Anda di halaman 1dari 58

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT


PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEPATUHAN
PENGGUNAAN APD PADA TENAGA KERJA
DI PT. WATU MERIBA JAYA

SKRIPSI

NILAM SARI
201801118

PRОGRAM STUDI NERS


SEKОLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
ABSTRAK

NILAMSARI. Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Tenaga Kerja di PT. Watu Meriba Jaya.
Dibimbing oleh EVI SETYAWATI dan MASRI Dg TAHA.

Keselamatan para pekerja merupakan nilai yang sangat penting bagi perusahaan dan
keberhasilan dalam bidang K3. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan keberhasilan perusahaan, namun dalam praktinya masih banyak
terjadi kecelakaan kerja di perusahaan. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
diakibatkan karena kurangnya Pengetahuan, kedisiplinan dan kesadaran masyarakat.
Menurut Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat
bahwa pada tahun 2013, Jumlah orang yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak
129.911 orang. Diantara 146.219 adalah laki-laki dan 46.692 perempuan. Mengingat
masih terjadinya kecelakaan kerja dan risiko kecelakaan kerja, maka Pemerintah
Republik Indonesia memberlakukan beberapa peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan. Peraturan dan Perundang-undangan untuk melindungi pekerja,
merupakan salah satu langkah dalam menghindari kecelakaan kerja, Bahaya di
lingkungan kerja, penyakit akibat kerja dan perlindungan di tempat kerja adalah
penggunaan APD. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis Hubungan Pengetahuan
Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD
Pada Tenaga Kerja di PT. Watu Meriba Jaya. Bentuk penelitian ini adalah kuantitatif
dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di PT. Watu Meriba Jaya. berjumlah 107 orang.
Sampel yang diperlukan adalah sebanyak 52 orang, didapatkan menggunakan rumus
slovin. Analisis data menggunakan uji Chi square, dengan variabel independen tingkat
pengetahuan dan variabel dependen kepatuhan. Hasil analisis univariat Pengetahuan Baik
berjumlah 43 orang (82,7%), dan pengetahuan kurang baik 9 orang (17,3%). Kepatuhan
yang Patuh yaitu sebesar 78,8%, Tidak Patuh sebesar 21,2%. Hasil analisis bivariat
dengan uji Chi Square, menunjukkan hasil p : 0,000 (p value < 0,05). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah adanya Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Tenaga Kerja di PT. Watu Meriba
Jaya.

Kata kunci : Pengetahuan, Kepatuhan, APD


LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN


ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEPATUHAN
PENGGUNAAN APD PADA TENAGA KERJA
DI PT WATU MERIBA JAYA

SKRIPSI

NILAM SARI
201801118

Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan


Tanggal Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Evi Setyawati, S.KM.,M.Kes Ns. Masri Dg Taha S.Kep.,M.Kep


NIDN : 0902058901 NIP : 1979114272008041001

Mengetahui,
Ketua Prodi Ilmu Keperawatan
STIKes Widya Nusantara Palu

Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep.,M.Erg


NIDN : 0917028702

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teoritis 6
B. Kerangka Konsep 23
C. Hipotesis 23
BAB III METODE PENELITIAN 24
A. Desain Penelitian 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian 24
D. Variabel Penelitian 25
E. Definisi Operasional 26
F. Instrumen Penelitian 27
G. Teknik Pengumpulan Data 27
H. Analisa Data 28
I. Bagan Alur Penelitian 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASA 31
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 31
B. Hasil Penelitian 31
C. Pembahasan 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 42
A. Kesimpulan 42
B. Saran 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Helmet Safety 9


Gambar 2.2 Glass Safety 10
Gambar 2.3 Penutup Telinga 10
Gambar 2.4 Pelindung Pernapasan 11
Gambar 2.5 Sarung Tangan 12
Gambar 2.6 Safety Shoes 13
Gambar 2.7 Rompi Safety 14
Gambar 2.8 Harness Safety 15
Gambar 2.9 Pelampung 15
Gambar 2.10 Kerangka Konsep 25
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian 32

iv
5

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka
2. Jadwal Penelitian
3. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
4. Surat Balasan Pengambilan Data Awal
5. Surat Permohonan Izin Penelitian
6. Permohonan Menjadi Responden
7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
8. Kuesioner Pengetahuan dan Kepatuhan
9. Lembar Observasi
10. Surat Balasan Selesai Penelitian
11. Master Tabel
12. Hasil Olah Data SPSS
13. Dokumentasi
14. Riwayat Hidup
15. Lembar Bimbingan Proposal/Skripsi

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan para pekerja merupakan nilai yang sangat penting
bagi perusahaan dan keberhasilan dalam bidang K3. Kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
keberhasilan perusahaan, namun dalam praktinya masih banyak terjadi
kecelakaan kerja di perusahaan. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.13 Tahun 2003, mengatur bahwa setiap pekerja atau
buruh berhak atas perlindungan di tempat kerja (pasal 86 ayat 1).
Studi keselamatan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pekerja
dengan mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
dan mengendalikan bahaya1.
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat
mengakibatkan kerugian materi yang signifikan bagi perusahaan, cedera
dan bahkan kematian kepada pekerja, pelaku usaha dan pekerja harus
menyadari bahwa pentingnya penerapan K3. Berkaitan dengan hal itu
perlu ditingkatkan kesadaran pekerja untuk bersedia menerapkan K3
dengan tujuan menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan juga orang
lain di lingkungan sekitar tempat berkerja2.
Dalam keselamatan kerja terdapat tiga indikator, yaitu antara
lain : yang pertama indikator manusia (pekerja) meliputi : fisik, mental,
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Adapun indikator fisik dan mental,
ini dapat dirasakan sebagai gangguan penglihatan atau pendengaran,
reaksi saraf yang lambat, otot yang lemah, jantung atau organ lain yang
lemah, emosi dan kelemahan otot tubuh. Indikator pengetahuan dan
keterampilan dapat dilihat dari kurangnya perhatian terhadap cara kerja
yang aman dan baik, kebiasaan yang salah dan kurangnya pengalaman.
Sikap dapat dilihat sebagai kurang peduli atau perhatian, kurang pilih-
pilih, tidak peduli dengan hasil, dan memiliki hubungan yang buruk
dengan rekan kerja. Metrik lainnya adalah attachment dan mesin,

1
2

termasuk: kurangnya penerangan, kerusakan teknis dan mesin yang tidak


terjaga, dan indikator yang ketiga yaitu lingkungan kerja3.
Pengolahan sumber daya alam merupakan suatu potensi
ekonomi yang dapat bermafaat dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara maksimal. Setiap pembangunan di bidang
pertambangan bahan galian golongan C memiliki dampak positif dan
negatife. Mulai dari eksplorasi sampai pada eksploitasi merupakan
dampak negatife karena dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dilain
sisi berdampak positif dikarenakan melalui pajak, iuran-iuran dan
retribusi pertambangan dapat menambah pendapatan asli daerah,
menambah pendapatan masyarakat, memperlancar akses transportasi dan
terserapnya tenaga kerja4.
Menurut Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan mencatat bahwa pada tahun 2013, Jumlah orang yang
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. diantara mereka
146.219 (75,8%) di antaranya adalah laki-laki dan 46.692 perempuan.
Sebagian besar kecelakaan atau sekitar 69,59% terjadi di dalam
perusahaan pada saat beroperasi, 10,26% di luar perusahaan, dan
selebihnya atau sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas.
Sementara itu, akibat kecelakaan tersebut, jumlah peserta BPJS
meninggal 3.093 pekerja, 15.106 orang sakit, 174.266 orang luka-luka,
dan 446 orang meninggal dunia.6.
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja diakibatkan karena
kurangnya kedisiplinan dan kesadaran masyarakat. Berkaitan dengan hal
tersebut maka Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
mengeluarkan PP No.2 Tahun 2018 tentang Pedoman Sistem
ManajemenKesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Konstruksi d i
Bidang Pekerjaan Umum.
Mengingat masih terjadinya kecelakaan kerja dan risiko
kecelakaan kerja, maka Pemerintah Republik Indonesia memberlakukan
beberapa peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Salah satu
adalah tentang hygiene dalam perniagaan dan perkantoran melalui
3

