Buat MMRW 2 Besok Presentasi
Buat MMRW 2 Besok Presentasi
Oleh :
KELOMPOK 1B/PSIK 2013
Komang Sanisca
170070301111071
Dian Retno Pratiwi
170070301111017
Lut fika Daru.A 170070301111025
Kamelia 170070301111021
Mala Rozaqo Tio.P 170070301111077
Ely Fitriyatus S 170070301111027
Putri Dewi A 170070301111037
Irfan Marsuq 170070301111063
Puput Lifvaria P A 170070301111048
Adelita Dwi A 170070301111060
Wahyuni 170070301111099
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada RW 1 RT 1-9
Kelurahan Gadingkasri Kecamatan Klojen Kota Malang dengan masalah
kesehatan Hipertensi dan ISPA melalui penerapan pola hidup sehat
dalam pencegahan hipertensi dan ISPA dengan pendekatan edukatif
pada individu, keluarga, kelompok khusus ataupun pada komunitas
tertentu dalam rangka mewujudkan tercapainya masyarakat RW 1 yang
sehat.
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian Community As Partner
Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane
yang merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan
pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien.
Komunitas sebagai klien/partner berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut
turut berperan serta secara aktif dalam meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya (Ekasari, 2006).
Model community as partner ada dua komponen penting yaitu roda
pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas
terdiri dari dua bagian utama yaitu inti (core) sebagai intrasistem terdiri dari
demografi, riwayat, nilai dan keyakinan komunitas. Ekstrasistemnya terdiri dari
delapan subsistem yang mengelilingi inti yaitu lingkungan fisik, pendidikan,
keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan
sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Sedangkan proses keperawatan yang
dimaksud mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Mubarak, 2009).
2.2.1 Hipertensi
2.2.2 ISPA
2.2.2.1 Definisi ISPA
ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai
14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun
udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang
sehat (Depkes RI, 2012).
Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan
oleh virus, bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing,
yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan
(Wong,D.L2003:458).
2.2.2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri Penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus,
Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan
Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus,
Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpessvirus
(Depkes RI, 2000). Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang
kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke
musim hujan (PD PERSI, 2002).
2.2.2.3 Klasifikasi
Menurut Erlien (2008) mengklasifikasikan ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas
cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia
2.3.2 Metode
- Rancangan penelitian:
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment Design, dengan pendekatan
non-equivalent control group yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
- Populasi :
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru.
- Teknik sampling :
Purposive Sampling
Kriteria inklusi yaitu usia 30-65 tahun, mempunyai tekanan darah ≥
140/90 mmHg, mengonsumsi obat hipertensi, tidak memiliki luka pada
telapak kaki misalnya luka bakar, luka gangren, dan tumor.
- Jumlah sampel :
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan hipertensi sebayak
30 responden.
- Tempat penelitian :
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru.
- Waktu penelitian :
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Maret – 25 Mei 2015.
- Prosedur penelitian :
Teknik pengumpulan data dilakukan pada 30 responden yang dibagi
kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
kedua kelompok tekanan darah sistolik dan diastolik dihitung dengan
menggunakan alat sphygmomanometer digital. Penelitian dilakukan pada jam
yang sama, dimana peneliti telah menentukan rentang waktu pengambilan data
untuk setiap responden yaitu dari jam 15.00 – 17.00 WIB. Pada penelitian ini
kelompok eksperimen diberikan terapi pijat refleksi kaki 3 hari berturut-turut
selama 15 menit sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Peneliti
menggunakan alat pijat refleksi APIYU II yang dirancang oleh Hasneli (2015).
Pemijatan dilakukan pada titik-titik refleksi di telapak kaki untuk menurunkan
tekanan darah.
- Analisa data :
Uji Dependent T Tes dan uji Independent T Test
2.3.3 Hasil
Analisa Univariat
Tabel 1. Dibawah ini berisi tentang distribusi karakteristik responden
pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas lima puluh pekanbaru.
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas penderita hipertensi primer dalam
penelitian ini berada pada rentang usia 46-55 tahun yaitu sebanyak
46,7% (14 orang), perempuan 83,3% (25 orang), sebagian besar
berpendidikan SMP 36,7% (11 orang), tidak bekerja 63,3% (19 orang),
dan merupakan Suku Melayu dan Batak 60% (18 orang).
Tabel 2. Distribusi Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
sebelum dan sesudah Intervensi pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol.
Tabel 2 menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada
kelompok eksperimen sebelum intervensi adalah 158,66 mmHg dan
94,17 mmHg dengan standar deviasi 4,40 dan 2,09. Sedangkan pada
kelompok kontrol rata-rata tekanan darah sistolik dan diastoliknya adalah
159,51 mmHg dan 94,62 mmHg dengan standar deviasi 2,50 dan 2,94..
Hasil uji homogenitas menggunakan uji t independent terhadap tekanan
darah sistolik dan diastolik sebelum intervensi pada kedua kelompok
didapatkan nilai p value 0,523 dan 0,478 (p>0,05).
Analisa Bivariat
Tabel 3 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
sesudah Intervensi pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
3.2.3.2 Kebiasaan
Data hasil wawancara
Kebiasaan masyarakat di lingkungan RW 1 Kelurahan
Gadingkasri yaitu acara perkumpulan RT RW 1 yang dilakukan setiap
bulannya pada tanggal 6, perkumpulan tiap RT perbulan, perkumpulan
PKK di RW 1 setiap bulan pada tanggal 7, pengajian rutin setiap minggu
dan terdapat kegiatan kerja bakti setiap minggu pagi. Cara untuk
mengumpulkan masyarakat agar ikut serta yaitu dengan undangan,
ataupun SMS/WA grup.
3.2.4 Value
3.2.4.1 Merokok
Data Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas warga yang merokok
menganggap merokok adalah hal yang biasa dan menjadi
kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Sedangkan bagi anggota
keluarga yang tidak merokok, mengatakan bahwa merokok adalah
perilaku yang mengganggu kesehatan.
3.2.4.2 Konsumsi Sayur dan Buah
Gambar
3.1 Peta Wilayah
Kelurahan
Gadingkasri
Data wawancara
Menurut wawancara dengan kader posyandu RW 1, pelayanan
kesehatan di RW 1 terdiri dari posyandu (balita, lansia dan posbindu
PTM) yang diadakan setiap hari kamis pada awal bulan sekali di balai
kelurahan Gadingkasri. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu
RW 1 kelurahan Gadingkasri warga yang mengikuti posyandu lansia dan
posbindu ±40 warga dan posyandu balita yang mengikuti ±30 balita di
bulan biasa sedangkan pada pemberian vitamin A bulan Februari dan
Agustus diikuti ±50-60 balita.Tidak ada anggaran khusus untuk program
posyandu dari dinas kesehatan maupun puskesmas, melainkan iuran
warga setiap bulan sekali. Progam penyuluhan kesehatan dilaksanakan
setiap ada mahasiswa KKN di RW 1, kegiatan penyuluhan kesehatan
dilakukan di posyandu dan perkumpulan PKK.
3.2.6.4 Jarak Tempuh ke Pelayanan Kesehatan
3.2.6 Ekonomi
3.2.7.1 Mata Pencaharian Warga Kelurahan Gadingkasri
Data survei
Berdasarkan data survei didapatkan bahwa penghasilan setiap
bulan dari sampel warga RW 01 sebagian besar berpenghasilan sama
dengan UMR yaitu sebanyak 40 orang (64%) dari total 80 sampel.
Observasi dan Windshield Survey
Berdasarkan hasil windshield survey dan observasi kelompok
bahwa di RW 01 tidak terdapat pasar, namun ada beberapa warga
yang secara pribadi menjual sayuran dan sembako. Di setiap RT
terdapat toko, minimal 1 toko. Pusat perbelanjaan untuk kebutuhan
sayur di RW 01 terdapat di RT 09 dan buka mulai pagi jam 05.30
WIB- 10.00 WIB. Sedangkan untuk kebutuhan sembako terdapat
swalayan Alfarmart di RW 01.
