Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah organisasi yang padat karya / profesi, padat modal dan padat
teknologi serta informasi. Dalam perkembangan era globalisasi rumah sakit dituntut untuk
dapat meningkatkan kinerja dan daya saing dengan tidak mengurangi misi sosial. Rumah
sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat, dalam
pengelolaannya terdapat banyak data dan informasi yang mengalir selama proses
pelayanannya. Informasi-informasi tersebut harus diolah harus diolah dengan baik untuk
merumuskan kebijakan-kebijakan strategis oleh manajemen agar organisasi dapat
mewujudkan visi dan misi.
Pengolahan data dan informasi rumah sakit harus dilakukan secara responsif,
inovatif, efektif, efisien agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Sistem informasi juga diperlukan untuk menghasilkan value added bagi
pelanggan terutama dalam kemudahan mendapatkan informasi layanan yang disediakan.
Dukungan informasi yang memadai dapat mengurangi ketidakpastian dan risiko
pengambilan keputusan yang salah arah. Untuk memastikan bahwa data dapat diolah
dengan baik sehingga menghasilkan informasi yang berguna, tepat dan akurat serta dapat
diakses oleh semua pihak yang terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan yang baik,
dibutuhkan bantuan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dikenal
dengan sistem informasi rumah sakit (SIM-RS).
Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem informasi yang digunakan untuk
mendukung operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi
(Kadir, 2003). Sistem informasi yang baik dapat meningkatkan kinerja rumah sakit. Dalam
pelaksanaan kegiatannya SIM-RS ini dikuatkan dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dimana dikatakan bahwa rumah sakit harus memberikan
kemudahan dalam operasional serta harus dapat mengatasi kendala pelayanan pasien yang
ada di rumah sakit.
Informasi merupakan aktivita (asset) penting suatu rumah sakit dalam meningkatkan
efesiensi dan efektifitas pekerjaan. Oleh karena itu SIM-RS bertujuan untuk
mengintegrasikan sistem informasi dari berbagai subsistem dan mengolah informasi yang
diperlukan sebagai pengambilan keputusan. Selain itu SIM-RS merupakan sistem
komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan
kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk
mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Pentingnya pemanfaat SIM-RS membuat diperlukannya pembelajaran lebih lanjut
tentang pelaksanaan dan pemanfaatan SIM-RS di setiap lini pelayanan. Seorang sarjana
adminsitrasi rumah sakit diharapkan mampu mengenal dan memanfaatkan dengan baik
SIM-RS. Oleh karena itu, diperlukan praktikum SIM- RS dalam mata kuliah Sistem Informasi

1
Manajemen Rumah Sakit yang bertujuan agar mahasiswa mampu lebih memahami dan
mengenal SIM-RS di tempat kerja.

B. Tujuan Pedoman
Tersusunnya pedoman penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen di Rumah
Sakit sebagai acuan seluruh kebijakan, prosedur dan program kerja yang terkait dengan
kegiatan SIM-RS di Rumah Sakit Ibu dan Anak Masyita Makassar.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Seluruh Unit Pelayana Rumah Sakit Ibu dan Anak Masyita, yaitu :
1. Unit UGD
2. Unit Rekam Medis
3. Unit Pendaftaran
4. Unit Poliklinik
5. Unit Farmasi
6. Unit Laboratorium
7. Unit Keperawatan (Nifas, Anak, NICU, PICU, ICU dan KB)
8. Unit Kasir
9. Unit Keuangan

D. Batasan Operasional
1. Sistem
Sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang
terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu.
2. Informasi
Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi untuk
digunakan dalam proses pengambilan keputusan
3. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang
bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat
menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan
4. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen (SIM) adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian
internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokuen, teknologi dan prosedur
oleh akuntasi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk,
layanan, atau suatu strategi bisnis
5. Website
Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang terangkum dalam sebuah
domain atau subdomain, yang tepatnya berada didalam World Wide Web (WWW) di
dalam internet.

2
6. Jaringan
Jaringan adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang didesain untuk
dapat dibagi sumber daya (Printer, CPU), berkomunikasi dan dapat mengakses
informasi.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Rumah Sakit Bab I
Pasal 1 ayat 4 berisi tentang Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau
didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode
Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Rumah Sakit Bab I
Pasal 1 ayat 5 berisi tentang Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Rumah Sakit Bab I
Pasal 1 ayat 6 berisi tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan
Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau
masyarakat.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Bab XI
Pasal 52 ayat 1 berisi tentang Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAN

A. KUALIKASI SDM
1. Pendidikan
2. Mampu mengoperasi SIM-RS baik front end maupun back end
3. Diutamakn menguasai jaringan komputer
4. Menguasai database My SQL-SQL Sercer
5. Familiar / terbiasa dengan bahasa pemrograman HTML/PHP/Visual Basic

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan mengenai jumlah staf di unit SIM-RS menujukkan bahwa
jumlah staf yang ada di unit SIM-RS sudah cukup dalam menunjang proses pengelolaan
SIM-RS dan tugas-tugas yang dilakukan oleh petugas SIMRS. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah staf SIM-RS yang saat ini berjumlah 3 orang dengan jadwal kerja shift yang telah
ditetapkan.

C. JADWAL KERJA/SHIFT
Shift pagi : 07.30 – 14.30
Shift siang : 14.30 – 20.30
Jadwal normal : Senin – Jum’at 07.30 – 16.00

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
A. Ruangan operator
Ruangan operator adalah ruang khusus bagi pegawai SIM RS untuk
memonitoring berjalannya aplikasi My Hospital di seluruh area Rumah Sakit yang
menggunakannya. Melalui ruangan ini, pegawai SIM RS selain memonitoring, juga
melakukan maintenance, perbaikan data, dan seluruh tugas pokok dan fungsi yang telah
diuraikan sebelumnya. Karena di ruangan ini terdapat data-data penting dan rahasia bagi
Rumah Sakit, maka letaknya seharusnya tidak berdekatan dengan area publik yang bias
diakses dengan mudah oleh siapa saja, bahkan bagi yang tidak berkepentingan.
Biasanya ruangan SIM RS berdekatan dengan ruang direksi ataupun tempat-tempat yang
tidak terlalu strategis lainnya. Lebih detil tentang standard ruangan untuk SIM RS, karena
ruangan ini harus terus berada dalam pengawasan selama 24 jam, itu berarti seharusnya
pegawai SIM RS bertugas 24 jam penuh dalam sistem shift. Dengan keadaan seperti ini,
ruangan SIM RS harus memiliki kenyamanan dan fasilitas yang memadai.
B. Server
Ruang server tentu saja menyimpan komputer server yang menyimpan seluruh
data milik rumah sakit. Ruangan ini sebaiknya berdekatan dengan ruang SIM RS agar
lebih mudah dimonitoring dan dijangkau bila terjadi masalah. Selain itu, di dalam ruangan
server perangkat elektronik yang ada harus tetap menyala 24 jam. Karena itu untuk
mencegah kerusakan perangkat akibat suhu yang panas, ruangan harus tertutup dan
dingin.

B. Standar Fasilitas
Standar sarana dan prasarana SIM RS adalah memiliki komponen-komponen berikut ini:
1. Komponen input dan output
Komponen input adalah media untuk menangkap data yang akan dimasukkan ke
dalam sistem, seperti seperangkat komputer, printer, dan scanner.
2. Komponen teknologi
Teknologi merupakan aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi. Teknologi
digunakan untuk menerima input, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan
mengirimkan output, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
3. Komponen basis data
Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan
berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di peranagkat keras komputer dan
menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam
basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data
perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas.
Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas

5
penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak
paket yang disebut DBMS (Database Management System).
4. Komponen kontrol
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api,
temperatur, air, debu, kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, ketidak-
efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan
diterapkan untuk meyakinkan bahwa halhal yang dapat merusak sistem dapat dicegah
ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Sistem Informasi di Rumah Sakit


Pembangunan sistem informasi rumah sakit berbasis komputer akan membentuk
rumah sakit digital yang dapat dipahami dengan merujuk pada definisi perusahaan digital
dimana hampir semua proses bisnis dan hubungan dengan pelanggan, pemasok, mitra
kerja dan pihak internal perusahaan, serta pengelolaan aset-aset perusahaan yang meliputi
properti intelektual, kompetensi utama, keuangan dan sumber daya manusia (SDM)
dilakukan secara digital (Laudon, 2004).
Pembentukan sistem informasi tersebut tentu saja bukan sekedar
mengotomatisasikan prosedur lama, tetapi menata dan memperbarui bahkan menciptakan
aliran data yang baru yang lebih efisien, menetapkan prosedur pengolahan data yang baru
secara tepat, sistematis dan sederhana, menentukan model penyajian yang informatif dan
standar, serta mendistribusikan informasi secara efektif (Oetomo, 2002).
Sistem Informasi merupakan infrastruktur dasar pembentuk rumah sakit digital,
karena suatu rumah sakit dapat dikategorikan sebagai rumah sakit digital (secara
administratif manajerial), bila empat sistem informasi utamanya telah dikelola secara digital,
yaitu: Supply Chain Management System, Customer Relationship Management System,
Enterprise System dan Knowledge Management System (Laudon, 2004).

a. Supply Chain Management System. Sistem informasi ini berfungsi untuk


mendigitalisasikan Supply Chain Management System, sehingga hubungan
antara rumah sakit dengan para pemasok dapat dioptimalkan. Kegiatan
perencanaan, pemesanan dan pasokan bahan baku, obat maupun peralatan
medis dapat dikoordinasikan dengan baik dan efisien. Dalam hal rantai pasokan
ini, rumah sakit perlu mengelola aliran informasi dengan pemasok, khususnya
untuk menjamin tersedianya bahan dan peralatan medis. SI ini diharapkan dapat
menciptakan efisiensi dalam pengelolaan persediaan. Dimana SI tersebut
memungkinkan penerapan sistem Just in Time bahkan Stockless Inventory
Method (Laudon, 2004), sehingga rumah sakit dapat menghemat biaya
penyimpanan dan mengurangi resiko kerusakan, namun persediaan bahan dan
peralatan medis tetap terjamin.
b. Enterprise System. Sistem Informasi ini berfungsi untuk mengkomputerisasi
Enterprise System dalam hal ini sistem rumah sakit, sehingga dapat
mengkoordinasikan proses-proses internal utama dari rumah sakit,
mengintegrasikan data dari semua unit, seperti front office, layanan rawat inap,
rawat jalan, poliklinik, apotik, laboratorium, keuangan, SDM, investasi dan
persediaan. Komputerisasi yang terintegrasi dari setiap unit yang ada
memungkinkan pengelola untuk mengetahui kondisi objektif rumah sakit baik
secara keseluruhan maupun per unit melalui laporan- laporan manajerial yang
dapat disusun setiap saat secara cepat dan akurat, sehingga pengelola dapat

7
membuat keputusan-keputusan yang tepat dan melakukan kontrol kualitas
terhadap layanan maupun produk medis lainnya.
c. Customer Relationship Management System. Sistem informasi ini berfungsi untuk
mendigitalisasikan Customer Relationship Management System, sehingga dapat
mengintegrasikan dan memelihara relasi antara rumah sakit dengan pasien,
pengguna jasa kesehatan dan pihak-pihak terkait lainnya. Rumah sakit perlu
terus menerus membangun dan menjaga relasi dengan semua pihak yang terkait,
agar dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pihak-pihak yang
menggunakan jasa layanan medis dan melakukan kerjasama baik dalam hal
pemenuhan kebutuhan rumah sakit, pengembangan jasa layanan medis dan
penyediaan infrastruktur. Sistem informasi akan memungkinkan rumah sakit
untuk mengelola data semua pihak yang terkait, sehingga rumah sakit dapat
memberi perhatian kepada pihak-pihak yang terkait tersebut dengan lebih baik
lagi, misalnya memberikan ucapan selamat kepada pasien yang melahirkan,
memberikan penawaran pertama kepada rekanan penyedia infrastruktur saat
rumah sakit akan membangun dan lain sebagainya.
d. Knowledge Management System. Sistem informasi ini berfungsi untuk
mengkomputerisasikan Knowledge Management System, sehingga mendukung
pencatatan, penyimpanan dan penyebaran dari pengetahuan dan keahlian.
Sistem ini tidak saja mengolah data transaksi untuk menghasilkan informasi
berupa laporan manajerial, melainkan menghasilkan suatu pengetahuan baru.
Pengelola dapat mengeksplorasi data warehouse untuk menemukan data mining
yang memberi pengetahuan baru berupa gambaran pola atau korelasi dari
pengguna jasa kesehatan di rumah sakit yang dikelolanya atau pola-pola yang
terjadi di setiap unit. Pengetahuan- pengetahuan yang diperoleh tersebut, tentu
sangat berperan untuk menyusun rencana jangka panjang, mennyusun strategi
dan menciptakan program-program layanan dan sistem pengelolaan yang
inovatif.

B. Pengertian SIM-RS
SIM-RS adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah
sakit se- Indonesia, yang mencakup semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang
dikelola secara publik maupun privat sebagaimana diatur dalam UU RI no. 44 th 2009.
Menurut Sabarguna (2009) SIM-RS adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan
informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
Sehingga SIM-RS adalah suatu sistem informasi yang memiliki tugas menyiapkan
informasi untuk kepentingan pelayanan rumah sakit, yang ditujukan untuk sistem informasi
sendiri, dan subsistem: pengembangan, operasional, dsb. Dimana dalam menjalankan
sistem nya SIM-RS ini memiliki struktur hirarki berupa : supra sistem ( input, proses, output,
balikan, dan kontrol).

8
RS

Kontrol

Proses SIRS

Data RS Informasi

Balikan

Lingkungan : Medis, Perawatan, Administrasi,


Penunjang
Gambar 1. Struktur Hirarki Sistem Informasi Rumah Sakit

Dalam pelayanan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit arus data


informasi didapat berdasarkan bagan berikut :

Direktur RS

Informasi Keputusan

SIRS Satuan pelaksana

Data RS

Kegiatan

Gambar 2. Arus data dan informasi Rumah Sakit

C. Arsitektuir Client/Server
Perkembangan konektifitas antar komputer yang dimudahkan dengan kemudahan
pernagkat lunak untuk saling berinteraksi. Suatu basis data pada prinsipnya dapat diakses
oleh perangkat lunak apa saja. Kebebasan diatas merupakan ciri – ciri khas pada arsitektur
dinamakan client/server. Pada arsitektur ini ada bagian yang disebut Client dan ada yang
disebut Server.
1. Server: adalah sebuah sistem atau proses yang menyediakan data atau layanan yang
diminta oleh client. Secara fisik, sebuah server dapat berupa komputer (mainframe, mini
komputer, workstation, ataupun PC) atau piranti lain (misalnya printer).
2. Client: mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri, Ketika suatu client
meminta suatu data ke server, server akan menanggapinya dengan memberikan data
yang diminta oleh client yang bersangkutan.

Model komputasi berbasis client/server mulai banyak diterapkan pada sistem Informasi,
berikut contoh penerapannya.

9
Gambar 3. Contoh Arsitektur Client/Server

D. Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit


Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Terintegrasi merupakan suatu
paket sistem aplikasi yang terintegrasi, yang dihubungkan secara on-line pada semua fungsi
pelayanan rumah sakit mulai dari transaksi manajemen antrian, pendaftaran, pelayanan
perawatan, pelayanan penunjang, manajemen operasi / bedah sentral, rekam medis,
manajemen keperawatan, kasir/mobilisasi dana, pelayanan piutang, manajemen material,
stok barang/obat, akuntansi dan keuangan, kepegawaian, gizi, linen/laundry, dan fungsi
pelayanan rumah sakit lainnya. Dalam pelayanannya sistem informasi ini dapat dibagi dalam
tiga bagian.
1. Sistem Informasi Klinik:
Sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien dalam hal
pelayanan medis. Seperti Sistem informasi di ICU, Sistem Informasi pada alat CT Scan,
USG.
2. Sistem Informasi Administrasi:
Sistem informasi yang membantu pelaksanaan administrasi di rumah sakit.
Seperti Sistem Infromasi Pendaftaran, Sistem Infromasi Billing system, Sistem Infromasi
Farmasi, Sistem Infromasi Penggajian.
3. Sistem Informasi Manajemen:
Sistem informasi yang membantu manajemen rumah sakit dalam pengambilan
keputusan. Seperti: SIM pelayanan, Sistem Infromasi Keuangan, Sistem Infromasi
Pemasaran.

E. Peranan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS)


Data rumah sakit adalah data yang sangat komplek mulai dari data klinis, data
administrasi hingga data manajemen. SIMRS memiliki peranan sentral dalam melakukan
pengolaha data menjadi informasi, sehingga meminimalisir hal-hal sebagai berikut :
1. Redudansi Data, digunakan untuk menghilangkan data yang terduplikasi (pengulangan
data), hal ini dikarenakan pencatatan data medis yang terjadi berulang-ulang dan

10
berakibat membengkaknya kapasitas penyimpanan data. Hal ini menyebabkan
pelayanan menjadi lambat karena proses retreiving (pengambilan ulang) data lambat
yang diakibatkan oleh banyaknya tumpukan berkas.
2. Unintegrated Data, adalah proses pengintegrasian data sehingga menjadi informasi yang
dapat digunakan oleh masing-masing unit/instalasi sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.
3. Out of date Information, merupakan proses pembaharuan data yang dikarenakan dalam
penyusunan data yang direkap secara manual sehingga penyajian informasi menjadi
terlambat dan kurang dapat dipercaya kebenarannya
4. Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan kejenuhan hal ini
berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses pencatatan dan pengolahan data yang
dilakukan secara manual terlebih lagi jika jumlah data yang dicatat atau di olah sangatlah
besar. Pemasukan data yang tidak sinkron untuk pasien atau barang yang sama tentu
saja akan meyulitkan pengolahan data dan tidak jarang berdampak pada kerugian materi
yang tidak sedikit bagi rumah sakit.

Dengan bantuan SIMRS kelemahan diatas dapat di kurangi bahkan dihindari.


SIMRS membuat fungsi dari bagian perawatan lebih dikonsentrasikan pada
pelayanan perawatan secara profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian
keuangan sedangkan pemberian potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga
medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-
bedakan pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang
sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan
medis tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja
para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit secara keseluruhan.

11
BAB V
LOGISTIK

Logistik di rumah sakit adalah konsep yang kurang dipahami dan sering tidak dihargai,
meskipun meliputi bagian penting dari anggaran operasional rumah sakit. Studi menunjukkan
bahwa sekitar 30% sampai 45% dari pengeluaran rumah sakit didedikasikan untuk kegiatan
logistik. Logistik di rumah sakit tidak hanya layanan yang berhubungan dengan pembelian, toko
dan farmasi, tetapi juga mencakup layanan kesehatan seperti unit operasi dan ruang
perawatan pasien.

A. Pengertian

Secara tidak sadar sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita telah melaksanakan
fungsi logistik baik itu di rumah kita atau di kantor, meskipun kenyataannya tidak selalu
mempergunakan istilahnya. Logistik adalah bagian dari instantsi yang tugasnya adalah
menyediakan barang atau bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi
tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat dengan harga serendah
mungkin.

B. Tujuan

Kegiatan logistik sebenarnya punya tiga tujuan, Tujuan operasional agar tersedianya
barang yang bermutu, Tujuan keuangan, operasional dapat terlaksana dengan biaya yang
serendah-rendahnya. Dan Tujuan keamanan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pencurian, penyusutan, dll

C. Logistik SIM RSIA Masyita


1. Komponen Input dan Output
Komponen input dan output adalah media untuk menangkap data yang akan
dimasukkan ke dalam sistem, seperti seperangkat komputer, printer, dan scanner.
2. Komponen Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan
berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan
menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam
basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data
perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas.
Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas
penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak
paket yang disebut DBMS (Database Management System).
3. Komponen Penunjan

12
Komponen penunjang adalah komponen pelengkap yang membantu teknis tugas-
tugas SIM RS seperti alat tulis menulis, kertas, dan jenis alat tulis kantor yang standar.

13
14
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN RISIKO

A. PENGERTIAN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Kemenkes RI, 2011).

Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan


menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi
untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit,
pengunjung dan organisasinya sendiri.

B. TUJUAN

Tujuan keselamatan pasien, yaitu membangun kesadaran terhadap keselamatan


pasien serta terlaksananya implementasi keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
pelayanan di Rumah Sakit.

Tujuan adanya manajemen resiko, yaitu untuk menciptakan budaya keselamatan


pasien di rumah sakit, untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), serta untuk
melaksanakan program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan.

15
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis
lainnya perlu diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di
rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di sana
perlu dilaksanakan, misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi,
penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di rumah sakit juga ‘concern’ keselamatan dan hak-hak pasien yang masuk kedalam
program patient safety.

Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan kesehatan


kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber “best practices” yang
berlaku secara Internasional, seperti National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), the US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data
tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The
National Safety Council (NSC), 41% petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan
oleh penyakit akibat kerja dan injury dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor
industri lainnya. Survei yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota
memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh
kejadian lain seperti luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering
mengalami stres, yang merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan.
Ketegangan otot dan keseleo merupakan representasi dari low back injury yang banyak
didapatkan di kalangan petugas rumah sakit.

Keselamatan kerja pada unit kerja SIM RS berfokus kepada peralatan-peralatan utama
dan penunjang yang digunakan oleh staf SIM RS selama melaksanakan tugasnya. Selain dari
perangkat teknis, budaya kerja staf SIM RS juga turut memengaruhi keselamatan staf tidak
hanya dari sisi fisik tapi juga dari sisi psikologis.

Keselamatan Kerja ditinjau dari Instalasi Peralatan Kerja

Dari segi instalasi peralatan kerja di unit SIM RS, penggunaan dan peletakan kabel-
kabel yang tidak tepat beresiko mencelakakan staf. Misalnya kabel-kabel yang tidak rapi dan
dibiarkan berserakan begitu saja.

Selain itu penempatan pemancar sinyal WiFi yang terlalu dekat dengan staf juga
beresiko bagi kesehatan staf yang efeknya terlihat beberapa tahun yang akan datang.

16
Penggunaan PC yang terlalu lama juga memengaruhi kesehatan staf dari sisi
penglihatan dan paparan radiasi komputer dalam jangka waktu yang lama.

Keselamatan Kerja ditinjau dari Budaya dan Perilaku Kerja

Budaya dan perilaku staf SIM RS memengaruhi keselamatan psikologis staf.


Pengaturan jadwal shift dan jam kerja yang tidak tepat akan mengganggu kenyamanan staf
dalam bekerja.

17
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pada unit SIM akan mengarah pada keakuratan data atau informasi
yang ada di dalam sistem. Informasi yang terdapat dalam sistem meliputi data pasien, seperti
nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan seterusnya. Juga data pegawai RS juga memiliki data,
seperti nama, unit kerja, pangkat, serta tagihan pasien, Rekam Medis, pembukuan RS dan lain-
lain.

A. Nilai Informasi

Menurut Burch dan Strater dalam buku mereka, Information Systems: Theory and
Practice, nilai informasi itu didasarkan atas sepuluh sifat sebagai berikut :
1. Mudahnya dapat diperoleh
Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya dapat diperoleh keluaran informasi.
Kecepatan memperolehnya dapat diukur, akan tetapi berapa nilainya bagi pemakai
informasi, sulit mengukurnya.
2. Sifat luas dan lengkapnya
Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya
mengenai volumenya, akan tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifatnya ini
sangat kabur dan oleh karena itu sulit mengukurnya.
3. Ketelitian
Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran
informasi. Dalam hubungannya dengan volume data yang besar, maka biasanya terjasi
dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan
permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang
dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna akan tetapi masalah
mempersiapkannya. Sifat ini sulit mengukurnya.
5. Ketepatan waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek, dari pada
siklus dapat diperolehnya informasi : masukan, pengolahan dan pelaporan keluaran
kepada para pemakai. Biasanya agar informasi itu tepat waktu, lamanya siklus ini harus
dikurangi. Dalam beberapa hal ketepatan waktu dapat diukur.
6. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah yang tidak
jelas. Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar.
7. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak
hanya dengan lebih dari satu keputusan akan tetapi juga dengan lebih dari seorang

18
pengambilan keputusan. Sifat ini sulit mengukurnya, akan tetapi dalam banyak hal dapat
diberikan nilai yang dapat diukur.
8. Dapat dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji
keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak ada prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi
guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
10. Dapat diukur
Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi
formal. meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan sebagainya
sering dianggap sebagai informasi, hal-hal tersebut berada diluar lingkup pembicaraan
kita.

Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan diizinkan untuk
memilih keputusan optimal dalam setiap hal, dan bukan keputusan yang “rata-rata” akan
menjadi optimal, dan untuk menghindarkan kejadian-kejadian yang akan mengakibatkan suatu
kerugian. Informasi ini tidak sempurna karena lebih banyak memberikan perkiraan dari pada
memberikan angka yang pasti.

Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan, menurut Gordon B. Davis,


adalah sebagai berikut :
1. Tentukan tindakan-tindakan yang terbaik yang didasarkan atas kemungkinan-kemungkinan
sebelumnya.
2. Tentukan apakah tindakan itu akan berguna untuk memperoleh informasi sampel.
3. Tentukan ukuran sampel yang optimal.
4. Sampel
5. Perbaiki kemungkinan-kemungkinan sebelumnya didasarkan data sampel.

B. Mutu Informasi

Informasi berbeda dalam mutunya disebagiankan oleh penyimpangan atau kesalahan.


Menurut Gordon B. Davis kesalahan dapat disebagiankan oleh :

1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.


2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
3. Hilang atau tidak terolahnya data.
4. Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah
5. Dokumen (induk) sejarah yang salah (atau penggunaan dokumen sejarah yang salah)
6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan(misalnya kesalahan program komputer)
7. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja

19
Kesulitan karena peyimpangan dapat ditangani dalam pengolahan informasi melalui
prosedur untuk menemukan dan mengukur penyimpangan dan menyesuaikannya. Kesulitan
karena kesalahan dapat diatasi dengan :

1. Kontrol intern untuk menemukan kesalahan


2. Pemeriksaan intern dan extern
3. Penembahan “batas kepercayaan” kepada data,
4. Intruksi pemakai dalam prosedur pengolahan dan pengukuran agar para pemakai dapat
menilai kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.

20
21
BAB X

PENUTUP

Pedoman penyelenggaran SIM-RS RSIA Masyita diharapkan dapat memberikan


kejelasan peran, fungsi dan kewenangan unit kerja SIM-RS sehingga dapat meningkatkan
kinerja dari unit ini.

Pedoman ini bukanlah sesuatu yang permanen, akan tetapi akan berubah mengikuti
perubahan peraturan yang berlaku, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, kebijakan
pimpinan serta kondisi dan situasi lingkungan. Untuk itu pedoman ini harus dievaluasi secara
berkala.

Diharapkan pedoman ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi unit terkait dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi khususnya dalam penyusunan rencana kebijakan dan
program di lingkungan RSIA Masyita.

22
BAB XIV

DAFTAR PUSTAKA

Proposal hospital information system Pin.net 2007

Pengembangan sistem informasi Basuki Suhardiman 2008

https://www.scribd.com/document/337493337/pedoman-pengorganisasian-simrs

23

Anda mungkin juga menyukai