Anda di halaman 1dari 118

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN YANG


MENGALAMI STROKE DENGAN MASALAH GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DENGAN INTERVENSI RANGE OF
MOTION CYLINDRICAL GRIP DI WILAYAH
UPTD PUSKESMAS BAJOE
KABUPATEN BONE

Oleh :
SRI YULIANA
BT 1801026

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN YANG


MENGALAMI STROKE DENGAN MASALAH GANGGUAN
MOBILITAS FISIK DENGAN INTERVENSI RANGE OF
MOTION CYLINDRICAL GRIP DI WILAYAH
UPTD PUSKESMAS BAJOE
KABUPATEN BONE

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan Gelar Ahli Madya(A.Md.Kep)


Pada Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone

Oleh :
SRI YULIANA
BT 1801026

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2021

i
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan :

1. Karya Tulis Ilmiah ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar Akademik Ahli Madya Keperawatan baik di Akademi Keperawatan

Bataritoja Watampone maupun di institusi lain.

2. Karya Tulis Ilmiah ini murni gagasan dan rumusan saya sendiri tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan dari pembimbing.

3. Dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang

telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis jelas di

cantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah di peroleh, dengan sanksi lainnya sesuai dengan norma

perguruan tinggi.

Watampone, 25 Juni 2021


Yang membuat pernyataan

SRI YULIANA
BT1801026

ii
MOTTO

”Jawaban Sebuah Keberhasilan adalah terus belajar dan jangan putus asa”

“Lakukan Yang Terbaik, Kemudian Berdoalah.


Tuhan yang Akan Mengurus Sisanya”

“Jika Kamu Percaya Akan ada Pelangi Setelah Hujan,


Maka Kamu Harus Percaya Akan Ada Kebahagiaan Setelah Perjuangan”

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Tulis llmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang Mengalami

Gangguan Mobilitas Fisik Akibat stroke dengan intervensi :ROM (range of

motion cylindrical grip) telah disetujui untuk diuji dan pertahankan dalam Ujian

Karya Tulis lmiah di hadapan Tim Penguji Akademi Keperawatan Bataritoja

Watampone.

Watampone, 25 Juni 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Kistan, S. Kep., Ns., M. Kes Muhammad Basri, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0915059202 NIDN. 0918127901

Mengetahui,

Direktur Akper Bataritoja Watampone

Muhammad Basri, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0918127901

iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang Mengalami

Gangguan Mobilitas Fisik akibat stroke dengan intervensi ROM (Range Of

Motion cylindrical grip) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bajoe Telah

dipertahankan dihadapan tim penguji Akademi Keperawatan Bataritoja

Watampone yang diselenggarakan pada tanggal 27 Juni 2021.

TIM PENGUJI

1. Kistan, S.Kep., Ns., M. Kes (…………………….)

2. Muhammad Basri, S. Kep., Ns., M. Kep (…………………….)

3. Maryati, SKM., M. Kes (…………………….)

Mengetahui,
Direktur Akper Bataritoja Watampone

Muhammad Basri, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN 09181279

v
RIWAYAT HIDUP

I Identitas
A. Nama : Sri Yuliana
B. Tempat tanggal lahir : Darampa, 3 Maret 2000
C. Jenis Kelamin : Perempuan
D. Agama : Islam
E. Suku Bangsa : Bugis, Indonesia
f. Alamat : Darampa
G. E-Mail : Sriyuliana0303@gmail. com
II Riwayat Pendidikan
A. SD INP 6/75 Cinennung : 2006-2012
B. SMP Negeri 1 Cina : 2012-2015
C. SMA Negeri 18 Bone : 2015-2018
D. Akper Batari Toja Watampone : 2018-2021

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
Rahmat, dan Hidayahnya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini denga judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien yang mengalami Stroke
dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik : ROM (Range Of Motion Cylindrical
Grip) .
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan.Karya Tulis Ilmiah
ini dapat digunakan untuk memperluas wawasan pembaca.Penulis berharap agar
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa dan Tenaga Pendidik.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengrharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca.Terwujudnya
Karya Tulis Ilmiah ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Alm. Bapak Drs. H. A.Bachtiar, selaku pendiri Yayasan Makassar Indonesia.
2. Bapak H. Andi Ahmad Anshari Bachtiar, SE, selaku Ketua Umum Yayasan
Makassar Indonesia.
3. Bapak Muhammad Basri, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Direktur Akper Batari
Toja Watampone yang telah banyak memberikan perhatian dalam
membimbing, mendidik dan memotivasi penulis selama menjalani pendidikan.
4. Ibu A.Artifasari S.kep.,M.Kes, selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.
5. Kistan, S.Kep., Ns., M. Kes,selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan.
6. Muhammad Basri, S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, masukan dan motivasi sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan.

vii
7. Para Dosen dan Staf Akper Batari Toja Watampone yang telah mendidik dan
memberikan arahan selama masa perkuliahan/ pembekalan pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Kepada kedua Orang Tua Bapak Burhanuddin dan Ibu Hasbah serta Saudara-
saudariku yang telah memberikan perhatian, dukungan dan doanya kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada sahabat yang selalu meluangkan waktu dan memberikan dukungan
serta motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa (i) Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone
Angkatan XV yang selalu kompak dan selalu bersama dalam berbagai hal
persaudaraan terutama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Semoga kita
dapat menyelesaikan tahap ini dan melanjutkan tugas kita untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga kita bisa mendapatkan gelar
A.Md. Kep.Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis bernilai
ibadah dan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi yang membaca, terlebih lagi bagi penulis agar dapat
berguna bagi masyarakat pada umumnya dan tenaga paramedis pada
khususnya.
Sekian, WassalamuAlaikumWr. Wb.

Watampone, 25 Juni 2021

SRI YULIANA

viii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................i


SURAT PERNYATAAN ..................................................................................ii
MOTTO..............................................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................v
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xv
ABSTRAK..........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Stroke
1.Definisi .................................................................................................8
2.Anatomi fisiologi..................................................................................8
3.Etiologi .................................................................................................9
4.Patofisiologi .........................................................................................11
5.Manifestasi Klinis ...............................................................................13
6.Komplikasi ...........................................................................................15
7.Pemeriksaan diagnostic ........................................................................16
8.Penatalaksanaan ...................................................................................17
B. Konsep Dasar Keluarga
1.Definisi keluarga ..................................................................................19
2.Tujuan keluarga ....................................................................................19
3.Struktur keluarga ..................................................................................20
4.Fungsi keluarga ....................................................................................20
5.Tugas keluarga ....................................................................................21
6.Ciri-ciri keluarga ..................................................................................22
7.Tipe keluarga ........................................................................................23
8.Peran keluarga ......................................................................................24
9.Tahap perkembangan keluarga.............................................................25
C. Konsep Kebutuhan Aktivitas
1.Definisi .................................................................................................28
2.Manfaat .................................................................................................29
3.Koordinasi mekanik tubuh ...................................................................39
4.Faktor yang mempengaruhi aktivitas ...................................................30
5.Dampak mobilisasi ...............................................................................30
6.Tingkat mobilisasi ................................................................................33

ix
7.Skala gangguan mobilitas fisik ............................................................34
8.Penerapan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) ........................34
D. Asuhan Keperawatan Keluarga
1.Pengkajian ............................................................................................38
2.Diagnosa ...............................................................................................39
3.Intervensi ..............................................................................................44
4.Implementasi ........................................................................................46
5.Evaluasi ................................................................................................47
E. Konsep EBN dan SOP
1.EBN. .....................................................................................................48
2.SOP. .....................................................................................................49
a.Pengertian. ............................................................................................49
b.Tujuan. .................................................................................................49
c.Manfaat. ................................................................................................49
d.Peralatan. ..............................................................................................49
e.Prosedur kerja. ......................................................................................49
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus..................................................................................51
B. Batasan istilah .........................................................................................51
C. Partisipan .................................................................................................52
1.Inklusi ...................................................................................................52
2.Eksklusi ................................................................................................52
D. Lokasi dan waktu ....................................................................................52
E. Pengumpulan data ..................................................................................53
1.Wawancara ...........................................................................................53
2.Observasi ..............................................................................................53
3.Dokumentasi.........................................................................................54
F. Uji keabsahan Data..................................................................................54
G. Analisa data .............................................................................................54
H. Etik studi kasus........................................................................................56
1.Otonomi ...............................................................................................56
2.Benefience (perilaku baik) ...................................................................56
3.Nonmalefience (tidak membahayakan) ................................................56
4.Confidentiality (kerahasiaan) ...............................................................57
5.Veracity (kejujuran) .............................................................................57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1.Gambaran lokasi pengumpulan data ...................................................58
2.Data hasil pengkajian ...........................................................................59
3.Analisis dan sintesis data .....................................................................70
4.Perumusan diagnosis keperawatan .......................................................70
5.Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan ..........................................70
6.Prioritas diagnosis keperawatan ...........................................................71
7.Rencana tindakan keperawatan ............................................................72
8.Implementasi keperawatan ...................................................................73
9.Evaluasi keperawatan ...........................................................................75
B. PEMBAHASAN
1.Pengkajian ............................................................................................77

x
2.Diagnosa...............................................................................................79
3.Intervensi ..............................................................................................81
4.Implementasi ........................................................................................83
5.Evaluasi ................................................................................................85
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Pengkajian ............................................................................................87
2.Diagnosa keperawatan .........................................................................87
3.Intervensi keperawatan.........................................................................87
4.Implementasi keperawatan ...................................................................88
5.Evaluasi keperawatan ...........................................................................88
B.Saran
1.Bagi rumah sakit ..................................................................................89
2.Bagi institusi ........................................................................................89
3.Pasien dan keluarga ..............................................................................89
4.Bagi peneliti selanjutnya ......................................................................90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABLE

Tabel 2.1 Skoring Penentuan Prioritas Masalah .................................................44


Table 2.2 Luaran Gangguan Mobilitas Fisik.......................................................45
Table 4.1 Identitas Pasien ...................................................................................59
Table 4.2 Komposisi Keluarga ............................................................................59
Table 4.3 Tipe Keluarga ......................................................................................62
Table 4.4 Latar Belakang Budaya .......................................................................62
Table 4.5 Agama .................................................................................................62
Table 4.6 Status Sosial ........................................................................................62
Table 4.7 Kegiatan Rekreasi ...............................................................................62
Table 4.8 Tahap Perkembangan Keluarga ..........................................................62
Table 4.9 Karakteristik Rumah ...........................................................................63
Table 4.10 Kebersihan Rumah ............................................................................63
Table 4.11 Pemakaian Air ...................................................................................63
Table 4.12 Pembuangan Limbah Keluarga .........................................................64
Table 4.13 Pembuangan Sampah ........................................................................64
Table 4.14 Pemeliharaan Hewan Ternak ............................................................64
Table 4.15 Pencemaran Lingkungan ...................................................................64
Table 4.16 Struktur Keluarga ..............................................................................64
Table 4.17 Fungsi Keluarga ................................................................................64
Table 4.18 Koping Keluarga ...............................................................................65
Table 4.19 Pengkajian Fisik Anggota Keluarga .................................................65
Table 4.20 Riwayat Tumbuh Kembang Balita....................................................66
Table 4.21 Keluarga Berencana ..........................................................................66
Table 4.22 Data Ibu Hamil ..................................................................................66
Table 4.23 Pemeriksaan Fisik .............................................................................66
Table 4.24 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................69
Table 4.25 Harapan Keluarga .............................................................................69
Table 4.26 Analisis Dan Sintesis Data ................................................................70
Table 4.27 Perumusan Diagnosis Keperawatan ..................................................70
Table 4.28 Penilaian Skoring Diagnosis Keperawatan .......................................70
Table 4.29 Prioritas Diagnosis Keperawatan ......................................................71
Table 4.30 Intervensi Keperawatan.....................................................................72
Table 4.31 Implementasi Keperawatan ...............................................................73
Table 4.32 Evaluasi Keperawatan ......................................................................75

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Serabur System Saraf .....................................................................9


Gambar 2.5 ROM (Pergelangan Jari-Jari) ..........................................................46
Gambar 4.1 Genogram ........................................................................................61

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Lembar Konsul Proposal dan KTI


Lampiran : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran : Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan ROM

xiv
DAFTAR SINGKATAN

SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia

SIKI : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

ROM : Range Of Motion

SOP : Standar Operasional Prosedur

WHO : Word Hearth Organization

WOD : Wawancara, Observasi, Dokumentasi.

xv
ABSTRAK
SRI YULIANA, BT 18 01 026 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Yang Mengalami
Stroke Dengan Masalah Gangguan Mobilitas Fisik: ROM (Range Of Motion Cylindrical
Grip) Di Wilayah UPTD Puskesmas Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten
Bone Tanggal 11Juni sampai 13 Juni 2021 di Bimbing oleh Kistan S. Kep., Ns. M.Kes dan
Muhammad Basri S. Kep., Ns. M.Kep.

Latar belakang: Stroke adalah suatu keadaan defisit neurologis yang terjadi ketika sebagian sel-
sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah Karena sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah di otak. Menurut WHO menyatakan setiap tahunnya terdapat sekitar 800.000
kasus stroke baru dan sekitar 130.000 orang meninggal akibat stroke di Amerika Serikat. Penyebab
stroke antara lain hipertensi, pecahnya aneurisme, malformasi arteri venosa. Biasanya terjadi saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun juga biasa terjadi saat istirahat. Seseorang yang
mengalami stroke perlu menjalani proses rehabilitasi yang dapat mengembalikkan fungsi
motoriknya sehingga pasien tidak mengalami ketergantungan pada keluarga dalam beraktivitas.
Tujuan :Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke
dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik. mulai dari tahap pengkajian, Perencanaan
keperawatan, Implementasi sampai Evaluasi.
Metode :Penulisan karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode studi kasus, dengan tekhnik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi .
Hasil : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien stroke yang mengalami gangguan
mobilitas fisik. Dengan pemberian latihan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)selama 3
hari dengan durasi 5 menit dalam 1 kali sehari, didapatkan hasil skala kekuatan otot “3” (mampu
mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan dari pemeriksa) meningkat ke
skala “4” (mampu mengangkat, menahan rotasi,dan mampu menahan tahanan minimal dari
pemeriksa) pada hari ke 3 pemberian tindakan.
Kesimpulan :Tindakan pemberian ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) efektif dalam
meningkatkan nilai kekuatan otot pasien yang mengalami Gangguan Mobilitas Fisik akibat stroke
Kata Kunci :stroke ,ROM Range Of Motion Cylindrical Grip ,kekuatan otot

Daftar Pustaka : (2012-2020)

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah suatu keadaan defisit neurologis yang terjadi ketika

sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah

Karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak (Kasab, 2017)

Stroke menjadi penyebab kematian ketiga didunia setelah penyakit

jantung koroner dan kanker baik di Negara maju maupun Negara

berkembang (Hasan, 2018)

WHO menyatakan setiap tahunnya terdapat sekitar 800.000 kasus

stroke baru dan sekitar 130.000 orang meninggal akibat stroke di Amerika

serikat. Stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa diseluruh

dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita, dan di

Indonesia sendiri angka kejadian tiap tahunya terserang stroke dengan

insiden 12,1% (Kusuba, 2019). Prevalensi stroke di jawa timur sebesar 16

per 1000 penduduk. Laporan data di RSUD Bungil tahun 2017, jumlah

kasus stroke adalah 1384 Pasien, 762 dengan stroke infark, 552 stroke

perdarahan, dan 70 pasien dengan stroke non spesifik infark atau

perdarahan. Kasus stroke di ruang HCU RSUD Bungil menempati urutan

pertama dari daftar 10 besar diagnosa terbanyak. Laporan data di RSUD

Bungil pada bulan januari-maret 2018 jumlah pasien stroke sebesar 281

dari 1023 pasien. Pasien stroke homorogik berjumlah 160 dan stroke

infark berjumlah 121 orang Peningkatan penderita stroke terjadi pada

tahun 2019, dimana pada bulan Oktober-Desember 2019 jumlah penderita

1
stroke sebesar 312 dengan stroke homorogik sejumlah 227 pasien(Silva,

2020)

Stroke dibagi menjadi hemoragik dan non hemoragik. Stroke

hemoragik terjadi paling sering dari pecahnya aneurisma atau pembuluh

darah yang abnormal terbentuk (Kusuba, Y., Ramli., R.R., 2019)

Hambatan mobilitas fisik dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti

perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi

gastroinstinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler,

perubahan sistem muskuleskoletal, perubahan kulit perubahan eliminasi

(Manurung, 2019)

Indonesia adalah Negara dengan angka kematian stroke terbanyak

di kawasan asia tenggara, sedangkan prevalensi stroke di Indonesia

berdasarkan laporan nasional, didapatkan data sebesar 7,0% dimana

prevalensi kejadian stroke terus mengalami peningkatan hingga pada tahun

2018 di dapatkan menjadi 10,9% (Azizah & Wahyuningsih, 2020)

Menurut Silva (2020) penyebab stroke antara lain: hipertensi,

pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadianya saat

melakukan aktivitas atau saat aktif, namun biasa juga terjadi saat istirahat.

kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan tersebut menyebabkan

gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh

hematoma yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya.

