Anda di halaman 1dari 24
KAJIAN ISU NASIONAL Indomie Kotak: Kemiskinan Struktural Oleh: Salman Alfarizi (12221014) Athallah Akmal Petrova (12221018) Ghatsha Arsa Fadhilah (12221075) Ahmad Zacky Dirgantara (12221077) Farel Aryaputra Fadhilah (12221091) Adriel Putra Hermawan (12221100) Muhammad Idlan Hamis (12221108) Urban Gading Satrio Wicaksono (12221120) M. Ravandra Nauvaldo R. (12221130) EXECUTIVE SUMMARY Kemiskinan di Indonesia dibuktikan dengan tidak terpenubii dasar untuk kebidupan yang layak bagi beberapa masyarakatnya. Kemiskinan ini akan selatu terjadi karena sebuah kelompok atau individu tersebut berada di kondisi yang sama. Hal tersebut dinamakan sebagai kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural dapat timbul dengan berbagai sebab, seperti rendahnya pendidikan, kesempatan kerja, modal, dan berbagai penyebab Iainnya. Saat ini, kemiskinan struktural telah menjadi fenomena dan tantangan serius di Indonesia, Di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi yang diakibatkan oleh adanya kesenjangan sosial dan ekonomi yang meluas. Terdapat beberapa fenomena kemiskinan struktural yang terjadi di Indonesia, yaitu seperti angka putus sekolah yang terbilang tinggi, meningkatnya angka pengangguran, permasalahan kesehatan di masyarakat, dan angka kriminalitas yang masih tinggi Fenomena kemiskinan struktural yang terjadi, dapat berimplikasi pada stunting. Saat ini, terdapat fenomena yang sedang ramai beredar yaitu Indomie Kotak dimana terdapat beberapa orang tua yang memberikan bekal anaknya berupa Indomie dan nasi putih di sebuah Kotak makan, Ketika Indomie dan nasi dimakan secara bersamaan, dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti meningkatnya risiko diabetes tipe 2 dan risiko penyakit jantung. Fenomena tersebut dapat menimbulkan sebuah stunting, yaitu gangguan pertumbuhan dan perkembangan karena adanya kekurangan gizi. Stunting dapat ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak tersebut yang berada di bawah standar. Terkait hal tersebut, banyak orang yang mengaitkan bahwa hal ini disebabkan karena adanya fenomena kemiskinan struktural, Selain itu, fenomena Kemiskinan struktural juga dapat berimplikasi_ pada pendidikan, Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan memiliki hubungan linier dengan jumlah biaya yang dikeluarkan, Namun, biaya pendidikan menjadi penghalang untuk orang yang ingin ‘memperoleh pendidikan yang layak dan dapat menyebabkan beberapa kalangan masyarakat tidak mampu melanjutkan jenjang pendidikan. Hal tersebut menyebabkan fenomena ketimpangan al. Untuk mempertahankan hidupnya, orang tersebut bergantung pada kelompok masyarakat dengan status yang lebih tinggi, Faktor tersebut menimbulkan sebuah masalah kemiskinan struktural Industrialisasi dan deindustrialisasi. memberikan sebuah pengaruh pada kemiskinan struktural, Indonesia yang merupakan negara berkembang dengan basis ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian cenderung memiliki potensi adanya industrialisasi, Industrialisasi merupakan sebuah proses dimana perekonomian bertransisi dari yang awalnya berbasis pertanian menjadi berbasis manufaktur. Industrialisasi menjadi strategi negara dalam usaha pembangunan khususnya dari perbaikan Kondisi ekonomi. Selain itu, terdapat deindustrialisasi dimana terjadi penurunan kontribusi sektor manufaktur ataupun pengelolaan terhadap produk domestik bruto (PDB). Industrialisasi dan deindustrialisasi memiliki dampak terhadap kemiskinan struktural dari segi pengerjaan, Sumbangan sektor industri manufaktur terhadap PDB semakin menurun, Perkembangan teknologi menjadi salah satu hal yang menyebabkan deindustrialisasi. Teknologi saat ini dapat dengan mudah membantu pekerjaan manusia schingga dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja Deindustrialisasi berdampak pada banyak hal, terutama penurunan lapangan kerja di sektor manufaktur, Industrialisasi dan deindustrialisasi otonomi daerah memberikan dampak terhadap kemiskinan struktural. Otonomi daerah yaitu dimana pemerintah daerah dapat melakukan pembangunan pembangunan sesuai dengan kebutuhan daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Hak tersebut seringkali disalahgunakan oleh pemerintah daerah. Dampak penyelewengan serta pola ekonomi industrialisme yang tidak berkembang akan membuat kemiskinan struktural, BABI PENDAHULUAN 1.1 Kemiskinan Kemiskinan yang parah sedang terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia Kemiskinan ini terlihat dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kehidupan yang layak bagi ratusan juta orang. Dikhawatirkan, kemiskinan yang menyakitkan ini akan terus diderita oleh banyak orang dan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ungkapan sinis tentang hal itu berbunyi : “penyebab kemiskinan adalah kemiskinan itu sendiri”. Artinya, ratusan juta orang miskin pada generasi ini akan mewariskannya kepada keturunannya Secara etimologis, “kemiskinan” berasal dati kata “miskin” yang attinya tidak berharta benda dan serba kekurangan, Badan Pusat Statistik mendefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau disebut juga batas kemiskinan (poverty threshold). 1.2 Kemiskinan Struktural Dikutip dari jumal Kemiskinan Struktural Informasi (2010) karya Tuti Widiastuti, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dialami oleh kelompok masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut tidak bisa menggunakan sumber pendapatannya, Kata Jainnya, bentuk kemiskinan ini akan selalu terjadi karena kelompok atau individu tersebut terus berada di kondisi yang sama. "Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan petekonomian yang tidak adil, penguasaan factor-faktor buatan manusia seperti kebijakkan perekonomian yang tidak adil, penguasaan faktor-faktor produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan perekonomian_internasional yang lebih ‘menguntungkan Negara tertentu.” (Baswir, 2003, p. 18) Kemiskinan struktural diakibatkan oleh berbagai_sebab. Kurangnya modal, rendahnya pendidikan, kurangnya kesempatan kerja, dan berbagai_penyebab lainnya, dapat mengakibatkan timbulnya kemiskinan. Penyebab kemiskinan itu, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri orang yang bersangkutan, merupakan kondisi yang mendorong orang tersebut menjadi miskin, Dengan demikian, interaksi dari berbagai Kondisi tersebut dapat_membuat kehidupan orang-orang miskin semakin tidak layak. Kemiskinan struktural di Indonesia mulai_mendapat perhatian besar secara nasional di kalangan para sarjana ilmu-ilmu sosial dan juga di kalangan khalayak ramai_setelah seminar HIPIIS (Himpunan Indonk untuk Pengembangan Imu-ilme Sosial) yang diselenggarakan di Malang, November 1979. Dalam Seminar tersebut, sosiolog Selo Soemardjan mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan pengertian kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, arena struktur sosialnya membuat masyarakat itu tidak dapat ikut ~menggunakan sumber-sumber pendapatan yang scbenamya tersedia bagi mercka (Parsudi Suparlan ed., 1995), 1.3 Cuitan Sosial Media Baru-baru ini, sebuah akun Twitter mempertanyakan mengapa masih banyak orang tua yang memberi anak mereka bekal mie dan nasi tanpa tambahan lauk protein hewani. Menurutnya, menu tersebut minim gizi dan kurang baik bagi pertumbuhan, Cuitan ini dituliskan oleh akun @littlevixen__ yang mengundang banyak komentar dari warganet. baik yang pro maupun kontra, "Serius kalo ada ong tua yang ngebekelin anaknya begini Pengetahuan tentang gizi anak & pertumbuhan ngerti kagak, sih’" tulis akun Twitter tersebut, Santapan bekal mie dan nasi tanpa tambahan lauk protein hewani memang bukan merupakan hal baru di Indonesia. Sejak lama, banyak orang tua yang sudah menyiapkan menu tersebut untuk buah hati karena selain praktis dan murah, juga cukup mengenyangkan, ae Gambar 2.1 ndomie Kotak BAB IT FENOMENA DI INDONESIA. 2.1 Kemiskinan Struktural di Indonesia Di Indonesia, fenomena kemiskinan struktural menjadi salah satu masalah sosial yang kompleks dan terus menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat. Kemiskinan struktural merujuk pada kondisi kemiskinan yang terkait erat dengan struktur sosial, ekonomi, dan kebijakan publik yang ada dalam suatu negara. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia masih menghadapi tantangan yang serius dalam mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi yang meluas. Fenomena ini terkait dengan ketidakmerataan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, lapangan kerja yang layak, dan angka kriminalitas yang tinggi. Berikut adalah fenomena kemiskinan struktural yang terjadi di Indonesia, antara lain: 1. Angka putus sekolah yang terbilang tinggi Permasalahan ini sebenamya sudah seringkali terjadi sejak dulu kala, dan hingga saat ini berdasarkan Badan Pusat Statistik angka anak tidak sekolah menurut jenjang Pendidikan masih cukup miris pada jenjang SMA dan sederajat, dan berdasar Jenjang lainnya memang angkanya tidak terlalu besar, namun angkanya cenderung, tidak stabil, tahun 2022 merupakan tahun dimana keseluruhan jenjang Pendidikan ‘mengalami peningkatan dalam segi putus sekolah, entah memang keadaan saat itu yang memang Indonesia sedang diterjang virus COVID-19 atau upaya pemerintah yang menurun soal ini. Selain itu saat ini Indonesia dinilai masih belum merata untuk pendidikannya, masyarakat yang tinggal di kota-kota besar mendapatkan Pendidikan yang cukup baik, namun bagi masyarakat yang tinggal di pelosok, Pendidikan yang diberikan dirasa kurang maksimal. Berikut merupakan data angka putus sekolah berdasarkan jenjang pendidikannya yang dilansir dari Badan Pusat Statistik. Gambar 2.2 Data Anak Tidak Sekolah 2. Meningkatnya angka pengangguran Angka pengangguran meningkat dengan pesat akibat keadaan tenaga kerja yang kurang maksimal. Memang, hingga kini angka pengangguran di Indonesia ‘menurut data sudah merosot, tapi apabila dibandingkan dengan jumlah penduduknya ‘masih banyak masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau bahkan tidak memiliki pekerjaan sama sckali atau nganggur. Jumlah Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakemas) pada Februari 2023 sebanyak 146,62 juta orang, naik 2,61 juta orang dibanding Februari 2022. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,24 persen poin, Penduduk yang bekerja sebanyak 138,63 juta orang, naik sebanyak 3,02 juta orang dari Februari 2022, Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum serta Aktivitas Jasa Lainnya, ‘masing-masing sebesar 0,51 juta orang. Di sisi lain walaupun mengalami kenaikan, namun masih terdapat beberapa hal yang dirasa kurang dan perlu ditingkatkan, karena dengan angka pengangguran yang masih tinggi membuat seringkaliterjadi banyaknya kesenjangan pada masyarakat, memang benar saat ini pemerintah sudah melakukan upaya untuk menanggulangi hal ini, namun penyebarannya yang tidak merata menyebabkan masalah ini masih menjadi sebuah fenomena kemiskinan struktural yang ada di Indonesia. 3. Permasalahan keschatan di masyarakat Masalah keschatan yang berada di Indonesia dinilai masih memprihatinkan, Menurut data Badan Pusat Statistik, angka keschatan di Indon« 70,06%, Dalam indeks kesehatan global terakhir, Indonesia berada di posisi ke 63 dari 167 negara menurut laporan The Legatum Prosperity Index 2023. Indeks ini ia hanya sebesar didasarkan pada keschatan fisik, mental, infrastruktur kesehatan dan perawatan guna pencegahan berbagai wabah atau penyakit. Indonesia rupanya juga berada dalam posisi yang buruk. Dibandingkan Singapura yang berada di posisi 17 misalnya, posisi Indonesia sangatlah jauh, Hal ini terjadi karena masih banyak warga yang kurang sadar dalam melakukan imunisasi, Termasuk kesadaran menjaga lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit. Hingga hari ini, 120 juta warga masih hidup dalam lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Sedangkan dari sisi pengobatan dan infrastruktur keschatan, masih banyak wilayah terpeneil di yang masih sulit untuk ‘mengakses layanan medis. Bahkan wilayah yang sudah memiliki layanan medis Jengkap pun, belum tentu mendapatkan layanan kesehatan karena biaya yang mahal. Meski kini pemerintah sudah menerapkan kartu Indonesia Sehat, termasuk adanya BPJS, namun rupanya hal itu belum cukup mengangkat indeks kesehatan Indonesia di tingkat global. Angka kriminalitas yang masih tinggi Kriminalitas di Indonesia menghadapi tantangan serius dengan angka ejahatan yang tinggi. Kriminalitas tetap menjadi masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Angka pencurian, perampokan, dan penipuan tetap tinggi di berbagai wilayah, terutama di perkotaan yang padat penduduk. Data kriminatitas di DKI Jakarta selama 2022 menyatakan bahwa terdapat 30.608 kasus kejahatan, Diantaranya kasus pencurian sebesar 4.266 kasus, kasus perampokan sebesar 4.633 kasus, dan penipuan sebesar 2.907 kasus. Kriminalitas terjadi akibat adanya rasa ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi yang signifikan. Kesenjangan yang mencolok antara kelompok yang kaya dan miskin dapat menciptakan ketidakpuasan sosial, kecemburuan, dan perasaan ketidakadilan, Hal ini dapat memicu terjadinya konflik antarindividu dan tindak kriminal lainnya. BAB IIT IMPLIKASI PADA STUNTING 3.1 Definisi Stunting Menurat WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak tersebut berada di bawah standar. 3.2 Implikasi Kemiskinan Struktural Terhadap Stunting ‘Terdapat fenomena yang beredar yaitu Indomie kotak dimana terdapat beberapa orang ‘tua yang memberikan bekal anaknya berupa Indomie dan nasi putih di kotak makanan. Indomie dan nasi putih merupakan dua jenis karbohidrat. Ketika kita mengkonsumsi Indomie dan nasi secara bersamaan akan menyebabkan kita mengonsumsi dua karbohidrat sekaligus, Terdapat beberapa dampak negatif jika mengonsumsi karbohidrat secara berlebihan, antara Jain meningkatkan risiko diabetes tipe 2, meningkatkan risiko penyakit jantung, naiknya kadar gula dalam darah, naiknya kolesterol, dan dampak negatif lainnya, Karena hanya ‘mengonsumsi karbohidrat secara berlebih dan tidak menerima asupan gizi lainnya seperti protein dan sayur, akan menyebabkan kurangnya asupan gizi yang diterima oleh anak sehingga dapat meningkatkan risiko anak tersebut mengalami stunting, Dalam Indomie atau mie instan lainnya terdapat kandungan Monosodium Glutamat (MSG) yang merupakan salah satu penyedap rasa sintetis dan penambah rasa gurih yang dibuat dari fermentasi molase. Dampak negatif’ mengkonsumsi MSG berlebihan yaitu. menurunkan fungsi _otak, meningkatkan risiko kanker, hipertensi, adiktif, obesitas, kerusakan hipotalamus dan struktur otak lain, dan diabetes, MSG dapat menyebabkan sescorang kecanduan sehingga tak heran banyak orang yang ketagihan untuk mengkonsumsi mie instan, 3.3 Asupan Gizi yang Baik Bagi Manusia Makanan yang dikonsumsi manusia seharusnya adalah makanan sehat dan memili asupan gizi yang cukup, dimana asupan gizi tersebut terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, dan kalsium, Makanan dengan sumber karbohidrat yaitu nasi, bihun, kentang, roti, jagung, dan ubi, Makanan dengan sumber protein nabati yaitu kacang hijau, kacang merah, tahu, oncom, dan petai segar, sedangkan makanan sumber protein hewani yaitu daging sapi, daging ayam, ikan, telur, dan hati sapi. Makanan dengan sumber lemak yaitu cumi-cumi, bakso, daging kambing, daging sapi, kornet, dan bebek. Asupan vitamin dapat ditemukan pada berbagai buah-buahan, Makanan dengan sumber mineral yaitu ikan salmon, rumput laut, coklat hitam, kale, kerang-kerangan, dan yogurt. Makanan dengan kandungan serat yang tinggi yaitu alpukat, apel, kacang almond, pisang, wortel, dan ubi jalar. Makanan berkalsium tinggi yaitu susu, brokoli, bayam, edamame, kuaci, dan ikan sarden, BABIV IMPLIKASI PADA PENDIDIKAN 4.1 Definisi Pendidikan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan ‘manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan permintaan dalam kehidupan anak-anak, Intinya pendidikan mengarah pada kekuatan yang ada di alam agar peserta didik sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan yang tinggi serta kebahagiaan hidup, 4.2 Sistem Pendidikan di Indonesia Untuk di Indonesia, sistem pendidikan didasarkan pada Sistem Pendidikan Nasional, Berdasarkan Pasal 1 UU SISDIKNAS no, 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah kescluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Komponen-komponen tersebut meliputi, Jingkungan, sarana-prasarana, sumber daya, dan masyarakat. Kembali meryjuk pada UU SISDIKNAS, tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, Berdasarkan tinjauan dari pihak yang mengusahakan, sekolah di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu, sekolah negeri yang diusahakan oleh pemerintah dan sekolah swasta yang diusahakan oleh pihak atau badan swasta. Pada zaman modem ini, pendidikan merupakan suatu hal yang krusial dan merupakan salah satu faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebenamya dimiliki oleh semua orang. Namun, secara realita, kualitas pendidikan memiliki hubungan linier dengan jumlah biaya yang dikeluarkan, Hal tersebut merupakan hal yang wajar mengingat sistem pendidikan yang ditawarkan serta fasilitas yang memadai, Namun, standaris si biaya tersebut dapat menjadi sebuah permasalahan bagi masyarakat menengah dan menengeh kebawah. Biaya pendidikan di Indonesia yang semakin tinggi menjadi penghalang untuk mereka mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan yang layak Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto, Wardoyo, menyebutkan jumlah penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi masih rendah, Penduduk Indonesia yang mencapai jenjang pendidikan tinggi hanya 8,5%, Hal tersebut berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017 dan belum jauh berubah hingga saat ini. Sebagian besar penduduk Indonesia hanya mencapai pendidikan jenjang menengah pertama. Padahal, persaingan pada zaman sekarang lebih ketat. Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, unggul, dan mampu bersaing. 4.3 Implikasi Kemiskinan Terhadap Pendidikan di Indonesia Kasus kemiskinan memberikan andil yang besar sebagai penghambat pemerataan pendidikan berkualitas di Indonesia, Beberapa kalangan masyarakat tidak mampu melanjutkan jenjang pendidikannya karena terkendala biaya, sehingga memilih untuk putus sekolah dan menyambung kebutuhan ekonomi keluarganya. Hal tersebut menyebabkan fenomena ketimpangan sosial yang menyebabkan adanya ketergantungan kuat dari kelompok masyarakat miskin tethadap kelompok masyarakat dengan kelas di atasnya (secara ekonomi maupun sosial). Ketergantungan didasarkan oleh ketidakmampuan masyarakat miskin dalam menguasai sarana dan fasilitas yang tersedia secara merata, Pada akhirnya mereka bergantung pada kelompok masyarakat dengan status yang lebih tinggi agar dapat mempertahankan hidupnya, Faktor-faktor tersebutlah yang menimbulkan masalah kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural menjadikan masyarakat tidak memiliki kecakapan yang mumpuni untuk bisa bersaing. Mereka cenderung kurang mendapatkan pendidikan sehingga menjadi tidak terpetajar. Akses pendidikan yang kurang membuat perkembangan otak dan kemampuan mereka menjadi tidak optimal. Kasus tersebut merupakan hal yang kompleks schingga sulit diatasi. Sebenamya pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk pemerataan pendidikan di Indonesia seperti pemberian Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Namun, alokas dana bantuan tersebut banyak dimanfaatkan oleh berbagai pihak tidak bertangeung jawab untuk kepentingan pribadi Kebijakan terkait sekolah gratis juga masih dipertanyakan penerapannya dikarenakan masih ada pungutan-pungutan biaya yang tidak jelas alokasinya, Hal tersebut membuat masyaraka khususnya yang berada di kalangan tidak mampu, tidak mempercayai sistem pendidikan di Indonesia dan Kembali menyebabkan kemiskinan struktural tersebut. Pemerintah perlu berbenah terkait permasalahan ini, Program pendidikan perlu dialokasikan secara tepat dan efektif. Kepercayaan masyarakat juga perlu dikembalikan melalui edukasi dan penyuluhan dengan mekanisme tertentu. BABV. KORELASI PADA INDUSTRIALISME DAN DEINDUSTRIALISME, 5.1 Industrialisasi dan Deindustrialisasi Industrialisasi secara garis besar merupakan sebuah proses dimana perekonomian bertransisi dari yang awalnya berbasis pertanian menjadi berbasis manufaktur. Investasi yang ada di fasilita silitas produksi semakin tinggi pesat. Hal ini kermudian dapat menunjuk ke produksi barang serta jasa pada skala yang lebih besar. Energi kerja yang ada pun ditransfer dari pertanian ke pabrik-pabrik dimana peralatan modal terkonsentrasi. Hal ini akhimya membuat orang berpindah asal pedesaan ke perkotaan, dimana kegiatan manufaktur berlokasi, Produktivitas serta output yang ada pun semakin meningkat pesat guna mengimbangi peningkatan permintaan barang. Sementara itu, deindustrialisasi, seperti namanya, merupakan proses kebalikan dari industrialisasi. Deindustrialisasi: merupakan penurunan kontribusi sektor manufaktur ataupun industri pengolahan terhadap produk dom stik bruto (PDB). Penurunan yang ada pun terjadi dari aspek output produksi dan tenaga kerja sehingga sektor kegiatan manufaktur mengalami penurunan nilai tambah. Akhirakhir ini fenomena deindustrialisasi semakin terasa nyata di Indonesia, Menurat ’konom Senior, Faisal Basti, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tumbuh, namun hanya jalan di tempat dimana rata-ratanya hanya 5%, sementara target yang ada adalah 7% di periode pertama dan 6% di periode kedua. Namun nyatanya, hingga triwulan pertama, pertumbuhan ekonomi yang ada adalah sebesar 5,03%. Lalu menurutnya, angka Pengangguran memang turun, namun penciptaan lapangan kerja yang ada makin tidak bermutu karena lapangan kerja yang meningkat yaitu sektor pekerja informal per Februari Jalu datanya sudah 60% lebih, Mengapa meningkatnya sektor pekerja informal menyebabkan hal berikut? Menurut Faisal, pekerja informal biasanya tidak mendapat gaji yang teratur maupun lembur, serta mereka cenderung memiliki kualitas rendah. Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian, Tak hanya itu, Indonesia juga menyandang status negara maritim dengan kekayaan laut yang melimpah, Negara-negara berkembang yang memiliki basis ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian cenderung memiliki potensi dan kebutuhan untuk melakukan industrialisasi. Namun, perlu diingat bahwa setiap negara memiliki konteks dan situasi yang unik, sehingga tidak semua negara berkembang dengan basis agrikultur akan mengalami industrialisasi dengan pola yang sama. Indonesia, dalam hal ini, melakukan industrialisasi 5.2 Sejarah Industrialisasi dan Deindustrialisasi Selama ini, di negara-negara berkembang seperti Indonesia, industrialisasi merupakan ‘primadona’ dalam usaha pembangunan negaranya khususnya dari strategi perbaikan kondisi perekonomian. Industrialisasi dianggap sebagai strategi sckaligus obat bagi banyak negara. Scbagai strategi, industrialisasi dianggap sebagai proses ‘linier’ yang harus dilalui dengan sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan dalam transformasi struktur ekonomi di banyak negara. Sementara itu, sebagai obat, industrialisasi dipandang ampuh dalam mengatasi masalah keterbelakangan, kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran. Dimana menurut pandangan ini, diasumsikan bahwa industri yang dikembangkan merupakan industri berbasis padat karya, mengutamakan kompetensi inti daerah (local resources), menimbulkan dampak pengganda (output, pendapatan, tenaga kerja, dan teknologi) yang tinggi, dan membawa regional spillover bagi daerah sekitamya (Kuncoro, 2007), Akar intelektual kebijakan industrialisasi yang dikendalikan negara sesungguhnya dimulai pada abad ke-19. Antusiasme tethadap industrialisasi selanjutnya melanda Jepang dan dunia Barat, yang mendorong ahli sejarah ekonomi mengatakan bahwa apa yang semula tak lebih dari tujuan kebijakan telah berubah menjadi “Ideologi Independensi Ekonomi” yang ‘menghendaki ‘Peningkatan posisi negara serta titik berat pada industrialisasi sebagai wahana bagi integrasi nasional’ (Claire, 1980; dalam Yustika, 2007:74). Industrialisasi menjadi unsur utama dalam ‘Ideologi Pembangunan Nasional’ yang tersebar Iuas di negara-negara sedang berkembang (Seets, 1983; dalam Yustika, 2007: 74). Industrialisasi merupakan tahap penting dalam usaha negara-negara berkembang meningkatkan kemakmurannya, termasuk juge mengatasi masalah-masalah pengangguran serta meningkatkan produktivitas kerja sebagai salah satu penyebab rendahnya pendapatan. Pada umumnya negara-negara berusaha mengembangkan industri yang dapat menghasilkan dalam waktu relatif pendek serta dapat ‘menghemat devisa. Karena itu, pilihannya kerap Kali jatuh pada usaha lebih dabulu mengembangkan industri substitusi impor. Hal ini dirasakan oleh hampir semua negara berkembang. Oleh karena itu, perkembangan tahap awal relatif cepat, kemudian makin Jambat tatkala periode mudah dan dilindungi harus dilepaskan, Ternyata hanya sedikit negara berkembang yang dapat termasuk negara industri baru. Sesuai dengan misinya, maka sektor industri mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam kaitan dengan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan lapangan kerja, schingga dengan demikian mendapat pethatian yang besar dari pemerintah, Hal ini disebabkan bukan hanya karena perkembangannya yang pesat yang tercermin dari persebarannya, akan tetapi juga dalam kemampuannya memenuhi kebutuban dalam negeri, peranannya yang cukup besar dalam total ekspor non migas, menciptakan lapangan kerja baru serta kontribusinya menyerap tenaga kerja dalam jumlsh yang besar. Indonesia, sebagai mata rantai negara berkembang juga tidak luput terkena demam cana mulai industrialisasi tersebut. Semenjak pembangunan ekonomi dimulai secara te tahun 1969, Indonesia mutai menggunakan pendekatan strategi Industrialisasi (Ahmad Brani Yustika, 2007). Cita Cita industrialisasi nasional adalah menciptakan kemakmuran bagi scluruh rakyat, dalam pengertian; kebutuhan barang dan jasa tercukupi, masyarakat punya daya beli, Karena penghasilan yang layak disertai produktivitas tinggi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang maju secara adil dan merata, Berdiri sejajar dengan itu, industrialisasi juga bermakna membangun ketahanan ekonomi nasional, sehingga kedaulatan sebagai negara-bangsa nyata_ tewujud (Dominggus Oktavianus, 2007), Gagasan industrialisasi nasional sebagai jawaban altematif patut mendapat sambutan, Jawaban ini, . menyertakan perubahan pada dimensi sosial lain seperti pada bidang politik, sosi budaya, birokrasi, pertahanan-keamanan, lingkungan hidup, dll. Deindustrialisasi adalah proses kebalikan dari industrialisasi yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB. Dalam Konteks ini, penurunan juga terjadi dari aspek output produksi dan tenaga kerja schingga sektor kegiatan manufaktur mengalami penurunan nilai tambah. Gejala i juga kerap disebut deindustrialisasi negatif di tengah belum matangnya pertumbuhan ekonomi suaty negara seperti Indonesia, Sejalan dengan itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan industri pengolahan pada kuartal 1/2014 hanya 5,56% dibandingkan dengan kuartal 1/2013 yang tumbuh hingga 6,86%, Reatisasi kuartal 1/2014 itu pun juga menyusut tethadap kuartal IV/2013 (q-to-q) yang masih 5,56%. Dengan kenyataan itu, Kemenperin 1%, akhimya mengorek target pertumbuhan industri nonmigas 2014 menjadi hanya 5,5% Padahal sebelumnya, pertumbuhan ditargetkan bisa mencapai 6,4%-6,8% karena realisasi pada tahun ini harus lebih tinggi daripada 2013 sebesar 6,1%. 5.3 Dampak Industrialisasi dan Deindustrialisasi Terhadap Kemiskinan Struktural dari Segi Pengerjaan Sumbangan sektor industri manufaktur terhadap PDB semakin menurun, Menurut data dari Badan Pusat Statistik, tercatat hingga akhir 2022, sumbangan sektor industri tersebut hanya sebesar 18,34% yang relatif’ menurun jika dibandingkan pada kuartal I di tahun 2014, yang memiliki sumbangan sebesar 21,269 ow 5 K Gambse 5.1 KontsibusiSektor Manufaktur ke PDB 2014-2022, Sumber : Badan Puss Statistic Selain itu, pada masa pemerintahan Jokowi, utang pemerintah juga meningkat, jika dilihat dari rasio utang terhadap PDB yang meningkat dari 2014 sebesar 24,68% menjadi 39,48% di akhir 2022. Gambar 5.2 Rasio Utang Terhadap PDB tahun 2004 2022, Sumber: CNBC Hal-hal yang menyebabkan deindustrialisasi diatas tidak terjadi tanpa sebab. Perkembangan teknologi yang ada menjadi salah satu alasan fenomena deindustrialisasi terjadi. Teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AT) menjadi sebuah teknologi yang dapat dengan mudah membantu setiap pekerjaan manusia yang ada tanpa istirahat dan biaya yang lebih murah, sehingga bisa mengurangi kebutuhan tenaga kerja dalam sektor manufaktur. Selain itu, pandemi Covid-19 lalu juga mempercepat fenomena deindustrialisasi yang ada karena adopsi intemet dan teknologi yang menjadi lebih masif, terutama kebiasaan work from home (WFH) yang mulai sulit dipisabkan dari kehidupan manusia sekarang ini, Deindustrialisasi berdampak pada banyak hal, terutama penurunan Japangan kerja di sektor manufaktur. 5.5 Dampak Industrialisasi dan Deindustrialisasi Terhadap Kemiskinan Struktural dari Segi Gaji dan Pemerataan Indonesia bergantung pada pertanian. Ketika pertanian telah berkembang, maka agrikultur Indonesia akan segera di industrialisasi, Hingga saat ini, ada banyak pabrik Pertanian telah dibangun, pabrik beras, pabrik alat berat agrikulturisme, dan sebagainya karena ketika Indonesia, butuh beras, Indonesia butuh padi. Pengemasan hal-hal sesederhana ini memerlukan industri tekstil untuk goni dan plastik. Dimulai dari suatu komoditas, akan melebar kemana-mana, Industriatisme menjadi fase yang sangat penting di Indonesia, Industrialisme merupakan jejak negara maju yang berusaha diikuti oleh Indonesia. Bagaimanapun juga, Jerman menjadi Jerman karena proses industrialisme, Deindustrialisme, secara sederhana, adalah proses dimana indsutri yang menjadi pokok pencaharian, menjadi industri berpola Jjasa. merujuk pada penurunan proporsi sektor industri dalam struktur ekonomi suatu negara. Hal ini bisa terjadi baik dalam negara maju maupun negara berkembang. Negara maju sering mengalami pergeseran ekonomi dari sektor manufaktur ke sektor Jasa yang lebih maju dan berbasis pengetahuan. Ini bisa terjadi karena kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan pola konsumsi, Negara maju dapat melihat pertumbuhan sektor Jjasa yang pesat seperti keuangan, teknologi informasi, konsultansi, pariwisata, dan lainnya sementara sektor manufaktur mengalami stagnasi atau penurunan relatif. Vladimir Shatrevich Valentina Strautmane (2015) menyimpulkan bahwa perkembangan _industrialisasi konvensional tidak lagi dominan dalam ekonomi modem. Untuk keperluan pendekatan industriaisasi_ modem, informasi dan perspektif berbasis pengetahuan berguna dalam memahami perubahan struktural yang terkait dengan transisi industrialisasi ke industrialisme. Hubungan baru dengan pelanggan, integrasi informasi dan perspektif berbasis pengetahuan dan teori pengembangan organisasi dalam lingkungan yang dinamis dengan konteks industrialisasi adalah isu-isu ilmu manajemen yang relevan dan bermasalah. Solusinya dari mereka bisa memperlua bidang penelitian manajemen dan bisa mengisi kesenjangan diskusi ilmiah di tema, Industri tidak lagi sumber pendapatan terbesar negara, tapi jasa, sesuatu yang sifatnya intangible atau non-fisik, Semakin besar skala industrialisme, pendapatan akan naik. Dengan pemerataan, maka gaji minimum akan naik, Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 88 ayat 4, “Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.” Ketika gaji minimum akan naik, biaya awal akan besar. Fenomena ini tidak akan bertahan secara negara di tahapan global. Maka dari itu, industriatisme kian dieskalasi hingga pada akhimya, sebuah negara sudah tidak cocok lagi untuk bersaing di industri global Kondisi Indonesia saat ini adalah provinsi DKI Jakarta menjadi daerah yang service-based economy (Haryo Winarso, Delik Hudalah, Tommy Firman, 2015). Hal ini terlihat dari pendirian Gojek dan service company lainnya, Hal ini akan menghasilkan kesenjangan di dunia, Sementara itu, sektor keinsinyuran akan semakin tersaturasi Masyarakat dengan lulusan jurusan teknik mulai banyak (dibandingkan data 2013 yaitu 2,6 juta sarjana teknik). Maka dati itu, gaji entry level di Jakarta akan kalah dengan gaji di daerah Jain yang kerja di industri, seperti Karawang, 5.5.1 Peri-Urbanisasi Seiring meluasnya wilayah metropolitan, peri-urbanisasi_muncul sebagai perkembangan penting, Awalnya, ini cenderung mengurangi beban inti kota dan mencapai pembangunan yang merata antara inti pusat dan pedalaman, Saat berkembang, daerah pinggiran kota — seperti yang dinyatakan oleh Phillips dk. (1995) dalam McGregor et al. (2006) ~ merupakan wilayah yang dipengaruhi oleh perkotaan karakteristik dan memiliki akses mudah ke pasar, layanan dan masukan lainnya, menyediakan tenaga kerja tetapi memiliki relatif kekurangan tanah dan berada di bawah risiko invasi perkotaan dan polusi Dengan demikian muncul sebagai ancaman bagi pemerintah daerah, menantangnya untuk melindungi wilayah tersebut Kawasan Metropolitan Jakarta (Jakarta Metropolitan Area [JMA]) yang berkembang pesat, yang membawa perkembangan besar-besaran kota-kota baru di sckitar daerah pinggiran kota, Perkembangan ini menandakan perkembangan yang terbebani wilayah ‘metropolitan yang memberlakukan ekspansi metropolitan di sekitar wilayah pinggiran kota, menciptakan kawasan pinggiran kota baru. Berdekatan dengan JMA, Kabupaten Karawang ‘merupakan salah satu dari beberapa daerah di daerah pinggiran kota metropolis. Memiliki semua karakteristik potensial untuk menjadi yang berikutya kawasan peri-urban yang menjanjikan, Kabupaten Karawang menjadi fokus ekspansi IMA. 5.6 Dampak Industrialisasi dan Deindustrialisasi Otonomi Daerah Terhadap Kemiskinan Struktural Dalam UU No. 23 tahun 2014 pasal I ayat 6, pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah yang memiliki kemandirian keuangan yang baik diharapkan memiliki pertumbuhan ekonomi yang juga tinggi dan bersifat inklusif, artinya dampak pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh semua elemen masyarakat. Oleh Karena itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik dan Kemiskinan akan berkurang secara signifikan (Asmara & Cahaya, 2014), Kemandirian keuangan daerah mengindikasikan bahwa daerah memiliki kemampuan dalam membiayai sendirikegiatan pemerintahannya, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah dapat dilihat dari sisi besar kecilnya penerimaan daerah, yaitu dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dibandingkan dengan pendapatan yang berasal dari sumber lainnya seperti transfer dari pemerintah pusat ke daerah maupun pinjaman daerah lainnya (Putra & Hidayat, 2016). Pemerintah Indonesia telah merubzh sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi_ melalui pelaksanaan otonomi daerah. Melalui otonomi dacrah dan desentralisasi fiskal, pemerintah pusat memberikan kewenangan dan kebebasan bagi dacrah yang disertai dengan sumber daya pada pemerintah daerah untuk melakukan peran alokasi secara manditi, transparan, akuntabel dalam menetapkan prioritas pembangunan di daerahnya (Aulia, 2014). Dengan demikian, pemerintah daerah dapat melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dacrahnya, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Beberapa tahun terakhir kasus korupsi yang dihadapi terkait perizinan yang dilakukan oleh pejabat daerah jumlahnya makin hari makin banyak. Di Tahun 2014, Bupati Bogor ‘Rachmat Yasin pada 7 Mei 2014 melakukan praktik korupsi yaitu jual beli izin alih fungsi hutan untuk perumahan elit yang dikelola PT Bukit Jonggol Asti sebesar Rp 5 miliar. Pada tahun 2015, Bupati Lombok Barat Zaini Arony dihukum 7 tahun penjara karena memeras pengusaha yang akan mengurus investasi izin wisata di kabupaten Lombok. Selanjutnya kasus korupsi yang menyangkut Bupati Buol, Amran Batalipu yang juga terseret korupsi di kasus perizinan tanah untuk usaha sawit. Kasus ini menyeret salah satu konglomerat di Indonesia, Hartati Murdaya, dimana perusahaan yang melakukan penyuapan tersebut. Suap dilakukan agar keluar izin perkebunan di Kecamatan Bukal Kab, Buol Sulawesi Tengah, Salah satu masalah yang dihadapi terkait Korupsi adalah birokrasi_pemerintahan. Secara tidak langsung pemerintah diberi kewenangan yang sangat besar sesuai dengan fungsinya yang diwujudkan dalam bentuk hak dan kewajiban. Sistem ini mendasarkan pada aspek hukum guna memberikan arah tuntutan berbagai kehidupan yang berakar pada keyakinan bangsa Indonesia. Secara tidak langsung birokrasi pemerintahan yang dalam hal ini adalah ASN (Aparatur Sipil Negara) berkedudukan sebagai aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyclenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dan secara garis besar objek hukum administrasi negara adalah kekuasaan pemerintah yang dalam kekuasaan tersebut dilaksanakan oleh ASN. Dampak penyelewengan ini, serta pola ekonomi industrialisme yang tidak berkembang, tapi alih-alih terfokus pada aspek lain, akan memperkuat kemiskinan struktural Proses desentralisasi yang seharusnya tetap terfokus pada tujuan nasional justru dialihkan untuk tujuan pribadi ataupun hal-hal yang sifatnya non-solutif pada kemiskinan. Secara sistemik dan legal, mungkin ada fokus ke tujuan nasional. Sekarang tergantung pada siapa presiden yang menjabat, disitu akan ada pengerucutan fokus dan tujuan nasional. Jika tidak, maka estafet ekonomi desentralisasi akan stagnan, BAB VI PENUTUP Kemiskinan struktural yang dibahas menjadi salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh Indonesia sendiri, hal tersebut tak lepas dari masalah sosial yang kompleks dan terkait erat dengan struktur sosial, ekonomi, dan kebijakan publik yang ada dalam suatu negara, Meskipun Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun masih menghadapi tantangan serius dalam mengatasi kelemahan sosial dan ekonomi yang melas. Fenomena ini terkait dengan ketidakmerataan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, lapangan kerja yang layak, dan angka kriminalitas yang tinggi. Oleh karena itu, untuk keluar dari kemiskinan struktural diperlukan upaya bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan dan pelayanan Kesehatan serta menciptakan Japangan kerja yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, perlu juga dilakukan reformasi kebijakan publik guna mengurangi ketegangan sosial dan ekonomi di Indonesia. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa faktor lain yang juga berkontribusi pada kesulitan Indonesia untuk Keluar dari kemiskinan struktural. Beberapa di antaranya adalah kurangnya infrastruktur yang memadai, rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Semua faktor ini saling terkait dan membutuhkan upaya bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah kemiskinan struktural di Indonesia. Kemiskinan struktural memiliki dampak yang sangat merugikan terhadap kesejahteraan manusia, Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kemiskinan struktural tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi seseorang, tetapi juga mempengaruhi kondisi sosial dan psikologisnya, Beberapa dampak kemiskinan struktural terhadap kesejahteraan manusia antara lain: 1. Kondisi Kesehatan yang buruk: Orang yang hidup dalam kemiskinan struktural cenderung memiliki akses yang terbatas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi yang memadai, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit dan kondisi Kesehatan yang buruk, 2. Pendidikan rendah: Kemiskinan struktural seringkali menghambat akses seseorang terhadap pendidikan yang berkualitas, sehingga menyebabkan rendahnya tingkat literasi dan kesempatan kerja. Keterbatasan akses ke infrastruktur dasar: Orang-orang miskin seringkali tidak ‘memiliki akses ke infrastruktur dasar seperti air bersih, sanitasi, dan listrik 4, Kondisi psikologis yang buruk: Kemiskinan struktural dapat menyebabkan stres kronis, depresi, dan kecemasan pada orang-orang yang mengalaminya. Rentannya menjadi korban kekerasan: Orang-orang miskin seringkali menjadi korban kekerasan fisik atau seksual karena kurangnya perlindungan hukum dan sosial. Oleh karena itu, upaya mengatasi kemiskinan struktural sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera Empati sangat diperlukan dalam menghadapi masalah kemiskinan struktural karena dapat membantu kita memahami dan merasakan pengalaman orang-orang yang hidup dalam kondisi tersebut, Dengan memiliki empati, kita dapat lebih peka terhadap kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh orang-orang miskin, serta memahami bagaimana kondisi sosial dan ekonomi yang tidak adil dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Dalam konteks misi struktural, empati juga dapat membantu kita untuk mengambil tindakan yang lebih efektif dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan memahami pengalaman orang-orang miskin, kita dapat merancang program-program bantuan yang lebih efektif dan berkelanjutan, serta ‘memperjuangkan kebijakan-kebijakan publik yang lebih adil dan inktusif. Empati juga dapat membantu kita untuk mengurangi stigma dan kekhawatiran tethadap orang-orang miskin. Dengan memahami bahwa kemiskinan struktural bukanlah akibat dari ketidakmampuan atau kesalahan individu, melainkan akibat dari faktor-faktor sosial dan ekonomi yang kompleks, kita dapat mengurangi sikap negatif terhadap orang-orang miskin dan memberikan dukungan yang lebih besar bagi mereka, Dalam rangka menanggapi masalah kemiskinan struktural dengan efektif, maka penting bagi kita untuk memiliki empati sebagai dasar dari tindakan-tindakan positif dan berkelanjutan, DAFTAR PUSTAKA. Afrilianinta, *hesha & Aritonang, Jeremi & Nainggolan, "miranda, (2023). Masalah Biaya Pendidikan Di Indonesia Dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan (The Problem of Education Costs in Indonesia in the Perspective of Educational Sociology). Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis. 1-10. Amelia, Chaerunnisa, (2019). PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Vol 3, hal 775-779. hitp:Hdigilib.unimed.ac.id/39418/1/22.-Chairunisa.paf Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, (2022). Indonesia Negara Agraris dan Maritim, tapi Banyak Petani dan Nelayan Belum Sejahtera. https://setkab. go.id/indonesia-negara-agraris-dan-maritim-tapi-banyak-petani-dan-ne layan-belum-sejahtera/ Novianty, E. (2015). Balancing Local Government Capacity for a Sustainable Peri-Urban Development: The Case of Karawang Regency. Jumal Perencanaan Wilayah dan Kota. doi: 10.5614/jpwk.2015.26.2.1 Purwo et al. (2014). Deindustrialisasi Kembali Intai Indonesia, https://www.kemenperin.go.id/artikel/9202/Deindustrialisasi-Kembali-Intai-Indonesia Shatrevich, V. & Strautmane, V. (2015). INDUSTRIALISATION FACTORS IN POST-INDUSTRIAL SOCIETY. The Intemational Journal ENTREPRENEURSHIP AND SUSTAINABILITY ISSUES. ISSN 2345-0282 (online). htp:/fjssidoi.org/jesi/aims-and-scope-of-research/ 2015 Volume 3 Number 2 (December) Winarso W., Hudaidah D. & Firman T, (2015), Peri-urban transformation in the Jakarta ‘metropolitan area, Habitat International Volume 49, October 2015, Pages 221-229. bttps://doi,org/10.1016/),habitatint 2015,05,024 https:l/www.prosperity.com/rankings Statistik Kriminalitas DKI Jakarta 2022, Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Statistik Kriminal 2022. Badan Pusat Statistik

Anda mungkin juga menyukai