Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M DENGAN

DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA

DI RUANG TERATAI RSUD LEUWILIANG

Laporan ini di susun untuk memenuhi persyaratan

Praktek Klinik Keperawatan Anak

Pada Program Studi S1 – Keperawatan

Tingkat IV / Semester VIII

Disusun Oleh :

Putri Tasya Oktadwianti

201913069

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIJAYA HUSADA BOGOR

Jl. Lenjend Ibrahim Adjie No 180 Sindang Barang Pengkolan,

Bogor Barat, HP : 0852 1670 1658 / 0812 9581 9088

Telp. (0251) 8327 396 / (0251) 8327 399

Email : wijayahusada@gmail.com Website : www.wijayahusada.com


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat

Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil praktik

klinik stase Keperawatan Maternitas di RSUD Leuwiliang yang berlangsung sejak

10 – 27 Mei 2023.

Laporan praktik klinik ini disusun sebagai salah satu syarat pada proses

pembelajaran di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wijaya Husada Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu, mengarahkan, dan memberikan dorongan sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada yang terhormat :

1. Kedua Orangtua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan hingga

memenuhi segala kebutuhan praktik kerja lapangan.

2. Ketua STIKes Wijaya Husada Bogor

3. Direktur RSUD Leuwiliang

4. Wakil Direktur Administrasi dan Pelayanan RSUD Leuwiliang

5. Ketua dan Tim Diklat RSUD Leuwiliang

6. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Leuwiliang

7. Kepala Ruangan Teratai RSUD Leuwiliang

8. Pembimbing klinik di ruangan Teratai RSUD Leuwiliang

9. Perawat Teratai RSUD Leuwiliang


10. Seluruh staff yang bekerja di RSUD Leuwiliang yang telah membantu,

memberikan dukuan dan kerja sama yang baik selama praktik klinik di

RSUD Leuwiliang

11. Pembimbing Akademik STIKes Wijaya Husada Bogor

12. Kepada teman – teman kelompok praktik klinik yang telah menjadi rekan

yang baik selama praktik, memberikan bantuan, dukungan dan dorongan

kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Segala kemampuan, semangat dan usaha penulis untuk menyelesaikan

laporan ini secara semaksimal mungkin, dengan senang hati penulis menerima

segala saran dan kritik yang bersifat membantu dalam penulisan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada

pembaca, mudah – mudahan bermanfaat bagi semua yang telah membaca laporan

ini. Terimakasih.

Bogor, Mei 2023

Penyusun,

Putri Tasya Oktadwianti

201913069
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar belakang........................................................................... 1
B. Tujuan penulisan....................................................................... 3
C. Ruang lingkup........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................... 4
A. Definisi Bronkopneumonia....................................................... 4
B. Etiologi Bronkopneumonia....................................................... 5
C. Klasifikasi Bronkopneumonia................................................... 6
D. Pathway..................................................................................... 7
E. Manifestasi Klinis..................................................................... 7
F. Prosedur Diagnostik.................................................................. 8
G. Komplikasi Bronkopneumonia................................................. 9
H. Penatalaksanaan Medis............................................................. 9
I. Pencegahan pada Anak............................................................. 10
J. Prosedur Keperawatan.............................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN................................... 15
A. Biodata...................................................................................... 15
B. Riwayat Kesehatan.................................................................... 16
C. Riwayat Imunisasi..................................................................... 17
D. Riwayat Tumbuh Kembang...................................................... 18
E. Riwayat Nutrisi......................................................................... 18
F. Riwayat Psikososial.................................................................. 19
G. Riwayat Spiritual....................................................................... 19
H. Riwayat Hospitalisasi................................................................ 19
I. Aktivitas Sehari – Hari.............................................................. 20
J. Pemeriksaan Fisik..................................................................... 22
K. Tes Diagnostik.......................................................................... 25
L. Terapi........................................................................................ 27
M. Asuhan Keperawatan................................................................ 28
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 43
A. Kesimpulan............................................................................... 43
B. Saran.......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu

peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya yang sering ditemukan

pada balita dan anak-anak.

Bronkopneumonia disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus,

jamur dan benda asing. Tanda gejala bronkopneumonia berupa demam tinggi,

gelisah, dispnue, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan

produktif.

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh bakteri Stafilococcus aureus dan Haemofilus influenza yang

masuk ke saluranpernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan

alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret,

batuk produktif, ronchi positif. Mikroorganisme yang terdapat dalam paru

dapat menyebar ke bronkus, bronkus akan mengalami fibrosis dan pelebaran.

Pelebaran tersebut dapat menyebabkan akumulasi sekret di bronkus. Bayi dan

balita tidak dapat mengatur bersihan jalan napas secara mandiri, oleh sebab

itu jika akumulasi sekret di bronkus tidak segera ditangani akan terjadi

ketidakefektifan bersihan jalan nafas.


2

Bronkopneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang

ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen

dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran

nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat

dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan

interstitial. Masuknya jamur, virus dan bakteri ke paru-paru yang

mengakibatkan terjadinya infeksi parenkim paru. Salah satu reaksi infeksi

adalah dengan meningkatnya produksi sputum. Produksi sputum yang

meningkat akan menjadi masalah utama pada anak dengan Bronkopneumonia

yang akan mengakibatkan tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada anak

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia.

Penyakit ini menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun,

yang menyebabkan kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per

hari, atau di perkirakan 2 anak Balita meninggal setiap menit pada tahun 2018

(WHO., 2019) dalam (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Berdasarkan data

laporan rutin subdit ISPA tahun 2018, didapatkan penemuan insiden

Bronkopneumonia (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54 (Kementrian

Kesehatan RI, 2020). Di Indonesia, cakupan penemuan kasus

Bronkopneumonia pada balita dari tahun 2016-2019 mengalami peningkatan

dari 94,12% menjadi 97,30% (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Prevalensi

Bronkopneumonia terbanyak terjadi pada anak usia 1-4 tahun (Kementrian

Kesehatan RI, 2020).


3

B. Tujuan penulisan

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam makalah ini

adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada An.M dengan Diagnosa

Medis Bronkopneumonia di Ruang Teratai RSUD Leuwiliang?”

C. Ruang lingkup

Sebagaimana yang telah diuraikan, maka ruang lingkup pembahasan

pada penulisan ini adalah mengenai pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada

An.M dengan Diagnosa Medis Bronkopneumonia di Ruang Teratai RSUD

Leuwiliang
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang di

sebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai

dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,

muntah, diare, serta batuk kering dan produktif.

Bronkopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki

pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di

dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing.

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas

sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan

paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau

melalui hematogen sampai ke bronkus.

Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia

adalah peradangan pada paru yang dapat disebabkan karena bakteri, virus,

jamur dan cara penyebarannya langsung melalui saluran pernafasan sampai

ke bronkus.
5

B. Etiologi Bronkopneumonia

Umumnya individu yg terserang bronkopneumonia diakibatkan karena

adanya penurunan mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi

organisme patogen. Orang yg normal dan sehat mempunyai mekanisme

pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis &

batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah

keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronkopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur,

protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. Mengutip dari Kids

Health, pneumonia adalah infeksi paru-paru. Hal ini terjadi karena kantung

udara paru-paru (disebut alveoli) terisi dengan nanah atau pun cairan lainnya.

Oleh karena itu, kondisi ini mengakibatkan oksigen sulit mencapai aliran

darah, antara lain :

1. Virus : Legionella pneumoniae

2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-

paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.


6

C. Klasifikasi Bronkopneumonia

Berikut ini merupakan klasifikasi pneumonia :

1. Community Acquired Pneumonia dimulai juga sebagai penyakit

pernapasan umum dan dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia.

Pneumonia Streptococal merupakan suatu organisme penyebab umum.

Tipe pneumonia ini umumnya menjadi kalangan anak-anak atau

dikalangan lanjut usia (Lansia).

2. Lobar dan Bronchopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi

infeks. Saat ini pneumonia di klasifikasikan berdasarkan organisme,

bukan cuma menurut lokasi anatominya .

3. Pneumonia Viral, bacterial dan fungsi dikategorikan berdasarkan dari

agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasi

organisme perusak.

4. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juag sebagai Pneumonia

nosocomial. Organisme seperti pseudomonas aeruginosa.

Staphylococcus Aureus dan Klibseiila Pneumoniae ialah bakteri umum

penyebab hospital acquired pneumonia.


7

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris

bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai

39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai

pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang

juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada

permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian

menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan

pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan

cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
8

pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang

terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi

mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.

Gejala pneumonia aspirasi bisa berbeda pada setiap orang. Namun,

umumnya gejala penyakit ini bisa berupa :

1. Nyeri dada

2. Batuk dengan riak berwarna kehijauan, riak berdarah, atau berbau busuk

3. Sesak napas

4. Mengi

5. Bau napas

6. Keringat berlebih.

F. Prosedur Diagnostik

Ditahap awal dokter akan mencari tanda pneumonia pada seseorang yang

diduga mengalami pneumonia aspirasi. Ketika dokter menemukan gejala

seperti sesak napas, suara bising pada paru – paru, hingga meningkatnya

detak jantung, setelah itu dilakukan beberapa pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaanya bisa berupa :

1. Rontgen dada atau CT scan.

2. Kultur atau pemeriksaan bakteri dari riak.

3. Pemeriksaan darah lengkap.

4. Pemeriksaan analisis gas darah.


9

Bronkoskopi untuk melihat ada tidaknya benda asing pada saluran

pernapasan :

1. Kesulitan menelan

2. Kebiruan pada kulit

3. Kelelahan

G. Komplikasi Bronkopneumonia

1. Komplikasi bronchopneumonia bakteri sekunder, bronkiektasis, asfiksia,

anoreksia serebral, kejang, dan kematian. Perdarahan subkinjungtiba

dapat di sebabkan oleh batuk paroksimal

2. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps

paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk

hilang

3. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm

rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura

4. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang

5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial

6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak

H. Penatalaksanaan Medis

1. Oksigen 1 – 2 liter per menit.

2. Jika sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai makan eksternal bertahap

melalui selang nasogastric dengan feeding drip.


10

3. Jika seksresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk transport muskusilier.

4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit

5. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres.

6. Latihan batuk efektif dan fisioterapi paru.

7. Penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan, apabila

ringan tidak perlu di berikan antibiotik, tetapi apabila penyakit berat

pasien dapat dirawat inap, maka perlu pemilihan antibiotic berdasarkan

usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab, seperti pemberian

prokain dan kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan kloksasilin, atau

critromisin dan kloramfenikol atau sejenisnya.

I. Pencegahan pada Anak

1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat

keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.

2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.

3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.

4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai

suara sesak dan sesak pada anak.

5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.


11

J. Prosedur Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.

Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam

merencanakan tindakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan.

Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan

objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya, baik yang berlangsung aktual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons

klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan

dengan kesehatan.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses

infeksi

b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


12

3. Rencana Tindakan

Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan keputusan

awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan

dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan

tindakan keperawatan.

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses

infeksi. Pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan : mengidentifikasi / menunjukkan perilaku mencapai

bersihan jalan nafas

Kriteria hasil : menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas

bersih, tidak ada dispnea

Intervensi :

1) Monitor pola napas

2) Monitor sputum

3) Posisikan semi fowler atau fowler

4) Berikan oksigen

b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Tujuan : mengidentifikasi / menunjukkan perilaku mencapai

keseimbangan cairan

Kriteria hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit membaik,

intake cairan membaik

Intervensi :
13

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, turgor kulit menurun)

2) Monitor intake dan output cairan

3) Berikan asupan cairan oral

4) Kolaborasi pemberian cairan IV

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan : mengidentifikasi / menunjukkan perilaku suhu tubuh

membaik

Kriteria hasil : tidak pucat, suhu tubuh membaik, suhu kulit

membaik

Intervensi :

1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar

lingkungan panas)

2) Monitor suhu tubuh

3) Longgarkan atau lepaskan pakaian

4) berikan cairan oral

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan

untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam

pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,

serta menilai data yang baru.


14

5. Evaluasi

Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan

terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan

klien menuju pencapaian tujuan atau hasil keefektifan rencana asuhan

keperawatan dengan tindakan intelektual dalam melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan untuk diagnosa

keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Tahap evalausi

memungkinkan perawat dalam memonitor apa yang terjadi selama

pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi intervensi


BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Biodata

1. Identitas Klien

a. Nama : An.M

b. Tempat tgl lahir : 15 Februari 2023

c. Usia : 3 bulan

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Agama : Islam

f. Pendidikan :-

g. Alamat : Kp. Sengkong RT 01/011

h. Tanggal Masuk : 21/05/2023 14.05 WIB

i. Tanggal Pengkajian : 22/05/2023

j. Diagnostik Medik : Bronkopneumonia, GEA vomitus DRS

2. Identitas Orang Tua

a. Ayah

Nama : Tn.J

Usia : 23 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Supir

Agama : Islam

Alamat : Kp. Sengkong RT 01/011


16

b. Ibu

Nama : Ny. T

Usia : 20 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Kp. Sengkong RT 01/011

B. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan Utama

Demam, BAB cair, muntah, batuk, sesak

b. Riwayat Keluhan Utama

Sebelumnya klien tidak pernah dirawat dan tidak memiliki penyakit

sebelumnya

c. Keluhan Saat Pengkajian

Demam sudah 4 hari, anak rewel dan lemas, BAB cair sudah 3 hari,

muntah 3x, batuk sudah 6 hari dan terkadang sesak

2. Riwayat Kesehatan Lalu ( khusus untuk anak usia 0-5 tahun )

a. Prenatal Care

1) Ibu memeriksan kehamilannya setiap minggu di Bidan Asih

Parung Panjang

2) Tidak ada keluhan semasa hamil


17

3) Riwayat berat badan selama hamil : sebelum hamil berat

badan ibu 50, selama hamil berat badan menjadi 67

4) Riwayat imunisasi TT :-

5) Golongan darah ibu (A) Golongan darah ayah (-)

b. Natal

1) Tempat melahirkan : Puskesmas Leuwiliang

2) Jenis persalinan : Normal

3) Penolong persalinan : Bidan

4) Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan

setelah melahirkan : Tidak ada

c. Post Natal

1) Kondisi bayi : Normal

2) APGAR : Vigorous Baby (10 point).

C. Riwayat Imunisasi

Jenis Waktu Reaksi Setelah


No Frekuensi Frekuensi
Imunisasi Pemberian Pemberian

1 BCG - - - -

2 DPT - - - -

(I,II,III)

3 Polio - - - -

(I,II,III)

4 Campak - - - -
18

5 Hepatitis - - - -

D. Riwayat Tumbuh Kembang

1. Pertumbuhan Fisik

a. Berat Badan : 5,7 gr

b. Tinggi Badan : 55 cm

c. Waktu Tumbuh gigi : Belum tumbuh gigi

2. Perkembangan tiap usia anak saat

a. Berguling :-

b. Duduk :-

c. Merangkak :-

d. Berdiri :-

e. Berjalan :-

f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 2 Bulan

g. Bicara pertama kali :-

3. Berpakaian Tanpa Bantuan : Berpakaian masih membutuhkan

bantuan orang tua

E. Riwayat Nutrisi

1. Pemberian ASI : 1 bulan

2. Pemberian Susu Formula : 2 bulan

Alasan pemberian : ASI tidak keluar


19

F. Riwayat Psikososial

1. Anak tinggal bersama : Orang tua di rumah orang tua

2. Lingkungan berada di : Tempat yang ramai

3. Tempat bermain : Tidak ada

4. Kamar klien : Tidur bersama orang tua

5. Rumah ada tangga : Tidak ada

6. Hubungan antar keluarga : Ada sodara dekat dengan alamat rumah

G. Riwayat Spiritual

1. Support sistem dalam keluarga

Support keluarga terhadap klien yang sedang sakit tinggi, selalu

menemani klien setiap hari

2. Kegiatan keagamaan

Kegiatan agama cukup baik

H. Riwayat Hospitalisasi

Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1. Ibu membawa anaknya ke RS karena : Anak sakit (Demam, BAB

cair, muntah, batuk, sesak)

2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Iya

3. Perasaan orang tua saat ini : Sedih melihat anaknya sakit

4. Orangtua selalu berkunjung ke RS : Iya

5. Yang akan tinggal dengan anak : Ibu dan Ayah


20

I. Aktivitas Sehari – Hari

1. Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1 . Selera makan Klien belum Klien belum diberikan

2 . Menu makan/Diit diberikan makan makan

3 . Frekuensi makan

4 . Makan pantangan

5 . Pembatasan pola

makan

6 . Cara makan

7 . Keluhan

2. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1 . Jenis minuman Sebelum sakit Saat sakit, klien masih

2 . Frekuensi minum klien masih diberikan susu formula,

3 . Kebutuhan cairan diberikan susu terkadang dihabiskan

4 . Cara pemenuhan formula, klien satu botol (60 ml), dan

menghabiskan terkadang masih tersisa,

susunya (60 ml), dalam sehari 7 – 8 x

dalam sehari 7 – 8 diberikan susu.

x diberikan susu Terkadang muntah

setelah diberikan susu


21

3. Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1 . Tempat Sebelum sakit Saat di RS BAB cair,

pembuangan Normal satu hari 3x, ampas

2 . Frekuensi kecoklatan

3 . Konsistensi

4 . Kesulitan

5 . Obat pencehar

4. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1 . Jam tidur (siang Sebelum sakit Saat di RS klien sering

dan malam klien tidur pada tidur tapi normal , jangka

2 . Pola tidur jam 9.00, 12.00 waktunya sebentar

3 . Kebiasaan dan 18.00 WIB. kurang lebih 2 jam.

sebelum tidur Pola tidur baik, Kebiasaan tidur masih

4 . Kesulitan tidur kebiasaan tidur di sama, kelsulitan tidur

pokpok atau karena klien terpasang

digendong tidak Infus di tangan jadi

ada kesulitan sedikit terganggu.

tidur
22

5. Personal hygine

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1 . Mandi Sebelum sakit Saat di RS hanya dilap

- Cara mandi seperti saja, dilap oleh ibu atau

- Frekuensi biasanya, mandi neneknya. Tidak pernah

- Alat mandi 2x sehari, gunting kuku

2 . Cuci rambut dimandikan oleh

- Frekuensi ibunya.

- Cara Gunting kuku dua

3 . Gunting kuku minggu sekali di

- Frekuensi bantu dengan

- Cara ibunya

4 . Gosok gigi

- Frekuensi

- Cara

J. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum Sedang

2. Kesadaran Compos mentis

3. Tanda – tanda Vital RR : 34 x/mnt

N : 136x/mnt

S : 37. 80C

SpO2 : 96%
23

4. Berat Badan 5,7 Kg

5. Tinggi Badan 55 Cm

6. Kepala Inspeksi : Normal, rambut hitam, halus

bersih, tidak rontok.

Palpasi : Tidak ada benjolan, ataupun

nyeri tekan.

7. Muka Inspeksi : Simetris, lonjong, ekspresi

normal, terpasang oksigen nasal kanul 2

liter

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

8. Mata Inspeksi : Tidak ada edema, tidak ada

peradangan apapun, anikterus,

ananemis, isokor. Gerakan mata baik,

bulu mata lentik.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

9. Hidung Inspeksi : Hidung normal, simetris,

tidak ada benjolan, terpasang oksigen

nasal kanul 2 liter

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

10 . Telinga Inspeksi : Simetris, tidak memakai alat

bantu dengar, terdapat serumen, tidak

ada lesi

Palpasi : Tidak ada benjolan, ataupun


24

nyeri tekan

11 . Mulut Inspeksi : klien belum tumbuh gigi

12 . Tenggorokan Inspeksi : sedikit kemerahan (adanya

peradangan)

