Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Anemia merupakan sebuah masalah kesehatan umum yang terdapat di seluruh


dunia, umumnya di alami pada wanita usia reproduksi. Anemia disebabkan oleh
defisiensi zat besi. Efek dari anemia tidak hanya berbahaya pada saat proses
persalinan namun juga berbahaya pasca melahirkan atau post partum (enam
minggu setelah kelahiran bayi).

Data yang mencatat mengenai prevalensi anemia post partum di seluruh dunia
terbatas namun di laporkan dua juta orang di seluruh dunia mengalami anemia
post partum. Penelitian yang dilakukan pada negara-negara maju melaporkan
bahwa 10-30% wanita post partum mengalami anemia, sedangkan pada negara-
negara berkembang dilaporkan rata-rata 56% (35-75%) mengalami anemia post
partum.

Kelompok ibu hamil (bumil) merupakan salah satu kelompok yang beresiko
tinggi mengalami anemia yang dialami umumnya merupakan anemia relatif
akibat perubahan fisiologis tubuh selama kehamilan. Anemia pada populasi ibu
hamil menurut kriteria anemia yang ditentukan WHO dan pedoman Kemenkes
1999, adalah sebesar 37,1% dan proporsinya hampir sama antara bumil di
perkotaan (36.4%) dan perdesaan (37.8%).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian suplemen zat


besi dan asam folat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sebagai intervensi
kesehatan umum pada wanita dewasa dan remaja wanita di daerah dimana
prevalensi anemia tinggi. Pada periode post partum, suplemen zat besi dan asam
folat dapat mengurangi resiko anemia dengan meningkatkan status zat besi
ibunya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi
pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan
fisiologis tubuh. Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off points
anemia berbeda-beda antarb kelompok umur, maupun golongan individu.
Kelompok umur atau golongan individu tertentu dianggap lebih rentan mengalami
anemia dibandingkan kelompok lainnya.
Rujukam cut-off point anemia balita 12-59 bulan adalah kadar Hb di bawah 11,0
g/dL. Anak sekolah usia 6-12 tahun dianggap mengalami anemia bila kadar Hb-
nya <12,0 g/dL.
Definisi dari anemia pada kehamilan adalah dimana Hb <110 g/L atau <115 g/L
dengan terdapat beberapa perubahan tergantung dari trimester kehamilan.
Bagaimanapun juga, kadar hemoglobin <100 g/L mengindikasikan anemia pada
stadium manapun selama kehamilan yang sebaiknya menjadi dasar dilakukan
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut dikarenakan adanya efek
samping/komplikasi yang serius untuk ibu dan bayinya dan peningkatan resiko
pertumbuhan retardasi intrauterine dan kehamilan prematur.
Sehingga dapat disimpulkan, anemia pada usia reproduksi didefiniskan dengan
Hb<120 g/L atau pada beberapa referensi lain <115 g/L.
- Definisi dari Defisiensi Besi
Defisiensi zat besi dapat di klasifikasikan sebagai defisiensi zat besi yang severe
saat kadar serum ferritin dibawah 20-30 /L dan ringan-sedang saat kadar serum
ferritin dibawah 70-100 /L. Kadar ferritin merupakan marker atau penanda untuk
defisiensi zat besi (Iron deficiency/ID). Bagaimanapun juga , serum ferritin
merupakan fase reaksi dan dapat meningkat apabila ada inflammasi/infeksi, oleh
karena itu, dilakukan pula sebuah tes untuk marker inflammasi apabila terdapat
kasus anemia dengan peningkatan ferritin untuk mengeliminasi penyebab reaksi.
ID pada umumnya tidak terdapat pada kadar ferritin diatas 100 g/L.
- Defisiensi Zat Besi Saat Kehamilan
Selama kehamilan, hepcidin fetus mengatur transfer/perpindahan zat besi plasenta
dari plasma maternal menuju sirkulasi fetus. Saat konsentrasi hepcidin rendah,
zat besi memasuki plasma darah pada kadar yang tinggi. Saat konsentrasi
hepcidin tinggi, ferroportin di internalized dan zat besi terjebak di enterocyte,
makrofag dan hepatosit. Kebutuhan eksternal terhadap zat besi di antara 1 hingga
8 mg setiap harinya. Namun kebutuhan eksternal terhadap zat besi lebih banyak di
butuhkan untuk menyeimbangkan demand terhadap zat besi pada kondisi
fisiologis berikut ini pertumbuhan, kehamilan dan laktasi. Kebutuhan yang
signifikan tinggi terhadap zat besi dibutuhkan untuk perkembangan fetus dan
plasentas agar mendukung volume darah ibu. Oleh Karena itu, wanita hamil
merupakan subyek bagi iron loss selama dan pasca melahirkan/persalinan.
Total kehilangan zat besi pada yang berhubungan dengan kehamilan dan laktasi
kurang lebih 1000mg. Oleh karena itu, kebutuhan zat besi yang di
rekomendasikan untuk dikonsumsi oleh wanita hamil adalah 27 mg, sedangkan
untuk wanita yang sedang menyusui 10 mg.

2. EPIDEMIOLOGI
Defisiensi zat besi merupakan gangguan defisiensi yang paling umum di dapat di
seluruh dunia, yang mengenai dua juta orang, dengan resiko tinggi pada wanita
hamil. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa anemia
defisiensi zat besi (IDA/iron deficiency anemia) pada saat kehamilan merupakan
masalah yang paling signifikan di dapat.
Defisiensi zat besi mengenai lebih banyak wanita di bandingkan kondisi lainnya,
yang mengarah kepada krisis kesehatan umum epidemic. Pada umumnya kondisi
ini muncul dengan manifestasi klinis yang tidak umum dan sebaiknya
dipertimbangkan sebagai penyakit kronis dengan progresi yang cukup lama
sehingga sering di anggap remeh dan tidak ditangani walaupun sudah terdapat
beberapa peringatan dan kampanye oleh WHO.
Prevalensi yang tinggi IDA pada perempuan memiliki efek samping yang cukup
penting contohnya penurunan kapasitas kerja dan produktivitas.

3. ETIOLOGI
- Kehilangan darah yang bersifat kronis dan patologis :
a. Yang paling sering adalah perdarahan (menorrhagia, metrorrhagia)
pada wanita, perdarahan gastrointestinal di antaranya adalah ulkus
peptikum, varices esophagus, gastritis, hernia hiatus, diverticulitis,
karsinoma lambung, karsinona sekum, karsinoma kolon, infestasi
cacing tambang. Konsumsi alkohol atau aspirin yang berlebihan dapat
menyebabkan gastritis, hal ini tanpa disadari terjadi kehilangan darah
sedikit-dikit tapi berlangsung terus menerus.
b. Yang jarang adalah perdarahan saluran kemih, yang disebabkan tumor,
batu ataupun infeksi kandung kemih.
- Kebutuhan yang meningkat pada prematuritas, pada masa pertumbuhan
(remaja), kehamilan, wanita menyusui, wanita menstruasi,
Pertumbuhan yang sangat cepat disertai penambahan volume darah yang
banyak, tentu akan meningkatkan kebutuhan besi.
- Malabsorbsi : sering terjadi akibat dari penyakit coeliac, gastritis atropi
dan pada pasien setela dilakulan gastrektomi
- Diet yang buruk/diet rendah besi
Merupakan faktor yang banyak terjadi di negara yang sedang berkembang
dimana faktor ekonomi yang kurang dan latar belakang pendidikan yang
rendah sehingga pengetahuan mereka sangat terbatas mengenai
diet/asupan yang banyak mengandung zat besi.
Beberapa makanan yang mengandung besi tinggi adalah daging, telur,
ikan, hati, kacang kedelai, kerang, tahu, gandum. Yang dapat membantu
penyerapan vitamin C, cuka, kecap. Dan yang dapat menghambat besi
adalah mengkonsumsi banyak serat sayuran, penyerapan besi the, kopo.
4. PATOFISIOLOGI

5. FAKTOR RESIKO

6. PEMERIKSAAN FISIK

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

8. DIAGNOSIS

9. GEJALA KLINIS
Dikarenakan zat besi merupakan elemen yang penting pada seluruh sel,
gejala-gejala dari defisiensi zat besi dapat terjadi sebelum penurunan Hb.
Biasanya gejala dan tanda-tanda tidak spesifik. Lemah/fatigue merupakan
tanda yang paling umum. Wanita biasanya mengeluh kelemahan, sakit kepala,
palpitasi, pusing, sesak napas, kurang konsentrasi dan rambut rontok.

10. PENATALAKSANAAN
 Antenatal
Apabila Hb <110g/L: Mulai pemberian zat besi secara oral. Sulfat
Ferrous 200 mg di konsumsi sebelum makan (perut kosong) , 1 jam
sebelum makan. Obat-obat lain atau antasida, the atau kopi sebaiknya
tidak dikonsumsi di saat bersamaan.
Pengukuran Hb diulang 3 minggu setelah terapi zat besi (15-16
minggu kehamilan) dan sebaiknya di dapatkan peningkatan Hb.
Apabila tidak di dapatkan peningkatan Hb, serum ferritin sebaiknya di
lakukan. Elektroforesis Hb sebaiknya di pertimbangkan dan dirujuk ke
special obstetric & ginekologi.

Hb <90g/L : mulai pemberian zat besi 200 mg dan dilakukan follow


up seperti di atas.

Hb <70g/L : Cepat dirujuk ke klinik obstetric & ginekologi.


BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny.
Umur (tahun) :
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Periksa :

B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Perdarahan pasca persalinan
2. Riwayat Perjalanan Penyakit

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
4. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
5. Riwayat Alergi
Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
BB :
TB :
IMT :
Status Gizi :
a. Kepala
Bentuk : tidak ada kelainan
Rambut : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : serumen (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : bibir pucat, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : simetris
Trakea : di tengah
KGB : tidak terasa pembesaran KGB
JVP : tidak meningkat

c. Thorax
- Paru
Inspeksi : bentuk normal, pergerakan napas simetris
kanan dan kiri
Palpasi : vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler pada seluruh lapangan paru,
Rh (-/-), Wh (-/-)
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga V linea
midclavicularis kiri
Perkusi : pekak
Auskultasi : bumyi jantung I-II regular, murmur (-),
gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar,simetris, eritema (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, nyeri ketuk (-)
Aukultasi : bising usus (+) normal
D. Diagnosis Kerja
Anemia Post Partum
E. Diagnosis Banding

F. Terapi

G. Edukasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai