Anda di halaman 1dari 6

1.

PENGERTIAN PIJAT REFLEKSI TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yangdibawa oleh darah,terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani,2004). Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan
angka kematianatau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalamwaktu yang lama (Saraswati,2009). suatu
Hipertensi merupakan kondisi medis terjadinya peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2001)
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90
mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik≥ 160 mm Hg dan
tekanan darah diastolik≥ 95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140
mmHg-160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008).

Pasien dengan tekanan darah tidak terkontrol lebih banyak yang mempunyai hipertensi tahap 1
daripada tahap 2 (Suiraoka 2012). Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial merupakan penyebab utama gagal
jantung kronis Dalam pemeriksaan tekanan darah akan diperoleh dua angka, misalnya 120/80. Maksud
dari angka ini adalah angka yang diatas (120) diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik)
sedangkan angka yang dibawah (80) diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Jika sistem
kompeks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan semestinya, maka tekanan dalam arteri
meningkat. Peningkatan tekanan dalam arteri yang berlanjut dan menetap disebut tekanan darah tinggi.
Dalam istilah kedokteran disebut hipertensi yang artinya tekanan tinggi dalam arteri (Suiraoka, 2012).
Tekanan darah dinyatakan tinggi bila tekanan sistolik adalah 140 mmHg atau lebih secara terus
menerus, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih secara terus menerus atau keduanya. Pada orang yang
menderita hipertensi, biasanya dengan kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
waktu beberapa minggu (Suiraoka, 2012).

Pijat Refleksi

Pengertian pijat refleksi

Pijat refleksi atau reflexiology merupakan ilmu yang mempelajari tentang pijat pada titik-titik tertentu di
tubuh yang dapat dilakukan dengan tangan atau benda-benda seperti kayu, plastik, atau karet (Alviani,
2015). Pijat refleksi juga diartikan sebagai jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan
tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan
sesuai zona terapi (Putri, 2015).

2. PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP TEKANAN DARAH TERHADAP PENDERITA
HIPERTENSI
Penelitian ini dilakukan pada 30 responden yang dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan terapi pijat refleksi kaki 3 hari
berturut-turut selama 15 menit sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Peneliti
menggunakan alat pijat refleksi APIYU II yang dirancang oleh Hasneli (2015).

Pemijatan dilakukan pada titik-titik refleksi di telapak kaki untuk menurunkan tekanan darah. Pada
kedua kelompok tekanan darah sistolik dan diastolik dihitung dengan menggunakan alat
sphygmomanometer digital.

Penelitian dilakukan pada jam yang sama, dimana peneliti telah menentukan rentang waktu
pengambilan data untuk setiap responden yaitu dari jam 15.00-17.00 WIB.

Hasil uji Independent T Test mean tekanan darah sistol sesudah intervensi pada kelompok eksperimen
dan kontrol yang tidak diintervensi menunjukkan nilai p value 0,009, dan mean tekanan darah diastol
sesudah intervensi pada kelompok eksperimen dan kontrol yang tidak diintervensi menunjukkan p value
0,012, berarti nilai p value < (0,05), artinya Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi
pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer.

Menurut asumsi peneliti, hal ini mungkin disebabkan oleh penderita hipertensi yang menjadi responden
kooperatif selama diberikan intervensi serta didukung oleh lingkungan dan suasanan yang nyaman
sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan hasil dari uji
Dependent T Test pada kelompok eksperimen diperoleh mean tekanan darah sistol sebelum diberikan
terapi pijat refleksi kaki pada kelompok eksperimen 158,66 mmHg dengan standar deviasi 4,40 dan
sesudah diberikan terapi pijat refleksi kaki mean tekanan darah sistol mengalami penurunan sebesar
6,29 mmHg menjadi 152,37 mmHg dengan standar deviasi 5,07.

Hasil lain diperoleh mean tekanan darah diastol sebelum diberikan terapi pijat refleksi adalah 94,17
mmHg dengan standar deviasi 2,09 dan sesudah diberikan pijat refleksi kaki, mean tekanan. darah
diastol juga mengalami penurunan sebesar 3,44 mmHg menjadi 90.73 mmHg Hasil uji Dependent T Test
diperoleh p value tekanan darah sistol dan diastol 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang
signifikan antara mean tekanan darah sistol dan diastol pada kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah diberikan pijat refleksi kaki.

Penelitian yang dilakukan Nugroho (2012) dengan judul "Pengaruh Pijat Refleksi Kaki dan Hipnoterapi
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi" didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu
menurunkan tekanan darah sistol sebesar 23,5 mmHg dan diastol sebesar 8,42 mmHg. Penelitian lain
oleh Zunaidi, Nurhayati, dan Prihatin (2014) didapatkan hasil bahwa pijat refleksi mampu menurunkan
tekanan darah sistol sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3 mmHg.

Setelah dilakukan terapi pijat refleksi kaki didapatkan beberapa orang responden mengatakan badan
lebih ringan dan sakit kepala berkurang. Pendapat ini didukung oleh Wijayakusuma (2006) yang
menyatakan bahwa pijat refleksi kaki dapat memberikan rangsangan relaksasi yang mampu
memperlancar aliran darah dan cairan tubuh pada bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan titik
syaraf kaki yang dipijat. Sirkulasi darah yang lancar akan memberikan efek relaksasi sehingga tubuh
mengalami kondisi seimbang.

Menurut Tarigan (2009), salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah adalah dengan terapi
pijat. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara teratur bisa
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormon stress cortisol.
menurunkan sumber depresi dan kecemasan, sehingga tekanan darah akan terus turun dan fungsi tubuh
semakin membaik.

Hal ini terbukti melalui penelitian yang dilakukan Nugroho (2012) menyimpulkan bahwa pijat refleksi
kaki bisa menurunkan tekanan darah. sistolik dan diastolik pada pasien dengan hipertensi.

Sementara itu, hasil uji Dependent T Test pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi
diperoleh mean tekanan darah sistol pre test 159,51 mmHg dengan standar deviasi 2,50 dan nilai post
test 157,08 mmHg dengan standar deviasi 4,07. Hasil p value diperoleh 0,031 (p < 0.05) Sedangkan pada
tekanan darah diastol diperoleh mean tekanan darah pre test adalah 94,62 mmHg dengan standar
deviasi 2,99 dan nilai post test 93.82 mmHg dengan standar deviasi 3,23. Hasil p value diperoleh 0.263
(p > 0.05) , ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara mean tekanan darah diastol pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan pijat refleksi kaki.

Sesuai dengan penelitian Moeini, Givi, Ghasempour, dan Sadeghi (2011) yang menemukan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan
intervensi pada kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan pada hipertensi primer biasanya terjadi
peningkatan tekanan darah yang konstan sehingga diperlukan usaha untuk mengontrolnya.

3. FAKTOR FAKTOR RESIKO TERAPI PIJAT REFLEKSI TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensiyang dapat dan tidak dapat
dikontrol, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:

1) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usiadewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55tahun, sekitar60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
seringdikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah menopause. (Marliani, 2007). Peran
hormone estrogen adalah meningkatkan kadarHDL (Hight-density ipoprotein) yang merupakan faktor
pelindung dalam pencegahan terjadinyaproses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone estrogen
dianggapsebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Padapremenopause, wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormonestrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan.
1) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya jadi orang yang lebih tua cenderung
mempunyai tekanan darah yangtinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hal ini disebabkan padausia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun.

2) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkankeluarga itu mempunyai risiko
menderita hipertensi. Hal iniberhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler danrendahnya
rasio antara potasium terhadap sodium Individu denganorang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besaruntuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyaikeluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itudidapatkan 70-80%kasushipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi(Marliani, 2007).

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1) Merokok

Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkantekanan darah tinggi. Kebanyakan efek
ini berkaitan dengan kandungannikotin. Asap rokok (CO) memiliki kemampuan menarik sel darahmerah
lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah
pembawa oksigen ke jantungdan jaringan lainnya.

2) Status Gizi

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasamerupakan masalah penting karena selain
mempunyai resiko penyakit penyakittertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Salah satu
cara adalah dengan mempertahankanberat badan yang ideal atau normal. Indeks Massa Tubuh (IMT)
adalahsalah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang. Seseorangdikatakan kegemukan atau
obesitas jika memiliki nilai IMT 25.0.Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai
penyakitdegeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetesmellitus.

3) Konsumsi Na (Natrium)

Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melaluipeningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah. Faktorlain yang ikut berperan yaitu sistem renin angiotensin yang
berperanpenting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin dipengaruhioleh berbagai faktor
antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperandalam proses konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II.Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam
dalam air. Keadaan ini berperan pada timbulnya hipertensi (Susalit dkk, 2001).

4) Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitassaraf simpatis peningkatan saraf dapat
menaikkan tekanan darah secaraintermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan
dapatmengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres
akanmeningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis.

4. MANFAAT TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP KESEHATAN

Pijat refleksi mungkin belum banyak digunakan dalam dunia medis modern. Alviani (2015) menjelaskan
ada beberapa menfaat pijat refleksi untuk kesehatan :

1) Melancarkan sirkulasi darah, hal ini menjadikan pijat refleksi sangat dikagumi para ahli kesehatan
adalah manfaatnya untuk melancarkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah yang lancar akan
mengalirkan oksigen keseluruh tubuh dengan lebih maksimal dan efektif. Semakin banyak jumlah
oksigen yang mencapai sistem organ vital, semakin optimal fungsi organ tersebut dan juga sistem
metabolisme tubuh. Dengan demikian proses penyembuhan penyakit menjadi lebih cepat, begitu pula
pertumbuhan kembali sel-sel yang rusak.

2) Memperbaiki fungsi saraf, semakin bertambah usia, ujung saraf kita juga semakin berkurang
sensitifitasnya. Pijat refleksi menstimulasi lebih dari 7000 saraf yang berbeda. Hal ini meningkatan fungsi
dan reaktivitasnya. Membuka dan membersihkan jalur saraf dapat membantu meningkatkan
kemampuan dan fleksibilitas organ dan anggota tubuh. Pijat refleksi juga sangat baik untuk
mempertahankan ketajaman saraf.

3) Meningkatkan energy, dengan menyelaraskan fungsi organ dan sistem otot, pijat refleksi membantu
meningkatkan metabolisme dan proses penciptaan energy dalam tubuh. Jika anda membutuhkan
tambahan energy atau selalu merasa lesu, mungkin refleksi bisa membantu anda.

4) Relaksasi dan Rekreasi, pijat refleksi juga efektif memberikan ketenangan jiwa. Ketika seseorang telah
lelah dengan rutinasnya seharian selama satu minggu, maka sisakan akhir minggu dengan memanjakan
diri. Salah satu caranya adalah dengan melakukan perawatan lengkap relaksasi dengan pijat refleksi
tubuh. Minimal, lakukanlah pijat refleksi untuk kaki saja. Bagian kaki saja bila dipijat dengan benar akan
mampu membuat suasana hati menjadi lebih damai dan tenang. Apalagi jika pemijatan dilakukan oleh
orang lain. Kita cukup duduk bersandar sambil memeluk bantal. Ditambah dengan suasana yang aman
dan nyaman, membantu memperbaiki mood kita.

5) Meredakan sakit kepala, pijat refleksi banyak digunakan sebagai metode untuk menghilangkan sakit
kepala. Ketegangan otot merupakan salah satu penyebab sakit dan pijat refleksi dapat mengurangi
tingkat rasa sakit pada kepala dengan menghilangkan ketegangan pada otot. Selain itu, sakit kepala yang
disebabkan oleh stress juga dapat dihilangkan. Stress dan factor psikologis lainnya seringkali
menimbulkan gejala sakit kepala misalnya migran.

6) Stimulan sistem saraf, jalur saraf yang terbuka akan bermanfaat bagi sistem saraf pusat
5. TEKNIK YANG DIGUNAKAN DALAM MELAKUKAN TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI

Menurut Putri (2015) teknik pijat umumnya berupa mengusap, meremas, menekan, menggetar, dan
memukul. Mengusap berarti meluncurkan tangan menggunakan telapak tangan atau bantalan tangan di
permukaan tubuh searah dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-kelenjar getah bening.
dimana gerakan ini dilakukan diawal dan diakhir pemijatan dengan manfaat merelaksasi otot dan ujung-
ujung saraf. Meremas berarti memijit atau meremas menggunakan telapak atau jari-jari telapak tangan
di area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal sehingga terjadi pengosongan dan pengisian
pembuluh darah vena dan limfe sehingga suplai darah yang lebih banyak di bawa ke otot yang sedang di
pijit. Menekan bertujuan untuk melepaskan bagian-bagian otot yang kejang serta menyingkirkan
akumulasi dari sisa-sisa metabolisme. Teknik menggetar bermanfaat untuk memperbaiki atau
memulihkan serta mempertahankan fungsi saraf dan otot dengan menggetarkan bagian tubuh
menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan. Teknik terakhir yaitu memukul yang bermanfaat
untuk memperkuat kontraksi otot saat di stimulasi dan selain itu berguna untuk mengurangi deposit
lemak dan bagian otot yang lembek.

Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pijat refleki berbeda antara satu dengan yang lainnya karena
kondisi tubuh pada masing-masing orang berbeda, begitu juga dengan kemampuan untuk menahan rasa
sakit. Dalam pijat refleksi, untuk kondisi tubuh normal masing-masing titik refleksi membutuhkan waktu
sekitar lima menit setiap pemijatannya. Tubuh yang sedang sakit keras proses pemijatannya berlangsung
lebih lama yaitu sekitar sepuluh menit dan tidak lebih. berbeda dengan seseorang yang menderita
penyakit jantung, kencing manis. liver, kanker hanya boleh dipijat selama dua menit. Jadi total waktu
yang dibutuhkan untuk memijat seluruh titik refleksi yang bersangkutan kurang lebih 30 menit atau bisa
juga 45 sampai 60 menit tergantung pada penguasaan teknik serta pengalaman pemijat. Frekuensi
dalam pemberian pijat refleksi antara tiga sampai enam hari sekali untuk mencegah penyakit dan dua
sampai tiga hari sekali untuk mengatasi gangguan penyakit yang dilakukan antara empat sampai delapan
minggu untuk memperoleh hasil yang efektif (Alviani, 2015).

Anda mungkin juga menyukai