Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

GREEN ACCOUNTING & CSR

Makalah ini diajukan untuk memenuhi penugasan mata kuliah:

Akuntansi Manajemen Lanjutan

Disusun Oleh:
Nama : Reinhard Stefanus
NPM : 21522120006
Kelas : A

Program Studi Pendidikan Profesi Akuntan


Universitas Widyatama
Tahun Ajaran 2022/2023
Bandung
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia
dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Green Accounting and CSR”. Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan dalam menempuh dan
menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Akuntan di Universitas Widyatama
Bandung.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis sangat membuka diri untuk kritik dan saran yang
membangun dalam perbaikan makalah ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun pembaca sekalian
pada umumnya. Atas segala bentuk perhatiannya, Saya mengucapkan terima kasih.

Bandung, 28 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….………..… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………….……..…….. ii
BAB I PENDAHULUAN .…………………………………………………….………..….. 1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….…………..… 2
A. Definisi Green Accounting dan Corporate Social Responsibility
(CSR) ........…………………................................................... ….…..…. 2
B. Fungsi dari Green Accounting............................................ …………..… 3
C. Indikator Green Accounting ……................................................................................ 3
D. Perspektif Triple Bottom Line ..................................................................................... 4
E. Manfaat Implementasi Green Accounting
bagi Perusahaan ........................................................................................................... 4
F. Sifat Dasar Green Accounting ..................................................................................... 5
G. Contoh Implementasi Green Accounting
dan CSR di PT Pertamina (Persero) ............................................................................ 6
H. Daftar Pertanyaan dan Jawaban ................................................................................. 10

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang luas memunculkan


serangkaian ancaman serius bagi kehidupan masyarakat dunia sehingga mendorong untuk
melakukan upaya pencegahan dampak kerusakan lingkungan alam secara lebih luas. Contoh
tindakan manusia sebagai upaya bersama mengurangi dampak kerusakan lingkungan adalah
dengan mengurangi aktivitas yang mengakibatkan perubahan iklim. Hal ini mengubah pola
pikir para pemerhati lingkungan, pebisnis dan pemerintah dari hanya peduli akan laba tetapi
juga mulai peduli terhadap lingkungan yang menjadi sumber daya utama bagi usaha mereka.
Dari upaya merawat lingkungan tersebut akan timbul pengaruh terhadap bidang akuntansi
yaitu dengan munculnya istilah Green Accounting.

Green accounting adalah adalah aktivitas akuntansi yang menggambarkan upaya


untuk menggabungkan manfaat lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan
ekonomi atau suatu hasil keuangan usaha. Green accounting berkaitan dengan informasi
lingkungan dan sistem audit lingkungan. Peran utama Green Accounting adalah untuk
mengatasi masalah lingkungan sosial dan mungkin memiliki dampak pada pencapaian
pembangunan berkelanjutan dan lingkungan di negara manapun dan mempengaruhi perilaku
perusahaan dalam menghadapi berbagai situasi tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain
itu, konsep ini juga digunakan sebagai upaya perusahaan untuk membantu dalam mencapai
tujuan perusahaan yaitu bentuk pertanggungjawaban kepada stakeholders perusahaan.

Suatu perusahaan dikatakan memiliki kepedulian terhadap permasalahan lingkungan


hidup jika perusahaan tersebut memiliki perhatian terhadap permasalahan lingkungan hidup
di sekitarnya, yang dibuktikan dengan adanya keterlibatan aktif perusahaan tersebut dalam
kegiatan peduli lingkungan hidup ataupun konservasinya. Hal ini harus diikuti dengan
pelaporan akuntansi lingkungan yang ada di perusahaan. Tahapan akhir dari wujud
kepedulian ini adalah diadakannya audit lingkungan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi
dari program peduli lingkungan milik perusahaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Green Accounting dan Corporate Social Responsibility (CSR)


Green accounting adalah studi akuntansi yang berfokus pada identifikasi faktor biaya
lingkungan ke dalam kegiatan perusahaan. Hal ini mencakup mulai dari identifikasi
biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan sehingga diharapkan mampu
berjalan dengan efektif dan efisien hingga untuk mendukung proses pembangunan
komunikasi yang berkelanjutan dan memelihara hubungan yang saling
menguntungkan dengan komunitas sekitar. Singkatnya, akuntansi lingkungan hadir
dari sisi aspek akuntansi manajemen untuk mendukung pengambilan keputusan
manajemen perusahaan yang mencakup penentuan biaya, keputusan desain produk
atau proses, evaluasi kinerja serta keputusan bisnis lainnya yang berkaitan dengan
aktivitas konservasi lingkungan dan hubungannya dengan masyarakat yang
dilaksanakan secara berkelanjutan. Penerapan konsep akuntansi lingkungan harus
dilakukan dengan langkah yang sistematis. Keberhasilan dalam penerapan akuntansi
lingkungan terletak pada komitmen manajemen dan keterlibatan setiap fungsi
perusahaan. Sementara yang dimaksud dengan Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab
mereka terhadap kondisi sosial dan lingkungan hidup sekitar dimana perusahaan
tersebut berada. Tindakan ini adalah hasil nyata dari kontribusi bagi pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan dan kolaborasi dari berbagai pihak seperti karyawan,
komunitas lokal dan masyarakat luas yang bisa meningkatkan taraf kehidupan
mereka. CSR sendiri merupakan alat bagi perusahaan untuk menunjukkan bentuk
pertanggungjawabannya kepada lingkungan dari hasil yang mereka peroleh. Melalui
CSR, perusahaan secara berkelanjutan, akan mempraktekkan apa yang disebut dengan
Green Accounting. Oleh sebab itu, ruang lingkup CSR yang bergerak di lingkungan
bisa menopang fungsi dari Green Accounting itu sendiri. Apabila perusahaan telah
melaksanakan CSR otomatis perusahaan telah menerapkan Green Accounting dalam
mengambil sebuah kebijakan, apakah itu kebijakan terkait keuangan maupun
kebijakan non keuangan.

2
2
B. Fungsi dari Green Accounting
 Fungsi Internal
Fungsi ini memungkinkan perusahaan untuk mengatur biaya konservasi
lingkungan dan menganalisa biaya lingkungan beserta manfaatnya, sehingga bisa
meningkatkan efektivitas dan efisiensi aktivitas konservasi lingkungan tersebut
dalam proses pengambilan keputusan.
 Fungsi Eksternal
Fungsi ini memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan informasi yang
relevan dan handal bagi para stakeholders sehingga mempengaruhi pengambilan
keputusan mereka, seperti bank, pelanggan, mitra bisnis, investor, dan masyarakat
sekitar lingkungan perusahaan.

C. Indikator Green Accounting


Beberapa biaya yang dapat dijadikan indikator penerapan Green Accounting dalam
perusahaan adalah:
 Biaya Pencegahan Lingkungan (Environmental Prevention Costs)
Biaya pelaksanaan aktivitas untuk mencegah diproduksinya limbah yang dapat
mencemari lingkungan. Contohnya evaluasi dan pemilihan mesin pengolah
polusi, desain produk dan proses yang ramah lingkungan, memberikan
pelatihan bagi karyawan, biaya daur ulang produk, biaya sertifikasi ISO
14001.
 Biaya Deteksi Lingkungan (Environmental Detection Costs)
Biaya pelaksanaan aktivitas untuk menentukan bahwa produk, proses, dan
aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku
atau tidak. Contohnya adalah biaya pengukuran tingkat pencemaran, biaya
audit aktivitas lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, AMDAL.
 Biaya Kegagalan Internal Lingkungan (Environmental Internal Failure Costs)
Biaya pelaksanaan aktivitas karena munculnya limbah, namun tidak dibuang
ke lingkungan luar atau mengurangi jumlah limbah yang dibuang ke
lingkungan. Contohnya biaya daur ulang sisa bahan, lisensi fasilitas untuk
memproduksi limbah, pemeliharaan peralatan polusi, biaya untuk membeli
dan mengoperasikan mesin yang bisa mengurangi polusi

3
3
 Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (Environmental External Failure
Costs)
Biaya pelaksanaan aktivitas untuk membersihkan limbah yang lepas ke
lingkungan di luar perusahaan. Contohnya biaya pembersihan tumpahan
minyak, biaya penyelesaian klaim kecelakaan kerja.

D. Perspektif Triple Bottom Line


Penerapan konsep Triple Bottom Line melalui program CSR di mana perusahaan
harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholders daripada kepentingan
shareholder (pemegang saham). Secara detail tiga pilar TBL yaitu people, di sini
perusahaan dituntut untuk memiliki kepedulian terhadap manusia. Pilar yang kedua
dari TBL adalah planet. Dalam pilar ini perusahaan harus turut serta dalam menjaga
kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan keberagaman hayati. Profit sebagai
pilar TBL yang ketiga merupakan dampak ekonomi yang ditimbulkan dari keberadaan
perusahaan.

E. Manfaat Implementasi Green Accounting bagi Perusahaan


 Perusahaan Memiliki Competitive Advantage
Jika dipahami dan dikelola dengan baik, perusahaan bisa menetapkan biaya dan
harga produk dengan lebih akurat sehingga bisa membantu perusahaan dalam
mendesain proses produksi, barang dan jasa yang lebih ramah lingkungan untuk
masa yang mendatang. Perusahaan juga bisa lebih berinovasi dengan menghasilkan
pendapatan melalui penjualan limbah sebagai suatu produk.

 Company branding yang positif


Brand image yang positif akan diterima oleh masyarakat karena keberhasilan
perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa dengan konsep ramah lingkungan.
Hal ini berdampak pada segi pendapatan produk, yaitu memungkinkan perusahaan
mendapatkan konsumen yang memiliki kecenderungan untuk bersedia membayar
harga yang mahal demi produk yang berorientasi pada lingkungan hidup.

4
 Meningkatkan nilai perusahaan
Pengungkapan informasi aktivitas dan biaya lingkungan akan meningkatkan nilai
perusahaan di mata Investor karena hal tersebut menunjukkan kepedulian
perusahaan terhadap pelestarian lingkungan. Investor perusahaan bisa
mendapatkan informasi dari pengungkapan tersebut dengan lebih mudah dan lebih
cepat sehingga mempermudah pengambilan keputusan. Hal ini juga didorong oleh
fakta bahwa semakin banyak Green Investor dan kebijakan pemerintah untuk
memfasilitasi para Investor tersebut dengan berbagai cara, misalkan Green Bonds.
Selain itu, penerapan Green Accounting dapat mendukung perkembangan
perusahaan dan operasi dari sistem manajemen lingkungan secara keseluruhan.
Sistem seperti ini akan segera menjadi keharusan bagi perusahaan yang bergerak
dalam perdagangan internasional karena adanya persetujuan berlakunya standar
internasional ISO 14001 (ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan
merupakan sistem manajemen perusahaan yang berfungsi untuk memastikan
bahwa proses yang digunakan dan produk yang dihasilkan telah memenuhi
komitmen terhadap lingkungan, terutama dalam upaya pemenuhan terhadap
peraturan di bidang lingkungan, pencegahan pencemaran dan komitmen terhadap
perbaikan berkelanjutan).

F. Sifat Dasar Green Accounting


1. Relevan
Proses ini harus bisa mengidentifikasi semua informasi yang valid terkait dengan
analisis manfaat serta biaya pelestarian yang dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan bagi stakeholders dengan memperhatikan materialitas dan
relevansinya terhadap kondisi keuangan perusahaan.
2. Handal
Green Accounting harus bisa menyajikan data yang akurat atau tidak bias serta
mampu memberikan keandalan informasi dan membangun kepercayaan
perusahaan di mata para stakeholders. Pengungkapan data akuntansi lingkungan
harus akurat dan tepat serta mampu mempresentasikan manfaat-biaya yang tidak
menyesatkan.
3. Mudah dipahami
Green Accounting harus menghilangkan setiap kemungkinan timbulnya
pemahaman yang keliru tentang kegiatan lingkungan perusahaan. Untuk

5
memastikan bahwa informasi yang diungkapkan mudah dipahami bagi para
pemangku kepentingan, informasi tersebut harus dibuat sesederhana mungkin.

5
4. Dapat dibuktikan
Data Green Accounting harus mampu diverifikasi dari sudut pandang yang
objektif. Dengan kata lain, laporan keuangan yang dihasilkan yang memasukkan
unsur biaya lingkungan harus dapat dibuktikan. Perusahaan harus mampu
memberikan bukti pelestarian lingkungan melalui biaya yang telah dimanfaatkan
sesuai standar oleh perusahaan.