Peningkatan tekanan intracranial pada gilirannya akan menimbulkan

herniasi jaringan otak dan menekan batang otak sehingga terjadi

2
penurunan kesadaran. Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi

penatalaksanaan medis dan keperawatan. Posisi head up juga dapat

digunakan untuk mensupport tindakan keperawatan yang diberikan.

Elevasi kepala 30˚ dapat meningkatkan saturasi oksigen pada pasien

stroke. Salah satu tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

mobilitasi pasien stroke pada ekstremitas atas adalah dengan pemberian

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) memiliki pengaruh terhadap

kekuatan otot pada pasien stroke karena setiap responden mengalami

peningkatan skala kekuatan skala otot setelah diberikan ROM (Range Of

Motion Cylindrical Grip) .

Terdapat beberapa intervensi untuk penyembuhan yang biasa

dilakukan pada pasien stroke selain terapi medikasi atau obat-obatan yaitu

dilakukan fisioterapi/latihan seperti: latihan aerobic, latihan rentang gerak

(Range Of Motion Cylindrical Grip), latihan koordinasi, latihan

penguatan. Selain terapi rehabilitasi ROM yang sering dilakukan, terdapat

terapi lainnya yang biasa dilakukan dan dikombinasikan serta

diaplikasikan pada pasien stroke untuk untuk meningkatkan status

fungsional sensorik motorik, yang langsung berhubungan dengan sistem

motorik dengan melatih/menstimulus ipsilateral atau korteks sensori

motorik kontrateral yang mengalami lesi yaitu terapi latihan rentang gerak

dengan menggunakan media cermin (Setiawan & Hartiti, 2020)

Ekstremitas atas adalah salah satu bagian dari tubuh yang penting

untuk dilakukan ROM. Hal ini dikarenakan ekstremitas atas fungsinya

sangat penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan

3
bagian yang paling aktif, maka lesi pada bagian otak yang mengakibatkan

kelemahan ekstremitas yang sangat menghambat dan mengganggu

kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang. Gerak pada tangan dapat

distimulasikan dengan latihan fungsi menggenggam yang dilakukan

melalui tiga tahap yaitu mrmbuka tangan, menutup jari-jari untuk

menggenggam objek dan mengatur kekuatan menggenggam sempurna

(Irfan, 2019)

Bentuk dari latihan fungsional tangan yaitu cylindrical grip adalah

latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam sebuah benda

berbentuk silindris seperti tissue gulung pada telapak tangan berfungsi

untuk menggerakkan jari-jari tangan menggenggam sempurna(Irfan, 2019)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudoyo (2014), bahwa

dari 10 pasien stroke di RSUD RAA Soewondo pati didapatkan 6 (60%)

pasien mengalami gangguan mobilisasi. Ketika pasien di suruh

menggenggam dan memegang benda kecil seperti kunci, pasien tidak

dapat melaksanakanya. Sebanyak 2 (20%) hanya mampu menggerakkan

jari-jarinya tetapi belum mampu menggenggam tanganya. Sebanyak 2

(20%) pasien mampu menggenggam dan memegang benda kecil di

tanganya meskipun menggenggamnya masih lemah. Selama ini protap

gerakan mobilisasi pasien stroke di rumah sakit sudah ada tetapi belum

terlaksana secara maksimal.

Angka kejadian stroke di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bajoe

sekarang ini mencapai sekitar 30 pasien stroke yang terdiri dari 20 Laki-

Laki dan 10 Perempuan. yang sekarang ini berjuang untuk sembuh.

4
Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka peneliti ingin

melakukan intervensi lebih intensif terhadap pasien mengenai stroke

dengan latihan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) untuk kekuatan

otot ekstremitas atas.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana penerapan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)

pada asuhan keperawatan pada klien yang mengalami stroke dengan

masalah gangguan mobilitas fisik?

C. Tujuan Penulis

1. Tujuan umum

Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami stroke dengan masalah gangguan mobilitas fisik .

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami

stroke dengan masalah gangguan mobilitas fisik.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami

stroke dengan masalah gangguan mobilitas fisik.

c. Merencanakan tindakan ROM (Range Of Motion cylindrical grip)

pada klien yang mengalami stroke dengan masalah gangguan

mobilitas fisik.

d. Mampu mengimplementasikan tindakan ROM (Range Of Motion

Cylindical Grip) pada klien yang mengalami stroke dengan

masalah gangguan mobilitas fisik.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis.

Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan, dan menambah

wawasan kajian ilmu keperawatan khususnya studi ROM (Range Of

Motion Cylindical Grip) dalam mengatasi gangguan mobilitas fisik

pada pasien stroke.

2. Praktis.

a. Bagi perawat.

Dapat menambah ilmu pengetahuan pasien tentang cara

penanganan dan perawatan yang baik dan benar pada penyakit

stroke.

b. Bagi perawat.

Adanya penelitian ini diharapkan study kasus ROM (Range Of

Motion Cylindrical Grip) dapat diaplikasikan dalam proses asuhan

keperawatan di berbagai pelayanan asuhan keperawatan.

c. Bagi penulis.

Memberikan pengalaman dan kesempatan pada penulis untuk

menerapkan/mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh dari institusi pendidikan khususnya studi tentang

pelaksanaan pemberian ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)

dalam penanganan masalah gangguan mobilitas fisik pada pasien

stroke.

6
d. Bagi institusi

Memberikan tambahan ilmu pengetahuan baru yang dapat

lebih dikembangkan lagi untuk menangani stroke dengan masalah

gangguan mobilitas fisik.

e. Bagi pelayanan keperawatan di puskesmas.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam

pemberian pelayanan asuhan keperawatan di puskesmas pada klien

yang mengalami stroke dengan masalah gangguan mobilitas fisik.

f. Perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan.

Dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk mengatasi masalah

gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke.

g. Bagi masyarakat.

Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit stroke

dengan masalah gangguan mobilitas fisik

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Stroke

1. Pengertian

a. Stroke adalah gangguan peredaran darah otak menyebabkan deficit

neurologi mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi

saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk

menjelaskan infark serebrum (Amin, 2015)

b. Stroke adalah pecahnya pembuluh darah di otak sehingga aliran

darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes

masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya(Amanda,

2018)

Dari beberapa pengertian stroke diatas maka dapat disimpulkan

bahwa stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke

otak terganggu atau karena adanya sumbatan pada aliran darah.

2. Anatomi fisiologi

Sistem saraf merupakan sistem yang berfungsi mengatur seluruh

tubuh dengan melakukan koordinasi dan bekerjasama antar sistem

tubuh.

Menurut Pudiastuti (2013), pembagian sistem saraf dibagi

menjadi tiga diantaranya adalah pertama susunan saraf pusat

diantaranya yaitu otak (otak kecil dan otak besar), sumsung saraf

tulang belakang, kedua susunan saraf tepi diantaranya yaitu susunan

saraf somatic dan susunan saraf otonom, ketiga fungsi sistem saraf

8
diantaranya yaitu sensorik, dilakukan oleh organ panca indra, motoric,

mengatur tubuh bergerak, koordinasi (gabungan), mengendalikan

sistem lain tubuh, mengatur kesadaran, ingatan, bahasa, emosi.

Otak dan sumsung saraf tulang belakang dilindungi oleh

pembungkus yang disebut meningen. Otak terletak dalam rangga

tengkorak. Otak dilindungi oleh selaput otak yang berisi cairan yang

ikut membantu mengatasi benturan di kepala.

Sumsung saraf tulang belakang merupakan perpanjangan dari otak

dan terletak dalam saluran yang terbentuk oleh rongga tulang

belakang. Alat ini adalah kempulan serabut saraf dan jari sel saraf.

Serabut saraf merupakan serabut yang terpancar dari otak dan

sumsung saraf tulang belakang serta berjalan keseluruh tempat di

badan (Pudiastuti, 2013).

.Gambar 1.1 Serabut System Saraf

Sumber : (Rahma, 2019)

3. Etiologi

Stroke disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, darah akan

keluar mengisi ruang tengkorak kepala, sehingga terjadi peningkatan

tekanan di dalam otak yang akhirnya terjadi penurunan kesadaran

9
secara tiba-tiba. Keadaan ini seperti disebabkan karena tekanan darah

yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi

Selain hal-hal yang disebabkan karena tekanan darah yang

mengalami peningkatan cukup tinggi diantaranya:

a. Faktor resiko medis.

Faktor resiko medis seperti migraine, hipertensi (penyakit tekanan

darah tinggi), diabetes, kolestrol, aterosklerosis (pengerasan

pembuluh darah), gangguan jantung, riwayat stroke keluarga,

penyakit ginjal, dan penyakit vaskuler primer, 80% pemicu stroke

disebabkan oleh hipertensi.

b. Faktor resiko perilaku

Faktor resiko perilaku seperti kurang olahraga, merokok, /aktif

dan pasif, makanan, tidak sehat (junk food, fast food), kontrasepsi

oral, mendengkur, narkoba, obesitas, stress, dan cara hidup.

c. Faktor lain data statistic 93% pengidap penyakit trombosit, ada

hubunganya dengan penyakit darah tinggi.

1). Thrombosis serebral.

Terjadi pada pembuluh darah dimana oklusi terjadi thrombosis

dapat menyababkan jaringan otak, edema, dan kongesti di area

sekitarnya.

2). Emboli serebral

Penyumbatan pada pembuluh darah otak karena bekuan

darah, lemak atau udara. Kebanyakan emboli berasal dari

10
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem

arteri serebral

3). Perdarahan intra serebral

Pembuluh darah otak bias pecah, terjadi karena ateroskleosis

dan hipertensi. Pecahanya pembuluh darah otak akan

menyebabkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan

otak yang berdekatan akibat otak akan bengkak, jaringan otak

inernal tertekan sehingga menyebabkan infark, edema dan

mungkin terjadi herniasi otak.

4). Migren

5). Thrombosis sinus darah

6). Diseksi arteri karotis atau vertebralis

7). Kondisi hiperkoagulasi

8). Vaskulitis sistem saraf pusat

9). Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intakranial yang

progresif)

10). Kelainan hematologis ( anemia sel sabit)

11). Miksoma atrium.(Arum, 2015)

4. Patofisiologi

Pada umumnya stroke merupakan serangan otak yang disebabkan

berkurangnya asupan darah ke bagian-bagian tertentu otak. Penyebab

akibat dari gumpalan yang menghambat aliran darah sehingga

sehingga terjadi penyempitan arteri serebral atau bahkan pecahnya

pembuluh darah.

11
Patofisiologi intracerebral hemorrhage (ICH) berasal ketika

terjadinya faktor resiko pada pembuluh darah seperti hipertensi arteri

sulit dikendalikan dan kerusakan saraf akibat tekanan hidrostatik

intracerebral hemorrhage (ICH) terjadi ketika penetrasi mengecil (50-

700 ) mengakibatkan arteri pecah hingga darah arteri bocor ke

parenkim otak. Volume perdarahan intracerebral hemorrhage (ICH)

sering dibagi menjadi tiga kategori : kecil ketika <30cm, menengah

antara 30 dan 60 cm, dan besar ketika >60 cm

Adanya gangguan blood barinbarier, kebocoran cairan dan

protein dapat memicu edema berkontribusi dengan otak, yang biasanya

meningkat selama beberapa hari dan secara lebih lanjut dapat merusak

otak. Beberapa edema terbentuk pasca intracerebral hemorrhage

(ICH), dimana edema yang terbentuk merupakan edema vasogenik.

Terdapat dua fase pembentukan edema pascaintracerebral

hemorrhage (ICH): tahap sangat dini (beberapa jam pertama) yang

melibatkan tekanan hidrostatik dan penyusutan koagulasi dengan

adanya pembekuan serum ke jaringan sekitar, tahap kedua (beberapa

hari pertama) dimana pembekuan kaskade dan thrombin diproduksi

(yang juga menginduksi inflamasi infiltrasi dan pembentukan bekas

luka)

Subarachnoid Hemorrhage (SAH) terjadi akibat pembuluh darah

pecah sehingga mengakibatkan darah mengalir keluar dari otak, ruang

berisi cairan yang mengelilingi otak (ruang subarchnoid) akan cepat

terisi penuh dengan darah sehingga disebut subarachnoid hemorrhage

12
(SAH), penyebab umum yang paling sering sering terjadi ialah

gangguan seperti tekanan yang tinggi pada pembuluh darah yang

disebut aneurisme. Aneurisme merupakan pembengkakan yang

berbentuk bulat atau tidak teratur dalam arteri dimaana dinding

pembuluh darah menjadi lemah dan rentan terjadinya terhadap ruptur

yang pecah (Silva, 2014)

5. Manifestasi klinis

Manifestasi klinik stroke tergantung dari sisi atau bagian mana

yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi

kolaretal. Pada stroke terdapat gejala klinis meliputi:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau

hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan

terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks

bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontalateral artinya jika

terjadi kerusakan pada hemisfer kanan pada kelumpuhan otot pada

sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan

sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun

fleksi.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan sistem saraf otonom

dan gangguan saraf sensorik

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, stupor, atau koma) terjadi

akibat perdarahan, kerusakan otot kemudian menekan batang otak

atau terjadinya gangguan metabolic otak akibat hipoksia

13
d. Afasia (kesulitan dalam berbicara) afasia adalah defisit

kemampuan komunikasi bicara, termasuk dalam membaca,

menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat

kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer

kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri

middle serebral kiri.

e. Disatria (bicara cadel atau pelo) merupakan kesulitan bicara

terutama dalam artikulasi sehingga ucapanya menjadi tidak jelas.

Namun demiikian pasien dapat memahami pembicaraan, menulis,

mendengarkan maupun membaca. Disatria terjadi karena

kerusakan nervus kranial sehingga terjadi kelemahan dari otot

bobir, lidah dan laring, pasien juga terdapat kesulitan dalam

mengunyah dan menelan.

f. Gangguan penglihatan (diplopia) dimana pasien dapat kehilangan

penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda, gangguan lapang

pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada

lobus temporal atau pariental yang dapat mengambat serat saraf

optik ada korteks oksipital.

g. Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus

kranial 9. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan gluteus

menutup kemudian makanan masuk ke esophagus.

h. Inkontensia baik bowel maupun bledder sering terjadi hal ini

karena terganggunya saraf yang mensyarafi bladder dan bowel

14
i. Vertigo seperti mual, muntah, dan nyeri kepala, terjadi karena

peningkatan tekanan intracranial, edema slebri. (Nugraha, 2018)

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien stroke adalah sebagai

berikut:

a. Fase akut.

1). Hipoksia serebral dan menurunnya aliran darah otak

Pada area otak yang infark atau terjadi kerusakan

karena perdarahan maka terjadi gangguan perfusi jaringan

akibat terhambatnya aliran darah otak. Tidak adekuatnya

aliran darah dan oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan

otak.

2). Edema serebri

Merupakan respon fisiologis terhadap adanya trauma

jaringan. Edema terjadi jika area yang mengalami hipoksia

atau iskemik maka tubuh akan meningkatkan aliran darah

pada dan meningkatkan tekanan sehingga cairan interstresial

akan berpindah ke ekstraseluler sehingga terjadi edema otak.

3). Peningkatan tekanan intracranial (TIK)

Bertambahnya massa pada otak seperti adanya

perdarahan atau edema otak akan meningkatkan tekanan

intracranial yang ditandai dengan defisit neurologi seperti

adanya gangguan motoric, sensorik, nyeri kepala, gangguan

kesadaran.

15
4). Aspirasi

Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma

sangat rentan terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya

refleks batuk dan menelan.

b. Komplikasi pada masa pemulihan atau lanjut.

1). Komplikasi yang sering terjadi masa lanjut atau pemulihan,

biasanya terjadi akibat immobilisasi seperti pneumonia,

decubitus, kontaktur, trombosisis vena dalam, inkontensia

urine.

2). Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada

aktifitas listrik otak.

3). Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension,

nyeri kepala clauster

4). Malnutrisi, karena intake yang tidak adekuat.(Rahmayanti,

2019)

7. Pemeriksaan diagnostic

Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk

memastikan penyebab stroke antara lain radiologi, magnetic resonance

imaging (MRI), elektro enchephalogram (EEG), ultrasonografi

Doppler (USG Doppler), angiografi serebri, laboratorium. (Robinson,

2017)

8. Penatalaksanaan

Menurut Brunner (2016) penanganan medis terdiri dari:

16
a. Rekombinan activator plasminogen jaringan (t-PA), kecuali

dikontraindikasikan, pantau perdarahan

b. Penatalaksanaan peningkatan tekanan intracranial (TIK):

diuretic, osmotic, pertahankan paCO2 pada 20 sampai 35

mmhg, posisi untuk mencegah hipoksia (tinggikan kepala

tempat tidur untuk meningkatkan drainase vena dan

menurunkan TIK yang meningkat).

c. Kemungkinan hemikraniektomi untuk mengatasi peningkatan

TIK akibat edema otak pada stroke yang sangat luas.

d. Intubasi dengan slang entrakeal untuk menetapkan kepatenan

jalan nafas, jika perlu.

e. Pantau hemodinamika secara kontinu (target tekanan darah

tetap kontroversial bagi pasien yang tidak mendapatkan terapi

trombolitik; terapi antihipertensi dapat ditunda kecuali tekanan

darah sistolik melebihi 220 mmhg atau tekanan darah diastolic

melebihi 120 mmhg).

f. Pengkajian neurologis untuk menentukan apakah stroke

berkembang dan apakah terdapat komplikasi akut lain yang

sedang terjadi.

Menurut Brunner ( 2016) penanganan komplikasi terdiri dari

a. Penurunan aliran darah selebral : perawatan pulmonal,

pemeliharaan kepatenan jalan nafas dan berikan suplemen

oksigen sesuai kebutuhan.

17
b. Pantau adanya infeksi saluran kemih, distrimia jantung dan

kompilkasi berupa mobilisasi.

Menurut Brunner (2016) Penanganan farmakologi terdiri dari:

a. Antikoagulan

b. Warfarin

c. Antiplatelet

d. Aspirin

e. KropidogreAspirin- dipiridamol

f. Fibrinilitik

1). r-TPA (recombinan tissue plasminogen activator / alteplase)

2). Streptokinase

g. Obat antihipertensi

1). Captopril

2). Lisinopril

3). Hidoklorotiazid

h. Obat antidiabetes

1). Simvastatin

2). Atorvastatin

B. Konsep Dasar Keluarga

1. pengertian keluarga

Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua

orang atau lebih yang mempunyai peran sosial yeng berbeda dengan ciri

saling berhubungan dan ketergantungan antar individu (Gusti, 2017).

18
Keluarga adalah hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan meraka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi

satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaanya.(amira, E.,& Trimona, 2020)

2. Tujuan dasar keluarga

Keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit dasar ini

memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan –

perkembangan individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan

individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai

perantara antara masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua

harapan dan kewajiban mesayarakat dengan memenuhi kebutuhan setiap

anggota keluarga serta menyiapkan peran anggotanya menerima peran di

masyarakat.

Keluarga juga merupakan sistem terbuka sehingga dipengaruhi

oleh supra sistemnya yaitu lingkunganya, lingkungannya disini adalah

masyarakat dan sebaliknya sub sistem dari lingkungan (masyarakat).

Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga membentuk

manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual

(Gusti, 2017)

3. Struktur Keluarga.

a. Pola komunikasi keluarga

Pola-pola komunikasi keluarga menjelaskan komunikasi antar

anggota keluarga

19
b. Struktur kekuatan keluarga

Struktur pengambilan keputusan di dalam keluarga

c. Struktur dan peran keluarga

Peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal. Dukungan keluarga sangat diperlukan pasien

stroke untuk dapat bertahan dalam menjalani hidup, karena keluarga

merupakan bagian terdekat dari pasien. Dukungan keluarga akan

membuat pasien stroke merasa dihargai dan diterima, sehingga dapat

meningkatkan semangat dan motivasi dalam dirinya. Rendahnya

dukungan keluarga pada pasien stroke, akan mempengaruhi kondisi

psikologi pasien. Pasien dapat menarik diri dari pergaulan dan

merasa lebih sensitive, sehingga pasien mudah tersinggung

(Hamalding, 2017)

4. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Gambaran diri keluarga, perasaan dimiliki dan memiliki keluarga

saling mengasuh, mencintai, saling menghargai sesame anggota

keluarga, untuk menentukan kebahagiaan semua anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Tentang keluarga dapat berinteraksi antar hubungan anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

c. Fungsi perawatan kesehatan fungsi keluarga meliputi mengenal

masalah kesehatan, memutuskan tindakan yang tepat saat ada

20
anggota keluarga yang sakit, merawat anggota keluarga yang sakit,

memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

d. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program

keuarga berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol

e. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian, maka keluarga memerluka sumber keuangan

f. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap

anggotanya baik untuk mencegah gangguan maupun merawat

anggota keluarga yang sakit.(padilla, 2015)

5. Tugas Keluarga.

Sesuai dengan fungsi keluarga pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakuka. Membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang

harus dilakukan yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga, dan

perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang teppat bagi

keluarga, untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan

keadaan keluarga .

21
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu mudah

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

e. Mempertahnkan hubungan timbal balik antar anggota keluarga dan

lembaga kesehatan (Hernilawati, 2013)

6. Ciri-ciri Keluarga

Ciri-Ciri Keluarga adalah :

a. Terorganisir : saling berhubungan dan saling ketergantungan antar

anggota keluarga

b. Ada keterbatasan : setiap anggota keluarga memiliki kebebasan,

tetapi mereka mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi

dan tugasnya masing-masing

c. Ada perbedaan dan kekhusuan : setiap anggota keluarga

mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.(Gusti, 2017)

7. Tipe Keluarga

Menjelaskan tipe-tipe keluarga yaitu:

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family),: yaitu terdiri dari suami, istri

dan anak. Biasanya keluarga yang melakukan perkawinan

pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau orang

tua tiri.

22
2) Single perent : keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya

sebagai konsekuensi dari perceraian

3) Single adult : Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang

tinggal sendiri tanpa pernah menikah

4) Keluarga besar : terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan

5) Keluarga usila : keluarga inti dimana pasangan suami istri

sudah tua dan anak-anaknya sudah berpisah.

6) Keluarga single dyad : terdiri dari suami dan istri saja tanpa

anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua beranak tampa menikah, biasanya

ibu dan anak

2) Pasangan yang meiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan

pada hokum tertentu

3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah

4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin

yang sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah

5) Keluarga komunis, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu

pasangan monogamy dengan anak-anak secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber yang sama (padilla, 2015).

8. Peranan Keluarga

Peran adalah suatu yang di harapkan secara normative dari

seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-

23
harapan.Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan

oleh seseorang dalam konteks keluarga.Jadi peranan keluarga

menggambarkan seperangkat perilaku internasional, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.

Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku

dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Harnilawati, 2013).

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masvng antara

lain adalah :

a. Ayah : sebagai pemimpin keluarga pencari nafkah, pendidik,

pelindung¸ pemberi rasa aman bagi setiap amggota keluarganya

dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok tertentu.

b. Ibu : sebagai ibu rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,

pencari nafkah tambahan, dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok tertentu.

c. Anak : sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan

fisik, sosial, mental dan spiritual.

9. Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap dan tugas perkembangan keluarga yaitu:

a. Tahap keluarga pemula

Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak. Tugas

perkembangan keluarga yakn, sebagai berikut :

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

24
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudkan sebagai

orang tua)

4) Menetapkan tujuan bersama

5) Persiapan menjadi orang tua

6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan

menjadi orang tua)

b. Tahap keluarga sedang mengasuh anak

Tugas keluarga pada tahap ini adalah , sebagai berikut :

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

(integrasi bayi dalam keluarga)

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah

peran orang tua, kake dan nenek

5) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

anak

6) Konseling KB post partum 6 minggu

7) Menata ruang untuk anak

8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan-6 tahun.

Tugas perkembangan keluarga, sebagai berikut :

25
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang

bermain, privasi dan keamanan

2) Mensosialisasikan anak

3) Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan

dan hubungan orang tua-anak) serta hubungan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas)

4) Pembagian waktu individu, pasangan dan anak

5) Pembagian tanggung jawab

6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan

kembang anak

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah

Keluarga dengan anak usia sekolah 6-13 tahun. Adapun tugas

perkembangannya, sebagai berikut :

1) Mensosiakisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestai

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat

2) Mempertahankan hubungan perkawnan yang memuaskan

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

4) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya

intelektual

5) Menyediakan aktivitas untuk anak

e. Tahap keluarga dengan anak remaja

Keluarga dengan anak remaja berusia 13-20 tahun. Adapun

tugas perkembangnnya, sebagai berikut :

26
1) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung

jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

4) Mempersiapkan perubahan untuk memnuhi kebutuhan tumbuh

dan kembang anggota keluarga

f. Tahap keluarga dengan anak dewasa

Keluarga dengan anak meninggalkan rumah. Adapun tugas

perkembangannya, sebagai berikut :

1) Memperluas siklus keluarga dengan memuaskan anggota

keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya

2) Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di

masyarakat

4) Mempersiapkan anak untuk mandiri dan menerima kepergian

anaknya

5) Membantu orang tua lanjutusia dan sakit-sakitan dari suami

maupun istri

6) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

anak-anaknya

g. Tahap keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan keluarga, sebagai berikut :

1) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

27
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orang tua (lansia) dan anak-anak

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

4) Persiapan masa tua/pension

h. Tahap keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga, sebagai berikut

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara

hidup

2) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

3) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

4) Mempertahankan hubungan perkawinan

5) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

6) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

7) Melakukan life review masalalu(padilla, 2015)

C. Konsep Kebututuhan Aktivitas Istirahat

1. Definisi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehat, sehat. Kehilangan kemampuan untuk bergerak mengakibatkan

seseorang menjadi ketergantungan dan membutuhkan tindakan

keperawatan (kasiati, & Rosmalawati, 2016)

2. Manfaat

Manfaat dari gerakan tubuh antara lain, tubuh menjadi segar,

memperbaiki tonus otot, mengontrol berat badan, merangsang

28
peredaran darah, mengurangi stress, meningkatkan relaksasi,

memperlambat proses penyakit (penyakit degenerative), untuk

aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). (kasiati, & Rosmalawati,

2016)

3. Kordinasi Mekanik Tubuh

Mekanika tubuh (body mechanic) merupakan penggunaan organ

secara efektif dan efisien sesuai dengan fungsinya. Pergerakan adalah

rangkaian aktivitas yang terintegrasi antara sistem musculoskeletal yang

melibatkan tulang, ligament, tendon, dan otot, kartilago dan sendi.

tulang merupakan jaringan dinamis, salah satu fungsinya menujang

jaringan tubuh dan membantu pergerakan. Sedangkan otot berfungsi

untuk kontraksi dan membantu menghasilkan gerakan,

mempertahankan postur tubuh, dan menghilangkan panass.

Mekanisme kontraksi otot membrane otot mengandung myofibril,

kemudian asetikolin. Akhirnya pintu kalsium di reticulum sarkoplasma

membuka dan melepaskan ion kalsium sitoplasma sel otot, lalu

berkaitan dengan troposin, kemudian membuka sinding sites, terjadilah

jembatan silang (cross briges) antara filamin akitin dan myosin. (kasiati,

& Rosmalawati, 2016)

4. Faktor yang mempengaruhi aktivitas

a. Klien mengalami atropi otot, dimana keadaan otot menjadi mengecil

karna tidak terpakai dan pada akhitrnya serabut otot difitrasi dan

diganti jaringan fibrosa dan lemak.

b. Kontraktur sehingga body mekanik terganggu.

29
c. Nekrosis (jaringan mati), terjadi trauma atau iskemik dimana proses

regenerasi otot sangat minim.

5. Dampak imobilisasi

Dampak imobilisasi secara fisik merupakan kerusakan

integument/integritas kulit, sistem kardiovaskuler, sistem eliminasi,

musculoskeletal, sistem pencernaan dan respirasi, psikologis seperti

depresi dan istirahat tidur dan, tumbuh kembang.untuk mencegah

dampak buruk dari mobilisasi, maka perlu dilakukan latihan rentang

gerak secara aktif maupun pasif dan ambulasi, terdapat perubahan-

perubahan yang terjadi pada beberapa sistem tubuh ketika mobilisasi

tidak dapat dilakukan menurut koizer di kutip dari (kasiati, &

Rosmalawati, 2016)

a. Sistem integument

1) Turgor kulit menurun: kulit mengalami atropi akibat imobilisasi

dan perpindahan cairan antara komportemen pada area yang

menggantung, hal ini dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan

dermis dan jaringan subkutan.

2) Kerusakan kulit kondisi imobilisasi mengganggu sirkulasi dan

suplanutrisi pada area tertentu. Hal ini berakibat iskemia dan

nekrosisi jaringan supeerfisial yang dapat menimbulkan ulkus

decubitus.

30
b. Sistem kardiovaskuler

1). Hipotensi ostotatik: terjadi karena yaitu sistem saraf otonom

tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh saat

klien bangun dari posisi terbaring yang lama.

2). Pembentukan trombos : thrombus atau massa padat darah di

jantung atau pembuluh darah biasa di sebabkan oleh

gangguan aliran balik vena menuju jantung.

3). Edema dependan : biasa terjadi pada area yang menggantung

seperti kaki dan tungkai bawah.

c. Sistem eliminasi.

1). Status urine : terhentinya atau terhambatnya aliran urine

2). Batu ginjal : imobilisasi biasa terjadi karena keseimbangan

antara kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan

kalsium, akibatnya urine menjadi lebih basa dan garam

kalsium mempresipitasi terbentuknya batu ginjal

3). Retensi urine : penurunan tonus otot kandung kemih

menghambat kemampuan mengosongkan kandung kemih

secara tuntas.

4). Infeksi perkemihan : urine yang statis dan juga sifat urine

yang basah akibat hioerkalsiuriamerupakan media baik

pertumbuhan bakteri. Organisme penyebab infeksi saluran

kemih adalah esherichial coli.

31
d. Sistem musculoskeletal

1). Osteorosis : tanpa aktivitas yang memberi beban pada tulang

akan mengalami demineralisasi (osteoporosis), hal ini

menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kepadatan

sehinnga tulang menjadi kropos dan mudah patah.

2). Atrofi otot : otot yang tidak digunakan dalam waktu lama

akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi

normalnya

3). Kontraktur dan nyeri sendi : kondisi imobilisasi jaringan

kolagen pada sendi mengalami ankilosa dan tulang terjadi

demineralisasi yang menyebabkan akumulasi kalsium pada

sendi yang berakibat kekakuan dan nyeri pada sendi.

e. Sistem pencernaan

Konstipasi : Imobilisasi mempengaruhi pencernaan yaitu

konstipasi akibat penurunan peristaltic dan mobilisasi usus. Jika

konstipasi berlanjut dan feses sangat keras, maka perlu upaya

kuat untuk mengeluarkanya.

f. Respirasi.

1). Penurunan gerakan pernafasan : kondisi ini disebabkan

pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot

2). penumpukan secret : normalnya secret pada saluran

pernafasan di keluarkan pada perubahan posisi, postur tubuh

dan batuk.

32
3). Atelectasis : imobilisasi terjadi perubahan aliran darah

regional dan menurunkan produksi surfaktan, ditambah

sumbatan cesret pada jalan nafas, dapat mengakibatkan

atelectasis.

6. Tingkat Imobilisasi

a. Imobilisasi komplit : dilakukan pada individu yang mengalami

gangguan kesadaran

b. Imobilisasi parsial : dilakukan pada pasien yang mengalami fraktur

c. Imobilisasi karena pengobatan : imobilisasi pada penderita gangguan

pernafasan atau jantung, pada pasien tirah baring (bedrest) total,

klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur, berjalan dan duduk di

kursi.

Menurut Hidayat ( 2012) mobilisasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

1). Mobilisasi penuh

Mobilsasi penuh merupakan kemmpuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan tidak jelas dan mampu bergerak secara

bebas tanpa adanya gangguan pada bagian tubuh.

2). Mobilisasi sebagian

Mobilisasi sebagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk

bergerak secara bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan

saraf motoric dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilisasi terbagi

atas dua jenis yaitu :

a). Mobilisasi sebagian temporer adalah kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang tidak menetap. Hal tersebut

33
dinamakan sebagai batasan yang bersifat reversible pada sistem

musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi pada sendi atau

tulang.

b). Mobilisasi sebagian permanen adalah individu untuk bergerak

dengan batasan yang sifatnya menetap, contohnya: terjadinya

kelumpuhan karena stroke, lumpuh karena cedera tulang

belakang, poliomyelitis karena tergangunya sistem saraf motoric

dan sensorik.

7. Skala Mobilitas

Menurut Wikinson (2016)

a. Tingkat 0 : Mandiri total

b. Tingkat 1 : Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu

c. Tingkat 2 :Memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,

pengajaran atau pengawasan

d. Tingkat 3 : Memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan bantu

tertentu

e. Tingkat 4 : Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

8. Penerapan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)

a. Pengertian ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) merupakan suatau

kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas.

ROM dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Aktif jika pasien

dapat melakukan secara mandiri atau perlu dukungan dan bantuan

orang lain. Pasif jika latihan dijalankan oleh seseorang/perawat.

34
Latihan ROM memperbaiki mobilitas ekstremitas, mencegah

kontraktur, dan memberikan kenyamanan(kasiati, & Rosmalawati,

2016)

b. Mekanisme atau proses ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)

yang bisa memperbaiki kekuatan otot.

Kekuatan otot ialah kemampuan otot atau kelompok otot untuk

melakukan kerja dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot

yang kuat akan membantu kerja otot sehari-hari efisien dan akan

membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik. Otot-otot yang tidak

terlatih karena sesuatu sebab, misalnya kecelakaan, akan menjadi

lemah karena serat-seratnya mengecil (atrofi), dan bila hal ini

dibiarkan maka kondisi tersebut dapat mengakibatkan kelumpuhan

otot. Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem

neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf

mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi, sehingga semakin

banyak serat otot yang teraktifasi, maka sebagian besar pula

kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

Pemberian latihan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)

dapat membantu mengembangkan cara untuk mengimbangi

paralisis melalui penggunaan otot yang masih mempunyai fungsi

normal, membantu mempertahankan, membentuk adanya, kekuatan,

dan mengontrol bekas yang dipengaruhinya pada otot dan

membantu mempertahankan ROM dalam mempengaruhi anggota

badan dalam mencegah otot dari pemendekan (kontraktur) dan

35
terjadi kecacatan pada pasien stroke. Hasil ini didukung hasil

penelitian yang dilaksanakan oleh victoria (2014) dengan hassil

penelitian ini diperoleh bahwa latihan Range Of Motion Cylindrical

Grip berpengaruh dalam meningkatkan luas gerak sendi jari tangan

pada pasien stroke.(irfan, 2019).

c. Jenis-jenis ROM

Menurut Dulhani (2018), ada 3 jenis ROM yaitu:

1). ROM aktif: yaitu merupakan gerak yang dihasilkan oleh

kontraksi otot sendiri, latihan yang dilakukan oleh pasien sendiri.

Hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan percaya diri pasien.

2). ROM aktif dengan pendamping : latihan tetap dilakukan oleh

pasien secara mandiri dengan didampingi oleh perawat.

3). ROM Pasif : merupakan gerakan yang dilakukan pada pasien

yang sedang bedrest atau mengalami keterbatasan dalam

pergerakan latihan ROM pasif sangat tepat dilkukan akan

mendapatkan manfaat seperti terhindarnya dari kemungkinan

kontraktur pada pasein.

d. Indikasi

Menurut Dulhani (2018), indikasi ROM yaitu:

1). PROM :

a) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang

apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat

proses penyembuhan.

36
b) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk

bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya

keadaan koma kelumpuhan atau bedrest total.

2). AROM :

a) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara

aktif dan menggerakkan sendinya baik dengan bantuan

ataupun tidak.

b) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat

menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan AROM

e. Kontraindikasi

Menurut Dulhani (2018),Kontraindikasi ROM yaitu :

1) Latihan ROM tidak dapat diberikan apabila gerakan dapat

menggaggu proses penyembuhan cedera

2) ROM tidak boleh dilakukan apabila respon pasien atau kondisinya

membahayakan

f. Nilai Kekuatan Otot

1) Skala 0 : Lumpuh total

2) Skala 1 : Tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya kontraksi

otot

3) Skala 2 : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan

gravitasi (hanya bergeser)

4) Skala 3 : Bias melawan gravitasi tetapi tidak bias menahan atau

melawan tahanan pemeriksa

37
5) Skala 4: Bias bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi

kekuatannya berkurang

6) Skala 5 : Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan

maksimal

g. Waktu pelaksanaan

Range Of Motion Cylindrical Grip memiliki pengaruh terhadap

rentang gerak responden bila dilakukan dengan frekuensi satu kali

sehari dalam tiga hari (Marlina, 2017).

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Yohanes, D., & Betan (2013) Proses pengkajian

merupakan pengumpulan informasi yang berkesinambungan, dialisa

dan diinterpretasikan serta diidentifikasi sercara mendalam. Sumber

data pengkajian diperoleh dari anamnesa (wawancara), pengamatan

(observasi), pemerksaan fisik anggota keluarga dan data dokumentasi

Dasar pemikiran dari pengkajian diperoleh adalah suatu perbandingan,

ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga dengan

menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teor dan konsep

yang berkaitan dengan permasalan.

a. Cara pengumpulan data

1) Wawancara

Tujuan dilakukan wawancara adalah :

a) Mendapatkan informasi yang diperlukan dari keluarga

(tentang apa yang harus dikaji).

38
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam

komunikasi.

c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang

dbutuhkan

2) Pengamatan (observasi)

Pengamatan yang dilakukan berkaitan dengan hal-hal yang

tidak perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan

lingkungan rumah dan sekitarnya).

3) Data dokumentasi

Data dokumentasiyang dimaksud adalah pengkajian terhadap

data atau catatan kesehatan pasien.

4) Pemerksaan fisik

Jika pasien adalah individu, maka pemeriksaan pemeriksaan

fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan akan tetap bisa juga dilakukan kepada

seluruh anggota keluarga jka pasien anda adalah satu keluarga

bukan pasien individu.

b. Beberapa alat yang biasa digunakan dalam pengkajian adalah :

1) Quisioner

2) Check list

2. Diagnosis keperawatan

Masalah kesehatan adalah situasi atau kondisi yang berhubungan

dengan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota

keluarga. Sedangkan diagnosis keperawatan adalah keputusan tentang

39
respon keluarga tentang masalah kesehatan actual dan potensial,

sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan

asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat

(Yohanes, D., & Betan, 2013)

Tahapan dalam diagnosis keperawatan keluarga antara lain :

a. Analisa data

Setelah dilakukan pengumpulan data, segera dilakukan analisa

data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga

Cara menganlisa data adalah sebagai berikut :

1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang dikumpulkan

dalam pengkajian

2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial

dan spiritual

3) Membandingkan dengan standart

4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan

5) Data dibagi dalam data subyektif (ungkapan) dan obyektf (

data yang dapat diuji kebenarannya melalui observasi,

pemeriksaan fisik dan lain-lain.

b. Perumusan masalah

Langkah setelah dilakukan analisa data yaitu merumuskan

masalah. Perumusan masalah dalam keperawatan keluarga dapat

diarahkan kepada sasaran kita baik individu maupun keluarga.

40
Komponen dalam penulisanya terdiri atas problem (masalah),

etiologic (penyebab) dan sign/symptom (tanda dan gejala)

1). Masalah (problem)

Kalimat sederhana yang mendefinisikan persoalan yang

dialami oleh pasien dalam pengkajian yang sudah

dilakukan.Hal ini bertujuan untuk menjelaskan status kesehatan

pasien secara jelas dan sesingkat mungkin.

2). Etiologic (penyebab)

Dalam keperawatan keluarga penyebab dari masalah yang

terjadi diambil dari 5 tugas keluarga dengan asumsi bahwa

apabila keluarga tidak menjalankan ke-5 tugas dengan baik

maka akan timbul masalah kesehatan. Ke-5 penyebab masalah

tersebut adalah :

a) Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap

anggota keluarganya

b) Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat

untuk melkaukan tindakan tang tepat

c) Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarganya yang

sakit atau yang tidak dapat menolong dirinya sendiri karena

cacat atau karena usianya yang terlalu muda

d) Keluarga tidak mampu mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian

anggota keluarganya

41
c. Sign/symptom

Adalah sekumpulan data tanda dan gejala yang merupakan

manifestasi adanya gangguan dari hasil pengkajian baik berupa

data subyektif maupun data obyektif.

Adapun diagnosis keperawatan pada pasien Stroke yang

yang diangkat pada penelitian ini yaitu : Gangguan Mobilitas fisik

1) Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan

fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri(PPNI,

2016)

2) Factor yang berhubungan :

a) Kerusakan integritas struktur tulang

b) Perubahan metabolisme

c) Ketidakbugaran fisik

d) Penurunan kendali otot

e) Penurunan massa otot

f) Pernurunan kekuatan otot

g) Keterlambatan perkembangan

h) Kekuatan sendi

i) Kontraktur

j) Malnutrisi

k) Gangguan musculoskeletal

l) Gangguan neuromuscular

m) Indeks massa tubuh datas persentil ke-75 sesuai usia

n) Efek agen farmakologi

42
o) Program pembatasan gerak

p) Nyeri

q) Kurang terpapar informasi tentang aktifitas fisik

r) Kecemasan

s) Gangguan kognitif

t) Keengganan melakukan pergerakan

u) Gangguan sensori persepsi

3) Gejala dan tanda

Mayor

a) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

b) Keluhan otot menurun

c) Rentang gerak (ROM) menurun

Minor

a) Nyeri saat bergerak

b) Enggan melakukan pergerakan

c) Merasa cemas saat bergerak

d) Sendi kaku

e) Gerakan tidak terkoordinasi

f) Gerakan terbatas

g) Fisik lemah

d. Proritas masalah

Setelah merumuskan masalah tahap berikutnya adalah

menentukan diagnosis yang menjadi prioritas.Diagnosis yang

menjad prioritas dilihat dari angka yang paling tingg dilanjutakan

43
angka yang paling rendah. Untuk mendapatkan masalah

keperawatan prioritas terlebih dahulu dilakukan perhitungan

dengan mengguunakan skala baylon dan maglaya sebagai berikut

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikali dengan bobot :

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4) Skor tertinggi adalah 5 : seluruh

Table 1.1 Skoring penentuan prioritas masalah

No Kriteria Komponen Skor Bobot


1. Sifat masalah Actual 3 1
Potensial 2
Risiko 1
2. Kemungkinan Mudah 2 2
masalah dapat diubah Sebagian 1
Dapat 0

3. Potensial masalah Tinggi 3 1


dapat dicegah Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya Berat, segera ditangani 2 1
masalah tidak perlu segera 1
ditangani 0
Tidak dirasakan ada
masalah
Sumber: (Yohanes, D., & Betan, 2013)

3. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan keperawatan merupakan salah satu tahap

dari proses keperawatan dimulai dari penentuan tujuan (umum/khusus)

penetapan standard dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk

mengatasi masalah keluarga. Rencana tindakan ini diarahkan untuk

membantu keluarga mengubah pengetahuan menjadi lebih baik,

mengubah sikap yang mendukung perilaku sehat, dan mengubah

perilaku kea rah yang lebih baik(Yohanes, D., & Betan, 2013)

44
a. SIKI

Memuat intervensi keperawatan yang dapat diterapkan secara

nasional di indonesia dengan mengacu pada standart-standart dan

referensi intervensiinternasional yang telah ada sebelumnya(PPNI,

2018)

Adapun intervensi keperawatan yang dilakukan untuk

menyelesaikan masalah gangguan mobilitas fisik pada pasien

stroke adalah latihan ROM (Range Of Motion cylindrical grip)

aktif.

b. SLKI

Outcome atau hal yang akan dicapai dan telah disesuaikan

dengan kultur budaya Indonesia sehingga mampu diterapkan secara

nasional dan mengacu pada standart referensi-referensi luaran atau

outcome internasional yang telah ada sebelumya.

Mobilitas fisik : kemampuan dalam gerakan fisik dari satu

atau lebih ekstremitas secara mandiri

Table 2.2 Luaran Gangguan Mobilitas Fisik

Kriteria hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


menurun meningkat
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
Rentang gerak (ROM) 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Gerakan tidak terkoordinasi 1 2 3 4 5
Gerakan terbatas 1 2 3 4 5
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
(PPNI, 2018)

45
Outcome yang ingin dicapai adalah mobilitas fisik meningkat dengan kriteria

kekuatan otot meningkat. (Maisaraswati, 2018)

Gambar 2. 5 ROM (Pergelangan jari-jari tangan)

4. Tindakan keperawatan

Menurut Yohanes, D., & Betan ( 2013)

Secara sederhana implemntasi adalah melaksanakan tindakan

keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan

tindakan keperawatan seperti ini, perawat seharusnya tidak boleh

bekerja sendiri dan meibatkan keluarga serta disiplin ilmu lain.

a. Tahap-tahap tindakan

1) Persiapan alat

2) persiapan pasien

3) persiapan tempat

4) pelaksanaan tindakan

46
b. Tipe tindakan

1) Tindakan diagnostic : wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan laboratorium seberhana

2) Tindakan terapeutik

3) Tindakan edukatif

4) Tindakan merujuk

c. Dokumentasi : setelah pelaksanaan tindakan keperawatan, harus

melakukan dokumentasi yang lengkap dan akurat

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Yohanes, D., & Betan (2013) Evaluasi bertujuan

untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan.

Terdapat dua jenis evaluasi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan keluarga, yaitu sebagai berikut :

a. Evaluasi formatif

Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan

SOAP.

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai dengan

perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil yang

dicapa, keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai dengan

tindakan perlu ditinjau kembali

47
E. Konsep EBN Dan SOP

1. Evidance Based Nursing

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Clauria (2013) tentang

pengaruh latihan Range Of Motion Cylindrical Grip terhadap kekuatan

otot pasien stroke DI BLU RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado

menunjukkan bahwa score kekuatan otot sebelum dan sesudah

dilakukan latihan Range Of Motion Cylindrical Grip mengalami

peningkatan score rata-rata 3. 87, terdapat pengaruh latihan Range Of

Motion Cylindrical Grip terhadap kekuatan otot pada pasien stroke

dengan nilai p= 0. 003 berdasarkan hasil observasi setelah dilakukan

latihan Range Of Motion Cylindrical Grip yang dilakukan 7 kali dalam

sehari dalam waktu 5 menit, latihan mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Hasil penelitian ini membuktikan kebenaran

mengenai teori Range Of Motion Cylindrical Grip yang mempunyai

beberapa manfaat untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan

otot dan kelenturan otot untuk mencegah terjadinya kontraktur dan

kekuatan pada otot.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Efektifitas Latihan Range Of Motion Cylindrical

Grip terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien

stroke di RSU Kabupaten Tangerang”.

48
2. Standard Operasioanal Prosedur

a. Pengertian

Menurut (Potter & Perry, 2012) (ROM) Range Of Motion

cylindrical grip adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan

terjadinya kotraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan

masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif

maupun pasif.

b. Tujuan

Latihan (ROM) Range Of Motion Cylindrical Grip bertujuan

untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan menggerakkan secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus otot (Kuati, 2018).

c. Manfaat latihan (ROM )Range Of Motion Cylindrical Grip menurut

Potter (2012) adalah sebagai berikut:

1) Memperbaiki tonus otot ekstremitas atas.

2) Meningkatkan mobilitas sendi

3) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

4) Meningkatkan massa otot

5) Mengurangi kehilangan tulang

d. Peralatan.

Tissue berbentuk silindris

e. Prosedur kerja

1). Mengucapkan salam

2). Mencuci tangan

49
3). Persiapan alat : terdiri dari tempat tidur, tissue gulung, dan

handscoon

4). Persiapan pasien : Jelaskan tujuan pelaksanaan dan atur posisi

pasien

5). persiapan lingkungan : Jaga privasi pasien

6). Berikan benda berbentuk cylindris (tissue gulung)

7). Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna

8). Posisi wrist 45˚

9). Berikan intruksi untuk menggenggam (menggenggam kuat)

selama 5 menit kemudian rileks.

10). Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali

11). Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

12). Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan

tindakan peningkatan rentang rentang gerak sendi (Ariastuti,

2015)

50
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Desain yang digunakan dalam metode ini yaitu metode studi

kasus.studi kasus adalah pengujian secara rinci terhadap satu latar atau

satu orang subjek atau suatu tempat penyimpanan dokumen atau satu

peristiwa tertentu. Pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan

dengan memutuskan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.

Studi kasus juga di definisikan sebagai metode penelitian yeng lebih

bersifat teknis dengan penekanan dengan ciri-cirinya, peneliti berusaha

menguji unit atau individu (surahman, mochamad, 2016)

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

hasil setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan tindakan Range Of

Motion Cylindrical Grip (ROM) pada klien yang mengalami gangguan

mobilitas fisik akibat stroke. Studi kasus merupakan suatu pendekatan

yang memutuskan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci

terhadap satu orang subjek atau lebih atau suatu peristiwa

tertentu(Suwendra, 2018)

B. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam penelitian ini maka perlu

dijelaskan terlebih dulu variable dalam studi kasus yang berjudul “Asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami stroke dengan gangguan

mobilitas fisik”.

51
Adapun penjelasan istilah untuk masing-masing variable tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Stroke adalah adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak

terganggu atau berkurang berkurang akibat adanya penyumbatan

2. Range Of Motion Cylindrical Grip meningkatkan massa otot dan tonus

otot secara normal dan dapat mencegah komplikasi(Pudiastuti, 2013)

C. Partisipan

Partisipan yang digunakan pada studi kasus ini adalah 1 pasien yang

mengalami gangguan mobilitas fisik akibat stroeke pada ekstremitas atas

dengan kriteria:

1. Inklusi

a. Pasien dengan diagnosa medic stroke

b. Pasien bersedia menjadi responden

c. Usia 35-60 tahun.

d. Nilai kekuatan otot 3 (mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu

menahan tahanan dari pemeriksa)

2. Eksklusi

a. Pasien tidak kooperatif

b. Kondisi pasien dalam keadaan membahayakan.

D. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan Studi Kasus

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11-13 Juni 2021 Di Wilayah

kerja UPTD Puskesmas Bajoe Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone.

52
E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu rangkaian kegiatan penelitian yang

mencakup pencatatan peristiwa-peristiwa atau keterangan-keterangan atau

karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh populasi yang menunjang

atau mendukung penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup variable

dependen/variable terkait, data dasar atau data sekunder yang terkait

dengan responden atau lokasi penelitian(surahman, mochamad, 2016)

Metode yang digunakan pada peneliti dalam metode studi kasus ini

adalah:

1. wawancara

Wawancara merupakan sutu metode pengumpulan data penelitian

melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada

responden untuk menjawabnya. Jawaban dari responden sebaiknya

dicatat atau direkam. Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka

antar peneliti dan responden atau menggunakan cara lain, misalnya

melalui telephone, wawancara ini dilakukan untuk mengetahui keluahan

utama, riwayat keluhn utama, dan riwayat keluahn sehari-hari.

Sehingga data tersebut diperoleh langsung dari responden, memberikan

penjelasan jika responden tidak mengerti dengan pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan.

2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui

pengamatan terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual

menggunakan panca indra(penglihatan, pengciuman, pendengaran,

53
perabaan) atau alat-alat untuk memperoleh informasi yang diperlukan

dalam upaya menjawab masalah penelitian.

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk

memperoleh gambaran rill suatu peristiwa atau kejadian atau perilaku

orang. Observasi hakikatnya adalah hasil observasi berupa aktivitas,

kejadian, peristiwa, objek, kondisi, atau susunan tertent dan perabaan

emosi seseorang.

3. Dokumentasi.

Dokumentasi adalah data pribadi pasien yang meliputi nama,

umur, nomor rekam medic, diagnosis medis, dan lain-lain.

F. Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksud untuk menguji kualitas data/informasi

yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilakan daya dengan

validasi tinggi. Uji keabsahan data dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan trigulasi dari tiga sumber

utama yaitu pasien, keluarga pasien, perawat yang berkaitan dengan

masalh yang diteliti.

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, waktu,

pengumpulan data sampai semua data terkumpul. Analisa data dilakukan

dengan cara mengemukakan fakta selanjutnya membandingkan dengan

teori dan dituangkan dalam opini, pembahasan, teknik yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh

54
daari hasil interpretasi wawancara yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan data

yang untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori

yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut.

Urutan dan analisa yaitu :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dan

dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian

disalin dalam bentuk transkrip.

a. Mereduksi data.

Data dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan, dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan

dikelompokkan menjadi data sunjektif dan objektif, di analisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudain dibandingakn

b. Penyajian data dilakukan dengan table, gambar, maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan cara

mengaburkan identitas responden.

c. Kesimpulan.

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

55
metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data

pengkajian, diagnosa, tindakan, dan evaluasi (Jimung, 2018)

H. Etik Studi Kasus.

Menurut surahman, mochamad, (2016) etika yang mendasari

penelitian, terdiri dari :

1. Otonomy

Prinsip ini berkaitan kebebasan seseorang dalam menentukan

nasibnya sendiri (undependen). Hak untuk memilih memilih apakah ia

disertakan atau tidak dalam suatu proyek penelitian dengan memberi

persetujuan atau tidak memberi persetujuan dalam informed consent.

Informed consent merupakan upaya peningkatan perlindungan

terhadap salah satu hak asasi pasien (subjek penelitian) dalam

hubungan peneliti dan pasien, yaitu hak asasi informasi dikaitkan

dengan hak untuk menentukan nasib sendiri (otonomi pasien)

2. Beneficence (perilaku baik)

Perawat agar selalu berupaya dalam segala tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien mengandung prinsip

kebaikan (promote good). Prinsip berbuat yang terbaik bagi pasien ini

tentu saja dalam batas-batas hubungan hubungan terapeutik antara

perawat dan pasien.

3. Nonmalfecincy (tidak membahayakan)

Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya tidak

mengandung unsur bahaya atau merugikan pasien, apalagi sampai

56
mengancam jiwa pasien, jika sampai mengorbankan pasien atau

mendatangkan bahaya bagi pasien sebaiknya peneliti dihentikan.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Etika yang diterapkan penulis adalah kerahasiaan. Oleh karena

itu, penulis hanya menuliskan inisial nama pasien, mengingat hal ini

merupakan hal privasi oleh sesorang/pasien, sehingga penulis merasa

kurang cocok untuk ditampilkan identitas pasien pada Karya Tulis

Ilmiah yang dapat dibaca oleh masyarakat luas.

5. Veracity (kejujuran)

Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya dijelaskan

secara jujur tentang manfaatnya, efeknya, dan apa yang di dapati, jika

pasien dilibatkan dalam proyek tersebut. Penjelasan seperti ini harus

disampaikan kepada pasien karena mereka punya hak untuk

mengetahui segala informasi kesehatannya secara periodic dari

perawat.

57
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Bajoe Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone. Pengambilan data

dilaksanakan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 11-13 Juni 2021. Pada

pengambilan data ini difokuskan pada 1 pasien yang mengalami stroke

dengan masalah gangguan mobilitas fisik untuk dijadikan study kasus.

Pada pasien inisial Ny.H, tinggal di Desa Bene, Kec. Tanete Riattang

Timur Kab. Bone. Jarak rumah klien dengan puskesmas bajoe ±3 km.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus

dengan pendekatan asuhan keperawatan yaitu dimulai dari tahap

pengkajian sampai tahap evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan

selama 3 hari dengan menggunakan metode pengumpulan data dimulai

dari tahap wawancara, observasi, pemeriksaan fisik sampai

dokumentasi.

Setelah menemui calon responden, peneliti memperkenalkan diri,

menjelaskan tujuan, melakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarga

pasien tentang ROM ( Range Of Motion Cylindrical Grip) dan tahap

penelitian yang akan dilalui bersama responden dan menawarkan untuk

menjadi responden penelitian, apabila calon responden bersedia

menjadi responden penlitian, penulis memberikan informed consent

untuk ditandatangani calon responden sebagai bukti bahwa calon

58
responden bersedia menjadi responden penelitian dan menyetujui di

berikan asuhan keperawatan.

Semua informasi yang ditemukan disajikan dalam bentuk proses

keperawatan, mulai dari proses tahap pengkajian sampai dengan tahap

evaluasi, setelah itu melakukan penelitian terhadap hasil nilai kekuatan

otot pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan ROM (Range Of

Motion Cylindrical Grip) sesuai dengan outcome yang ingin dicapai

peneliti. Adapun dalam penelitian hasilnya biasa dalam bentuk

kesenjangan ataupun persamaan dari teori berdasarkan penyakit yang

diderita pasien.

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas Pasien

Table 4.1 : Identitas Pasien


No Identitas pasien Hasil
1. Nama Ny. H
2. Umur 55 Tahun
3. Pendidikan Tamat SD
4. Agama Islam
5. Pekerjaan IRT
6. Alamat Bene, Kec. Tanete Riattang Timur Kab.
Bone
7. No. telepon -

Table 4.2 : Komposisi keluarga


No Nama Jenis Hubungan Tempat, Pekerjaan Pendidikan
anggota kelamin Tanggal
keluarga lahir
1.. Tn. A Laki-Laki Suami Bene, 13 Nelayan Tamat SD
April
1964
2. Ty. A Laki-Laki Anak Bene, 03 Tidak ada Tamat SMP
Mei 1996
3. Ny. S Perempuan Anak Bene,18 Tidak ada Tamat SMA
Juli 1998
4. Nn. A Laki-Laki Anak Bene, Tidak ada Tamat SMA
25Septe
mber

59
1999
5. Nn. H Perempu Anak Bene, 30 Tidak ada Tamat SMA
an Oktober
2000

60
Genogram

--
80
78

60 54 53

57 55

25 23 22 21

Keterangan :

: Laki-Laki

? : Perempuan

? : Umur Tidak Diketahui

X : Meninggal

--- : Garis Serumah

: Garis Keturunan

: Garis Perkawinan
/// : Klien

G1: Kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu telah meninggal dunia karena faktor tidak diketahui.
G2:.Ayah adalah anak pertama dari tiga bersaudara, sedangkan ibu pasien anak kedua dari tiga
bersaudara.
G3: Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara dan mempunyai empat orang anak yang masih sehat.

61
Table 4.3 : Tipe keluarga
No. Tipe keluarga Hasil
1. Keluarga inti Tipe keluarga Ny. H adalah tipe keluarga inti karena di
dalam rumah Ny. H tinggal bersama suami dan satu orang
anaknya

Table 4.4 : Latar belakang budaya


No. Latar belakang budaya Hasil
1. Suku Keluarga Ny.H berasal dari suku bugis
2. Perkumpulan keluarga Keluarga Ny. H selalu berkumpul dirumah Ny. H
3. Lingkungan tempat Lingkungan keluarga Ny. H mayoritas suku bugis
tinggal
4. Kegiatan keagamaan Keluarga Ny. H sering melaksanakan sholat 5 waktu
dirumah maupun dimesjid
5. Nilai-nilai budaya yang Tidak ada
mempengaruhi kesehatan
6. Bahasa yang digunakan Bahasa bugis
kelurga
7. Pelayanan kesehatan yang Puskesmas
digunakan keluarga

Table 4.5 : Agama


No. Agama Hasil
1. Agama yang dianut Seluruh keluarga Ny. H menganut agama islam
2. Peran serta keluarga Keluarga Ny. H aktif mengikuti kegiatan keagamaan
dalam kegiatan seperti perayaan maulid, isra miraj, tahun baru islam dan
keagamaan lain-lain

Table 4.6 : Status sosial


No. Status social Hasil
1. Mencari nafkah Tn. A adalah tulang punggung dalam keluarga. Dan dibantu
oleh anak-anaknya dalam bekerja
2. Pekerjaan Nelayan
3. Pendidikan Tamat SD

Table 4.7 : Kegitan rekreasi


No. Rekreasi Hasil
1. Kegitan waktu luang Pasien dan keluarga biasanya menonton Tv saat ada waktu
keluarga luang untuk mengurangi kebosanan
2. Kegiatan rekreasi Keluarga Ny. H mengatakan jarang melakukan kegiatan
keluarga rekreasi

2) Riwayat Perkembangan Keluarga

Table 4.8 : Tahap perkembangan keluarga


No. Tahap Perkembangan Hasil
1. Tahap perkembangan Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa
keluarga saat ini muda dengan tugas perkembangan sebagai berikut
a) Kesiapan terutama ibu karena semua anak pergi
b) Meningkatkan keakraban pasangan
c) Mempertahankan kontak dengan anak
d) Meningkatkan peran serta aktivitas sosial
e) Mempertahankan kesehatan

62
No. Tahap Perkembangan Hasil
2. Tahap perkembangan a) Kesiapan terutama ibu karena semua anak pergi :
yang belum terpenuhi anak-anak dari Tn. A dan Ny. H tiga orang telah
berumah tangga dan sudah memiliki rumah
masing-masing, sedangkan Nn. H belum menikah
dan masih tinggal bersama Tn. A dan Ny. H
b) Mempertahankan kesehatan : saat ini Ny. H selaku
Ibu rumah tangga (IRT) sedang sakit,akan tetapi
anggota keluarga lainnya dalam keadaan sehat.
3. Riwayat keluarga inti Tn.A dan Ny. H tinggal di rumah yang mereka bangun
berdua, mereka berdua menikah puluhan tahun yang lalu,
memiliki empat orang anak, dan tidak ada riwayat kesulitan
atau gangguan saat melahirkan.
4. Riwayat keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
sebelumnya sebelumnya baik dari pihak keluarga Tn. A maupun dari
keluarga Ny. H yang memiliki riwayat penyakit yang
serius

3) Lingkungan

Table 4.9 : Karakteristik rumah


No. Karakteristik rumah Hasil
1. Jenis rumah Rumah permanen
2. Jenis bangunan Bangunan terbuat dari kayu
3. Luas pekarangan 4x3 m
4. Luas bangunan 15x10 m
5. Status kepemilikan Milik dibangun diatas tanah milik Ny. H
rumah
6. Atap rumah Terbuat dari seng dengan kondisi baik
7 Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari jendela dan sela dinding
rumah
8. Cahaya matahari yang Terdapat cahaya matahari yang masuk kerumah
masuk
9. Penerangan Rumah pasien dan keluarga cukup terang
10 Lantai Tidak ada

Table 4.10 : Kebersihan rumah


No. Kebersihan rumah Hasil
1. Halaman Terlihat bersih
2. Ruang tamu Perabotan rumah tidak tersusun dengan rapi
3. Ruang tidur Terdapat 2 kamar tidur
4. Ruang makan Ruang makan di dapur dengan cara duduk lesehan
5. Dapur Dapur terlihat berantakan karena perabotan rumah tidak
tersusun rapi
6. Kamar mandi Kamar mandi terdapat di dalam rumah dan terlihat licin
7. Wc Wc terdapat didalam rumah dan terlihat licin

Table 4.11 : Pemakaian air


No. Pemakaian air Hasil
1. Sumber air Berasal dari sungai
2. Jarak sumber air dari Kurang lebih 20 m
tangki tinja
3. Keadaan fisik air Standar

63
Table 4.12 : Pembuangan limbah keluarga
No. Pembuangan limbah Hasil
1. Tempat Septic Tank
2. Keadaan saluran Tertutup
3. Jenis jamban keluarga Wc jongkok

Table 4.13 : Pembuangan sampah terakhir keluarga


No. Pembuangan sampah Hasil
terakhir
1. Pembuangan sampah Di belakang rumah lalu dibakar 1x 1 mnggu
terakhir

Table 4.14 : Peliharaan hewan ternak


No. Hewan peliharaan Hasil
1. Letak kandang Tidak ada
2. Jenis hewan ternak Tidak ada

Table 4.15 : Pencemaran lingkungan


No. Pencemaran lingkungan Hasil
1. Jenis pencemaran Tidak ada
lingkungan
2. Upaya keluarga Tidak ada
menghindari pencemaran
lingkungan

4) Struktur keluarga

Table 4.16 : Struktur keluarga


No. Struktur keluarga Hasil
1. Pola komunikasi Anggota keluarga beromunikasi dengan baik tanpa perlu
menunggu waktu tertentu.
2. Struktur kekuatan Pengambilan keputusan dalam keluarga ini adalah Tn.A dan
keluarga Ny.H Jika terjadi suatu permasalahan maka keluarga
melakukan musyawarah kecil sebeum mengambil keputusan
3. Struktur peran a) Tn.A berperan sebagai tulang punggung keluarga
b) Ny.H berperan sebangai ibu rumah tangga (IRT)
namun saat ini sedang sakit
c) Tn.A adalah seorang anak dan membantu orang
tua
d) Ny. S adalah seorang anak dan membantu orang
tua
e) Ny. A adalah seorang anak dan membantu orang
tua
f) Nn. H adalah seorang anak dan membantu orang
tua
4. Nilai-nilai keluarga Keluarga memiliki nilai yang sesuai dengan suku, nilai
masyarakat sekitarnya, dan agama yang mereka anut

5) Fungsi keluarga
Table 4.17 : Fungsi keluarga
No. Fungsi keluarga Hasil
1. Fungsi afektif Masing-masing anggota keluarga saling mendukung,
memperhatikan, menjaga, dan merawat anggota keluarga
lainnya.

64
2. Fungsi sosialisasi Sosialisasi keluarga baik antar individu, keluarga maupun
kelompok berjalan dengan baik
3. Fungsi perawatan Saat ini Ny. H selaku Ibu rumah tangga (IRT) sedang sakit,
kesehatan Tn. A selaku suami dan 4 orang anaknya senantiasa merawat
Ny. H
4. Fungsi ekonomi Penghasilan keluarga berasal dari Ny. H dan dibantu oleh
anaknya meskipun 3 orang anaknya sudah berumah tangga
yang bekerja sebagai nelayan. dan juga anak-anaknya yang
kadang melakukan pekerjaan tambahan untuk menghasilkan
uang.
5. Fungsi reproduksi Tn. A dan Ny.H memiliki 4 orang anak dan ketiga anaknya
sudah berkeluarga sedangkan yang satu belum berkeluarga

6) Koping keluarga

Table 4.18 : Koping keluarga


No. Koping keluarga Hasil
1. Stressor yang dihadapi Ny.H selaku suami dari Tn.A mengatakan
keluarga jangka panjang mengkhawatirkan keadaan Ny. H jika sakit yang diderita
dan jangka pendek Ny. H semakin lama dan tak kunjung sembuh
2. Usaha yang dilakukan Keluarga Ny. H selalu menanyakan kepada petugas
keluarga untuk kesehatan tentang upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi stress kesembuhan Ny. H
3. Situasi keluarga yang Keluarga Ny. H sangat khawatir jika diantara anggota
dapat menimbulakn keluarga ada yang sakit.
stress
4. Kemampuan keluarga Tidak ditemukan adanya cara-cara penyelesaian masalah
menghadapi stress yang yang maladaptive
ada

7) Pengkajian fisik anggota Keluarga

a) Riwayat kesehatan fisik anggota Keluarga

Table 4.19 : Riwayat kesehatan fisik anggota keluarga


No. Riwayat kesehatan Hasil
medis anggota keluarga
1. Ny. H Ny. H mengalami penyakit stroke yang diderita 5 tahun
yang lalu, saat ini Ny. H. mengatakan kurang mampu
menggerakkan jari-jari tanganya secara maksimal, pasien
mengatakan sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga, pasien
mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara
mandiri, nilai kekuatan otot ektremitas kanan atas : ”3”
(mampu mengangkat , menahan rotasi, tapi tidak mampu
menahan tahanan yang diberikan pemeriksa), pasien terlihat
lemah, pergerakan pada ekstremitas kanan atas terlihat
kaku, dan pergerakan rentang gerak kurang baik.
2. Tn. A Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Tn. A
3. Ny. S Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Ny. S
4. Nn. A Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Nn. A
5. Nn.H Tidak ada penyakit serius yang pernah diderita Nn. H

65
b) Riwayat tumbuh kembang balita

Table 4.20 : Riwayat tumbuh kembang balita


No Riwayat tumbuh kembang balita Hasil
1. Perkembangan motoric kasar Tidak ada
2. Perkembangan motoric halus Tidak ada
3. Sosialisasi balita Tidak ada
4. Kemampuan berbahasa Tidak ada
5. Status gizi balita Tidak ada
6. Waktu pemberian makanan tambahan Tidak ada
7. Status imunisasi balita Tidak ada

c) Keluarga berencana

Table 4.21 : Keluarga berencana


No. Nama kontrasepsi Keluhan Cara Alasan tidak Tempat Jumlah
keluarga mengatasi menggunakan control anak
1. Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak
ada ada ada ada

d) Data ibu hamil

Table 4.22 : Data ibu hamil


No. Umur Usia ibu Jumlah Keluhan Tempat Jumlah
kehamilan hamil anak yang pemeriksaan pemeriksaan
dirasakan
1. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

e) Pemeriksaan fisik

Table 4.23 : Pemeriksaan fisik anggota keluarga

No Pemeriksaan Ny. H Tn. A Tn. A Ny.S Nn. A Nn. H


1 Tanda- tanda TD: 110/80 TD: TD: 120/80 TD: TD: TD:
vital Mmhg 120/80 Mmhg 110/70 110/80 100/80
P:20x/ Mmhg P:20 Mmhg Mmhg Mmhg
menit P:22 x/menit P: P:20x/me P:20x/me
N:90x/ x/menit N:84x/men 22x/menit nit nit
menit N:86x/ it N:92x/ N:78x/ N:78x/
s : 35,8◦c menit s : 35,9◦c menit menit menit
s : 36,9◦c s : 36,8◦c s : 36◦c s : 36◦c

2 Keadaan Ny. H Tn. A Tn. A Ny.S Nn. A Nn. H


kulit memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki memiliki
kulit yang kulit yang kulit yang kulit yang kulit kulit yang
kering, kering, kering, lembab, yang lembab,
warna kulit warna warna kulit warna kering, warna
sawo kulit sawo sawo kulit sawo warna kulit
matang, matang, matang, matang, kulit kuning

66
bulu kulit bulu kulit bulu kulit bulu kulit kuning lansat,
tipis, dan tebal, dan tipis, dan tebal, dan lansat, bulu kulit
tekstur tekstur tekstur tekstur bulu kulit tipis, dan
kulit kasar, kulit kulit kasar, kulit tipis, dan tekstur
tidak lembut, tidak kasar, tekstur kulit
terdapat tidak terdapat tidak kulit lembut,
benjolan terdapat benjolan terdapat lembut, tidak
pada kulit benjolan pada kulit benjolan tidak terdapat
atau tahi pada kulit atau tahi pada kulit terdapat benjolan
lalat yang atau tahi lalat yang atau tahi benjolan pada kulit
mengalami lalat yang mengalami lalat yang pada atau tahi
pembesara mengalam pembesara mengalam kulit atau lalat yang
n i n i tahi lalat mengalam
pembesara pembesara yang i
n n mengala pembesara
mi n
pembesar
an
3 Kebersihan Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
rambut dan Ny. H Tn. A Tn.A Ny. S Nn. A Nn. H
kulit kepala berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna
hitam dan hitam dan hitam dan hitam dan hitam hitam dan
putih dan putih dan tidak tidak dan tidak tidak
mudah mudah mudah mudah mudah mudah
dicabut, dicabut, dicabut, dicabut, dicabut, dicabut,
kulit kepala kulit kulit kepala kulit kulit kulit
bersih kepala bersih kepala kepala kepala
kurang bersih bersih bersih
bersih
4 Kesehatan Mata Mata Mata Mata Mata Mata
mata simetris simetris simetris simetris simetris simetris
kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan
kanan, bulu kanan, kanan, bulu kanan, kanan, kanan,
mata tipis, bulu mata mata tipis, bulu mata bulu bulu mata
konjungtiv tipis, konjungtiv tipis, mata tipis,
a tidak konjungti a anemis, konjungti tipis, konjungti
anemis, va tidak sclera tidak va tidak konjungti va tidak
sclera tidak anemis, icterus, anemis, va tidak anemis,
icterus, sclera pergerakan sclera anemis, sclera
pergerakan tidak bola mata tidak sclera tidak
bola mata icterus, baik icterus, tidak icterus,
baik pergeraka kesegala pergeraka icterus, pergeraka
kesegala n bola arah, n bola pergeraka n bola
arah, mata baik lapang mata baik n bola mata baik
lapang kesegala pandang kesegala mata baik kesegala
pandang arah, 160 derajat. arah, kesegala arah,
140 derajat. lapang lapang arah, lapang
pandang pandang lapang pandang
140 160 pandang 180
derajat. derajat. 180 derajat.
derajat.

5 Kesehatan Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung


dan simetris simetris simetris simetris simetris simetris
kebersihan kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan kiri dan
hidung kanan, kanan, kanan, kanan, kanan, kanan,
tidak tidak tidak tidak tidak tidak

67
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
epistaksis, epistaksis, epistaksis, epistaksis, epistaksis epistaksis,
tidak tidak tidak tidak , tidak tidak
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
secret yang secret secret yang secret secret secret
menghalan yang menghalan yang yang yang
gi menghala gi menghala menghala menghala
penciuman, ngi penciuman, ngi ngi ngi
tidak penciuma tidak penciuma penciuma penciuma
terdapat n, tidak terdapat n, tidak n, tidak n, tidak
polip, tidak terdapat polip, tidak terdapat terdapat terdapat
terdapat polip, terdapat polip, polip, polip,
pernapasan tidak pernapasan tidak tidak tidak
cuping terdapat cuping terdapat terdapat terdapat
hidung, pernapasa hidung, pernapasa pernapas pernapasa
fungsi n cuping fungsi n cuping an cuping n cuping
penciumn hidung, penciumn hidung, hidung, hidung,
baik fungsi baik fungsi fungsi fungsi
mampu penciumn mampu penciumn penciumn penciumn
membedak baik membedak baik baik baik
an bau mampu an bau mampu mampu mampu
membeda membeda membeda membeda
kan bau kan bau kan bau kan bau
6 Kesehatan Saat Saat Saat Saat Saat Saat
dan diinspeksi diinspeksi diinspeksi diinspeksi diinspeks diinspeksi
kebersihan tidak tidak tidak tidak i tidak tidak
mulut dan terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
gigi stomatitis stomatitis stomatitis stomatitis stomatitis stomatitis
dan dan dan dan dan dan
platoskisis, platoskisis platoskisis, platoskisis platoskisi platoskisis
tidak , tidak tidak , tidak s, tidak , tidak
terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi terjadi
iritasi pada iritasi iritasi pada iritasi iritasi iritasi
mukosa pada mukosa pada pada pada
bibir, mukosa bibir, mukosa mukosa mukosa
jumlah gigi bibir, jumlah gigi bibir, bibir, bibir,
28, gosok jumlah 32, gosok jumlah jumlah jumlah
gigi 1x 3 gigi 28, gigi 2x gigi 32, gigi 32, gigi 32,
hari, gosok gigi sehari, gosok gigi gosok gosok gigi
terdapat 1x sehari, terdapat 2x sehari, gigi 2x 2x sehari,
carries dan terdapat carries dan terdapat sehari, terdapat
4 gigi yang carries 1 gigi yang carries terdapat carries
berlubang dan 3 gigi berlubang dan 1 gigi carries dan 1 gigi
yang yang dan 1 yang
berlubang berlubang gigi yang berlubang
berluban
g
7 Kesehatan Kulit Kulit Kulit Kulit Kulit Kulit
dan abdomen abdomen abdomen abdomen abdomen abdomen
kebersihan bersih, kotor, bersih, bersih, bersih, bersih,
abdomen gester gester gester gester gester gester
tympani, tympani, tympani, tympani, tympani, tympani,
hati teraba, hati hati teraba, hati hati hati
tidak teraba, tidak teraba, teraba, teraba,
mengalami tidak mengalami tidak tidak tidak
hemoroid, mengalam hemoroid, mengalam mengala mengalam
tidak ada i tidak ada i mi i
lecet pada hemoroid, lecet pada hemorovd, hemoroid hemoroid,

68
anus, tidak ada anus, tidak ada , tidak tidak ada
gerakan lecet pada gerakan lecet pada ada lecet lecet pada
paristaltik anus, paristaltik anus, pada anus,
usus 18 gerakan usus 12 gerakan anus, gerakan
kali paristaltik kali paristaltik gerakan paristaltik
permenit usus 10 permenit usus 15 paristalti usus 18
kali kali k usus 18 kali
permenit permenit kali permenit
permenit
8 Pemeriksaan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
thorax terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
pembesara pembesara pembesara pembesara pembesar pembesara
n jantung n jantung n jantung n jantung an n jantung
dan dan dan dan jantung dan
kelainan kelainan kelainan kelainan dan kelainan
bentuk bentuk bentuk bentuk kelainan bentuk
tulang pada tulang tulang pada tulang bentuk tulang
daerah pada daerah pada tulang pada
dada daerah dada daerah pada daerah
dada dada daerah dada
dada
9 Struktur dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak Tidak ada
bentuk tulang kelainan kelainan kelainan kelainan ada kelainan
belakang bentuk bentuk bentuk bentuk kelainan bentuk
pada tulang pada pada tulang pada bentuk pada
belakang tulang belakang tulang pada tulang
belakang belakang tulang belakang
belakang

f) Pemeriksaan penunjang

Table 4.24 : Pemeriksaan penunjang


No. Pemeriksaan Hasil
1. Laboratorium Tidak ada
2. Radiologi Tidak ada

g) Harapan keluarga

Table 4.25 : Harapan keluarga


No. Harapan keluarga Hasil
1. Harapan anggota keluarga Seluruh anggota keluarga berharap agar Ny. H segera
sembuh dan mampu beraktivitas kembali secara mandiri

69
8) Analisis dan sintesis data

Table 4.26 : Analisis dan sintesis data


No. Data Masalah Penyebab
1. Subjektif : Gangguan Mobilitas Ketidakmampuan
a) Pasien mengatakan kurang Fisik keluarga mengenal
mampu menggerakkan jari- masalah kesehatan
jari tangan secara maksimal.
b) Pasien mengatakan sebagian
aktivitas dibantu oleh keluarga
c) Pasien mengatakan tidak
dapat melakukan mobilisasi
secara mandiri

Objektif :
a) Nilai kekuatan otot ektremitas
kanan atas : ”3” (mampu
mengangkat, menahan rotasi
tapi tidak mampu menahan
tahanan yang diberikan
pemeriksa)
b) Pasien terlihat lemah
c) pergerakan pada ekstremitas
kanan atas terlihat kaku
d) Rentang gerak terlihat kurang
baik

9) perumusan diagnosis keperawatan

Table 4.27 : Diagnosis keperawatan


No. Diagnosis keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik behubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan dibuktikan dengan :
Subjektif
a) Pasien mengatakan kurang mampu menggerakkan jari-jari tangan secara
maksimal
b) Pasien mengatakan sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga
c) Pasien mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara mandiri
Objektif :
a) Nilai kekuatan otot ektremitas kanan atas : ”3” (mampu mengangkat, menahan
rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan yang diberikan pemeriksa)
b) Pasien terlihat lemah
c) Pergerakan pada ekstremitas kanan atas terlihat kaku
d) Rentang gerak kurang kurang baik

10) penilaian skoring diagnosis keperawatan

Table :4.28 : Penilaian skoring diagnosis keperawatan


No. Kriteria Skor Pembenaran
3
1. sifat masalah : /3 x 1= 1 Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. H
actual menderita penyakit stroke 5 tahun yang
lalu dan mengakibatkan pasien sulit
melakukan pergerakan dan sebagian
aktivitas diantu oleh keluarga

70
2. Kemungkinan ½ x 2= 1 Dengan memberikan edukasi kepada
masalah dapat pasien dan keluarga pasien tentang
diubah : sebagian manfaat dari latihan ROM (Range Of
Motion Cylindrical Grip) dan membantu
dan mendukung pasien untuk melakukan
latihan ROM(Range Of Motion Cylindrical
Grip)
2
3. Potensi masalah /3 x 1= 2/3 Dengan selalu melatih rentang gerak
untuk dicegah : ekstremitas kanan atas pada pasien, baik
cukup dilakukan oleh pasien sendiri maupun
dibantu oleh keluarga
2
4. Menonjolnya /2 x 1 =1 Keluaga pasien tidak mengetahui cara
masalah : segera melatih rentang gerak sendi yang tepat
diatasi untuk pasien. maka masalah yang dialami
pasien harus segera ditangani
2/3
3

11) Prioritas diagnosis keperawatan

Table 4.29 : Prioritas masalah


No. Prioritas Skor
2/3
1. Gangguan 3
mobilitas fisik

71
12) Intervensi keperawatan

Table 4.30 :Intervensi Keperawatan


No. Diagnosis keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan SOP ROM (Range Of Motion Cylindrical
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x dalam Grip)
ketidakmampuan keluarga waktu 5 menit diharapkan masalah
mengenal masalah gangguan mobilitas fisik dapat Prosedur kerja
kesehatan. meningkat dengan kriteria hasil: 1) Mengucapkan salam
Kekuatan otot dari sedang (3) ke 2) Mencuci tangan
cukup meningkat (4). 3) Persiapan alat : Terdiri dari tempat
tidur, handscoon, tissue gulung.
4) Persiapan pasien : Jelaskan tujuan
pelaksanaan dan atur posisi pasien.
5) Persiapan lingkungan : Jaga privasi
pasien
6) Berikan benda berbentuk cylindris
(Tissue gulung)
7) Lakukan koreksi pada jari-jari agar
menggenggam sempurna
8) Posisi wrist 45˚
9) Berikaninstruksiuntuk menggenggam
(menggenggam kuat) selama 5 menit
kemudian rileks
10) Lakukan pengulangan sebanyak 7
kali
11) Cuci tangan setelah prosedur
dilakukan
12) Tanyakan keadaan dan kenyamanan
pasien setelah dilakukan tindakan
peningkatan rentang gerak sendi.

72
13) Implemetasi keperawatan

Table 4. 31: Implementasi keperawatan


No. Hari, Diagnosis keperawatan Implementasi keperawatan
tanggal
1. Jumat, Gangguan mobilitas fisik Pre tindakan: Nilai kekuatan otot pasien yaitu skala “3” ( mampu
11 Juni berhubungan dengan mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan
2021 ketidakmampuan keluarga yang diberikan pemeriksa)
mengenal masalah kesehatan
prosedur kerja
Pukul: 1) Mengucapkan salam
09.00- 2) Mencuci tangan
11.00 3) Persiapan alat : Terdiri dari tempat tidur, handscoon, tissue
WITA gulung.
4) Persiapan pasien : Jelaskan tujuan pelaksanaan dan atur posisi
pasien.
5) Persiapan lingkungan :Jaga privasi pasien
6) Berikan benda berbentuk cylindris (tissue gulung)
7) Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna
8) Posisi wrist 45˚
9) Berikan instruksi untuk menggenggam (menggenggam kuat)
selama 5 menit kemudian rileks.
10) Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali
11) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
12) Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan
tindakan peningkatan rentang gerak sendi.

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu
mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan
dari pemeriksa)

2 Sabtu, 12 Gangguan mobilitas fisik Pre tindakan: Nilai kekuatan otot pasien yaitu skala “3” (Mampu
Juni berhubungan dengan mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan
2021 ketidakmampuan keluarga dari pemeriksa)
mengenal masalah kesehatan.
prosedur kerja
1) Mengucapkan salam
Pukul: 2) Mencuci tangan
09-15- 3) Persiapan alat : Terdiri dari tempat tidur, handscoon, tissue
11-15 gulung.
WITA 4) Persiapan pasien : Jelaskan tujuan pelaksanaan dan atur posisi
pasien.
5) Persiapan lingkungan : Jaga privasi pasien
6) Berikan benda berbentuk cylindris (tissue gulung)
7) Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna
8) Posisi wrist 45˚
9) Berikan instruksi untuk menggenggam (menggenggam kuat)
10) Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali
11) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
12) Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan
tindakan peningkatan rentang gerak sendi.

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien masih skala “3” (Mampu
mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan
dari pemeriksa)

73
3 Minggu, Gangguan mobilitas fisik Pree tindakan : Nilai kekuatan otot pasien tetap pada skala kekuatan
13 Juni berhubungan dengan otot “4” (Mampu mengangkat, menahan rotasi, dan mampu
2021 ketidakmampuan keluarga menahan tahanan dari pemeriksa)
mengenal masalah kesehatan. prosedur kerja
1) Mengucapkan salam
Pukul: 2) Mencuci tangan
10-30- 3) Persiapan alat : Terdiri dari tempat tidur, handscoon, tissue
11-30 gulung.
WITA 4) Persiapan pasien : Jelaskan tujuan pelaksanaan dan atur posisi
pasien.
5) Persiapan lingkungan : Jaga privasi pasien
6) Berikan benda berbentuk cylindris (tissue gulung)
7) Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna
8) Posisi wrist 45˚
9) Berikan instruksi untuk menggenggam (menggenggam kuat)
10) Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali
11) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
12) Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan
tindakan peningkatan rentang gerak sendi.

Post tindakan : Nilai kekuatan otot pasien tetap pada skala kekuatan
otot “4” (Mampu mengangkat, menahan rotasi, dan mampu
menahan tahanan dari pemeriksa)

74
14) Evaluasi Keperawatan

Table 4.32 : Evaluasi Keperawatan


NO Hari, Tanggal Diagnosis Evaluasi keperawatan
keperawatan
1 Jumat, 11 Juni Gangguan mobilitas Subjektif:
2021 fisik berhubungan 1.Klien mengatakan kaku pada jari-jari ekstremitas kanan
dengan atas saat melakukan latihan ROM (Range Of Motion
Pukul: ketidakmampuan Cylindrical Grip)
11.00 WITA keluarga mengenal Objektif :
masalah kesehatan. 1. Nilai kekuatan otot pasien 3 (Mampu mengangkat,
menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan dari
pemeriksa)
2. Keluarga pasien mendukung dan membantu melakukan
latihan pergerakan ROM (Range Of Motion Cylindrical
Grip)
Assesment: Masalah belum Teratasi
Planning: Lanjutkan intervensi melakukan latihan
pergerakan ROM (Range Of Motion
Cylindrical Grip)

2 Sabtu, 12 Juni Gangguan mobilitas Subjektif:


2021 fisik berhubungan 1.Klien mengatakan kaku pada jari-jari ekstremitas kanan
dengan atas saat melakukan latihan ROM (Range Of Motion
Pukul: ketidakmampuan Cylindrical Grip)
11.15 WITA keluarga mengenal Objektif:
masalah kesehatan. 1.Nilai kekuatan otot pasien 3 (Mampu mengangkat,
menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan dari
pemeriksa)
2. Keluarga pasien mendukung dan membantu pasien
melakukan latihan pergerakan ROM (Range Of Motion
Cylindrical Grip)
Assessment: Masalah belum teratasi
Planning: Lanjutkan intervensi melakukan latihan
pergerakan ROM (Range Of Motion
Cylindrical Grip)

3 Minggu, 13 Gangguan mobilitas Subjektif:


Juni 2021 fisik berhubungan 1.Klien mengatakan kaku terasa berkurang pada jari-jari
dengan ekstremitas kanan atas saat melakukan latihan ROM
Pukul: ketidakmampuan (Range Of Motion Cylindrical Grip)
11.15 WITA keluarga mengenal Objektif :
masalah kesehatan. 1. Nilai kekuatan otot pasien 4 (Mampu mengangkat,
menahan rotasi, dan mampu menahan tahanan minimal
dari pemeriksa).
2. Gerakan rentang gerak pada ektremitas kanan atas lebih
baik dari sebelumnya.
3. Keluarga pasien mendukung dan membantu melakukan
latihan pergerakan ROM (Range Of Motion Cylindrical
Grip)
Assesment: Masalah Teratasi sebagian
Planning: pertahankan intervensi melakukan latihan
pergerakan ROM (Range Of Motion
Cylindrical Grip)

75
B. Pembahasan

Pada sub bab ini membantu tentang hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti selama 3 hari dimulai pada tanggal 11 Juni 2021 sampai

13 Juni 2021 dimana pasien diberikan tindakan selama 3 hari dengan

memfokuskan pemberian konsep dasar asuhan keperawatan yang

dilakukan kepada klien yang mengalami stroke dengan masalah gangguan

mobilitas fisik untuk mencari dan mengetahui sebuah perbedaan maupun

persamaan yang signifikan antara data yang ditemukan pada pasien dengan

teori yang ada, dengan menilai peningkatan skala kekuatan otot pada

pasien di Desa Bene Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone

Untuk memudahkan pembahasan, penulis menggunakan pendekatan

proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, implementasi

keperawatan, sampai tahap pada evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Berdasarkan dari hasil pengkajian yang didapatkan dari pasien

dengan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan didapatkan hasil

yaitu pasien berjenis kelamin perempuan dengan usia 55 tahun

mengalami gangguan mobilitas khususnya pada area tubuh ektremitas

kanan atas, dengan kekuatan otot 3 dan tingkat mobilitas 4. Pasien

mengatakan kurang mampu menggerakkan jari-jari tangan secara

maksimal, pasien mengatakan sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga,

pasien mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara mandiri,

nilai kekuatan otot ekstremitas kanan atas : “3” (mampu mengangkat,

menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan yang diberikan

76
pemeriksa), pasien terlihat lemah, pergerakan pada ekstremitas kanan

atas terlihat kaku, pasien tidak merasa cemas saat bergerak, dan

rentang gerak kurang baik. Data hasil pemeriksaan tekanan darah

110/80 Mmhg, dan dialami sekitar 5 tahun yang lalu.

Berdasrkan PPNI (2018), gangguan mobilitas fisik adalah

keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ektremitas secara

mandiri. Dengan gejala dan tanda mayor yaitu pasien sulit

menggerakkan ektremitas atas, keluhan otot menurun, dan rentang

gerak ( ROM ) menurun. Sedangkan gejala dan tanda minor yaitu nyeri

saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat

bergerak, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, dan

fisik lemah.

Berdasarkan uraian diatas maka maka peneliti menemukan

kesenjangan antara teori dan kasus yaitu tanda dan gejala yang dialami

pasien dengan masalah gangguan mobilitas fisik ada pada teori. Namun

tidak ditemukan pada kasus keluhan nyeri dan rasa cemas saat bergerak.

Sedangkan pada kasus didapatkan bahwa pasien tidak mengalami

hipertensi yang dapat memicu terjadinya nyeri pada organ tubuh

tertentu.selain itu, pasien tidak mengalami cemas saat melakukan

pergerakan, sedangkan pada teori merasa cemas saat bergerak. karena

keluarga memberikan dukungan kepada pasien sehingga pasien

mempunyai motivasi yang tinggi untuk melakukan pergerakan agar

mampu melakukan mobilisasi secepatnya.

77
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti

(2016). Tentang “Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Motivasi

Melakukan ROM” (Range Of Motion Cylindrical Grip) pada pasien

pasca stroke” Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

dukungan keluarga ( dukungan emosional) dengan motivasi melakukan

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) pada pasein pasca stroke.

Sehingga pasien yang memiliki motivasi untuk melakukan pergerakan

maka tidak akan terjadi kecemasan pada saat melakukan pergerakan.

2. Diagnosis

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada pasien

yang mengalami stroke didapatkan data bahwa pasien mengatakan

kurang mampu menggerakkan jari-jari tangan secara maksimal, pasien

mengatakan sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga, pasien

mengatakan tidak dapat melakukan mobilisasi secara mandiri, nilai

kekuatan otot ekstremitas kanan atas : “3” (mampu mengangkat,

menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan yang diberikan

pemeriksa), pesien terlihat lemah, pergerakan pada ekstremitas kanan

atas terlihat kaku dan rentang gerak kurang baik. Berdasarkan data yang

ditemukan maka peneliti menegakkan diagnosis keperawatan gangguan

mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan.

Berdasarkan PPNI (2018), Gangguan mobilitas fisik adalah

keterbatasan dalam gerakan fisik satu atau lebih ekstremitas secara

mandiri. Factor yang berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik

78
yaitu kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme,

ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot,

penurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan, kekuatan sendi,

kontraktur, malnutrisi, gangguan neuromuscular, indeks massa tubuh

diatas persentil ke -75 sesuai usia, efek agen farmakologi, program

pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi tentang aktivitas

fisik, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan

pergerakan, gangguan sensori persepsi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa antara

kasus dengan teori tidak ditemukan kesenjangan. Karena salah satu

faktor yang berhubungan pada kasus dan teori adalah penurunan

kekuatan otot. Sehingga penulis menegakkan diagnosa gangguan

mobilitas fisik karena terjadinya penurunan kekuatan otot. Dan hal

terjadinya gangguan mobilitas fisik yang berkepanjangan (4 bulan) pada

pasien karena ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

yang dialami pasien , sehingga selama pasien mengalami gangguan

mobilitas fisik pasien sangat jarang melakukan pergerakan sendi.

keluarga beranggapan bahwa ketika pasien melakukan pergerakan

khususnya pada bagian persendian maka akan memperparah kondisi

pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang diddapatkan oleh Susana

& widya ( 2018), tentang efektifitas ROM (Range Of Motion

Cylindrical Gip) pada pasien stroke dan mengemukakan bahwa

mayoritas responden pada penelitianya mengalami kekuatan pada

79
anggota gerak atas sebelah kanan. Berdasarkan data pengkajian semua

keluarga responden yang ia teliti mengatakan mengalami kelemahan

otot, sehingga dari data tersebut masalah keperawatan yang ditemukan

ialah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis,

kehilangan keseimbangan dan koordinasi.

3. Intervensi

Pada kasus Ny.”H” penulis menyususn rencana keperawatan

berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan dengan berpedoman pada

teori dan referensi yang ada, intervensi keperawatan pada kasus ini

mencakup tujuan pencapaian outcome yaitu mobilitas fisik meningkat

dengan kriteria hasil : kekuatan otot meningkat. Kemudian merumuskan

tindakan keperawatan yang berfokus pada 1 pasien, adapun

perencanaan keperawatan yang akan dilakukan penulis yaitu

mengajarkan teknik ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) selama

3 hari dimana setiap harinya akan dilakukan 1 kali.

Berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

latihan rentang adalah mengajarkan kemampuan menggunakan gerakan

aktif dan pasif untuk mempertahankan dan mengembalikan kelenturan

sendi. Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik maka akan dicapai suatu

tujuan/hasil yaitu mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil

kekuatan otot meningkat.

Menurut Kasiati & Rosmalawati (2016) ROM (Range of Motion

Cylindrical Grip) adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot

80
sendiri, latihan yang digunakan oleh pasien sendiri, hal ini dapat

meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan pergerakan.

Menurut Chaidir & Zuardi (2015), pemberian satu kali latihan

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) pada pasien stroke dapat

meningkatkan kemampuan otot.

Berdasarkan kasus dan teori diatas penulis beramsumsi bahwa

tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori, hal ini dikarenakan

perencananaan keperawatan dan outcome yang dipilih untuk

diimplementasikan pada pasien dikasus ini berpedoman pada teori yang

ada sebelumnya dan berfokus pada efektifitas tindakan tersebut. Latihan

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) yang dilakukan satu kali

sehari dalam 3 hari dan setiap tindakan dilakukan secara rutin/

terprogram akan efektif untuk mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik

pada pasien yang mengalami stroke.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susana &

Widya (2018) tentang efektifitas ROM (Range Of Motion Cylindrical

Grip) untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke, dalam

penelitianya mengemukakan bahwa latihan ROM (Range Of Motion

Cylindrical Grip) diberikan pada pasien stroke yang mengalami

kelemahan otot khususnya pada ekstremitas atas karena dapat

meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke dengan latihan ROM

(Range Of Motion Cylindrical Grip) secara rutin dan terprogram.

Apabila latihan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) ini tidak

81
dilakukan secara terprogram maka kondisi otot akan kembali seperti

semula.

4. Implementasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan implementasi selama 3 hari

dengan melakukan latihan 1 kali sehari dengan durasi 5 menit. Sebelum

mengimplementasikan tindakan tersebut penulis membuat kontrak

dengan pasien dan keluarga terkait pelaksanaan terapi ini.Adapun hasil

implementasi yaitu sebagai berikut :

Hari pertama dilakukan implementasi pada tanggal 11 Juni 2021

pada Ny.”H” sebelum terapi dilakukan nilai kekuatan otot pasien pada

ekstremitas kanan atas yaitu skala 3 (dari skala 0-5). Setelah latihan

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) diberikan pada pasien tidak

ada peningkatan kekuatan otot yang di alami pasien pada hari itu serta

pasien merasa kaku saat melakukan pergerakan.

Hari kedua dilakukan implementasi pada tanggal 12 Juni 2021

pada Ny.”H” setelah diberikan latihan ROM (Range Of Motion

Cylindrical Grip) pada pasien masih belum ada perubahan atau

peningkatan kekuatan otot yang dialami pasien. Namun pasien mulai

mampu mengingat sedikit demi sedikit terkait pelaksanaan latihan

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip).

Hari ke tiga tanggal 13 Juni 2021 implementasi pada pasien

mampu melakukan gerakan rentang gerak pada ekstremitas kanan atas

dengan lebih baik lagi, dan rasa kaku semakin berkurang serta terjadi

peningkatan kekuatan otot dari skala 3 ke skala 4.

82
Menurut Chaidir & Zuardi (2014), Pemberian satu kali latihan

ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) pada pasien stroke lebih

meningkatkan kemampuan otot .ROM (Range Of Motion Cylindrical

Grip) memiliki pengaruh terhadap rentang gerak responden bila

dilakukan dengan frekuensi satu kali sehari dalam tiga hari.

