Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583

Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

Analisis Jabatan Tim Casemix Dalam Upaya Peningkatan Klaim BPJS Di Rumah Sakit
Karya Medika II Tambun Bekasi Tahun 2019

Inggrid Osya Far Far, Tri Budi W Rahardjo, Fresley Hutapea

Program Studi Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia

princesshapukh@gmail.com

ABSTRAK

Kurang optimalnya kinerja dari tim casemix yang mengakibatkan banyak klaim yang dipending
oleh BPJS sehingga bila tidak disegera diperbaiki dapat mengganggu kinerja dari Rumah Sakit
Karya Medika II Tambun Bekasi. Hal ini dapat dilihat dari pengajuan klaim BPJS dari bulan
November 2018 sampai dengan bulan Februari 2019 yang angka pending klaim BPJS nya cukup
tinggi. Hal ini yang ingin diteliti lebih lanjut oleh peneliti.Tujuan penelitian yaitu, mengetahui
pembuatan uraian tugas anggota tim casemix, mengetahui kompetensi jabatan anggota tim
casemix dan menetapkan indikator kinerja anggota tim casemix berdasarkan uraian tugas dan
kompetensi. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
melalui wawancara, observasi dan melihat catatan karyawan atau Analisa data sekunder.
Anggota tim casemix ini sudah paham mengenai apa yang menjadi tugas mereka walaupun
secara kompetensi mereka kurang sesuai sehingga perlu ditetapkan indikator kinerja yang lebih
sesuai dengan keadaan di Rumah Sakit Karya Medika II Tambun Bekasi.

Kata kunci : tim casemix, uraian tugas, kompetensi dan indikator kinerja.

211
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

ABSTRACT

Less then optimal performance of the casemix team resulted in many pending claims toward to
BPJS, if they were not immediately repaired, disadvantage could be taken to the performance of
the Karya Medika II Hospital in Tambun Bekasi. The problem can be seen from submission of
BPJS claims in November 2018 to February 2019, which is the pending claims toward BPJS are
quite high. For this is why the researcher likely to do a further investigation. Research objectives
knowing the description job of each casemix team members, knowing the competency of the
casemix team members and establish a performance indicator for a casemix team members based
on job descriptions and competencies. This research method is a descriptive study with a
qualitative approach through interviews, observations and from descriptions of the employee
records or secondary data analysis.The result is the casemix team members already knew what
their job descriptions, even though their competencies were not suitable enough, that’s why it
needed to be set performances indicators that were more suitable with the conditions at the Karya
Medika II in Tambun Bekasi.

Keyword : casemix team, job description, competencies and performances indicators.

212
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

PENDAHULUAN rumah sakitnya. Sedangkan pada system


Setiap manusia mempunyai hak untuk Health Insurance pembayaran pelayanan
sehat, oleh karena itu setiap negara di dunia kesehatannya dilakukan oleh pihak ketiga
harus memenuhi kewajibannya dalam atau pihak asuransi. Yang termasuk dalam
menyediakan pelayanan kesehatan tersebur sistem Health Insurance ini adalah system
termasuk Indonesia. Kesehatan adalah hak kapitasi dan system Diagnose Related Group
dasar setiap orang dan semua warga negara (DRG system). Pada sistem kapitasi ini yang
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. terjadi adalah system pembayaran yang
Setiap warga negara Indonesia berhak untuk diberikan untuk jasa pelayanan kesehatan
mendapatkan atau memperoleh pelayanan dimana PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan)
kesehatan yang baik, modern dengan harga menerima sejumlah tetap penghasilan per
yang terjangkau oleh masyarakat Indonesia peserta untuk pelayanan yang telah
sesuai dengan amanat yang tertera dalam ditentukan per periode waktu. Sistem DRG
Undang-undanng Dasar 1945 yaitu semua sendiri sebenarnya hampir sama dengan
masyarakat khususnya yang miskin dan tidak system kapitasi hanya pada sistem DRG ini
mampu adalah menjadi tanggungjawab pembayarannya dilakukan berdasarkan
pemerintah pusat maupun daerah. Oleh diagnosis pasien. Indonesia menggunakan
karena itu pemerintah Indonesia membuat system INA-DRG dimana diagnosis
sebuah program pelayanan kesehatan berupa penyakitnya berdasarkan pada kelompok
penjaminan pelayanan kesehatan, yang penyakit yang homogen, yang telah
ditetapkan melalui Permenkes No. 71 tahun ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
2013 yaitu tentang Pelayanan Kesehatan Menteri Kesehatan No.
pada Jaminan Kesehatan Nasional berupa 1663/MENKES/SK/XII/2005 tentang
perlindungan kesehatan agar masyarakat ujicoba penerapan Sistem Diagnostic Related
yang menjadi pesertanya bisa memperoleh Group di 15 Rumah sakit di Indonesia.
atau mendapatkan mamfaat untuk Sistem INA-DRG mulai diimplementasikan
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan pada pembiayaan jaminan kesehatan
dengan terlebih dahulu membayar iuran masyarakat tahun 2008 melalui SK Menkes
sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh nomor 125/MENKES/SK/II/2008. INA-
pemerintah. DRG habis masa berlakunya pada tanggal 30
Di Indonesia terdapat dua system September 2010 dan kemudian dirubah
pembiayaan kesehatan yaitu Fee for Service namanya dengan system INA-CBG. Tidak
(Out of Pocket) dan Health Insurance. Sistem lagi menggunakan sistem INA-DRG ini
Fee for Service itu gambarannya seperti dikarenakan beberapa hal diantaranya adalah
kalau kita sakit, kita akan pergi melakukan sistem INA-DRG hanya terdiri dari kasus-
pemeriksaan dan kemudian kita membayar kasus yang akut saja dan sistem INA-DRG
dokternya sebagai pemberi pelayanan ini tarifnya tidak adekuat pada beberapa
kesehatan. Jadi berdasarkan system Fee for kasus misalnya, kasus sub akut dan kronik,
Service ini adalah semakin banyak pasien prosedur khusus, MRI dan lain-lain. Pada
yang dilayani maka semakin banyak pula tahun 2011 dimana terjadi masa peralihan
pendapatan dokter atau rumah sakit tersebut, dari system INA-DRG menjadi INA-CBG,
hal ini terjadi dikarenakan tidak memiliki Nasional Casemix Centre Kementerian
standar baku yang berlaku sama ke semua Kesehatan melihat adanya ketidakcocokan
dokter atau rumah sakit dimana untuk biaya tarif INA-CBG bagi rumah sakit,
diagnosis penyakit dan pelayanan yang sehingga dilakukan evaluasi secara berkala
didapatkan sama tetapi berbeda-beda tarif yang akhirnya menghasilkan tarif yang sesuai

