Anda di halaman 1dari 7

GANGGUAN KESEIMBANGAN

-)Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan proyeksi pusat tubuh pada landasan
penunjang baik saat berdiri, duduk, transit dan berjalan (Winter, 1995 dalam Howe, et al., 2008).
Keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan stabilitas ketika bergerak dari suatu posisi
ke posisi yang lain (Lee & Scudds, 2003). Keseimbangan juga merupakan kemampuan bereaksi secara
cepat dan efisien untuk menjaga stabilitas postural sebelum, selama dan setelah pergerakan serta dalam
berespon terhadap gangguan eksternal. Keseimbangan dipertahankan oleh integrasi yang dinamik dari
faktor internal dan eksternal yang melibatkan lingkungan (Gribble & Hertel, 2004 dalam Cetin,
Bayramoglu, Aytar, Surenkok, & Yemisci, 2008).

Keseimbangan ada dua tipe yaitu keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis
mempertahankan posisi yang tidak bergerak atau berubah sedangkan keseimbangan dinamis
melibatkan kontrol tubuh karena tubuh bergerak dalam ruang (National Throws Coaches).

-) Penyebab Gangguan Keseimbangan Gangguan keseimbangan pada lansia dipengaruhi oleh perubahan
yang terjadi pada sistem neurologis atau saraf pusat, sistem sensori terutama sistem visual, propioseptif
dan vestibuler serta ditambah dengan sistem muskuloskeletal (Miller, 2004). Perubahan pada sistem
neurologis dapat menyebabkan perubahan psikososial diantaranya adalah kerusakan kognitif,
kecemasan dan ketakutan. Faktor risiko internal dan eksternal juga dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan pada lansia. Faktor risiko internal dapat berupa gangguan patologis atau penyakit yang
diakibatkan oleh perubahan fisiologis dan psikososial pada lansia. Selain itu, karakteristik usia lanjut
seperti usia, jenis kelamin dan pekerjaan, riwayat jatuh yang dapat menyebabkan takut jatuh, aktivitas
fisik, nutrisi serta medikasi dapat menjadi faktor risiko gangguan keseimbangan. Faktor risiko eksternal
dapat berupa lingkungan, penggunaan alat bantu jalan, alas kaki serta pakaian yang tidak adekuat
(Miller, 2004; Todd & Skelton, 2004; Mauk, 2010; Wallace, 2008; WHO, 2010).

-) Dampak Gangguan Keseimbangan Akibat dari gangguan keseimbangan adalah jatuh dan sering
mengarah pada injuri, kecacatan, kehilangan kemandirian dan berkurangnya kualitas hidup (Nevitt, et
al., 1989 & Tinetti, et al., 1998 dalam Salzman, 2010). Jatuh merupakan kejadian yang tidak disengaja
sebagai konsekuensi dalam mempertahankan pukulan yang keras, kurangnya kesadaran, serangan
paralisis yang tiba-tiba pada stroke atau serangan epilepsi (Kellog International Working Group, 1987
dalam Lord, et al., 2007). Jatuh mengakibatkan keterbatasan fisik, mengurangi kapasitas untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari, kegagalan sistem pernafasan dan muskuloskeletal, kerusakan fisik,
fraktur pada panggul radius, ulna, humerus, kaki, leher, injuri seperti luka memar, lecet dan terkilir,
subdural hematom, hospitalisasi, peningkatan biaya perawatan dan bahkan mortalitas (Johnston, 2001;
Lord, et al., 2007; Gai, et al., 2010). Risiko kejadian jatuh dapat dikurangi dengan cara meningkatkan
keseimbangan (Singh, 2000).

-) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Tubuh pada Lansia Keseimbangan dipengaruhi oleh
beberapa faktor risiko yaitu:

-Usia
Keseimbangan berkurang seiring bertambahnya usia karena perubahan yang terjadi pada lansia
(Sihvonen, 2004). Maciel dan Guerra (2005) menemukan hubungan antara usia di atas 75 tahun dan
keseimbangan yang buruk pada penelitiannya yang dilakukan pada 310 lansia yang berusia lebih dari 60
tahun (Gai, et al., 2010). Tinetti (2003, dalam Gai, et al., 2010) juga menyatakan bahwa lebih dari
sepertiga penduduk berusia 65 tahun atau lebih di dunia mengalami jatuh dan setengahnya merupakan
kejadian berulang. Jatuh merupakan dampak langsung dari gangguan keseimbangan (Gai, et al., 2010).

- Jenis Kelamin

Perbedaan keseimbangan antara perempuan dan laki-laki dapat dipengaruhi oleh faktor antropometri
yang berbeda (Kinney, et al., 1997 & Chiari, et al., 2002 dalam Sihvonen, 2004). Selain itu, perbedaan
tersebut juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, kekuatan otot dan faktor hormonal (Era, et al., 1986,
Lindle, et al., 1997 & Naessen, et al., 1997 dalam Sihvonen, 2004). Kekuatan genggaman tangan
berkurang pada lansia perempuan (Lord, et al., 2007).

- Pekerjaan

Pekerjaan berhubungan dengan ketidakseimbangan tubuh karena dikaitkan dengan kondisi lingkungan
di tempat bekerja. Kondisi lingkungan tersebut diantaranya kondisi pencahayaan, temperatur dan
kondisi lantai. Selain itu, pekerjaan dapat mempengaruhi keseimbangan juga dikaitkan dengan aktivitas
dalam pekerjaan itu sendiri (Gauchard, et al., 2003). Kebisingan dalam lingkungan kerja dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran sehingga mempengaruhi keseimbangan. Jenis pekerjaan
tersebut diantaranya seperti pekerjaan yang berhubungan dengan material, pabrik, konstruksi,
transportasi, pertanian, dan pekerja tambang (Todd & Skelton, 2004).

- Gangguan afektif dan kondisi psikologis

Gangguan ini contohnya adalah takut jatuh, gangguan tidur, dan kerusakan kognitif (Moylan & Binder,
2007 dalam Salzman, 2010; Nevitt, 1989 dalam Howe, et al., 2008). Menurut, ketakutan akan jatuh
menyebabkan gangguan mobilitas yang dapat mempengaruhi keseimbangan (Tinetti, et al., 1994 &
Lachman, et al., 1998 dalam Gazzola, et al., 2006). Takut jatuh merupakan gejala yang terjadi setelah
kejadian jatuh dan ditandai dengan kecemasan yang tinggi terutama saat berjalan. Namun, takut jatuh
dapat juga terjadi pada lansia yang tidak mengalami jatuh (Vellas, et al., 1997 & Arfken, et al., 1994
dalam Harding & Gardner, n.d., ¶ www.ajan.com.au/Vol27/Gardner.pdf). Takut jatuh dapat
menyebabkan lansia membatasi aktivitas fisik, fungsional dan sosial sehingga mengakibatkan kelemahan
otot, penampilan postur yang buruk, dan lambat berjalan (Todd & Skelton, 2004). Takut jatuh dapat
diukur dengan menggunakan instrumen FES (Falls Efficay Scale) yang diperkenalkan oleh Tinetti, et al.
pada tahun 1990 (Greenberg, 2011). FES telah mengalami berbagai modifikasi yang pada awalnya terdiri
dari 10 pertanyaan misalnya FES I. FES I telah diteliti pada lansia di komunitas dengan atau tanpa riwayat
jatuh dan memiliki reliabilitas sebesar 0,96 (Yardley & Beyer, et al., 2005 dalam Greenberg, 2011).
Namun, FES I memiliki keterbatasan dalam beradaptasi terhadap berbagai budaya dan bahasa
(Greenberg, 2011).
Kesulitan tidur pada lansia dapat mempengaruhi keseimbangan (Galimi, 2010). Gangguan tidur
menyebabkan waktu reaksi yang lambat, masalah pada konsentrasi dan memori, perhatian yang kurang,
kerusakan kognitif, kesulitan dalam persepsi visual dan orientasi, dan penggunaan medikasi. Faktor-
faktor tersebut dapat menyebabkan gangguan keseimbangan (Crowley, 2011).

- Gangguan sensori

Gangguan sensori yang mempengaruhi keseimbangan seperti gangguan pendengaran, penglihatan, dan
propioseptif (Salzman, 2010; Skinner, 1984 dalam Howe, et al., 2008). Indera taktil dan kinestetik
membuat individu mengetahui posisi tubuh dan hubungan antara anggota tubuh dengan lingkungan
(Phillips, 2011). Penuaan menyebabkan gangguan penglihatan bahkan saat kondisi pencahayaan yang
normal. Berkurangnya penglihatan tersebut juga dihubungkan dengan kemampuan dalam mengontrol
pergerakan mata dan persepsi terhadap warna karena sensitivitas terhadap warna berkurang pada
lansia (Feitosa, et al., 2006 & Meyers, et al., 2004 dalam Petrofsky & Cuneo, 2008).

LATIHAN KESEIMBANGAN

1.Berjalan Kesamping

a. Berikan tanda kotak atau jejak kaki di lantai sebanyak 5 tanda dan disusun menyamping ke kiri.
Masing masing tanda berjarak 40cm.

b. Berdiri tegak pandangan kedepan dan kaki rapat disamping tanda/jejak pertama (jarak antara tubuh
dengan jejak pertama 40 cm)

c. Berjalan kesamping mengikuti jejak yang ada dilantai dengan menggerakkan tungkai kiri dan disusul
kaki kanan. Posisi kaki rapat.

d. Berjalan kesamping sebaliknya / ke kanan untuk kembali ke posisi semula dengan tetap mengikuti
jejak tersebut dan badan dipertahankan tegak.

e. Lakukan pengulangan latihan 4-5 kali.

2. Berjalan menyilang ke sampinga.

a. Berdiri tegak lurus, pandangan kedepan dan kedua kaki rapat.

b. Gerakkan kaki kanan menyilang dari depan kesamping kiri melewati kaki kiri, kemudian gerakan kaki
kiri ke samping kiri dan kembali rapat dengan kaki kanan.

c. Ulangi gerakan tersebut masing-masing 5 kali tiap sisi.(jika latihan tersebut sulit dilakukan pada posisi
kaki rapat, lakukan latihan mulai dari posisi kaki terbuka selebar bahu. Latihan ditingkatkan Secara
bertahap dengan jarak kedua kaki diperkecil)

3. Berjalan Tandema.
a. Berdiri tegak lurus, pandangan kedepan dan lengan disamping badanb.

b. Berjalan pada satu garis lurus dengan melangkahkan kaki kanan kedepan dan letakkan didepan kaki
kiri hingga ibu jari kaki kiri menyentuh tumit kanan.

c. Lakukan gerakan yang sama pada kaki kiri.

d. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 5 langkah dan 2-3 sesi.

DEPRESI PADA LANSIA

Depresi bisa terjadi pada siapa saja mulai anak remaja hingga kelompok lanjut usia (lansia). Pada lansia,
depresi biasanya dipicu stres karena berbagai masalah mulai dari kesehatan hingga finansial.

- Ada beberapa faktor penyebab depresi pada Lansia:

1. Masalah kesehatan

Penyakit dan kecacatan bisa menjadi kontributor depresi pada lansia.

2. Kesepian dan isolasi

Hidup sendiri atau kurang berinteraksi dengan lingkungan sosial karena sakit dapat memicu depresi.

3. Berkurangnya tujuan hidup

Memasuki masa pensiun, banyak orang merasa kehilangan identitas, status, kepercayaan diri, dan
keamanan finansial. Ini bisa meningkatkan risiko depresi.

4. Ketakutan atau kecemasan

Ketakutan atau kecemasan akan kematian dan masalah keuangan dan kesehatan bisa menjadi pemicu
depresi pada lansia.

5. Berkabung

Kehilangan pasangan, teman atau anggota keluarga, atau hewan peliharaan dapat menimbulkan
kesedihan mendalam. Kesedihan berpotensi memicu perasaan kesepian.

6. Kondisi medis tertentu

Lansia dengan riwayat penyakit kronis lebih sensitif sehingga berpotensi mengalami depresi.

- Gejala depresi pada lansia

Gejala depresi pada lansia umumnya ditandai dengan kesedihan atau perasaan putus asa, kehilangan
minat bersosialisasi dan kekhawatiran kehilangan harga diri karena perasaan tidak berharga atau
membenci diri sendiri.
Gejala lainnya penurunan berat badan atau kehilangan nafsu makan, gangguan tidur dan gerakan atau
bicara melambat.

- cara mengatasi depresi pada lansia yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Mengurangi waktu sendirian, usahakan tetap terhubung dengan keluarga, teman, atau lingkungan
sosial.

2. Merawat hewan peliharaan seperti kucing atau anjing untuk mengurangi rasa kesepian.

3. Banyak tertawa, misalnya dengan menonton tayangan komedi atau bercengkrama dengan anak cucu.

4. Mempelajari keterampilan baru seperti belajar alat musik atau bahasa asing.

5. Bepergian ke berbagai tempat untuk menikmati suasana di luar rumah seperti ke taman kota atau
danau.

6. Berolahraga secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh dan suasana hati yang lebih baik.

7. Mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi agar tubuh selalu bugar.

8. Tertib mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter, terutama bagi lansia yang memiliki penyakit
kronis.

Adapun cara untuk mengatasi depresi bisa dilakukan baik secara farmakologis maupun secara non
farmakologis. Dimana terapi depresi pada lansia berupa terapi farmakologis, obat dapat membantu
secara sitomatis, akan tetapi menyebabkan efek yang merugikan bagi lansia jika digunakan dalam kurun
waktu yang lama. Oleh karena itu perlu dikembangkan terapi non farmakologis yang dapat menurunkan
depresi pada lansia untuk tetap awet muda dan yang muda tetap muda, serta mempererat hubungan
antara anggota keluarga. Salah satunya bentuk terapi non farmakologis yang dapat mencegah dan
mengatasi depresi pada lansia adalah psikoterapi interpersonal, terapi kognitif beck, terapi perilaku,
terapi humanistik eksistensial dan terapi tertawa . Terapi tertawa merupakan tertawa yang dimulai
dengan tahap demi tahap. Sehingga efek yang dirasakan bagi yang tertawa benar-benar dirasa dan
memberikan efek baik bagi lansia tersebut. Tertawa 5-10 menit bisa merangsang pengeluaran
endhorphin dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga melatonin. Ketiga zat ini
merupakan zat baik untuk otak sehingga kita bisa merasa lebih tenang. Terapi tertawa adalah teknik
yang mudah dilakuakan, tetapi efeknya sangat luar biasa, bahkan dapat menyembuhkan pasien dengan
gangguan mental akibat stres berat.

-)Manfaat Terapi Tertawa

Anti stres, tawa adalah pangkal stres yang paling baik, murah, dan mudah dilakukan. Tertawa adalah
salah satu cara terbaik untuk mengendurkan otot-otot tubuh. Memperlebar pembuluh darah dan
mengirim lebih banyak darah hingga ke ujung-ujung dan semua otot seluruh tubuh Memperkuat sistem
kekebalan tubuh, sistem kekebalan memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan
tubuh dan menjauhkan diri dari infeksi, alergi dan kanker. Tertawa dapat mencegah tekanan darah
tinggi, karena tertawa bisa membantu mengontrol tekanan darah dengan mengurangi pelepasan
hormon yang berhubungan dengan stres dan memberikan relaksasi. Tertawa menjadi obat ampuh
untuk menghilangkan stres, tertawa juga bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang dan terhibur
sehingga bisa melepaskan diri dari depresi.

-) Langkah-Langkah Pelaksanaan Terapi Tertawa

1. Melakukan pernafasan dengan cara bertepuk tangan serta membuka mulut secara serentak dengan
mengucapkan HoHo HAHA HAHA

2. Pernafasan, mengambil nafas dari hidung dan dikeluarkan melalui mulut.

3. Gerakan engsel kedepan dan kebelakang

4. Menganggukkan kepala kebawah hingga dagu hampir menyentuh dada

5. Mendongakkan Kepala ke atas belakang

6. Menoleh kekiri dan kekanan secara Perlahan

7. Putar pinggang ke kanan dan kekiri ditahan beberapa saat

8. Tangan di angkat ke atas lalu di turunkan,ditahan beberapa saat

9. Mengantupkan 2 telapak tangan saling menyapa dan tersenyum

10.Tawa singa, mulut dibuka lebar, lidah dijulurkan keluar, tangan seperti cakar singa dan Tarik nafas
secara Dalam dan pelan.

Dapus:

MEGAWATI,S.Kep.Manfaat Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Bina
Serumpun.2022.bangka belitung.

Beriman Rahmansyah, SSt.Ft., M.PdJames W. H. Manik, SSt.Ft., M.FisMaksimus Bisa,SSt.Ft., SKM.,


M.FisLisnaini, SSt.Ft., S.Ft., MKM. PANDUAN LATIHAN KESEIMBANGANPADA LANSIA.2021.jakarta timur.

Anda mungkin juga menyukai