Berdasarkan kasus dan teori diatas ditemukan tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta yakni pada teori terdapat bahwa

latihan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) akan meningkatkan

kekuatan otot dan juga rentang gerak jika dilakukan satu kali sehari

dalam 3 hari. hal ini terjadi karena keluarga pasien dan pasien rutin

melakukan latihan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) sesuai

dengan yang dianjurkan Selain itu dukungan dan bantuan keluarga

pasien sangat memotivasi pasien dalam melakukan latihan ROM

(Range Of Motion Cylindrical Grip) karena menambah semangat

pasien untuk selalu melakukan pergerakan secara rutin agar

mendapatkan hasil yang optimal.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung

(2017), tentang “Dukungan keluarga dengan motivasi dalam

melakukan ROM pada pasien pasca stroke”. penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

motivasi dalam melakukan ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip)

pada pasien pasca stroke. Dukungan keluarga dibutuhkan oleh pasien

pasca Stroke dalam melakukan terapi gerak ROM Peran aktif keluarga

dalam pendampingan pelaksanaan ROM dapat meningkatkan motivasi

83
pasien dalam melakukan ROM Hal ini dikarenakan semakin dekat

hubungan keluarga pada pasien maka akan menimbulkan semangat

tersendiri bagi pasien untuk melakukan latihan ROM.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Roni et al. (2018), tentang

Pengaruh ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip terhadap kekuatan

otot ekstremitas pada pasien stroke. Pada penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan otot tangan sebelum

dan sesudah pemberian ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip Hal

ini membuktikan bahwa ROM berpengaruh dalam meningkatkan

kekuatan otot tangan responden.

5. Evaluasi

Pada kasus Ny.”H” penulis melakukan evaluasi keperawatan

formatif dengan menggunakan SOAP. Evaluasi dilakukan selama 3

hari. Menggunakan lembar observasi untuk memudahkan monitoring

hasil tindakan yang dilakukan.Adapun hasil evaluasi yang didapatkan

adalah sebagai berikut :

Hasil evaluasi hari pertama tanggal 11 Juni 2021 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengeluh merasa kaku pada ekstremitas kanan

atas saat melakukan latihan ROM ( Range Of Motion Cylindrical Grip)

, dan data objektif nilai kekuatan otot pasien dengan skala 3 (mampu

mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu menahan tahanan dari

pemeriksa) dari hasil tersebut maka outcome belum tercapai.

Hasil evaluasi hari kedua tanggal 12 Juni 2021 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengeluh masih merasa kaku pada ekstremitas

84
kanan atas saat melakukan latihan ROM ( Range Of Motion

Cylindrical Grip) , dan data objektif nilai kekuatan otot pasien dengan

skala 3 (mampu mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu

menahan tahanan dari pemeriksa) dari hasil tersebut maka outcome

belum tercapai.

Hasil evaluasi hari ketiga tanggal 13 Juni 2021 diperoleh data

subjektif yaitu pasien mengatakan rasa kaku pada ekstremitas kanan

atas berkurang, dan data objektif nilai kekuatan otot pasien dengan

skala 4 (mampu mengangkat, menahan rotasi, dan mampu menahan

tahanan minimal dari pemeriksa). dari hasil tersebut maka outcome

tercapai sebagian.

Dari hasil evaluasi hari pertama sampai hari ke tiga maka outcome

yang ingin dicapai hanya tercapai sebagian dan masalah belum teratasi.

Menurt Yohanes & Betan (2013), Evaluasi bertujuan untuk melihat

kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan Evaluasi formatif dan

pada penelitian ini peneliti menggunakan Evaluasi formatif yaitu

evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan SOAP.

Menurut Chaidir & Zuardi (2014), Untuk mencegah terjadinya

cacat permanen pada pasien stroke dapat segera dilakukan tindakan

keperawatan setelah kondisi pasien stabil. Pada penderita stroke

memperbaiki fungsi saraf dan fungsi motoric merupakan tujuan

perawatan suportif dini yang dapat dipenuhi melalui terapi fisik.

Misanya dengan pemberian terapi ROM (Range Of Motion Cylindrical

85
Grip). ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) memiliki pengaruh

terhadap rentang gerak dan kekuatan otot responden bila dilakukan

dengan frekuensi satu kali sehari.

Berdasarkan kasus dan teori diatas tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan fakta. sebagai mana pada outcome yang ingin dicapai

peneliti yaitu pasien mampu melakukan mobilitas fisik dengan kriteria

hasil kekuatan otot meningkat. Dan hasil yang didapatkan pada kasus

yaitu kekuatan otot pasien dari skala “3” (Mampu mengangkat,

menahan rotasi, namun tidak mampu menahan tahanan minimal dari

pemeriksa) hanya meningkat hingga skala 4 (mampu mengangkat,

menahan rotasi, dan mampu menahan tahanan minimal dari

pemeriksa). Namun karena terbatasnya waktu yang digunakan peneliti

dalam melakukan penelitian ini nilai kekuatan otot tidak meningkat

hingga skala “5” (Mampu menahan tahanan maksimal dari pemeriksa).

86
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 3 hari terhitung

mulai pengkajian hari pertama Di Desa Bene Kec. Tanete Riattang Timur

Kabupaten Bone yang dilaksanakan sejak hari Jumat 11 Juni sampai hari

minggu 13 Juni 2021, khususnya memberi asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami stroke dengan masalah gangguan mobilitas fisik, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa data-data hasil pengkajian yang didapatkan pada

pasien sangat mendukung ditegakkannya diagnosis keperawatan

gangguan mobilitas fisik. tidak ada kendala yang ditemukan pada saat

pengkajian pasien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan peneliti

dengan cukup baik.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis yang ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan pada

tahap pengkajian sesuai dengan batasan karakteristik dan faktor

berhubungan yang ada.diagnosa yang ditemukan penulis yaitu :

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan Kekuatan

Otot, dan masalah ini dialami pasien secara berkelanjutan karena

ketidak mampuan keluaraga pasien mengenal masalah tersebut. Dan

tidak ada kendala yang ditemukan pada penegakkan diagnosis

87
keperawatan karena penegakan diagnosa ini didukung oleh literatur-

literatur referensi yang mampu menunjang.

3. Intervensi

Tindakan yang direncanakan berdasarkan dari buku SIKI (Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah Latihan rentang gerak ROM

(Range Of Motion Cylindrical Grip) dan berdasarkan SLKI (Standar

Luaran Keperawatan Indonesia) yang ingin dicapai adalah mobilitas

fisik meningkat dengan kriteria hasil kekuatan otot meningkat. Fokus

intervensi yang diterapkan adalah latihan rentang gerak ROM (Range

Of Motion Cylindrical Grip) satu kali sehari dalam waktu tiga hari.Pada

perencanaan tindakan tindakan tidak ditemukan adanya kendala.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan bagian aktif dalam asuhan

keperawatan yaitu melakukan tindakan keperawatan kepada pasien

sesuai dengan rencana keperawatan, yakni melakukan latihan rentang

gerak ROM (Range Of Motion Cylindrical Grip) satu kali sehari dalam

waktu tiga hari. Tidak ada kendala dalam melakukan implementasi,

pasien mengikuti prosedur latihan ROM (Range Of Motion Cylindrical

Grip) yang diberikan namun disesuaikan dengan kemampuan pasien

dalam melakukan pergerakan.

5. Evaluasi

Secara umum hasil evaluasi pada pasien setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama tiga hari, yaitu didapatkan hasil pada hari pertama

hingga hari ke dua kekuatan otot pasien masih dengan skala kekuatan

88
otot “3” (mampu mengangkat, menahan rotasi, tapi tidak mampu

menahan tahanan dari pemeriksa). Dan pada saat dilakukan evaluasi

hari ke tiga pasien mengalami peningkatan kekuatan otot menjadi skala

“4” (mampu mengangkat, menahan rotasi, dan mampu menahan

tahanan minimal dari pemeriksa). Maka dari itu outcome hanya tercapai

sebagian dan masalah belum teratasi.

B. Saran

1. Bagi puskesmas

Penulis berharap agar tenaga kesehatan dapat memberikan

implementasi yang tepat terhadap peningkatan kekuatan otot pada

pasien stroke dengan menerapkan intervensi ROM (Range Of Motion

Cylindrical Grip) yang dilakukan selama tiga hari pada pasien yang

mengalami penurunan kekuatan otot.

2. Bagi institusi

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat digunakan sebagai

referensi serta acuan untuk proses pembelajaran, guna untuk

mengembangkan pengetahuan bagi peserta didik dilingkungan

keperawatan terutama penanganan pada pasien yang mengalami stroke

dengan masalah Gangguan Mobilitas Fisik.

3. Bagi pasien dan keluarga

Penulis berharap agar pasien dan keluarga dapat menambah

pengetahuan bagaimana cara mengatasi Gangguan Mobilitas Fisik pada

pasien yang mengalami stroke.

89
4. Bagi peneliti selanjutnya

Penulis beharap pada peneliti selanjutnya untuk lebih teliti dalam

mengimplementasikan tindakan dan mengevaluasi tindakan, serta

diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menerapkan implementasi

sesuai jadwal dan mengimplementasikan tindakan lebih lama sehingga

hasil dari peneliti lebih akurat dalam menilai keefektifan tindakan

mengenai peningkatan kekuatan otot pada klien yang mengalami stroke.

90
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., & Wahyuningsih, W. (2020). Genggam Tissu Untuk Mengatasi


Hambatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke Nonhemoragik. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 4(1), 35–42.

Amin, H. N., & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Mediaction Jogja.

Amira, E., & Trimona, R. johan. (2020). Keperawatan Keluarga Askep Stroke.
Pustaka Galeri Mandiri.

Ariastuti. (2015).Pengaruh Range Of Motion Cylindrical Grip Terhadap


Kekuatan Otot Pada Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke.

Bistara, D. . (2019). Pengaruh Range Of Motion Terhadap Kekuatan Otot


Kekuatan Pada

Pasien Stroke Dulhani. (2018). Penerapan Range Of Motion Pada Pasien


Stroke Dengan Masalah Gangguan Mobilitas Fisik.

Claudia (2013). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta Salemba Medika

Chaidir & Zuardi (2014). Pengaruh Latihan Range Of Motion Pada Ekstremitas
Atas Terhadap kekuatan Otot Pasien Stroke. Jurnal Ilmu Kesehatan Afiyah, 1
(1): 2-6.

Gusti, S. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media

Hasan, A. . (2018). Study Kasus Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Dengan


Peurunan Kesadaran Pada Pasien Stroke Setelah Di Berikan Posisi Kepala 30
Derajat. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, (1): 28-32, 1 (April), 59-66.

Hamalding, H. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Quality Of Life


Pada Kejadian Stroke. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 146–152.

Harnilawati. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga (Amirullah


(Ed.)). Pustaka As Salam.

Hidayat, A. & M. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Edisi 2).


Jakarta: Salemba Medika

Ilva. (2020). Pengaruh Mirror Therapy Terhadap Perubahan Kekuatan Otot Dan
Rentang Gerak Penderita Stroke Yang Terkena Hemiparesis. Orphanet
Journal Of Rare Diseases, 21(1), 1–9.

Irfan (2019) Pengaruh Range Of Motion Cylindrical Grip Terhadap Kekuatan


Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke . Stikes Tologorejo Semarang
Jimung (2018) Petunjuk Praktik Karya Tulis Ilmiah Berbasis Riset Keperawatan.
Trans Info Media

Kasab. (2017). Impact of the new American Heart Assocition/American stroke


Association Definition Of Stroke ON The Preventing Reccurent Stroke In
Intracranial Stenosis Trial. Jurnal Of Stroke And Cerebrovasculer Disease.
Elseiver Inc, 26(1), pp. 108-115. doi:10. 1016/J.Jstrokecebrovas.

Kusuba, Y., Ramli., R.R., & N. (2019). Gambaran Kadar Elektrolit Darah Pada
Penderita Stroke Dengan Kesadaran Menurun. Jurnal Medika Alkhairaat,
(1):28-32, i (April), 59-66.

Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Praktikum Konsep Dasar Manusia.


Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan SDM Kesehatan

Kuati, U.F.S.S (2018). Pengaruh ROM Terhadap Kekuatan Otot Genggam Pada
Pasien Stroke Di Rsud Raa Soewondo Pati 3,2.

Manurung, M. (2017). Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Dalam Melakukan


ROM Pada Pasien Pasca Stroke. VIII(3).

Maisaraswati. (2018). penerapan ROM Untuk Melatih Kekuatan Otot Pada Pasien
Stoke.

Nugraha. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Di Ruang


Rawat Inap Syaraf Rsud Dr. M. Djamil Padang.

Pudiastuti (2013) . Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta :Nuha Medika

Padila. (2015). Keperawatan Keluarga Yogyakarta. Nuha Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Indikator


Diagnostic (Edisi 1) .Jakarta : Jakarta DPD, PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan


Keperawatan(Edisi 1) .Jakarta : Jakarta DPD, PPNI.

PPNI, D. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta DPD PPNI.

Roni, G., Anggiriani, Zulkarnain, & Sulaiman. (2018). Pengaruh ROM (Range Of
Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non
Hemoragic. 3(2), 64–72.

Rahmayanti. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Di Ruang


Rawai Inap Saraf Rsup Dr. M. Djamil Padang. Poltekes Kemenkes Padang
Ri Padang.

Setiawan, L., & Hartiti, T. (2020). Penatalaksanan Ketergantungan Pada Pasien


Stroke. Ners Muda, 1(1)
Silva. (2020). Pengaruh Mirror Therapy Terhadap Perubahan Kekuatan Otot Dan
Rentang Gerak Penderita Stroke Yang Terkena Hemiparesis. Orphanet
Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.

Surahman, Mochamad (2016). Metodologi Penelitian. Kebayoran Baru Jakarta


Selatan : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Siti, N. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Motivasi melakukan


ROM Pada Pasien Stroke. 1(2), 80–89.

Wikinson. (2016). Diagnosis Keperwatan. Buku kedokteran

Yohanes, D., & Betan, y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan
Praktik.
L

N
AKADEMIK KEPERAWATAN BATARI TOJA
WATAMPONE
Alamat:Jl.Poros Majang No.17 Watampone Telp.(0481)
27123 - 27030
Kab.Bone

FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NY." H"
Umur : 55 Tahun
Alamat : Desa Bene, Kec.Riattang Timur.Kab Bone
Nomor Telp/Hp: -
Menyatakan bahwa,
1. Telah mendapatkan prnjelasan tentang penelitian studi kasus “Asuhan
Keperawatan Keluarg Pada Pasien Yang Mengalami Stroke Dengan
Masalah Gangguan Mobilitas Fisik Dengan Intervensi Range Of Motion
Cylindrical Grip Di Wilayah UPTD Puskesmas Bajoe
2. Telah memahami prosedur penelitianyang akan dilakukan, tujuan,
manfaat serta dampat yang terjadi dipenelitian.
3. Telah diberi waktu untuk bertanya dan berdiskusi oleh peneliti.
Dengan pertimbangan diatas tanpa aa paksaan dari siapa dan pihak
manapun,saya memutuskan bersedia berpartisipasi menjadi responden
dan peneliti studi kasus yang dilakuan oleh :
Nama : Sri Yuliana
Aamat : Darampa
Telp :082393171764
Pekerjaan:Mahasiswa DIII Akper Batari Toja Watampone
Demikian pernyatan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagai
mana mestinya

Watampone 11 Juni 2021

Saksi Keluarga Yang membuat pernyataan

(………………………..) (…………………………)
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak /ibu calon responden

Di-Tempat

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :SRI YULIANA

NIM : BT1801026

Adalah mahasiswi Akper Batari Toja Watampone Program Studi DIII

Keperawatan yang sedang melakukan penelitian “Asuhan Keperawatan keluarga

pada Pasien yang Mengalami Masalah Gangguan Mobilitas Fisik Dengan

Intervensi Range Of Motion Cylindrical Grip Di Wilayah UPTD Puskesmas

Bajoe

Partisipasi yang diharapkan dari responden adalah bersedia mengisi dan

memberikan informasi yang di perlukan dalam pengumpulan data, yaitu dengan

cara menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Segala informasi yang

diberikan tidak akan mengakibatkan kerugian apapun karena semua informasi

yang diberikan akan menjamin kerahasiaan

Apabila bapak/ibu responde bersedia , mohon untuk menandatangani

lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesediaan, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti
SRI Yuliana

Anda mungkin juga menyukai