Anda di halaman 1dari 10

Keanekaragaman Mollusca di Pulau Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri

Lampung

Wanda Salsabila¹, Nur Asri Choerunnisa¹, Syarifah Zahrah¹, Rasya Zafirah¹, Amelia Rizqia
Alkhairina¹, Kresanias Hatnan Sudin¹, Meilisa Putri Pertiwi².
1,2
Pendidikan Biologi, Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia
Email: cacanisaca@gmail.com

Abstract
Molluscs are soft-bodied animals with a shell called a shell. Molluscs can be found living on sandy, coral and
mangrove substrates on the coast. This study aims to obtain new data as information about the diversity of Mollusca
on Kelagian Kecil Island and Mandiri Beach. Data collection was carried out systematically by hand sorting at two
research stations and data were analyzed using an ecological index. The results showed that the most common
molluscs found from the two stations were the Bivalvia class. The results of the analysis showed that the diversity of
Mollusca species on Kelagian Kecil Island was relatively high, with a value of 1.45 on coral and rocky sand
substrates, a value of 2.08 on mangrove substrates, with a high evenness value of 0.71 on coral substrates, 0.63 on
rocky sand substrate and 0.87 in mangrove substrate, and no species dominated from the three substrates. On
Mandiri Beach, the diversity of Mollusca species was high with a value of 1.45 and high evenness with a value of
0.81, and no species dominated. Measurement of environmental parameters showed normal pH between 6.37 –
6.93, optimum temperature between 28.3 – 30.1ºC and salinity of 35 ppt, where both stations have good and stable
conditions for the survival of Mollusca.
Keywords: Mollusca, Diversity, Substrate

Abstrak
Mollusca merupakan hewan bertubuh lunak dengan cangkang yang disebut shell. Mollusca dapat ditemukan hidup
pada substrat berpasir, karang dan mangrove di pesisir pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data baru
sebagai informasi mengenai keanekaragaman Mollusca di Pulau Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri. Pengumpulan
data dilakukan secara sistematis dengan hand sorting di dua stasiun penelitian dan data dianalisis menggunakan
indeks ekologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mollusca yang paling banyak ditemukan dari kedua stasiun
adalah kelas Bivalvia. Hasil analisis menunjukkan keanekaragaman jenis Mollusca di Pulau Kelagian Kecil
tergolong tinggi, dengan nilai 1,45 pada substrat karang dan pasir berbatu, nilai 2,08 pada substrat mangrove,
dengan nilai kemerataan tinggi, yaitu 0,71 pada substrat karang, 0,63 pada substrat pasir berbatu dan 0,87 pada
susbtrat mangrove, serta tidak ada spesies yang mendominasi dari ketiga substrat. Pada Pantai Mandiri menunjukkan
keanekaragaman jenis Mollusca tergolong tinggi dengan nilai 1,45 dan kemerataan tinggi dengan nilai 0,81, serta
tidak ada spesies yang mendominasi. Pengukuran parameter lingkungan menunjukkan pH normal antar 6,37 – 6,93,
suhu optimum antara 28,3 – 30,1ºC dan salinitas 35 ppt, di mana kedua stasiun tersebut memiliki kondisi yang baik
dan stabil untuk kelangsungan hidup Mollusca.
Kata kunci: Mollusca, Keanekaragaman, Substrat