Key Informan
o Data wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW 01 diperoleh
hasil bahwa sebagian besar pekerjaan masyarakat yaitu karyawan
swasta sebanyak 60% dan 40% adalah wiraswasta. Status
kesejahteraan penduduk belum merata mayoritas tergolong
menengah ke bawah, dan penduduk RW 01 70% pendatang dari
luar, sedangkan 30% penduduk asli Malang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kader juga menyatakan bahwa sebagian besar
penduduk bekerja sebagai karyawan swasta.
3.2.8 Keamanan dan Transportasi
o Data primer dari windshield survey
Berdasarkan hasil observasi kondisi jalan kelurahan Gadingkasri
RW 1 beraspal dan kavling.Alat transortasi yang banyak ditemukan di
daerah Kelurahan Gadingkari RW 1 yaitu kendaraan pribadi (motor dan
mobil), angkotan umum (AT, GML dan JDM) serta ojek online (go-jek dan
grab) yang berlalu lalang. Berdasarkan hasil observasi disekitar RW 1
tidak ada palang ataupun pos kamling.Menurut wawancara dengan ketua
RW 1 Gadingkasri untuk masalah keamanan selama ini belum pernah
ada tindakan kriminal di lingkungan RW 1.
Data wawancara
3.2.10 Komunikasi
o Data wawancara
Berdasarkan hasil wawancara, kegiatan penyuluhan di RW 01
Gadingkasri dilakukan setidaknya satu bulan sekali. Pemberi penyuluhan
biasanya diberikan oleh ibu kader, mahasiswa kesehatan dan petugas
kesehatan. Untuk tempat pelaksanaanya sering dilakukan di posyandu,
maupun dipertemuan ibu-ibu pkk, sedangkan penyuluhan pada
pertemuan bapak-bapak jarang dilakukan.
o Data survei
Berdasarkan hasil survei, menunjukkan dari total 80 responden
(100%) sebagian besar responden menggunakan alat komunikasi
Handphone dengan prosentase 93%.
o Data wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dari total 80 responden sebagian
besar responden mendapatkan informasi kesehatan dari Televisi (TV)
sebanyak 60% responden.
o Data windshield survey
Berdasarkan hasil observasi di RW 1 kelurahan Gadingkasri didapatkan
terdapat papan informasi yang tersebar di RT 4, 5, 6,7 dan 9. Papan
tersebut digunakan untuk menempelkan informasi diantaranya poster
kesehatan, poster pemilu, dan pengumuman kegiatan warga.
3.2.11 Pendidikan
Data survei
Berdasarkan hasil survei, didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden berpendidikan SLTA sederajat sebanyak 83 orang (32%)
3.2.12 Rekreasi
o Data wawancara
Status gizi
Konsumsi sayur dan
Tidak teratur Tidak mengkonsumsi buah 100 orang 79% ibu/wanita
kontrol TD (58%) dari 261 orang usia subur tidak
obat-obatan
menggunakan
hipertensi alat kontrasepsi
Pengobatan
tidak adekuat Mempengaruhi
keseimbangan
kadar hormon
estrogen
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan komunitas
Terdapat program pengelolaan Rt 1, Rt 3, Rt 4, Rt 5, Rt 6, Rt 7, Rt 8, Rt 9 paham
sampah di Rw 1 Kelurahan Gadingkasri jika ada program pengendalian sampah berupa
pemilahan sampah kering dan basah, namun
tidak menjalankan dikarenakan petugas angkut
sampah tidak datang rutin setiap hari
Perilaku 3 2 3 5 13
Kesehatan
Cenderung
Berisiko
Ketidakefektifan 2 2 2 4 10
Manajemen
Kesehatan
PREVENSI TERSIER
Perilaku Patuh : Pengobatan Yang Disarankan Pengajaran: Peresepan Obat-Obatan
Indikator 1 2 3 4 5 1. Menginstruksikan Klien mengenai tujuan dan
Membuat daftar kerja setiap obat
semua obat- 2. Menginstruksikan Klien mengenai dosisi,
obatan dengan rute dan durasi setiap obat
dosis dan 3. Meninjau pengetahuan Klien mengenai obat-
frekuensi obatan
pemberian 4. Mengenali pengetahuan Klien mengenai
Mengetahui obat-obatan
manfaat obat 5. Menginformasikan Klien konsekuensi tidak
