1
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2O23 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2022 Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia TAHUN 2023 NOMOR 4I, Tarnbahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republi Indonesia Nomor 5601) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2O23
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023
Nomor 4I, Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6856);
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi
Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2019
Nomor 212, Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6414);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6801)
7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2O23 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 4I, Tarnbahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2023 tentang Provinsi
Jawa Tengah (Lembaran Negara Repulblik Indonesia
Tahun 2023 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Repulblik Indonesia Nomor 6807);
9. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2022 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No 24 Tahun
2019 Tentang Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 151, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6802);
10. Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun 2018 tentang
Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional
Tahun 2018-2025;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
2
Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 5 Tahun 2021
tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 129);
13. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 73 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kepemudaan,
Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 20 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 73 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah;
14. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah No 3 Tahun
2023 Tentang Komite Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa
Tengah;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3
dengan pengembangan Ekonomi Kreatif.
7. Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari kekayaan
intelektual yang bersumber dari kreatifitas manusia yang berbasis
warisan budaya, ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
8. Pelaku Ekonomi Kreatif adalah orang perseorangan atau kelompok
orang warga negara Indonesia atau badan usaha berbadan hukum atau
bukan berbadan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia
yang melakukan kegiatan Ekonomi Kreatif.
9. Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah upaya-upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota hingga Desa yang
berkolaborasi dengan dunia usaha, Perguruan Tinggi, Pendidikan
Vokasi, Komunitas Pelaku Ekonomi Kreatif, Media dan masyarakat
untuk menciptakan ekosistem usaha melalui pendekatan pemetaan,
pendataan, pembinaan, pengawasan serta penguatan usaha kreatif
bisa menjadi industri kreatif.
10. Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Tengah
yang selanjutnya disebut Reindekrafprov adalah dokumen perencanaan
jangka panjang dalam rangka pengembangan Ekonomi Kreatif Provinsi
Jawa Tengah yang disusun untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun
dan ditetapkan dalam Peraturan Gubernur.
11. Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Tengah
yang selanjutnya disebut Reakrafprov adalah dokumen perencanaan
jangka menengah dalam rangka pengembangan Ekonomi Kreatif
Provinsi Jawa Tengah yang disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan ditetapkan dalam Peraturan Gubernur
12. Komite Ekonomi Kreatif Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya
disingkat KEK adalah lembaga nonstruktural independen yang
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur yang
mempunyai tugas mengkoordinasikan dan mendukung pelaksanaan
tugas Perangkat Daerah Provinsi yang membidangi Ekonomi Kreatif
dalam pengembangan Ekonomi Kreatif.
13. Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang timbul atau lahir karena
kemampuan intelektual manusia melalui daya cipta, rasa, dan
karsanya yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra.
14. Skema Pembiayaan Berbasis Kekayaan Intelektual adalah skema
Pembiayaan yang menjadikan Kekayaan Intelektual sebagai objek
jaminan utang bagi lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan
nonbank agar dapat memberikan Pembiayaan kepada Pelaku Ekonomi
Kreatif.
15. Inkubator Ekonomi Kreatif merupakan ruang kreatif yang
mengintegrasikan infrastruktur fisik dan infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi sebagai tempat pengembangan Ekonomi
Kreatif untuk membina, mengembangkan dan memberdayakan karya
kreatif.
BAB II
RUANG LINGKUP
4
Pasal 2
BAB III
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF
PROVINSI JAWA TENGAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Bagian Kedua
Muatan Reindekrafprov
Pasal 4
5
Bagian Ketiga
Penyusunan Reindekrafprov
Paragraf 1
Umum
Pasal 5
Pasal 6
Paragraf 2
Penyusunan Rancangan Reindekrafprov
Pasal 7
6
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
7
(3) Public hearing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali.
(4) Penyelenggaraan public hearing menggunakan pendekatan partisipatif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan ayat (3).
Pasal 11
Paragraf 3
Penyelarasan Rancangan Reindekrafprov
Pasal 12
Paragraf 4
Harmonisasi dan pengundangan
Pasal 13
8
(3) Reindekrafprov Jawa Tengah Tahun 2024-2044 tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Gubernur ini.
Bagian Keempat
Reakrafprov
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
9
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Bagian Kelima
Peninjauan Kembali
Pasal 21
BAB IV
IDENTITAS KREASI JAWA TENGAH
Pasal 22
Pasal 23
10
(1) Identitas "Kreasi Jawa Tengah” berbentuk tulisan berhuruf Jawa yang
menunjukkan nama produk Ekonomi Kreatif.
(2) Pencantuman identitas "Kreasi Jawa Tengah" dimaksudkan untuk
menunjukkan ciri, karakter, yang khas dan asli budaya Jawa Tengah
dari setiap produk Ekonomi Kreatif Jawa Tengah.
(3) Identitas "Kreasi Jawa Tengah" dicantumkan dalam kemasan dan/atau
produk Ekonomi Kreatif.
(4) Ukuran, warna, dan tata letak pencantuman identitas "Kreasi Jawa
Tengah" disesuaikan dengan kemasan dan/atau produk Ekonomi
Kreatif.
Pasal 24
BAB V
PENGEMBANGAN KAPASITAS PELAKU EKONOMI KREATIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 25
Pasal 26
11
d. standarisasi usaha; dan/atau
e. sertifikasi profesi bidang Ekonomi Kreatif.
Bagian Kedua
Pengembangan Kapasitas Pelaku Kreasi
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
12
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
berbagai pelaksanaan tindakan dan/atau pemberian fasilitas sebagai
sarana pendukung untuk mempermudah Pelaku Kreasi dalam
berkreasi, mengelola dan/atau melindungi Kekayaan Intelektual,
dan/atau komersialisasi Kekayaan Intelektual.
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
(1) Dalam hal Pelaku Kreasi terbukti memberikan dokumen dan informasi
yang tidak benar dan/atau menyalahgunakan fasilitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32, maka pengoperasian fasilitas tersebut dapat
dihentikan atau dialihkan kepada Pelaku Ekonomi Kreatif lainnya.
(2) Temuan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
dari hasil pengawasan dan pengendalian terhadap Barang Milik
Daerah yang dilakukan oleh Dinas atau Dinas Terkait.
(3) Berdasarkan temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas atau
Dinas Terkait mengajukan permohonan kepada Gubernur untuk
menghentikan pengoperasian fasilitas oleh Pelaku Kreasi.
13
(4) Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dialihkan kepada
Pelaku Kreasi lain setelah melalui permohonan dan penandatanganan
perjanjian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 34
Pasal 35
Bagian Ketiga
Pengembangan Kapasitas Pengelola Kekayaan Intelektual
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
14
Pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b
dimaksudkan untuk:
a. memberikan konsultasi, supervisi, dan/atau motivasi dalam mengelola
badan usaha;
b. pengembangan pemasaran produk Ekonomi Kreatif;
c. perolehan pembiayaan dari lembaga keuangan bank dan non bank;
dan/atau
d. penyelesaian permasalahan hukum.
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
BAB VI
PENGEMBANGAN EKOSISTEM EKONOMI KREATIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 42
15
a. pengembangan riset;
b. pengembangan pendidikan;
c. fasilitasi pendanaan dan pembiayaan;
d. penyediaan infrastruktur;
e. pengembangan sistem pemasaran;
f. pemberian insentif;
g. fasilitasi Kekayaan Intelektual; dan
h. pelindungan hasil kreativitas.
Bagian Kedua
Pengembangan Riset
Pasal 43
Pasal 44
Bagian Ketiga
Pengembangan Pendidikan
Pasal 45
16
Pasal 46
Bagian Keempat
Fasilitasi Pendanaan dan Pembiayaan
Paragraf 1
Fasilitasi Pendanaan
Pasal 47
Paragraf 2
Fasilitasi Pembiayaan
Pasal 48
17
(1) Fasilitasi pembiayaan dilakukan melalui penerapan Skema
Pembiayaan Berbasis Kekayaan Intelektual.
(2) Skema Pembiayaan Berbasis Kekayaan Intelektual merupakan skema
pembiayaan yang menjadikan Kekayaan Intelektual sebagai objek
jaminan utang.
(3) Kekayaan Intelektual yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan
utang berupa:
a. Kekayaan Intelektual yang telah tercatat atau terdaftar di
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang hukum; dan
b. Kekayaan Intelektual yang sudah dikelola, baik secara sendiri
dan/atau dialihkan haknya kepada pihak lain.
(4) Fasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi dalam penerapan Skema
Pembiayaan Berbasis Kekayaan Intelektual, melalui:
a. penyediaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi dan sumber lain yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Pemerintah Daerah Provinsi dapat memberikan penugasan kepada
bank pembangunan daerah Provinsi untuk mengelola dan
menyalurkan dana sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan/atau
c. mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota untuk
menyediakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten/kota dalam rangka Skema Pembiayaan
Berbasis Kekayaan Intelektual di kabupaten/kota;
d. Dinas dan/atau Dinas Terkait dengan melibatkan KEK membantu
Pelaku Ekonomi Kreatif yang telah mendapatkan pembiayaan dari
lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan nonbank, dalam
proses pencatatan pembiayaan yang diterimanya ke dalam sistem
pencatatan fasilitasi Pembiayaan Pelaku Ekonomi Kreatif.
Bagian Kelima
Penyediaan Infrastruktur
Pasal 49
Bagian Keenam
18
Pengembangan Sistem Pemasaran
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Pasal 53
19
membidangi perdagangan berkoordinasi dengan Dinas dan melibatkan
KEK.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam
bentuk:
a. pemberian dukungan promosi pemasaran melalui berbagai media;
dan/atau
b. penyediaan program untuk mempromosikan produk Ekonomi
Kreatif berbasis Kekayaan Intelektual.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat
dilaksanakan melalui kerjsama dengan media massa baik cetak,
elektronik, dan/atau media online.
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
20
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
penyediaan sumber daya dan layanan untuk mempercepat proses
pelayanan dalam rangka pengembangan pemasaran produk Ekonomi
Kreatif.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilaksanakan di
dalam Inkubator Ekonomi Kreatif.
Bagian Ketujuh
Pemberian Insentif
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
21
(2) Insentif nonfiskal bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dapat
berupa
a. dukungan program dan kegiatan pembangunan;
b. penyediaan infrastruktur; dan/atau
c. penghargaan
Pasal 60
Pasal 61
Bagian Kedelapan
Fasilitasi Kekayaan Intelektual
Pasal 62
22
cipta dan hak terkait serta pendaftaran hak kekayaan industri kepada
Pelaku Ekonomi Kreatif.
(3) Fasilitasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 63
Bagian Kesembilan
Pelindungan Hasil Kreativitas
Pasal 64
BAB VII
INKUBATOR EKONOMI KREATIF
Pasal 65
Pasal 66
23
(1) Secara kelembagaan, Inkubator berada di bawah pengelolaan Dinas,
dan secara fungsi berada di bawah koordinasi Dinas dan KEK.
(2) Pengurus Inkubator Ekonomi Kreatif dipilih dari kalangan professional
dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(3) Pengurus Inkubator sekurang-kurangnya meliputi:
a. Pembina, secara ex officio dijabat oleh Gubernur;
b. Pengawas, secara ex officio berasal dari unsur Dinas dan KEK;
c. Ketua dan Wakil Ketua, dipilih dari kalangan professional;
d. Staf administrasi berasal dari pegawai daerah Provinsi.
(4) Pengurus Inkubator Ekonomi Kreatif bertanggungjawab kepada
Gubernur melalui Kepala Dinas dan KEK.
(5) Biaya pengelolaan Inkubator Ekonomi Kreatif bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, dan dapat berasal dari
sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.
Pasal 67
Pasal 68
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 69
24
(1) Gubernur melakukan pengawasan dan pengendalian untuk menjamin
terselenggaranya pengembangan Ekonomi Kreatif agar mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui pemantauan, evaluasi, dan penertiban yang
meliputi tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan program dan
kegiatan dalam rangka pengembangan Ekonomi Kreatif.
(3) Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Dinas, Dinas Terkait,
dan KEK sesuai kewenangan masing-masing.
(4) Dalam hal ditemukan adanya dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan
pengembangan Ekonomi Kreatif, Dinas, Dinas Terkait, dan/atau KEK
menyerahkan dugaan pelanggaran tersebut kepada perangkat daerah
yang membidangi pengawasan untuk diklarifikasi dan ditindaklanjuti
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Tindak lanjut terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dapat berupa pembinaan dan/atau pengenaan sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 70
Ditetapkan di Semarang
pada tanggal ......................
ttd
..........................................
Diundangkan di Semarang
pada tanggal ...........................
ttd
...............................................
25
26