Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam kampung merupakan ayam lokal asli Indonesia yang berasal dari ayam
hutan (Gallus varius) yang telah mengalami proses evolusi dan domestikasi, maka
sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam ras
(Sadid et al,. 2016). Ayam kampung dikenal dengan nama ayam lokal, ayam sayur,
atau ayam buras. Keberadaan ayam kampung tersebar di seluruh pelosok wilayah
Indonesia. Klasifikasi ayam kampung secara zoologis menurut rose (2001) yaitu:
Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya yang tidak seragam.
Warna bulu, ukuran tubuh, dan kemampuan produksi yang tidak sama merupakan
cermin dari keragaman genetiknya. Ayam kampung di Indonesia mempunyai ciri-ciri
yaitu bentuk tubuh ramping, kompak, dan padat dengan pertumbuhan daging yang
relative baik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa warna bulu ayam kampung bervariasi
yaitu merah, coklat, hitam, putih, kuning keemasan, lurik, maupun kombinasinya.
Pertumbuhan bulunya sempurna, serta memiliki kaki panjang dengan sisik kuning,
putih, maupun hitam. Ayam kampung memiliki kelebihan yaitu pada daya adaptasi
yang tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi
lingkungan, dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Selain itu daging dan telur
ayam kampung memilik rasa khas yaitu gurih yang banyak disukai oleh masyarakat
(Henuk et al.,2015).
yaitu lebih lincah, aktif bergerak dan dapat bertahan jika dipelihara secara umbaran
(Silondae dkk,. 2019). Ayam kampung tahan terhadap pemeliharaan yang buruk,
dapat dipelihara dengan pakan yang mengandung nutrisi rendah serta tidak mudah
stres (Silondae et al,. 2019). Ayam kampung memiliki daya adaptasi yang tinggi dan
dapat bertahan dalam segala kondisi terutama saat perubahan iklim dan cuaca. Ayam
kampung tidak membutuhkan lahan yang luas, penyediaan pakan mudah dan murah
serta siklus produksi lebih singkat sehingga lebih cepat dirasakan manfaat
rendah, dan sulitnya memperoleh bibit yang baik dan seragam. Produksi ayam
kampung tergolong rendah yaitu rata-rata produksi telur per tahun hanya 60 butir
dengan berat rata-rata 30 gram/butir. Berat badan ayam kampung tua tidak lebih dari
1,9 kg sedangkan ayam kampung betina lebih rendah yaitu 1,3 kg sampai 1,5 kg
(Rasyaf, 2011). Induk betina mulai bertelur saat berumur 190 hari atau 6 bulan. Induk
disebabkan oleh tingginya variasi genetik akibat sistem perkawinan bebas secara
yaitu: Ayam Kedu, Ayam Nunukan, Ayam Pelung, Ayam Sumatera, Ayam Gaok,
Ayam Jawa Super (ILO, 2012), namun demikian, di Indonesia dilaporkan terdapat 32
jenis ayam lokal dan masing-masing jenis memiliki keunggulan tersendiri, seperti
Ayam Pelung, Sentul, Kedu, Merawang, Gaok, dan Nusa Penida. Ukuran fenotipik
ayam yang memberikan pengaruh kuat terhadap pembeda rumpun ayam adalah
Kebutuhan nutrisi ayam yang digunakan setelah penetasan berasal dari yolk
sac. Setelah penetasan anak ayam mengkonsumsi yolk sac untuk daya tahan tubuh
proses pencernaan bahan pakan yang dapat diserap oleh dinding saluran pencernaan.
Ternak unggas mempunyai saluran pencernaan yang sederhana, yaitu terdiri dari
pencernaan ayam untuk memanfaatkan nutrien dari pakan atau bahan pakan yang
pencernaan ayam kampung terdiri atas rongga mulut, esofagus dan temboloknya,
lambung kelenjar, lambung otot, usus halus,usus besar, kloaka dan anus, beserta
kelenjar asesori yaitu hati dan pankreas.Kelenjar ludar mensekresikan saliva ke dalam
rongga mulut untuk membasahi makanan agar mudah ditelan. Saliva mengandung
enzim pencernaan yang akan memecah makanan secara kimiawi. Lidah membantu
proses penelanan dan mendorong makanan menuju esofagus (Teme dkk,. 2019).
absorbsi produk pencernaan dan mempunyai peranan penting dalam transfer nutrisi.
banyak lipatan yang disebut vili. Rahayu dkk. (2011) mengemukakan bahwa pada
ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci atau 1,5 meter.
oleh luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya, dan banyaknya villi dan
mikrovilli yang memperluas bidang penyerapan dan dipengaruhi juga oleh tinggi dan
luas permukaan villi, duodenum, jejunum, dan ileum (Sari dkk,. 2019).
Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsa-
bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi
daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini merupakan final stock yang
didatangkan dari luar negeri. Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat
dengan nama ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan,
perkawinan. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam ras
yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi) pakan
menjadi produk daging yang tinggi, artinya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi
sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Daya alih pakan menjadi telur sangat
rendah, oleh karena itu ayam broiler lebih cocok atau menguntungkan bila
diternakkan sebagai penghasil daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat
mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010).
Ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah
didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk
memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004). Ayam pedaging
dapat menghasilkan relatif banyak daging dalam waktu yang singkat. Ciri – cirinya
Persiapan kandang dilakukan untuk kenyamanan anak ayam agar anak ayam dapat
beradaptasi, tidak stress. Kegiatan awal yang dilakukan untuk kenyamanan suasana
kandang adalah dengan membersihkan kandang dengan air bersih. Proses pencucian
kandang harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang terlewatkan
menggunakan sprayer tekanan tinggi kemudian dengan deterjen dan desinfektan, agar
setelah itu pengapuran kandang dengan mengoles seluruh permukaan kandang hingga
kerangka kandang dan lantai sekitar kandang dan selanjutnya serangkaian sistem
pendukung kenyamanan ayam broiler yakni penghangat, sekat, tempat ransum dan
minum, litter (alas lantai), pencahayaan, suhu, dan kelembapan (Nastiti, 2012).
bagian tractus alimentarius yang terdiri dari paruh, pharinx, tembolok, lambung
kelenjar, lambung otot atau ampela, usus halus, usus besar, dan kloaka serta bagian
aksesoris yang terdiri dari hati, pankreas, dan limpa. Saluran pencernaan pada ternak
unggas terdiri dari paruh, esofagus, tembolok, proventrikulus, ventrikulus, usus halus,
seka, rektum, kloaka, dan anus sementara 6 organ aksesori terdiri dari pankreas dan
hati (Rimbawanto dkk,. 2019). Berikut adalah gambar saluran pencernaan ayam
secaralengkap(GauthierdanLudlow,2013)
Usus halus merupakan salah satu bagian organ pencernaan utama yang
mempunyai fungsi untuk proses pencernaan dan absorbsi. Usus halus tidak hanya
berperan penting dalam pencernaan dan penyerapan nutrisi pakan, tetapi juga
termasuk sistem imun terbesar dalam tubuh ternak (Liu et al,. 2015).
penyerap air, natrium dan mineral-mineral lain, disamping itu juga terjadi pencernaan
dengan proses penguraian dari nutrien kasar berupa pati, lemak dan protein.
Duodenum mensekresikan enzim tripsin, amilase, dan lipase dari pankreas serta getah
empedu dari hati untuk mencerna pakan. Perkembangan duodenum apabila tidak
dapat terjadi diare serta mengurangi produktivitas ayam (Raditya dkk., 2013).
dalam jejenum. Jejenum adalah bagian tengah dari bagian usus halus. Jejenum
merupakan bagian dari usus halus yang memanjang dari ujung dinding duodenum
hingga ileum, dan berfungsi sebagai tempat penyerapan zat pakan terbesar di dalam
tubuh ayam. Kisaran normal bobot dan panjang jejenum adalah 3 - 4 g dan 58 - 74 cm
(Yaman, 2010).
Ileum merupakan bagian dari usus halus setelah jejenum yang berfungsi
terdapat banyak villi. Permukaan villi terdapat mikrovilli yang berfungsi untuk
mengabsorbsi hasil pencernaan (Suprijatna dkk., 2008). Kisaran normal bobot dan
alami ditemukan pada berbagai jenis unggas liar dan unggas peliharaan. Beberapa
spesies cacing sering ditemukan secara kebetulan pada saat melakukan bedah
Dari sekian banyak jenis cacing yang dapat menyerang ayam, A. galli dan
Raillietina sp. paling serius menimbulkan masalah. Gejala ayam yang menderit
kadang diare bercampur darah. Pada kondisi ke cacingan parah, jika usus ayam
dipotong maka akan ditemukan cacing pada usus dengan perubahan usus
menebal, meradang, berdarah dan kadang terjadi perobekan dinding usus (Jahja et al,
2006).
Penyakit kecacingan pada ayam paling sering ditemukan adalah cacing pita
ditularkan lewat lalat kandang dan semut sebagai inang perantara. Gejala klinik
adalah kehilangan nafsu makan, anemia, depresi dan diare. Pemeriksaan post
Semua unggas secara alami dapat terinfeksi cacing. Pada umumnya cacing
menginfeksi saluran pencernaan, tapi ada pula yang menginfeksi organ lain seperti
otak, trakea, dan mata. Tidak semua penyakit kecacingan pada ayam tampak
unggas, hal ini terkait dengan jumlah spesiesnya dan kerusakan yang
panjang 1,5 cm dan bisa dalam jumlah sangat banyak di sekum, sehingga
menyebabkan radang sekum dan nodul-nodul kecil di dinding sekum (Jahja et al,
2006).
dalam jumlah sedikit mampu ditoleransi oleh unggas, namun dalam jumlah tertentu
infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian, hingga infeksi ringan yang
menyebabkan penurunan produksi yang tak terlihat. Cestoda adalah nama yang
diberikan untuk kelas cacing pipih parasit dari filum Platyhelminthes. Cestoda biasa
dikenal dengan nama cacing pita. Cacing pita merupakan cacing hermaprodit dengan
badan yang memanjang, beruas – ruas tanpa saluran pencernaan ataupun rongga
tubuh. Badannya terdiri dari skolex yang dilengkapi penghisap dan kait – kait serta
badan yang disebut strobila yang terdiri atas sejumlah segmen. Setiap segmen di
lengkapi dengan sepasang organ reproduksi dan segmen gravid merupakan segmen
matang yang mengandung telur yang telah dibuahi di keluarkan bersama tinja
2.3.2.1 Raillietina sp
semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang
digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap
diikuti kematian akibat komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam
yaitu Raillietina spp. Raillietina merupakan cacing yang sering ditemukan pada tiap
domestica) yang ada di peternakan (Moenek dan Oematan, 2017). Lalat berpotensi
menjadi hospes intermediet (inang antara) bagi infeksi Raillietina sp. Serangga lain
yang menjadi faktor inang perantara pada Raillietina sp adalah kecoa. Kecoa
menyukai tempat yang kotor dan kondisi lingkungan yang hangat. Peternakan yang
dengan kondisi seperti itu diduga kecoa dapat berkeliaran bebas (Rismawati, dkk,
2013).
Klasifikasi cacing Raillietina (Raillietina sp): Filum : Nemathelminthes;
Raillietina sp; Spesies : Raillietina sp (Soulsby, 1982). Raillietina ini terbagi menjadi
A. Raillietina cesticillus
rostelum yang lebar dengan ukuran 400-500 kait, dan alat penghisap biasanya tidak
dipersenjatai. Setiap kapsula telur berisi satu telur memiliki diameter 75-88 mikron”.
perkembangan atau pertumbuhan, namun pada infeksi buatan yang dilakukan ternyata
B. Raillietina echinobothrida
kelas Cestoda. Ini adalah parasit saluran pecernaan burung, keluarga Davaineidae
(Cestoda: Cyclophyllidea), dan yang paling patogen dan lazim menginfeksi spesies
hermaprodit yang memiliki dua organ reproduksi yaitu organ reproduksi jantan dan
organ reproduksi betina dalam tubuhnya. Cacing pita ini menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dari anak ayam, juga kekurusan ayam finisher dan penurunan produksi
umum dari burung di seluruh dunia dan menghasilkan perbedaan menjadikan salah
satu cacing yang prevalensi paling umum kedua yang tercatat dari unggas domestik di
utara-timur India. Pita dewasa cacing ditemukan dalam lumen usus host yang
pembentukan granuloma pada dinding usus burung yang terinfeksi. (Ghobashy and
Taeleb, 2015).
C. Raillietina tetragona
mempunyai rostelum satu baris dari 100 kait–kait yang panjangnya 6-8 mikron.
Raillietina tetragona terdapat dalam usus halus bagian posterior pada ayam. Alat
penghisap dipersenjatai dengan 8-10 baris kait yang lebih kecil dari yang dimiliki
Raillietina echinobotrida, kait ini mudah lepas. Telur terbungkus oleh kapsula, di
dalam setiap kapsula terdapat 8-12 telur. Sistiserkoid terdapat dalam semut genus
Siklus hidup Raillietina sp. melewati inang perantara yang berupa lalat dan
telur cacing. Telur yang menetas berkembang menjadi onkosfer yaitu telur yang telah
berkembang menjadi embrio banyak sel yang dilengkapi dengan 6 buah kait. Setelah
bebas, skoleksnya mengalami evaginasi dan melekatkan diri pada dinding usus.
Proglotid baru akan mulai terbentuk dalam 3 minggu setelah infeksi. Proglotid
immature akan berkembang menjadi proglotid gravid yang berisi telur. Proglotid
gravid akan lepas dan ikut bersama feses. Proglotid akan termakan hospes perantara
dan onkosfer akan aktif dan berkembang menjadi sistiserkoid. Selanjutnya
sistiserkoid berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus ayam dalam waktu 20
sp, Heterakis sp yang diketahui menyerang usus halus ayam (Jahja, 2006).
Berikut ini adalah jenis – jenis cacing nematoda yang lebih tinggi menyerang
2.3.3.1 Capilaria sp
Capillaria sp adalah nama jenis cacing dari genus nematoda. Cacing ini
merupakan parasit pada sistem pencernaan seperti pada usus dan lambung ayam.
Pada infestasi berat biasanya ditandai dengan gejala seperti badan kurus, perut
atau kotoran dengan warna berselang-seling antara gelap (hitam) dan terang (putih)
Capillari (Soulsby,1982)
Siklus Hidup Capillaria sp sebagai berikut :
Siklus hidup tidak langsung. Telur yang keluar bersama kotoran ditelan oleh
cacing tanah dan mengalami perkembangan mencapai stadium infektif setelah 2-3
Salah satu penyakit ayam yang disebabkan oleh cacing adalah Ascaridiasis
atau yang dikenal dengan penyakit cacing gelang. Rahardjo (2009) menyatakan
bahwa larva cacing Ascaridia galli berukuran sekitar 7 mm dan dapat ditemukan di
selaput lendir usus. Cacing ini biasanya menimbulkan kerusakan yang parah selama
bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Klasifikasi cacing
Ascaridia galli adalah sebagai berikut: Kelas : Nematoda; Sub kelas : Secernentea;
tersebut biasanya melalui pakan, air minum, litter, atau bahan lain yang tercemar oleh
feses yang mengandung telur infektif. Ayam muda lebih sensitif terhadap kerusakan
Parasit Heterakis gallinarum adalah salah satu dari nematoda yang paling
sering didiagnosis pada saluran pencernaan bangsa unggas (Prayoga dkk, 2014).
Klasifikasi Heterakis gallinarum : Kingdom : Animalia; Filum : Nematoda;
dan lalat sebagai inang antara. Telur-telur yang tidak berembrio keluar bersama feses
dan berkembang menjadi telur infektif sekitar 2 minggu, tergantung pada suhu dan
kelembaban. Ketika telur yang infektif tertelan oleh inang yang peka maka telur
menetas dalam usus kecil. Dalam waktu 24 jam, larva telah mencapai sekum melalui
lumen usus dimana mereka berkembang menjadi cacing dewasa. Waktu prepatent
Bentuk cacing Trematoda adalah oval atau seperti daun, tidak bersegmen,
dilengkapi dengan satu atau dua batil hisap (sucker) dan biasanya mempunyai saluran
pencernaan yang buntu (sekum). Cacing ini mempunyai daur hidup tidak langsung.
mukosa usus dan tidak menimbulkan gejala yang berarti. Infeksi berat dapat
menyebabkan timbulnya radang kataral pada dinding usus atau ulserasi (Irmawati
dkk, 2013).
inang antara golongan siput Stagniola palustris, Lymnea stagnalis, dan Lymnea
attenuate. Telur akan keluar bersama dengan feses, pada kondisi yang baik, telur akan
penetrasi ke dalam tubuh inang antara yaitu siput, dalam tubuh siput mirasidium
berkembang menjadi serkaria. Serkaria akan mencari inang antara yang lain
kemudian menjadi kista. Inang definitif akan terinfeksi jika memakan siput yang