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ada

nyeri menelan

13 . Leher Inspeksi : Kelenjar tyroid tidak

membesar

Palpasi : Kelenjar tyroid teraba

14 . Thorax dan Pernapasan Inspeksi : Pergerakan dada simetris,

tidak ada lesi, benjolan ataupun edema

Palpasi : Pergerakan inpirasi dangkal,

dan fase ekspiras klien panjang

15 . Jantung Palpasi : ictus kordis normal, tidak ada

pembesaran jantung

Auskultasi : Tidak ada suara tambahan

16 . Abdomen Inspeksi : Normal. Tidak ada lesi

ataupun edema

Palpasi : Normal. Tidak ada nyeri tekan

17 . Genetalia dan Anus Normal tidak ada masalah

18 . Ekstremitas atas Motorik : Normal

Refleks : Normal

Sensori : Normal
25

19 . Ekstremitas bawah Motorik : Normal

Refleks : Normal

Sensori : Normal

K. Tes Diagnostik

Cek laboratorium tanggal 21/05/2023

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

Darah rutin

Hemoglobin 10.4 g/dL 9.6 – 12.8

Leukosit 17.5 10^5/ul 5.5 – 18.0

Trombosit 453 ribu/ul 229 – 553

Hematokrit 30 % 31 - 43

Hitung Jenis

Basofil 0 % 0–1

Eosofil 0 % 1–5

Neutrofil batang 3 % 0–8

Neutrofil segmen 50 % 17 – 60

Lymphosit 38 % 20 – 70

Monosit 9 % 1 – 11

Neutrofil limfosit rasio 1.39 <= 3.13

Limfosit absolut count 6650 > 1500


26

KIMIA KLINIK

Glukosa sewaktu 73 mg/dL 60 - 115

Na, K, Cl

Natrium (Na) 138 mmol/L 129 – 143

Kalium (K) 5.9 mmol/L 3.6 – 5.8

Khlorida (Cl) 116 mmol/L 93 - 112

IMUNOSEROLOGI

Cek laboratorium tanggal 23/05/2023

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

FAECES

Faeces lengkap

Warna Kuning Coklat

Konsistensi Lembek Lembek

Darah Negatif Negatif

Lendir Positif Negatif

Benzidin tes Negatif Negatif

Mikroskopis

Telur cacing Negatif Negatif

Amoeba Negatif Negatif

Leukosit 4–6 /LPB 0–2

Entrosit 0–1 /LPB 0–1

Sisa makanan Negatif Negatif


27

Bakteri Positif Negatif

Jamur Negatif Negatif

L. Terapi

No Nama Terapi Dosis Jalur Indikasi


1 IVFD RL 200 cc IV Menggantikan
cairan tubuh
yang hilang
2 Omeprazole 3 x 4 mg IV Tukak lambung
3 Ondansentron 3 x 0,4 mg IV Mencegah dan
mengobati mual
dan muntah
4 Paracetamol 3 x 50 mg IV Demam
5 Ceftriaxone 1 x 30 mg IV Antibiotik
6 Nebulasi ½ Uap / Mengeluarkan
pulmucort, Nebulasi dahak
½
ventolin,
NS 2,5 cc
tiap 12 jam
28

M. Asuhan Keperawatan

1. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS : Proses infeksi Bersihan jalan napas tidak

Orangtua klien efektif

mengatakan

klien batuk

sudah 6 hari,

terdapat sekret

dan terkadang

sesak

DO :

Klien tampak

lemas, batuk

tidak efektif, RR

: 34 x/menit,

SpO2 : 96%

2 DS : Proses penyakit Hipertermia

Orangtua klien

mengatakan

klien demam

sudah 4 hari
29

DO :

Klien tampak

lemas, S :

37,8°C, N : 136

x/menit

3 DS : Kehilangan cairan Hipovolemia

Orangtua klien aktif

mengatakan

klien muntah 3x

sehari, klien

tidak

menghabiskan

susunya, klien

tampak lemas,

BAB cair 3x

DO :

Klien tampak

lemas, RR : 34

x/menit, N : 136

x/menit, S :

37,8°C
30

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses

infeksi

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Tindakan (Intervensi)


No Prf
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan Setelah Manajemen

napas tidak dilakukan jalan napas

efektif b.d proses tindakan (I.01011)


1 . Untuk
penyakit keperawatan 2 1 . Monitor pola
mengetahui
x 8 jam, napas
pernapasan
diharapkan 2 . Monitor
klien
jalan napas sputum
2 . Untuk
efektif dengan (warna,
memantau
kriteria hasil : jumlah,
sputum klien
(Bersihan jalan aroma)
3 . Agar klien
napas 3 . Posisikan
merasa
L.01001) semi fowler
nyaman
1 . Batuk atau fowler

efektif
31

2 . Produksi 4 . Berikan 4 . Agar

sputum oksigen kepatenan pola

menurun napas klien

3 . Frekuensi normal

napas

membaik

2 Hipertermia b.d Setelah Manajemen

proses penyakit dilakukan hipertermia

tindakan (I.15506)
1. Untuk
keperawatan 1. Monitor suhu
memantau
selama 2 x 8 tubuh
suhu tubuh
jam,

2. Longgarkan 2. Untuk
diharapkan

atau lepaskan membantu


suhu tubuh

pakaian penyembuhan
membaik
penyakit
dengan kriteria
3. Berikan 3. Untuk
hasil :
cairan oral membantu
(Termoregulasi
memenuhi
L.14134)
kebutuhan
1 . Tidak pucat
cairan
2 . Suhu tubuh
4. Lakukan 4. Untuk
membaik
pendinginan membantu
ekstremitas proses
32

3 . Frekuensi (kompres) penyembuhan

nadi 5. Kolaborasi 5. Untuk

membaik pemberian membantu

cairan IV proses

penyembuhan

3 Hipovolemia b.d Setelah Manajemen

kehilangan cairan dilakukan hipovolemia

aktif tindakan (I.03116)


1. Untuk
keperawatan 2 1. Periksa tanda
membantu
x 8 jam, dan gejala
proses
kebutuhan hipovolemia
penyembuhan
cairan (frekuensi

terpenuhi nadi

dengan kriteria meningkat,

hasil : nadi teraba

(Status cairan lemah)


2. Untuk
L.03028) 2. Monitor
mengetahui
1 . Turgor kulit intake dan
kebutuhan
membaik output cairan
cairan
2 . Frekuensi
terpenuhi atau
nadi
tidak
membaik
3. Untuk
3. Berikan
3 . Suhu tubuh
menambah
asupan
33

membaik cairan oral cairan tubuh

4. Implementasi Keperawatan

Diagnosa

Keperawata Tgl Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Prf

Bersihan 22/ 1 . Memonitor pola napas S : orangtua klien

jalan napas 05/ mengatakan klien

tidak efektif 23 batuk dan sesak

b.d proses O : klien tampak

penyakit sesak, terdapat

sputum, terlihat batuk,

RR : 34 x/menit,

SpO2 : 96%

2 . Memonitor sputum (warna, S : orangtua klien

jumlah, aroma) mengatakan klien

batuk, terdapat

sputum dan sesak

O : klien tampak

batuk, sputum

berwarna kuning

3 . Memposisikan semi fowler S : orangtua klien


34

atau fowler mengatakan klien

batuk dan sesak

O : setelah digendong

depan seperti duduk,

klien tampak tidak

terlalu batuk dan

sesak

4 . Memberikan oksigen S : orangtua klien

mengatakan klien

batuk dan sesak

O : klien sedang

nebulisasi,

sebelumnya terpasang

oksigen nasal kanul 2

liter

Hipertermia 22/ 1. Memonitor suhu tubuh S : orangtua klien

b.d proses 05/ mengatakan klien

penyakit 23 demam sudah 4 hari

O : suhu tubuh klien

37,8°C

2. Melonggarkan atau S : orangtua klien

melepaskan pakaian mengatakan klien

demam sudah 4 hari


35

O : orangtua klien

tampak mengganti

pakaian klien dengan

yang lebih longgar

3. Memberikan cairan oral S : orangtua klien

mengatakan klien

demam sudah 4 hari,

diberikan susu

terkadang tidak

dihabiskan

O : tampak tersisa

susu dibotol klien

4. Melakukan pendinginan S : orangtua klien

ekstremitas ( kompres) mengatakan klien

demam sudah 4 hari

O : klien tampak

diberikan kompres

oleh ibunya

5. Mengkolaborasi pemberian S : orangtua klien

cairan IV mengatakan klien

demam sudah 4 hari

O : klien terpasang

infus ditangan kiri


36

dengan cairan RL,

diberikan paracetamol

dan ceftriaxone

Hipovolemia 22/ 1. Memeriksa tanda dan gejala S : orangtua klien

b.d 05/ hipovolemia (frekuensi nadi mengatakan klien

kehilangan 23 meningkat, nadi teraba muntah 3x sehari,

cairan aktif lemah) BAB cair 3x terdapat

ampas dan berlendir

O : klien tampak

lemas, RR : 34

x/menit, N : 136

x/menit

2. Memonitor intake dan S : orangtua klien

output cairan mengatakan klien

muntah 3x sehari,

BAB cair 3x terdapat

ampas dan berlendir

O : klien terpasang

infus dilengan kiri

dengan cairan RL

Bersihan 23/ 1. Memonitor pola napas S : orangtua klien

jalan napas 05/ mengatakan klien

tidak efektif sudah membaik,


37

b.d proses 23 batuknya tidak terlalu

penyakit sering dan tidak sesak

O : klien tampak lebih

tenang, RR : 35

x/menit, SpO2 : 98%

2. Memonitor sputum (warna, S : orangtua klien

jumlah, aroma) mengatakan klien

sudah membaik,

batuknya tidak terlalu

sering dan tidak sesak,

tidak terdapat sputum

O : klien tampak lebih

tenang

Hipertermia 23/ 1. Memonitor suhu tubuh S : orang tua klien

b.d proses 05/ mengatakan klien

penyakit 23 sudah membaik, tidak

demam

O : klien tampak lebih

tenang, S : 36,4 °C

2. Mengkolaborasi pemberian S : orang tua klien

cairan IV mengatakan klien

sudah membaik, tidak

demam
38

O : klien terpasang

infus ditangan kiri,

terpasang cairan RL,

diberikan paracetamol

dan ceftriaxone

Hipovolemia 23/ 1. Memeriksa tanda dan gejala S : orang tua klien

b.d 05/ hipovolemia (frekuensi nadi mengatakan klien

kehilangan 23 meningkat, nadi teraba sudah membaik, tidak

cairan aktif lemah) muntah, BAB 1x,

susu dihabiskan

O : klien tampak lebih

tenang, N : 124

x/menit

2. Memonitor intake dan S : orang tua klien

output mengatakan klien

sudah membaik, tidak

muntah, BAB 1x,

susu dihabiskan

O : klien tampak lebih

tenang, N : 124

x/menit

5. Evaluasi Keperawatan
39

Diagnosa
Tgl Catatan Perkembangan Prf
Keperawatan

Bersihan jalan 22/ S:

napas tidak efektif 05/ Orangtua klien mengatakan klien batuk,

b.d proses penyakit 23 terdapat sputum, sesak

O:

Klien tampak sesak, terdapat sputum,

terlihat batuk, RR : 34 x/menit, SpO2 :

96%, setelah digendong, klien tampak

tidak terlalu batuk, terpasang oksigen nasal

kanul 2 liter

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

1. Monitor pola napas

2. Monitor sputum (warna, jumlah,

aroma)

Hipertermia b.d 22/ S:

proses penyakit 05/ Orangtua klien mengatakan klien demam

23 sudah 4 hari, diberikan susu terkadang

tidak habis,

O:

Suhu tubuh klien 37,8°C, orangtua klien

mengganti pakaian klien dengan yang


40

lebih longgar, tampak tersisa susu dibotol

klien, klien tampak diberikan kompres,

klien terpasang infus di tangan kiri dengan

cairan RL dan sudah diberikan paracetamol

dan ceftriaxone

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

1. Monitor suhu tubuh

2. Kolaborasi pemberian cairan IV

Hipovolemia b.d 22/ S:

kehilangan cairan 05/ Orangtua klien mengatakan klien klien

aktif 23 muntah 3x sehari, BAB cair 3x terdapat

ampas dan berlendir

O:

Klien tampak lemas, RR : 34x/menit, N :

136 x/menit

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia

(frekuensi nadi meningkat, nadi teraba

lemah)

2. Monitor intake dan output cairan

Bersihan jalan 23/ S:


41

napas tidak efektif 05/ Orangtua klien mengatakan klien sudah

b.d proses penyakit 23 membaik, batuk tidak terlalu sering dan

tidak sesak, tidak terdapat sputum

O:

Klien tampak lebih tenang, RR : 35

x/menit, SpO2 : 98%

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

Hipertermia b.d 23/ S:

proses penyakit 05/ Orangtua klien mengatakan klien sudah

23 membaik, tidak demam

O:

Klien tampak lebih tenang, klien terpasang

infus ditangan kiri, terpasang cairan RL

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

Hipovolemia b.d 23/ S:

kehilangan cairan 05/ Orangtua klien mengatakan klien sudah

aktif 23 membaik, tidak muntah, BAB 1x, susu

dihabiskan

O:

Klien tampak lebih tenang, N : 124 x/menit

A : masalah teratasi
42

P : hentikan intervensi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas tentang “Asuhan Keperawatan pada

An.M dengan Diagnosa Medis Bronkopneumonia di Ruang Teratai RSUD

Leuwiliang” yang menggunakan langkah mulai dari pengkajian sampai

dengan evaluasi, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

bronkopneumonia adalah peradangan pada paru yang dapat disebabkan

karena bakteri, virus, jamur dan cara penyebarannya langsung melalui saluran

pernafasan sampai ke bronkus. Umumnya individu yg terserang

bronkopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan mekanisme

pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.

Timbulnya bronkopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur,

protozoa, bakteri, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. Gejala penyakit ini

bisa berupa nyeri dada, batuk dengan riak berwarna kehijauan, riak berdarah,

atau berbau busuk, sesak napas, mengi, bau napas, keringat berlebih.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan proses penyakit, hipertermia berhubungan

dengan proses penyakit, hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif.
44

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa/i

Diharapkan mahasiswa mempersiapkan diri sebaik mungkin

tentang keperawatan anak lebih banyak lagi. Terutama harus

memperdalam apa yang sudah di pelajari untuk bekal magang dan masa

depan.

2. Bagi Institusi Pendidikan dan Rumah Sakit

Diharapkan bagi institusi pendidikan agar memberikan bimbingan

lebih kepada mahasiswa/i agar lebih memahami teori dan praktik

asuhan keperawatan anak. Dan diharapkan kepada institusi Rumah

Sakit untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan dan meningkatkan

pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Bronkopneumonia pada Anak, Adanya Peradangan di Saluran Napas. 2022.

Hellosehat. 27 Oktober.

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/pernapasan-anak/bronkop

neumonia-pada-anak/

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html

Ini Prosedur Pemeriksaan untuk Diagnosis Pneumonia Aspirasi. 2019. Halodoc.

10 Juli. https://www.halodoc.com/artikel/ini-prosedur-pemeriksaan-untuk-

diagnosis-pneumonia-aspirasi

Peter C. Hayes, Tnomas W. Mackay Diagnosis dan Terapi Indonesia:EGC

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP

PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP

PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta:

EGC.

Anda mungkin juga menyukai