Anda di halaman 1dari 80

PARASIT CACING PADA SALURAN PENCERNAAN AYAM

(Gallus gallus domesticus) DI PASAR TRADISIONAL


SURABAYA BARAT

SKRIPSI

OLEH :
PIPIT SETYA AYUNINGTYAS
NMP 17820002

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021
PARASIT CACING PADA SALURAN PENCERNAAN AYAM
(Gallus gallus domesticus) DI PASAR TRADISIONAL
SURABAYA BARAT

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Oleh :

PIPIT SETYA AYUNINGTYAS


NPM. 17820002

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2021
ii
HALAMAN PENGESAHAN

PARASIT CACING PADA SALURAN PENCERNAAN AYAM


(Gallus gallus domesticus) DI PASAR TRADISIONAL
SURABAYA BARAT

Oleh :

PIPIT SETYA AYUNINGTYAS

NPM. 17820002

Skripsi ini telah memenuhi syarat uji guna memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya dan telah disetujui oleh Komisi Pembimbing
yang tertera di bawah ini

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. Rochiman Sasmita, MS.,MM., Drh. Era Hari Mudji, M.Vet., Drh.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Fakultas Kedokteran Hewan
UniversitasWijaya KusumaSurabaya

Nurul Hidayah, drh.,M.Imun


Tanggal :

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : PIPIT SETYA AYUNINGTYAS

NPM : 17820002

Telah melakukan perbaikan terhadap naskah skripsi yang berjudul :

PARASIT CACING PADA SALURAN PENCERNAAN AYAM (Gallus

gallus domesticus) DI PASAR TRADISIONAL SURABAYA BARAT,

sebagaimana yang disarankan oleh tim penguji pada tanggal

Tim Penguji

Ketua,

Prof Dr. H. Rochiman Sasmita, M. S.. M.M

Anggota,

Era Hari Mudji, M.Vet., Drh. drh Dian Ayu Kartika Sari.,M.Vet

iv
PARASIT CACING PADA SALURAN PENCERNAAN AYAM
(Gallus gallus domesticus) DI PASAR TRADISIONAL
SURABAYA BARAT

PIPIT SETYA AYUNINGTYAS

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit cacing
dan membandingkan infeksi parasit cacing pada saluran pencernaan ayam
kampung (Gallus domesticus) dan ayam ras peadging (Gallus gallus domesticus)
di pasar tradisional Surabaya Barat. Usus ayam diambil 4 dari 12 pasar tradisional
di Surabaya Barat ( P. Banjar Sugihan, P. Kedung, P. Pakal, P. lakarsantri),
sampel di ambil dengan total 60 sampel dari semua pasar dengan total 30 sampel
usus ayam kampung dan 30 sampel usus ayam ras pedaging. Penelitian
menunjukkan 23 dari 60 sampel usus ayam yang diperiksa di pasar tradisonal
Surabaya Barat positif terinfeksi parasit cacing, sebanyak 18 dari 30 usu ayam
kampung dan 5 dari 30 usus ayam ras pedaging terinfeksi parasit cacing. Hasil
dari pewarnaan Semichen’s Aceticarmine spesies yang di temukan yaitu Ascaridia
galli dan Raillietina cesticillus, kemudian data yang diperoleh di analisis
menggunakan Uji Chi Square dari hasil yang diperoleh antara terinfeksi parasit
cacing dengan tidak terinfeksi parasit, perbandingan antara tanpa cacing dengan
cacing jenis Ascaridia galli, perbandingan antara tanpa cacing dengan cacing jenis
Raillietina cesticillus dapat di simpulkan berbeda secara nyata sedangkan
perbandingan antara jenis cacing Ascaridia galli dan Raillietina cesticillus tidak
berbeda secara nyata.
Kata Kunci : Ayam Kampung, Ayam Ras Pedaging, Endoparasit, Surabaya
Barat, Pasar Tradisional

v
PARASITE WORM IN CHICKEN'S DIGESTIVE TRACT
(Gallus gallus domesticus) IN TRADITIONAL MARKET
WEST SURABAYA

PIPIT SETYA AYUNINGTYAS

ABSTRACT

This study aims to determine the presence or absence of worm parasites


and to compare parasitic worm infections in the digestive tract of native chickens
(Gallus domesticus) and peadging chickens (Gallus gallus domesticus) in West
Surabaya traditional markets. 4 of 12 traditional markets in West Surabaya
(Banjar Sugihan, Kedung, Pakal, and lakarsantri) samples were taken, samples
were taken with a total of 60 samples from all markets with a total of 30 free-
range chicken intestine samples and 30 samples. broiler intestines. The study
showed that 23 out of 60 samples of chicken intestines examined at the traditional
market in West Surabaya were positive for helminthiasis, 18 of 30 free-range
chicken intestines and 5 of 30 broiler intestines were infected with worm
parasites. The results of the staining of Semichen's Aceticarmine species were
found, namely Ascaridia galli and Raillietina cesticillus, then the data obtained
were analyzed using the Chi Square test from the results obtained between
infected with parasitic worms and not infected with parasites, comparisons
between no worms and Ascaridia galli worms, comparison between no worms
and Raillietina cesticillus worms can be concluded to be significantly different
while the comparison between Ascaridia galli and Raillietina cesticillus worms is
not significantly different.

Keywords : Kampung Chicken, Broiler, Endoparasite, West Surabaya, Traditional


Market

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘‘Parasit Cacing Pada Saluran Pencernaan

Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Di Pasar Tradisional Surabaya Barat”

Maksud dan tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi syarat

menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan di

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dan

motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Prof. H. Sri Harmadji, dr.

Sp.THT-KL (K), yang telah memberikan ijin dan menerima penulis sebagai

mahasiswa di Fakultas Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Prof. Dr. Rochiman Sasmita, M.S, M.M, Drh., yang telah membantu kelancaran

pendidikan penulis di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya.

3. Dian Ayu Kartika Sari, drh., M.Vet, selaku dosen wali yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis selama berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

vii
4. Prof. Dr. Rochiman Sasmita, M.S, M.M, Drh., selaku dosen pembimbing

utama yang telah membimbing, memberikan petunjuk, nasehat dan saran-saran,

serta melakukan perbaikan proposal skripsi hingga selesai.

5. Era Hari Mudji, M.Vet., Drh. selaku dosen pembimbing pendamping, yang

telah membimbing, memberikan petunjuk, saran, dan nasehat dalam pelaksanaan

penulisan proposal skripsi hingga selesai.

6. Dian Ayu Kartika Sari, drh., M.Vet, selaku dosen penguji sekaligus dosen wali

yang telah meluangkan waktu, pemikiran, saran serta motivasi demi

menyempurnakan proposal skripsi.

7. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya yang telah membantu dalam menyelesaikan studi.

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak Setiyo Pranoto dan Ibu Sri Handayani, yang

selalu memberikan dukungan, semangat, doa dan selalu mengorbankan segalanya

demi kebahagiaan dan kesuksesan anaknya.

9. Saudara saya tersayang, Diva Putri Cica Aryani yang selalu memberikan saya
semangat dan dukungan serta lindungan penuh dalam proses pembuatan skripsi

ini.

10. Terimakasih kepada Yessi Nove Saksena Putra Atmojo yang selalu
memberikan suport dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Penjual Usus Ayam Kampung dan Usus Ayam Ras Pedaging di pasar
tradisional Surabaya Barat yang telah membantu penulis dalam proses

pelaksanaan penelitian.

viii
12. Terimakasih “Teman Seperjuangan” Aji Setyo, Bendesa, Albert, Gledys, yang

memberikan support dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

13. Terimakasih kepada teman kos kak Afifah, kak Intan, yang selalu memberikan

suport dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman seperjuangan dan calon kolega FKH UWKS angkatan 2017

yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu. Terimakasih sudah menjadi teman

yang baik, semoga pertemanan ini tidak cukup sampai kita meraih gelar drh.

15. Kepada semua pihak yang sudah membantu penulis selama ini yang tidak

dapat penulis disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dengan tulus ikhlas dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan semua pihak

yang membaca.

Surabaya, 21 Juni 2021

Penulis,

ix
DAFTAR ISI

Contents
SKRIPSI.......................................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI...........................................................................iv
ABSTRAK.................................................................................................................v
ABSTRACT..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..............................................................................................vii
DAFTAR ISI..................................................................................................................x
Daftar Gambar..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.4 Hipotesis.........................................................................................................4
1.5 Manfaat penelitian..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5
2.1 Klasifikasi Ayam Kampung (Gallus domesticus)...........................................5
2.2 Klasifikasi Ayam Ras Pedaging (Gallus gallus domesticus)..........................9
2.3 Parasit Cacing Ayam (Gallus gallus domesticus)........................................13
2.3.2 Cestoda Saluran Pencernaan Ayam (Gallus gallus domesticus)...............15
2.3.3 Nematoda Saluran Pencernaan Ayam (Gallus gallus domesticus)............19
2.3.4 Trematoda Saluran Pencernaan Ayam (Gallus gallus domesticus)...........23
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN..................................................25
x
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................25
3.2 Materi Penelitian..........................................................................................25
3.3 Metode Penelitian.........................................................................................26
3.4 Analisis Data................................................................................................27
3.5 Kerangka Penelitian...........................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................30
4.1 Hasil Penelitian..................................................................................................30
4.2 Pembahasan........................................................................................................34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................39
5.1 Kesimpulan........................................................................................................39
5.2 Saran..................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................40

xi
Daftar Gambar
Gambar 1 Ayam Kampung Jantan..........................................................................4
Gambar 2 Ayam Kampung Betina...........................................................................4
Gambar 3 Ayam Ras Pedaging Jantan.....................................................................9
Gambar 4 Ayam Ras Pedaging Betina.....................................................................9
Gambar 5 Saluran Ayam........................................................................................11
Gambar 6 Siklus Hidup Raillietina Sp...................................................................19
Gambar 7 Siklus Hidup Capillaria Sp..................................................................21
Gambar 8 Siklus Hidup Ascaridia G.....................................................................23
Gambar 9 Siklus Hidup H. Gallinarum.................................................................24
Gambar 10 Siklus Hidup Echinostoma.................................................................26

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Uji Chi – Square Hubungan antara jenis ayam dengan infeksi parasit
cacing pada pasar tradisional Surabaya Barat …………………………...
……………………………………............. 30

4.2 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing pada saluran pencernaan ayam kampung
dan ayam ras pedaging di pasar tradisional Surabaya Barat menggunakan
Pewarnaan Semichon’s Acetocarmin …………………………...
……………………………………............. 31
4.3 Hasil Uji Chi – Square parasit perbandingan antara Tanpa cacing dengan
cacing Ascaridia galli.……………………………………............. 32

4.4 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing perbandingan antara tanpa cacing
dengan cacing Raillietina cesticiusl…………………............. 33

4.5 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing perbandingan antara jenis cacing
Ascaridia galli dengan Raillietina cesticillus…………...... 34

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel hasil survey di pasar tradisonal Surabaya Barat

……………………………………………………………………………………........... 46

2. Tabel (data asli) jumlah parasit cacing pada saluran pencernaan ayam

di pasar tradisional Surabaya Barat ……………………………………….. 47

3. Dokumentasi Penelitian…………………………………..…………………….. 49

4. Gambar Hasil Penelitian……………………………………………………….. .51

5. Permeriksaan usus ayam kampung dan usus ayam ras pedaging

……………………………………………..………………………………………………..53

6. Pewarnaan Semichen – Acetic Carmine………………………………... 55

7. Perbandingan tanpa cacing dengan caccing Ascaridia sp…… .57

8. Perbandingan tanpa cacing dengan cacing Raillietina sp……..59

9. Perbandingan Ascaridia sp dengan cacing Raillietina sp……..61

10. Surat Keterangan dari Laboratorium Parasitologi ……………63

xiv
xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan populasi manusia mengakibatkan peningkatan kebutuhan

pangan yang berkualitas dan bernilai gizi. Kebutuhan pangan meningkat seiring

bertambahnya populasi manusia terutama protein asal hewan. Ayam merupakan

protein hewani yang sering dibutuhkan masyarakat. Ayam kampung dan ayam

ras pedaging adalah ayam yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat.