105
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

dengan Kepmenkes No.440 tahun 2012 rekam medisnya menjadi tidak lengkap
tentang Penetapan Tarif Rumah Sakit sehingga klaim yang sudah diajukan oleh
Berdasarkan Indonesia Case Based Groups Rumah sakit tersebut dapat dikembalikan lagi
(INA-CBGs). Sampai sekarang di Indonesia atau di pending, yang nantinya akan
masih menggunakan system INA-CBGs. memberikan dampak yang sangat merugikan
Jadi pemerintah Indonesia melalui BPJS bagi pelayanan di rumah sakit. Rumah sakit
sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus benar-benar memperhatikan hal ini
yang merupakan badan hukum yang diatur demi tercapainya kendali mutu dan biaya.
menurut UU No.24 tahun 2011 yang Sudah ada beberapa penilitian yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program dilakukan untuk kita bisa lebih memahami
jaminan social agar seluruh masyarakat dapat tentang INA-CBGs ini seperti yang
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan dilakukan oleh Muliana, Nuhayani, Balqis
layak membuat sebuah program yang dikenal (2014) yang hasil penelitiannya mengatakan
sebagai JKN Jaminan Kesehatan Nasional adanya perbedaan tarif rumah sakit
pada tanggal 1 Januari 2014. Sistem berdasarkan tipe rumah sakit dan regional.
pembayaran yang dilakukan oleh JKN Penelitian yang dilakukan oleh Hotma
mengikuti paket pembayaran yang sesuai Dumaris mengenai Analisis Perbedaan Tarif
dengan Case Base Groups (INA – CBGs). Rumah Sakit dan Tarif INA-CBGs Pelayanan
Sistem pembiayaan dari paket INA – CBGs Rawat Jalan di RSUD Budhi Asih Jakarta
yang digunakan adalah casemix dimana yang tahun 2015 dimana hasilnya ditemukan
menjadi acuan dalam menghitung adanya beberapa poli rawat jalan yang
pelayanannya dengan diagnosis utama. Jadi berbeda tarifnya.
untuk menentukan besaran klaim INA-CBGs Berdasarkan Peraturan Menteri
nya adalah berdasarkan diagnosis akhir atau Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
prosedur medis yang dilakukan kepada Tahun 2014 yaitu tentang Klasifikasi dan
pasien, yang kemudian oleh petugas rumah Perizinan Rumah Sakit, di Indonesia terdapat
sakit dalam hal ini adalah Koder yang akan 2 jenis tipe Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit
dimasukan data-data medis tersebut kedalam Umum dan Rumah Sakit Khusus dimana
software INA-CBGs, keluarlah hasilnya masing-masing tipe tersebut dibagi lagi
didalam bentuk grouping atau kelompok menjadi Rumah Sakit Umum tipe A,B,C dan
kasus kemudian Severity Level (SL) nya D dan D Pratama, juga Rumah Sakit Khusus
yang akan menentukan tarif klaim yang akan tipe A,B, dan C. Penetapan klasifikasi Rumah
dibayarkan. Oleh karena itu pihak rumah Sakit ini didasarkan atas pelayanan, sumber
sakit harus benar-benar teliti dalam daya manusia, peralatan dan bangunan dan
memasukan penghitungan pengeluaran di prasarana. Tipe Rumah Sakit ini juga sangat
tiap-tiap bagian yang ada di rumah sakit, berbeda dalam jumlah kunjungan pasien per
sehingga setiap diagnosis atau prosedur harinya yang nantinya akan berpengaruh
tindakan yang dilakukan terhadap pasien itu dalam pelayanan Rekam Medisnya seperti
yang menentukan besaran dari klaim yang contohnya Rumah Sakit tipe C biasanya
diajukan. jumlah kunjungan pasien perharinya cukup
Setiap Rumah Sakit dalam mengajukan tinggi dan bervariasi penyakitnya sehingga
klaim nya harus memperhatikan kelengkapan dibutuhkan tenaga yang dalam jumlah dan
dari rekam medis yang dimiliki oleh pasien kompetensi yang cukup juga untuk
yang sudah diisi oleh para dokter. Bila memberikan pelayanan yang baik.
dokternya kurang teliti atau malas mengisi
karna terlalu banyak bisa mengakibatkan

106
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

METODOLOGI PENELITIAN Casemix itu disesuaikan jumlahnya dengan


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kebutuhan dari Rumah Sakit itu sendiri.
rancangan penelitian deskriptif dengan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
pendekatan kualitatif melalui tehnik in-depth SDM casemix di Rumah Sakit Karya Medika
interview (wawancara mendalam), observasi II Tambun Bekasi adalah sebanyak 9 orang
dan melihat catatan karyawan atau Analisa petugas yang terdiri dari kepala casemix,
data sekunder. Fokus pada penelitian ini pengentry data, koder dan runner. Masing-
adalah uraian tugas, kualifikasi pekerjaan, masing anggota tim casemix ini sudah
dan indikator kerja dari tim casemix. Pada mengetahui tentang uraian tugas mereka
penelitian ini subyek penelitiannya adalah masing – masing walaupun ada perbedaan
unit atau bagian casemix yang berperan pada antara tugas yang tercantum di SK Rumah
proses pengajuan klaim BPJS. Waktu Sakit dngan kenyataan yang terjadi di
Penelitian dilakukan kurang lebih satu bulan lapangan sehari-hari. SDM tim casemix di
terhitung mulai Januari sampai Juli 2019. Rumah Sakit Karya Medika II Tambun
Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di RS Bekasi ini, masih belum sesuai dengan
Karya Medika II yang terletak di Jalan Sultan standar dari pemerintah yaitu lulusan D3
Hasanudin No.63, Tambun, Kecamatam Rekam Medis. Unit casemix Rumah Sakit
Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Data Karya Medika II Tambun, Bekasi ini
primer yang berasal dari wawancara dikepalai oleh seorang dokter umum dengan
mendalam (indepth interview), observasi, rekan kerja yang lulusan S1, D3 dan SMA.
dan melihat catatan karyawan dari November Kualifikasi Pendidikan yang diminta untuk
2018 hingga April 2019. Data sekunder yang tim casemix ini juga perlu diperhatikan
berasal dari dokumentasi di Unit Casemix RS dengan baik karena untuk jabatan kepala
Karya Medika II Tambun Bekasi. Subjek casemix harus dokter umum atau dokter gigi
penelitian ditentukan dengan menggunakan karena mereka menguasai dengan baik
tehnik purposive sampling yaitu pemilihan clinical pathway yang sangat penting dalam
informan didasarkan pertimbangan atau melakukan pengkodingan sehingga tidak
kriteria tertentu dari peneliti sehingga terjadi kesalahan juga sebagai kepala
akhirnya mendapatkan sebanyak mungkin casemix, mereka harus mengikut pelatihan
informasi dari berbagai sumber. Dalam sebagai koder dan mengetahui peraturan
memilih informan peneliti harus memiliki mengenai BPJS. Syarat kualifikasi
kriteria sebagai pihak – pihak yang yang Pendidikan bagi anggota yang lain juga harus
memahami kebijakan yang ada dan pihak – diperhatikan dengan baik karena tidak bisa
pihak yang terlibat langsung dalam proses hanya cukup dengan lulusan S1 ilmu lain,
pengajuan klaim BPJS di Rumah Sakit Karya karena untuk coder dan pengentry data,
Medika II Tambun Bekasi. Berdasarkan mereka harus tahu juga tentang clinical
kriteria diatas, maka informan penelitian ini pathway dan penyakit-penyakit serta
adalah Direktur Rumah Sakit, Wadir tindakan yang ada. Hal ini menyebabkan
YanMed, kepala bagian SDM, kepala bagian kurang maksimalnya kinerja yang dihasilkan
casemix, koder, dan verifikator. Jumlah mereka. Begitu juga dengan yang lulusan
informan yang diambil adalah sebanyak 6 SMA, dimana sekarang ini di Rumah Sakit
orang. tidak bisa menerima lulusan SMA lagi.
HASIL PENELITIAN Dengan tugas-tugasnya sebagai Runner ada
Menurut Permenkes No.56 Tahun 2014 dua (2) orang petugas, Koder ada Koder
pasal 43 ayat 3 Tentang klasifikasi dan Rawat Jalan satu (1) petugas dan Koder
Perijinan Rumah Sakit, jumlah SDM tim Rawat Inap dua (2) petugas serta tiga (3)