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara kepulauan mempunyai sumber kekayaan baik dari sumber laut dan
daratannya, Indonesia memiliki banyak potensi kelautan, luas laut Indonesia mencakup 2/3 luas seluruh
wilayah Indonesia yaitu 5,8 juta km2. Lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 garis pantai di dalam laut
tersimpan kekayaan alam yang luar biasa besarnya. Potensi kekayaan alam laut Indonesia dapat menjadi
sumber kekuatan pangan bagi masyarakatnya karena sejatinya luas lautan Indonesia lebih luas daripada
luas daratannya (Gia Nikawati, 2021).
Diantaranya Pulau Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri. Pulau Kelagian Kecil terkenal dengan
sebutan Pulau Kelagian Lunik. Pulau seluas 435 hektare ini seluruh pesisirnya dikelilingi dengan pasir
putih. Sedangkan Pantai Mandiri terletak di dusun Mandiri Heni, sekitar 11 km dari pusat kota Krui ke
arah selatan. Pantai Mandiri tidak mempunyai terumbu karang, melainkan memiliki hamparan pasir putih
dan terdapat banyak keberagaman jenis Mollusca.
Mollusca sering disebut dengan kelompok siput laut, Mollusca merupakan binatang berkulit
lunak, tidak bersegmen dan ditutupi oleh tempurung yang disebut shell. Mollusca terbagi dalam tujuh
kelas, namun hanya lima kelas yang hidup di laut, yaitu Amphineura, Gastropoda, Scaphopoda, Bivalvia,
dan Cephalopoda (Saputra et al., 2020). Mollusca merupakan organisme yang peka terhadap perubahan
kualitas air, sehingga dapat menentukan kepadatan dan keragaman populasi dari kelas tersebut. Akan
tetapi kualitas perairan di Pantai Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri tidak tercemar.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan keberadaan jenis Mollusca di pantai tersebut belum
pernah diteliti, serta informasi mengenai keanekaragaman jenis Mollusca di Pantai Kelagian Kecil dan
Pantai Mandiri sangat minim, dan sulit untuk didapatkan. Sehingga perlu adanya penelitian untuk
mendapatkan data baru sebagai informasi baik bagi peneliti, lembaga dan masyarakat. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi terbaru mengenai keanekaragaman
Mollusca di Pantai Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan eksploratif dan deskriptif yang
menggambarkan keragaman moluska. Lokasi penelitian ini menggunakan dua stasiun yang berbeda
dengan luas 25 m2. Stasiun 1 berada di Pulau Kelagian Kecil dan stasiun 2 berada di Pantai Mandiri.
Setiap stasiun memiliki karakteristik substrat yang bervariasi. Stasiun 1 terdiri dari substrat karang,
substrat pasir berbatu, dan substrat pohon mangrove. Sedangkan stasiun 2 terdiri dari substrat pasir.
Teknik pengumpulan data dilakukan secara sistematis di lokasi penelitian dengan metode hand sorting
dan metode jelajah. Pengambilan sampel dengan metode hand sorting dilakukan langsung dengan cara
sorting tangan disepanjang Pulau Kelagian Kecil dan sepanjang garis Pantai Mandiri. Pada kelas
polyplacopora diambil menggunakan sekop kecil di dalam batu karang. Sedangkan metode jelajah
dilakukan dengan cara menjelajahi area sekitar Pulau Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri. Pengambilan
sampel ini dilakukan sebanyak dua kali pengulangan. Sampel yang sudah diperoleh dimasukkan ke
dalam kantung plastik untuk diidentifikasi.
a. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26-27 Februari 2023 di Pulau Kelagian Kecil dan Pantai
Mandiri, Provinsi Lampung. Pulau Kelagian Kecil terletak di Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten
Pesawaran, Provinsi Lampung. Sedangkan Pantai Mandiri terletak di Desa Balai Kencana, Krui
Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung yang berjarak 143 Km dari Kota Bandar Lampung dan
12 Km dari Krui.

Gambar 1. Lokasi Penelitian


b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara meteran, skop, kantong sampel, kertas label,
refraktometer, ph meter, kertas hvs, lembar pengamatan, kamera, alat tulis, buku identifikasi “Recent
& Fossil Indonesian Shells” Dharma (2005), referensi Journal of Marine and Aquatic Sciences,
Jurnal Penelitian Biologi, dan Journal of Maquares, dan wibe site molluscabase.org dan
discoverlife.org.
c. Prosedur Kerja
Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi tingkat kepadatan Mollusca, keanekaragaman
Mollusca, kemerataan Mollusca, dan dominansi Mollusca. Parameter abiotik yang diamati meliputi
suhu, pH, dan salinitas. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan:
 Penentuan Lokasi Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian diawali dengan menentukan lokasi pengumpulan sampel. Lokasi
pengumpulan data ditentukan berdasarkan pertimbangan lingkungan dan vegetasi.
 Pengumpulan dan Pengamatan Mollusca
Pengumpulan sampel dilakukan dengan cara handsorting. Metode handsorting dilaksanakan
selama dua jam dengan dua kali pengulangan, yaitu pada pukul 10.10 WIB dan 12.10 WIB di
Pulau Kelagian Kecil. Sedangkan, di Pantai Mandiri hanya satu kali pengulangan pada pukul
14.30 WIB. Kemudian, parameter abiotik yang diukur pada masing-masing stasiun penelitian
sebanyak satu kali pengulangan yang meliputi suhu, pH, dan salinitas. Tujuan pengukuran
parameter abiotik adalah untuk menentukan kondisi fisiko-kimia dari ekosistem perairan.
 Identifikasi Mollusca
Identifikasi dilakukan selama dua minggu dengan mencocokkan sampel Mollusca yang diperoleh
dengan gambar serta penjelasan ciri morfologi yang terdapat pada buku identifikasi “Recent &
Fossil Indonesian Shells” Dharma (2005), referensi Journal of Marine and Aquatic Sciences,
Jurnal Penelitian Biologi, dan Journal of Maquares, serta wibe site molluscabase.org dan
discoverlife.org.
d. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Filum Mollusca yang ditemukan di setiap stasiun penelitian
yaitu di Pulau Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri. Sampel dalam penelitian ini adalah Kelas
Mollusca yang terdiri dari Kelas Bivalvia, Kelas Gastropoda, dan Kelas Polyplacopora.
e. Analisis Data
Data yang diperoleh setelah identifikasi kemudian diproses untuk menentukan indeks biologisnya
yang terdiri dari kepadatan, keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi.
a. Keanekaragaman jenis dianalisis menggunakan rumus Shannon-Wiener dalam (Martha et al.,
2018) sebagai berikut:
s
H’ = -∑ ( pi)(¿ pi)
i=1
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
s = Jumlah jenis (spesies)
ni = jumlah total individu / spesies
N = jumlah individu seluruhnya
Pi = jumlah total individu tiap jenis
b. Indeks kemerataan dianalisis menggunakan rumus Evenness (Magurran,1988) dalam (Baderan
et al., 2021):
H'
E=
InS
Keterangan:
E = Indeks kemerataan
H’ = Indeks kemerataan
InS = Banyak spesies dengan nilai E berkisar antara 0-1
c. Indeks dominansi dianalisis menggunakan rumus Dominance of Simpon (Magurran,1988)
dalam (Baderan et al., 2021):
2
[¿ ]
D=∑
N
Keterangan:
D = Indeks dominansi
ni = Jumlah individu pada spesies
N = Total semua individu
d. Kepadatan jenis mollusca dianalisis menggunakan rumus Dombois-Muller dan Ellenberg
(1974) dalam (Baderan et al., 2021), sebagai berikut:
n
D=
A
Keterangan
D = Kepadatan Spesies (Ind/m2)
n = Jumlah total individu (Individu)
A = Luas transek (m2)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian, disajikan diagram perbandingan indeks keanekaragaman, indeks
kemerataan, dan indeks dominansi yang ditemukan di Pulau Kelagian Kecil pada gambar berikut.
2.5
2.08
2
1.45 1.45
1.5

1 0.87
0.71 0.63
0.5 0.27 0.33
0.15
0
Substrat Karang Substrat Pasir Berbatu Substrat Mangrove

Indeks Keanekaragaman Indeks Kemerataan Indeks Dominansi


Gambar 2. Diagram perbandingan indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks dominansi
yang ditemukan di Pulau Kelagian kecil

Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa komposisi mollusca yaitu kelas
gastropoda, Bivalvia, dan polyplacopora yang didapat di Kawasan Pulau Kelagian Kecil, Bandar
Lampung sebanyak 21 famili, yaitu Cerethidae, Strombidae, Cypraidae, Conidae, Arcidae, Chitonidae,
Littorinidae, Placunidae, Tellinidae, Spondylidae, Mactridae, Cancellariidae, Ellobiidae, Neritidae,
Cirridae, Turbinidae, Cerithiidae, Cyclophoridae, Pectinidae, Trombidae, Tridacnidae dengan jumlah total
individu sebanyak 359. Sebanyak 359 total individu yang ditemukan dari lokasi penelitian, kelas yang
paling banyak dijumpai yaitu kelas Bivalvia dengan famili Arcidae sebanyak 102 individu. Arcidae
banyak ditemukan pada habitat dengan substrat berpasir. Hal ini diperkuat oleh penelitian (Silaban et al.,
2021) yang mendapati famili Arcidae di perairan Letman, Kabupaten Maluku Tenggara dengan substrat
pasir yang berlamun dan daerah pasir yang terdapat sedikit patahan karang. Arcidae juga banyak dijumpai
di Kawasan perairan dengan substrat mangrove. Mangrove merupakan jenis pohon belukar yang tumbuh
diantara batas pasang surut air laut (Syaiful Bahri, 2020). Mangrove yang tumbuh di Kawasan Perairan
Pulau Kelagian Kecil, Bandar Lampung yaitu jenis pohon Rhizophora. Hutan mangrove ini berfungsi
sebagai tempat hidup, tempat mencari makan (feeding ground), pembesaran (nursery ground) dan tempat
pemijahan (spauning ground). Sehingga famili Arcidae lebih banyak dijumpai di Kawasan perairan
dengan substrat mangrove. Keberadaan famili Arcidae dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik sumber
makanan, kompetisi, dan kondisi lingkungan. Apabila kondisi lingkungan pada pertumbuhan mangrove
baik, maka proses dekomposisi serasah akan cepat sehingga bahan organik yang menjadi sumber
makanan biota laut khususnya famili Arcidae juga akan semakin meningkat. Selain itu, kelas gastropoda
juga banyak dijumpai di Kawasan substrat mangrove yaitu famili Littorinidae sebanyak 42 individu dan
famili Turbinidae sebanyak 35 individu. Hal ini diduga karena ekosistem mangrove dapat menghasilkan
bahan organik yang tinggi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan (Ario & Handoyo, 2002; Hutama et al.,
2019; Hulopi et al., 2022) bahwa kelompok gastropoda memiliki sifat biologis sebagai dekomposit feeder
yang menyukai daerah berlumpur dengan bahan organik yang tinggi.
Sedangkan dari 359 total individu, kelas gastropoda jarang sekali ditemukan di Kawasan
Perairan Pulau Kelagian Kecil, Bandar Lampung. Kelas gastropoda yang sedikit ditemukan pada substrat
berpasir di lokasi penelitian diantaranya yaitu famili Conidae sebanyak 1 individu, famili Cancellariidae
sebanyak 1 individu, dan famili Ellobiidae sebanyak 1 individu. Hal tersebut diduga bahwa habitat utama
pada famili yang ditemukan menempel atau melekat pada substrat berbatu. Faktor penyebab sedikitnya
spesies yang ditemukan karena ketidaksesuaian habitat. Apabila suatu habitat dihuni oleh sedikit spesies,
maka kompetisi dalam memperebutkan ruang lingkup kehidupan semakin besar, ketersediaan sumber
nutrisi juga semakin kecil (Dewi et al., 2019) sehingga organisme yang tinggal di Kawasan Perairan
Pulau Kelagian Kecil dengan substrat berpasir lebih sedikit ditemukan karena tidak dapat berkembang
dengan baik.

Indeks Ekologi Mollusca di Kawasan Perairan Pulau Kelagian Kecil, Bandar Lampung
Selanjutnya dilakukan analisis ekologi, yaitu analisis keanekaragaman (H’), kemerataan (E),
dan dominansi (C). Nilai indeks ekologi dapat dilihat pada gambar 2 mengenai perbandingan indeks
keanekargaman (H’), indeks kemerataan (E), dan indeks dominansi (C) yang ditemukan di Pulau
Kelagian kecil, Bandar Lampung. Nilai keanekaragaman yang tinggi menunjukkan kondisi lingkungan
yang stabil, sedangkan nilai keanekaragaman yang rendah menunjukkan kondisi lingkungan yang tidak
stabil (berubah – ubah) (Fajriyansyah, Nasution S., 2011). Indeks keanekaragaman (H’) mollusca yang
paling tinggi yaitu pada substrat mangrove sebesar 2,08 sedangkan pada substrat karang dan pasir berbatu
sebesar 1,45 dengan kategori nilai indeks keanekaragaman tergolong tinggi. Nilai indeks keanekaragaman
jenis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah individu yang didapat saat penelitian, beberapa
jenis yang ditemukan lebih banyak dibanding jenis lainnya, serta keadaan homogenitas di kawasan
substrat. Kawasan Perairan Pulau Kelagian Kecil, Bandar Lampung memiliki ekosistem yang seimbang
karena memiliki nilai indeks keanekaragaman yang tinggi. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
(Susiana, 2011) bahwa apabila suatu ekosistem memiliki indeks keanekaragaman jenis yang tinggi, maka
ekosistem tersebut cenderung seimbang. Sedangkan apabila nilai indeks keanekaragaman rendah maka
suatu ekosistem tersebut termasuk kedalam keadaan yang tertekan.
Selanjutnya, nilai indeks kemerataan pada substrat batu karang sebesar sebesar 0,71. Pada
substrat pasir berbatu sebesar 0,63. Pada substrat mangrove sebesar 0,87. Secara umum, nilai indeks
kemerataan (E) dari ketiga substrat mendekati satu dengan kategori kemerataan tinggi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa komunitas Gastropoda, Bivalvia, dan Polyplacophora yang ada di ketiga substrat berada
dalam kondisi yang cukup stabil atau penyebaran jenis tersebar secara merata. Menurut (Yuliana et al.,
2020) penyebaran jenis berkaitan erat dengan dominansi jenis. Apabila nilai indeks kemerataan jenis
kecil, maka terdapat jenis yang ditemukan lebih banyak dibandingkan jenis lainnya di kawasan lokasi
penelitian. Selain itu, nilai indeks dominansi (C) pada ketiga substrat di lokasi penelitian yaitu dominansi
pada substrat batu karang sebesar 0,27. Dominansi pada susbtrat pasir berbatu sebesar 0,33. Dominansi
pada substrat mangrove sebesar 0,15. Dari ketiga nilai indeks dominansi tersebut artinya tidak terdapat
spesies yang mendominasi pada setiap substrat atau dikategorikan rendah. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan (Alfin, 2014) bahwa apabila indeks dominansi mendekati nilai satu maka penyebarannya
merata dan tidak ada spesies yang mendominasi. Sedangkan jika nilai dominansi mendekati nol maka
terdapat spesies yang mendominasi. Apabila suatu tempat memiliki kekayaan jenis yang tinggi dengan
sebaran yang merata, artinya di dalam komunitas tidak ada spesies yang mendominasi sehingga kondisi
struktur komunitas tersebut termasuk dalam keadaan yang stabil.
Dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa keanekaragaman (H’) Mollusca di Kawasan
Perairan Pulau Kelagian Kecil, Bandar Lampung dikategorikan tinggi artinya ekosistem pada lokasi
penelitian cenderung seimbang, dengan kemerataan (E) dari ketiga substrat tinggi artinya penyebaran
jenis mollusca di Kawasan penelitian tersebar secara merata, dan dominansi (C) dikategorikan rendah
artinya spesies pada lokasi penelitian tidak mendominasi atau ekosistem perairan dalam keadaan
seimbang.

Kepadatan Mollusca di Kawasan Perairan Pulau Kelagian Kecil Bandar Lampung


Nilai kepadatan Mollusca di Kawasan Perairan Pulau Kelagian Kecil disajikan pada diagram dalam
bentuk gambar berikut.

0.22
0.21
0.21
0.2
0.19
0.18 0.18
0.18
0.17
0.16
Mangrove Batu Karang Pasir
Gambar 3. Diagram perbandingan Nilai Kepadatan Jenis yang ditemukan di Pulau Kelagian Kecil

Selanjutnya dilakukan analisis kepadatan jenis mollusca di Kawasan Perairan Pulau Kelagian Kecil. Nilai
kepadatan gastropoda, Bivalvia, dan polyplacophora di lokasi penelitian memiliki nilai kepadatan tertingi
pada substrat mangrove dengan nilai kepadatan sebesar 0,21. Nilai kepadatan oleh spesies yang hidup
pada substrat batu karang dan substrat berpasir yaitu sebesar 0,18. Apabila nilai kepadatan tinggi, maka
habitat tersebut sesuai bagi kelangsungan hidup organisme tersebut. Sedangkan apabila nilai kepadatan
rendah, maka daerah tersebut tidak sesuai bagi kelangsungan hidup organisme tersebut (Baderan et al.,
2021). Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa substrat mangrove merupakan habitat yang
sesuai bagi kelangsungan hidup mollusca karena memiliki nilai kepadatan jenis dengan kategori yang
tinggi.
Selanjutnya dilakukan analisis indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks dominansi yang
ditemukan di Pantai Mandiri, Krui yang disajikan pada gambar berikut.
1.6
1.45
1.4

1.2

1 Substrat Pasir
0.81
0.8 Substrat Pasir
0.6

0.4 0.27
0.2

Gambar 3. Diagram perbandingan indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks dominansi
yang ditemukan di Pantai Mandiri
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa komposisi mollusca yang didapat di
Kawasan Pantai Mandiri sebanyak 6 famili, yaitu Pernaidae, Mactridae, Veneridae, Arcidae, Cypraidae,
Galeoidae dengan jumlah total individu sebanyak 43. Sebanyak 43 total individu yang ditemukan di
lokasi penelitian, kelas yang paling banyak ditemukan yaitu kelas Bivalvia dengan famili Pernaidae
sebanyak 16 individu. Hal tersebut karena substrat pada lokasi penelitian merupakan substrat berpasir.
Kepadatan jenis organisme dipengaruhi oleh jenis substrat. Substrat yang baik untuk kehidupan Bivalvia
adalah substrat berpasir. Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan Baron and Clavier (2008) dalam
(Akhrianti et al., 2014) bahwa kelompok Bivalvia pada famili Pernaidae lebih menyukai habitat dengan
substrat berpasir karena tingkah laku pada famili tersebut dalam memperoleh makanan dengan cara
menggali lubang dan juga untuk menghindari predator (filter feeder).
Sedangkan kelas gastropoda paling sedikit dijumpai di Kawasan Pantai mandiri, yaitu pada
famili Cypraeidae sebanyak 1 individu dan famili Galeoidae sebanyak 1 individu. Banyak gastropoda
yang hidup pada substrat berbatu atau hutan mangrove. Hal ini karena ekosistem mangrove berperan
penting sebagai habitat utama dan tempat penghasil karbo organik yang tinggi sebagai sumber makanan
bagi gastropoda. Selain itu, banyaknya kehadiran kelas Bivalvia membuat kelompok gastropoda tidak
bisa bertahan hidup atau berkompetisi dalam mendapatkan sumber makanan sehingga kelompok
gastropoda jarang sekali ditemukan di Kawasan Perairan Pantai Mandiri, Krui, Lampung.

Indeks Ekologi Mollusca yang Hidup di Kawasan Perairan Pantai Mandiri, Krui, Kabupaten
Pesisir Barat, Lampung
Selanjutnya dilakukan analisis keanekaragaman (H’) menggunakan rumus Shannon-Wiener.
Nilai indeks keanekaragaman yang didapatkan di Kawasan Perairan Pantai Mandiri pada substrat berpasir
sebesar 1,45 yang dikategorikan tinggi. Apabila keanekaragaman tinggi, maka dapat dikatakan kondisi
perairan baik. Kondisi perairan yang baik menggambarkan kondisi ekosistem yang seimbang. Sebaliknya
apabila kondisi perairan yang buruk menggambarkan kondisi ekosistem yang terdegradasi. Kemudian
dilakukan analisis kemerataan (E) menggunakan rumus Evenness. Nilai indeks kemerataan yang
didapatkan di Kawasan Perairan Pantai Mandiri pada substrat berpasir sebesar 0,81 yang dikategorikan
tinggi. Apabila nilai indeks kemerataan tinggi maka semakin mirip jumlah individu antar spesies dan
semakin besar derajat keseimbangannya. Indeks kemerataan sangat bergantung pada banyaknya spesies
dalam suatu komunitas. Apabila semakin banyak jenis yang ditemukan, maka keanekaragaman akan
semakin tinggi. Terakhir dilakukan analisis dominansi menggunakan rumus Dominance of Simpon. Nilai
indeks dominansi yang didapatkan di Kawasan Perairan Pantai Mandiri pada substrat berpasir sebesar
0,27 yang dikategorikan rendah atau tidak mendominansi. Apabila nilai dominansi mendekati satu, maka
terdapat spesies yang mendominansi, sedangkan jika nilai dominansi diantara 0 < C < 0,6 maka tidak ada
spesies yang mendominansi. Menurut Basmi dalam (Yuliana et al., 2020) adanya dominansi menunjukan
bahwa tempat tersebut memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dengan sebaran yang tidak merata
dan keadaan ekosistem yang tidak seimbangan.

Kepadatan Mollusca di Kawasan Perairan Pulau Kelagian Kecil dan Pantai Mandiri Krui
Lampung
Kepadatan Mollusca pada Substrat Pasir Pantai Mandiri
0.08
0.07
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
Gambar 4. Diagram Nilai Kepadatan Jenis Mollusca yang ditemukan di Pantai Mandiri Krui Lampung
Nilai kepadatan gastropoda, Bivalvia, dan polyplacophora di lokasi penelitian memiliki spesies
dengan nilai kepadatan rendah yaitu sebesar 0,07. Kepadatan merupakan jumlah individu dalam suatu
luas wilayah tertentu (Baderan et al., 2021). Tujuan dilakukan perhitungan kepadatan untuk mengetahui
kesesuaian habitat yang ditempati suatu organisme tertentu. Apabila nilai kepadatan tinggi, maka habitat
tersebut sesuai bagi kelangsungan hidup organisme tersebut. Sedangkan apabila nilai kepadatan rendah,
maka daerah tersebut tidak sesuai bagi kelangsungan hidup organisme tersebut (Baderan et al., 2021).
Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa Kawasan perairan pantai mandiri tidak sesuai bagi
kelangsungan hidup spesies disana karena nilai kepadatan mollusca dikategorikan rendah. Tidak hanya
keanekaragaman dan kemerataan jenis, kepadatan spesies di suatu habitat juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan yaitu suhu, kelembaban, pH, dan salinitas air laut. Sehingga kelimpahan organisme di
suatu lokasi penelitian dapat menggambarkan kualitas perairan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data hasil perhitungan faktor abiotik di Kawasan
penelitian yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Parameter Lingkungan di lokasi penelitian


Parameter Pulau Kelagian Kecil Pantai Mandiri
pH 6,93 6,37
Suhu (oC) 28,3 30,1
Salinitas (ppt) 35 35

Terdapat beberapa faktor abiotik yang mempengaruhi spesies di kawasan penelitian tersebut,
yang terdiri atas pH, suhu, dan salinitas air. Faktor abiotik yang pertama kali diukur dalam penelitian ini
adalah pH. Hasil pengukuran pH dari penelitian yang dilakukan di Pulau Kelagian Kecil yaitu 6,93 dan
pada Pantai Mandiri yaitu 6,37. Nilai pH berada pada kisaran 5,7 – 8,4 masih layak untuk kehidupan
Mollusca. Apabila pH lebih rendah atau lebih tinggi dibawah nilai tersebut, maka dapat mengganggu
kehidupan Mollusca. Nilai pH yang rendah menyebabkan kandungan oksigen terlarutnya menurun,
sehingga menyebabkan aktivitas respirasi organisme naik, begitu juga sebaliknya jika pH tinggi (Maretta
et al., 2019).
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan secara in situ, bersamaan dengan waktu
pengambilan sampel Mollusca. Pada Tabel 1, terlihat bahwa suhu lingkungan pada Pulau Kelagian kecil
yaitu 28,3oC dan pada Pantai Mandiri yaitu 30,1oC. Suhu memberikan pengaruh terhadap aktivitas
metabolisme, perkembangan organisme, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Peningkatan suhu
perairan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menurun, sehingga organisme air kesulitan untuk
berespirasi. Setiap organisme memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap suhu. Suhu optimum
untuk Gastropoda dapat melakukan metabolisme yaitu berkisar 25- 32°C. Apabila suhu lebih dari 32°C,
maka proses metabolisme Gastropoda terganggu. Suhu optimum untuk Bivalvia berada pada kisaran 25 –
28°C. Apabila suhu di atas optimum, maka tidak cocok untuk perkembangan Bivalvia (Dewi et al., 2019).
Hasil dari pengukuran salinitas pada Pulau Kelagian Kecil dan pada Pulau Mandiri memiliki
nilai yang sama yaitu 35°/ₒₒ, hal ini menunjukkan bahwa kisaran di lokasi penelitian masih dalam kisaran
optimal. Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran organisme benthos baik secara horizintal, maupun
vertikal. Secara tidak langsung mengakibatkan adanya perubahan komposisi organisme dalam suatu
ekosistem.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di dua stasiun, yaitu stasiun 1 Pulau Kelagian Kecil
dan stasiun 2 Pantai Mandiri dapat disimpulkan bahwa Mollusca yang didapatkan terdiri dari tiga kelas,
yaitu Gastropoda, Bivalvia dan Polyplacopora. Dari kedua stasiun tersebut jumlah individu paling banyak
ditemukan dari kelas Bivalvia, yaitu famili Arcidae dan Pernaidae. Berdasarkan hasil analisis indeks
keanekaragaman, kemerataan dan dominansi dari masing-masing substrat di kedua stasiun didapatkan
keanekaragaman jenis tergolong tinggi dengan kemerataan tinggi, serta tidak ada spesies yang
mendominasi pada setiap substrat yang menunjukkan bahwa penyebaran Mollusca tersebar secara merata.
Keberadaan Mollusca sangat dipengaruhi oleh faktor abiotik, seperti suhu, pH, kelembapan dan
salinitas, di mana apabila kondisi lingkungan baik dan stabil, maka Mollusca yang dapat dijumpai juga
melimpah. Pada pengukuran parameter abiotik didapatkan bahwa suhu, pH dan salinitas di kedua stasiun
penelitian adalah optimum untuk kehidupan Mollusca. Oleh karena, itu dapat disimpulkan bahwa kedua
stasiun penelitian merupakan habitat yang sesuai bagi kelangsungan hidup Mollusca yang ditandai
dengan hasil perhitungan kepadatan populasi Mollusca yang tinggi pada setiap substrat.

DAFTAR PUSTAKA
Akhrianti, I., Dietrievh, G. B., & Isdrajad, S. (2014). Distribusi Spasial dan Preferensi Habitat Bivalvia di
Pesisir Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Tropis, 6(1), 171–186.
Alfin, E. (2014). Kelimpahan Makrozoobentos Di Perairan Situ Pamulang. Jurnal Biologi, 7(2), 69–73.
Ario, R., & Handoyo, G. (2002). Kajian Struktur Komunitas Makrozoobenthos sebagai Indikator di
Perairan Muara Sungai Ketiwon,Tegal. In Majalah Ilmu Kelautan (Vol. 25, Issue VII, pp. 17–22).
Baderan, D. W., Hamidun, M. S., & Utina, R. (2021). Keanekaragaman Mollusca (Bivalvia Dan
Polyplacophora) Di Wilayah Pesisir Biluhu Provinsi Gorontalo. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian
Biologi, 7(1), 1–11. https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v7i1.13798
Dewi, A. N. M., Jelantik, I. B., & Budi, A. P. (2019). Studi Tentang Keanekaragaman Dan
Kemelimpahan Mollusca Bentik Serta Faktor-Faktor Ekologis Yang Mempengaruhinya Di Pantai
Mengening, Kabupaten Badung, Bali. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 6(3), 146–157.
Fajriyansyah, Nasution S., D. (2011). Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Desa Dompas
Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. Jurnal Ilmu Kelautan, 19(12), 1859–1867.
Gia Nikawati, R. A. (2021). Membangun ketahanan pangan dari kekayaan maritim Indonesia. Indonesia
Journal of Maritime, 2(2), 6.
Hulopi, M., De Queljoe, K. M., & Uneputty, P. A. (2022). Keanekaragaman Gastropoda Di Ekosistem
Mangrove Pantai Negeri Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon. TRITON: Jurnal Manajemen
Sumberdaya Perairan, 18(2), 121–132. https://doi.org/10.30598/tritonvol18issue2page121-132
Hutama, H. F. R., Hartati, R., & Djunaedi, A. (2019). Makrozoobenthos Gastropoda pada Vegetasi
Mangrove di Pesisir Utara, Semarang. Buletin Oseanografi Marina, 8(1), 37.
https://doi.org/10.14710/buloma.v8i1.22453
Maretta, G., Hasan, N. W., & Septiana, N. I. (2019). Keanekaragaman Moluska di Pantai Pasir Putih
Lampung Selatan. Biotropika: Journal of Tropical Biology, 7(3), 87–94.
https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2019.007.03.1
Martha, L. G. M. R., Julyantoro, P. G. S., & Sari, A. H. W. (2018). Kondisi dan Keanekaragaman Jenis
Lamun di Perairan Pulau Serangan, Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 5(1),
131. https://doi.org/10.24843/jmas.2019.v05.i01.p16
Saputra, R., Zulkifli, Z., & Nasution, S. (2020). Diversity and Mollusca Distribution Patterns (Gastropoda
and Bivalvia) In the North of Poncan Gadang Island, Sibolga City North Sumatera Province.
Journal of Coastal and Ocean Sciences, 1(1), 16–24. https://doi.org/10.31258/jocos.1.1.16-24
Silaban, R., Silubun, D. T., & Jamlean, A. A. R. (2021). Aspek Ekologi dan Pertumbuhan Kerang Bulu
(Anadara antiquata) di Perairan Letman, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and Technology, 14(2), 120–131.
https://doi.org/10.21107/jk.v14i2.10325
Susiana. (2011). Diversitas dan Kerapatan Mangrove Gastropoda dan Bivalvia di Estuari Perancak Bali.
(Skripsi Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu
Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar), 1–23.
Syaiful Bahri, et al. (2020). Keanekaragaman Kelas Bivalvia di Hutan Mangrove Pantai Bama Taman
Nasioanl Baluran. BIOSENSE, 03(1), 56–70.
Yuliana, E. Y., Afiati, N., & Muskananfola, M. R. (2020). Analisis Kelimpahan Bivalvia di Pantai
Prawean Bandengan, Jepara berdasarkan Tekstur Sedimen dan Bahan Organik.
Journal of Maquares, 9(1), 47–56. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/maquares

Anda mungkin juga menyukai