Bab Iv
Bab Iv
Dari penelitian yang berjudul Parasit Cacing Pada Saluran Pencernaan Ayam
(Gallus gallus domesticus) Di Pasar Tradisional Surabaya Barat didapati hasil sebagai
berikut. Hasil uji Chi – Square antara jenis ayam dengan infeksi parasit cacing pada
Tabel 4.1 Uji Chi – Square Hubungan antara jenis ayam dengan infeksi parasit cacing
pada pasar tradisional Surabaya Barat.
Negatif 12 25 37 11.915a
Perlakuan
Positif 18 5 23
Total 30 30 60
ayam dengan infeksi parasit cacing, yang positif terinfeksi parasit cacing pada ayam
kampung sebanyak 18 dan ayam ras pedaging sebanyak 5. Sedangkan untuk negatif
parasit cacing pada ayam kampung sebanyak 12 dan ayam ras pedaging sebanyak 25.
Hasil uji Chi – Square diperoleh p = 11.915 > 4,303 (α = 5%) signifikan dengan db =
1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara jenis ayam dengan infeksi parasit
cacing berbeda secara nyata. Dari uji tersebut dapat disimpulkan bahwa infestasi
parasit cacing pada ayam kampung berbeda secara nyata dengan infestasi parasit
Hasil uji Chi – Square pada pemeriksaan usus ayam dan usus ayam ras
Tabel 4.2 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing pada saluran pencernaan ayam
kampung dan ayam ras pedaging di pasar tradisional Surabaya Barat
menggunakan Pewarnaan Semichon’s Acetocarmin.
Usus Ayam
Kampung 12 10 8 30
10.517a
Usus Ayam Ras
Pedaging 25 3 2 30
Total 37 12 11 60
ditemukan dua jenis parasit cacing yang berasal dari kelas Nematoda yaitu spesies
Ascaridia galli sedangkan kelas Cestoda yaitu spesies Raillietina cesticilus. Ayam
adanya cacing Ascaridia galli sebanyak 3 dan cacing Raillietina cesticilus sebanyak
2. Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p = 10.517 > 4,303 (α = 5%)
Tabel 4.3 Hasil Uji Chi – Square parasit perbandingan antara Tanpa cacing dengan
cacing Ascaridia galli
Tanpa Ascaridia
Cacing galli
Total 37 12 49
Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p = 9.490a > 4,303 (α = 5%)
signifikan dengan db = 1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara usus ayam
kampung dan ayam ras pedaging yang tidak ada parasit cacing dengan usus ayam
yang terdapat parasit cacing jenis Ascaridia galli berbeda secara nyata.
Tabel 4.4 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing perbandingan antara tanpa cacing
dengan cacing Raillietina cesticillus
Tanpa Raillietina
Cacing cesticillus
Total 37 11 48
Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p = 5.664a > 4,303 (α =
5%) signifikan dengan db = 1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara usus ayam
kampung dan ayam ras pedaging yang tidak ada parasit cacing dengan usus ayam
yang terdapat parasit cacing jenis Raillietina cesticilus berbeda secara nyata.
Tabel 4.5 Hasil Uji Chi – Square parasit cacing perbandingan antara jenis cacing
Ascaridia galli dengan Raillietina cesticillus
Ascaridia Raillietina
galli cesticillus
Total 12 11 23
Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji Chi – Square p = 0.379a < 4,303 (α =
5%) tidak signifikan dengan db = 1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa infestasi
parasit cacing Ascaridia galli tidak berbeda nyata dengan infestasi cacing Raillietina
cesticilus.
4.2 Pembahasan
dari 60 sampel usus ayam yang diperiksa positif terinfeksi parasit cacing, sebanyak
18 usus ayam kampung dan 5 usus ayam ras pedaging yang terinfeksi. Prevalensi
ayam kampung dan ayam ras pedaging yang terinfeksi parasit cacing memiliki
perbedaan yang signifikan. Prevalensi infestasi parasit cacing pada ayam kampung
lebih banyak dari pada ayam ras pedaging (tabel 4.1), hal ini menunjukkan bahwa
ayam kampung yang di jual di pasar tradisioal Surabaya Barat memiliki prevalensi
terinfeksi parasit cacing pada saluran pencernaan ayam lebih tinggi di bandingan
ayam ras pedaging. Hasil uji Chi – Square diperoleh p = 11.915 > 4,303 (α = 5%)
cacing pada ayam kampung berbeda secara nyata dengan infestasi parasit cacing pada
secara umbaran, sedangkan ayam ras pedaging dipelihara di dalam kandang yang
terkontaminasi, salah satunya oleh serangga atau cacing tanah yang dapat menjadi
inang antara parasit cacing yang menyerang unggas (Ashenafi dan Eshetu 2004).
secara bebas untuk mencari makan sendiri. Sebaliknya dengan sistem peternakan
ayam ras pedaging berada di dalam kandang dan diberi makan sesuai dengan
diternakkan secara intensif lebih tinggi produksinya dan hanya sedikit yang
mengalami infestasi kecacingan daripada yang diternakkan secara ekstensif. Hal ini
disebabkan karena ayam yang diternakkan secara ekstensif punya potensi lebih besar
untuk membawa dan menebarkan parasit dari lingkungan tempat ayam biasa mencari
makan.
spesies parasit cacing yang menginfeksi saluran pencernaan ayam di pasar tradisional
Surabaya Barat yaitu kelas nematoda dan kelas cestoda. Jenis parasit cacing yang
sering menyerang ayam kampung dan ayam ras pedaging berasal dari kelas nematoda
dan cestoda (Tabel 4.2). Spesies yang ditemukan pada kelas nematoda adalah
Ascaridia galli sedangkan spesies yang di temukan pada kelas cestoda adalah
Railletina cesticilus. Cacing dari kelas Trematoda tidak ditemukan pada penelitian
ini, hal ini dapat disebabkan karena sedikitnya inang antara dari Trematoda di sekitar
kandang ayam (Suhaila et al. 2015). Berdasarkan (Tabel 4.2) maka hasil Uji Chi –
Square p = 10.517 > 4,303 (α = 5%) signifikan dengan db = 2 maka dapat ditarik
cacing tersebut.
Berdasarkan perwarnaan Semichon’s Acetocarmin parasit cacing pada usus
ayam hasil analisis hubungan antara usus ayam yang terdapat parasit cacing jenis
Ascaridia galli dengan usus ayam yang terdapat parasit cacing jenis Raillietina
cesticilus hasil Uji Chi – Square p = 0.379a < 4,303 (α = 5%) signifikan dengan db =
1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak berbeda secara signifikan antara infeksi
Ascaridia galli dengan Raillietina cesticilus pada ayam kampung dan ayam ras
pedaging.
cesticillus berasal dari genus yang sama namun memiliki sedikit perbedaan. Salah
satu perbedaannya adalah ukuran dan bentuk rostellum dan sucker. Cacing Raillietina
cesticillus memiliki kepala yang tidak berleher serta rostellum besar dan sucker yang
tidak berkait (Nandi dan Samanta 2010). Cacing Railiietina cesticillus memiliki
panjang mencapai 15 cm dan rostelum yang lebar dengan 400-500 kait kecil. Genital
antara yang hidup di sekitar tempat tinggal ayam. Inang antara dari Raillietina
cesticillus merupakan kumbang (Fischer dan Say 1989). Inang antara alami dari
Raillietina cesticillus adalah Opatroides frater atau disebut juga kumbang tanah
disebabkan oleh Ascaridia galli. Menurut Soulsby (1982), cacing dewasa Ascaridia
galli memiliki ukuran sekitar 6-12 cm, terlihat semi transparan dan bewarna putih
inang (Zaharah et al. 2016). Cacing Ascaridia galli bejenis kelamin betina dan jantan
dapat ditemukan di penelitian ini. Cacing betina Ascaridia galli berukuran lebih besar
daripada yang jantan. Vulva pada cacing betina berada pada bagian tengah tubuh
sedangkan bagian ekor pada cacing jantan memiliki caudal alae yang kecil serta
beberapa caudal papillae yang pendek dan tebal, serta memiliki spikula (Rahman dan
Manaf 2014).
Infeksi Ascaridia galli terjadi bila ayam menelan telur terinfeksi yang terdapat
dalam makanan atau minumannya Zaharah et al. (2016). Cacing tanah juga dapat
bertindak sebagai vector mekanis dengan cara menelan telur tersebut dan kemudian
cacing tanah dimakan oleh ayam. Ayam yang terinfeksi Ascaridia galli dapat
mengalami penurunan fungsi usus halus dalam menyerap makanan karena terjadi
kerusakan pada vili dan sel epitel usus ayam (Zalizar et al. 2006). Geredaghi (2011)
dikatakan analog dengan Ascaris lumbricoides yang merupakan parasit pada manusia,
namun demikian belum diketahui mengapa cacing Ascaridia galli tidak bisa
antibodi turut berperan membatasi infeksi cacing tersebut, misalnya pada manusia
cacing.
Kasus hewan lain yang sering memakan ayam seperti ular python menurut
Klingenberg (2007), cacing yang sering menginfeksi ular berasal daris kelas
nematoda, genus: Strongyloides sp, Capillaria sp. Cacing yang menginfeksi ular
memiliki dua cara penularan yaitu melalui ayam yang dimakan secara utuh yang
didalamnya terdapat telur infektif dan larva infektif. Penularan melalui telur infektif
telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali
ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif,
kalau termakan oleh hospes akan berkembang menjadi cacing dewasa. Larva L3
menular dengan cara menembus kulit dan masuk kedalam tubuh hospes atau secara
tidak langsung melalui hospes yang terinfeksi larva infektif atau larva infektif
disebabkan karena ular memangsa terutama ayam yang terinfeksi parasit cacing,