G. Contoh Implementasi Green Accounting dan CSR di PT Pertamina


(Persero)

Berdasarkan Laporan Keberlanjutan perusahaan di tahun 2021, kegiatan Green Accounting


dan CSR yang dilakukan PT Pertamina (Persero) mengacu pada nilai-nilai SDG’s
(Sustainable Development Goals) yaitu kesepakatan global yang bertujuan mendorong
pembangunan yang turut menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin
keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Berikut detil biaya Investasi Sosial Perusahaan dari
tahun 2019-2021

USD Juta
Uraian 2021 2020 2019
Investasi Sosial
56 31 19
(CSR dan PUMK)
% 80.65% 63.16%
Sumber: Laporan Keberlanjutan PT Pertamina (Persero) tahun 2021

6
Pilar SDG Tahun 2021 (dalam Rp Juta)
Pilar Sosial
SDG 1 : Tanpa Kemiskinan 135,982
SDG 3 : Kesehatan 26,030
SDG 4 : Pendidikan 66,362
SDG 5 : Kesetaraan Gender 1,316
Pilar Ekonomi
SDG 7 : Energi Bersih 4,753
SDG 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi 335,980
Pilar Lingkungan
SDG 12 : Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab 1,592
SDG 13 : Perubahan Iklim 1,583
SDG 14 : Ekosistem Lautan 1,984
SDG 15 : Ekosistem Daratan 17,460
Sumber: Laporan Tahunan PT Pertamina (Persero) tahun 2021

Terdapat 10 fokus pembangunan berkelanjutan PT Pertamina (Persero) yaitu:

 Menangani perubahan iklim


Upaya mengatasi perubahan iklim, PT Pertamina (Persero) melakukan
berbagai aksi nyata untuk mengurangi efek gas rumah kaca (GRK). Salah satu
contohnya adalah pembangunan gas suar / flare control untuk membakar gas
sisa proses produksi kilang dengan menerapkan teknologi flare high
smokeless capacity atau maximum smokeless yang menghasilkan emisi karbon
yang rendah. Per akhir tahun 2021, PT Pertamina (Persero) telah berhasil
mengurangi emisi secara akumulatif sebesar 7.4 juta ton CO 2 dimana angka
ini melampaui target di periode yang sama yaitu sebesar 6.58 juta ton CO 2 .
Selain itu, perusahaan juga mendorong kampanye pemanfaatan Energi Baru
Terbarukan (EBT) seperti pemanfaatan energi panas bumi dengan kapasitas
total di tahun 2025 mencapai 1.128 MW.
 Mengurangi jejak lingkungan
Pertamina mengadakan kampanye program Langit Biru yaitu dengan
mengganti bahan bakar RON rendah dengan RON yang tinggi untuk
meningkatkan

7
kualitas udara bersih dan mengurangi emisi gas buang. Selain itu, perusahaan
juga melakukan pengelolaan sumur lepas pantai mulai dari tahap pra-
operasional (memastikan semua sumur yang akan dikerjakan mengikuti
prinsip pengeboran yang baik); tahap operasional (monitoring dan
maintenance oleh tim produksi dan tim well integrity); serta tahap pasca-
operasional (monitoring oleh tim produksi / aset dengan mengaci pada
Pedoman Kerja Paska Operasi).
 Melindungi keanekaragaman hayati
Tidak sedikit area operasi perusahaan di Indonesia yang berdekatan dengan
wilayah dilindungi yang ditetapkan regulasi nasional. Untuk melindungi
keanekaragaman hayati di wilayah operasi perusahaan, PT Pertamina
(Persero) akan melakukan identifikasi keberadaan spesies endemik maupun
dilindungi sebelum kegiatan operasi dilaksanakan dan memindahkan spesies
tersebut ke kawasan konservasi yang sudah disiapkan yang jauh dari area
operasi perusahaan dengan dibantu BKSDA (Balai Konservasi dan Sumber
Daya Alam) dan juga Dinas Lingkungan Hidup setempat. Perusahaan juga
sering mengadakan kampanye penanaman tumbuhan bakau di lepas pantai
sebagai bentuk komitmen nyata perusahaan akan kepeduliaan mereka pada
lingkungan hidup.
 Kesehatan dan keselamatan kerja
Dari sisi Plant, perusahaan tidak henti-hentinya memperkuat inspeksi
peralatan kerja, pemeliharaan fasilitas operasi, hingga pembangunan fasilitas
bersertifikat persetujuan layak operasi (PLO). Dari sisi Procedure, yaitu
penerapan sistem manajemen SUPREME (Sustainability PERTAMINA
Expectations for HSSE Management Excellence) untuk mengintegrasikan
praktik-praktik terbaik / kelas dunia secara terstruktur dan sistematis sehingga
mendukung nilai perusahaan dalam implementasi manajemen risiko
operasional yang unggul. Sedangkan dari sisi People, perusahaan melibatkan
keterlibatan pemimpin senior dalam hal manajemen kepemimpinan serta
mengadakan berbagai pelatihan K3.
 Pencegahan insiden skala besar
Untuk mencegah insiden skala besar seperti kebakaran tangki, perusahaan
melakukan investigasi dari insiden terkait dan membuat solusi agar tidak

8
terjadi insiden berikutnya seperti pembangunan penangkal petir (Lightning
Protection

8
System), pemasangan CCTV, mereviu prosedur dan kesiapan peralatan yang
memadai, serta meningkatkan kesiapan tim tanggap darurat dengan
mengadakan pelatihan secara berkala.
 Perekrutan, pengembangan dan retensi karyawan
Perusahaan memberikan kesempatan yang luas untuk merekrut talenta terbaik
secara transparan dan mengedepankan kesetaraan. Perusahaan juga
membentuk komunitas perempuan PERTAMINA Tangguh Inspiratif Wibawa
Integritas (PERTIWI) yang memiliki misi untuk menciptakan kesetaraan
gender di lingkungan kerja dan pengembangan karir. Di tahun 2021,
perusahaan merekrut 403 pekerja baru dengan status WNI dan batas usia
minimal adalah 18 tahun sehingga tidak ada pekerja di bawah umur,
menariknya 81 orang (20%) adalah wanita. Tingkat retensi karyawan juga
rendah, yaitu hanya 385 orang (0.85%) dari total pekerja di tahun 2021. Hal
ini didorong oleh remunerasi pekerja baik tetap (Penghargaan Atas
Pengabdian meliputi uang pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang
Penggantian Hak, dll) maupun pekerja tidak tetap. Program pengembangan
kemampuan karyawan perusahaan melalui e-learning dan mobile learning
yang terdiri dari ratusan modul pembelajaran bersifat teknikal, kepemimpinan,
bisnis dan manajemen yang disusun atas hasil kolaborasi dengan institusi
global. Ada juga transfer pengetahuan melalui coaching lewat program
Functional Program, Leadership Program, dan Corporate Values Program.
 Inovasi dan penelitian
Perusahaan melakukan riset terkait pengembangan Hidrogen Hijau di Wilayah
Kerja Panas Bumi Ulubelu yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy
sebagai sumber energi terbarukan yang memiliki kandungan karbon rendah
sehingga lebih ramah lingkungan. Perusahaan juga melakukan kerjasama
dengan Jepang dan ITB dalam proyek pengembangan CCS (Carbon Capture
Storage) sehingga karbon yang ditimbulkan dari proses produksi migas akan
ditangkap dan dimasukkan kembali ke dalam bumi. Perusahaan juga mengajak
kerjasama dengan UGM dalam pemanfaatan mikroalga sebagai bioenergi
mengingat luas lautan mencapai 70% dari wilayah negara Indoensia dan
mikroalga belum dimanfaatkan secara optimal walaupun jumlahnya
melimpah.

9
 Keterlibatan dan dampak komunitas
Perusahaan mengadakan berbagai program seperti Program PERTAMINA
Peduli yang menyalurkan bantuan kepada korban bencana alam erupsi
Gunung Semeru dan bantuan vaksinasi COVID-19, Program Beasiswa Sobat
Bumi yang berhasil membiayai 644 mahasiswa di 37 perguruan tinggi, dan
Program E-Mas Bayu (Pengadaan listrik bertenaga surya dan angin) yang
membantu mengaliri listrik bagi 44 rumah tangga di Desa Ujung Alang,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Ada juga PUMK (Program Pendanaan
Usaha Mikro) melalui pemberian bantuan modal kerja, pembinaan, dan
bantuan peningkatan akses pemasaran.
 Keamanan digital
Perusahaan melakukan transformasi digital dengan membentuk tim Incident
Response yang menjalin kerjasama dengan beberapa lembaga seperti
Bareskrim Polri dan Badan Siber dan Sandi Negara untuk mempelajari
kelemahan dalam sistem perusahaan jika terjadi serangan siber.
 Etika perusahaan
Perusahaan melakukan sosialisasi materi anti-korupsi yang diberikan KPK,
perusahaan juga menyediakan sistem pelaporan dan pelanggaran dalam
perusahaan (Whistleblowing) yang bekerjasama dengan konsultan independen.

H. Daftar Pertanyaan dan Jawaban


1. Kang Rere
Apakah semua perusahaan bisa menerapkan Green Accounting?
Bagaimana bentuk kontribusinya?
Bisa, semua perusahaan di industri apapun dan ukuran apapun bisa
menerapkan CSR, namun kontribusinya bisa berbeda antar
perusahaan, misalkan PT Pertamina (Persero) yang menggelontorkan
banyak biaya untuk mengurangi emisi karbon untuk mencegah efek
gas rumah kaca, dimana contoh ini ditujukan untuk lingkungan
eksternal. Sedangkan perusahaan lain semisal UMKM, bisa
menerapkan program CSR yang lebih sederhana dan berfokus pada
lingkungan internal mereka sendiri, seperti menyediakan ruangan
khusus untuk karyawati yang menyusui, training pencegahan
kebakaran dan penggunaan APAR.

10
2. Kang Yendra
Secara teori, berapa alokasi anggaran biaya CSR?
Di Indonesia, landasan hukum yang mengatur CSR ada di Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Namun di peraturan ini, tidak
ada satu pasal yang membahas mengenai standar minimal alokasi
biaya CSR yang perlu disediakan perusahaan. Namun, Saya
mendapat contoh Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur besaran
minimal anggaran TJSL yaitu dalam Perda Kaltim 3/2013 yang
mengatur bahwa pembiayaan pelaksanaan TJSL dialokasikan
minimal sebesar 3% dari keuntungan bersih perusahaan setiap
tahunnya. Saya menyarankan untuk mengetahui besaran minimal
anggaran yang perlu dialokasikan perusahaan dengan mencari tahu
Peraturan Daerah di tempat domisili perusahaan terkait.
3. Teh Lala
Apa saja tantangan paling umum dalam pelaksanaan Green
Accounting?
 Kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten
 Kurangnya kemitraan dengan pemerintah, masih ada pungli,
regulasi yang masih berbelit-belit
 Sosialisasi kegiatan yang kurang kepada masyarakat
4. Teh Risca
Hubungan stakeholders dengan perusahaan yang “nakal” terkait
pembuangan limbah ke lingkungan secara sembarangan? Jika
perusahaan diketahui melanggar peraturan dan dikenai sanksi berupa
pemberhentian operasi, maka itu bisa mengganggu bisnis perusahaan
yang akan bermuara pada tekanan dari shareholders misalnya kepada
perusahaan untuk mematuhi dan menjalankan peraturan terkait
lingkungan hidup dengan baik

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Simpulan yang dapat diambil dari contoh implementasi Green Accounting PT
Pertamina (Persero) dalam makalah ini yaitu perusahaan telah berhasil menerapkan
Green Accounting dan CSR dalam upayanya untuk mencapai pertumbuhan bisnis
yang berkelanjutan, perusahaan ini selalu berkomitmen untuk menjaga keseimbangan
dan kelestarian alam, lingkungan, dan masyarakat yang diwujudkan melalui berbagai
program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang mendukung
pengelolaan lingkungan, sosial, dan tata kelola serta upaya pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

B. Daftar Pustaka

Riadi, Muchlisin. (2022). Green Accounting (Tujuan, Karakteristik, Prinsip,


Komponen dan Pengukuran). Diakses pada 11/10/2022,
dari https://www.kajianpustaka.com/2022/07/green-accounting.html

Lako, Andreas. 2018. Akuntansi Hijau: Isu, Teori & Aplikasi. Jakarta: Salemba
Empat.
Ningsih, W.F., dan Rachmawati, R. 2017. Implementasi Green Accounting dalam
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Journal of Applied Business and Economics,
Vol.4, No.2.
Kusumaningtias, Rohmawati. 2013. Green Accounting, Mengapa dan Bagaimana?.
Procedding Seminar Nasional dan Call for Paper Sancall 2013 Surakarta.
PT Pertamina (Persero). 2022. Sustainability Report PT Pertamina (Persero) Tahun
2021. Jakarta.
PT Pertamina (Persero). 2022. Annual Report PT Pertamina (Persero) Tahun 2021.
Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai