Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI


Suppositoria Rematik

Nama : Mega Olivia Ningrum. S


NPM : 23340106
Kelas : C

PROGRAM STUDI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah teknologi sediaan farmasi
suppositoria rematik dapat saya selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang sediaan
suppositoria reumatik.

Harapan saya, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah ini, saya mohon
maaf. Penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Jakarta, 14 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN ………………………………………………………
I.1 Latar Belakang ………………………………………………………
I.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………

I.3 Tujuan ………………………………………………………

BAB II: PEMBAHASAN ………………………………………………………


II.1 Definisi …….…….………………………………………………………
II.2 Macam-macam Suppositoria ………………………………………………
II.3 Keuntungan Suppositoria …………………………………………………

II.4 Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria ……………………………

II.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Absorbsi Obat Per Rektal ……………

II.6 Metode Pembuatan Suppositoria ………………………………………….


II.7 Preformulasi ………………………………………………………………

II.8 Prosedur Pembuatan Suppositoria ………………………………………..

II.9 Evaluasi Suppositoria ……………………………………………………..

BAB III: PENUTUP …………………………………………………………….


III.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….

IIII.2 Saran ……………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dengan adanya perkembangan jaman, semakin canggih dan inovatif


pengobatan yang dilakukan umat manusia. Pilihan jenis sediaan obat juga
lebih variatif, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien. Jenis dan sediaan obat
bermacam-macam seperti yang kita ketahui sedian obat dalam bentuk solid,
solid, dan semi solid. Terlepas dari berbagai macam jenis sediaan obat, tujuan
yang ditujuh adalah sama yaitu kesembuhan.

Ketika pengobatan secara perolal diketahui dapat menimbulkan efek samping


yang merugikan, maka pemberian obat secara parenteral mulai
dikembangkan. Bentuk sediaan ini mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan penggunaan secara peroral, yaitu tidak menyebabkan
rasa yang tidak enak, dapat menghindari terjadinya iritasi labung, mudah
dipakai terutama untuk penderitaan yang tidak dapat memakai obat secara
oral, diabsorbsikan melalui rectum dapat melalui hati sebelum masuk
kedalam sirkulasi sitemik sehingga mengalami perombakan efek.

Obat-obat yang diformulasikan dalam sediaan suppositoria dapat


memberikan efek lokal maupun sistemik, dimana aksi tersebut tergantung
dari sifat obat, konsentrasi dan kecepatan absorpsi. Hal ini yang menyebabkan
suppositoria menjadi salah satu alternatif apabila penggunaan obat oral tidak
dapat digunakan. Akan tetapi hanya bisa digunakan dalam keadaan dan
penyakit tertentu.
I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan suppositoria


2. Bahan apa yang digunakan dalam formulasi suppositoria
3. Evaluasi sediaan suppositoria

I.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan suppositoria


2. Megetahui bahan apa saja yang digunakan untuk formulasi sediaan
suppositoria
3. Mengetahui evaluasi sediaan suppositoria
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang dapat
diberikan melalui rectum, vagina, atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau
melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan
setempat dan sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.

II.2 Macam – Macam Suppsitoria

1. Suppositoria rektal, sering disebut sebagai suppositoria saja, berbentuk peluru,


digunakan lewat rectum atau anus berbentuk peluru, digunakan lewat rectum
atau anus. Menurut FI III bobotnya antara 2-3 g, yaitu untuk dewasa 3 g dan 2
g, sedangkan menurut F IV kurang lebih 2 g
Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keunggulan yaitu, jika
bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, suppositoria
akan ditarik masuk dengan sendirinya.
2. Suppositoria vaginal (ovula), berbentuk bola lonjong seperti kerucut,
digunakan melalui vagina, berat antara 3-5 g, menurut FI III 3-6 g, umumnya
5 g.
3. Suppositoria uretra (bacilla, bougies) digunakan lewat uretra, berbentuk batang
dengan Panjang antara 7-14 cm

II.3 Keuntungan Suppositoria

1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung


2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung
3. Obat dapat masuk langsung ke dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat daripada pengguna obat peroral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
II.4 Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria

1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan local, baik didalam rectum, vagina,


atau uretra. Seperti pada penyakit hemoroid/wasir/ambeien, dan infeksi
laiinya
2. Cara rektal juga digunakn untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh
membran mukosa dalam rektum.
3. Jika penggunaan obat oral tidak memungkinkan. misalnya, pasien yang mudah
muntah atau tidak sadarkan diri
4. Aksi kerja awal akan cepat diperoleh, karena obat diabsorpsi melalui mukosa
rectum dan langsung masukk kedalam sirkulasi darah
5. Agar terhindar dari perusakan obat secara biokimia di dalam hati

II.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Absorbsi Obat Per Rektal

1. Faktor fisiologis
Rectum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas dapar rendah.
Epitel rectum sifatnya berlipoid (berlemak) maka diutamakan permeable
terhadap obat yang tidak terionisasi obat yang mudah larut dalam lemak
2. Faktor fisika-kimia obat dan basis
a. Kelarutan obat, obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat
terabsorpsi daripada obat yang larut dalam air
b. Kadar obat dalam basis, jika kadar obat makin besar, absopsi obat semakin
cepat
c. Ukuran partikel, ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan
larutnya obat ke cairan rectum
d. Basis suppositoria, obat yang larut air dan berada dalam basis lemak akan
segera dilepaskan setelah masuk kedalam rectum, obat segera diabsopsi dan
aksi kerja awal obat akan segera muncul. Jika obat larut dalam air dan
terdapat dalam basis larut air, aksi kerja awal obat akan segera muncul jika
basis tadi cepat larut dalam air
II.6 Metode Pembuatan Suppositoria

1. Dengan tangan
Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk suppositoria yang
menggunakan bahan dasar oleum cacao berskala kecil, dan bahan obat yang
tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini kurang cocok untuk iklim panas
2. Dengan mencetak hasil leburan
Cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan paraffin cair bagi yag memakai
bahan dasar gliserin-gelatin, tetapi untuk oleum cacao dan PEG tidak
dibasahikarena akan mengerut pada proses pendinginan dan mudah dilepas dari
cetakan
3. Dengan kompresi
Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan, dan pelepasan
suppositoriadilakukan dengan mesin secara otomatis, kapasitas bisa sampai
3500-6000 suppositoria/jam

II. 7 Preformulasi

1. Ketoprofen

Pemerian : Serbuk hablur, putih, atau hamper putih. Tidak atau


hamper tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam aseton, dalam
metilenklorida, praktis tidak larut dalam air
Wadah dan : Dalam wadah tertutup baik
penyimpana
Indikasi : Paint management, rheumatoid arthritis, osteoarthritis,
dysmenoorrhea
Dosis : 100 mg
Alasan : Ketoprofen mempunyai efek samping mengiritasi saluran
Penggunaan cerna dan menyebabkan mual dan muntah hebat serta
peningkatan fungsi hati

2. PEG

Pemerian : Umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan


bobot molekul rata-rata. Bobot molekul rata-rata menambah
kelarutan dalam air, tekanan uap, higroskopisitas, dan
mengurangi kelarutan dalam pelarut organik, suhu beku,
berat jenis, suhu nyala dan naiknya
kekentalan. Bentuk cair umumnya jernih dan berkabut,
cairan kental, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna,
agak higroskopik, bau khas lemah. Bobot jenis pada suhu
25º lebih kurang 1,12. Bentuk padat biasanya praktis tidak
berbau dan tidak berasa, putih, licin seperti plastik
mempunyai konsistensi seperti malam, serpihan butiran
atau serbuk, putih gading. Pada tabel di bawah ini
menunjukkan suhu beku rata-rata, sesuai sifat pada
umumnya dari masing-masing mutu.
Kelarutan : Bentuk cair bercampur dengan air, bentuk padat mudah
larut dalam air, larut dalam aseton, dalam etanol 95%, dalam
kloroform, dalam etilen glikol monoetil eter, dalam etil
asetat dan dalam toluen; tidak larut dalam eter dan dalam
heksan.
Wadah dan : Dalam wadah tertutup rapat
penyimpanan
Fungsi : Basis salep, plasticizer, pelarut, basis supositoria, tablet dan
pelumas kapsul.
Tipe yang : PEG 1000, PEG 4000
digunakan
Alasan : Tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan
penggunaan sekresi tubuh, titik lebut lebih rendah dari oleum cacao,
tetap kontak dalam lapisan mukosa karena tidak meleleh
pada suhu tubuh

II. 8 Prosedur Pembuatan Suppositoria

1. Dilakukan penimbangan ketoprofen, PEG 1000, PEG 4000


2. PEG 1000 dan PEG 4000 dilebur didalam cawan diatas waterbath pada suhu
70oC
3. Ketoprofen dimasukkan kedalam basis yang telah melebur, diaduk homogen
dengan batang pengaduk
4. Campuran dituang kedalam cetakan dengan kecepatan yang konstan dengan
bantuan batang pengaduk. Pastikan tidak ada udara yang terjebak dalam
suppositoria
5. Masa suppositoria yang telah berada dalam cetakan didiamkan dulu sekitar 5-
10 menit pada suhu kamar, hingga suhu campuran setara dengan suhu kamar
6. Cetakan yang telah berisi suppositoria kemudian dimasukkan ke dalam lemari
pendingin sekitar 15 hingga masa suppositoria memadat
7. Suppositoria dikeluarkan dari cetakan secara perlahan
II.9 Evaluasi Suppositoria

Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

1. Uji keseragaman bobot


Timbang suppositoria satu persatu dan hitung rata-ratanya. Hitung persen
kelebihan masing-masing suppositoria terhadap bobot rata-ratanya.
Keseragaman/variasi bobot yang didapat tidak boleh lebih dari 5%.
2. Uji terhadap titik lebur, terutama bagi yang menggunakan basis oleum cacao
Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu
ukuran waktu yang diperlukan supositoria untuk meleleh sempurna bila
dicelupkan dalam penangas air dengan temperatur tetap (37 0 C). Sebaliknya
uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran meleleh mikro, adalah kisaran leleh
yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak. Alat yang biasa
digunakan untuk mengukur kisaran leleh sempurna dari supositoria adalah
suatu alat disintegrasi tablet USP. Supositoria dicelupkan seluruhnya dalam
penangas air yang konstan, dan waktu yang diperlukan supositoria untuk
meleleh sempurna atau menyebar dalam air sekitarnya diukur.
3. Uji kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama waktu pengangkutan
Uji ini dirancang sebagai metode untuk mengukur kekerasan atau kerapuhan
suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang
berdinding rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. air pada 37oC
dipompa melalui dinding rangkap ruang tersebut, dan suppositoria diisikan ke
dalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang
dilekatkan. Ujung lain dari batang tersebut terdiri dari lempeng lain dimana
beban digunakan. Uji dihubungkan dengan penempatan 600 g diatas lempeng
datar. Pada interval waktu 1 menit, 200 g bobot ditambahkan, dan bobot dimana
suppositoria rusak adalah titik hancurnya atau gaya yang menentukan
karakteristik kekerasan dan kerapuhan suppositoria tersebut. Titik hancur yang
dikehendaki dari masing-masing bentuk suppositoria yang beraneka ragam
ditetapkan sebagai level yang menahan kekuatan (gaya) hancur yang
disebabkan oleh berbagai tipe penanganan yakni; produksi, pengemasan,
pengiriman, dan pengangkutan dalam penggunaan untuk pasien.
4. Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit sedangkan oleum cacao 3 menit.
Sebuah batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas supositoria sampai
penyempitan dicatat sebagai waktu melunak. Ini dapat dilaksanakan pada
berbagai temperatur dari 35,5 sampai 37 0 C sebagai suatu pemeriksaan
pengawasan mutu, dan dapat juga diukur sebagai kestabilan fisika terhadap
waktu. Suatu penangas air dengan elemen pendingin dan pemanas harus
digunakan untuk menjamin pengaturan panas dengan perbedaan tidak lebih dari
0,1 0 C.
5. Uji homogenitas
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk


yang dapat diberikan melalui rectum, vagina, atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh.
2. Bahan yang digunakan dalam pembuatan suppositoria ini yaitu
a. Ketoprofen
b. PEG 1000
c. PEG 4000
3. Evaluasi suppositoria
a. Uji keseragaman bonot
b. Uji titik lebur
c. Uji kerapuhan
d. Uji waktu hancur
e. Uji homogenitas

III.2 Saran

Pengembangan sediaan farmasi sangat beragam, diharapkan pengembangan


dan jurnal tentang suppositoria terutama suppositoria rematik bisa lebih
banyak sehingga dapat menjadi pelajaran terutama bagi mahasiwa.
DAFTAR PUSTAKA

A. Wicaksana, T. Rachman, 2018, Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Obat


Suppositoria Base Oleum Cacao: Literature Review Article, Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

Anonim, 2020, Farmakope Indonesia Edisi Iv, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia

H. Berry, D. Swinson, J. Jones Et Al., 1979. Indomethacin and Naproxen


Suppositories in The Treatment of Rheumatoid Arthritis, European Journal
of Rheumatology and Inflammation, Europe

H. Syah, A. Jain, G. Laghate Et Al, 2020, Handbook of Pharmaceutical Excipients,


Remington: The Science and Practice of Pharmacy.

N. Afikoh, H. Nurcahyo, S. Susiyanti, 2017, Pengaruh Konsentrasi Peg 400 Dan


Peg 4000 Terhadap Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Suppositoria Ekstrak Sosor
Bebek (Kalanchoe Pinnata [L.] Pers), Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi

S. Devia, A. Aghnia, R. Resha Et Al. 2022, Sistem Penghantar Obat Suppositoria


Dengan Variasi Formula Basis: Review Artikel 1, Universitas Pahlawan
Tuanku Tambusai.

S. Hargoli, J. Farid, S. Azarmi Et Al, 2013, Preparation And In Vitro Evaluation of


Naproxen Suppositories, Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, India

Syamsuni, 2006, Ilmu Resep. EKG. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai