Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa daerah pada saat ini lebih banyak dipergunakan oleh penduduk

suku bersangkutan yang kebanyakan bertempat tinggal di daerah-daerah

pedalaman, ataupun kota-kota kecil, serta daerah urban. Kelestarian,

perkembangan, dan pertumbuhan bahasa daerah sangat tergantung dari komitmen

para penutur atau pengguna bahasa tersebut untuk senantiasa secara sukarela

mempergunakan bahasanya dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Jika penutur

suatu bahasa daerah masih berjumlah banyak, dan merekapun menurunkan bahasa

daerah yang dikuasainya kepada anak-anak dan generasi remaja, maka kelestarian

bahasa yang bersangkutan akan lebih terjamin dalam jangka panjang. Sebaliknya,

jikalau penutur suatu bahasa daerah semakin berkurang dan tidak ada upaya

regenerasi kepada generai muda, maka sangat besar kemungkinan secara

perlahan-lahan akan terjadi gejala degradasi bahasa yang mengarah kepada

musnahnya suatu bahasa daerah.

Sejak beberapa tahun yang lalu bahasa daerah diajarkan di sekolah-

sekolah, baik sebagai muatan lokal maupun sebagai mata pelajaran. Kedudukan

pengajaran bahasa daerah di sekolah tidak terlepas dari pandangan terhadap

kedudukan dan fungsi bahasa daerah itu sendiri. Hingga sekarang, kedudukan dan

fungsi bahasa daerah itu diletakkan dalam tautan kedaerahan dan bukan dalam

tautan nasional (Rusyana, 2004). Berdasarkan uraian tersebut, kiranya perlu

dilakukan pembaharuan dalam memandang bahasa daerah, yaitu bahasa daerah

dihargai sebagai kekayaan nasional yang dapat menjadi sumber kekuatan dan

1
2

kreati-vitas dalam kehidupan bangsa. Pengajaran bahasa daerah, dalam pandangan

tersebut, mengemban kedudukan dan fungsi bagi kepentingan seluruh bangsa.

Maka menurut hemat penulis, manifestasi dari identitas yang beragam, perlu

adanya pelestarian Bahasa, khususnya Bahasa lokal yang pada hakikatnya

menjadi penggerak identitas Nasional.

Kalangan Namlea, termasuk di kalangan intelektual, bahasa Indonesia

sudah menjadi bahasa komunikasi seharian – hari . Bahkan di tengah masyarakat

perkotaan yang relatif lebih heterogen kompisisi penduduknya, bahasa Indonesia

memiliki peran sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Tidak hanya di lingkungan

formal, di dalam rumah tangga generasi terpelajar masa kini bahkan bahasa

Indonesia sudah menjadi bahasa ibu. Anak-anak di perkotaan lebih banyak diajari

berbahasa Indonesia semenjak usia bayi. Anak kota, terlebih di kota besar seperti

Jakarta, seakan sudah tidak lagi mengenal bahasa daerah yang pernah digunakan

oleh bapak-ibu, kakek-nenek, dan moyang mereka di masa lalu. Bahasa daerah

menjadi semakin terpinggirkan dan hanya menjadi nomor sekian setelah bahasa

Indonesia (Nanang, 2013)

Selanjutnya, menurut hemat penulis, keberadaan sebuah bahasa lokal

atau bahasa daerah sangat erat dengan eksistensi suku bangsa yang melahirkan

dan menggunakan bahasa tersebut. Bahasa daerah menjadi unsur pendukung

utama tradisi dan adat istiadat. Bahasa juga menjadi unsur pembentuk sastra, seni,

kebudayaan, hingga peradaban sebuah suku bangsa. Bahasa daerah dipergunakan

dalam berbagai upacara adat, bahkan dalam percakapan sehari-hari.

Sebagaimana telah ditetapkan di dalam Pasal 36 UUD RI Tahun 1945,

bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Namun demikian di penjelasan


3

dirumuskan bahwa di daerah-daerah yang memiliki bahasa sendiri, yang

dipelihara oleh rakyatnya dengan baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda,

Madura, dsb.) bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara.

Bahasa-bahasa daerah itupun merupakan bagian pembentuk kebudayaan

Indonesia yang hidup dengan dinamis (UUD RI, 1945;pasal 36).

Rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional pada bulan Februari tahun

1975 mengenai kedudukan dan fungsi bahasa daerah. Di dalam hubungannya

dengan kedudukan bahasa Indonesia, bahasa-bahasa seperti yang dikemukakan

pada butir (1) berkedudukan sebagai bahasa daerah. Di dalam kedudukannya

sebagai bahasa daerah, bahasa-bahasa tersebut berfungsi sebagai (1) lambang

kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat perhubungan di dalam

keluarga dan masyarakat daerah. (Muslich, 2010)

Di dalam hubungan dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah

berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah

di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata

pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan dan pendukung kebudayaan daerah.

Dirumuskan pula bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa daerah

meliputi (1) inventarisasi dan (2) peningkatan mutu pemakaian. Garis-garis Besar

Haluan Negara tahun 1993, butir 3f, menetapkan bahwa “Pembinaan bahasa

daerah perlu terus dilanjutkan dalam rangka mengembangkan dan memperkaya

perbendaharaan bahasa Indonesia dan khazanah kebudayaan nasional sebagai

salah satu unsur jati diri dan kepribadian bangsa. Perlu ditingkat-kan penelitian,

pengkajian, dan pengembangan bahasa dan sastra daerah serta penyebarannya

berbagai media massa.


4

Salah satu putusan hasil Kongres Bahasa Indonesia VI tahun 1993,

khususnya dalam pengajaran bahasa dan sastra, memutuskan bahwa bahasa

daerah di wilayah tertentu dapat diajarkan kepada peserta didik penuturnya tanpa

menghambat pendidikan dan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Karena itu,

kurikulum, buku pelajaran, metode, dan sarana lain untuk pendidikan dan

pengajaran bahasa daerah perlu dikembangkan (Muslich, 2010).

Melihat betapa pentingnya penggunaan bahasa daerah, maka pada

beberapa Sekolah Dasar di Kabupaten Buru, menjadikan bahasa daerah sebagai

mata pelajaran bagi siswa. Perihal tersebut dilaksanakan karena bahasa daerah

masyarakat kabupaten buru telah mengalami pergeseran. Bahasa daerah ini

penting untuk diterapkan pada sekolah dasar karena untuk menjaga pelestarian

budaya dengan melalui penerapan mata pelajaran bahasa daerah sebagai muatan

lokal. Pemanfaatan positif dan kreatif yang demikian akan meningkatkan martabat

bahasa daerah dan sekaligus mendewasakannya di ranah pendidikan formal.

Melalui penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan belajar-mengajar, sekurang-

kurangnya di tingkat dasar, para peserta didik, yang adalah tunas muda harapan

daerah dan nasional, sejak dini telah dituntun untuk mengenal, memahami, dan

menghargai kekayaan budaya lokal mereka sendiri.

Bahasa daerah Buru di Namlea saat ini terjadi pergeseran, dikarenakan

bahasa daerah Buru tidak diterapkan dikehidupan sehari – hari dan hanya

masyarakat adat yang menggunakan bahasa Buru. Sehingga masyarakat Namlea

tidak menggunakan bahasa Daerah Buru melainkan menggunakan Bahasa yang

dibawa dari negara lain. Jadi, bahasa daerah Buru ini diterapkan di sekolah dasar

agar Bahasa Buru tidak punah, dikarenakan siswa sekolah dasar merupakan
5

generasi muda penerus bangsa yang mampu menjaga dan melestarikan Bahasa

Buru dalam kehidupan sehari-hari.

Berangkat dari dasar pemikiran dan kenyataan yang ada, maka penulis

tertarik untuk menulis tentang Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Daerah

Buru di Sekolah Dasar Alhilaal I Namlea KABUPATEN BURU MALUKU

(studi pada kelas IV SD Alhilaal I Namlea).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji di dalam penulisan ini mendasarkan pada

alasan bahwasanya;

1. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Daerah Buru di Sekolah

Dasar Alhilaal I Namlea?

2. Apakah Kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran Bahasa Daerah

Buru bagi siswa SD Alhilaal I Namlea?

3. Apakah Manfaat Pembelajaran Bahasa Daerah bagi siswa SD Alhilaal I

Namlea?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah;

1. Mendiskripsiskan bahasa daerah Buru yang diterapkan pada siswa di

SD Alhilaal 1 Namlea.

2. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam mengajarkan bahasa

daerah bagi siswa pada SD Alhilaal 1 Namlea.


6

3. Untuk mengetahui kemanfaatan bahasa daerah Buru bagi siswa pada

SD Alhilaal 1 Namlea.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan


praktis yaitu :

Secara Teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding lembaga pendidikan

untuk meningkatkan pembelajaran Bahasa Daerah Buru di Sekolah –

Sekolah.

Secara Praktis : hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru :

Menjadi acuan bagi guru untuk menambah khazanah keilmuan bahasa

daerah dan lebih meningkatkan pembelajaran yang menarik dalam

pelaksanaan pembelajaran bahasa daerah.

2. Kepala Sekolah :

Menjadi acuan bagi Kepala Sekolah untuk terus mengembangkan saran

dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah untuk meningkatkan

pembelajaran Bahasa daerah Buru di SD Alhilaal I Namlea.

3. Siswa :

Menamabah ilmu bahasa daerah Buru pada siswa supaya siswa tidak

lupa terhadap budaya bahasa daerahnya sendiri.


7

E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran, maka dalam penelitian ini perlu
adanya definisi operasional yaitu :

1. Pembelajaran (Nurgianto, 2003) mengemukakan bahwa yaitu suatu

sistem atau proses membelajarkan subyek didik atau pembelajar yang

dirancangkan/didisain, dilaksanakan dan divaluasikan sacara sistematik,

agar peserta didik dapat mencapai tujuan – tujuan pembelajaran secara

efektif dan efisien.

2. Pelaksanaan Pembelajaran (Zuhairistain, 2008) adalah

operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas

dari perencanaan pengajaran / pembelajaran / pemelajaran yang sudah

dibuat

3. Bahasa daerah adalah bahasa yang menjadi salah satu criteria

pengidentifikasian suatu suku bangsa atau kelompok etnis. Bahasa

daerah disebut bahasa suku bangsa. (Haenen dan Masinambow, 2002).

Menurut prastika (2011) adalah bahasa yang dimiliki dan digunakan di

daerah tertentu atau oleh masyarakat tertentu pula. Bagi pemiliknya,

bahasa daerah dikaitkan sebagai bahasa ibu, yaitu bahasa yang

diajarkan dituturkan dan dikuasai pertama kali sejak lahir. Sebagai

bahasa ibu.

4. Bahasa Buru adalah bahasa yang digunakan sehari-hari oleh para

penduduk Pribumi dan masyarakat Alifuru yaitu orang pedalaman (suku

primitif). Menurut Raja kayeli (Mansur Wael)

Anda mungkin juga menyukai