yang digunakan memakai obat atau menghentikan
Meminum obat pemakaian obat secara tiba-tiba
sesuai dosis yang 6. Mengintruksikan Klien mengenai
dianjurkan kemungkinan efek samping setiap obat yang
Memantau efek digunakan
samping obat 7. Mengnstruksikan Klien mengenai cara
Menyimpan obat menyimpan obat-obatan dengan tepat
dengan tepat 8. Memberikan informasi tertulis mengenai
1 = tidak pernah menunjukkan kerja, tujuan, efek samping, dan lain-lain dari
2= jarang menunjukkan obat-obatan pada klien
N
Diagnosa NOC NIC
O
3= kadang-kadang menunjukkan Pengajaran: Peresepan Diet
4= sering menunjukkan 1. Mengkaji tingkat pengetahn Klien mengenai
5= secara konsisten menunjukkan diet yang disarankan
2. Mengkaji pola makan Klien saat ini dan
Perilaku Patuh : Diet Yang Disarankan sebelumnya, termasuk makanan yang
Indikator 1 2 3 4 5 disukai dan pola makan saat ini
Berpartisipasi 3. Menjelaskan pada Klien mengenai tujuan
dalam menetapkan kepatuhan terhdapat diet yang disarankan
tujuan diet yang terkait dengan kesehatan secara umum
bisa dicapai 4. Menginstruksikan Klien untuk menghindari
dengan petugas makanan yang dipantang dan
kesehatan mengkonsumsi makanan yang
profesional diperbolehkan
Memilih makanan 5. Menginstruksikan kepada Klien untuk
dan cairan yang merencanakan diet yang sesuai
sesuai dengan diet
yang ditentukan
Memakan makanan
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan
Meminum minuman
yang sesuai
dengan diet yang
ditentukan
Menghindari
makanan dan
minuman yang
tidak diperbolehkan
dalam diet
Rencana makan
sesuai dengan diet
yang ditentukan
1 = tidak pernah menunjukkan
N
Diagnosa NOC NIC
O
2= jarang menunjukkan
3= kadang-kadang menunjukkan
4= sering menunjukkan
5= secara konsisten menunjukkan Pengajaran: peresepan latihan
1. Menginformasikan Klien mengenai tujuan,
Perilaku patuh : aktivitas yang disarankan manfaat dari latihan yang diresepkan
Indikator 1 2 3 4 5 2. Menginstruksikan Klien bagaimana
Membahas melakukan latihan yang diresepkan
aktivitas 3. Menginstruksikan Klien bagaimana
rekomendasi mempertahankan latihan rutin setiap hari,
dengan sesuai kebutuhan
professional 4. Menginstruksikan Klien mengenai
kesehatan bagaimana melakukan peregangan sebelum
Mengidentifikasi dan sesudah latihan olahraga/aktifitas fisik
manfaat yang 5. Mengajarkan terapi pijat refleksi kaki
diharapkan dari
aktivitas fisik
Mengidentifikasi
hambatan untuk
melaksanakan
aktivitas fisik yang
ditentukan
Menggunakan
strategi untuk
mengalokasikan
waktu untuk
aktivitas fisik
Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik
sehari-hari yang
ditentukan
1 = tidak pernah menunjukkan
2= jarang menunjukkan
3= kadang-kadang menunjukkan
N
Diagnosa NOC NIC
O
4= sering menunjukkan
5= secara konsisten menunjukkan
2 Penyuluhan - Masyarakat mampu Warga RW Diskusi& Gedung Leaflet, Stiker Wahyuni, Swadaya
Ayam mengurangi atau 01 terutama Edukasi Kelurahan Sanisca mahasiswa
Berkokok berhenti kebiasaan yang memiliki Gadingkasri
(Ayo merokok anggota
Bersama - Masyarakat mampu keluarga Kamis –
Berhenti menetapkan kawasan merokok Sabtu, 24-26
Merokok) bebas rokok pada Mei 2018
rumahnya. Pukul 15.00 –
17.00 WIB
- Evaluasi Proses
Pada saat peserta datang, peserta mengisi kuesioner pre test
Peserta diberikan penjelasan terkait bahaya merokok
Peserta memperhatikan dan mendengarkan penyuluhan
dengan seksama
Peserta aktif dan antusias selama proses diskusi berlangsung
Proses diskusi berjalan lancar dan peserta antusias dalam
menyampaikan pertanyaan tentang penyuluhan yang
diberikan
Setelah diberikan penyuluhan, peserta mengisi kuesioner post
test.
- Evaluasi Hasil
Peserta mampu dan menerima materi penyuluhan Bahaya
Merokok
Jumlah peserta yang hadir saat kegiatan pemeriksaan gratis
sebanyak 53 orang dan yang mendapat edukasi terkait
bahaya merokok sebanyak 30 orang
Jumlah anggota keluarga binaan dan resume yang diberikan
edukasi tentang bahaya merokok sebanyak 33 orang.
Hasil pre post tes pengetahuan bahaya merokok
Hasil pre test sebanyak 7 orang (11,1%) mendapatkan nilai
≥80 dan sebanyak 56 orang (88,9%) mendapatkan nilai
<80 sedangkan sebanyak 57 orang (90,5%) mendapatkan
nilai ≥80 sedangkan sebanyak 6 orang (9,5%)
mendapatkan nilai <80.
- Faktor Pendukung
Kader, Ketua RT dan Ketua RW memberikan dukungan
dengan membantu mensosialisasikan kepada masyarakat RW
01 untuk datang mengikuti pemeriksaan gratis.
Keluarga binaan dan keluarga resume memberikan informasi
kepada keluarganya terkait bahaya merokok.
- Faktor Penghambat
Peserta mempunyai harapan untuk mengubah kebiasaan
merokok tetapi terhambat karena faktor lingkungan, pekerjaan
yang mendukung untuk sulit mengurangi rokok itu sendiri.
Pada saat dilakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga
binaan dan keluarga resume, hanya sebagian anggota
keluarga yang dapat mengikuti dikarenakan anggota keluarga
yang lain masih memiliki aktivitas diluar rumah.
Rencana Tindak Lanjut
- Melakukan kerjasama dengan anggota keluarga untuk memotivasi
anggota keluarga yang merokok agar mengurangi kebiasaan
merokoknya.
- Peserta dapat mengurangi kebiasaan merokok dengan
mengurangi jumlah batang yang dihirup setiap hari.
Saran
- Diharapkan kader kesehatan dapat memberikan atau membagi
informasi mengenai bahaya merokok kepada seluruh warga
sehingga infromasi mengenai bahaya merokok dapat menyeluruh.
Prevensi Sekunder
1. Skrining Kesehatan Geprek Syahdu (Gerakan Periksa Hipertensi ke
Posyandu)
Pelaksanaan :
a) Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan Kamis-Sabtu : 24– 26
Mei 2018, Tempat: Gedung Kelurahan Gadingkasri
Indikator
a) Sebanyak ± 50 orang hadir dipemeriksaan kesehatan untuk
deteksi dini penyakit
b) Sebanyak 20 orang yang mengikuti pemeriksaan gula darah,
asam urat, dan kolesterol.
Implementasi
a) Melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan warga RW 01
Gadingkasri dan warga luar wilayah
b) Melakukan pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol.
Evaluasi
- Evaluasi Struktur
Meminta izin dengan Ketua RW 01 Gadingkasri untuk
mengadakan program skrining kesehatan yang bertempat di
Gedung Kelurahan Gadingkasri
Meminta izin dengan Kader Posyandu RW 01 Gadingkasri
untuk ikut berpartisapasi dalam kegiatan program yang
dilakukan oleh Mahasiswa Ners UB dan menyebarluaskan
terkait pengadaan pemeriksaan gratis untuk TD, dan paket cek
lab (Asam urat, kolesterol, dan gula darah) hanya sebesar Rp.
40.000.
Menyiapkan alat pemeriksaan seperti: (stetoskop,
spignomanometer, lancet, strip gula darah, strip asam urat,
strip kolesterol, alkohol swab, alat glucometer)
- Evaluasi Proses
Pada saat peserta datang, peserta mengisi absensi kehadiran.
Peserta diberikan penjelasan terkait pemilihan pemeriksaan
yang akan dilakukan.
Peserta dilakukan pemeriksaan tekanan darah, dan
pemeriksaan cek lab sesuai permintaan sendiri
Peserta aktif dan antusias terhadap kegiatan pemeriksaan ini.
Proses pemeriksaan berjalan lancar dan peserta antusias
dalam menyampaikan pertanyaan tentang kesehatannya
sesuai dengan hasil pemeriksaan.
- Evaluasi Hasil
Hasil peserta yang hadir untuk melakukan pemeriksaan
tekanan darah sebanyak 53 orang.
- Faktor Pendukung
Kader, Ketua RT dan Ketua RW memberikan dukungan
dengan membantu mensosialisasikan kepada masyarakat RW
01 untuk datang mengikuti pemeriksaan gratis tekanan darah
dan cek lab.
- Faktor Penghambat
Peserta mempunyai keinginan untuk melakukan cek lab
lengkap, namun kendala dengan biaya yang mahal, jadi
sebagian besar peserta hanya melakukan pemeriksaan
tekanan darah.
Pada saat dilakukan pemeriksaan ini, banyak warga yang
tidak mengikuti dikarenakan waktu berbarengan dengan
persiapan berbuka puasa.
Terdapat keselahpahaman dari warga terkait pemeriksaan cek
lab yang dikira gratis (tidak bayar), sehingga sebagian warga
banyak yang tidak hadir untuk melakukan pemeriksaan.
Rencana Tindak Lanjut
- Melakukan kerjasama dengan kader kesehatan untuk memotivasi
warga agar mengikuti pemeriksaan khususnya tekanan darah di
posyandu.
- Melakukan kerjasama dengan warga untuk ikut serta dan
berpartisipasi dalam kegiatan pemeriksaan rutin di posyandu, dan
pencegahan dini terjadinya hipertensi.
Saran
Diharapkan kader kesehatan dapat memberikan atau membagi
informasi mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan kepada
seluruh warga sehingga dapat meningkatkan kesadaran dalam
memelihara kesehatan secara mandiri, serta diharapkan kepada
warga untuk melakukan pemeriksaan rutin minimal 1 bulan sekali.
Prevensi Tersier
1. PIPI SI LAKI (Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki)
Pelaksanaan :
a) Kegiatan pijat refleksi telapak kaki dilakukan mulai tanggal 27 Mei
– 2 Juni 2018 pada keluarga resume di RW 1 Gadingkasri, dimana
setiap pasien diberikan intervensi selama 3 hari
Indikator
a) Sebanyak 11 pasien resume intervensi yang diberikan
implementasi berupa pijat refleksi telapak kaki dapat mengalami
penurunan tekanan darah
Implementasi
a) Membuat SOP terkait pijat refleksi telapak kaki berdasarkan jurnal
b) Membuat video dan leafet cara memijat refleksi telapak kaki
c) Mencari keluarga resume yang menderita hipertensi tidak minum
obat anti hipertensi
d) Melakukan pengkajian keluarga yang akan diberikan intervensi
pijat refleksi telapak kaki
e) Melakukan pemeriksaan tekanan darah pre intervensi
f) Melakukan pijat refleksi telapak kaki sesuai dengan SOP
g) Melakukan pemeriksaan tekanan darah post intervensi
h) Membuat dokumentasi dan merekap hasil intervensi
i) Memberikan edukasi tentang pijat refleksi kaki dan mengevaluasi
kemampuan pijat refleksi telapak kaki pada akhir sesi
implementasi
Evaluasi
- Evaluasi Struktur
Meminta izin kepada keluarga resume untuk menjadi
responden mini research.
Menyiapkan media pendidikan kesehatan (leafet pijat refleksi
kaki), peralatan untuk pijat (handbody/minyak pijat, tissue),
stetoskop, dan spignomanometer
- Evaluasi Proses
Peserta diberikan penjelasan tentang kegiatan pijat refleksi
telapak kaki yang akan dilakukan
Peserta bersedia untuk dilakukan pijat relfeksi kaki
Peserta tampak nyaman saat dilakukan pemijatan
Peserta memperhatikan saat dijelaskan cara pijat refleksi
telapak kaki
Mahasiswa mencatat hasil pemeriksaan pre dan post di
lembar observasi
Mahasiswa memberikan leafet pijat refleksi telapak kaki pada
akhir sesi implementasi
- Evaluasi Hasil
Semua pasien resume intervensi diberikan intervensi selama 3
hari
Peserta paham dan mampu memprektekan cara pijat refleksi
kaki
200
150
nilai tertinggi sistol
100 nilai tertinggi diastol
Nilai terendah sistol
50
nilai terendah diastol
0
PRE
NILAI SISTOL DAN DIASTOL POST INTERVENSI
160
140
nilai tertinggi
120 sistol
100 nilai tertinggi
80 diastol
nilai terendah
60 sistol
40 nilai terendah
diastol
20
0
POST
- Faktor Pendukung
Keluarga resume intervensi kooperatif saat dilakukan pijat
refleksi kaki
- Faktor Penghambat
Kadang peserta tidak berada di rumah saat mahasiswa datang
untuk dilakukan implementasi
Rencana Tindak Lanjut
- Mendorong anggota keluarga untuk memotivasi peserta supaya
segera melakukan pengobatan hipertensi ke petugas kesehatan
- Menganjurkan peserta untuk terus mempraktekkan pijat refleksi
kaki saat di rumah
- Menganjurkan peserta untuk melakukan kontrol tekanan darah
minimal setiap bulan
Saran
Diharapkan petugas Puskesmas menyebarluaskan informasi penanganan
penderita hipertensi, selain obat berupa pijat refleksi telapak kaki pada warga
wilayah kerja Puskesmas Bareng
BAB 4
PEMBAHASAN
Selain itu, hasil pelatihan pemeriksaan gula darah didapatkan hasil kader
yang mau mempraktekkan pemeriksaan gula darah hanya 2 orang. Sebagian
besar kader (8 orang ) tidak mau mempraktekkan karena takut untuk
menusukkan jarum. Hasil observasi dua kader yang mempraktekkan
pemeriksaan gula darah mampu mempraktekkan dengan baik sesuai SOP.
Pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan
dan keterampilan kader dalam kegiatan posyandu. Kader yang terampil akan
sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, sehingga informasi
dan pesan-pesan gizi akan dapat dengan mudah disampaikan kepada
masyarakat (Sukiarko, 2007). Sedangkan hasil pelatihan terapi pijat kaki hanya
diberikan edukasi cara melakukan pijat refleksi kaki dengan menampilkan video,
namun tidak dapat di lakukan roleplay pijat kaki karena kader tidak bersedia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Untuk Puskesmas
a. Bagi petugas puskesmas diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat bahwa terapi pijat refleksi kaki dapat digunakan
sebagai terapi non farmakologis dalam membantu menurunkan
tekanan darah sistolik dan diastolik secara alami. Pemberian
informasi dapat dilakukan saat petugas puskesmas menemui
penderita hipertensi yang melakukan kontrol di puskesmas, saat
melakukan posyandu lansia atau saat melakukan home visite. Akan
lebih baik jika petugas puskesmas memahami pijat refleksi kaki
sehingga dapat mengajarkan kepada kader kesehatan cara pijat
refleksi kaki dengan baik dan benar sehingga para kader dapat
meneruskan kepada masyarakat.
b. Sebaiknya diadakan kegiatan rutin tentang penyuluhan kesehatan
sebagai upaya pencegahan primer sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran warga akan pentingnya menjaga
kesehatan sebelum terlambat. Selain itu perlu adanya deteksi dini
kesehatan yang dilakukan oleh petugas untuk mengurangi perilaku
beresiko pada warga sehingga dapat menjadi salah satu upaya
preventif sekunder terhadap kejadian penyakit–penyakit yang
disebabkan oleh karena perilaku beresiko yang dilakukan warga.
c. Puskesmas perlu mengadakan program monitoring dan evaluasi
secara berkala lebih lanjut terhadap kegiatan Posbindu di RW 01
dalam rangka meningkatkan kunjungan warga ke Posbindu. Serta
meningkatkan keterampilan kader dalam program Posbindu.
d. Diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pelatihan kader lebih
sering untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
kader agar kader dapat melaksanakan tanggung jawab dengan lebih
baik dan sesuai standar