terbiasa menerapka hal itu”.74

Menurut hilman siswa MI Muhammadiyah Semampir:

“Setelah saya melakukan sholat dhuha saya merasa tenang, senang


dalam mencari ilmu, saya bisa disiplin dan bisa bersosialisasi dengan
teman-teman, bisa membantu teman yang kesulitan dan lain
sebagainya. Pokoknya banyak sekali dampak dari pembiasaan sholat
dhuha untuk saya dan teman-teman saya, saya juga lebih rajin sholat
lima waktu bahkan kadang-kadang saya juga mengikuti sholat jamaah
di masjid dekat rumah saya”. 75

Sedangkan menurut aqila siswa MI Muhammadiyah Semampir


berkata bahwa:

"Setelah saya melaksanakan sholat dhuha bersama di sekolah saya


lebih akrab dengan kakak kelas karena sering bertemu bareng
dimasjid, saya juga merasa tidak ngantuk, karena kan wudhu dulu
jadi lebih fress, dan saya juga semakin semangat belajarnya, saya
lebih disiplin dan Insyaallah semakin taqwa. Amin. "76

MI Muhammadiyah Semampir mengupayakan peningkatan

kecerdasan spiritual siswanya agar lebih sadar akan adanya Tuhan,

dan pentingnya beribadah, salah satu hal yang diterapkan di MI


74
Hasil wawancara dengan Bapak Ragil Panji Saputra, S. Pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 3 pada 23 mei 2023 pukul 10.50 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
75
Hasil wawancara dengan hilman siswa MI Muhammadiyah Semampir pada 23 mei 2023
pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
76
Hasil wawancara dengan ipeh siswa MI Muhammadiyah Semampir pada 23 mei 2023
pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
Muhammadiyah Semampir adalah Sholat dhuha sebelum

pembelajaran. Sejak diterapkanya program Sholat ini, dalam

perkembangan siswa yang melaksanakan Sholat dhuha jelas terlihat

lebih baik dari yang tidak melaksanakanya, dan juga jelas didukung

oleh Ibadah Wajib seperti Sholat 5 waktu dan lain lain. Pihak sekolah

memiliki banyak alasan mengapa Sholat dhuha dibiasakan

disekolahan tersebut,seperti yang dikatakan Ibu Ibu Isyafira Adila

Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali kelas dari kelas MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara mengatakan:

“Pergaulan anak sekarang itu semakin banyak hal-hal yang


menjauhkan mereka dari kebiasaan baik, maka dari itu kita disini
berusaha istiqomah untuk melakukan pembiasaan Sholat dhuha ini
Karena shalat dhuha merupakan ibadah sunnah yang banyak sekali
manfaatnya untuk orang yang melaksanakan, jadi dengan harapan
setelah shalat dhuha anak itu lebih paham akan pentingnya Ibadah,
lebih menganggap bahwa dengan melaksanakan shalat dhuha Allah
lebih meridhoi dia untuk mendapat rizki, dan yang namanya rizki itu
kan tidak hanya dalam bentuk kebendaan saja, tapi juga kesehatan,”77

Menurut Ibu idah selaku wali murid di MI Muhammadiyah Semampir


Banjarnegara mengatakan:

“Dengan kegiatan sholat dhuha secara rutin anak saya memiliki Visi
dan nilai yang bisa membuat hidupnya terarah, wujud yang timbul
dari pembiasaan melakukan hal yang positif terutama yakni
pembiasaan sholat dhuha dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual,misalnya dia selalu rutin dalam sholat dhuha meskipun
sekolah libur selain itu dia juga lebih rajin mengaji khusunya hafalan
sura-surat pendek karena dia pengin bisa kaya teman temannya bisa
menghafal Al Qur’an. Dengan pembiasaan ini kualitas hidup seorang
akan terkendali dengan maksimal dan selalu mendekatkan diri kepada
Allah SWT, sudah sangat tentu segala perilaku yang dilakukan setiap

77
Hasil wawancara dengan Ibu Isyafira Adila Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 1 pada 23 mei 2023 pukul 10.35 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
harinya akan bernilai kebaikan tidk hanya disekolah saja namun di
lingkungan luar sekolah juga”. 78
Upaya pengembangan kecerdasan spiritual siswa di MI

Muhammadiyah Semampir mempunyai peran yang sangat penting

yaitu siswa lebih mengerti akan arti dari ibadah itu sendiri tanpa kita

suruh kita sudah mengetahui pentingnya ibadah bagi diri kita sendiri,

dengan beribadah secara tekun maka sifat dan sikap positif dalam

diri kita menjadi tumbuh dan berkembang. Selain itu menjadikan

tingkat kesadaran siswa lebih tinggi akan pentingnya ibadah dari

sebelumnya, jadi dalam kegiatan pembiasaan sholat dhuha siswa

sudah terbiasa melakukan kegiatan tersebut tanpa harus di suruh-suruh

oleh guru kelas, berdasarkan wawancara Menurut guru kelas 3 Bapak

Ragil Panji Saputra Mengatakan:

“Selama kegiatan sholat dhuha yang di laksanakan di MI


Muhammadiyah Semampir membuahkan banyak hasil yang bersifat
positif diantaranya yaitu siswa lebih mengerti akan arti dari ibadah itu
sendiri tanpa kita suruh kita sudah mengetahui pentingnya ibadah bagi
diri kita sendiri, dengan beribadah secara tekun maka sifat dan
sikap positif dalam diri kita menjadi tumbuh dan berkembang
misalnya kesidiplinan, tolong menolong, menghargai waktu dan
tingkat kesadaran juga lebih tinggi”.79

Pelaksanaan shalat dhuha dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual pada siswa di MI Muhammadiyah Semampir tersebut

didapatkan dengan adanya pelaksanaan shalat dhuha dan berdampak

pada peningkatan kecerdasan spiritual siswa, dimana siswa yang

78
Hasil wawancara dengan Ibu Idah beliau sebagai wali murid pada 23 mei 2023 pukul
10.35 WIB, di Semampir Banjarnegara.
79
Hasil wawancara dengan Bapak Ragil Panji Saputra, S. Pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 3 pada 23 mei 2023 pukul 10.50 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
menerapkan pembiasaan yang positif akan dengan mudah dan senang

melaksanakannya khususnya beribadah pada Tuhan Yang Maha Esa.

Bahkan, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda

akan selalu melekat dan sulit untuk dirubah. Demikian, siswa dituntut

untuk mengerjakan perintah-perintah Allah SWT dan sunnah-sunnah

Rasulullah SAW. dalam sikap dan perilaku selama itu memungkinkan

bagi mereka untuk mengerjakannya.