107
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

orang petugas Entry Data. Mereka juga ada menyebabkan lambatnya pengiriman klaim
yang mendapatkan pelatihan yang sesuai yang dilakukan oleh Rumah Sakit.
dengan tanggungjawabnya sehingga 1. Seberapa penting kerja tim casemix ini
mendapatkan sertifikasi tetapi ada juga yang bagi RS ini?
tidak mendapatkan pelatihan seperti runner, Kutipan Wawancara terhadap :
mereka hanya bekerja mengikuti aturan atau (P1) : “…. peranan casemix ini penting
alur yang sudah ada sebelumnya. Rumah sekali, karena kalau tim ini tidak
Sakit Karya Medika II Tambun, Bekasi bekerja dengan baik, seperti
sangat menfasilitasi tim casemix untuk terlambat mengajukan klaim ke
meningkatkan kemampuan mereka, jadi BPJS, hal ini akan menghambat
walaupun mereka bukan lulusan D3 rekam pendapatan dari RS. Nah kalau
medis tetapi mereka dapat melakukan terlambatnya sering maka akan
pekerjaan mereka dengan baik sejauh ini. mengakibatkan pembayaran untuk
Dengan jumlah tenaga SDM yang operasional sehari-hari di RS akan
beranggotakan 9 orang termasuk kepala terngganggu, yang nantinya akan
casemixnya, tim ini harus menyelesaikan berdampak pada kinerja karyawan
berkas klaim sekitar 5000 sampai 6000 termasuk dokternya sehingga tidak
berkas per bulannya. Tidak ada dalam akan terciptanya kendali mutu
peraturan pemerintahan yang memuat jumlah kendali biaya”.
SDM casemix untuk tiap Rumah Sakit, hal Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat
ini menjadi bagian Rumah Sakit itu sendiri menjawab bahwa tim casemix ini memegang
yang menentukan. Karena Rumah Sakit peranan penting dalam proses keuangan
Karya Medika II Tambun, Bekasi ini Rumah Sakit.
merupakan Rumah Sakit tipe C, yang (P2) : “…. peranan casemix ini penting
kebutuhan SDM Non Medisnya disesuaikan sekali, karena kalau tim ini tidak
dengan kebutuhan Rumah Sakit itu sendiri. bekerja dengan baik, seperti
Tim casemix ini belum mempunyai agenda terlambat mengajukan klaim ke
rapat evaluasi yang rutin, hanya bila ada yang BPJS, hal ini akan menghambat
ulang tahun mereka kumpul sambil pendapatan dari RS. Nah kalau
melakukan evaluasi kecuali bila ada terlambatnya sering maka akan
peraturan yang baru yang berhubungan mengakibatkan pembayaran untuk
dengan kerja tim casemix maka kepala operasional sehari-hari di RS akan
casemix akan langsung mengumumkan terngganggu, yang nantinya akan
kepada anggota timnya. Pada umumnya tim berdampak pada kinerja karyawan
casemix ini bekerja sama dengan baik tetapi termasuk dokternya sehingga tidak
belum ada system reward and punishmen akan terciptanya kendali mutu
yang diterapkan khusus untuk tim casemix kendali biaya”.
ini. Unit casemix ini juga tidak memiliki Hasil Interpretasi P2 menurut peneliti dapat
petugas verifikator internal yang salah satu di jawab pentingnya kerja tim casemix. Hasil
tugasnya adalah memastikan kelengkapan interpretasi P1 dan P2 menurut peneliti dapat
dari berkas klaim BPJS sebelum dikirimkaan menjawab bahwa tim casemix ini memegang
ke BPJS sehingga klaimnya bisa diproses peranan penting dalam proses keuangan
secara cepat dan effisien. Tugas dari Rumah Sakit. Dan diperkuat dari hasil telaah
verifikator ini diambil alih oleh pengentry dokumen dan observasi yang dilakukan oleh
data dan kepala casemix sendiri, hal ini yang peneliti yang menunjukan kinerja tim

108
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

casemix akan sangat mempengaruhi kinerja (P5) : “…. D3 Keperawatan, bukan Rekam
keuangan Rumah Sakit secara keseluruhan. Medis”.
2. Apakah menurut dokter, sudah cukupkah Hasil Intrepretasi P5 menurut peneliti dapat
jumlah anggota tim dokter dengan di jawab latar belakang pendidikannya.
banyaknya jumlah pasien yang ada saat ini (P6) : “…. D3 Keperawatan, bukan Rekam
di RS? Medis”.
(P1) : “…Kalau menurut saya malah Hasil Intrepretasi P6 menurut peneliti dapat
belum cukup terutama runnernya di jawab latar belakang pendidikannya.
yang perlu ditambah. Sedangkan (P7) : “…. SMA, bukan Rekam Medis”.
untuk coder dan Entry Datanya Hasil Intrepretasi P7 menurut peneliti dapat
sudah cukup”. di jawab latar belakang pendidikannya.
Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat (P8) : “…. S1 Ekonomi, bukan Rekam
di jawab kalau ternyata masih dibutuhkan Medis”.
tambahan tenaga SDM. Hasil Intrepretasi P8 menurut peneliti dapat
“…. Jumlah coder untuk rawat di jawab latar belakang pendidikannya.
jalan dan rawat inap ada 2 orang (P9) : “…. S1 Manajemen, bukan Rekam
petugas tetapi ada 1 orang yang Medis”.
juga yang bisa menjadi coder Hasil Intrepretasi P9 menurut peneliti dapat
walaupun dia di posisinya entry di jawab latar belakang pendidikannya.
data”. (P10) : “…. Saya dokter umum dan S2
Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat saya MARS”.
di jawab kalau ternyata masih dibutuhkan Hasil Intrepretasi P10 menurut peneliti dapat
tambahan tenaga SDM sesuai dengan telaah di jawab latar belakang pendidikannya. Hasil
dokumen dan hasil observasi yang dilakukan interpretasi P1 – P10 menurut peneliti dapat
peneliti yang menggambarkan persepsi menjawab latar Pendidikan tetapi
beban kerja yang cukup tinggi dan belum bisa berdasarkan telaah dokumen dan obeservasi
di tangani oleh jumlah SDM yang ada yang dilakukan peneliti masih ada beberapa
3. Apa latar belakang Pendidikan bapak dan latar belakang pendidikannya yang tidak
ibu? sesuai dengan jabatannya yang jabat
(P1) : “… masih dokter umum dok, baru sekarang.
mau sekolah lanjut lagi. Mau ambil 4. Berapa banyak berkas klaim BPJS yang
MARS kalau diijinkan pimpinan”. bisa dikerjakan oleh tim Casemix dalam
Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat satu hari kerja di RS ini?
di jawab kepala casemix nya berpendidikan (P1) : “…satu orang itu bisa mengerjakan
dokter umum dan masih ingin melanjutkan sekitar 100 berkas untuk rawat
studinya ke jenjang lebih tinggi lagi. jalan dengan total pasien yang
(P2) : “…. SMA, bukan Rekam Medis”. datang sekitar kurang lebih 250
Hasil Intrepretasi P2 menurut peneliti dapat pasien jadi tidak akan bermasalah
di jawab latar belakang pendidikannya. bila semuanya dikerjakan sampai
(P3) : “…. SMA, bukan Rekam Medis”. clear atau lengkap sehingga
Hasil Intrepretasi P3 menurut peneliti dapat berkas itu bisa diselesaikan per
di jawab latar belakang pendidikannya. hari tidak menumpuk”.
(P4) : “…. S1 Kesehatan Masyarakat, “…. Setelah sempat vakum
bukan Rekam Medis”. dibulan Januari 2019, klaim yang
Hasil Intrepretasi P4 menurut peneliti dapat kita kirim sekitar 4000 atau 5000
di jawab latar belakang pendidikannya. klaim tiap bulannya”.

109
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat hari yang harus diselesaikan oleh tim
menjawab mengenai rata-rata berkas klaim casemix.
per hari yang harus diselesaikan oleh tim (P8) : “…. Dalam sehari saya bisa
casemix. menyelesaikan sekitar 200 berkas per
(P2) : “…. Dalam sehari saya bisa harinya”.
menyelesaikan sekitar kurang lebih 200 Hasil Intrepretasi P8 menurut peneliti dapat
berkas per harinya”. di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per
Hasil Intrepretasi P2 menurut peneliti dapat hari yang harus diselesaikan oleh tim
di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per casemix.
hari yang harus diselesaikan oleh tim (P9) : “…. Dalam sehari saya bisa
casemix. menyelesaikan sekitar 200 berkas per
(P3) : “…. Dalam sehari saya bisa harinya”.
mengumpulkan dan melakukan Hasil Intrepretasi P9 menurut peneliti dapat
pengecekan ulang sekitar kurang di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per
lebih 200 berkas per harinya”. hari yang harus diselesaikan oleh tim
Hasil Intrepretasi P3 menurut peneliti dapat casemix.
di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per (P10) : “… kalau perhari itu kurang lebih
hari yang harus diselesaikan oleh tim 200 klaim jadi kalau 1 bulan itu
casemix. sekitar 5000 sampai 6000 klaim”.
(P4) : “…. Saya sekitar 200 berkas per Hasil Intrepretasi P10 menurut peneliti dapat
harinya”. di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per
Hasil Intrepretasi P4 menurut peneliti dapat hari yang harus diselesaikan oleh tim
di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per casemix.
hari yang harus diselesaikan oleh tim Hasil interpretasi P1 – P10 menurut peneliti
casemix. dapat menjawab rata-rata berkas klaim yang
(P5) : “…. Dalam sehari saya bisa mereka kerjakan dalam 1 (satu) hari kerja
menyelesaikan sekitar kurang sesuai dengan telaah dokumen dan observasi
lebih 200 samapi 250 berkas per yang dilakukan oleh peneliti.
harinya”. 5. Apakah bapak dan ibu sudah mengetahui
Hasil Intrepretasi P5 menurut peneliti dapat tugasnya?
di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per (P1) : “….tugas saya adalah memastikan
hari yang harus diselesaikan oleh tim kalau klaimnya lengkap, tidak ada
casemix. data yang salah dan tepat waktu
(P6) : “…. Dalam sehari saya bisa saat dikirimkan k BPJS dab tidak
menyelesaikan sekitar kurang ada yang dikembalikan oleh
lebih 200 samapi 250 berkas per BPJS”.
harinya”. Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat
Hasil Intrepretasi P6 menurut peneliti dapat di jawab mengenai tugasnya.
di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per (P2) : “…. Paham, tugas saya sebagai
hari yang harus diselesaikan oleh tim runner itukan mengambil berkas
casemix. dari kasir dan melakukan
(P7) : “…. Dalam sehari saya bisa pengecekan ulang berkas tersebut,
menyelesaikan sekitar kurang lebih 200 bila ada yang masih belum
berkas per harinya”. lengkap maka saya harus pergi ke
Hasil Intrepretasi P7 menurut peneliti dapat bagian mana yang belum lengkap
di jawab mengenai rata-rata berkas klaim per

110
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

tersebut untuk dilengkapi berkas- kesalahan pengisian data. Saya


berkasnya”. mengkoding, lihat dulu
Hasil Intrepretasi P2 menurut peneliti dapat diagnosanya apa yang ditulis dan
di jawab mengenai tugasnya. tindakannya apa (ICD 9 dan ICD
(P3) : “…. Paham, tugas saya sebagai 10)”.
runner adalah mengambil berkas Hasil Intrepretasi P6 menurut peneliti dapat
dari kasir dan melakukan di jawab mengenai tugasnya.
pengecekan ulang berkas tersebut, (P7) : “…. Paham, tugas saya sebagai
bila ada yang masih belum pengentry data itukan menginput
lengkap maka saya harus pergi ke berkas pengajuan klaim ke dalam
bagian mana yang belum lengkap softwarenya Inacbg’s, mencetak
tersebut untuk dilengkapi berkas- dan melampirkan laporan
berkasnya kemudian saya akan individual pasien pada berkas
melakukan pengecekan ulang pengajuan klaim, mencetak
berkas tersebut sebelum saya rekapitulasi pasien berdasarkan
menyerahkan ke bagian koder”. Inacbg’s pertanggal pelayanan
Hasil Intrepretasi P3 menurut peneliti dapat dan melakukan impor data dalam
di jawab mengenai tugasnya. bentuk TXT yang terdapat dalam
(P4) : “…. Paham, tugas koder itukan software Inacbg’s serta
mengkoding diagnosa setelah menterahkan berkas pengajuan
berkas dinyatakan clear klaim beserta lembar pengajuan
semuanya. Saya mengkoding, saya klaim kepada petugas verifikasi
lihat diagnosanya apa dan BPJS”.
tindakannya apa (ICD 9 dan ICD Hasil Intrepretasi P7 menurut peneliti dapat
10). Dan itu banyak sekali di jawab mengenai tugasnya.
penyakit-penyakit dan (P8) : “…. Paham, tugas saya sebagai
tindakkannya”. pengentry data itukan menginput
Hasil Intrepretasi P4 menurut peneliti dapat berkas pengajuan klaim ke dalam
di jawab mengenai tugasnya. softwarenya Inacbg’s, mencetak
(P5) : “…. Paham, tugas koder itukan dan melampirkan laporan
mengkoding diagnosa setelah individual pasien pada berkas
berkas dinyatakan beres pengajuan klaim, mencetak
semuanya, maksudnya tidak ada rekapitulasi pasien berdasarkan
lagi data yang belum diisi atau Inacbg’s pertanggal pelayanan
kesalahan pengisian data. Saya dan melakukan impor data dalam
mengkoding, lihat dulu bentuk TXT yang terdapat dalam
diagnosanya apa yang ditulis dan software Inacbg’s serta
tindakannya apa (ICD 9 dan ICD menterahkan berkas pengajuan
10)”. klaim beserta lembar pengajuan
Hasil Intrepretasi P5 menurut peneliti dapat klaim kepada petugas verifikasi
menjawab mengenai tugasnya. BPJS”.
(P6) : “…. Paham, tugas koder itukan Hasil Intrepretasi P8 menurut peneliti dapat
mengkoding diagnosa setelah di jawab mengenai tugasnya.
berkas dinyatakan beres (P9) : “…. Paham, tugas saya sebagai
semuanya, maksudnya tidak ada pengentry data itukan menginput
lagi data yang belum diisi atau berkas pengajuan klaim ke dalam

111
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

softwarenya Inacbg’s, mencetak tersebut belum lama ini. Untuk computer


dan melampirkan laporan menurut mereka masih bisa diandalkan,
individual pasien pada berkas hanya masalahnya komputernya tidak
pengajuan klaim, mencetak memiliki filter radiasi dimana hal tersebut
rekapitulasi pasien berdasarkan penting untuk kesehatan mata para anggota
Inacbg’s pertanggal pelayanan tim casemix. Masalah yang paling dirasakan
dan melakukan impor data dalam penting bagi tim casemix adalah jaringan
bentuk TXT yang terdapat dalam internet yang lambat. Kecepatan jaringan
software Inacbg’s serta internet ini sangat diperlukan mereka dalam
menterahkan berkas pengajuan bekerja. Pernah suatu hari jaringan
klaim beserta lembar pengajuan internetnya mati sehingga mereka tidak bisa
klaim kepada petugas verifikasi bekerja selama setengah (1/2) hari, hal ini
BPJS”. yang menyebabkan bertumpuknya berkas
Hasil Intrepretasi P9 menurut peneliti dapat klaim yang harus mereka kerjakan. Rumah
di jawab mengenai tugasnya. Sakit Karya Medika II Tambun, Bekasi juga
Hasil Interpretasi P1 – P9 dapat menjawab menfasilitasi karyawannya untuk mengikut
mengenai tugas mereka masing-masing pelatihan yang sesuai dengan tanggungjawab
tetapi berdasarkan hasil telaah dokumen dan mereka di tim casemix.
observasi yang dilakukan oleh peneliti, masih 1. Bagaimana menurut bapak dan ibu
ditemukan uraian tugas yang berbeda antara mengenai sarana dan prasarana yang ada di
uraian tugas yang di SK dengan kenyataan Rumah Sakit ini?
sehari-hari. (P1) : “… belum terutama tentang
Sarana dan Prasarana Unit Casemix internetnya, dimana kecepatan
Rumah Sakit Karya Medika II Tambun, internet ini sangat berpengaruh
Bekasi. dengan kinerja dari tim casemix
Untuk sarana dan prasarana tim Casemix ini dalam hal menginput data-
itu diatur berdasarkan Peraturan Menteri data. Pernah ada satu (1) hari
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 internetnya mati, ya udah tim
Tahun 2014 Tentang Petunjuk teknis Sistem casemixnya tidak bisa melakukan
Indonesia Case Base Groups (INA-CBGs). pekerjaannya. Kalau untuk
Ruang unit Casemix Rumah sakit Karya computer juga ada yang sudah
Medika II Tambun, Bekasi, terletak dilantai 2 waktunya untuk diganti tetapi ya
dengan luas kira-kira 30 M2 yang di isi karena keadaan dan kondisi, kita
dengan 9 meja kerja,computer, dispenser, tetap memamfaatkan computer
lemari buku dan ada kamar mandi, tetapi yang ada saja dulu”. Dan sudah
tidak bisa digunakan lagi. Tidak ada ruangan diusulkan sejak ½ tahun yang lalu
khusus buat kepala unitnya dan ruang tamu. tetapi belum terwujudkan. Tetapi
Ruang unit casemix ini menurut pengamatan yang paling penting adalah
peneliti kurang memenuhi standar kesehatan, koneksi internetnya yang perlu
dimana tidak ada sirkulasi udaranya, banyak diperbaiki”. Mungkin ruangannya
berkas-berkas kertas yang menumpuk, AC harus direnovasi sedikit biar lebih
tidak berfungsi semuanya dan yang paling rapi, kemarin ada tikus yang mati
tidak pas adalah letak dispenser yang ada diruangan casemix ini”.
dibelakang kursi pekerja, hal ini berbahaya Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat
karna ada listriknya. Bahkan pernah ada di jawab mengenai sarana dan prasarana.
kejadian ditemukan tikus mati diruangan

112
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

(P2) : “… kurang kalau menurut saya, (P9) : “… kurang kalau menurut saya,
terutama dalam pengisian yang masih terutama jaringan internetnya
sering lupa diinput”. yang sangat penting. Komputer
Hasil Intrepretasi P2 menurut peneliti dapat juga mungkin harus ditingkatkan
di jawab mengenai sarana dan prasarana. kapasitasnya”.
(P3) : “… kurang kalau menurut saya, Hasil Intrepretasi P9 menurut peneliti dapat
terutama dalam pengisian yang masih sering di jawab mengenai sarana dan prasarana.
lupa diinput”. (P10) : “… Menurut saya sih mereka
Hasil Intrepretasi P3 menurut peneliti dapat sudah punya ruangan yang baik,
di jawab mengenai sarana dan prasarana. IT juga sudah karna mereka tidak
(P4) : “… Belum kalau menurut saya, complain dengan itu”.
terutama jaringan internetnya Hasil Intrepretasi P10 menurut peneliti dapat
yang sangat penting. Komputer di jawab mengenai sarana dan prasarana.
ditempat saya sampai sudah Hasil interpretasi P1 – P10 menurut peneliti
diganti CPU nya tapi tetap saja dapat menjawab mengenai ketersediaan
agak lambat”. sarana dan prasarana di Rumah Sakit Karya
Hasil Intrepretasi P4 menurut peneliti dapat Medika II Tambun Bekasi, sesuai dengan
di jawab mengenai sarana dan prasarana. telaah dokumen dan observasi yang
(P5) : “… kurang kalau menurut saya, dilakukan oleh peneliti masih ditemukan
terutama jaringan internetnya sarana dan prasarana yang kurang menunjang
yang sangat penting. Komputer kinerja unit casemix.
juga mungkin harus ditingkatkan SPO Unit Casemix Rumah Sakit Karya
kapasitasnya”. Medika II Tambun, Bekasi.
Hasil Intrepretasi P5 menurut peneliti dapat Secara keseluruhan SPO yang terdapat di
di jawab mengenai sarana dan prasarana. unit Casemix yang mengatur tentang
(P6) : “… kurang kalau menurut saya, tanggung jawab, tugas dan wewenang dari
terutama jaringan internetnya tiap anggota tim casemix sudah ada
yang sangat penting. Komputer walaupun belum mengatur secara jelas,
juga mungkin harus ditingkatkan berbeda dengan temuan sehari-hari atau
kapasitasnya”. dilapangan misalnya tentang kualifikasi tiap
Hasil Intrepretasi P6 menurut peneliti dapat anggota timnya. Belum adanya struktur
di jawab mengenai sarana dan prasarana. organisasi casemix yang jelas letaknya
(P7) : “… kurang kalau menurut saya, dibawah tanggungjawab siapa, karna ada
terutama jaringan internetnya pergantian struktur organisasi Rumah Sakit.
yang sangat penting. Komputer Menurut Direktur Rumah Sakit Karya
juga mungkin harus ditingkatkan Medika II Tambun, Bekasi unit Casemix itu
kapasitasnya”. berada dibawah Direktur langsung, jadi unit
Hasil Intrepretasi P7 menurut peneliti dapat casemix ini bertanggungjawab langsung
di jawab mengenai sarana dan prasarana. kepada Direktur Rumah Sakit Karya Medika
(P8) : “… kurang kalau menurut saya, II Tambun, Bekasi.
terutama jaringan internetnya SPO ini sangat penting sekali, karena
yang sangat penting. Komputer SPO ini yang mengatur tentang apa yang
juga mungkin harus ditingkatkan menjadi tugas mereka, wewenang mereka
kapasitasnya”. dalam memutuskan suatu permasalahan,
Hasil Intrepretasi P8 menurut peneliti dapat bagaimana menyelesaikan masalah yang
di jawab mengenai sarana dan prasarana. terjadi di unit mereka. SPO ini penting sekali

113
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

sebagai petunjuk dan perlindungan mereka (P8) : “… tahu. Runner akan ambil billing di
dalam melakukan pekerjaan mereka. kasir , trus ke coder, kemudian ke
1. Bagaimana alur kerja dari tim casemix ini petugas entry data kemudian
dalam hal proses pengajuan klaim BPJS RS dilaporkan ke kepala casemix lalu ke
di sini? Direktur untuk minta pengesahan
(P1) : “… dalam setiap selesai hari kerja, lalu dikirimkan ke BPJS”.
runner atau pengolah data awal akan Hasil Intrepretasi P8 menurut peneliti dapat
mengambil berkas dari kasir, di jawab mengenai Alur kerja tim casemix
kemudian berkas akan dibawa dalam proses pengajuan klaim BPJS.
kedalam ruangan casemix untuk (P9) : “… tahu. Runner akan ambil berkas di
dilakukan pengecekan ulang oleh kasir , trus ke coder setelah dicek
runner. Bila data di berkas masih ada lengkap atau tidak berkasnya
yang kurang maka, tugas runnerlah kemudian ke petugas entry data
untuk kembali ke kasir atau ke bagian kemudian dilaporkan ke kepala
yang kurang lengkap tersebut untuk casemix lalu ke Direktur untuk minta
dilengkapi. Bila data yang diperiksa pengesahan lalu dikirimkan ke BPJS”.
sudah lengkap, maka berkas tersebut Hasil Intrepretasi P9 menurut peneliti dapat
akan diberikan kepada petugas coder di jawab mengenai Alur kerja tim casemix
untuk dilakukan pengkodingan yang dalam proses pengajuan klaim BPJS.
sesuai dengan berkas medisnya. Hasil interpretasi P1, P7, P8 dan P9 menurut
Setelah pengkodingan selesai peneliti dapat menjawab mengenai alur kerja
dilakukan, maka berkas tersebut akan dari tim casemix ini sesuai dengan hasil
dilakukan entry data oleh petugas telaah dokumen serta observasi yang
entry agar bisa dibuatkan klaim BPJS dilakukan oleh peneliti.
nya. Berkas klaim yang sudah rapi dan 2. Dalam struktur organisasi Rumah Sakit
benar akan diberikan kepada Kepala Karya Medika II, tim casemix ini
Casemix untuk dilakukan pemeriksaan dibawahnya siapa?
terakhir sebelum diajukan ke Direktur (P1) : “… kalau dulu dibawahnya Wadir
untuk ditangani. Setelah dari Direktur, YanMed, tetapi ada wacana
berkas klaim BPJS bisa dikirimkan ke perubahan struktur organisasi di
BPJS untuk dibayarkan sesuai dengan Rumah Sakit ini, jadi belum jelas
klaim yang diberikan”. dimana posisi casemix ini”.
Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat Hasil Intrepretasi P1 menurut peneliti dapat
di jawab mengenai Alur kerja tim casemix menjawab mengenai struktur organisasi.
dalam proses pengajuan klaim BPJS. (P10) : “… kalau dulu dibawahnya Wadir
(P7) : “… tahu. Dari runner ke kasir, trus ke YanMed, tetapi saya akan mengubah
coder setelah di cek berkasnya struktur supaya tim casemix itu ada
lengkap atau tidak, kemudian ke dibawah Direktur langsung”.
petugas entry data kemudian Hasil Intrepretasi P10 menurut peneliti dapat
dilaporkan ke kepala casemix lalu ke menjawab mengenai struktur organisasi.
Direktur untuk minta pengesahan lalu Hasil interpretasi P1 dan P10 menurut
dikirimkan ke BPJS”. peneliti dapat menjawab mengenai struktur
Hasil Intrepretasi P7 menurut peneliti dapat organisasi dari unit casemix didalam
di jawab mengenai Alur kerja tim casemix struktur organisasi Rumah Sakit Karya
dalam proses pengajuan klaim BPJS. Medika II Tambun Bekasi, tetapi
berdasarkan hasil telaah dokumen serta

114
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

observasi yang dilakukan peneliti terdapat II Tambun Bekasi sudah dipimpin


perubahan struktur organisasi yang belum oleh seorang dokter umum yang
diputuskan. KESIMPULAN sudah memiliki pengalaman di
Kesimpulan dari hasil penelitian diatas bidang yang sama kurang lebih 1
adalah sebagai berikut : tahun, sudah mengikuti pelatihan
1. a. Kepala casemix. coder serta mengetahui regulasi
1) Uraian Tugas : uraian tugas sebagai BPJS yang berlaku dan yang paling
kepala casemix ini tidak sesuai penting mengetahui clinical pathway
antara yang tertera di SK dengan penyakit.
tugas sehari-harinya karena dalam 1. b. Pengolah Data / Runner.
kenyataannya kepala casemix 1) Uraian Tugas : Uraian tugas yang
melakukan lebih banyak lagi. tertera di SKnya dalam
2) Kewenangan : terdapat pelaksanaanya tidak sesuai dan
permasalahan karena sebagai kepala sangat tidak efisien. Karena runner
casemix wewenangnya adalah harus bergerak ke bagian-bagian lain
memastikan penagihan dengan pihak bila ada ketidaklengkapan dalam
luar berjalan lancar dan tepat waktu pengisian berkas klaim dan runner di
tetapi pada kenyataannya penagihan Rumah Sakit Karya Medika II
sulit untuk memastikan karena Tambun Bekasi ini usianya sudah
terkait dengan koordinasi dengan tua jadi sangat tidak menunjang
unit-unit lainnya sehingga tidak kinerja tim casemix yang tinggi.
berjalan baik dan tepat waktu, yang 2) Wewenang : Menerima berkas rawat
hal ini dapat menyebabkan inap dari bagian administrasi rawat
gangguan pada kinerja bagian inap serta melakukan koordinasi
keuangan Rumah Sakit Karya dengan bagian yang terkait perihal
Medika II Tambun Bekasi. kelengkapan berkas hal ini
3) Tanggungjawab : Terlaksananya diperlukan ketelitian dari runner
pelayanan pasien dengan untuk melihat kelengkapan dari
penjaminan (Asuransi, PT, BPJS, berkas klaimnya.
Kartu Sehat Bekasi) yang bermutu, 3) Tanggungjawab : Terlaksananya
mengkoordinir kegiatan anggota pelayanan pasien BPJS yang
casemix dan memastikan terciptanya bermutu dan terciptanya suasana
suasana kerja yang aman dan kerja yang aman dan nyaman yang
nyaman, hal ini akan bermasalah bila terlihat dilapangan adalah bila
tagihan klaim asuransinya terlambat berkas tidak lengkap maka tugas
dilakukan penagihan sehingga akan runnerlah untuk pergi kebagian yang
memberikan dampak pada belum mengisi untuk dilengkapi
pelayanan dengan mutu yang jelek berkasnya.
sehingga pasien tidak terlayani 4) Prasyarat jabatan : Runnernya
dengan baik. lulusan SMA atau sederajat dengan
4) Prasyarat jabatan : yang diminta oleh sudah mengikuti pelatihan BHD,
Rumah Sakit Karya Medika II PPI, K3 dan lain-lain pada
Tambun Bekasi adalah lulusan kenyataannya sekarang itu tidak ada
Kedokteran Umum atau D3 lulusan SMA lagi yang bekerja di
Keperawatan pada kenyataannya tim Rumah Sakit karena mereka masih
casemix Rumah Sakit karya Medika

115
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

belum paham tentang berkas-berkas jadi tanggung jawabnya juga harus


kesehatan. berbeda tiap bagiannya.
1. c. Koder. 4) Prasyarat Jabatan : Sesuai
1) Uraian Tugas : Tugas yang ada di SK permintaan Rumah Sakit Karya
salah satunya melakukan koordinasi Medika II Tambun Bekasi untuk
dengan dokter atau bagian lain serta posisi pengentry data yang diminta
merevisi klaim pada kenyataannya S1 umum, D3 umum dan SMA,
petugas koder ini harus seperti seharusnya tidak bisa S1 umum, D3
runner yang akan mencoba mengisi umum dan SMU, karena yang
bagian yang kurang lengkap. dimasukan datanya adalah data-data
2) Wewenang : Wewenang di SK kesehatan yang tidak mudah
terlalu luas karena harus melakukan dimengerti oleh lulusan lain selain
pengkodean diagnosis penyakit dan Kedokteran umum, gigi dan D3
tindakan yang membutuhkan clinical Rekam Medis, hal ini jika tidak
pathway yang baik dan benar. diperhatikan benar agak
3) Tanggungjawab : Tanggungjawab menghambat kinerja dari tim
yang tertera di SK menurut peneliti casemix itu sendiri.
masih terlalu luas cakupannya. 5) Verifikator : Rumah Sakit Karya
4) Prasyarat Jabatan : Prasyarat jabatan Medika II Tambun Bekasi tidak
petugas koder di Rumah Sakit Karya memiliki jabatan untuk petugas
Medika II Tambun Bekasi tidak Verifikator, padahal verifikator ini
sesuai dengan yang diinginkan, pada sangat penting untuk memastikan
kenyataannya koder yang ada bahwa klaim yang dikirimkan itu
sekarang adalah D3 Keperawatan sudah lengkap terisi dan tepat waktu,
dan S1 Kesehatan Masyarakat serta sehingga dapat menghasilkan kinerja
SMA. Hal ini bisa menganggu yang efisien sehingga bisa kendali
kinerja tim casemix sehingga kurang mutu dan kendali biaya.
maksimal. 2. Sarana dan Prasarana: Yang di
1. d. Pengentry data. sediakan oleh Rumah Sakit Karya
1) Tugas: Uraian tugas yang ada di SK Medika II Tambun Bekasi sudah
terlalu banyak sehingga pada pada cukup baik dengan memiliki ruangan
kenyataannya terlalu banyak yang tersendiri, berdasarkan observasi
harus dikerjakan sehingga membuat yang ditemukan bahwa ruangan
kurang maksimal kinerjanya. kepala unit tim casemix tidak
2) Wewenang: wewenang yang memiliki ruangan tersendiri dan juga
dimiliki ini terlalu besar karena bila tidak tersedianya ruang tamu,
tidak memiliki dasar pengetahuan pengaturan ruang yang terlalu sempit,
clinical pathway yang baik akan bisa tata letak barang yang tidak pada
mengubah-ubah diagnosis yang tempatnya, dan yang paling utama
nantinya akan mengubah jumlah adalah jaringan internet yang lambat
klaim yang diajukan Rumah Saki yang sangat mempengaruhi kinerja
Karya Medika II Tambun Bekasi. dari tim casemix.
3) Tanggungjawab: Tanggung jawab 3. Indikator kinerja: Indikator kinerja dari
yang ada di SK semuanya sama unit tim casemix ini sulit ditentukan
untuk petugas yang lain tetapi pada karena uraian tugas anggota unit tim
kenyataannya kerja mereka berbeda

116
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

casmix ini masih belum sesuai casemix ini bisa terlaksana dengan
dengan kenyataan di lapangan. baik.
SARAN d. Komputernya dipasang filter buat
Dari hasil pengamatan, peneliti dapat radiasi, karena mereka bekerja
memberikan beberapa saran, yaitu: dengan menggunakan computer
1. SDM: dalam jangka waktu yang lama
a. Untuk menambah petugas runnernya sehingga berakibat tidak baik bagi
dengan petugas yang masih berusia kesehatan mata mereka, dimana
muda sehingga mampu bertindak semua petugas tim casemix
cepat untuk proses kelengkapan menggunakan kacamata yang
berkas klaim. minusnya bertambah terus.
b. Membuat uraian tugas, wewenang Sebaiknya pihak Rumah Sakit
dan tanggungjawab yang lebih mengadakan pemeriksaan kesehatan
spesifik lagi untuk masing-masing mata bagi petugas yang baru masuk
petugas tim unit casemix Rumah ke tim casemix atau yang sudah
Sakit Karya Medika II Tambun bekerja di tim casemix sehingga bila
Bekasi. bertambah minusnya, maka mereka
2. Kompetensi: bisa mendapatkan kompensasi
a. Diharapkan untuk kedepannya kacamata baru dari Rumah Sakit.
dilakukan pengrekrutan yang sesuai 4. Indikator Kinerja: Rumah Sakit Karya
dengan jabatannya sehingga dapat Medika II Tambun Bekasi perlu membuat
memaksimalkan kinerja agar indikator kerja unit berdasarkan uraian
memperoleh hasil yang maksimal. tugas dan kompetensi yang sesuai
b. Untuk yang ada sekarang harus secara kebutuhan bobot pekerjaan, seperti :
kontinyu dilakukan pelatihan baik a. Berapa jumlah berkas klaim yang
secara internal maupun eksternal dikirimkan Rumah Sakit Karya
yang sesuai dengan tugas dan Medika II Tambun Bekasi oleh BPJS
tanggungjawabnya masing-masing. dalam 1 (satu) bulan?...100%
c. Agar unit casemix ini membuat b. Berapa jumlah berkas pending yang
rancangan strategik dalam menyusun dikembalikan oleh BPJS dalam 1
program kerjanya. (satu) bulan?..... 0% dan sebagainya.
3. Sarana dan Prasarana : DAFTAR PUSTAKA
a. Agar dibuatkan ruangan khusus
kepala unit casemix serta ruang tamu 1. Aljunid, P. D. (2014). Sistem Casemix
agar lebih nyaman dalam melakukan Untuk Pemula, Konsep dan Aplikasi
pekerjaan. Untuk Negara Berkembang (Penerapan di
b. Menata ulang ruang casemix yang Indonesia). Sistem Casemix Untuk
ada sekarang seperti posisi meja dan Pemula, Konsep dan Aplikasi Untuk
kursi yang sesuai aturan yang Negara Berkembang (Penerapan di
berlaku, sehingga tidak ada lagi Indonesia), CV Energy Printing , ISBN
dispenser yang letaknya persis 978-967-11933-1-0, Edisi Cetakan ke 2
dibelakang kursi petugas, 2. Binsasi, E. (2016). Model Besar Klaim
membuatkan jendela sebagai (Severity) Yang Diajukan Rumah Sakit
ventilasi udara. Kepada BPJS Kesehatan. SAINTEKBU,
c. Menambah kecepatan dari jaringan 8(2). SAINTEKBU: Jurnal Sains dan
internetnya agar kinerja unit tim Teknologi Volume 8 no.2 Februari 2016
ISSN : 1979-7141 31

117
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

3. Bagian Hukormas Sekretaris Direktorat http://www.Kebijakan Kesehatan


Jenderal Bina Upaya Kesehatan Indonesia.net/337-kebijakan-
Kementerian Kesehatan RI, 2013, pembiayaan Kesehatan.
Buletin BUK Mei 2013, Kemenkes RI, 14. Maghfirah I, Sistem Pembiayaan
Jakarta Kesehatan di Indonesia
4. BPJS.2014. Perubahan Tarif INA-CBGs 15. Moeheriono. (2010). Pengukuran
Membuat Biaya Kesehatan Lebih Kinerja Berbasis Kompetensi. Surabaya:
Efektif. Jakarta Pusat. Ghalia Indonesia
5. Departemen Kesehatan RI, 2009, Sistem 16. Pujihastuti, A. &. (2014). Hubungan
Kesehatan Nasional, Depkes RI, Jakarta Kelengkapan Informasi dengan
6. Dewi Indah Yuniati, Analisis Hasil Keakuratan Kode Diagnosis dan
Koding yang Dihasilkan oleh Coder di Tindakan Pada Dokumen Rekam Medis
Rumah Sakit Pemerintah X di Kota Rawat Inap. Jurnal Manajemen
Semarang Tahun 2012 Informasi Kesehatan Indonesia, 2
7. Dewi Mardiawati, Devid Leonard, 17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Analisis Pelaksanaan Pengodean Indonesia Nomor
Tindakan Medis Pasien JKN di RSI Siti 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang
Rahmah Padang, Jurnal Endurance : Klasifikasi Rumah Sakit.
Kajian Ilmiah Problem Kesehatan, E- 18. Republik Indonesia.(2014). Peraturan
ISSN-2477-6521, Vol 4 (1) Februari Badan Penyelengggara Jaminan
2019 (34-44) Kesehatan Nomor 1 tahun 2014 Tentang
8. Hastomo, Buku Panduan software ina- Penyelenggaraan Jaminan
cbg 3.1 Kesehatan.Jakarta
9. Hosizah.(2013). Case Mix Upaya 19. Suwatno dan Donni Juni Priansa. 2011.
Pengendalian Biaya Pelayanan Rumah Manajemen SDM dalam Organisasi
Sakit di Indonesia diunduh pada Publik dan Bisnis. Penerbit
http://www.esaunggul.ac.id/article/case- ALFABETA.Bandung.
mix-upaya-pengendalian-biaya-rumah- 20. Suhartoyo, Klaim Rumah Sakit Kepada
sakit-di -Indonesia. BPJS Kesehatan Berkaitan Dengan
10. Ifmi, K. 2011. Studi Kebijakan Rawat Inap Dengan Sistem INA - CBGs,
Penggunaan Sistem casemix Berbasis Administrative Law & Governance
Kode International Classification Of Journal Vol. 1 Edisi Khusus 1 2018,
Disease-Ten (CD-X) Pada Pasien ISSN 2621-2781 Online
Jamkesmas Di RSUD. DR.Rasidin Kota 21. Sukma Puspitorini, Sri Kusumadewi,
Padang Tahun 2011. Universitas Linda Rosita, SPK Penentuan Severity
Andalas Level Kasus Penyakit Dengan Pohon
11. Jurnal ARSI, Juni 2015, Novita Nuraini, Keputusan, Seminar Nasional
Analisis Sistem Penyelenggaraan Informatika Medis (SNIMed) VII, 2016
Rekam Medis di Instalasi Rekam Medis 22. Sunyoto, D.(2012).Manajemen Sumber
RS ”X” Tangerang Periode April-Mei Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS.
2015 23. SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan, Vol.
12. Kemenkes. (2013). Keputusan MenteriI 2 | No. 1 | Th. 2016, Irene Ranny Kristya
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Nugraha, P. Lindawaty S. Sewu dan
455/MENKES/SK/XI/2013. Tammy J. Siarif, Kompetensi Sumber
13. Kebijakan Kesehatan Indonesia.(2012). Daya Manusia Dalam Penyelenggaraan
KebijakanPembiayaan Kesehatan, Hemodialisis Di Rumah Sakit Di

118
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 6 No 2, Oktober 2022 P-ISSN: 2868-6298

Hubungkan Dengan Asas Perlindungan 29. Igor Portoghese, Maura Galletta, Rosa
Hukum Cristina Coppola, Gabriele Finco,
24. Thabrany.H (2014). Jaminan Kesehatan Marcello Campagna, 2014, Burnout and
Nasional. PT Raja Grafindo Workload Among Health Care workers :
Persada,Jakarta The Moderating Role of job Control,
25. Undang-Undang Republik Indonesia Safety and Health at Work, ELSEVIER,
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah journal homepage: www.e-shaw.org
Sakit. 30. Kazuaki Kuwabara, Shinya Matsuda,
26. Wibowo B, Pelaksana INA-CBG di Kiyohide Fushimi, Koichi B Ishikawa,
RSUP Dr. Kariadi, RSUP Dr. Kariadi, Hiromasa Horiguchi, 2011, Contribution
Semarang of case-mix classification to profiling
27. Carmen M Mendez, Darrel W hospital characteristics and productivity,
Harrington, Peter Christenson, Brad The International journal of health
Spelberg, Impact of Hospital variables planning and management 26 (3), e 138-
on casemix index as a marker od disease e150, 2011
severity,2014, Population health
management 17 (1), 28-34, 2014.
28. Minyichil Birhanu, Berhane Gebrekidan,
Getasew Tesefa, and Minale Tareke,
2018, Workload Determines Workplace
Stress among Health Professionals
Working in Felege – Hiwot Referral
Hospital, Bahir Dar, Northwest Ethiopia,
Hindawi, Journal of Environmental and
Public Health, Volume 2018, Article ID
6286010, 8 pages,
https://doi.org/10.1155/2018/6286010

119

Anda mungkin juga menyukai