Pemeliharaannya yang mudah dan terhitung murah membuat masyarakat memilih

untuk memelihara ayam. Kebutuhan daging ayam sebagai sumber protein hewani

mengalami peningkatan yang sangat pesat dengan meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya makanan untuk perkembangan tubuh. Ayam ras

pedaging menjadi pilihan karena harga yang relatif murah dan tekstur daging yang

lunak dan tebal. Usaha peternakan ayam ras pedaging di masyarakat berkembang

cukup tinggi sehingga cukup memenuhi kebutuhan masyarakat (suhai, 2011).

Daging ayam kampung memiliki kandungan lemak lebih rendah

dibandingkan ayam ras, tidak ada residu antibiotik menjadikan ayam kampung

sangat dibutuhkan masyarakat. Daging ayam kampung juga memiliki tekstur yang

keras sehingga tidak mudah hancur saat diolah. Daging ayam kampung yang keras

disebabkan karena ayam kampung hidup secara bebas sehingga membantu

pertumbuhan otot dan sedikitnya akumulasi lemak (Suhaila et al., 2015).

Ayam ras pedaging merupakan jenis ayam hasil rekayasa yang memiliki

harga ekonomis dengan pertumbuhan yang sangat cepat dengan masa panen yang
1
2

singkat, ayam ras pedaging umumnya memiliki waktu pemeliharaan yang sangat

singkat, masa panen pada umur 4-5 minggu atau 30-40 minggu dengan berat

badan sekitar 1,2-1,9 kg/ekor (Anggitasari dkk., 2016). Pemeliharaan ayam

kampung dibiarkan bebas di lingkungan, membuat ayam lebih mudah terserang

penyakit. Masalah kesehatan yang sering dialami ayam kampung adalah infeksi

endoparasit. Endoparasit merupakan parasit yang hidup di dalam tubuh inang,

umumnya berupa berbagai jenis cacing dan protozoa (Moenek dan Oematan,

2017). Endoparasit pada ayam dapat ditemukan pada otak, hati, paru-paru,

jantung, ginjal, otot, kulit, darah dan saluran pencernaan. Endoparasit yang

menyerang unggas adalah protozoa, trematoda, cestoda dan nematoda. Parasit

helmint atau cacing secara alami ditemukan pada berbagai jenis unggas liar dan

unggas peliharaan. Endoparasit yang sering menginfeksi unggas peliharaan seperti

bebek, itik, burung dan ayam adalah Nematoda (Damayanti dkk., 2019).

Endoparasit dapat menyerang ayam pada semua umur. Ayam yang terinfeksi

endoparasit memiliki gejala seperti lesu, pucat, kondisi tubuh menurun bahkan

mengakibatkan kematian. Endoparasit dapat menghambat pertumbuhan dan

mengakibatkan penurunan produksi ayam kampung (Moenek dkk., 2019).

Penyebaran endoparasit terhadap ternak unggas dapat melewati media

pakan, air, dan peralatan ternak yang terkontaminasi (Moenek dan Oematan,

2017). Kasus cacingan pada ayam umumnya bersifat sub akut dan jarang

mengakibatkan kematian. Cacingan dapat menyebabkan penurunan produksi

telur, penurunan bobot badan, gangguan pertumbuhan, kelemahan dan depresi

sehingga menimbulkan kerugian ekonomi (Loliwu dan Thalib 2012).


Kasus cacingan pada ayam diperlukan pelaksanaan program pengendalian.

Pengendalian dapat efektif dilakukan jika terdapat informasi yang tepat mengenai

kasus cacingan ini. Perlu dilakukannya pengukuran presentasi kecacingan yang

menyerang ayam kampung dan ayam ras pedaging di Pasar Tradisional. Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur prevalensi cacing di usus

ayam kampung di Pasar Tradisional Surabaya Barat. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kesehatan ayam kampung dan

ayam ras pedaging khususnya yang di jual di Pasar Tradisional Surabaya Barat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat ditarik rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah terdapat parasit cacing pada saluran pencernaan ayam kampung

(Gallus domesticus) dan ayam ras pedaging (Gallus gallus domesticus) di

Pasar Tradisional Surabaya Barat.

2. Apakah terdapat perbedaan infestasi cacing dalam saluran pencernaan

ayam kampung (Gallus domesticus) dan ayam ras pedaging (Gallus gallus

domesticus) di Pasar Tradisional Surabaya Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit cacing pada saluran

pencernaan ayam kampung (Gallus domesticus) dan ayam ras pedaging

(Gallus gallus domesticus) di Pasar Tradisional Surabaya Barat.


4

2. Untuk mengetahui perbandingan infeksi cacing dalam saluran pencernaan

ayam kampung (Gallus domesticus)ayam ras pedaging (Gallus gallus

domesticus) di Pasar Tradisional Surabaya Barat.

1.4 Hipotesis

1. Berdasarkan rumusan masalah, dapat diajukan bahwa terdapat beberapa

jenis parasit cacing pada saluran pencernaan ayam kampung (Gallus

domesticus) ayam ras pedaging (Gallus gallus domesticus) di Pasar

Tradisional Surabaya Barat.

2. Apakah jenis ayam berpengaruh terhadap infestasi jenis cacing

1.5 Manfaat penelitian

1. Memberikan data dan informasi mengenai jenis-jenis parasit cacing yang

menyerang ayam kampung (Gallus domesticus) dan ayam ras pedaging

(Gallus gallus domesticus) di Pasar Tradisional Surabaya Barat serta

faktor penyebabnya.

2. Sebagai bahan rujukan atau referensi dalam upaya pengelolaan kesehatan

Ayam dan cara pengendalian penyakit parasit cacing pada ayam kampung

(Gallus domesticus) ayam ras pedaging (Gallus gallus domesticus)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ayam Kampung (Gallus domesticus)

Ayam kampung merupakan ayam lokal asli Indonesia yang berasal dari

ayam hutan (Gallus varius) yang telah mengalami proses evolusi dan domestikasi,

maka tercipta ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan

ayam ras (Sadid et al,. 2016). Ayam kampung dikenal dengan nama ayam lokal,

ayam sayur, atau ayam buras. Keberadaan ayam kampung tersebar di seluruh

pelosok wilayah Indonesia. Klasifikasi ayam kampung secara zoologis menurut

rose (2001) yaitu: Kingdom : Animalia; Filum : Chordata; Class : Aves;

Subclass : Neornithes; Ordo : Galliformes; Genus : Gallus; Spesies : Gallus

domesticus.

Gambar 1 Ayam Kampung Jantan Gambar 2 Ayam Kampung Betina


Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti Sumber: Dokumen Pribadi Peneliti

2.1.1 Morfologi Ayam Kampung (Gallus domesticus)

Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya yang tidak seragam.

Warna bulu, ukuran tubuh, dan kemampuan produksi yang tidak sama merupakan
5
6

cermin dari keragaman genetiknya. Ayam kampung di Indonesia mempunyai ciri-

ciri yaitu bentuk tubuh ramping, kompak, dan padat dengan pertumbuhan daging

yang relative baik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa warna bulu ayam kampung

bervariasi yaitu merah, coklat, hitam, putih, kuning keemasan, lurik, maupun

kombinasinya. Pertumbuhan bulunya sempurna, serta memiliki kaki panjang

dengan sisik kuning, putih, maupun hitam. Ayam kampung memiliki kelebihan

yaitu pada daya adaptasi yang tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan

berbagai situasi, kondisi lingkungan, dan perubahan iklim serta cuaca setempat.

Selain itu daging dan telur ayam kampung memilik rasa khas yaitu gurih yang

banyak disukai oleh masyarakat (Henuk et al.,2015).

Ayam kampung memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan ayam

lain yaitu lebih lincah, aktif bergerak dan dapat bertahan jika dipelihara secara

umbaran (Silondae dkk,. 2019). Ayam kampung tahan terhadap pemeliharaan

yang buruk, dapat dipelihara dengan pakan yang mengandung nutrisi rendah serta

tidak mudah stres (Silondae et al,. 2019). Ayam kampung memiliki daya adaptasi

yang tinggi dan dapat bertahan dalam segala kondisi terutama saat perubahan

iklim dan cuaca. Ayam kampung tidak membutuhkan lahan yang luas, penyediaan

pakan mudah dan murah serta siklus produksi lebih singkat sehingga lebih cepat

dirasakan manfaat ekonominya. Kendala yang dimiliki ayam kampung adalah

tingkat pertumbuhannya yang relatif lambat serta produktivitasnya rendah (Sarajar

dkk,. 2016).

Ayam kampung memiliki beberapa kelemahan seperti produktivitas yang

rendah, dan sulitnya memperoleh bibit yang baik dan seragam. Produksi ayam
7

kampung tergolong rendah yaitu rata-rata produksi telur per tahun hanya 60 butir

dengan berat rata-rata 30 gram/butir. Berat badan ayam kampung tua tidak lebih

dari 1,9 kg sedangkan ayam kampung betina lebih rendah yaitu 1,3 kg sampai 1,5

kg (Rasyaf, 2011). Induk betina mulai bertelur saat berumur 190 hari atau 6 bulan.

Induk ayam kampung dapat mengerami 8 sampai 15 butir telur. Rendahnya

tingkat produktivitas ayam kampung disebabkan oleh kurangnya perbaikan

tatalaksana pemeliharaan. Aman (2011) menyebutkan rendahnya produktivitas

ayam kampung disebabkan oleh tingginya variasi genetik akibat sistem

perkawinan bebas secara alami yang telah berlangsung lama.

2.1.2 Jenis – jenis Ayam Kampung (Gallus domesticus)

Ayam kampung memiliki beberapa varietas dan spesies, beberapa

diantaranya yaitu: Ayam Kedu, Ayam Nunukan, Ayam Pelung, Ayam Sumatera,

Ayam Gaok, Ayam Jawa Super (ILO, 2012), namun demikian, di Indonesia

dilaporkan terdapat 32 jenis ayam lokal dan masing-masing jenis memiliki

keunggulan tersendiri, seperti Ayam Pelung, Sentul, Kedu, Merawang, Gaok, dan

Nusa Penida. Ukuran fenotipik ayam yang memberikan pengaruh kuat terhadap

pembeda rumpun ayam adalah panjang punggung dan lingkar dada (Mariandayi

dkk,. 2013).

2.1.3 Sistem Pencernaan Ayam Kampung (Gallus domesticus)

Kebutuhan nutrisi ayam yang digunakan setelah penetasan berasal dari

yolk sac. Setelah penetasan anak ayam mengkonsumsi yolk sac untuk daya tahan

tubuh dan perkembangan organ pencernaan. Sistem pencernaan merupakan sistem


8

yang terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pelengkap yang berperan

dalam proses pencernaan bahan pakan yang dapat diserap oleh dinding saluran

pencernaan. Pada ternak unggas mempunyai saluran pencernaan yang sederhana,

yaitu terdiri dari rongga mulut, esophagus, tembolok, proventriculus, gizzard,

usus halus (duodenum, jejunum, ileum),usus besar (ceca, rectum), dan kloaka

(Hamzah, 2013).

Sistem pencernaan merupakan rangkaian proses yangterjadi di dalam

saluran pencernaan ayam untuk memanfaatkan nutrien dari pakan atau bahan

pakan yang diperlukan tubuh untuk hidup, beraktivitas, berproduksi dan

bereproduksi. Sistem pencernaan ayam kampung terdiri atas rongga mulut,

esofagus dan temboloknya, lambung kelenjar, lambung otot, usus halus,usus

besar, kloaka dan anus, beserta kelenjar asesori yaitu hati dan pankreas.Kelenjar

ludar mensekresikan saliva ke dalam rongga mulut untuk membasahi makanan

agar mudah ditelan. Saliva mengandung enzim pencernaan yang akan memecah

makanan secara kimiawi. Lidah membantu proses penelanan dan mendorong

makanan menuju esofagus (Teme dkk,. 2019).

Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan

dan absorbsi produk pencernaan dan mempunyai peranan penting dalam transfer

nutrisi. Alfiansyah (2011) Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang

memiliki banyak lipatan yang disebut vili. Rahayu dkk. (2011) mengemukakan

bahwa pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci atau 1,5 meter.

Kemampuan pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dapat

dipengaruhi oleh luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya, dan


9

banyaknya villi dan mikrovilli yang memperluas bidang penyerapan dan

dipengaruhi juga oleh tinggi dan luas permukaan villi, duodenum, jejunum, dan

ileum (Sari dkk,. 2019).

2.2 Klasifikasi Ayam Ras Pedaging (Gallus gallus domesticus)

Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsa-

bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap

produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini merupakan

final stock yang didatangkan dari luar negeri. Ayam ras pedaging atau yang lebih

dikenal masyarakat dengan nama ayam broiler adalah merupakan jenis ras unggul

hasil dari persilangan, perkawinan. Hasil dari persilangan ras tersebut

menghasilkan anak-anak ayam ras yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan

memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya

dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat

cepat. Daya alih pakan menjadi telur sangat rendah, oleh karena itu ayam broiler

lebih cocok atau menguntungkan bila diternakkan sebagai penghasil daging. Hal

ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya menjadi produk

daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010).

Pengelompokan ayam ras pedaging di dalam klasifikasi hewan sebagai

berikut : Kindom : Animalia; Fillum : Chordata; Class : Aves; Subclass :

Neornithes; Famili : Phasianidae; Ordo : Galliformes; Genus : Gallus; Spesies :

Gallus gallus domesticus (Nugroho dkk, 2020).


10

Gambar 3 Ayam Ras Pedaging Gambar 4 Ayam Ras Pedaging Betina


Jantan Sumber:
Sumber : Https://Hobiternak.Com Http://Kamicintapeternakan.Com/
(14 Desember 2020) (14 Desember 2020)

2.2.2 Morfologi Ayam Ras Pedaging (Gallus gallus domesticus)

Ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah

didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk

memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004). Ayam

pedaging dapat menghasilkan relatif banyak daging dalam waktu yang singkat.

Ciri – cirinya adalah sebagai berikut:

a. Ukuran badan ayam pedaging relatif besar, padat, kompak, dan

berdaging penuh, sehingga disebut tipe berat.

b. Jumlah telur relatif sedikit.

c. Bergerak lambat dan tenang.


11

d. Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin.

e. Beberapa jenis ayam pedaging mempunyai bulu kaki dan masih

suka mengeram (Rahayu dkk,. 2011)

2.2.3 Pemeliharaan Ayam Ras Pedaging (Gallus gallus domesticus)

Secara komersial pemeliharaan ayam pedaging meliputi perkandangan,

pemilihan bibit, pemeliharaan, pencegahan penyakit dan pola pemberian ransum.

Persiapan kandang dilakukan untuk kenyamanan anak ayam agar anak ayam dapat

beradaptasi, tidak stress. Kegiatan awal yang dilakukan untuk kenyamanan

suasana kandang adalah dengan membersihkan kandang dengan air bersih. Proses

pencucian kandang harus meliputi semua bagian jangan sampai ada bagian yang

terlewatkan menggunakan sprayer tekanan tinggi kemudian dengan deterjen dan

desinfektan, agar mikroorganisme yang menempel dibagian kandang mati.

Kandang sudah harus dibersihkan dengan air bersih yang telah dicampur

pembunuh kuman/desinfektan setelah itu pengapuran kandang dengan mengoles

seluruh permukaan kandang hingga kerangka kandang dan lantai sekitar kandang

dan selanjutnya serangkaian sistem pendukung kenyamanan ayam broiler yakni

penghangat, sekat, tempat ransum dan minum, litter (alas lantai), pencahayaan,

suhu, dan kelembapan (Nastiti, 2012).

2.2.4 Sistem Pencernaan Ayam Ras Pedaging (Gallus gallus domesticus)

Alat pencernaan ayam diklasifikasikan menjadi dua bagian penting yaitu

bagian tractus alimentarius yang terdiri dari paruh, pharinx, tembolok, lambung

kelenjar, lambung otot atau ampela, usus halus, usus besar, dan kloaka serta
12

bagian aksesoris yang terdiri dari hati, pankreas, dan limpa. Saluran pencernaan

pada ternak unggas terdiri dari paruh, esofagus, tembolok, proventrikulus,

ventrikulus, usus halus, seka, rektum, kloaka, dan anus sementara 6 organ aksesori

terdiri dari pankreas dan hati (Rimbawanto dkk,. 2019). Berikut adalah gambar

saluran pencernaan ayam secara lengkap (Gauthier dan Ludlow, 2013)

Gambar 5 Saluran Ayam


Sumber : (Gauthier and Ludlow, 2013)

Usus halus merupakan salah satu bagian organ pencernaan utama yang

mempunyai fungsi untuk proses pencernaan dan absorbsi. Usus halus tidak hanya

berperan penting dalam pencernaan dan penyerapan nutrisi pakan, tetapi juga

termasuk sistem imun terbesar dalam tubuh ternak (Liu et al,. 2015).

Duodenum merupakan bagian dari usus halus yang berfungsi sebagai

penyerap air, natrium dan mineral-mineral lain, disamping itu juga terjadi

pencernaan dengan proses penguraian dari nutrien kasar berupa pati, lemak dan

protein. Duodenum mensekresikan enzim tripsin, amilase, dan lipase dari

pankreas serta getah empedu dari hati untuk mencerna pakan. Perkembangan
13

duodenum apabila tidak sempurna mengakibatkan fungsi duodenum tidak

optimal, absorbsi terganggu dan dapat terjadi diare serta mengurangi produktivitas

ayam (Raditya dkk., 2013).

Proses pencernaan pakan setelah melewati duodenum akan dilanjutkan di

dalam jejenum. Jejenum adalah bagian tengah dari bagian usus halus. Jejenum

merupakan bagian dari usus halus yang memanjang dari ujung dinding duodenum

hingga ileum, dan berfungsi sebagai tempat penyerapan zat pakan terbesar di

dalam tubuh ayam. Kisaran normal bobot dan panjang jejenum adalah 3 - 4 g dan

58 - 74 cm (Yaman, 2010).

Ileum merupakan bagian dari usus halus setelah jejenum yang berfungsi

mengabsorbsi partikel-partikel kecil dari nutrien. Sepanjang permukaan ileum

terdapat banyak villi. Permukaan villi terdapat mikrovilli yang berfungsi untuk

mengabsorbsi hasil pencernaan (Suprijatna dkk., 2008). Kisaran normal bobot dan

panjang ileum adalah 15 g dan 32 cm (Yaman, 2010).

2.3 Parasit Cacing Ayam (Gallus gallus domesticus)

Penyakit kecacingan disebut juga helminthiasis akan menyebabkan

kerugian secara ekonomis, karena unggas penderita mengalami hambatan

pertumbuhan, penurunan produksi telur, dan penurunan kondisi tubuh. Secara

alami ditemukan pada berbagai jenis unggas liar dan unggas peliharaan. Beberapa

spesies cacing sering ditemukan secara kebetulan pada saat melakukan bedah

bangkai pada ayam helminthiasispada unggas disebabkan oleh cacing, yang

secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas nematoda, trematoda dan

cestoda. Penyakit helminthiasis akibat nematoda (Oxyspirura sp, Syngamus


14

trachea, Capillaria sp, Ascaridia sp, Heterakis gallinarum) disebut

nematodosis, yang disebabkan trematoda (Echonostoma revolutum) disebut

trematodosis dan yang disebabkan oleh cestoda disebut cestodosis (Raillietina

spp) (Rahayu, 2010).

Terdapat kurang lebih 60 jenis cacing yang dapat menyerang ayam.

Dari sekian banyak jenis cacing yang dapat menyerang ayam, A. galli dan

Raillietina sp. paling serius menimbulkan masalah. Gejala ayam yang

menderit kecacingan parah akan tampak pertumbuhan terhambat, kurus,

pucat, kadang - kadang diare bercampur darah. Pada kondisi ke cacingan

parah, jika usus ayam dipotong maka akan ditemukan cacing pada usus

dengan perubahan usus menebal, meradang, berdarah dan kadang terjadi

perobekan dinding usus (Jahja et al, 2006).

Penyakit kecacingan pada ayam paling sering ditemukan adalah cacing

pita seperti Raillietina tetragona dan Raillietina echinohothrida. Penyakit ini

dapat ditularkan lewat lalat kandang dan semut sebagai inang perantara.

Gejala klinik adalah kehilangan nafsu makan, anemia, depresi dan diare.

Pemeriksaan post mortemmemperlihatkan adanya nodul-nodul dalam usus

halus yang terdiri dari jaringan nekrotik dan leukosit (Soetiyono, 2001).

Semua unggas secara alami dapat terinfeksi cacing. Pada umumnya cacing

menginfeksi saluran pencernaan, tapi ada pula yang menginfeksi organ lain

seperti otak, trakea, dan mata. Tidak semua penyakit kecacingan pada ayam

tampak nyata. Nematoda merupakan kelompok parasit cacing yang

terpenting pada unggas, hal ini terkait dengan jumlah spesiesnya dan
15

kerusakan yang disebabkan cacing tersebut. Cacing Heterakis gallinarum

bertanggung jawab terhadap kejadian blackhead pada ayam, karena ovum

cacing bisa mengandung protozoa yang disebut Histomonas meleagridis.

Cacing berukuran panjang 1,5 cm dan bisa dalam jumlah sangat banyak di

sekum, sehingga menyebabkan radang sekum dan nodul-nodul kecil di dinding

sekum (Jahja et al, 2006).

2.3.2 Cestoda Saluran Pencernaan Ayam (Gallus gallus domesticus)

Cacing cestoda hidup di dalam saluran pencernaan ayam. Keberadaan

cacing dalam jumlah sedikit mampu ditoleransi oleh unggas, namun dalam jumlah

tertentu cacing akan merugikan bagi kesehatan unggas, karena mengambil nutrisi,

menimbulkan kerusakan ekstensif pada mukosa usus dan mengganggu

penyerapan. (Jacob et al. 2014).

Dampak infeksi cacing dapat bervariasi tergantung derajat infeksinya, dari

infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian, hingga infeksi ringan yang

menyebabkan penurunan produksi yang tak terlihat. Cestoda adalah nama yang

diberikan untuk kelas cacing pipih parasit dari filum Platyhelminthes. Cestoda

biasa dikenal dengan nama cacing pita. Cacing pita merupakan cacing

hermaprodit dengan badan yang memanjang, beruas – ruas tanpa saluran

pencernaan ataupun rongga tubuh. Badannya terdiri dari skolex yang dilengkapi

penghisap dan kait – kait serta badan yang disebut strobila yang terdiri atas

sejumlah segmen. Setiap segmen di lengkapi dengan sepasang organ reproduksi

dan segmen gravid merupakan segmen matang yang mengandung telur yang telah
16

dibuahi di keluarkan bersama tinja (Winarso, 2019). Berikut golongan dari klas

cestoda :

2.3.2.1 Raillietina sp

Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada

semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang

digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan

sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan

selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup

pada ayam yaitu Raillietina spp. Raillietina merupakan cacing yang sering

ditemukan pada tiap ayam. (Rismawati, dkk, 2013).

Tingginya populasi Raillietina dipengaruhi oleh jumlah lalat (Musca

domestica) yang ada di peternakan (Moenek dan Oematan, 2017). Lalat

berpotensi menjadi hospes intermediet (inang antara) bagi infeksi Raillietina sp.

Serangga lain yang menjadi faktor inang perantara pada Raillietina sp adalah

kecoa. Kecoa menyukai tempat yang kotor dan kondisi lingkungan yang hangat.

Peternakan yang besar memiliki penerangan lampu yang dapat menghangatkan

ayam kampung, dengan kondisi seperti itu diduga kecoa dapat berkeliaran bebas

(Rismawati, dkk, 2013).

Klasifikasi cacing Raillietina (Raillietina sp): Filum : Nemathelminthes;

Kelas : Eucestoda; Ordo : Anoplocephalidea; Famili : Davainelidae; Genus :

Raillietina sp; Spesies : Raillietina sp (Soulsby, 1982). Raillietina ini terbagi

menjadi tiga yaitu Raillietina tetragona, Raillietina echinobothrida dan

Raillietina cesticillus, dengan inang dan morfologi yang berbeda.


17

A. Raillietina cesticillus

Raillietina cistisellus panjangnya dapat mencapai 13 cm, mempunyai

rostelum yang lebar dengan ukuran 400-500 kait, dan alat penghisap biasanya

tidak dipersenjatai. Setiap kapsula telur berisi satu telur memiliki diameter 75-88

mikron”. Raillietina cistisellus dapat menyebabkan lesi pada usus dan

menghambat perkembangan atau pertumbuhan, namun pada infeksi buatan yang

dilakukan ternyata cacing tersebut bersifat tidak patogenik (Tabbu, 2002).

B. Raillietina echinobothrida

Raillietina echinobothrida adalah endoparasit, dan cacing pita ini

termasuk kelas Cestoda. Ini adalah parasit saluran pecernaan burung, keluarga

Davaineidae (Cestoda: Cyclophyllidea), dan yang paling patogen dan lazim

menginfeksi spesies 10 Gallus domesticus. Raillietina echinobothrida

membutuhkan dua inang, burung dan semut dalam siklus hidupnya. Raillietina

echinobothrida termasuk cacing hermaprodit yang memiliki dua organ reproduksi

yaitu organ reproduksi jantan dan organ reproduksi betina dalam tubuhnya.

Cacing pita ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dari anak ayam, juga

kekurusan ayam finisher dan penurunan produksi telur dari ayam. R.

echinobothrida tidak menyebabkan kerusakan patologis, namun luka parah pada

dinding usus dan diare bisa timbul. Ini seolah-olah mengakibatkan sakit

(Waghmare et al, 2014).

Raillietina echinobothrida adalah antara parasit cestoda patogen yang

paling umum dari burung di seluruh dunia dan menghasilkan perbedaan

menjadikan salah satu cacing yang prevalensi paling umum kedua yang tercatat
18

dari unggas domestik di utara-timur India. Pita dewasa cacing ditemukan dalam

lumen usus host yang terinfeksi dan menyebabkan enteritis hiperplastic

berhubungan terkait dengan pembentukan granuloma pada dinding usus burung

yang terinfeksi. (Ghobashy and Taeleb, 2015).

C. Raillietina tetragona

Raillietina tetragona memiliki panjang mencapai 25 cm dan lebar 3mm

mempunyai rostelum satu baris dari 100 kait–kait yang panjangnya 6-8 mikron.

Raillietina tetragona terdapat dalam usus halus bagian posterior pada ayam. Alat

penghisap dipersenjatai dengan 8-10 baris kait yang lebih kecil dari yang dimiliki

Raillietina echinobotrida, kait ini mudah lepas. Telur terbungkus oleh kapsula, di

dalam setiap kapsula terdapat 8-12 telur. Sistiserkoid terdapat dalam semut genus

Phidola dan Tetramurium (Levine, 1994)

Siklus Hidup Raillietina sp

Gambar 6 Siklus Hidup Raillietina Sp


Sumber : Levine, 1994
19

Siklus hidup Raillietina sp. melewati inang perantara yang berupa lalat

dan serangga. Unggas terinfeksi dengan memakan hospes perantara yang

mengandung telur cacing. Telur yang menetas berkembang menjadi onkosfer

yaitu telur yang telah berkembang menjadi embrio banyak sel yang dilengkapi

dengan 6 buah kait. Setelah ayam memakan inang antara yang mengandung

sistiserkoid, maka sistiserkoid terbebaskan oleh adanya aktivitas enzim

pencernaan. Segera setelah sistiserkoid bebas, skoleksnya mengalami evaginasi

dan melekatkan diri pada dinding usus. Proglotid baru akan mulai terbentuk dalam

3 minggu setelah infeksi. Proglotid immature akan berkembang menjadi proglotid

gravid yang berisi telur. Proglotid gravid akan lepas dan ikut bersama feses.

Proglotid akan termakan hospes perantara dan onkosfer akan aktif dan

berkembang menjadi sistiserkoid. Selanjutnya sistiserkoid berkembang menjadi

cacing dewasa di dalam usus ayam dalam waktu 20 hari (Retnani, 2007).

2.3.3 Nematoda Saluran Pencernaan Ayam (Gallus gallus domesticus)

Nematoda yang menyerang saluran pencernaan adalah Capilaria sp,

Gongylonema sp, Dyspharynspx, Tetrameres sp, Ascaridia sp, Heterakis sp,

Strongyloides sp dan Trichostrongylubs sp. Banyak spesies Ascaridia sp,

Capilaria sp, Heterakis sp yang diketahui menyerang usus halus ayam (Jahja,

2006). Berikut ini adalah jenis – jenis cacing Nematoda yang lebih tinggi

menyerang pencernaan pada ayam.


20

2.3.3.1 Capilaria sp

Capillaria sp adalah nama jenis cacing dari genus nematoda. Cacing ini

merupakan parasit pada sistem pencernaan seperti pada usus dan lambung ayam.

Pada infestasi berat biasanya ditandai dengan gejala seperti badan kurus, perut

membesar, kehilangan nafsu makan, mengeluarkan kotoran berwarna putih

dantipis, atau kotoran dengan warna berselang-seling antara gelap (hitam) dan

terang (putih) (Munar dkk, 2016).

Klasifikasi capillaria sp sebagai berikut : Kingdom : Animalia; Filum :

Nematoda; Class : Enoplia; Ordo : Trichurida; Family : Capillaridae; Genus :

Capillari (Soulsby,1982)

Siklus Hidup Capillaria sp sebagai berikut :

Telur cacing tersimpan


di saluran pencernaan
Cacing capillaria
dewasa

Telur menetas, dan


tumbuh menjadi larva

Feses ayam terkontaminasi


telur cacing

Telur cacing terdapat di tanah,


feses, dan kandang

Ayam memakan tanah, feses


yang terkontaminasi telur cacing

Gambar 2.7 Siklus Hidup Capillaria Sp


Sumber :Http://Www.Poultrydvm.Com/
(14 Desember 2020)
21

Siklus hidup tidak langsung. Telur yang keluar bersama kotoran ditelan

oleh cacing tanah dan mengalami perkembangan mencapai stadium infektif

setelah 2-3 minggu. Masa prepaten cacing tersebut ialah sekitar 3-4 minggu.

2.3.3.2 Ascaridia galli

Salah satu penyakit ayam yang disebabkan oleh cacing adalah Ascaridiasis

atau yang dikenal dengan penyakit cacing gelang. Rahardjo (2009) menyatakan

bahwa larva cacing Ascaridia galli berukuran sekitar 7 mm dan dapat ditemukan

di selaput lendir usus. Cacing ini biasanya menimbulkan kerusakan yang parah

selama bermigrasi pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva.

Klasifikasi cacing Ascaridia galli adalah sebagai berikut: Kelas : Nematoda; Sub

kelas : Secernentea; Ordo : Ascaridia; Family : Ascarididae; Genus : Ascaridia

(Soulsby,1982).

Siklus hidup Ascaridia galli

Gambar 8 Siklus Hidup Ascaridia Galli


Sumber : Yahya, 1992
22

Siklus hidup Ascaridia galli tidak butuh inang perantara. Penularan cacing

tersebut biasanya melalui pakan, air minum, litter, atau bahan lain yang tercemar

oleh feses yang mengandung telur infektif. Ayam muda lebih sensitif terhadap

kerusakan yang ditimbulkan oleh Ascaridia galli (Herawati dan Winarso, 2016).

2.3.3.3 Heterakis gallinarum

Parasit Heterakis gallinarum adalah salah satu dari nematoda yang paling

sering didiagnosis pada saluran pencernaan bangsa unggas (Prayoga dkk, 2014).

Klasifikasi Heterakis gallinarum : Kingdom : Animalia; Filum :

Nematoda; Class : Secernentea; Subclass : Rhabditia; Ordo : Ascarididae; Famili :

Ascarididae; Genus : Heterakis; Spesies : Heterakis Gallinarum (Soulsby,1982).

Siklus hidup Heterakis gallinarum


Siklus Hidup
Heterakis
gallinarum
Cacing H Gallinarum
Dewasa Telur cacing tersimpan
di saluran pencernaan

Telur menetas, dan tumbuh


menjadi larva
Feses ayam terkontaminasi
telurcacing

Telur cacing terdapat di


Cacing tanah sebagai inang
tanah, feses, dan kandang
pelantara
Ayam memakan cacing
tanah, tanah, feses yang
terkontaminasi oleh telur
cacing

Gambar 9 Siklus Hidup H. Gallinarum


Sumber : http://www.poultrydvm.com/
(14 Desember 2020)
23

Siklus hidup Heterakis gallinarum tergolong langsung dengan cacing

tanah dan lalat sebagai inang antara. Telur-telur yang tidak berembrio keluar

bersama feses dan berkembang menjadi telur infektif sekitar 2 minggu, tergantung

pada suhu dan kelembaban. Ketika telur yang infektif tertelan oleh inang yang

peka maka telur menetas dalam usus kecil. Dalam waktu 24 jam, larva telah

mencapai sekum melalui lumen usus dimana mereka berkembang menjadi cacing

dewasa. Waktu prepatent adalah 24 - 30 hari (Kurniawan dkk, 2010).

2.3.4 Trematoda Saluran Pencernaan Ayam (Gallus gallus domesticus)

2.3.4.1 Echinostoma revulotum

Bentuk cacing Trematoda adalah oval atau seperti daun, tidak bersegmen,

dilengkapi dengan satu atau dua batil hisap (sucker) dan biasanya mempunyai

saluran pencernaan yang buntu (sekum). Cacing ini mempunyai daur hidup tidak

langsung. Cacing Echinostoma revolutum ditemukan pada sekum dan rectum

(Kusumamihardja, 1992). Infeksi Echinostoma menyebabkan kerusakan ringan

pada mukosa usus dan tidak menimbulkan gejala yang berarti. Infeksi berat dapat

menyebabkan timbulnya radang kataral pada dinding usus atau ulserasi (Irmawati

dkk, 2013).

Klasifikasi cacing Echinostoma Revolutum: Filum : Platyhelminthes; Kelas :

Digenea; Ordo : Prosostomata; Famili : Echinostomatidae; Genus : Echinostoma;

Spesies : Echinostoma revolutum (Soulsby,1982).


24

Siklus Hidup Echinostoma revolutum

Gambar 10 Siklus Hidup Echinostomd Revolutum


Sumber :Http://Phantomzvet.Blogspot.Com/
(14 Desember 2020)

Cacing E. revolutum memiliki siklus hidup tidak langsung dan mempunyai

inang antara golongan siput Stagniola palustris, Lymnea stagnalis, dan Lymnea

attenuate. Telur akan keluar bersama dengan feses, pada kondisi yang baik, telur

akan berkembang menjadi mirasidium, pada hari ketiga kemudian mirasidium

melakukan penetrasi ke dalam tubuh inang antara yaitu siput, dalam tubuh siput

mirasidium berkembang menjadi serkaria. Serkaria akan mencari inang antara

yang lain kemudian menjadi kista. Inang definitif akan terinfeksi jika memakan

siput yang mengandung kista (Amaliah dkk, 2018).


BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan sempel dalam penelitian ini akan dilakukan di Pasar

Tradisonal Surabaya Barat. Jumlah pasar tradisional yang menjual ayam

kampung dan ayam ras ada 12 pasar dari 12 pasar tersebut di ambil 30%

diantaranya untuk dijadikan objek penelitian ini. Indentifikasi jenis cacing

yang diperoleh di lakukan di Laboratorium Parasitologi, Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dari bulan

Februari sampai dengan bulan Maret 2021.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah saluran

pencernaan ayam kampung dan ayam ras pedaging di pasar – pasar

tradisional tersebut diatas, saluran pencernaan adalah diambil mulai dari

esofagus, tembolok, proventikulus, ventrikulus, usus halus, usus besar, dan

kloaka.

3.2.2 Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah usus ayam, aquades, alkohol 70%,

pewarna Semichon’s Acetocarmine. Alat yang digunakan dalam penelitian

ini adalah mikroskop, seperangkat alat bedah, cawan petri, plastik wadah

cacing, plastik, sarung tangan, dan cool box.

25
26

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey dengan metode penarikan

acak sederhana (simple random sampling).

3.3.2 Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Variabel Bebas :Ayam Kampung dan Ayam Ras Pedaging

b) Variabel Tergantung :Parasit Cacing Pada Saluran Pencernaan Ayam

Kampung dan Ayam Ras Pedaging

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik acak sederhana (Simple random

sampling sistematic) teknik acak sederhana secara sistemik sebagai

metode pengambilan sampel. Banyaknya sampel yang diambil semua

lokasi pasar adalah 30 sampel usus ayam kampung dan 30 sampel usus

ayam ras pedaging. Usus ayam kampung dan usus ayam ras pedaging

diambil dari tempat pemotongan ayam di pasar tradisional Surabaya Barat.

Pasar tradisional yang terpilih sebagai objek survey adalah Pasar Banjar

Sugihan, Pasar Kendung, Pasar Pakal, Pasar Lakarsantri. Dari 12 pasar

tradisional yang menjual ayam kampung dan ayam ras pedaging di

wilayah surabaya barat, dengan demikian pasar yang menjadi objek

penelitian sebanyak 30% dari pasar tradisional yang ada yang menjual

ayam kampung dan ayam ras pedaging di surabaya barat.


27

3.3.4 Prosedur Penelitian

Dimulai dari saluran pencernaan yang diperoleh dari pasar

tradisional dimasukkan ke dalam wadah plastik, lalu di masukkan ke

dalam cool box. Dibawa ke Laboratorium Parasitologi, Fakultas

Kedokteran hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Saluran

pencernaan di ikat di batas antara lambung kelenjar dengan lambung otot

di dua tempat kemudian pengikatan yang serupa di lakukan antara usus

duodenum dengan lambung kelenjar, selanjutnya di lakukan diantara

duodenum dan jejunum, antara jejunum dengan ileum, antara ileum

dengan sekum demikian pula antara sekum dengan rektum ikatan antara

kedua bagian masing – masing di bagian pencernaan di antara dua ikatan

di potong dan di pisahkan setiap bagian usus setiap bagian saluran

pencernaan tersebut. Pada waktu pemeriksaan bagian – bagian saluran

pencernaan di letakkan di atas wadah yang terlebih dahulu di lapisi

plastik, kemudian dibuka secara perlahan menggunakan alat bedah. Cacing

– cacing dewasa di setiap bagian usus dikumpulkan kedalam cawan petri

yang berisi aquades, cacing yang berukuran besar dihitung tanpa bantuan

mikroskop sedangkan cacing yang berukuran kecil di hitung dibawah

“dissecting microscope”. Cacing tersebut di simpan dalam botol alkohol

70% dan di beri label, cacing diwarnai dengan pewarnaan Semichon’s

Acetocarmin setelah itu cacing di amati dan di tentukan spesiesnya di

bawah mikroskop.
28

3.4 Analisis Data

Data berupa jenis cacing yang ditemukan dianalisis secara

deskriptif dan statistik. Analisis Statistik untuk membandingkan insiden

cacing pada Ayam Kampung dan Ayam Ras Pedaging dengan Uji Chi-

Square (X2) taraf kepercayaan α = 0,05


29

3.5 Kerangka Penelitian

Sampel penelitian 60 saluran pencernaan ayam di


pasar tradisional Surabaya Barat

Pemeriksaan dan pengamatan saluran pencernaan ayam kampung


dan ayam ras pedaging

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3


tembolok, proventriculus, usus halus Sekum
ampela (duodenum, jejunum, ileum)

Akan mendapatkan cacing saluran pencernaan

Pemeriksaan secara Makroskopis Pewarnaan mengunakan metode


Semichen-Acetic Carmine dan
diamati di bawah mikroskop
30

Analisis data secara deskriptif dan statistik dengan


Uji Chi-Square (X2)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari penelitian yang berjudul Parasit Cacing Pada Saluran Pencernaan

Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Di Pasar Tradisional Surabaya Barat didapati

hasil sebagai berikut. Hasil uji Chi – Square antara jenis ayam dengan infeksi

parasit cacing pada pasar tradisional Surabaya Barat.

Tabel 4.1 Uji Chi – Square Hubungan antara jenis ayam dengan infeksi parasit
cacing pada pasar tradisional Surabaya Barat.

Permeriksaan Usus Ayam Total Value


Kampung Dan Usus Ayan
Ras Pedaging

Usus Ayam Usus Aayam


Kampung Ras Pedaging

37 11.915
a
1 12 25
Perlakuan
2 18 5 23

Total 30 30 60

Keterangan : Perlakuan 1 : Negatif parasit cacing


Perlakuan 2 : Positif Parasit cacing

Berdasarkan tabel di atas diketahui hasil analisis perbandingan antara jenis

ayam dengan infeksi parasit cacing, yang positif terinfeksi parasit cacing pada

ayam kampung sebanyak 18 dan ayam ras pedaging sebanyak 5. Sedangkan untuk

negatif parasit cacing pada ayam kampung sebanyak 12 dan ayam ras pedaging

sebanyak 25. Hasil uji Chi – Square diperoleh p = 11.915 > α = 0.05 di tabel uji

Chi – Square 4,303 (5%) signifikan dengan db = 2 maka dapat ditarik kesimpulan

30
31

bahwa antara jenis ayam dengan infeksi parasit cacing berbeda secara nyata. Dari

uji tersebut dapat disimpulkan nahwa infestasi parasit cacing pada ayam kampung

berbeda secara nyata (α = 5%) dengan infestasi parasit cacing pada ayam ras

pedaging.

Hasil uji Chi – Square pada pemeriksaan usus ayam dan usus ayam ras

pedaging dengan Pewarnaan Semichen – Acetic Carmine

Tabel 4.2 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing pada saluran pencernaan ayam
kampung dan ayam ras pedaging di pasar tradisional Surabaya Barat
menggunakan Pewarnaan Semichon’s Acetocarmin.

Pemeriksaan Parasit Cacing pada Saluran Pencernaan Ayam


menggunakan Pewarnaan Semichon’s Acetocarmin
Value
Perlakuan
Tanpa Ascaridi Raillietina
Cacing a galli cesticilus Total

Usus Ayam
Kampung 12 10 8 30
10.517a
Usus Ayam Ras
Pedaging 25 3 2 30

Total 37 12 11 60

Hasil identifikasi menggunakan pewarnaan Semichon’s Acetocarmin

ditemukan dua jenis parasit cacing yang berasal dari kelas Nematoda yaitu spesies

Ascaridia galli sedangkan kelas Cestoda yaitu spesies Raillietina cesticilus. Ayam

Kampung di temukan adanya cacing Ascaridia galli sebanyak 10 dan cacing

Raillietina cesticilus sebaanyak 8, sedangkan untuk Ayam Ras Pedaging


32

ditemukan adanya cacing Ascaridia galli sebanyak 3 dan cacing Raillietina

cesticilus sebanyak 2. Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p =

10.517 > α = 0.05 di tabel uji Chi – Square 4,303 (5%) signifikan dengan db = 2

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa diantara ke tiga keberadaan cacing berbeda

secara nyata.

Tabel 4.3 Hasil Uji Chi – Square parasit perbandingan antara Tanpa cacing
dengan cacing Ascaridia galli

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras


Pedaging Dengan Pewarnaan Semichen – Acetic Carmine *
Jenis Crosstabulation

Jenis Total Value

Tanpa Ascaridia
Cacing galli

Permeriksaan Usus Ayam


12 10 22
Usus Ayam Kampung
Kampung Dan
Usus Ayan Ras
Pedaging Dengan 9.490a
Usus Ayam Ras
Pewarnaan 25 2 27
Pedaging
Semichen –
Acetic Carmine

Total 37 12 49

Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p = 9.490a > α = 0.05 di

tabel uji Chi – Square 4,303 (5%) signifikan dengan db = 1 maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa antara usus ayam kampung dan ayam ras pedaging yang tidak

ada parasit cacing dengan usus ayam yang terdapat parasit cacing jenis Ascaridia

galli berbeda secara nyata.


33

Tabel 4.4 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing perbandingan antara tanpa cacing
dengan cacing Raillietina cesticillus

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras Pedaging


Dengan Pewarnaan Semichen – Acetic Carmine * Jenis
Crosstabulation

Jenis Total Value

Tanpa Raillietina
Cacing cesticillus

Permeriksaan Usus Usus Ayam


12 8 20
Ayam Kampung Kampung
Dan Usus Ayan Ras
Pedaging Dengan 5.664a
Pewarnaan Usus Ayam Ras
25 3 28
Semichen – Acetic Pedaging
Carmine

Total 37 11 48

Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p = 5.664a > α =

0.05 di tabel uji Chi – Square 4,303 (5%) signifikan dengan db = 1 maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa antara usus ayam kampung dan ayam ras pedaging

yang tidak ada parasit cacing dengan usus ayam yang terdapat parasit cacing jenis

Raillietina cesticilus berbeda secara nyata.


34

Tabel 4.5 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing perbandingan antara jenis cacing
Ascaridia galli dengan Raillietina cesticillus

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras


Pedaging Dengan Pewarnaan Semichen – Acetic Carmine * Jenis
Crosstabulation

Jenis Total Value

Ascaridia Raillietina
galli cesticillus

Permeriksaan Usus Usus Ayam


10 8 18
Ayam Kampung Kampung
Dan Usus Ayan Ras
Pedaging Dengan
Pewarnaan Usus Aayam
2 3 5 0.379a
Semichen – Acetic Ras Pedaging
Carmine

Total 12 11 23

Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p = 0.379a < α =

0.05 di tabel uji Chi – Square 4,303 (5%) tidak signifikan dengan db = 1 maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa infestasi parasit cacing Ascaridia galli tidak

berbeda nyata dengan infestasi cacing Raillietina cesticilus.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian di beberapa pasar Tradisonal Surabaya Barat

menunjukkan 23 dari 60 sampel usus ayam yang diperiksa positif terinfeksi

parasit cacing, sebanyak 18 usus ayam kampung dan 5 usus ayam ras pedaging

yang terinfeksi. Prevalensi ayam kampung dan ayam ras pedaging yang terinfeksi
35

parasit cacing memiliki perbedaan yang signifikan. Prevalensi infestasi parasit

cacing pada ayam kampung lebih banyak dari pada ayam ras pedaging (tabel 4.1),

hal ini menunjukkan bahwa ayam kampung yang di jual di pasar tradisioal

Surabaya Barat memiliki prevalensi terinfeksi parasit cacing pada saluran

pencernaan ayam lebih tinggi di bandingan ayam ras pedaging. Hasil uji Chi –

Square diperoleh p = 11.915 > α = 0.05 di tabel uji Chi – Square 4,303 (5%)

signifikan dengan db = 2 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa infestasi parasit

cacing pada ayam kampung berbeda secara nyata dengan infestasi parasit cacing

pada ayam ras pedaging.

Cukup tingginya prevalensi terinfeksi parasit cacing yang ditemukan pada

ayam kampung disebabkan oleh pemeliharaan ayam kampung yang dilaksanakan

secara umbaran, sedangkan ayam ras pedaging dipelihara di dalam kandang yang

memperoleh perhatian penuh dalam sanitasinya. Tanah tersebut memungkinkan

terkontaminasi, salah satunya oleh serangga atau cacing tanah yang dapat menjadi

inang antara parasit cacing yang menyerang unggas (Ashenafi dan Eshetu 2004).

Sistem peternakan ayam kampung dilakukan dengan cara membiarkan

ayam secara bebas untuk mencari makan sendiri. Sebaliknya dengan sistem

peternakan ayam ras pedaging berada di dalam kandang dan diberi makan sesuai

dengan kebutuhan (Rasyaf 2011). Menurut pendapat Supriatna (2010) ayam yang

diternakkan secara intensif lebih tinggi produksinya dan hanya sedikit yang

mengalami infestasi kecacingan daripada yang diternakkan secara ekstensif. Hal

ini disebabkan karena ayam yang diternakkan secara ekstensif punya potensi lebih
36

besar untuk membawa dan menebarkan parasit dari lingkungan tempat ayam biasa

mencari makan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan pewarnaan Semichon’s

Acetocarmin kedua cacing yang di identifikasi berdasarkan morfologi didapatkan

dua spesies parasit cacing yang menginfeksi saluran pencernaan ayam di pasar

tradisional Surabaya Barat yaitu kelas nematoda dan kelas cestoda. Jenis parasit

cacing yang sering menyerang ayam kampung dan ayam ras pedaging berasal dari

kelas nematoda dan cestoda (Tabel 4.2). Spesies yang ditemukan pada kelas

nematoda adalah Ascaridia galli sedangkan spesies yang di temukan pada kelas

cestoda adalah Railletina cesticilus. Cacing dari kelas Trematoda tidak ditemukan

pada penelitian ini, hal ini dapat disebabkan karena sedikitnya inang antara dari

Trematoda di sekitar kandang ayam (Suhaila et al. 2015). Berdasarkan (Tabel 4.2)

maka hasil Uji Chi – Square p = 10.517 > α = 0.05 di tabel uji Chi – Square 4,303

(5%) signifikan dengan db = 2 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan infestasi di antara ke tiga cacing tersebut.

Berdasarkan perwarnaan Semichon’s Acetocarmin parasit cacing pada

usus ayam hasil analisis hubungan antara usus ayam yang terdapat parasit cacing

jenis Ascaridia galli dengan usus ayam yang terdapat parasit cacing jenis

Raillietina cesticilus hasil Uji Chi – Square p = 0.379a < α = 0.05 di tabel uji Chi

– Square 4,303 (5%) signifikan dengan db = 1 maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa tidak berbeda secara signifikan antara infeksi Ascaridia galli dengan

Raillietina cesticilus pada ayam kampung dan ayam ras pedaging.


37

Cacing Raillietina echinobothrida, Raillietina tetragona, dan Raillietina

cesticillus berasal dari genus yang sama namun memiliki sedikit perbedaan. Salah

satu perbedaannya adalah ukuran dan bentuk rostellum dan sucker. Cacing

Raillietina cesticillus memiliki kepala yang tidak berleher serta rostellum besar

dan sucker yang tidak berkait (Nandi dan Samanta 2010). Cacing Railiietina

cesticillus memiliki panjang mencapai 15 cm dan rostelum yang lebar dengan

400-500 kait kecil. Genital pore unilateral pada Raillietina cesticillus terletak di

anterolateral sampai mediolateral di setiap segmen Raillietina cesticillus memiliki

satu telur di setiap kapsulnya (Saif et al. 2008).

Banyaknya infeksi cacing Railletina ini disebabkan oleh banyaknya inang

antara yang hidup di sekitar tempat tinggal ayam. Inang antara dari Raillietina

cesticillus merupakan kumbang (Fischer dan Say 1989). Inang antara alami dari

Raillietina cesticillus adalah Opatroides frater atau disebut juga kumbang tanah

(Velusamy et al. 2014).

Infeksi Nematoda pada ayam kampung dan ayam ras pedaging di

penelitian ini disebabkan oleh Ascaridia galli. Menurut Soulsby (1982), cacing

dewasa Ascaridia galli memiliki ukuran sekitar 6-12 cm, terlihat semi transparan

dan bewarna putih kekuningan. Ascaridia galli memiliki kutikula ekstraseluler

yang tebal untuk melindungi membrana plasma hypodermal cacing dewasa dari

enzim pencernaan inang (Zaharah et al. 2016). Cacing Ascaridia galli bejenis

kelamin betina dan jantan dapat ditemukan di penelitian ini. Cacing betina

Ascaridia galli berukuran lebih besar daripada yang jantan. Vulva pada cacing

betina berada pada bagian tengah tubuh sedangkan bagian ekor pada cacing jantan
38

memiliki caudal alae yang kecil serta beberapa caudal papillae yang pendek dan

tebal, serta memiliki spikula (Rahman dan Manaf 2014).

Infeksi Ascaridia galli terjadi bila ayam menelan telur terinfeksi yang

terdapat dalam makanan atau minumannya Zaharah et al. (2016). Cacing tanah

juga dapat bertindak sebagai vector mekanis dengan cara menelan telur tersebut

dan kemudian cacing tanah dimakan oleh ayam. Ayam yang terinfeksi Ascaridia

galli dapat mengalami penurunan fungsi usus halus dalam menyerap makanan

karena terjadi kerusakan pada vili dan sel epitel usus ayam (Zalizar et al. 2006).

Geredaghi (2011) dalam Rohmawati (2016) mengatakan, keberadaan Ascaridia

galli dapat menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan, penurunan berat badan,

kerusakan mukosa usus yang menyebabkan kehilangan darah dan infeksi usus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang berjudul

Parasit Cacing Pada Saluran Pencernaan Ayam (Gallus gallus domesticus) Di

Pasar Tradisional Surabaya Barat dapat di simpulkan berikut. Penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa 23 dari 60 sampel usus ayam yang diperiksa

positif terinfeksi parasit cacing, sebanyak 18 dari 30 usus ayam kampung dan 5

usus dari 30 usus ayam ras pedaging yang terinfeksi parasit cacing. Hasil

pemeriksaan menggunakan pewarnaan Semichon’s Acetocarmin spesies yang

ditemukan adalah Ascaridia galli dan Railletina ceticilus. Hasil uji Chi – Square

antara terinfeksi parasit cacing dengan tidak terinfesksi parasit, perbandingan

antara tanpa cacing dengan cacing jenis Ascaridia galli, perbandingan antara

tanpa cacing dengan cacing jenis Raillietina cesticilus dapat di simpulkan berbeda

secara nyata kecuali pada perbandingan antara jenis cacing Ascaridia galli dan

Raillietina cesticilus tidak berbeda secara nyata.

5.2 Saran

1. Dengan terbuktinya ditemukannya infestasi cacing Ascaridia galli maupun

Railletina sp maka disarankan perlu dilakukan pengobatan secara rutin dengan

anthelmintik.

2. Perhatikan kebersihan kandang ayam secara rutin.

39
DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, M. 2011. Anatomi dan Pencernaan Usus Halus. http://www.


sentraedukasi.com/. Diakses tanggal 13 Desember 2020.

Aman, Y. 2011. Ayam Kampung Unggul. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Ammar, Tanwiriah, dan Indrijan. 2017. Performa Awal Produksi Ayam Lokal
Jimmy Farm Cipanas Cianjur Jawa Barat Early Production Performance
Of Local Chicken Jimmy Farm Cipanas Cianjur West Java. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.

Anggitasari, Sjofjan,dan Djunaidi. 2016. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan


Komersial Terhadap Kinerja Produksi Kuantitatif dan Kualitatif Ayam
Pedaging. Buletin Peternakan, 40(3) : 187-196.

Ashenafi H, dan Y. Eshetu. 2004. Study on gastrointestinal helminths of local


chicken in Central Ethiopia. Revue de Medecine Veterinaire. 155(10):
504-507.

Butboonchoo P, dan C. Wongsawad . 2017. Occurance and HAT-RAPD analysis


of gastrointestinal helminthes in domestic chickens (Gallus gallus
domesticus) in Phayao province, northern Thailand. Saudi Journal of
Biological Science. 24(1):30-35. doi : 10.1016/j.sjbs.2015.09.002

Damayanti, Hastutiek, Estoepangestie, Retno L, Kusnoto, Suprihati  . 2019.


Prevalensi dan Derajat Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Ayam
Buras (Gallus Domesticus) di Desa Kramat Kecamatan Bangkalan
Kabupaten Bangkalan. Journal of Parasite Science, 3(1):10-12 .

Elisa, Widiastuti, dan Sarjana. 2017. Bobot Relatif Organ Limfoid Dan Usus
Halus Ayam Broiler Yang Disuplementasi Probiotik Bacillus Plus.
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro.

40
41

Gauthier, J. and R. Ludlow. 2013. Chicken Health For Dummies. Wiley, New
Jersey.

Geredaghi Y. 2011. Identification of immunogenic relevant antigens in the


excretory-secretory (ES) products of Ascaridia galli larvae. Advances in
Environmental Biology. 5(6): 1120-1126.

Ghobashy, M. A. and A. A. Taeleb. 2015. Molecular Characterization of


Raillietina (r.) spp. Ortlepp, 1938 (Cestode: Cyclophyllidea: Davaineidae)
Infecting Domestic and Wild Bird (Columba Livia and Columba Livia
Domestica) World J Zool. (10):136–141.

Hamzah. 2013. Respon usus dan karakteristik karkas pada ayam ras pedaging
dengan berat badan awal berbeda yang dipuasakan setelah menetas.
Fakultas Pentenakan Universitas Hasanuddin. Makassar

Henuk, Y.L., J.F. Bale-Therik, G. A. M. K. Dewi, and B. A. Ayanwale. 2015.


Why free range eggs are more preferred by consumers than other eggs?.
An invited paper presented in The 1st International Conference on Native
Chicken, February 23- 25, 2015, Centara Hotel, Khon Kaen, Thailand.
Khon Kaen Agr. J. 43 Suppl. 2 : 15 – 19.

Herawati, dan D. Winarso. 2016. Pengaruh pemberian sari kunyit (Curcuma


domestica val.) dalam air minum terhadap jumlah telur cacing Ascaridia
galli pada ayam broiler. Jurnal Riset Agribisnis dan Peternakan, 1(2): 13-
24.
International Labour Organization (ILO). 2012. Fire Risk Management, ILO,
Geneva. Diakses tanggal 4 Mei 2017. Diambil dari:
http://www.ilo.org/wcmsp5/-groups/public/---ed_protect/---
protrav/safework/documents/publication/wcms_194781.pdf.

Jacob JP, HR. Wilson, RD. Miles, GD. Butcher, and FB. Mather. 2014. IFAS
Extension: Factors Affecting Egg Production in Backyard Chicken Flocks.
Florida: University of Florida.
42

Levine N D. 1994. Parasitologi Veteriner. Terjemahan G. Ashadi. Gajah Mada


University Press, Yogyakarta

Liu B. bin, L. Lou., X.L Liu., D., Li C.F Geng., S.M., Yi L.T. Chen and Q. Liu.,
2015. Essential Oil of Syzygium aromaticum Reverses the Deficits of
StressInduced Behaviors and Hippocampal p-ERK / p-CREB / Brain-
Derived Neurotrophic Factor Expression. Planta Med, 81:185–192.

Loliwu YA dan Thalib I. 2012. Prevalensi Penyakit Cacing pada Ayam Buras di
Desa Taende dan Tomata Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali. J.
Agro Pet 9(1):23-26

M. Kurniawan, M. Izzati, dan Y. Nurchayati, 2010. Kandungan Klorofil,


karoteroid, dan vitamin c pada beberapa spesies tumbuhan akuatik.
Buletin Anatomi dan Fisiologi 18(1): 28

Mandal SC. 2012. Veterinary Parasitology at a Glance. New Delhi (IND): IBDC
publisher.

Mariandayani, H.C., D.D. Solihin., S. Sulandari, dan C. Sumantri. 2013.


Keragaman Fenotipik dan Pendugaan Jarak Genetik pada Ayam Lokal
dan Ayam Broiler Menggunakan Analisis Morfologi. Jurnal
Veteriner.14(4): 475-484.

Moenek Y.J.A., dan B. Oematan. 2017. Endoparasit Pada Usus Ayam Kampung
(Gallus Domesticus). Jurnal Kajian Veteriner, 5(2) : 84-90.

Moenek Y.J.A., Oematan B., Toelle N. 2019. Keragaman Endoparasit


Gastrointestinal Dan Profil Darah Pada Ayam Kampung (Gallus
Domesticus).Jurnal Kajian Veteriner, 7(2) : 114-120.

Nandi S dan Samanta S. 2010. Poultry Diseases at a Glance. New Delhi (IND):
IBDC publisher.

Nastiti. 2012. Kelembaban Relatif Udara pada Tempat Berbeda. Diakses 5 april
2021.
43

Nugroho, A. A., D. Septiana., S. Lestari., dan D. R. Sugiyarto. (2020). Pola


Interaksi Tingkah Laku Induk Ayam Betina Dan Anak Ayam (Gallus
gallus-domesticus). Jurnal Teknosains, 14(1):89 – 96.

Raditya, I. G. G. I., I. B. K. Ardana dan P. Suastika. 2013. Tebal Struktur


Histologis Duodenum Ayam Pedaging Yang Diberi Kombinasi Tylosin
Dan Gentamicin. Indonesia Medicus Veterinus. 2 (5) : 546-552.

Rahayu, I., Sudaryani T., Santosa H. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Rahayu, I.D., 2010. Penyakit Parasit pada Rumansia. Universitas Muhammadyah


Malang.

Rahman WA, and NH. Manaf. 2014. Description on the morphology of some
nematosed of the Malaysian domestic Chicken (Gallus domesticus) Using
Scanning electron microscopy. Malaysian Journal of Veterinary Research.
5(1):35-42. doi: 10.5829/idosi.gv.2014.12.01.76116.

Rasyaf M. 2011. Beternak Ayam Kampung. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Rimbawanto, Iriyanti, Hartoyo. 2019. Bobot Dan Panjang Usus Halus Serta
Bobot Organ Assesoris Ayam Broiler Dengan Pemberian Berbagai Jenis
Acidifier. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers.

Rismawati, Yusfiati, dan Mahatma. 2013. Endoparasit pada usus ayam kampung
(Gallus domesticus) di Pasar Tradisional Pekanbaru, Riau.

Rohmawati. 2016. Prevalensi Ektoparasit dan endoparasit pada itik yang


dipelihara secara intensif dan semi intensif [skripsi]. Semarang (ID):
Universitas Negeri Semarang.

Rose. 2001. Anatomi dan Fisiologi Ternak Unggas. Universitas gajah mada.
Yogyakarta.
44

Sadid, Tanwiriah, Indrijan. 2016. Fertilitas, Daya Tetas, Dan Bobot Tetas Ayam
Lokal Jimmy’s Farm Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Fakultas

Samadi B. 2010. Sukses Beternak Ayam Ras Petelur Dan Pedaging.Pustaka Mina.
Jakarta.

Sarajar L.K., Tangkau, J. F. Paath., Palar, dan J. R. Bujung. 2016. Ibm Kelompok
Tani Ternak Ayam Kampung Melooran Kelurahan Sendangan Kecamatan
Kawangkoan Kabupaten Minahasa. Jurusan Produksi Ternak Fakultas
Peternakan,UNSRAT,Manado.

Sari, Suthama, Sukamto. 2019. Perkembangan Duodenum dan Pertambahan


Bobot Badan pada Ayam Broiler yang Diberi Ransum dengan Protein
Mikropartikel Ditambah Probiotik Lactobacillus sp.Jurnal Penelitian
Peternakan Terpadu, 1(1) : 4-12.

Silondae, Panelewen, Kalangi. 2019. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Jus Limbah


Wortel (Daucus Carota L.) Sebagai Feed Supplement Ternak Ayam
Kampung. Jurnal Sinta 5, 15(3): 563–570.

Soulbsby, E. J. L. 1982. Helminths, Antropods and Protozoa Of Domesticated


Animal. London : English Language Book Service Bailiere Tindall. 7 th Ed.
Pp. 231 – 257. .

Suhaila AH, DL. Sabrina., NH. Nik Ahmad Irwan Izzaudin, and A. Hamdan., S.
Khadijah. 2015. Study Of Parasites In Commercial Free-Range Chickens
In Northern Peninsular Malaysia. Malaysian Journal of Veterinary
Research. 6:53-64.

Supriatna E. 2010. Strategi pengembangan ayam local berbasis sumberdaya local


dan berwawasan lingkungan. Makalah. Dalam: Seminar Nasional Unggas
Lokal ke IV Di Fakultas Peternakan UNDIP.
45

Teme, N. Selan, A. Amalo. 2019. Gambaran anatomi dan histologi oesofagus dan
proventrikulus pada ayam hutan merah (Gallus gallus) asal Pulau Timor.
Jurnal Veteriner Nusantara, 2(2) : 23-35.

Velusamy R, SA. Basith, TJ. Harikrishnan, G. Ponnudurai, T. Anna, and S.


Ramakrishnan. 2014. Ground beetle, Opatroides frater (Coleoptera) as
natural intermediate host for the poultry tapeworm, Railletina cesticillus.
Journal of Parasitic Diseases. 38(1):128-131. doi : 10.1007/s12639-012-
0202-4

Wehr EE. 1972. Disease of Poultry. Hofstad MS, Calnek BW, Helmboldt CF,
Reid WM, Yoder HW, editor. Iowa (US): The Iowa State University
Press.

Winarso, A. (2019). Pengendalian Helminthiasis pada Peternakan Ayam Petelur


Tradisional di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Jurnal Kajian
Veteriner, 4(1):33-41.

Yaman, A. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya.

Yuwanta, 2004. Teknik Modren Beternak Ayam. Yasaguna, Jakarta.

Zaharah I, HA. Yanti, dan TR. Setyawati. 2016. Kepadatan nematoda


gastrointestinal itik manila (Cairina moschata) yang dipasarkan di pasar
Flamboyan kota Pontianak. Protobiont. 5(3): 41-46.

Zalizar L, F. Satrja, R. Tiuria, dan DA. Astuti. 2006. Dampak infeksi Ascaridia
galli terhadap gambaran histopatologi dan luas permukaan vili usus halus
serta penurunan bobot hidup starter. Journal Ilmu Ternak dan Veteriner.
11(3):222-228.
46

Lampiran 1 Tabel hasil survey di pasar tradisional Surabaya Barat

Ayam Kampung Ayam Ras Pedaging Jumlah

Pasar Banjar Sugihan 8 7 15

Pasar Kendung 7 8 15

Pasar Pakal 8 7 15

Pasar Lakarsantri 7 8 15

Jumlah 30 30 60
47

Lampiran 2 Tabel (data asli) jumlah parasit cacing pada saluran pencernaan
ayam di pasar tradisional Surabaya Barat
No Parasit Cacing
Sampe Jenis Cacing Jumlah
l Positif Negatif Cacing
1 -
48
2 -
3 + Nematoda 1
4 -
5 -
6 -
7 + Nematoda 4
8 -
9 -
10 + Nematoda 2
11 + Nematoda 3
12 + Nematoda 1
13 + Nematoda 7
14 + Cestoda 12
15 + Cestoda 8
16 -
17 + Cestoda 15
18 + Nematoda 3
19 -
20 + Nematoda 3
21 + Cestoda 15
22 + Cestoda 3
23 + Nematoda 4
24 -
25 + Nematoda 7
26 + Cestoda 8
27 -
28 + Cestoda 3
29 -
30 + Cestoda 15
31 -
32 + Nematoda 1
33 -
34 -
35 + Cestoda 10
36 -
37 -
38 -
39 -
40 + Nematoda 1
41 -
42 -
43 -
44 -
45 -
49

Keterangan : Sampel 1 – 30 : Usus Ayam Kampung


Sampel 30 – 60 : Usus Ayam Ras Pedaging

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Alat dan bahan penelitian

Proses pewarnaan Semichon’s Acetacarmin


50
51

Lampiran 4 Gambar Hasil Penelitian

(Ascarida sp)
52

(Raillitiena cesticilus)
53

Lampiran 5 Permeriksaan usus ayam kampung dan usus ayam ras pedaging

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perlakuan * Permeriksaan
Usus Ayam Kampung Dan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Usus Ayan Ras Pedaging

Perlakuan * Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras


Pedaging

Count

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Total


Dan Usus Ayan Ras Pedaging

Usus Ayam Usus Aayam Ras


Kampung Pedaging

Negatif 12 25 37
Perlakuan
Positif 18 5 23
54

Total 30 30 60

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.915a 1 .001

Continuity Correctionb 10.153 1 .001

Likelihood Ratio 12.466 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear
11.717 1 .001
Association

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50.

b. Computed only for a 2x2 table


55

Lampiran 6 Pewarnaan Semichen - Acetic Carmine

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perlakuan * Permeriksaan
Usus Ayam Kampung Dan
Usus Ayan Ras Pedaging 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Dengan Pewarnaan Semichen
– Acetic Carmine

Perlakuan * Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras Pedaging Dengan Pewarnaan
Semichen – Acetic Carmine Crosstabulation

Count

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Total


Ayan Ras Pedaging Dengan Pewarnaan Semichen
– Acetic Carmine

Tanpa Cacing Ascaridia galli Raillietina


cesticilus

Usus Ayam Kampung 12 10 8 30


Perlakuan
Usus Ras Pedaging 25 2 3 30

Total 37 12 11 60
56

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square 10.517a 2 .005

Likelihood Ratio 11.032 2 .004

Linear-by-Linear Association 7.712 1 .005

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.50.
57

Lampiran 7 Perbandingan tanpa cacing dengan caccing Ascaridia galli

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Permeriksaan Usus Ayam


Kampung Dan Usus Ayan
Ras Pedaging Dengan 49 96.1% 2 3.9% 51 100.0%
Pewarnaan Semichen –
Acetic Carmine * Jenis

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras Pedaging Dengan Pewarnaan Semichen –
Acetic Carmine * Jenis Crosstabulation

Count

Jenis Total

Tanpa Ascaridia
Cacing galli

Permeriksaan Usus Ayam Usus Ayam Kampung 12 10 22


Kampung Dan Usus Ayan Ras
Pedaging Dengan Pewarnaan
Usus Aayam Ras Pedaging 25 2 27
Semichen – Acetic Carmine

Total 37 12 49
58
59

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.490a 1 .002

Continuity Correctionb 7.544 1 .006

Likelihood Ratio 9.977 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear
9.296 1 .002
Association

N of Valid Cases 49

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.39.

b. Computed only for a 2x2 table


60

Lampiran 8 Perbandingan tanpa cacing dengan cacing Raillietina cesticilus

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Permeriksaan Usus Ayam


Kampung Dan Usus Ayan
Ras Pedaging Dengan 48 100.0% 0 0.0% 48 100.0%
Pewarnaan Semichen –
Acetic Carmine * Jenis

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras Pedaging Dengan Pewarnaan Semichen –
Acetic Carmine * Jenis Crosstabulation

Count

Jenis Total

Tanpa Raillietina
cacing cesticilus

Permeriksaan Usus Ayam Usus Ayam Kampung 12 8 20


Kampung Dan Usus Ayan Ras
Pedaging Dengan Pewarnaan
Usus Aayam Ras Pedaging 25 3 28
Semichen – Acetic Carmine

Total 37 11 48
61

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.664a 1 .017

Continuity Correctionb 4.128 1 .042

Likelihood Ratio 5.685 1 .017

Fisher's Exact Test .034 .021

Linear-by-Linear
5.546 1 .019
Association

N of Valid Cases 48

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.58.

b. Computed only for a 2x2 table


62

Lampiran 9 Perbandingan cacing Arcaridia galli dengan cacing Raillietina


cesticilus

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Permeriksaan Usus Ayam


Kampung Dan Usus Ayan
Ras Pedaging Dengan 23 100.0% 0 0.0% 23 100.0%
Pewarnaan Semichen –
Acetic Carmine * Jenis

Permeriksaan Usus Ayam Kampung Dan Usus Ayan Ras Pedaging Dengan Pewarnaan Semichen –
Acetic Carmine * Jenis Crosstabulation

Count

Jenis Total

Ascaridia Raillietina
galli cesticilus

Permeriksaan Usus Ayam Usus Ayam Kampung 10 8 18


Kampung Dan Usus Ayan Ras
Pedaging Dengan Pewarnaan
Usus Aayam Ras Pedaging 2 3 5
Semichen – Acetic Carmine

Total 12 11 23
63

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .379a 1 .538

Continuity Correctionb .012 1 .912

Likelihood Ratio .381 1 .537

Fisher's Exact Test .640 .455

Linear-by-Linear
.363 1 .547
Association

N of Valid Cases 23

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.39.

b. Computed only for a 2x2 table


64

Lampiran 10 Surat Keterangan dari Laboratorium Parasitologi

Anda mungkin juga menyukai