Dari data penelitian yang sudah didapatkan bahwa pembiasaan

sholat dhuha dalam meningkatkan kecerdasan spiritual di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara adalah sebagai berikut :

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berkenaan

dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain, dan

alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha

Esa. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk menfungsikan IQ dan

EQ secara efektif. SQ adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian

dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau

jiwa sadar. SQ menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara

intelektual, emosional dan spiritual. SQ adalah kecerdasan jiwa.Ia

adalah kecerdasan yang dapat membantu manusia menyembuhkan dan

membangun diri manusia secara utuh. Namun, pada zaman sekarang

ini terjadi krisis spiritual karena kebutuhan makna tidak terpenuhi

sehingga hidup manusia terasa dangkal dan hampa.


Hasil wawancara yang telah dilakukan mengenai

pelaksanaan shalat dhuha adalah diperoleh fakta bahwa para

siswa sudah bisa merasakan dampak positif bagi diri mereka sendiri,

dari merasa lebih baik, memiliki ketenangan hati, ketenangan hati

yang mereka rasakan berlanjut ke sikap spiritual mereka. Beberapa

siswa menyatakan bahwa sholat dhuha memberikan ketenangan hati,

hal ini memberikan efek kepada kecerdasan spiritual mereka. Karena

dengan hati yang tenang mereka menjadi lebih peka terhadap

lingkungan sekitar, hal ini di tunjukan dengan data yang didapatkan

setelah melaukan penelitian secara langsung di MI Muhammadiyah

Semampir dalam melakukan kegiatan sholat dhuha.

Dampak dari sholat dhuha dalam pengembangan

kecerdasan spiritual s iswa di MI Muhammadiyah Semampir

mempunyai peran yang sangat penting yaitu siswa lebih mengerti

akan arti dari ibadah itu sendiri tanpa kita suruh kita sudah

mengetahui pentingnya ibadah bagi diri kita sendiri, dengan

beribadah secara tekun maka sifat dan sikap positif dalam diri kita

menjadi tumbuh dan berkembang misalnya kemampuan bersikap

fleksibel (adapatif secara spontan dan aktiv), tingkat kesadaran yang

tinggi, kualitas hidup yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai,

kedisiplinan yang tinggi. Antusias siswa pun bertambah dalam

melakukan sholat dhuha karena timbulnya ketenangan dalam diri

siswa dan juga konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran juga akan
meningkat setelah mereka melaksanakan sholat dhuha, siswa dalam

mengikuti pelajaran juga akan meningkat setelah mereka

melaksanakan sholat dhuha.

Dalam pembahasan ini peneliti lebih merinci tentang

pelaksanaan shalat dhuha terhadap kecerdasan spiritual (SQ) peserta

didik di MI Muhammadiyah Semampir. Penelitian pelaksanaan di MI

Muhammadiyah Semampir menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual

peserta didik yang dimaksud ialah tingkat kesadaran diri yang tinggi,

kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktiv),

kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, kepedulian

tinggi. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan dipaparkan secara

rinci dan sistematis tentang obyek yang diteliti, dan hal itu mengacu

pada fokus penelitian sebagai berikut:

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam kecerdasan

spiritual yang dialami peserta didik, kita dapat melihat satu persatu

tanda-tanda dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan

baik, tanda-tanda yang dimaksud mencakup hal-hal berikut yaitu:

a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)

b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

d. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

e. Kemampaun untuk menghadapi melampaui rasa sakit

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu


g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan “holistik”)

h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” atau

“bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban yang

mendasar

i. Menjadi apa yang disebut oleh para psikologi sebagai bidang

mandiri yaitu: memiliki kemudahan untuk bekerja melawan

konvensi.80

Dari 8 tanda-tanda kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar

dan Ian Marshall, peneliti memfokuskan pada 3 tanda-tanda

kecerdasan spiritual untuk diperdalam secara matang yang saya teliti

yaitu:

1. Tingkat Kesadaran Diri Yang Tinggi

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik

menurut Danah Zohar dan Ian Marshall ialah seseorang memilki

tingkat kesadaran yang tinggi. Orang yang mempunyai tingkat

kesadaran yang tinggi berarti ia mengenal dengan baik siapa

dirinya. Orang yang demikian lebih mudah mengendalikan diri

dalam berbagai situasi dan keadaan. Dalam menghadapi persoalan

hidup yang semakin kompleks, tingkat kesadaran yang tinggi ini

sangat penting sekali. Pembiasaan sholat dhuha dalam

meningkatkan kecerdasan spiritual yang diterapkan sejak dini

80
Danah Zohar dan Ian Murshall, SQ Kecerdasan Spiritual, (Bandung, PT Mizan Pustaka,
2007) cet XI. hal. 14
merupakan jalan kebaiakan yang sudah sepatutnya diterapkan

kepada peserta didik, dari pembiasaan yang positif tersebut

seiring berjalannya waktu akan menjadi suatu pembiasaan yang

mana ketika tidak dilakukan ataupun lupa untuk mengerjakan

seorang tersebut akan merasa ada yang kurang. Contoh kesadaran

diri yang tinggi yaitu: ketika peserta didik mengerjakan shalat

dhuha atas kemauan sendiri, hati mereka merasa tenang setelah

melaksanakan shalat dhuha, selain itu ketika peserta didik

berkeinginan mempunyai sebuah kreatifitas yang membuatnya

lebih maju dari teman-teman mereka yakin akan diberi

kemudahan oleh Allah dalam menuntut ilmu di sekolah. Peserta

didik yang melaksanakan sholat dhuha atas kemauan sendiri tanpa

paksaan dari pihak manapun menunjukan bahwa peserta didik

sudah memiliki kesadaran diri yang tinggi. Peserta didik

mengatakan hati menjadi tenang setelah selesai melakukan sholat

dhuha dan selalu diberi kemudahan dalam menuntut ilmu dalam

belajar. Oleh karena itu peserta didik yang sudah terbiasa

melakukan sholat dhuha akan selalu melakukan sholat dhuha

dengan didasari oleh kesadaran diri masing-masing akan

banyaknya manfaat melakukan sholat dhuha.

2. kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)

Dampak yang kedua yang dimiliki oleh individu yang

memiliki kecerdasan spritual menurut teori Danah Zohar dan Ian


Marshall adalah kemampuan bersikap spontanitas atau fleksibel

(adaptif secara spontan dan aktif). Orang yang mempunyai

kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya

yang fleksibel atau bisa luwes dalam menghadapi persoalan.

Orang yang fleksibel semacam ini lebih mudah menyesuaikan diri

dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Data tersebut

menunjukan bahwa melaksanakan sholat dhuha dapat

meningkatkan kecerdasan spiritual melalui peningkatan

spontanitas. Dalam hal ini contohnya yaitu peserta didik selalui

aktif dikelas dalam mengerjakan tugas dan juga aktif bertanya

kepada guru pembelajaran yang kurang dimengerti, selain itu

peserta didik juga aktif dalam menjawab pertanyan-pertanyan dari

guru. Peningkatan tersebut juga bisa dilihat ketika peserta didik

yang selalu secara spontan segera beranjak menuju mushola untuk

mengerjakan sholat dhuha bila waktu sudah menunjukan waktu

yang tepat untuk melaksanakan sholat dhuha tanpa diperintah

ataupun dipaksa dari pihak manapun. Karena selalu melakukan

sholat dhuha secara spontan, akhirnya menjadi suatu kebiasaan

melakukan hal-hal baik secara spontan, bukan hanya untuk sholat

dhuha saja tetapi untuk hal-hal lain di dalam kehidupan sehari –

hari. Kemampuan spontanitas yang dimiliki oleh peserta didik

dapat dilihat dari sikap yang baik, sopan dan menghormati orang

lain. Contohnya lagi siswa senantiasa berjabat tangan dan


mengucapkan salam ketika berpamitan dengan guru, senantiasa

ramah dengan orang lain tanpa paksaan dari guru atau orang tua.

Sedangkan siswa yang mempunyai adaptasi yang aktif, Hal

tersebut dapat terjadi karena secara batinnya sudah terkoneksi

dengan Allah Swt hati dan fikirannya selalu terjaga, terhindar dari

godaan nafsu. Memang untuk mempertajam daya fikir dan otak

tidak hanya gemar membaca dan belajar saja, namun juga perlu

membiasakan hatinya agar senantiasa terkoneksi dengan Allah

Swt salah satunya yaitu dengan membiasakan sholat dhuha.

3. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

Dampak keempat yang dimiliki oleh individu yang

memiliki kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian

Marshall yaitu Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-

nilai, Visi dan nilai dari seseorang bisa jadi disandarkan kepada

keyakinan Tuhan, atau bisa juga berangkat dari visi dan nilai yang

diyakininya berangkat dari pengalaman hidup. Visi dan nilai yang

dimiliki oleh seseorang bisa membuat hidupnya terarah, tidak

goyah ketika menghadapi cobaan, dan lebih mudah dalam meraih

kebahagiaan. Wujud yang timbul dari pembiasaan melakukan hal

yang positif terutama yakni pembiasaan sholat dhuha dalam

meningkatkan kecerdasan spiritual, kualitas hidup seorang akan

terkendali dengan maksimal maksudnya ialah seorang hamba

yang secara batinnya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT,


sudah sangat tentu segala perilaku yang dilakukan setiap harinya

akan bernilai kebaikan, terlebih juga berinteraksi dengan

masyarakat pada umumnya. Melihat di jaman sekarang ini banyak

sekali problem dan bujukan yang mana seorang jikalau tidak

dilandasi dengan ketaatan yang maksimal maka sudah barangkali

seorang tersebut akan terjerumus ke dalam perilaku yang tidak

dibenarkan agama dan syari’at Islam. Selanjutnya maksud dari

diilahmi visi dan nilai-nilai ialah seorang yang dirinya sudah

terbiasakan terkoneksi hatinya dengan Allah SWT, maka dirinya

akan diberkahi setiap langkah hidupnya, dianugerahi berbagai

bentuk kenikmatan dari Allah SWT, seorang yang seperti ini

sama halnya sudah terbekali sejak dini dalam mengenal sang

pencipta sekaligus teguh pendirian untuk tidak terjerumus dalam

lembah kehinaan yang telah nashkan Allah SWT dalam

firmanNya sekaligus akan menjadi inspirasi banyak orang

disekitarnya.

BAB IV
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBATPEMBIASAAN SHALAT

DHUHA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MI

MUHAMMADIYAH SEMAMPIR BANJARNEGARA

A. Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual

Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan

kecerdasan spiritual Perkembangan spiritual seorang anak dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang

mempengaruhinya yakni sebagai berikut:81

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan pengaruh pribadi yang berawal dari

dalam diri sendiri, dimana ada suatu dorongan untuk membentuk

pertumbuhan dan perkembangan kearah yang lebih tinggi

kemampuannya. Adapun yang termasuk faktor internal antara lain:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis merupakan kesehatan dalam meningkatkan

perkembangan jiwa agama pada anak. Orangtua perlu

memperhatikan faktor kesehatannya, karena kesehatan merupakan

faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan anak dalam

memperoleh pendidikan agama.

81
Nur Hotimah, Yanto, “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak
Usia Dini”, Indonesia Journal of Learning Education and Counseling, Vol 1 No 2 (2019), 87-88.
Untuk mencapai kesehatan yang baik tentunya diperlukan

makanan yang bergizi untuk pertumbuhan jiwa dan raganya.

Islam juga sudah memberi tuntunan tentang tata cara

menyediakan makanan yang baik dan halal.

b. Intelegensi

Intelegensi merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan

diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat

berpikir sesuai dengan tujuan. Untuk mencapai kapasitas diri

yakni berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaran-

ajaran agama, maka intelegensi sangat menentukan keberhasilan.

Bagi anak yang mampu menerima ajaran dengan baik,

artinya dengan menggunakan rasionya maka ia akan menghayati

dan kemudian akan mengamalkan ajaran-ajaran agama yang

sudah diajarkan dengan baik.

c. Motivasi

Motivasi merupakan suatu perangsang keinginan dan daya

penggerak kemauan bekerja seseorang.82 Apabila motivasi anak

cukup tinggi terhadap bidang agama, maka anak akan semakin

mantap dan stabil dalam mengerjakan ajaranajaran agama. Akan

tetapi bagi anak yang kurang motivasinya, ia akan mengalami

berbagai macam kesulitan dan selalu dihadapkan kendala-kendala

dalam mengerjakan ajaran-ajaran agama secara baik dan stabil.

82
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi (Yogyakarta:
Teras, 2009), 267.
2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal merupakan lingkungan kelompok sosial kecil

yang terdiri dari:

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga sangat berperan dalam perkembangan kepribadian

anak karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang

mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak.83 Jika hubungan

orangtua dengan anak terjalin baik, maka perkembangan anak

juga akan menjadi baik, begitu juga sebaliknya, jika hubungan

anak dengan orangtua buruk, maka perkembangan anak juga akan

terganggu. Perkembangan anak menjadi baik juga tidak lepas dari

ridha orangtua, maka dari itu anak harus menjalin hubungan baik

dengan orangtuanya agar mendapatkan ridha darinya.

Ridha orangtua adalah cara mengetuk pintu rahmat Allah

SWT, walau sesungguhnya pintu rahmat itu selalu terbuka untuk

hambanya. Namun ridha orangtua ibarat jalan tol untuk sampai

ketujuan, agar Allah SWT segera menurunkan rahmat-Nya untuk

kita, memberikan jalan kemudahan atas setiap persoalan dan

masalah yang sedang dihadapi. Begitu juga sebaliknya, disaat

orangtua tidak ridho terhadap apa yang kita lakukan, maka hal itu

sesungguhnya sedang mengundang murka Allah SWT. sehingga

murka Allah SWT dapat berwujud kesulitan dalam


83
Khoirul Azhar, Izzah Sa’idah, “ Studi Analisis Upaya Guru Akidah Akhlak dalam
Mengembangkan Potensi Nilai Moral Peserta Didik di MI Kabupaten Demak”, Jurnal Al-Ta’dib,
Vol 10, No 2, (Juli-Desember 2017), 81.
menghadapi masalah, yang kemudian berujung pada

perilaku negatif baik personal maupun dalam berinteraksi dengan

oranglain. Rasulullah SAW menjelaskan bahwasanya ada 3 doa

yang tidak ada penghalang (pasti diterima) yaitu doa orang

teraniaya, doa musafir, dan doa ibu-bapak untuk anaknya.

b. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan tempat anak hidup dan

bergaul, anak berinteraksi dengan dengan anggota masyarakat

lainnya. Di samping masyarakat tempat mengadakan interaksi

sosial antara individu dengan individu, kelompok dengan

kelompok, dan individu dengan kelompok sehingga

menimbulakan proses sosial yang mana akan berpengaruh penting

dalam perkembangan anak. Pengalamanpengalaman interaksi

anak pada masyarakat ini akan membentuk perilaku dan

perkembangan pribadi anak. Jika dalam lingkungan masyarakat

baik, maka anak juga akan menjadi baik. Begitu juga sebaliknya,

jika dalam lingkungan masyarakat tersebut buruk maka juga akan

berdampak buruk pada anak.

c. Teman Sebaya

Pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku

kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih. Teman

sangatlah berpengaruh pada kegiatan sehari-hari. Interaksi dengan

teman sebaya dapat melibatkan keakraban yang besar dan dapat


saling memengaruhi antara satu dengan yang lain. Teman baik

akan menciptakan diri seseorang juga akan menjadi baik, begitu

juga sebaliknya teman yang buruk juga akan menciptakan diri

sesorang akan menjadi buruk.84

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya

pendidikan yang perlu dan sangat penting dikelola dengan baik

serta merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

manajemen pendidikan. Seperti gedung, tanah, perlengkapan

administrasi sampai pada sarana yang digunakan langsung dalam

proses belajar mengajar di kelas. Sarana dan prasarana pendidikan

juga digunakan untuk mempermudah pembelajaran maupun

kegiatan yang lainnya agar menjadi lebih efektif dan efisien.

Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,

bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses

pendidikan di sekolah. Adapun prasarana pendidikan adalah

semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung

menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Misalnya

seperti tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan

sebagainya. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk

84
Latifatur Rohmah, et. al., “Implementasi Nilai-nilai Kecerdasan spiritual di Yayasan
Pondok Modern Al-Rifa’ie Satu Malang”, Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 4 No 4
(2019), 98.
mencapai tujuan pendidikan seperti ruang, buku, perpustakaan

dan laboratorium.85

B. Analisis aktor Pendukung Pelaksanaan Shalat Dhuha Berjamaah Di

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

Diantaranya Sebagai Berikut:

Dalam pelaksanaan pembiasaan sholat dhuha secara rutin dan

istiqomah di sekolah tentunya banyak dampak yang terjadi dari apa yang

sudah dilaksanakan, khususnya dampak sholat dhuha berpengaruh

pembiasaan dan meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara. Namun di samping itu

tentungnya ada faktor pendukung dan penghambat pada kegiatan

pembiasaan sholat dhuha berjamaah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan usaha atau keinginan

apapun pastinya tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat

yang menyertainya, begitu pula yang terjadi pada kegiatan pembiasaan

shalat dhuha dalam pembentukan kecerdasan spiritual di Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir Banjarnegara. Hal tersebut tak

mempengaruhi jalan pelaksanaan pembiasaan shalat dhuha itu sendiri,

akan tetapi bukan berarti mempersurut langkah pihak Madrasah Ibtidaiyah

85
Rika Megasari, Peningkatan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SMPN 5 Bukit Tinggi, Jurnal Administrasi Pendidikan,
Volume 2 No 1 (Juni 2014), 637.
Muhammadiyah Semampir Banjarnegara untuk melestarikan kegiatan

pembiasaan shalat dhuha untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Dalam segala urusan dan semua kegiatan pasti ada beberapa faktor

yang dapat menghambat jalannya kegiatan sehingga perlu dicarikan

beberapa solusi untuk meminimalisir dan mengatasinya. Dan ada juga

beberapa faktor yang mendukung suksesnya suatu kegiatan. Seperti halnya

dengan kegiatan shalat dhuha berjama’ah di MI Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara. Dalam kegiatan shalat dhuha ini ada beberapa

faktor yang menghambat dan ada beberapa juga faktor yang mendukung

sehingga kegiatan Shalat dhuha berjamaah berjalan dengan lancer.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

peneliti, ditemukan ada beberapa faktor pendukung dan penghambat

kegiatan Pembiasaan Shalat Dhuha tersebut diantaranya adalah:

1. Faktor pendukung

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pengaruh

dari lingkungan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

aktifitas pembiasaan shalat dhuha di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara. Lingkungan adalah segala

hal yang ada di sekitar anak baik berupa benda maupun peristiwa-

peristiwa yang terjadi ataupun kondisi masyarakat terutama yang

dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap anak yaitu lingkungan di

mana adanya proses pendidikan yang berlangsung. Berdasarkan


wawancara dengan kepala sekolah Ibu husnul Hidayati, S.Pd

mengatakan: :

“Kegiatan shalat dhuha ini dapat berjalan dengan lancar karena adanya
dukungan dari berbagai pihak, dari siswa sendiri mereka sudah
terbiasa dengan shalat dhuha dan sudah ada sedkit kesadaran pada
mereka. Dari para guru juga meberikan respon yang baik dan sangat
mendudkung lancarnya kegiatan Shalat dhuha Berjama’ah .Dari pihak
walimurid dan masyarakat sekitar merupakan masyarakat yang agamis
sehingga sangat mendukung kegiatan sholat dhuha berjamaah di MI
Muhammadiyah Semampir”.86

Peserta Didik MI Muhammadiyah Semampir hampir seluruhnya

sangat antusias dengan adanya program Sholat dhuha yang

dilaksanakan setiap pagi sebelum jam pembelajaran,dan hal ini itu

dapat dilihat dari keseharian peserta didik yang langsung menyiapkan

tempat untuk dilaksanakannya Sholat dhuha ketika baru sampai di

kelas, hal tersebut dibenarkan oleh guru kelas 3 yaitu Bapak Ragil

Panji Saputra sebagai berikut :

“Sejauh ini saya lihat antusias peserta didik sangat luar biasa,
khususnya bagi anak perempuan karena disamping menjalankan
kegiatan sholat dhuha mereka berlomba lomba dalam hafalan surat-
surat pendek Al Qur’an ,mereka ini kalo baru sampai dikelas itu
langsung meminggirkan meja dan kursi untuk tempat dilaksanakan
Sholat dhuha, dan sesudah itu mereka langsung mengambil air
wudhu,ada juga yang sudah wudhu dari rumah, hal ini tidak terlepas
dari motivasi dan dorongan yang diberikan orang tua dan guru”87

Munculnya kesadaran diri siswa tentang pentingnya shalat

dhuha berjamah dimulai dari diri sendiri serta peran dari guru yang

selalu memberi motivasi dan pengetahuan tentang pentingnya shalat


86
Hasil wawancara dengan ibu Kepala Sekolah Khusnul Hidayati pada 23 mei 2023 pukul
10.00 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
87
Hasil wawancara dengan Bapak Ragil Panji Saputra, S. Pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 3 pada 23 mei 2023 pukul 10.50 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
dhuha berjamaah, sehingga siswa terbiasa dengan melaksanakan

kegiatan tersebut. Tidak hanya antusias guru yang sangat tinggi dalam

pelaksanaan pembiasaan Shlat dhuha ini namun juga antusias peserta

didik yangg tidak kalah. Hal tersebut dapat diketahui dengan peserta

didik yang tidak perlu diarahkan kembali ,namun atas segala

kesadaran diri peserta didik tersebut.

Keterlibatan orang tua dalam mendukung keberhasilan

pendidikan karakter yang dilakukan oleh sekolah merupakan hal yang

sangat penting. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar orang tua

dapat mengontrol anaknya ketika dirumah. Berdasarkan wawancara

dengan Ibu Wahyu selau mali murid:

“Sejak anak saya melakukan kegiatan pembiasaan sholat dhuha di


sekolah dia menjadi lebih rajin dalam hal apapun terutama dengan hal
yang berkaitan dengan keagamaan, makanya saya selalu mendukung
kegiatan tersebut, dan ternyata pembiasaan tersebut tidak hanya
dilaukan disekolah saja namun saat libur sekolah juga tetep
menjalankan kegiatan tersebut. Jadi saya selalu mendukungnya, setiap
hal yang bersifat positif saya selalu mendukung”. 88

Disamping itu orang tua juga akan memberikan informasi

tentang berbagai hal yang terkait dengan kegiatan atau perilaku anak

ketika di rumah.Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara sangat membutuhkan kerja sama dengan orang tua

dalam mendidik siswa. Terutama ketika para siswa libur sekolah dan

pulang ke rumah.

88
Hasil wawancara dengan Ibu Wahyu beliau sebagai wali murid pada 23 mei 2023 pukul
10.35 WIB, Semampir Banjarnegara.
Tentunya dalam suatu kegiatan yang baik tidak terlepas dari

sarana dan prasarana yang memadai sehingga memudahkan proses

kegiatan tersebut dengan nyaman. Terlebih dalam kegiatan

pembiasaan Sholat Dhuha ini tentunya sangat mendukung kelancaran

kegiatan tersebut Sebagaimana hasil wawancara dengan wali kelas 2

Ibu Siti Halimah, S.Pd yaitu sebagai berikut:

“Agar proses pelaksanaan kegiatan pembiasaan Sholat dhuha berjalan


dengan baik tentunya tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang
memadai. MI Muhammadiyah Semampir berdekatan dengan masjid
yang cukup memadai makanya untuk kelas 3 sampai 6 pelaksanaanya
di masjid , namnun untuk kelas 1 dan 2 di kelas karena memang
setelah kegiatan tersebut antara kelas 1 dan 2 dan kelas 3 sampai 6
berbeda kegiatan. Tapi ruangan kelas cukup luas dan tentunya dapat
menampung semua siswa”.89

Dalam kegiatan pembiasaan sholat dhuha guru guru kelas

sangat berperan penting dalam keberhasilan pembiasaan yang

diterapkan, keikutsertaan seorang guru tentu dapat menjadi pendorong

yang besar agar para peserta didik mau taat pada peraturan tetapi juga

sebagai pengawas serta pembimbing, berdasarkan wawancara dengan

Ibu Isyafira Adila Imamah, S.Pd:

“Saat kegiatan pembiasaan sholat dhuha berlangsung, guru kelas


sangat berperan aktif karena selain mengontrol juga membimbing dan
mengawasi kegiatan tersebut, guru kelas juga membimbing kegiatan
setelah sholat dhuha dan tentunya mengawasi peserta didik yang
kadang masih suka bermain dan bercanda. Guru kelas pembimbing
shalat sunnah dhuha menjadi faktor pendukung dalam pembiasaan
shalat dhuha di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara. Sikap dan perangai seorang guru akan menjadi contoh
dalam segala perkataan dan perbuatan bagi semua muridnya karena

89
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Halimah, S.Pd selau wali kelas 2 pada 23 mei 2023
pukul 10.40 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
guru dianggap orang yang mengetahui segala hal yang baik dan yang
buruk serta selalu mengerjakan perbuatan terpuji”. 90

Seorang guru sangat identik dengan peran pendidik seperti

membimbing, membina, mengasuh maupun mengajar. Diibaratkan

sebagai sebuah gambaran yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik

atau buruk hasil gambaran tersebut tergantung dari contoh yang

diberikan, maka guru secara otomatis menjadi teladan.

2. Faktor penghambat

Pada kegiatan pembiasaan Sholat dhuha ini ada beberapa

peserta didik yang terlambat dan itu biasanya terjadi pada awal

dimulainya kegiatan belajar mengajar. Dimana peserta didik memulai

kembali menyesuaikan kegiatan Sholat dhuha. Namun tidak

dipungkiri siswa yang tidak terlambat sangat banyak dari pada siswa

yang terlambat. Sebagaimna diungkapkan oleh Ibu Isyafira Adila

Imamah, S.Pd:

”Biasanya anak yang terlambat itu laki-laki mba, karena mereka jajan
dulu,namun hanya beberapa anak, karena mereka sudah mengetahui
konsekuensinya ketika mereka terlambat maupun tidak melaksanakan
Sholat dhuha padahal mereka berangkat ke sekolah.”91

Pada saat kegiatan pembiasaan sholat dhuha dimulai beberapa

peserta didik masih suka bercanda saat kegiatan sholat dhuha dimulai,

sebagaimana di ungkapkan oleh Muhammad siswa MI

Muhammadiyah Semampir:
90
Hasil wawancara dengan Ibu Isyafira Adila Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 1 pada 23 mei 2023 pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
91
Hasil wawancara dengan Ibu Isyafira Adila Imamah, S.pd beliau sebagai guru atau wali
kelas dari kelas 1 pada 23 mei 2023 pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir
Banjarnegara.
“Kadang saat sholat dhuha sudah dimulai teman-teman ada yang
guyon bu, jadi saya merasa terganggu, tapi biasanya setelah itu guru
kelas menasehati supaya kejadian tersebut tida terulang kembali”. 92

Selain itu faktor penghambat lainnya adalah Kurangnya

kesadaran dari beberapa siswa untuk mengikuti shalat dhuha

berjamaah di madrasah. Ada beberapa siswa yang masih datang

terlambat ke madrasah. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti

Halimah, S.Pd, bahwa:

“Untuk hambatannya yaitu masih ada beberapa anak yang kadang-


kadang datangnya tidak bisa sesuai dengan jam yang ditetapkan,
dari siswa sendiri terkadang masih ada yang bisa berangkat ke
madrasah tepat waktu tapi sampai madrasah tidak mengikuti shalat
dhuha dikarenakan masih ada tugas yang belum selesai. Selain itu,
ada beberapa siswa yang kadang tidak bisa berangkat tepat waktu
sehingga tidak mengikuti pelaksanaan shalat dhuha berjama’ah di
madrasah.”93

Dalam usaha menerapkan suatu proses kegitan tentunya

tidak terlepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat. Hal

ini dapat diketahui dari perubahan tingkah laku peserta didik.

Kemudian darii adanya beberapa hambatan- hambatan tersebut

yang diketahui dapat menghambat proses kegiatan pembiasaan

Sholat dhuha ini nantinya mampu menjadi inspirasi bagi pihak

sekolah untuk memberikan solusi yang tepat dan baik agar proses

kegiatan Sholat dhuha itu dapat berjalan dengan lebih baik lagi

92
Hasil wawancara dengan hilman siswa MI Muhammadiyah Semampir pada 23 mei 2023
pukul 10.30 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
93
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Halimah, S.Pd selau wali kelas 2 pada 23 mei 2023
pukul 10.40 WIB, di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara.
dan tujuan agar terciptanya generasi bangsa yang memiliki akhlak

mulia.

Dari data penelitian yang sudah didapatkan bahwa faktor

pendukung dan penghambat pembiasaan sholat dhuha dalam

meningkatkan kecerdasan spiritual di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara adalah sebagai berikut :

1. Faktor pendukung

a. Faktor lingkungan

Dengan kegiatan pembiasaan kegiatan shalat sunnah dhuha

faktor lingkungan menjadi faktor pendukung yang baik karena

selama para peserta didik berada dalam lingkungan sekolah maka

mereka akan terus didorong oleh keadaan lingkungan untuk

mengikuti kegiatan shalat sunah.

Menurut H. M. Hafi Anshari pengaruh lingkungan pada

anak didik dapat berupa positif dapat pula negatif. Akan menjadi

positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan

proses pendidikan itu. Dan dikatakan negatif apabila lingkungan

menghambat keberhasilan proses pendidikan.94

Dalam sebuah proses pendidikan faktor lingkungan sangat

memengaruhi karena setiap lingkungan itu memiliki sifat yang

berbeda bisa bersifat positif maupun bersifat negatif, sesuai

dengan aktifitas yang terjadi di sana. Sehubungan dengan

94
Rudi Ahmad Suryadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018),
hal, 95.
kegiatan shalat sunnah dhuha faktor lingkungan menjadi faktor

pendukung yang baik karena selama para peserta didik berada

dalam lingkungan sekolah maka mereka akan terus didorong oleh

keadaan lingkungan untuk mengikuti kegiatan shalat sunah.

b. Tingginya kesadaran dan antusias siswa

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara tidak hanya mengajarkan shalat wajib secara

berjamaah akan tetapi perlu juga di tanamkan kesadaran pada

siswa untuk melaksanakan shalat sunnah termasuk diantaranya

shalat dhuha berjamaah, karena masih banyak siswa pada

hususnya dan masyarakat pada umumnya yang masih

mengabaikan shalat sunnah dan khususnya shalat dhuha

berjamaah. Kesadaran diri merupakan keadaan dimana seseorang

dapat memahami dirinya sendiri dengan setepat-tepatnya.

c. Dukungan dari orang tua

Komunikasi orang tua dengan pendidik atau pengurus

pondok pesantren sangat penting. Sehingga dukungan dari orang

tua sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Dukungan orang tua

merupakan sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota orang tua memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan.

d. Sarana dan Prasarana


Dalam pelaksanaan suatu kegiatan tanpa di tunjang fasilitas

yang mendukung kegiatan tersebut tidak bisa berjalan dengan

baik. Dengan adanya masjid yang besar sehingga dapat

menampung semua siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara serta kebersihan masjid yang terjaga

sehingga siswa rajin melaksanakan shalat dhuha berjamaah.

Selain itu MI Muhammadiyah Semampir juga mempunyai

ruangan kelas yang cukup memadai.

e. Guru Pembimbing

Melihat peran tersebut sudah menjadi keharusan bahwa

seorang guru perlu memiliki integritas dan kepribadian yang baik

dan benar. Keteladanan adalah suatu perbuatan yang dapat dilihat

dan menjadi panutan oleh peserta didik yang ditunjukkan melalui

perkataan, sikap, kepribadian, disiplin, sopan santun, jujur dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajibannya. Seorang

guru juga harus mampu menanamkan nilai keagamaan dan

memberikan motivasi serta bimbingan kepada siswa untuk lebih

bersikap disiplin.

Maka dari itu upaya untuk meningkatkan kualitas peserta

didik dalam pengetahuan dan sikap disiplin juga bersumber dari

guru. Dengan kehadiran guru untuk terus membimbing dan

memberi contoh yang baik akan sangat berpengaruh terhadap

perkembangan sikap anak termasuk sikap kedisiplinannya. Untuk


itu guru harus mumpuni dan profesional baik dalam bersikap

maupun ilmu pengetahuannya. Seorang guru dituntut ahli dalam

bidang ilmu yang dia ajarkan.

2. Faktor penghambat

Adapun untuk mengetahui faktor penghambat pelaksanaan

kegiatan shalat dhuha di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara ini, penelitian melakukan wawancara dengan

Guru Pendidikan Agama Islam secara langsung. Adapun faktor-faktor

penghambatnya antara lain:

a. Siswa yang masih belum tertib dalam pelaksanaan kegiatan shalat

dhuha berjamaah dan beberapa siswa yang sulit dikondisikan saat

pelaksanaan shalat dhuha berjamaah, karena siswa sibuk ngobrol

dan bermain dengan dengan temannya . Hal ini menunjukan bahwa

kurangnya kedisiplinan pada siswa saat pelaksanaan shalat dhuha

berjamaah, sehingga diperlukan guru untuk mengkoordinasi

kegiatan tersebut. Kedisiplinan merupakan suatu tindakan yang

menunjukan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan yang

sudah ditetapkan.

b. Kurangnya kesadaran dari beberapa siswa untuk mengikuti shalat

dhuha berjamaah di madrasah. Ada beberapa siswa yang masih

datang terlambat ke madrasah. Hal yang demikian memang

menjadi situasi dan konsidisi yang wajar melihat juga kelabilan


umur pada anak tersebut yang belum bisa mendisiplinkan dirinya

sebaik mungkin sesuai keinginan bapak ibu guru.

Dilihat dari pemaparan di atas mengenai faktor penghambat shalat

dhuha sebenarnya tidak begitu sulit untuk mencari solusinya, hanya

saja para warga sekolah mau berkomitmen untuk selalu menegur

apabila kita ada yang salah baik itu sesama guru, guru dengan murid,

atau murid dengan murid kita saling mengingatkan jangan malu untuk

menegur dalam hal masih ada peserta didik yang tidak nurut itu

sebagai tantangan bagi guru untuk lebih memotivasi siswa-siswinya

lebih rajin dalam beribadah.

Pelaksanaan Pembiasaan Shalat Dhuha di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara sudah berjalan pada saat

peraturan mengikuti shalat duha itu pertama kali diumumkan yaitu

sudah berjalan secara tertib dengan didukung oleh adanya sarana dan

prasarana yang cukup memadai, hanya satu masalah saat ini yang

belum ada solusinya yang tepat untuk mengatasinya yaitu terkendala

waktu yang sangat minim dan juga siswa-siswinya tidak dibimbing

dalam pelaksanaan shalatnya sehingga masih banyak siswa yang

melaksanakan shalatnya hanya asal shalat saja kemudian ramai dan

diganggu oleh teman-temannya.

Berdasarkan hasil analisis yang mengukur tingkat kecerdasan

spiritual dengan perilaku peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara spiritual peserta didik berada


pada kategori baik, hal ini membuktikan bahwa aspek-aspek

spiritualitas yang meliputi kemampuan seseorang untuk bersikap

fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk

menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kualitas hidup yang

diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas

mampu merangsang hati dan pikiran peserta didik untuk selalu

berperilaku positif, tegar dalam menghadapi masalah dan bekerja keras

untuk meraih kesuksesan karena hati dan pikirannya selalu berusaha

dan berdo’a memohon petunjuk kepada Allah Swt. untuk selalu diberi

jalan yang baik. Dengan demikian, peningkatan kecerdasan melalui

kegiatan beribadah dapat dijadikan sebagai alat untuk menanggulangi

perilaku buruk seseorang. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt di

dalam al-Quran surat Al-Ankabut ayat 45:

ِ ِ ِ
ْ َ‫ َواللَّهُ َي ْعلَ ُم َما ت‬ ۗ ‫ َولَذ ْكُر اللَّه َأ ْكَبُر‬ ۗ ‫ِإ َّن الصَّاَل ةَ َتْن َه ٰى َع ِن الْ َف ْح َشاء َوالْ ُمن َك ِر‬
[ ‫صَنعُو َن‬
]٢٩:٤٥

Artinya :”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-


perbuatan) keji dan mungkar, selagi ia benar-benar mengerjakannya.
(Dan segungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar
keutamaannya) daripada ibadah-ibadah dan amal-amal ketaatan
lainnya. (Dan Allah mengetahui apa yang telah kalian lakukan) maka
Dia membalasnya kepada kalian” (QS. Al-Ankabut: 45).

Ayat di atas menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan keji dan

mungkar dapat dicegah dengan rajin menjalankan ibadah shalat dan

mengingat Allah SWT. Sehingga dapat dipahami bahwa bagi peserta

didik untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang negative dapat


ditanggulangi dengan memperbanyak ibadah shalat dan berzikir selagi

ia benar-benar mengerjakannya. Secara singkat kecerdasan spiritul

adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan

makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau

jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Dalam perspektif keislaman kecerdasan spiritual atau

kecerdasan ruhani adalah potensi yang ada pada setiap diri seorang

insan, yang mana dengan potensi itu ia mampu beradaptasi, berinteraksi

dan bersosialisasi dengan lingkungannya dan merasakan hikmah dari

ketaatan beribadah secara vertikal di hadapan Allah SWT secara

langsung.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan pembiasaan Sholat dhuha pesera didik di MI

Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

Program Sholat Dhuha yang dilakukan di MI

Muhammadiyah Banjarnegara dilakukan sudah sejak 2018 hingga

saat ini, Shalat dhuha ini merupakan salah satu bentuk kegiatan

yang diadakan oleh madrasah dalam rangka membentuk dan

mengembangkan karakter siswa serta meningkatkan kecerdasan

spiritual siswa. Pelaksanaan Sholat Dhuha yang telah dilakukan

MI Muhammadiyah Banjarnegara merupakan Kegiatan yang

diwajibkan bagi semua siswa secara berjamaah, Peserta didik

melakukan kegiatan Sholat Dhuha setiap pada pukul 07.30 WIB

sampai pukul 08.30 WIB. Untuk tempat pelaksanaannnya kelas 1

dan 2 berada di kelas masing-masing, dan untuk kelas 3 sampai 6

berada di masjid MI Muhammadiyah Semampir. Pembinaan sholat

dhuha memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai sholat

dhuha di mana tidak semua siswa mengerti dan paham tentang tata

cara pelaksanaan sholat dhuha. Pembinaan dilakukan oleh guru

kelas masing-masing. Setelah kegiatan pembiasaan sholat dhuha


selesai dilanjutkan dengan kegiatan menceritakan tentang nabi-nabi

dan tata cara sholat dhuha untuk kelas 3 sampai 6 dilaksanakan

kegiatan tahfidz Al Qur’an.

2. Upaya meningkatkan kecerdasan spiritual di MI Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara

Setelah dilaksanakannya kegiatan pembiasaan sholat dhuha

sebelum jam pelajaran dimulai peserta didik MI Muhammadiyah

Semampir Banjarnegara memiliki dampak meningkatnya

kecerdasan spiritual yang cukup baik, diantaranya yaitu: tingkat

kesadaran diri yang tinggi siswa lebih mengerti pentingnya

beribadah tanpa adanya paksaan dari siapapun, kemampuan bersifat

fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif) orang yang mempunyai

kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai dengan sikap hidupnya

yang fleksibel atau bisa luwes dalam menghadapi persoalan. Orang

yang fleksibel semacam ini lebih mudah menyesuaikan diri dalam

berbagai macam situasi dan kondisi peserta didik selalui aktif

dikelas dalam mengerjakan tugas dan juga aktif bertanya kepada

guru pembelajaran yang kurang dimengerti, selain itu peserta didik

juga aktif dalam menjawab pertanyan-pertanyan dari guru, selain

itu Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai Setelah

menjalankan pembiasaan sholat dhuha secara rutin siswa juga

mampu menambah konsentrasi belajar siswa dan juga lebih giat


dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembelajaran

keagamaan.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan

kecerdasan spiritual di MI Muhammadiyah Semampir

Banjarnegara

Dalam segala kegiatan pasti ada beberapa faktor yang dapat

menghambat dan juga beberapa faktor yang mendukung suksesnya

suatu kegiatan. Seperti halnya dengan kegiatan shalat dhuha

berjama’ah di MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara

mempunyai beberapa faktor pendukung diantaranya: faktor

lingkungan, tingginya kesadaran dan antusias siswa, dukungan dari

orang tua, sarana prasarana, dan guru pembimbing. Akan tetapi

juga mempunyai faktor penghambat diantaranya: Siswa yang masih

belum tertib dalam pelaksanaan kegiatan shalat dhuha berjamaah

dan beberapa siswa yang sulit dikondisikan saat pelaksanaan shalat

dhuha berjamaah, Kurangnya kesadaran dari beberapa siswa untuk

mengikuti shalat dhuha berjamaah di madrasah. Ada beberapa

siswa yang masih datang terlambat ke madrasah.

B. Saran

1. Bagi MI Muhammadiyah Semampir Banjarnegara semoga dapat

berguna sebagai bahan dalam evaluasi dalam program tersebut atau

bisa juga untuk masukan dalam mengembangkan kecerdasan

spirutual siswa dalam program lainnya.


2. Bagi penulis tentunya bisa menambah pengetahuan serta wawasan

yang lebih dalam permasalahan pendidikan yang ada, khususnya

dalam pengembangan kecerdasan spiritual siswa dan penelitian ini

juga sebagai pembelajaran dan pedoman serta bahan latihan

dalam penulisan ilmiah serta menambah hasanah pemikiran konsep

pendidikan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, semoga hasil penelitian ini diharapkan

bisa dijadikan sebagai tambahan refrensi dan dapan melakukan

penelitian yang lebih baik lagi .


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

A’yunin, 2014. “The Power Of Dhuha: Kunci Memaksimalkan


Shalat Dhuha dengan Doa-doa Mustajab”, (Jakarta:
Kalil Gramedia Pustaka Utama.

Abdul Manab. 2015. Penelitian pendidikan pendekatan kualitatif,


Yogyakarta: KALIMEDIA, cet.1.

Abdul Qadir Ar-Rahbawi. 2007. Panduan Lengkap Shalat Menurut


Empat Madzhab, (Jakarta :Pustaka Al-Kautsar.

Abil Qays Maarif. 2020. Dahsyatnya Berkah Bangun Pagi,


Tahajjud, Subuh & Dhuha, Yogyakarta : Fillah Books.

Agustian, Ary Ginanjar. 2007. New Edition, Rahasia Sukses


Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ;
Emosional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman
dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Penerbit Arga.

Akhmad Muhaimin Azzet, 2010. Mengembangkan Kecerdasan


Spiritual Bagi Anak (Yogyakarta: Katahati.

Al Mabdi’u, 2020. “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Melalui


Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Huda Kota Bengkulu”, Bengkulu: IAIN Bengkulu.

Ali, Said bin bin Wahf Al-Qahthani. 2008. Lebih Berkah Dengan
Shalat Berjamaah. Solo: Qaula.

Aliah B. 2006. Puswakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam


(Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Danah Zohar dan Ian Marshall, 2007. Kecerdasan Spiritual (SQ)


Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir
Integralistik dan Holistik untuk memaknai kehidupan,
Cet. IX Bandung : PT. Mizan Pustaka.

Darajat, Zakiah. 1996. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna. Bandug:


PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Febria Saputra dan Hilmiati, 2020. ” PENANAMAN NILAI-NILAI


RELIGIUS MELALUI PEMBIASAAN SHALAT DUHA
DAN SHALAT DHUHUR BERJAMAAH DI MI
RAUDLATUSSHIBYAN NW BELENCONG ”, ẽl-Midad :
Jurnal PGMI, Vol. 12 No.
https://www.gramedia.com/best-seller/kecerdasan-spiritual/, diakses
pada tanggal 26 Desember 2022, pukul 21:51.

Indragiri A. 2010. Kecerdasan Optimal: Cara Ampuh


memaksimalkan Kecerdasan Anak, Jogjakarta:
Starbooks.

John Gottman dan Joan Declaire. 2008. Terjemahan: Tengku


Hermaya, Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jumangin, 2017. “Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam


dengan Metode Keteladanan dan Metode Pembiasaan di
MTs Negeri 1 Lampung Timur”. Lampung: IAIN Metro
Lampung

Khoirul Azhar, Izzah Sa’idah, 2017. “ Studi Analisis Upaya Guru


Akidah Akhlak dalam Mengembangkan Potensi Nilai
Moral Peserta Didik di MI Kabupaten Demak”, Jurnal
Al-Ta’dib, Vol 10, No 2.

Kholiq, Abdul, Dkk. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam KTK & K.


Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.

Komarudin, Sukardjo dan Ukim. 2009. Landasan Pendidikan


Konsep dan Aplikasina. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Latifatur Rohmah, et. al.,2019. “Implementasi Nilai-nilai


Kecerdasan spiritual di Yayasan Pondok Modern Al-
Rifa’ie Satu Malang”, Vicratina: Jurnal Pendidikan
Islam, Volume 4 No 4.

Lexy J Moleong. 2011. Metodologi Penelitian kualitatif Edisi Revisi,


cet. 29; Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

M. Izzul Latif Syam, tesis. 2022. “Implementasi Nilai-Nilai


Pendidikan Akhlak Dalam Meningkatkan Kecerdasan
Spiritual Santri Di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum I
Ganjaran Gondanglegi Malang”. Malang: Universitas
Islam Malang.
M. Khalilurrahman Al Mahfani, 2008. Berkah Sholat Dhuha
(Jakarta: Wahyu Media.

M.Syafi’i Masykur. 2011. Shalat Saat Kondisi Sulit,


Yogyakarta:Citra Risalah.

Made wirata. 2005. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi


Dan Tesis, Yogyakarta: Andi.

Mahfuzh Hasbullah, 2019. “Implementasi pendidikan spiritual


melalui metode pembiasaan di SMK Islamic Village
Tangerang”, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah

Margono. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka


Cipta.

Masruchan Mahpur, 2015. “Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah


(Studi Multi Kasus di SMAN 1 Trenggalek dan SMA
Hasan Munahir Trenggalek” Tulung agung: IAIN
Tulungagung,

Maunah, Binti. 2009. Metodologi Pengajaran Agama Islam.


Yogyakarta: Teras

Muhammad yaumi, Nurdin Ibrahim, 2013. Kecerdasan Jamak


(Multiple Intlligences. Jakarta: Kencana.

Mujib, Abdul. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung:


Trigenda Karya.

Musbiqin, Imam. 2007. Rahasia Shalat Dhuha. Yogyakarta: Mitra


Pustaka.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2018. Metode Penelitian Pendidikan,


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur Hotimah, Yanto, 2019. “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan


Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini”, Indonesia
Journal of Learning Education and Counseling, Vol 1 No
2

Purwakania Hasan, Aliah B. 2008. Pengantar Psikologi Kesehatan


Islami. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Qayim, Ibnu al-Jauziyah. 2008. Tuntunan Shalat Rasulullah. Terj.


Tim Kuwais. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Rika Megasari, 2014. Peningkatan Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran di SMPN 5 Bukit Tinggi, Jurnal
Administrasi Pendidikan, Volume 2 No 1.

Sulistyorini, 2009. Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi


dan Aplikasi Yogyakarta: Teras.

Syamsu Yusuf, 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yudrik Jahja, 2011. Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai