Anda di halaman 1dari 44

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI TUGAS

FAKULTAS KEDOKTERAN Desember 2017


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

G2P1A0 GRAVID PRETERM 36 MINGGU 6 HARI +


TRIPLET + PREEKLAMSIA BERAT + KETUBAN
PECAH DINI

OLEH:
Azhar Fauzan S.Ked.

Pembimbing :
dr. Dr. H Armyn A Oesman, Sp.OG, (K).

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Azhar Fauzan,S.Ked
Nim : 10542 0177 10
Judul Laporan : G2P1A0 Preterm 32 minggu 6 hari + Triplet + PEB + KPD
Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Obstetric dan Gynecologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, September 2017


PEMBIMBING

dr. H. Armyn A. Oesman, Sp.OG(K).

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

BAB III LAPORAN KASUS …………………………………………..................29

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................37

BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………...41

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................42

3
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian baik bagi klien, dokter, perawat, bidan
maupun masyarakat pada umumnya. Kehamilan kembar memberiakan dampak
meningkatnya morbiditas dan mortalitas, karena itu mempertimbangkan kehamilan
kembar sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan. Berbagai
komplikasi lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar baik terhadap ibu maupun
janin yang berada dalam kandungan. Ada pun komplikasi kehamilan kembar yaitu
BBLR, prematur.
Angka kejadian kehamilan ganda di Amerika adalah lebih dari 2%. Pada
kehamilan ganda kemungkinan terjadinya abortus spontan lebih tinggi daripada
kehamilan tunggal. Makin banyak jumlah janinnya, makin tinggi terjadinya abortus. Pada
triplet, angka kejadian abortus adalah 25%. Sekitar 40-50% hamil kembar lahir kurang
dari 37 minggu dibandingkan dengan 9,6% pada kehamilan tunggal, dan 50% lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 g, sedangkan pada hamil tunggal hanya 6%. Pada
triplet, sebesar 90% lahir preterm. Apabila kenaikan berat badan ibu selama hamil antara
40-45 pound, maka berat badan lahir akan lebih dari 2.500 g.
Angka kehamilan kembar di Indonesia adalah 33 %. Jumlah kelahiran triplet serta
kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi melonjak hingga 40,4 persen.
Secara umum, hal ini terjadi semakin luasnya penggunaan teknologi reproduksi dalam
penatalaksanaan infertilitas. Selain itu kehamilan kembar juga dapat terjadi karena sebab
lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan, wanita dengan riwayat persalinan yang sering,
wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil KB dan juga lebih tinggi pada orang
yang memiliki keturunan atau genetik kembar.
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan kebanyakan
memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit (NICU). Sekitar 50 persen
kelahiran kembar terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan akan
semakin pendek dengan bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi
dari kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.

4
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena
jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung ( selaput ketuban ) relatif
kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
Diseluruh dunia sekitar 76.000 wanita hamil meninggal setiap tahun akibat
preeklamsia dan gangguan hipertensi lainnya pada kehamilan. Insiden preeklamsia di
Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat berkisar 2-5% sedangkan di negara
berkembang berkisar 4- 18% dari semua kehamilan. Di Indonesia Maternal Mortality
Ratio (MMR) periode 2008 sampai 2012 sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran
hidup. Frekuensi kejadian preeklamsia di Indonesia sekitar 3-10% dari semua jumlah
kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita preeklamsia.
Preeklamsia dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapatkan 28,6% kejadian preeklamsia dan
didapatkan satu kasus kematian ibu karena eklamsia.
Laporan WHO tahun 2012 yang berjudul Born too soon mengungkapkan bahwa
setiap tahunnya diperkirakan 15 juta bayi dilahirkan secara preterm dan angka ini terus
meningkat. Dari semua jumlah tersebut, 1 juta bayi meninggal pertahun dari komplikasi
persalinan preterm. Pada laporannya, WHO juga menuliskan bahwa Indonesia masuk
dalam 11 besar (peringkat ke 9) negara dengan tingkat persalinan preterm lebih dari 15%
kelahiran dan 10 besar (peringkat ke 5) penyumbang 60% persalinan preterm di dunia
dengan angka kelahiran preterm 15,5/100 kelahiran hidup.
Insiden dari ketuban pecah dini 6-19 % kehamilan. Menurut organisasi kesehatan
(WHO) angka kejadian Ketuban Pecah Dini pada tahun 2013 sebanyak 50-60%.
Sedangkan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 35 %.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan
Pengertian Kehamilan
Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.1
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.1,2
Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis,
biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. kehamilan dengan kasus
khusus misalnya hamil bermasalah kecemasan yang menghantui ibu hamil juga
mempengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang menjalani kehamilan
dengan kasus khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga
mengalami kecemasan.1,2
Istilah medis untuk kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin mulai sejak
280-300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia
kehamilan), Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia
kehamilan).1,2
Proses kehamilan juga sudah dijelaskan pada Al-Qur’an dalam surat al-Mu’minun
ayat: 12-16

6
Artinya : 12). Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati
(berasal) dari tanah, 13). Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim), 14). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu
yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk)
lain, Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. 15). Kemudian setelah itu, sungguh
kamu pasti mati. 16). Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada
hari kiamat.3
Dan dalam surat Al-Hajj ayat 5 :

Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan ( dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada
kamu dan kami tetap kan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang
sudah di tentukan. Kemudian kami keluarkan kamu sebagi bayi, kemudian(dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang di
wafatkan dan ( ada pula) di antara kamu yang di panjangkan umurnya sampai
pikun ,supaya dia tidak mengetahui lagi suatupun yang dahulu telah di ketahuinya. Dan

7
kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumu itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah.“(QS.Al-Hajj: 5).3
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu hadits shahih bersabda.
ْ ُ‫ط ِن ُأ ِّم ِه َأرْ بَ ِع ْينَ يَوْ ًما ن‬
َ ‫ ثُ َّم يَ ُكوْ نُ ُمضْ َغةً ِم‬،َ‫ ثُ َّم يَ ُكوْ نُ َعلَقَةً ِم ْث َل َذلِك‬،ً‫طفَة‬
‫ ِه‬K ‫ ثُ َّم يُرْ َس ُل ِإلَ ْي‬،َ‫ثل َذلِك‬ ْ َ‫إن َأ َح َد ُكم يُجْ َم ُع خلقُهُ فِ ْي ب‬
َّ
‫ َو َشقِ ٌّي َأوْ َس ِع ْي ٌد‬،‫ َو َع َملِ ِه‬،‫ َوَأ َجلِ ِه‬،‫ب ِر ْزقِ ِه‬ ٍ ‫ َويُْؤ َم ُر بَِأرْ بَ ِع َكلِ َما‬،‫ك فيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه الرُّ وْ َح‬
ِ ‫ بِ َك ْت‬:‫ت‬ ْ
ُ َ‫ال َمل‬،
Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam
perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah
selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula,
kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu
ditetapkan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan
kebahagiaannya.” [Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu].3
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu
hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terdapat 3 subkategori usia
kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health Organization (WHO)4, yaitu:
1. Extremely preterm (< 28 minggu)
2. Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3. Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu)
berkenaan dengan hal diatas, Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika
menafsirkan surat Al-Ahqaf ayat 15,
:‫ه‬KK‫ وقول‬، ]14 :‫ان‬KK‫امين} [لقم‬KK‫اله في ع‬KK‫ {وفص‬:‫ان‬KK‫تي في لقم‬KK‫ع ال‬KK‫ة م‬KK‫ذه اآلي‬KK‫ به‬،‫ه‬KK‫ي هللا عن‬KK‫ رض‬،‫تدل علي‬KK‫د اس‬KK‫وق‬
‫تة‬KK‫ على أن أقل مدة الحمل س‬، ]233 :‫{والوالدات يرضعن أوالدهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة} [البقرة‬
‫ رضي هللا عنهم‬،‫ ووافقه عليه عثمان وجماعة من الصحابة‬.‫ وهو استنباط قوي صحيح‬،‫أشهر‬.
“ Ali radhiallahu ‘anhu berdalil bahwa ayat ini [Al-ahqaf: 15] bersama ayat dalam surat
surat Luqman {“dan penyapihannya selama dua tahun”} dan surat firman-Nya {“Para
ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan.”} [AL-Baqarah: 223] bahwa batasan minimal lama waktu
kehamilan adalah 6 bulan. Ini adalah kesimpulan yang kokoh dan shahih. Disepakati
oleh Ustman dan sejumlah sahabat radhiallhu ‘anhu.”3
Pematangan paru intrauterine meliputi fase embrionik, pseudoglanduler,
kanalikuler, fase sakuler dan fase alveolar. Paru mulai memproduksi surfaktan pertama

8
kali antara minggu ke 28 dan 32 kehamilan. Imaturitas pada struktur dan fungsi paru akan
mengakibatkan produksi surfaktan yang rendah oleh sel alveolar tipe II, sehingga
defisiensi surfaktan dapat mengakibatkan sindrom distres pernafasan pada bayi baru
lahir. Pemberian kortikosteroid sebelum paru matang akan memberikan efek berupa
peningkatan sintesis fosfolipid surfaktan pada sel pneumosit tipe II dan memperbaiki
tingkat maturitas paru.4,5
Deksametason secara intramuskular lebih dipilih karena rute intramuskular
memiliki pelepasan yang lebih lambat dengan durasi yang lebih lama. Administrasi
intravena tidak direkomendasikan karena akan memberi paparan kortikosteroid terhadap
wanita hamil dan janin nya dengan konsentrasi tinggi pada tahap awal sehingga
meningkatkan efek samping akibat penetrasi deksametason secara cepat ke plasenta.
Deksametason diberikan 4 kali dosis selama 2 hari karena terapi kortikosteroid antenatal
dilakukan menyerupai paparan kortikosteroid endogen yang terjadi selama kehamilan
dimana induksi kortisol endogen pada ibu juga terjadi selama 48 jam (2 hari), sehingga
durasi deksametason juga diberikan selama 2 hari.4,5
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus di dalam
tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam kasus kembar
atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi dan
kelahiran 6 minggu dari pembuahan.4,5
2.1.1 Kehamilan Ganda
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang ada
didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi
wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila
diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin.1,4,5
Sesungguh Allah sudah menjelaskan kepada kita bahwa kehamilan itu bisa terjadi
lebih dari 1, dan Allah juga mengetahui kelebihan atau kekurangan yang terjadi pada
janin selama berada di kandungan ibunya. QS. Ar-Ra’d: 8

9
”Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim
yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada
ukurannya.”3
kehamilan kembar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain1,4:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin dapat
menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
d. Faktor yang lain belum diketahui

Pada kehamilan ganda, kemungkinan untuk terjadinya kematian perinatal lebih


besar dibandingkan dengan kehamilan tunggal yaitu sebesar 10-12%. Dan semua
kematian intrauterin yang terjadi pada kehamilan ganda 73% berhubungan dengan
plasenta yang monokorion. Maka dari itu, Bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi
wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila
diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin.1,4

10
Gambar 1. Plasenta dan selaput janin kembar monozigotik. (A): 2 plasenta, 2 korion
(melekat menjadi satu), 2 amnion. (B): 2 plasenta (menjadi satu), 2 korion (melekat
menjadi satu), 2 amnion. (C): 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion (melekat menjadi satu) (D):
1 plasenta, 1 korion, 1 amnion

Kehamilan kembar dibagi menjadi 3 macam :


a. Gemelli dizigotik = kembar dua telur , heterolog, biovuler dan praternal.4

b. Gemelli monozigotik = kembar satu telur, homolog, uniovuler, identik dapat terjadi
karena4 :

1. Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula :


2. Hambatan pada tingkat segmentasi
3. Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitif steak.

c. Conjoined twins, superfekkundasi 2 superfetasi


Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin melengket satu
dengan yang lainnya. Misalnya torakopagus (dada dengan dada), abdominopagus
(perlengketan antara kedua abdomen), kraniopagus (kedua kepala) dan sebagainya.
Banyak kembar siam telah dapat dipisahkan secara operatif dengan berhasil.
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan dalam ovulasi yang sama
pada dua kali koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.4
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormon gonadotropin yang
dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.
Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu
menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau terbentuknya 2 ovum atau
lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan ditemukan 21 korpora
lutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan
kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu, jika semua embrio
yang kemudian dimasukan kedalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari

11
satu. Pada kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas
tidak atau sedikit sekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini
sebabnya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor
penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula terbentuk,menghasilkan
kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion dan 2 plasenta seperti pada kehamilan
kembar dizigotik.4,5
Perubahan fisik pada ibu dengan kehamilan ganda pada umumnya sama dengan
kehamilan tunggal, namun biasanya lebih besar menimbulkan masalah. Perubahan
tersebut seperti peningkatan hCG yang dapat mengakibatkan hyperemesis
gravidarum,pembesaran payudara, peningkatan frekuensi berkemih, nafsu makan
meningkat dan mudah lelah. Pada trimester kedua akan terjadi sesak nafas,
pembengkakan pada bagian ekstremitas bawah (oedema), peningkatan berat badan,
pembesaran rahim yang tidak seperti kehamilan tunggal,pergerakan janin yang lebih
kuat.4,5
Untuk mendiagnosa adanya suatu kehamilan kembar dapat dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
Anamnesa
Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan, Gerakan janin lebih banyak dirasakan,
ibu hamil, Uterus terasa lebih cepat membesar, Pernah hamil kembar atau ada sejarah
keturunan.
Inspeksi dan palpasi
Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan cepat tumbuhnya
dari biasa, Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak, Banyak bagian-bagian kecil
teraba, Teraba 3 bagian besar janin, Teraba 2 balotemen.
Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan,
kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-sama dihitung dan berselisih 10.
Rontgen foto abdomen
tampak gambaran 2 janin.
Ultrasonografi
Tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat ditentukan pada triwulan I.

12
Penyulit yang mungkin timbul pada ibu dengan kehamilan ganda adalah
polihidramnion yang dapat mengakibatkan persalinan premature. Polihidramnion
biasanya mulai terjadi pada usia gestasi 18-20 minggu dan frekuensi polihidramion pada
hamil ganda sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan tunggal.
Pertumbuhan dan perkembangan uterus dan janin di awal kehamilan memerlukan
cadangan zat besi maternal yang lebih besar, di akhir kehamilan (28 minggu), kebutuhan
janin tersebut dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya. Frekuensi dan
resiko pre-eklampsi dan eklampsi lebih besar, pembesaran uterus mengakibatkan sukar
bernafas, sering berkemih, odema dan varises pada tungkai dan vulva. Dapat terjadi
inersia uteri, perdarahan postpartum dan solusio plasenta. Sesudah anak pertama lahir,
persalinan premature diakibatkan karena peregangan rahim yang berlebihan, persalinan
sesar, disseminated intravascular coagulation atau perdarahan hebat. Nyeri punggung
dan meningkatnya ukuran uterus juga dapat menyebabkan terjadinya dispnea dan
inidigesti yang cukup parah.4,5

Tanda-Tanda Kehamilan.2
Tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi.
Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus
Neagie:HT – 3 (bulan + 7)
b) Mual dan muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.
Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”.
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
d) Pingsan

13
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu nafsu
makan timbul lagi
f) Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang
merangsang duktus dan alveoli payudara.
g) Miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus
yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir
kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
h) Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh pengaruh
hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas,
melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.
j) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada triwulan
pertama.

k) Varises (pemekaran vena-vena)


Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia
eksterna, kaki dan betis,dan payudara.
2. Tanda kemungkinan kehamilan
a) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran
perut.
b) Uterus membesar

14
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama
makin bundar.
c) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak terutama daerah
ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus
uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan
lebih lunak.
d) TandaChadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan
serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
e) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata tetapi di
daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke
salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
f) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa
hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada
mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan.
g) Teraba Ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di
dalam uterus.
h) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan
tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
3. Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.
b) Denyut jantung janin
1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec.
2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler.

15
3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram.
4) Dilihat pada ultrasonograf.
2.2 Preeklamsia
Preeklamsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan hipertensi yang
timbul setelah 20 minggu kehamilan dengan proteinuria.6,7,8,9
2.2.1 Preeklamsia ringan
a. Pengertian
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.6,7
b. Patofisiologi
Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini di anggap
sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.6
c. Gejala klinis.6,7,8
Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :
1) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
2) Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
4) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut.
5) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
d. Pemeriksaan dan diagnosis. 6,7,8
1) Kehamilan lebih 20 minggu.
2) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali
selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2
kali setelah istirahat 10 menit).

16
3) Edema tekanan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau
tungkai.
4) Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).
e. Penatalaksanaan6,7,8
1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan :
1) Banyak istirahat (berbaring tidur/miring).
2) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
3) Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral
selama 7 hari.
4) Roborantia
5) Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
6) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsia ringan berdasarkan kriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan
dari gejala-gejala preeklamsia
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut
(2 minggu).
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat. Bila
setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka preeklamsia ringan
di anggap sebagai preeklamsia berat. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah
ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita
tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan
dengan perawatan rawat jalan.
2.2.2 Preeklamsia berat
a. Pengertian
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. 6,7,8,9
b. Gejala klinis. 6,7,8,9
1. Tekanan darah 160/110 mmHg.

17
2. Oligouria, urin kurang dari 400 cc/24 jam.
3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter.
4. Keluhan subjektif :
a) Nyeri epigastrium.
b) Gangguan penglihatan.
c) Nyeri kepala.
d) Edema paru dan sianosis.
e) Gangguan kesadaran.
c. Pemeriksaan dan diagnosis. 6,7,8
1. Kadar enzim meningkat disertai ikterus.
2. Perdarahan pada retina.
3. Trombosit kurang dari 100.000/mm.
d. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat
selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi8,9 :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal. Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment yaitu NST (Non Stress Test) dan USG (Ultrasonography).
Indikasi8,9 :
a) Ibu
1. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2. Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan)
b) Janin
1. Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
2. Adanya tanda IUGR (Intrauterine Growth Restriction)
c) Laboratorium
1. Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia)

18
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal. 6,7
a) Indikasi : bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsia dengan keadaan janin baik.
b) Pengobatan medisial : sama dengan perawatan medisial pada pengelolaan aktif.
Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler
saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ yang terlibat
dan saat yang tepat untuk persalinan. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk
rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tidur miring ke kiri. Pengelolaan cairan pada
preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya edema paru dan oliguria. Diuretikum
diberikan jika terjadi edema paru dan payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah
furosemid. Pemberian diuretikum secara rutin dapat memperberat hipovolemi,
memperburuk perfusi utero-plasenta, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan
menurunkan berat janin. Antasida digunakan untuk menetralisir asam lambung sehingga
bila mendadak kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung. 6,7,8,9
Pemberian obat antikejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah
terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain
diazepam, fenitoin, MgSO4. Antikejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan
pemberian dosis awal 8 gram IM (4 gram bokong kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan
dosis lanjutan setiap 6 jam diberikan 4 gram. 6,7,8,9
Saat ini magnesium sulfat tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada
preeklampsia atau eklampsia. Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan risiko
kematian ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek flusher (rasa
panas). Syarat pemberian MgSO4 yaitu reflek patella normal, frekuensi pernapasan >16
kali per menit, harus tersedia antidotum yaitu Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10
cc) diberikan intravena 3 menit. Pemberian MgSO4 harus dihentikan jika Terjadi
intoksikasi maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) dan
setelah 24 jam pasca persalinan. Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka
bisa diberikan tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin. 6,7,8,9

19
Penentuan batas tekanan darah untuk pemberian antihipertensi masih bermacam-
macam, Antihipertensi diberikan jika desakan darah ≥180/110 mmHg atau MAP ≥126.
Jenis antihipertensi yang diberikan adalah nifedipine 10-20 mg peroral, dosis awal 10 mg,
diulangi setelah 30 menit, dosis maksimumnya 120 mg dalam 24 jam. Desakan darah
diturunkan secara bertahap, a) penurunan awal 25% dari desakan sistolik, b) desakan
darah diturunkan mencapai <160/105 mmHg atau MAP <125. Antihipertensi pada
preeklampsia berat diberikan jika tekanan darah ≥160/110 mmHg. Jenis antihipertensi
yang diberikan adalah nifedipin, jika tekanan darah ≥140/90 mmHg sd <160/110 mmHg
diberikan antihipertensi methyldopa jika pasien mengalami edama paru, payah jantung
kongesif, edem anasarka diberikan obat golongan diuretikum. 6,7,8,9
Jenis antihipertensi lain yang dapat diberikan adalah:
a) Hidralazin: dimulai dengan 5 mg intravena atau 10 mg intramuskuler, jika tekanan
darah tidak terkontrol diulangi tiap 20 menit, jika tidak berhasil dengan 20 mg dosis 1
kali pakai secara intravena atau 30 mg intramuskuler dipertimbangkan penggunaan obat
lain. Mekanisme kerjanya dengan merelaksasi otot pada arteriol sehingga terjadi
penurunan tahanan perifer. Jika diberikan secara intravena efeknya terlihat dalam 5- 15
menit. Efek sampingnya adalah sakit kepala, denyut jantung cepat dan perasaan gelisah,
hidralazin termasuk dalam kategori C (keamanan penggunaannya pada wanita hamil
belum ditetapkan) 6,7,8,9.
b) Labetalol: termasuk dalam beta bloker, mekanismenya menurunkan tahanan perifer
dan tidak menurunkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Obat ini dapat diberikan
secara peroral maupun intravena yang dimulai dengan 20 mg secara intravena, jika efek
kurang optimal diberikan 40 mg 10 menit kemudian, penggunaan maksimal 220 mg, jika
level penurunan tekanan darah belum dicapai obat dihentikan dan dipertimbangkan
penggunaan obat lain, “dihindari pemberian Labetalol untuk wanita dengan asma atau
gagal jantung kongestif”, jika diberikan secara intravena efeknya terlihat dalam 2-5 menit
dan mencapai puncaknya setelah 15 menit, obat ini bekerja selama 4 jam. Labetalol
termasuk dalam kategori C (keamanannya pada wanita hamil belum ditetapkan). 6,7,8,9
c) Beta-bloker (Atenolol, Metoprolol, Nadolol, Pindolol, Propranolol), obat- obat tersebut
berhubungan dengan peningkatan insiden dari kemunduran intrauterine fetalgrowth dan

20
tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang pada kehamilan, dosis
Propranolol biasa digunakan >160 mg/hari. 6,7,8,9
e. Komplikasi
Jika preeklamisa berat disertai dengan gejala kejang dan atau koma, maka disebut
eklamsia. 6,7
2.2.3 Eklamsia
1. Pengertian
Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik)
dan atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsia. 8,9
2. Patofisiologi
Penyebab eklamsia belum diketahui secara jelas. Mekanisme penyakit ini hampir
sama dengan preeklamsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal,
otak, paru - paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ
tersebut. 8,9
3. Gejala klinis. 8,9
a. Tanda-tanda preeklamsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
b. Kejang-kejang dan atau koma
c. Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.
4. Pemeriksaan dan diagnosis. 8,9
a. Berdasarkan gejala klinis diatas seperti hipertensi, edema, proteinuria, kejang-
kejang dan lainnya

b. Pemeriksaan laboratorium :
1) Adanya protein dalam urin
2) Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung
3) Fungsi hematologi atau hemostasis.
5. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan 8,9:
a. Untuk menghentikan dan mencegah kejang
b. Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisis
c. Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin

21
d. Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin.
Pengobatan 8,9:
a. Pengobatan medisinal sama seperti preeklamsia berat kecuali bila timbul kejang-
kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit
minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya
diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberikan amobarbital atau thiopental 3-5
mg/kgBB/IV perlahan-lahan.
b. Perawatan bersama :
1) Konsul bagian saraf, penyakit dalam atau jantung, mata, anestesi dan anak.
2) Perawatan pada serangan kejang : dikamar isolasi yang cukup terang atau
ICU.
c. Pengobatan obstetric
6. Terminasi kehamilan
a. Apabila tahap pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan per
vaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal.
b. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotom
lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan seksio sesar.
c. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan :
1) Penderita belum inpartu
2) Fase laten
3) Gawat janin tindakan seksio sesar dikerjakan dengan mempertimbangkan
keadaan atau kondisi ibu.

2.2.4 Faktor resiko


1. Faktor usia
Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil atau melahirkan, akan
tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu yang usianya
tergolong remaja. Dari penelitian didapatkan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang
pertama, seorang wanita masih sangat mungkin terjadinya hipertensi dan kejang di
karenakan mengalami tekanan yang baru dirasakan saat pertama kali melahirkan
sehingga menyebabkan preeklamsia dan eklamsia. Usia wanita remaja pada kehamilan

22
pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun) juga masih
sangat mungkin terjadinya hipertensi pada kehamilannya dikarenakan organ reproduksi
didalam tubuhnya masih belum matang secara sempurna. Dan terjadi peningkatan
hubungan usia terhadap preeklamsia dan eklamsia pada wanita hamil yang berusia diatas
35 tahun, hal ini dikarenakan organ reproduksi sudah mengalami penurunan, sehingga
rentan terjadinya hipertensi dalam kehamilannya. Maka faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya preeklamsia dan eklamsia. 6,7,8,9
2. Paritas
Dari penelitian didapatkan bahwa Primigravida mengalami kejadian preeklamsia
dan eklamsia sebesar 3-8 % dari semua kasus hipertensi pada kehamilan. Dan faktor yang
mempengaruhi preeklamsia dan eklamsia lebih tinggi frekuensinya pada primigravida
dibandingkan dengan multigravida, terutama pada primigravida dengan usia muda.14,15
Hal tersebut dikarenakan wanita dengan preeklamsia dan eklamsia dapat mengalami
kelainan aktivasi imun dan hal ini dapat menghambat invasi trovoblas pada pembuluh
darah ibu. Sehingga preeklamsia dan eklamsia lebih sering terjadi pada wanita yang
terpajan antigen paternal untuk yang pertama kali seperti kehamilan pertama kali atau
kehamilan pertama dengan pasangan baru. 6,7,8,9
3. Riwayat hipertensi
Salah satu faktor risiko terjadinya preeklamsia atau eklamsia adalah riwayat
hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial.
Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup
bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi
setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan
kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih,
seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus
(Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahan otak.6,7,8,9
4. Kehamilan ganda
Preeklamsia dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapatkan 28,6% kejadian preeklamsia dan
didapatkan satu kasus kematian ibu karena eklamsia. Dari hasil yang tercantum diatas,
sebagai faktor penyebabnya adalah dislensia uterus. 6,7,8,9

23
5. Faktor genetika
Preeklamsia merupakan penyakit yang diturunkan, preeklamisa dan eklamsia
lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu yang menderita preeklamsia. Dan
preeklamsia juga lebih sering ditemukan pada anak wanita yang mempunyai riwayat
preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga. Karena faktor ras dan genetika merupakan
unsur yang penting sebagai faktor risiko yang mendasari terjadinya hipertensi kronis.6,7,8,9
6. Obesitas
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga
menyebabkan kerja jantung lebih berat, karena jumlah darah yang berada dalam badan
sekitar 15% dari berat badan, semakin gemuk seseorang maka semakin banyak pula
jumlah darah yang terdapat didalam tubuh yang berarti semakin berat juga fungsi
pemompaan jantung, sehingga dapat menimbulkan terjadinya preeklamsia. 6,7,8,9
2.3 Ketuban Pecah Dini
1. Pengertian
Ketuban pecah dini atau KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya. Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu
banyak.10,11
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai
awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi kapan saja dari 1-12 jam
atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada wanita dengan serviks inkopenten,
polihidramnion, malpresentasi janin, kehamilan kembar, atau infeksi vagina. 12
Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan bahwa KPD adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan. 13
2. Penyebab KPD
Penyebab KPD meliputi antara lain (1) Serviks inkompeten, (2) Faktor keturunan,
(3) pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia), (4) overdistensi
uterus , (5) malposisi atau malpresentase janin, (6) faktor yang menyebabkan kerusakan
serviks, (7) riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih, (8) faktor yang berhubungan

24
dengan berat badan sebelum dan selama hamil, (9) merokok selama kehamilan, (10) usia
ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada usia muda, (11)
riwayat hubungan seksual baru-baru ini, (12) paritas, (13) anemia, (13) keadaan sosial
ekonomi10,11,12,13
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD)
Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu
selama kehamilan maupun menghadapi persalinan. Usia untuk reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya
akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai
berkurang kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan. 10,11,12,13
b. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan
di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang
dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan
kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi
fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan. 10,11,12,13
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai
dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande
multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana
janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah
melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu
dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali. Wanita yang telah melahirkan
beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak

25
kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada
kehamilan berikutnya. 10,11,12,13
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi
tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena
darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil
yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata
berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. 10,11,12,13
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat
kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri. Anemia
berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak
anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat. 10,11
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat
berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang
teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-
lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan- gangguan seperti
kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi. 10,11,12,13
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat
berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD
sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.
Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka

26
pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya. 10,11,12,13
g. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi. 10,11,12,13
h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
2) Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan
gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim
yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relatif kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah.10,11,12,13
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,

27
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. 10,11,12,13
5. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah pecah
atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau kecil. Penegakkan
diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi10,11,12 :
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo
dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis.
d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban
sudah pecah.
e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam
menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air
ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah
lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaanlaboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya. 10,13
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaanultrasonografi(USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
7. Komplikasi ketuban pecah Dini
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ; (a) mudah terjadinya infeksi
intra uterin, (b) partus prematur, (c) prolaps bagian janin terutama tali pusat. Terdapat
tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu (a) peningkatan

28
morbiditas neonatal oleh karena prematuritas, (b) komplikasi selama persalinan dan
kelahiran, (c) resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena
ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab
infeksi. 10,11,12,13

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi
pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban
pecah dini, meliputi10,11,12,13 :
a. Konservatif
1) Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun
pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss
negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin,
terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5
mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

29
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan
diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
4) Bilaskor pelvik >5,induksi persalinan, partus pervaginam

Penatalaksanaan KPD adalah :


1) Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
maningitis janin, dan persalinan prematuritas
3) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru
janin dapat terjamin.
4) Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin
cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan
kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan
5) Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga sehingga
terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan
pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan
janinnya.
6) Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia
biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan
kematangan paru.
7) Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-24 jam bila
tidak terjadi his spontan
9. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). High virulensi
berupa Bacteroides Low virulensi, Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta
amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi

30
jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen
pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan. 10

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Anamnesis
1. Identifikasi
Nama : Ny. Y
MR/REG : 073556
Umur : 30 tahun
Suku bangsa : Buton
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Bidan

31
Alamat : lingkungan Beropa
MRS : 31 Oktober 2017 Pkl. 22.00 WIB

2. Riwayat Reproduksi
Menars 13 tahun, siklus haid 28 hari, teratur, lama 6 hari, hari pertama haid terakhir 13
Maret 2017, taksiran persalinan 20 Desember 2017

3. Riwayat kehamilan/melahirkan
1. Aterm, tahun 2011, ditolong bidan, spontan, laki-laki, 3900 gram, sehat
2. Kehamilan Sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu :


Hiperteni disangkal, DM disangkal, Riwayat Asma disangkal, Riwayat alergi disangkal

5. Riwayat gizi/sosioekonomi :
Sedang/Sedang

6. Anamnesis Khusus
A. Keluhan utama: Nyeri kepala
Riwayat perjalanan penyakit:
Os datang ke RSIA Sitti Khadijah 1 dengan keluhan nyeri kepala (+) sejak 3 hari yang
lalu, bengkak pada kaki (+), dan penglihatan kabur (+) Pelepasan lendir (+), Pelepasan
darah (+), Pelepasan air disangkal tetapi 1 hari setelah di rawat di rumah sakit dilakukan
pemeriksaan nitrazin (+).
Riw ANC (+) 6x selama masa kehamilan, riw injeksi TT (+) 1x, riw hipertensi disangkal,
riw DM disangkal, riwayat asma disangkal, riwayat alergi disangkal, riwayat keluarga
pasien memiliki riwayat keluarga yang kembar yaitu kakek dari ibu dan nenek dari ayah.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Presens
a. Keadaan umum

32
Kesadaran : kompos mentis
Berat badan : 80 kg
Tinggi badan : 162 cm
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 °C
b. Keadaan khusus
Kepala : mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
Toraks : jantung : murmur sistolik/diastolik(-), gallop (-)
paru-paru : ronki basah halus (-/-), wheezing (-)
Abdomen : abdomen lemas, pelebaran vena tidak ada, hepar dan lien
sulit dinilai, nyeri tekan tidak ada
Ekstremitas : edema pretibial -/-, varises tidak ada, refleks fisiologis
+/+, refleks patologis -/-

2. Pemeriksaan obstetri
Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 31 Oktober 2017 Pkl. 22.00
WITA didapatkan :
- Pemeriksaan luar : tinggi fundus uteri 44 cm, kesan triplet, his (-), djj (1)128x/m,
(2)128x/m, (3)124x/m
- Vaginal toucher : Tidak dilakukan

C. Hasil Laboratorium
Darah Rutin (31-10-17):
Hb: 10,0 mg/dl Ht 31.3 vol% Leukosit 10.000mm3
Trombosit 171.000/mm3 CT/BT : 8‘/1’30‘
Kimia Darah (31-10-17) :

33
GDS 117 mg/dl HbsAg : non reaktif Rapid HIV : non reaktif
Darah Rutin (02-11-17):
Hb: 8,6 mg/dl Ht 26.6 vol% Leukosit 20.400mm3
Trombosit 144.000/mm3

D. Hasil USG
Gravid gemelli hidup (Triplet)
TBJ (1) 1800, (2) 1950, (3) 2000

E. Diagnosis kerja
G2P1A0 hamil preaterm gravid 32 minggu 6 hari + Triplet + Preeklampsia Berat +
Ketuban pecah dini

F. Prognosis
Ibu : dubia
Janin : dubia

G. Terapi
31-10-2017
- Injeksi dexamethasone 2amp/6jam/im (4x)
- Hystolan 2x1
1-10-2017
- MgSO4 40% 4gr + RL 100cc 28 TPM
- MgSO4 40% 6gr + RL 500cc 20 TPM
- Nifedipine 10mg/8jam/oral
o Nitracin Test (+)
- R/ CITO SSTP
2-10-2017
- Ranitidin 50/8jam/iv

34
- Ketorolac 30mg/8jam/iv
- Metronidazole 500mg/8jam/iv
- Nifedipin /8jam/oral
- Diet lunak
- Mobilisasi bertahap
3-10-2017 – 5-10-2017
- AFF infus ganti oral
- Nifedipine 10mg/8jam/oral
- Metildopa 250mg/8jam/oral
- Cefadroxyl 500mg/12jam/oral
- Omeprazole 20mg/12jam/oral
- Paracetamol 500mg/8jam/oral

tanggal keluhan terapi


31-10-2017 S: Pasien masuk dengan pengantar dari Dr.dr rina Instruksi pengantar
Previana Sp.Og dengan G2P1A0 Gravid 32-33minggu + Dr.dr rina
triplet, pasien mengeluhkan nyeri perut tembus Previana,Sp.Og :
kebelakang (+) dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Terdapat - Injeksi dexamethasone
pelepasan lendir (+) dan darah (+) sedangkan pelepasan 2amp/6jam/IM (4x)
00.30
air di sangkal (-).
06.30
Riw ANC (+) 6x selama masa kehamilan, riw injeksi TT
12.30
(+) 1x, riw hipertensi disangkal, riw DM disangkal, 18.30
riwayat asma disangkal, riwayat alergi disangkal, riwayat - Hystolan 2x1
keluarga pasien memiliki riwayat keluarga yang kembar
yaitu kakek dari ibu dan nenek dari ayah.
O: KU : baik, compos mentis
TD : 180/110 mmHg
N : 80 x/i
P : 20 x/i
S : 36,5oC
TFU : 44 cm

35
LP : 98 cm
Situs : sdn
Punggung : sdn
HIS : -
DJJ : (1)128x/m, (2)128x/m, (3)124x/m
Bag terbawah : sdn
Perlimaan : 5/5
Anak kesan triplet
Gerakan janin dirakasan ibu
P.D.V : tidak dilakukan
A: G2P1A0 Gravid 32 minggu 6 hari + triplet + PEB
01-11-2017 S : Nyeri perut tembus belakang - MgSO4 40% 4gr +
05.00 O : KU : Baik, compos mentis Nacl 100 ml 72 tpm
TD :180/110 mmHg - MgSO4 40% 6gr +
N : 90 x/i RL 500 ml 28 tpm
P : 21 x/i - Nifedipine 10 mg /
S : 36.7oC 8 jam / oral
HIS : -
DJJ : 135x/i, (2)130x/i, (3)128x/i

15.45 S : Ibu mengeluhkan sering BAK. Test Nitrazin (+)


O : KU : Baik Lapor Dr.dr rina
TD : 130/80 mmHg previana Sp.Og Cito
N : 80 x/i SSTP
P : 20 x/i Inform consent
S : 36,50C Lapor OK
HIS : (-) Konsul anestesi
DJJ : (1)132x/i, (2)136x/i, (3)140x/i PMI 2 bag siap
Gerakan anak (+) dapat dirasakan ibu Injeksi cefotaxime
Fluxus : Tidak ada 1gr/iv 1 jam pre op
A : G2P1A0 Gravid 33 minggu + Triplet + PEB + KPD (skin test)

36
02-11-2017 S : Nyeri luka operasi Inj cefotaxime 1gr /
O : KU : baik 12jam / iv
TD : 130/80 mmHg Inj Ranitidin 50 mg /
N : 84 x/i 8 jam / iv
P : 20 x/i Ketorolac 30 mg / 8
S : 36,7oC jam / iv
Mammae : Tidak ada keluhan Metronidazole 500
Asi : +/+ mg / 8 jam / iv
TFU : Setinggi pusat Nifedipine 10 mg / 8
Luka operasi : Verban kering jam / oral
Lokia : kruenta
Flatus : (-)
BAK : + perkateter
BAB : Belum
A : Post SC Hari I + PEB
03-11-2017 S : Nyeri luka Post operasi berkurang, kembung (+) AFF infus, AFF
O : KU : Baik kateter ganti oral
TD : 150/80 mmHg Nifedipine 10 mg 3x1
N : 80 x/i Metildopa 250mg
P : 20 x/i 3x1
S : 36,5oC Cefadroxil 500mg
Mammae : Tidak ada keluhan 2x1
ASI : +/+ Omeprazole 20 mg
TFU : 2 Jari dibawah pusat 2x1
Luka Operasi : Verban kering Asam mefenamat 3x1
Lokia : kruenta
Flatus (+)
BAK : (+) perkateter
BAB : Belum
HB Post op : 8,6 gr/dl

37
A : Post op SSTP hari II
04-11-2017 S : Nyeri luka Post operasi berkurang Nifedipine 10 mg 3x1
O : KU : Baik Metildopa 250mg
TD : 150/80 mmHg 3x1
N : 80 x/i Cefadroxil 500mg
P : 19 x/i 2x1
S : 36,9oC Omeprazole 20 mg
Mammae : Tidak ada keluhan 2x1
ASI : +/+ Asam mefenamat 3x1
TFU 2 jari dibawah pusat
Luka operasi : Verban kering
Lokia : Kruenta
BAK : Lancar
BAB : Sudah
A : Post op SSTP hari III
05-11-2017 S : Nyeri luka Post operasi berkurang Nifedipine 10 mg 3x1
O : KU : Baik Cefadroxil 500mg
TD : 100/70 mmHg 2x1
N : 80 x/i Omeprazole 20 mg
P : 18 x/i 2x1
S : 36,7oC Inbion 1x1
Mammae : Tidak ada keluhan
ASI : +/+
TFU 2 jari dibawah pusat
Luka operasi : verban kering
Lokia : darah (+)
BAK : Lancar
BAB : 2x kemarin
A : Post op SSTP hari IV

38
BAB IV
PEMBAHASAN
Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Istilah medis untuk kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin mulai sejak
280-300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia
kehamilan), Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia
kehamilan).
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu
hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.1 Terdapat 3 subkategori usia
kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health Organization (WHO), yaitu:
1. Extremely preterm (< 28 minggu)
2. Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3. Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu)
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut sedang hamil
dengan usia kehamilan 32 minggu 6 hari dan masuk dalam kategori menurut WHO
Moderate to late preterm (32 hingga <37 minggu).
Paru mulai memproduksi surfaktan pertama kali antara minggu ke 28 dan 32
kehamilan. Imaturitas pada struktur dan fungsi paru akan mengakibatkan produksi
surfaktan yang rendah oleh sel alveolar tipe II, sehingga defisiensi surfaktan dapat
mengakibatkan sindrom distres pernafasan pada bayi baru lahir. Pemberian kortikosteroid
sebelum paru matang akan memberikan efek berupa peningkatan sintesis fosfolipid
surfaktan pada sel pneumosit tipe II dan memperbaiki tingkat maturitas paru.
Deksametason secara intramuskular lebih dipilih karena rute intramuskular
memiliki pelepasan yang lebih lambat dengan durasi yang lebih lama. Administrasi
intravena tidak direkomendasikan karena akan memberi paparan kortikosteroid terhadap
wanita hamil dan janin nya dengan konsentrasi tinggi pada tahap awal sehingga
meningkatkan efek samping akibat penetrasi deksametason secara cepat ke plasenta.
Deksametason diberikan 4 kali dosis selama 2 hari karena terapi kortikosteroid antenatal
dilakukan menyerupai paparan kortikosteroid endogen yang terjadi selama kehamilan

39
dimana induksi kortisol endogen pada ibu juga terjadi selama 48 jam (2 hari), sehingga
durasi deksametason juga diberikan selama 2 hari.
Pada pasien ini diberikan deksametason sesuai teori diatas dapat diberikan 4 kali
dosis secara IM, sesuai dengan teori pemberian deksametason secara IM lebih baik
dibandingkan IV karena administrasi intravena tidak direkomendasikan karena akan
memberi paparan kortikosteroid terhadap wanita hamil dan janin nya dengan konsentrasi
tinggi pada tahap awal sehingga meningkatkan efek samping akibat penetrasi
deksametason secara cepat ke plasenta dan memiliki pelepasan yang lebih lambat dengan
durasi yang lebih lama.
Pasien ini memiliki riwayat keluarga dengan kehamilan kembar, hal ini seusai
dengan teori bahwa genetik adalah salah satu faktor predisposisi dalam kejadian
kehamilan kembar pada kasus kali ini
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada pasien ini ditemukan tekanan darah 180/110, di
temukan adanya edema tungkai dan gangguan penglihatan dimana dalam menegakkan
diagnosis preeklamsia berat tekanan darah diatas 160/110 dengan salah satu dari keluhan
subjektif: Nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru dan
sianosis, gangguan kesadaran.
Preeklamsia dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapatkan 28,6% kejadian preeklamsia dan
didapatkan satu kasus kematian ibu karena eklamsia. Dari pernyataan diatas terdapat
hubungan antara kehamilan ganda dengan preeklamsia seperti yang terdapat pada kasus
ini.
Ketuban pecah dini atau KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu
melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya. Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu
banyak. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan nitrazin test dan didapatkan hasil bahwa
cairan tersebut adalah cairan amnion dan saat itu usia kehamilan 32 minggu yang artinya

40
belum saatnya pecah maka dikategorikan sebagai ketuban pecah dini, dan saat itu tidak
terjadi inpartu selama 1 jam kemudian diambil tindakan cito SSTP.
Pengelolaan preeklampsia berat mencakup pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ yang terlibat
dan saat yang tepat untuk persalinan. Penderita preeklampsia berat harus segera masuk
rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tidur miring ke kiri. Pengelolaan cairan pada
preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya edema paru dan oliguria. Diuretikum
diberikan jika terjadi edema paru dan payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah
furosemid. Pemberian diuretikum secara rutin dapat memperberat hipovolemi,
memperburuk perfusi utero-plasenta, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan
menurunkan berat janin. Antasida digunakan untuk menetralisir asam lambung sehingga
bila mendadak kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung.
Pemberian obat antikejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah
terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain
diazepam, fenitoin, MgSO4. Antikejang yang digunakan adalah MgSO4 yaitu dengan
pemberian dosis awal 8 gram IM (4 gram bokong kanan dan 4 gram bokong kiri) dengan
dosis lanjutan setiap 6 jam diberikan 4 gram.
Saat ini magnesium sulfat tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada
preeklampsia atau eklampsia. Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan risiko
kematian ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek flusher (rasa
panas). Syarat pemberian MgSO4 yaitu reflek patella normal, frekuensi pernapasan >16
kali per menit, harus tersedia antidotum yaitu Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10
cc) diberikan intravena 3 menit. Pemberian MgSO4 harus dihentikan jika Terjadi
intoksikasi maka diberikan injeksi Kalsium Glukonat 10% (1 gram dalam 10 cc) dan
setelah 24 jam pasca persalinan. Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4 maka
bisa diberikan tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin.
Penentuan batas tekanan darah untuk pemberian antihipertensi masih bermacam-
macam, Antihipertensi diberikan jika desakan darah ≥180/110 mmHg atau MAP ≥126.
Jenis antihipertensi yang diberikan adalah nifedipine 10-20 mg peroral, dosis awal 10 mg,
diulangi setelah 30 menit, dosis maksimumnya 120 mg dalam 24 jam. Desakan darah
diturunkan secara bertahap, a) penurunan awal 25% dari desakan sistolik, b) desakan

41
darah diturunkan mencapai <160/105 mmHg atau MAP <125. Antihipertensi pada
preeklampsia berat diberikan jika tekanan darah ≥160/110 mmHg. Jenis antihipertensi
yang diberikan adalah nifedipin, jika tekanan darah ≥140/90 mmHg sd <160/110 mmHg
diberikan antihipertensi methyldopa jika pasien mengalami edama paru, payah jantung
kongesif, edem anasarka diberikan obat golongan diuretikum.
Berdasarkan teori diatas mengatakan bahwa pemberian MgSO4 diberikan pada
pasien ini untuk mencegah terjadinya kejang, dan diberikan pula terapi penurun tekanan
darah yaitu nifedipin 10mg 3 kali sehari dan metildopa 250mg 3 kali sehari,
Pada kasus ini pemberian hystolan yang memiliki kandungan isoxsuprine dapat
memperpanjang kehamilan, hal ini sesuai dengan penelitian fransisco pada tahun 2010
yaitu Analisis sekunder terhadap data pasien secara inklusif juga mengungkapkan efek
positif dari isoxsuprine dalam memperpanjang kehamilan pada 54,5% wanita yang
berisiko mengalami aborsi dan pada 82,3% wanita berisiko melahirkan prematur.
Kombinasi data individu dan umum menunjukkan efek yang menguntungkan dari
isoxsuprine pada 77,3% kasus berisiko aborsi dan 89% untuk risiko persalinan prematur.
Temuan ini memberikan bukti awal yang mendukung keefektifan isoxsuprine dalam
memperpanjang kehamilan pada wanita yang berisiko mengalami aborsi atau persalinan
prematur.
Pemberian terapi konservatif lainnya yaitu antibiotik yang diberikan post op agar
mencegah infeksi yang dapat terjadi selama proses operasi. Pemberian terapi ranitidine,
omeprazole untuk mencegah aspirasi asam lambung apabila terjadi kejang dan mencegah
efek samping dari antibiotik yang diberikan yaitu metronidazole.
Pemberian ketorolac dan paracetamol ditujukan sebagai analgetik dan antipiretik,
untuk menangani nyeri post op serta demam pada pasien.
Pada kehamilan ganda sangat rentan terjadinya kelahiran preterm akibat
polihidramnion. Serta frekuensi dan resiko untuk terjadi pre-eklampsia dan eklampsia
lebih besar seperti pada kasus ini.

42
BAB V
KESIMPULAN

Pada kasus ini, pasien sedang hamil dengan usia kehamilan 32 minggu 6 hari dan
masuk dalam kategori menurut WHO Moderate to late preterm (32 hingga <37 minggu).
Karena itu, diberikan deksametason sesuai teori yaitu 4 kali dosis secara IM, sesuai
dengan teori pemberian deksametason secara IM lebih baik dibandingkan IV karena
administrasi intravena tidak direkomendasikan karena akan memberi paparan
kortikosteroid terhadap wanita hamil dan janin nya dengan konsentrasi tinggi pada tahap
awal sehingga meningkatkan efek samping akibat penetrasi deksametason secara cepat ke
plasenta dan memiliki pelepasan yang lebih lambat dengan durasi yang lebih lama.
Pada gemelli, Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Pada kehamilan ganda sangat rentan terjadinya kelahiran preterm akibat
polihidramnion. Serta frekuensi dan resiko untuk terjadi pre-eklampsia dan eklampsia
lebih besar seperti pada kasus ini. Preeklamsia dan eklamsia mempunyai risiko 3 kali
lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapatkan 28,6%
kejadian preeklamsia dan didapatkan satu kasus kematian ibu karena eklamsia.
Pemberian obat antikejang pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya
kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai antikejang antara lain diazepam,
fenitoin, MgSO4. Pada kasus ini, di berikan MgSO4.
Pada pasien ini juga diberikan terapi konservatif yang lain, seperti antibiotik,
analgetik, dan antipiretik.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur C. 2010. Fisiologi manusia dan Mekanisme, EGC,Jakarta.


2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, 2009 editor. Ilmu Kebidanan.
Edisi 4. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Al-Qur’an dan Hadist
4. Benson, Ralph C,  Pernoll, Martin L. 2009 Buku Saku Obstetri & Ginekologi
Edisi 9. Jakarta: EGC.
5. Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta:EGC.
6. Myrtha R. 2015. Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Preeklampsia. FK
Universitas sebelas maret.
7. Leveno KJ, et al. 2010. Hypertensive disorders in pregnancy. In:.Williams
Manual of Obstetrics. USA: McGraw-Hill Companies.
8. IBG, Manuaba. 2008. Patologi Obstetri, Arcan, Jakarta. Verralls, Sylvia, EGC,
Jakarta.
9. Lim KH. 2010. Human Cytothropoblast Differentiation Is Abnormal In
Preeclampsia. Am J Pathol.
10. Garite TJ. Premature Rupture of the Membrans. 2004. In :Creasy RK, Resnik R.
Iams JD, editors. Maternal- Fetal Medicine Principle and Practice 5 th ed. USA:
W.B. Saunders.
11. Manuaba IBG. 2000. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
12. OXorn H, Forte W. 2010. Human Labor and Birth : Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: YEM, 2010
13. Svigos JM, Robinson JS, Vigneswaran R. 1994. Premature Rupture of the
Membranes. In: James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B, editors. High Risk
Pregnancy Management Options. Londn: W.B Saunders

44

Anda mungkin juga menyukai