“Konvensi International Labour Organization (ILO) No.120 Tahun


1964. Pasal 17 Konvensi ILO Ini menetapkan bahwa pekerja harus
dilindungi dengan tindakan yang tepat terhadap paparan zat, proses dan
teknik berbahaya, tidak sehat atau berbahaya karena alasan apa pun.
Pemimpin yang berwenang perlu memerintahkan penggunaan alat
pelindung diri (APD)7.
Peraturan dan Perundang-undangan untuk melindungi pekerja,
merupakan salah satu langkah dalam menghindari kecelakaan kerja,
Bahaya di lingkungan kerja, penyakit akibat kerja dan perlindungan di
tempat kerja adalah penggunaan APD. Penggunaan APD adalah
keputusan akhir yang dibuat dalam mencegah bahaya di tempat
kerja8. Alat pelindung diri adalah peralatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi diri dari potensi bahaya dan cedera kerja yang
mungkin terjadi di tempat kerja. Penggunaan APD oleh pekerja di
tempat kerja merupakan upaya untuk menghindari bahaya di tempat
kerja9.
Adriansyah (2021) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
sebagian besar pekerja yang memiliki pengetahuan kurang tentang
penggunaan alat pelindung diri (APD) dan tidak patuh dalam
menggunakan APD, sedangkan pekerja yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang penggunaan APD banyak yang patuh dalam penggunaan
APD. Dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan dan
sikap yang dimiliki pekerja maka semakin patuh para pekerja dalam
menggunakan APD di tempat kerja10. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Azzahri (2019) didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
kurang, tidak patuh dalam menggunakan APD. Peneliti menyatakan
bahwa tingkat kesadaran untuk mengunakan APD masih sangat rendah
sehingga tidak patuh dalam menggunakan APD11.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
pimpinan PT. Watu Meriba Jaya. pada tanggal 7 Januari 2022,
didapatkan bahwa terdapat 107 pekerja di PT mega beto jaya. Hasil
wawancara yang dilakukan, didapatkan data bahwa pada tahun 2019
4

terdapat 23 kasus kecelakaan kerja, pada tahun 2020 terdapat 27 kasus


kecelakaan kerja dan pada tahun 2021 kasus kecelakaan kerja meningkat
menjadi 32 kasus. Jenis kecelakaan kerja yang terjadi antara lain,
terpeleset, terjatuh, kejatuhan benda, infeksi mata, tertusuk benda tajam,
tersengat listrik. Pada saat peneliti melakukan observasi, terlihat
beberapa pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri.
Berdasarkan uraian diatas, ditemukam masih banyak pekerja
yang tidak berperilaku aman akibat penggunaan APD di tempat kerja,
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja serta membahayakan
pekerja. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Tenaga
Kerja Di PT mega beto jaya.
B. Rumusan Masalah
Pentingnya penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh pekerja
saat bekerja merupakan suatu upaya untuk menghindari paparan resiko
bahaya di tempat kerja.berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana hubungan pengetahuan tentang
penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan kepatuhan penggunaan
APD pada tenaga kerja di PT. Watu Meriba Jaya.?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri (APD)
dengan kepatuhan penggunaan APD pada tenaga kerja di PT. Watu
Meriba Jaya..
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Teridentifikasi pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung
diri (APD) pada tenaga kerja di PT. Watu Meriba Jaya.
b. Teridentifikasi kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD)
pada tenaga kerja di galian PT. Watu Meriba Jaya
5

c. Teranalisis hubungan pengetahuan tentang penggunaan alat


pelindung diri (APD) dengan kepatuhan penggunaan APD pada
tenaga kerja di PT. Watu Meriba Jaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai fenomena tentang insiden penggunaan alat pelindung diri
(APD) dalam menjaga Kesehatan dan keselamatan kerja di
perusahaan. Untuk penulis selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan lebih lanjut serta menjadi referensi untuk penelitian
sejenis.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan motivasi pekerja dalam menggunakan alat pelindung
diri (APD) sehingga dapat merasakan kenyamanan dalam hal
keselamatan kerja.
3. Bagi Tenaga Kerja PT. Watu Meriba Jaya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan serta penerapan sasaran keselamatan pekerja, sehingga
pekerja dapat memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapan keselamatan di perusahaan sehingga tidak terjadi insiden
yang tidak diinginkan.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Umum Tentang Alat Pelindung Diri (APD)
a. Definisi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) adalah instrumen yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi tubuh atau bagiannya dari potensi
bahaya atau kecelakaan kerja. Secara teknis, APD tidak mampu
melindungi tubuh secara sempurna, tetapi dapat meminimalkan
tingkat keparahan kecelakaan atau ketidaknyamanan. Berkaitan
dengan hal itu, walaupun telah menggunakan APD untuk
mencegah kecelakaan di tempat kerja, tetapi secara teknis
merupakan hal yang paling penting12.
b. Syarat-Syarat Alat Pelindung Diri (APD)
Pemilihan alat pelindung diri (APD) yang cermat dan handal
merupakan persyaratan dasar. Penggunaan APD yang tidak tepat
dapat membahayakan pekerja yang memakainya karena tidak
terlindungi dari potensi bahaya di area yang terpapar. Oleh karena
itu, pemilihan APD harus sesuai dengan regulasi12.
Alat pelindung diri perlu dipilih secara berhati-hati untuk
memenuhi persyaratan yang ditentukan, antara lain13 :
1) Dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap bahaya
pekerja
2) Beratnya sekecil mungkin dan tidak menyebabkan
ketidaknyamanan
3) Enak digunakan dan fleksibel saat digunakan
4) Bentuk yang sangat menarik
5) Tahan terhadap penggunaan jangka panjang (awet)
6) Salah dalam pemakaian tidak menyebabkan bahaya
tambahan bagi pemakainya
7) Memenuhi standar peraturan

6
7

8) Tidak ada batasan pada gerakan pengguna dan persepsi sensorik


9) Suku cadang mudah didapat untuk mempermudah
pemeliharaannya13
c. Masalah yang terjadi saat Pemakaian Alat Pelindung Diri
Masalah yang dapat terjadi pada saat pemakaian alat pelindung
diri (APD), antara lain13 :
1) Pekerja, yaitu :
a) Tidak cocok untuk digunakan
b) Tidak cocok untuk penggunaan jangka panjang karena
menahan panas/uap dan kedap air.
c) Tidak praktis untuk digunakan (fleksibel)
d) Tidak nyaman dipakai dan ditonton
e) Tidak nyaman dipakai dan dipandang
f) Mencegah gerakan selama operasi
g) Gangguan komunikasi dan penglihatan
h) Cepat lelah karena beban dan berkurangnya efisiensi kerja.
i) APD tidak digunakan karena alasan kesehatan (pasien
jantung, paru/emfisema)
j) Ketidaktahuan tentang manfaat penggunaan
k) Tidak cocok untuk situasi berbahaya saat ini
l) Tidak ada penalti untuk tidak menggunakannya.
m) Mengikuti sikap pengelola untuk tidak menggunakan APD
yang telah ditetapkan
2) Perusahaan, yaitu :
a) Kurangnya pemahaman oleh perusahaan tentang APD
yang sesuai dengan jenis resiko yang ada
b) Perusahaan yang bersikap abai terhadap APD
c) Pekerjaan dianggap tidak penting hanya karena tidak ada
pekerja yang menggunakan APD
d) Pembelian APD yang awalnya dibeli tidak sesuai dengan
jumlah pekerja yang berisiko mengalami kecelakaan
8

d. Peraturan Perundangan Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang dapat
melindungi seseorang dan fungsinya untuk mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Menurut
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung
diri, pada pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa pengusaha wajib
menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Ayat (2)
APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Ayat
(3) pengusaha wajib menyediakan APD sebagiamana dimaksud
pada ayat (1) secara cuma-cuma14.
Alat pelindung diri (APD) didefinisikan menurut OSHA
Personal Protective Equipment (PPE), merupakan alat yang
dipakai untuk melindungi pekerja dari paparan bahaya di tempat
kerja, baik kimia, biologi, radiasi, fisik, listrik, mekanik dan
lainnya yang dapat menyebabkan cedera atau penyakit 15.
e. Jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Jenis alat pelindung diri terdiri dari : pelindung kepala,
pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pernapasan beserta
perlengkapannya, pelindung tangan dan pelindung kaki, pakaian
pelindung, alat pelindung jatuh perorangan dan pelampung diatur
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri (APD) pada pasal yang ke 3 menyatakan bahwa jenis alat
pelindung dapat diuraikan sebagai berikut:14.
1) Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
digunakan untuk melindungi kepala dari benturan, tersandung,
jatuh atau benturan dari benda tajam atau keras yang melayang
atau meluncur di udara, suhu yang ekstrim, kebakaran, percikan
bahan kimia, dan mikroorganisme. Helm pengaman (safety
9

helmet), topi atau tutup kepala, penutup atau pengaman rambut


dan lain-lain merupakan Jenis alat pelindung kepala 14.
helmet safety harus memenuhi persyaratan menurut
Contruction Personal Protective Equipment dalam Agustine
sebagai berikut : Tahan terhadap perubahan cahaya, benturan
atau goncangan, tidak terbakar, tidak menghantarkan listrik,
ringan dan mudah dibersihkan, biasanya bagian dalam helm
memiliki bumper melengkung untuk membantu menyerap
keringat dan mengatur pertukaran gas, terutama bagi yang
bekerja di area gelap dengan lampu depan12.

Gambar 2.1 Helmet Safety


Sumber : Agustine Stephanie (2015)

2) Alat Pelindung Mata dan Wajah


Alat untuk melindungi mata dan wajah dari bahan kimia
berbahaya, partikel di udara, percikan benda kecil, panas atau
uap, radiasi gelombang elektromagnetik yang bersifat ion dan
non-ion, pancaran cahaya, benturan benda keras dan tajam
maka dibutuhkan alat pelindung mata dan wajah. Jenis alat
pelindung mata dan wajah terdiri dari kacamata pelindung mata,
pelindung wajah, masker selam, dan kacamata pengaman dalam
satu set14.
Menurut Agustine Alat Pelindung Diri Pekerja
Konstruksi, kacamata pengaman harus digunakan dalam
pekerjaan apa pun yang mungkin terkena benda asing. Anda
10

juga bekerja pada sistem kelistrikan saat terkena tegangan,


misalnya saat mengelas, memotong, mengampelas, memaku
(atau bekerja dengan beton dan/atau bahan kimia berbahaya atau
bersentuhan dengan partikel terbang). Pelindung mata dan
wajah dipilih berdasarkan eksposur yang diharapkan 12.

Gambar 2.2 Glass Safety


Sumber : Agustine Stephanie (2015)

3) Alat Pelindung Telinga


Pelindung pendengaran ialah alat bantu dengar yang
dirancang untuk melindungi pendengaran Anda dari kebisingan
atau tekanan. Jenis pelindung pendengaran termasuk penyumbat
telinga dan pelindung telinga14.

Gambar 2.3 Penutup Telinga


Sumber : Agustine Stephanie (2015)

4) Alat Pelindung Tangan


Sarung tangan ialah alat pelindung yang dirancang agar
tangan dapat terlindungi dan jari dari radiasi elektomagnetik,
radiasi, arus listrik, bahan kimia, guncangan, benturan dan
11

goresan, terkontaminasi zat penyebab penyakit (virus, bakteri),


panas,dingin, mikroorganisme dan paparan api. Jenis pelindung
tangan termasuk terbuat dari logam, kulit, linen/kain berlapis,
karet dan sarung tangan yang bisa tahan terhadap bahan kimia14.
Menurut Agustin, sarung tangan adalah alat pelindung
yang dirancang untuk melindungi tangan dan jari dari paparan
api, panas, dingin, radiasi elektromagnetik, sengatan listrik,
bahan kimia, guncangan, benturan, goresan, dan infeksi. Sarung
tangan biasanya terbuat dari bahan katun halus dengan benang
tebal di salah satu sisinya.14.

Gambar 2.5 Sarung Tangan

5) Alat Pelindung Kaki


Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari
benturan benda berat, tertusuk benda tajam, kontak dengan
cairan panas atau dingin, uap panas, kontak dengan suhu
ekstrim, kontak dengan bahan kimia berbahaya dan mikro-
organisme, dan terpeleset. Jenis pelindung kaki berupa alas kaki
untuk melindungi dalam proses peleburan, pengecoran logam,
industri, kontruksi, bekerja dengan potensi bahaya ledakan,
bahaya listrik, tempat kerja yang basah dan licin, bahan kimia
dan mikro-organisme, bahaya terhadap hewan dan lainnya14.
Sepatu keselamatan menurut Agustine yang dapat
melindungi kaki dari tertimpa benda berat, tumpahan logam
panas, bahan kimia korosif, kemungkinan tersandung, terpeleset
dan banyak lagi. Sepatu keselamatan dapat tahan panas dan
melindungi dari permukaan kerja yang panas dan melindungi
12

dari kebocoran. Sepatu keselamatan dirancang untuk konstruksi


listrik guna mencegah akumulasi listrik statis pada area
berbahaya atau non-induktif dan untuk melindungi dari
bahaya listrik. Spesifikasi sepatu keselamatan antara lain, tahan
gores, tidak licin, anti statis. Pelindung baja pada bagian depan
terbuat dari baja, tahan 200 Joule dan dapat menahan 20 kg saat
dijatuhkan dari ketinggian 1,5 meter. Persyaratan umum bagi
sepatu adalah harus tahan panas hingga 150°C pada area atas

terbuat dari bahan kulit dan lembut pada bagian dalam12.


2.6 Safety Shoes
Sumber : Agustine Stephanie (2015)

6) Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung ialah pakaian yang dirancang untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari bahaya suhu panas
atau dingin yang ekstrim, paparan api dan benda panas,
semprotan bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan dari mesin, peralatan dan bahan, goresan, radiasi,
hewan, mikro-organisme patogen manusia, tumbuhan dan
lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis pakaian
pelindung antara lain rompi, celemek (Apron), jaket dan pakaian
pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh tubuh14.
Menurut Agustin, rompi pelindung adalah alat pelindung
diri yang dibuat spesial dengan reflektor atau pemantul cahaya.
Banyak digunakan oleh pekerja seperti polisi, penambang,
pengemudi, pekerja gudang, pekerja jalan raya, pekerja taman
dan lain-lain. Salah satu keuntungan memakai rompi adalah
visibilitas dalam gelap, kenyamanan, perlindungan dari air, dan
13

biaya yang relatif murah.12.

Gambar 2.7 Rompi Safety


Sumber : Agustine Stephanie (2015)

2. Konsep Umum Tentang Pengetahuan


a. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoadmojo dalam modifikasi teori Bloom,
menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari proses kognisi
yang terjadi ketika seseorang telah melatih pangindraannya melalui
panca indera orang tersebut yaitu indera peraba, pendengaran,
perasa, penciuman, dan penglihatan16.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoadmojo, pengetahuan
mempunyai enam tingkatan yaitu17:
1) Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat suatu bahan atau materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh materi atau bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh karena itu, “tahu” adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling bawah atau paling rendah. Kata kerja
untuk menilai bahwa orang tersebut tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, dan menyatakan sebagainya.
14

2) Memahami (Comprehention)
Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
dapat menjelaskan objek yang diketahui secara benar dan untuk
menginterpretasikan substansi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham pada suatu objek materi harus dapat
menjelaskan, menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kecakapan untuk menggunakan
bahan atau materi yang telah dipelajari dalam situasi
sebenarnya. Aplikasi dapat diinterpretasikan sebagai
penggunaan hukum, metode, prinsip dan rumus dalam konteks
maupun situasi lainnya. Contohnya dapat menggunakan rumus
statistik dalam perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip untuk memecahkan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4) Analisa (Analysis)
Analisis ialah suatu kemampuan dalam menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-kompenen tetapi
masih berada pada satu struktur organisasi dan masih berkaitan
antara satu dengan yang lain. Kemampuan dalam menganalisis
dapat dilihat dalam cara penggunaan kata kerja seperti
membedakan, menggambarkan, mengelompokkan, memisahkan
dan sebagainya.
5) Sintesa (Synthesis)
Sintesa dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menempatkan atau menghubungkan elemen-elemen di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang menjadi sesuatu yang baru.
Sintesis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dalam
menyusun perumusan dari perumusan-perumusan yang telah
ada.
15

6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan
validasi atau penilaian terhadap suatu bahan atau objek.
Penilaian-penilaian ini didasarkan pada standar yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan standar-standar yang
telah ada.
Penilaian tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman
dengan dua alternatif jawaban, yaitu18 :
a) Benar : diberikan nilai 1
b) Salah : diberikan nilai 0
Kriteria skor penilaian tingkat pengetahuan dibedakan
kedalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut19 :
a) Baik : Jika presentase 76-100% dari jawaban yang benar
b) Cukup : Jika presentase 56-75% dari jawaban yang benar
c) Kurang: Jika presentase <56% dari jawaban yang benar
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu
antara lain16 :
1) Pendidikan
Suatu upaya untuk mengembangkan kepribadian serta
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup merupakan definisi dari pendidikan. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, Orang yang berpendidikan tinggi
akan menerima informasi langsung dari media massa dan dari
orang lain. Semakin banyak informasi yang kami kumpulkan,
semakin banyak informasi kesehatan yang kami miliki.
Pengetahuan dikaitkan dengan pendidikan, dimana pendidikan
tinggi diharapkan dari pendidikan tinggi. Perlu ditegaskan
bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah
tidak selalu harus menempuh pendidikan formal, tetapi dapat
juga ditempuh dengan pendidikan nonformal. Pengetahuan
16

seseorang terhadap suatu objek materi terdiri atas dua aspek,


yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek yang dapat
menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu.
Bila banyak aspek positif dari objek yang diketahui maka
semakin positif sikap terhadap objek tersebut.
2) Media Massa/Informasi
Kemajuan teknologi akan memungkinkan munculnya
berbagai media massa merupakan proses yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang perkembangan
terbaru. Berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi,
surat kabar, majalah dan lainnya mempunyai pengaruh yang
besar terhadap terbentuknya opini dan kepercayan masyarakat,
dalam menyampaikan informasi sebagai tugas utama, media
massa juga menyampaikan pesan dengan saran- saran yang
dapat mengarahkan pendapat seseorang. Adanya informasi yang
baru tentang sesuatu memberikan dasar kognitif baru bagi
pembentukan pengetahuan tentang hal tersebut. Informasi yang
diterima baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat
memberikan efek jangka pendek (immediate impact) sehingga
terjadi perubahan atau terjadi peningkatan pengetahuan.
3) Sosial Budaya dan Ekonomi
Adat dan tradisi yang diterapkan orang tanpa memikirkan
baik dan buruknya buruk, sehingga seseorang akan menambah
pengetahuannya meskipun tidak dilakukan. Status sosial
ekonomi juga turut mempengaruhi pengetahuan seseorang,
ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu
dalam menunjang peningkatan pengetahuan.
4) Lingkungan
Lingkungan yaitu segala sesuatu yang melingkupi
kehidupan seseorang, yang digolongkan dalam lingkungan
sosial, fisik dan biologis. Kemungkinan tidak adanya interaksi
secara timbal balik yang ditanggapi oleh setiap individu sebagai
17

pengetahuan sehingga lingkungan juga mempengaruhi proses


transfer pengetahuan kepada setiap orang yang berada dalam di
lingkungan tersebut.
5) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pembelajaran dan sumber
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara setiap pengetahuan yang diperoleh di ulang kembali
dengan memecahkan masalah yang terjadi pada masa lalu.
Pengalaman kerja yang dikembangkan untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang profesional, serta
pengalaman kerja di bidang pembelajaran akan mampu
mengembangkan keterampilan, terampil dalam pengambilan
keputusan yang yaitu ekspresi dari keterampilan berpikir nyata
dan etis dengan masalah nyata di bidangnya.

3. Konsep Umum Tentang Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri


(APD)
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Kata patuh berarti dengan
senang hati menaati perintah atau aturan dan disiplin. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepatuhan berarti patuh, tunduk atau
aturan20. Pandangan lain, ketaatan menyebabkan perubahan perilaku
yang bersifat sementara (behavior change), dan individu yang berada
di dalamnya cenderung akan kembali ke perilaku atau keyakinan
semula ketika pengawasan kelompok mulai perlahan menghilang
atau ketika individu mulai memburuk. Menurut Healy dan Walker,
pekerja memiliki dua pilihan untuk menciptakan tempat kerja yang
aman dan sehat yaitu dengan cara patuh terhadap kebijakan K3 atau
mencegah masalah terjadi (kecelakaan dan penyakit akibat hubungaan
kerja)22.
Keberhasilan penerapan peraturan keselamatan kerja di
perusahaan harus patuh pribadi baik pekerja maupun manajer hingga
penerapan peraturan dan pedoman kesehatan kerja. Salah satu bagian
18

dari perilaku keselamatan adalah kepatuhan terhadap keselamatan


yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang harus menjaga keselamatan
di tempat kerja. Perilaku ini sesuai dengan standar praktik kerja dan
penggunaan APD21.
Kepatuhan ialah disiplin dalam penerapan prosedur yang
telah ditetapkan. Kepatuhan juga di definisikan sebagai suatu respon
dalam menanggapi perintah, peraturan yang ditunjukkan melalui
kegiatan yang nyata. Teori ini berdasarkan pada suatu keyakinan
bahwa orang pada umumnya menjalankan sesuatu dengan cara yang
berarti dimana, orang akan mempertimbangkan semua informasi
yang tersedia baik secara implisit maupun eksplisit
mempertimbangkan efeknya23.
Kepatuhan dalam menggunakan APD tidak hanya berlaku
bagi tenaga kerja, tetapi juga bagi pimpinan perusahaan, pengawas di
lapangan, supervisor bahkan siapa saja yang memasuki tempat kerja.
Oleh karena itu, supervisor dan pimpinan perusahaan harusnya
menjadi contoh bagi tenaga kerja dengan selalu mengenakan APD
yang wajib digunakan saat memasuki tempat kerja tergolong
berbahaya. Dngan cara ini, karyawan merasa manajer mereka
multidisiplin dan peduli terhadap masalah keselamatan dan kesehatan
tempat kerja (K3)24.
Kepatuhan menyebabkan perubahan yang bersifat sementara
dalam perilaku individu dan akan kembali ke keyakinan atau
kebiasaan aslinya ketika kontrol menghilang atau mengendur.
Menurut Notoadmojo, berikut penyebab yang pengaruhi sikap
terhadap penggunaan (APD) antara lain17 :
a. Usia
Usia ialah harapan hidup diukur dalam tahun. Umur
seseorang dihitung sejak lahir. Usia adalah salah satu variabel
terpenting yang dapat dievaluasi seseorang. Faktor usia
berhubungan langsung dengan pemikiran dan pengetahuan. Seiring
bertambahnya usia, mereka cenderung meningkatkan pengetahuan
19

dan tingkat kecerdasan mereka. Kemampuan mengelola emosi


psikologis dapat mengurangi terjadinya kecelakaan21.
Umur berkaitan dengan kedewasaan psikologis seseorang
meskipun belum tentu bertambahnya usia akan meningkatkan
tingkat kedewasaan seseorang. Namun, Secara umum, seiring
bertambahnya usia, mereka menjadi lebih rasional, mengendalikan
emosi mereka, dan lebih toleran terhadap keyakinan dan perilaku
yang berpotensi membahayakan. Usia secara alami mempengaruhi
kondisi fisik seseorang pada usia tertentu di mana seseorang dapat
berfungsi secara optimal, tetapi pada saat kinerjanya menurun.
Tingkat aktivitas mulai meningkat seiring bertambahnya usia, dan
kemudian usia menurun. Seiring bertambahnya usia seseorang,
mereka menjadi puas dengan cukup cepat karena tingkat
kematangan teknis dan mental mereka. Artinya, semakin tua Anda,
semakin besar kemungkinan Anda untuk menunjukkan
kedewasaan mental, jadi semakin logis Anda berpikir, semakin
pintar Anda, semakin terampil Anda dalam mengendalikan emosi
Anda.semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang
berbeda dari dirinya sendiri dan sifat-sifat lain yang menunjukkan
kematangan intelektual dan psikologis21.
b. Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan ialah tingkat pendidikan formal yang
diselesaikan oleh seorang individu. Tingkat pendidikan sangat erat
kaitannya dengan keterampilan semua karyawan. Tingginya
pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan
yang akan diperoleh dan dipelajarinya. Pendidikan berkaitan
dengan produktivitas. Pendidikan merupakan suatu proses yang
menjadi prioritas dalam pengembangan seseorang untuk
menambah kapasitasnya terhadap sesuatu dan seseorang dapat
memahami dan beradaptasi dengan lingkungan kerja25.
c. Masa Kerja
Pengalaman kerja seseorang sangat penting untuk
20

meningkatkan produktivitas, pengalaman kerja seringkali dikaitkan


dengan lama kerjanya seseorang, semakin banyak jam kerja yang
dimiliki maka akan semakin banyak pula pengalaman yang
dimilikinya sehingga akan meningkat keterampilan. Pengalaman
kerja sangat penting untuk meningkatkan semangat kerja, untuk
mengukur keikutsertaan terkai durasi waktu pekerjaan yang
dikerjakan dengan hak karyawan, hal ini menyatakan kriteria
pekerja tersebut21.
d. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo, pengetahuan adalah hasil bertahun-
tahun dan itu terjadi setelah merasakan suatu objek tertentu.
Persepsi terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera peraba
dan indera perasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan atau
kognisi merupakan area yang sangat penting untuk membentuk
tindakan seseorang. Ketika menerima perilaku baru atau
mengadopsi perilaku melalui proses seperti misalnya berdasarkan
pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, sikap itu akan bertahan
lama. Begitu sebaliknya, jika perilaku tersebut didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tersebut tidak akan
bertahan lama17.
Rongers dalam Notoadmojo mengungkapkan bahwa sebelum
seseorang mengadopsi perilaku baru bagi diri orang tersebut,
terjadi beberapa proses yaitu :
1) Awareness (kesadaran), subjek menyadari dalam arti subjek
telah memahami terlebih dahulu terhadap stimulus/objek
2) Interest (merasa tertarik), subjek tertarik dengan rangsangan
yang diberikan. Disini sikap subjek sudah mulai terbentuk
3) Evaluation (evaluasi), subjek menimbang-nimbang baik dan
tidaknya rangsangan tersebut terhadap dirinya. Hal itu
menandapan bahwa responden sudah lebih baik lagi
21

4) Trial (mencoba), subjek mulai mencoba melakukan sesuatu


sesuai dengan apa yang dikehendaki rangsangan

5) Adoption (adopsi), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan


pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap rangsangan17.
e. Sikap
Sikap secara harafiah menunjukkan konotasi kesesuaian
respon dengan rangsangan yang diberikan Sikap juga dapat
diartikan sebagai suatu reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap stimulus dan objek.. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau kegiatan, tetapi suatu kecenderungan untuk
bertindak atau berperilaku. Seperti pengetahuan, sikap terdiri dari
berbagai macam antara lain21 :
1) Menerima (receiving), subjek mau memfokuskan perhatian
terhadap rangsangan yang diberikan objek
2) Merespon (responding), subjek memberi respon atau jawaban
saat ditanya, terlepas jawaban tersebut benar atau salah adalah
berarti orang tersebut menerima ide yang diberikan serta
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Menghargai (valuing), subjek mengajak orang lain untuk
menyelesaikan suatu masalah dengan cara berdiskusi.
4) Bertanggung jawab (responsible), subjek bertanggung jawab
terhadap setiap pilihan yang dipilihnya21.
Sikap dapat diukur menggunakan dua acara yaitu tidak
langsung maupun langsung. Jika secara langsung, bisa langsung
menanyakan pendapat responden tentang suatu objek atau
pernyataan responden. Hal ini dapat dilakukan secara tidak
langsung dengan pertanyaan hipotesis yang meminta menjawab
(sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju)17.
4. Konsep Umum Tentang Galian C
Bahan golongan C atau batuan secara umum dapat diartikan
sebagai bahan-bahan (material) yang diperoleh dengan cara
22

mengambil, menggali, mengangkut bahan tersebut dari muka dan


perut bumi. Bahan galian adalah materi atau bahan yang dapat
dijumpai di dalam lapisan bumi baik yang berupa unsur kimia, biji,
mineral ataupun segala jenis batuan26
Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, bahan galian golongan C
termasuk dalam kelompok pertambangan mineral yaitu pertambangan
mineral batuan. Dalam Undang-Undang, dijelaskan bahwa mineral
dan batubara diatur usaha-usaha penambangan yang meliputi kegiatan
antara lain26 :
a. Penyelidikan umum
b. Eksplorasi
c. Studi kelayakan
d. Konstruksi
e. Penambangan
f. Pengolahan dan pemurnian
g. Pengangkutan dan penjualan
h. Kegiatan pasca tambang
Bahan galian golongan C adalah material atau bahan galian
yang dapat diusahakan oleh rakyat ataupun badan usaha milik rakyat
misalnya : batu kali, batu gamping, marmer, batu sabak, pasir, kerikil.
Produksi bahan galian C secara umum masih digunakan untuk bahan-
bahan bangunan serta bangunan jalan, jembatan, bendungan dan lain
sebagainya26.
23

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu bentuk kerangka berpikir
yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah.
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah27 :

Pengetahuan tentang Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD


penggunaan alat
pelindung diri (APD)

Gambar 2.10 Kerangka Konsep

Keterangan Gambar :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

: Hubungan

C. Hipotesis
Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ada hubungan pengetahuan tentang penggunaan alat
pelindung diri (APD) dengan kepatuhan penggunaan APD
pada tenaga kerja di Galian C Desa Loli
24
25

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian analitik
kuantitatif berdasarkan studi Cross Sectional dimana penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari variabel Dependent dan Independent serta
pengumpulan data dilakukan sekaligus pada waktu yang sama 27.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan kepatuhan
penggunaan APD pada tenaga kerja di PT. Watu Meriba Jaya..
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di PT. Watu Meriba Jaya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada tanggal 2 – 15 Juni 2022
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah sejumlah kelompok subjek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik sama, yang membedakannya dari kelompok
subjek lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja
di PT. Watu Meriba Jaya. berjumlah 107 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian populasi, tentu memiliki ciri-ciri
yang dimiliki hingga dianggap mewakili populasi. Pada penelitian ini,
peneliti menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dimana
sampel memenuhi karakteristik umum subjek penelitian dari populasi
target yang dijangkau.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Tenaga kerja yang bersedia menjadi responden
b. Tenaga kerja yang bekerja di PT mega beto jaya
c. Tenaga kerja yang bekerja di Desa Loli

24
26

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu :


a. Tenaga kerja yang tidak bersedia menjadi responden
b. Tenaga kerja yang tidak berada di PT mega beto jaya

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan


menggunakan Rumus Slovin, sebagai berikut :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒2

107
𝑛=
1 + 76 (10%)2

107
=
1 + 76 (0,01)2

107
𝑛=
1,37

𝑛 = 51,69 , maka dibulatkan menjadi 52


Jumlah sampel yang diperlukan adalah sebanyak 52 orang.
Keterangan :
N : Jumlah Populasi
n : Jumlah Sampel
e : Batas toleransi kesalahan (10%)

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sebuah karakteristik terukur dan bervariasi yang
ditetapkan oleh peneliti sehingga dapat dipelajari dan membuat
kesimpulan 27. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang
penggunaan alat pelindung diri (APD) yang merupakan variabel
Independent dan kepatuhan penggunaan APD (APD) merupakan variable
Dependent.
27

E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah rangkaian yang dijabarkan mengenai
batasan variabel yang dimaksud dan apa yang akan diukur. Definisi
operasional dibuat untuk kebutuhan dalam ketepatan, komunikasi dan
replikasi27. Berikut adalah rangakaian definisi operasional pada
penelitian :
Pengetahuan tentang penggunaan alat pelindung diri (APD)
Definisi : Informasi yang diperoleh pekerja tentang alat
pelindung diri yang dapat diperoleh dari berbagai
media massa dan mengikuti cara penggunaannya
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Pengisian Kuesioner
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : Jika jawaban responden :
Baik dengan hasil 56-100% dari jawaban yang benar
Kurang Baik dengan hasil <56% dari jawaban yang
benar
Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD)
Definisi : Perilaku patuh, taat kepada perintah dan anjuran atau
aturan yang akan menghasilkan perubahan tingkah
laku
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Pengisian Kuesioner dan dilihat saat meneliti
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : Patuh, jika memakai alat pelindung diri/APD (helm,
rompi, kacamata, sepatu, sarung tangan, masker)
Tidak Patuh, jika tidak memakai satu saja alat
pelindung diri/APD (helm, rompi, kacamata, sepatu,
sarung tangan, masker)
28

F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memilih instrument kuesioner
dalam pengumpulan data sesuai variabel, dengan cara memberikan
pertanyaan kepada responden untuk dijawab28. Kuesioner dalam
penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas karena
mengadopsi dari kuesioner penelitian sebelumnya yaitu Maria Fransiska
(2017).
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data
penelitian, data diperoleh dari dua jenis yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan langsung oleh peneliti
dengan cara membagikan kuesioner kepada responden di PT. Watu
Meriba Jaya.. Data primer terdiri dari 10 pertanyaan yang berisi
tentang pengetahuan terkait alat pelindung diri (APD), sedangkan
untuk kepatuhan pertanyaan terdiri dari 5 pertanyaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tambahan, pelengkap untuk melengkapi
data-data sehingga dapat lebih lanjut diteliti. Data sekunder pada
penelitian ini diperoleh dari pimpinan lapangan PT. Watu Meriba
Jaya..
Setelah data terkumpul, kemudian data akan di olah dengan
beberapa tahap antara lain27 :
1. Editing
Editing merupakan proses dimana data siap untuk keperluan
pengkodean dan ditransfer ke penyimpanan data. Bagian ini dikenal
sebagai pengeditan, tujuannya untuk memastikan kelengkapan,
konsistensi dan keandalan data.
2. Coding
Coding merupakan teknik yang dilakukan untuk mengklasifikasikan
29

jawaban menurut jenisnya. Jawaban yang ada aan diberikan tanda bisa
berupa kode ataupun angka. Selanjutnya akan dimasukkan kedalam
tabel kerja untuk memudahkan dalam pembacaan
3. Tabulating
Tabulating atau tabulasi adalah proses memasukan data-data hasil
penelitian kedalam tabel berdasarkan variabel yang akan diteliti
4. Processing
Processing yaitu data yang telah dikumpullkan kemudia akan
diproses untuk dianalisis.
5. Cleaning
Data yang telah diproses mungkin tidak lengkap, mengandung
duplikat atau terjadi kesalahan. Pembersihan data adalah proses
mencegah dan memperbaiki kesalahan.
H. Analisa Data
Analisa data adalah bagian yang sangat penting untuk
mencapai tujuan yang diharapkan oleh peneliti. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah menjawab pertanyaan peneliti dalam
mengungkapkan fenomena, terdapat dua jenis analisis data yang akan
dipakai pada penelitian ini yaitu :
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat merupakan bentuk analisis data yang paling
sederhana, data analisinya hanya memiliki satu variable. Dalam
penelitian ini, Analisa univariat yang peneliti gunakan akan
menghasilkan nilai berdasarkan distribusi frekuensi27.
f
p= ×100 %
n
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi Jawaban Responden
n : Jumlah atau keseluruhan responden
30

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang digunakan untuk
mengetahui dua variabel yang di duga berhubungan atau berkorelasi.
Untuk mengetahui hubungan variabel independent dan dependent
maka akan dilakukan uji dengan menggunakan uji Chi-square. Uji
Chi-square mempunyai beberapa aturan sebagai berikut27 :
n

X2 = ∑ 2
(Oi−E )
i−1 i

Ei

Keterangan:
X2 : Distribusi chi-square
Oi : Nilai observasi (pengamatan) ke-i
Ei : Nilai ekspektasi ke-i
Persyaratan penggunaan Uji Chi-Square
a. Bila dalam tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) <5 lebih (20%),
maka uji yang akan digunakan adalah Fisher Exact test untuk
semua variabel ditetapkan signifikan derajat penolakan 5% (p =
0,05)
b. Bila tabel 2x2 tidak dijumpai nilai E (harapan) <5 lebih dari (20%),
maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction
c. Bila tabel lebih dari 2x2 maka uji yang digunakan adalah Pearson
Chi- square. Nilai p value <0,05 berarti ada hubungan antara
variabel dependent dan variabel independent. Bila p value >0,05
berarti tidak ada hubungan antara variabel dependent dengan
variabel independent
31

I. Bagan Alur Penelitian

Berikut ini adalah bagan alur penelitian

Proposal Penelitian

Mengurus surat izin pengambilan data di ruang


TU (Tata Usaha) STIKes Widya Nusantara
Palu

Populasi tenaga kerja di PT. Watu Meriba Jaya


di Desa Loli sebanyak 107 orang

Informed Consent menjelaskan dan meminta


persetujuan responden

Pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan


data sekunder

Variabel Independent (Bebas) Variabel Dependent (Terikat)

Analisa Data
Uji Chi-Square

Pembahasan dan Hasil


Saran dan Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Penelitian

BAB IV
32

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


PT. Watu Meriba Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha pertambangan dan selaku pemegang Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Operasi Produksi dengan keputusan Gubernur Sulawesi Tengah dengan
Nomor : 540/380/IUP-OP/BPMP2TSPD/2016 tertanggal 30 Desember 2016
tentang izin usaha pertambangan Operasi Produksi batuan PT. Watu Meriba
Jaya. IUP Operasi Produksi PT. Watu Meriba Jaya terletak di Kelurahan
Buluri, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah seluas 18,58
Ha, jenis komoditas batu gunung kuari besar.
PT. Watu Meriba Jaya melaksanakan kegiatan penambangan dengan
kapasitas produksi tahunan sebesar 420.000 M3/tahun. Total Jumlah pekerja
pada tahun 2022 adalah sejumlah 83 orang.
Dalam melakukan penambangan sistem penambangan yang digunakan
adalah sistem tambang terbuka dengan metode quarry. Quarry adalah metode
tambang terbuka yang dilakukan untuk menggali bahan galian industri atau
batuan. Aktivitas penambangannya berupa kegiatan penggalian, pemuatan,
dan pengangkutan. Dalam melakukan penggalian diupayakan akan dilakukan
dengan memotong sisi bukit dengan pertimbangan teknis keamanan dan
keselamatan kerja dalam proses penambangan.

31
33

Dalam menjalankan aspek K3 dalam perusahaan, manajemen tidak dapat


melakukannya sendiri sehingga perlu didukung oleh sumber daya dan
organisasi yang efektif. Sebagai perwujudan komitmen manajemen terhadap
K3 maka perusahaan membentuk organisasi K3 sebagai ujung tombak dan
menerapkan keselamtan dan kesehatan kerja. PT. Watu Meriba Jaya
mempunyai struktur organisasi K3 yang bertanggung jawab mengawasi dan
menjalankan SOP tentang penggunaan alat pelindung diri untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja.
Dari hasil evaluasi pada pekerja di PT. Watu Meriba Jaya dalam hal
penggunaan APD sudah baik namun masih ada beberapa pekerja yang biasa
tidak menggunakan salah satu APD yang diwajibkan misalnya masker dan
kacamata, namun sesegera mungkin dari organisasi K3 PT. Watu Meriba Jaya
langsung memberikan teguran jika ada pekerja yang mengabaikan SOP yang
ada.

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis kelamin dan
Pendidikan
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Usia, Jenis
kelamin dan Pendidikan tenaga kerja di PT. Watu Meriba Jaya
Karakteristik Subjek Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur
Dewasa Awal (26 - 35 Tahun) 37 71.2
Dewasa Akhir (36- 45 Tahun) 15 28.8
Jenis Kelamin
Laki-laki 52 100
Perempuan 0 0
Pendidikan
SMA 52 100
a
Total sampel 52 (100%). Sumber: Data primer 2022
Pada tabel 4.1 menunjukkan distribusi karakteristik responden
berdasarkan usia, terbanyak pada usia Dewasa Awal (26 - 35 Tahun)
yaitu sebesar 71,2%. Distribusi karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin, keseluruhan responden berjenis kelamin laki-laki.
Distribusi karakteristik responden berdasarkan Pendidikan, semua
responden berpendidikan SMA.
34

2. Analisis Univariat
a. Distribusi Pengetahuan Tenaga Kerja Di PT. Watu Meriba Jaya
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tenaga kerja
di PT. Watu Meriba Jaya
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 43 82,7
Kurang Baik 9 17,3
Jumlah 52 100
a
Total sampel 52 (100%). Sumber: Data primer 2022
Pada tabel 4.4 menunjukkan distribusi karakteristik responden
berdasarkan pengetahuan, terbanyak responden memiliki pengetahuan
Baik yaitu sebesar 82,7%, sedangkan yang memiliki pengetahuan
kurang 17,3%.
b. Distribusi Kepatuhan Tenaga Kerja Di PT. Watu Meriba Jaya
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan kepatuhan tenaga kerja di
PT. Watu Meriba Jaya
Kepatuhan Frekuensi (f) Persentase (%)
Patuh 41 78,8
Tidak Patuh 11 21,2
a
Total sampel 52 (100%). Sumber: Data primer 2022
Pada tabel 4.5 menunjukkan distribusi karakteristik responden
berdasarkan kepatuhan, terbanyak responden memiliki Kepatuhan
yang Patuh yaitu sebesar 78,8%, Tidak Patuh sebesar 21,2%.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Tenaga Kerja Di
PT. Watu Meriba Jaya

Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan


35

Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kepatuhan


Penggunaan APD Pada Tenaga Kerja Di PT. Watu Meriba
Jaya
Kepatuhan
Pengetahuan Patuh Tidak Patuh N P.value
n % n %
Baik 41 78,8 2 3,9 43
0,000
Kurang Baik 0 0,0 9 17,3 9
a
Total sampel 52. Pengetahuan dan kepatuhan. F=52. 100%. Uji Chi square,
b c d e

signifikan bia p<0.05. Sunber : Data primer 2022


Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 52 responden yang
memiliki Pengetahuan Baik dan Patuh ada 41 (78,8%) Responden
yang memiliki Pengetahuan Baik namun tidak patuh berjumlah 2
responden (3,9%), responden yang memiliki Pengetahuan kurang baik
dan patuh tidak ada (0,0%) dan yang memiliki Pengetahuan kurang
dan tidak patuh berjumlah 9 responden (17,3%).
Berdasarkan hasil uji Chi-square nilai p : 0,000 (p value < 0,05),
yang artinya ada Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada
Tenaga Kerja di PT. Watu Meriba Jaya.
C. Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan tentang APD
Pada tabel 4.4 menunjukkan distribusi karakteristik
responden berdasarkan pengetahuan, terbanyak responden memiliki
pengetahuan Baik yaitu sebesar 82,7%, sedangkan yang memiliki
pengetahuan kurang 17,3%.
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
pembentukan perilaku tenaga kerja. Tingkat pengetahuan merupakan
indera yang dimilikinya, namun sebagian besar di dapatkan melalui
indera penglihatan dan pendengaran29. Pengetahuan tenaga kerja terkait
alat pelindung diri (APD) terdiri dari beberapa aspek mulai dari
memahami fungsi APD, cara pemakaian APD dengan benar,
menganalisis dan merekomendasikan APD yang dibutuhkan
36

berdasarkan tingkat risiko bahaya pekerjaan sampai pada cara


mengevaluasi APD yang harus disediakan oleh pihak perusahaan30.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang
dimiliki oleh tenaga kerja tentang alat pelindung diri (APD) memiliki
hubungan yang signifikan dengan tingkat kepatuhan pekerja mekanik
dalam menggunakan APD saat bekerja. Hal ini sesuai dengan teori
Safety Triad (Tiga Serangkai Keselamatan yang mengatakan bahwa
pengetahuan sebagai salah satu faktor terbentuknya budaya
keselamatan dalam diri Seseorang31.
Hal ini sejalan dengan penelitian Mulyanti 32 bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan
APD dengan nilai ρ=0.004 (ρ<0.05) dan proporsi responden yang
menggunakan APD 100% terdapat pada responden dengan
pengetahuan kategori sangat baik, 71.4% terdapat pada responden
dengan pengetahuan kategori baik, dibandingkan responden dengan
pengetahuan cukup baik yaitu 18.2%. Artinya, semakin tinggi
pengetahuan seseorang maka semakin mengerti pekerja untuk
menggunakan apa yang telah disediakan oleh perusahaan seperti dalam
pemakaian APD sehingga dapat memperkecil terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
pendidikan dasarnya, pengalaman dalam melakukan suatu pekerjaan
atau pengalaman pernah memperoleh kecelakaan jika tidak
menggunakan APD.
Pada umumnya seorang tenaga kerja yang memiliki tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang alat pelindung diri
pasti memahami risiko bahaya yang ada di tempat kerjanya, sehingga
selama melaksanakan pekerjaannya, maka pekerja akan memiliki
tingkat kesadaran yang tinggi, sehingga dapat patuh dalam
mengaplikasikan penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja dan
bisa menciptakan budaya keselamatan.
37

2. Kepatuhan Tentang Penggunaan APD


Pada tabel 4.5 menunjukkan distribusi karakteristik responden
berdasarkan kepatuhan, terbanyak responden memiliki Kepatuhan
yang Patuh yaitu sebesar 78,8%, Tidak Patuh sebesar 21,2%.
Pekerja yang patuh di antaranya telah memakai APD seperti
rompi, kacamata ,sepatu boots dan sarung tangan, namun ada pekerja
yang hanya menggunakan topi dan tidak menggunakan masker untuk
menghindari dirinya sendiri dari debu di tempat kerja. Berdasarkan
hasil di atas, peneliti memiliki asumsi sendiri bahwa pekerja yang
patuh menggunakan APD dikarenakan takut terhadap sanksi atau
pemberian hukuman oleh atasan, sehingga pekerja menggunakan APD
untuk menghindari sanksi yang ada. Manajemen K3 perusahaan
sebaiknya lebih ketat dalam pengawasan pekerja yang tidak
menggunakan APD guna menghindari kecelakaan kerja yang fatal
akibat kendornya aturan penggunaan APD.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Firnando33 diamati bahwa pekerja yang menggunakan APD meliputi
helm pengaman, pakaian kerja, kaplas, apron kulit, sarung tangan
karet, stiwel, dan sepatu pengaman pada bagian pekerja yang
melakukan pengelasan. Persepsi tentang potensi bahaya yang dapat
muncul merupakan faktor yang menggambarkan baik dan kurangnya
pengetahuan pekerja. Semakin baik pengetahuannya, maka akan
semakin baik pula ia melihat bahwa banyak sekali potensi bahaya yang
dapat muncul di tempat ia bekerja.
Apabila ditinjau dari hasil penelitian diketahui bahwa
sebenarnya pekerja mengerti tentang jenis APD dan potensi bahaya
yang dapat mengancam keselamatan apabila tidak menggunakan APD,
tetapi mereka tidak mempunyai kesadaran akan pentingnya
keselamatan dalam bekerja dengan tidak menggunakan APD dengan
aman dalam bekerja.
38

Selanjutnya pekerja yang baik memiliki pengetahuan dan


kesadaran untuk melindungi dirinya terhadap bahaya keselamatan
kerja karena mereka mengerti risiko yang diterima jika berperilaku
baik ataupun kurang baik terhadap peraturan yang ada. Pekerja yang
baik dalam kepatuhan memakai APD akan selalu berperilaku aman
dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat mengurangi jumlah
kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang kurang baik dalam
kepatuhan memakai APD maka akan cenderung melakukan kesalahan
dalam setiap proses kerja karena tidak mematuhi standar dan peraturan
yang ada. Mereka merasa bahwa peraturan yang ada hanya akan
membebani dan menjadikan pekerjaan menjadi lebih lama selesai.
Pekerja yang kurang dalam mematuhi pemakaian APD maka akan
berperilaku tidak aman karena merasa menyenangkan dan
memudahkan pekerjaan. Misalnya pekerja tidak memakai alat
pelindung diri (APD) karena merasa tidak nyaman dan mengganggu
proses kerja yang ada.
Hal inilah yang dapat meningkatkan peluang terjadinya
kecelakaan kerja ringan bahkan kecelakaan kerja yang lebih berat.
Sebagian besar pekerja kurang baik dalam menggunakan APD.
Berbagai macam alasan yang telah diungkapkan oleh pekerja antara
lain ketidaknyamanan dalam penggunaan APD selama bekerja. Ini
merupakan alasan yang banyak dikemukakan oleh pekerja.
Ketidaknyamanan disini diantaranya adalah panas, berat, berkeringat,
atau lembab, sakit, pusing, sesak dan sebagainya. Alasan lainnya yaitu
merasa bahwa pekerjan tersebut tidak berbahaya atau berdampak pada
keselamatan dan kesehatannya. Terutama bagi para pekerja yang sudah
bertahun-tahun melakukan pekerjaan tersebut. Kesalah pahaman
terhadap fungsi APD akibat kurangnya pengetahuan akan fungsi dan
kegunaan APD, APD mengganggu kelancaran dan kecepatan
pekerjaan adalah alasan lain pekerja tidak patuh dalam menggunakan
APD di tempat kerja.
39

Oleh karena itu perlu ditunjang peningkatan kepatuhan


penggunaan APD secara lebih spesifik dan komprehensif seperti
penggunaan APD dengan mengetahui perbedaan kegunaan jenis APD
yang bermacam-macan agar tidak terjadi penyakit atau gangguan
kesehatan pada pekerja. Pihak pengawas atau perusahaan perlu
melakukan tindak lanjut pada pekerja yang tidak menggunakan APD
secara baik dan benar.
3. Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Tenaga Kerja Di
PT. Watu Meriba Jaya.
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 52 responden yang
memiliki Pengetahuan Baik dan Patuh ada 41 (78,8%) Responden
yang memiliki Pengetahuan Baik namun tidak patuh berjumlah 2
responden (3,9%), sedangkan responden yang memiliki Pengetahuan
kurang baik dan patuh tidak ada (0,0%) dan yang memiliki
Pengetahuan kurang dan tidak patuh berjumlah 9 responden (17,3%).
Berdasarkan hasil uji Chi-square nilai p : 0,000 (p value < 0,05), yang
artinya ada Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada
Tenaga Kerja di PT. Watu Meriba Jaya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Friska dkk 34, berdasarkan
hasil statistik menggunkan chi square test menunjukkan hasil yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja, hal ini terlihat
dari p-value < 0,05, yakni 0,002 sehingga dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
mekanik di area workshop saat bekerja.
Pada hasil penelitian didapatkan pekerja yang kurang patuh
terhadap penggunaan APD yakni, alat pelindung mulut dan hidung dari
hasil observasi diketahui 2 responden yang tidak patuh namun
memiliki pengetahuan yang baik. Ini dikarenakan responden merasa
40

sesak jika terlalu lama menggunakan masker sehingga sesekali


responden melepaskan masker yang harusnya tetap digunakan. Dari
hasil analisis diatas peneliti berasumsi bahwa hal ini dapat terjadi
dikarenakan kurangnya kemauan pekerja untuk berperilaku sesuai
dengan budaya K3. Bila ditinjau dari lapangan, baik pekerja maupun
manajemen perusahaan kurang melakukan pengawasan dan tindak
lanjut yang tegas terhadap pekerja yang masih berperilaku tidak aman.
Hasil wawancara dengan penanggung jawab perusahaan
mengatakan bahwa, pekerja sudah sering diberikan pelatihan kerja
namun ketidaknyamanan merupakan faktor utama yang menyebabkan
prosedur kerja tidak berlaku. Artinya tingkat kepatuhan pekerja masih
kurang optimal, dan faktor kebiasaan serta kesadaran pekerja itu
sendirilah yang menyebabkan hal ini dapat terjadi. Tingkat pendidikan
dan usia pekerja sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pekerja dan
membentuk perilaku secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
pekerja menjadi tidak aman apabila dilandasi kebiasaan dan belum
mengalami peristiwa kecelakaan. Sedangkan pada aplikasinya sendiri
kepatuhan penggunaan APD pekerja, kerap kali tidak diaplikasikan
sesuai dengan bidang ilmunya. Hubungan antara kepatuhan dengan
perilaku aman seharusnya memiliki nilai kuat, artinya kepatuhan yang
tinggi juga akan mempengaruhi perilaku yang baik dan aman pada saat
bekerja.
Hal ini sesuai yang dikemukakan Halimah dari penelitiannya
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman yang
menyatakan bahwa, responden yang berumur muda lebih memiliki
perilaku yang aman dalam bekerja sebesar 84,8 % dan pekerja dengan
usia tua berperilaku aman sebesar 15,2 %. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Sirait dan Paskarini tentang analisa perilaku aman pada
pekerja, menyatakan bahwa pekerja konstruksi lebih didominasi oleh
usia 21-30 tahun sebesar 76,7 % mampu berperilaku aman saat
bekerja. Artinya, usia muda memiliki tingkat kepatuhan penggunaan
APD yang baik dari pada responden yang berusia tua. Selain Usia
41

pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruh


tingkat pengetahuan dan kepatuhan para pekerja dalam memakai
APD35.
Tingkat pendidikan menurut Suhardjo adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan.
Pendidikan merupakan dasar seseorang untuk mengembangkan diri
dan kemampuan dalam melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Sirait
dan Paskarini menyatakan bahwa pendidikan adalah pendidikan formal
terakhir yang ditempuh dan ditamatkan oleh seseorang dalam
hidupnya35. Sedangkan perilaku aman menurut Heinrich adalah
tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan
yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap
karyawan. Sedangkan menurut Bird and Germain, perilaku aman
adalah tindakan yang tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan atau
insiden (near miss)36.
Berdasarkan hasil tinjauan observasi lapangan didapatkan
sebaran pendidikan pekerja, bahwa rata-rata pekerja memiliki
pendidikan SMA. Hal ini dikarenakan banyak pekerja yang tidak
mampu meneruskan pendidikan perguruan tinggi sehingga dengan
kebutuhan ekonomi yang tinggi harus memaksa untuk bekerja.
Tingkat pendidikan ini erat kaitannya dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh masing-masing pekerja. Pada umumnya semakin
tinggi tingkat pendidikan formalnya yang pernah dicapai seseorang,
maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat dan dipelajari
oleh orang tersebut. Menurut Siagian pekerja yang mempunyai
latarbelakang pendidikan tinggi akan mewujudkan motivasi kerja yang
berbeda dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Semakin
meningkat pendidikan orang akam mampu untuk memahami dan
menyesuaikan diri dalam lingkunngan kerja. Menurut Avianto, faktor
pendidikan berhubungan dengan produktifitas37.
42

Pernyataan diatas sesuai dengan pernyataan Tarwaka tentang


kesehatan dan keselamatan kerja, bahwa tingkat pendidikan sangat
berpengaruh pada pola pikir seorang pekerja dalam mengambil keputusan
untuk dirinya sendiri. Pekerja lebih cenderung akan berperilaku aman yang
dilandasi akan aturan ditempat kerja24. Sedangkan menurut hasil penelitian
Pujiono, mengemukakan pendidikan tinggi memiliki hubungan yang erat
terhadap perilaku aman pekerja. Hal ini dikarenakan pekerja
berpendidikan lebih memiliki wawasan dan kematangan emosional dalam
bertindak38.
Apabila ditinjau dari hasil penelitian diketahui bahwa
sebenarnya pekerja mengerti tentang jenis APD dan potensi bahaya yang
dapat mengancam keselamatan apabila tidak menggunakan APD, tetapi
mereka tidak mempunyai kesadaran akan pentingnya keselamatan dalam
bekerja dengan tidak menggunakan APD dengan aman dalam bekerja.
Pekerja yang kurang patuh terhadap penggunaan APD lebih banyak
merupakan pekerja yang memiliki pendidikan rendah.
APD merupakan alat yang digunakan pekerja untuk
melindungi dari potensi bahaya yang ada. Dengan begitu, diharapkan
pekerja dapat meminimalisir pelung terjadinya cedera akibat kerja. APD
dapat dilakukan jika usaha penanggulangan secara teknik dan administrtif
telah dilakukan namun tidak sepenuhnya dapat mengendalikan bahaya
sehingga risiko yang ada masih tetap tinggi. Untuk itu, APD merupakan
metode yang paling baik dan penting dalam pengendalian bahaya,
mengingat pekerjaan di bidang konstruksi adalah salah saru bidang yang
memiliki risiko yang tinggi. Jika kepatuhan penggunaan APD tersebut
tidak baik, maka APD yang digunakan tidak akan berfungsi dengan baik
dan maksimal untuk melindungi pekerja sesuai dengan fungsinya. Hal ini
dapat diartikan bahwa pengendalian yang dilakukan akan sia-sia.
Jika ditelaah lagi tentang APD berdasarkan Permenakertrans
No 8 tahun 2010, Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Artinya
43

pekerja harus memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap


penggunaan APD. Pekerja wajib menggunakan APD sesuai dengan resiko
dan potensi bahaya yang akan dihadapi di tempat kerja14.
Oleh karena itu perlu ditunjang peningkatan kepatuhan
penggunaan APD secara lebih spesifik dan komferehensif seperti
penggunaan APD dengan mengetahui perbedaan kegunaan jenis APD
yang bermacam-macan agar tidak terjadi penyakit atau gangguan
kesehatan pada pekerja. Pihak pengawas atau perusahaan perlu melakukan
tindak lanjut pada pekerja yang tidak menggunakan APD secara baik dan
benar.
Selain itu, perlu dilakukan pelatihan pada pekerja untuk
meningkatkan dan memperkuat kepatuhan yang telah dimiliki. Pelatihan
bagi pekerja merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan
keahlian tertentu sarta sikap agar pekerja semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan
standar. Sehingga berdampak pada kepatuhan pekerja. Pelatihan APD
dapat dilakukan pada saat kegiatan yang telah dibuat oleh pihak
perusahaan dimana semua pekerja wajib mengikuti dan berkumpul
bersama. Pelatihan dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi terkait
prosedur APD dan pelaksanaan program APD yang benar yang dibuat
menjadi beberapa sesi pertemuan yang dilakukan secara berkala. Hal ini
ditujukan untuk pelatihan dan tidak mudah lupa karena penyamaian materi
dilakukan sedikit demi sedikit serta berlangsung secara rutin.
D. Keterbatasan Peneliti
Pada saat meneliti responden atau karyawan yang bekerja di Galian C
Watu Meriba berada pada lokasi yang berbeda dan memiliki jarak antara 500
meter dan akses jalan yang berbatu sehingga menyulitkan peneliti untuk
menemui responden. Selain itu, hambatan yang ditemui adalah jam kerja yang
memiliki shif, yang pengukuran dilakukan hanya pada shif pagi. Oleh karena
hambatan tersebut berhubungan dengan lokasi dari tempat penelitian, maka
peneilti berkoordinasi dengan pihak perusahaan dan Kepala Tehnik Tambang
44

menemani peneliti untuk menemui responden denga menggunakan kendaraan


perusahaan .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat Pengetahuan para pekerja, memiliki pengetahuan Baik.
2. Sebagian besar pekerja patuh dalam penggunaan APD.
3. Terdapat Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Tenaga Kerja Di
PT. Watu Meriba Jaya.
B. Saran
1. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
fenomena tentang insiden penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam
menjaga Kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan. Untuk penulis
selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut serta
menjadi referensi untuk penelitian sejenis.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
motivasi pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) sehingga
dapat merasakan kenyamanan dalam hal keselamatan kerja.
3. Bagi Tenaga Kerja PT. Watu Meriba Jaya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta
penerapan sasaran keselamatan pekerja, sehingga pekerja dapat memahami
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan keselamatan di
perusahaan sehingga tidak terjadi insiden yang tidak diinginkan.

43
45

DAFTAR PUSTAKA

1. Maria Sinaga. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan


Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Tenaga Kerja Pemamen Kelapa
Sawit di PT. Socfindo Tanah Gambus Kabupaten Batubara. 2018. Sumatera
Utara
2. Zerlina Prabawati. Analisis Kepatuhan Pekerja Terhadap Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) di Proyek Light Rail Transit Jakarta (LRTJ) PT. X.
2018. Jakarta
3. Sedarmayanti. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. 2009.
Bandung : CV Mandar Maju
4. Risal. Pengaruh Tambang Galian Golongan C Terhadap Pendapatan Perkapita
Masyarakat Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang. 2015. Makassar
5. Jamsostek. Kecelakaan Kerja Terabnyak di Sektor Industri. Online Juni 24,
2017. [Dikutip 2 Januari 2022]. Tersedia Dari : http://ww.jamsosteek.co.id
6. Lidia Sarah Fairyo, Anik Setyo Wahyuningsih. Kepatuhan Pemakaian Alat
Pelindung Diri Pada Pekerja Proyek. Higeia Journal of Public Health
Research and Development. 2018
7. Suma’mur. Hyigiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). 2013.
Jakarta : PT. Sagung Seto
8. Silaban, G. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi Pertama. 2015. Medan :
Prima Jaya
9. Tawarka. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. 2008. Jakarta : PT.
Gramedia
10. Agus Aan Adriansyah, Suyitno, Nikmatus Sa’adah. Kepatuhan Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) Masker Ditinjau Dari Pengetahuan dan Sikap
Pekerja. Ikesma : Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Vol.17, No.1. 2021
11. Lira Mufti Azzahri, Khairul Ikhwan. Hubungan Pengetahuan Tentang
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD
Pada Perawat di Puskesmas Kuok. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.3,
No.1. 2019
12. Agustine, Stephanie. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Faktor-
Faktor yang Berpengaruh Pada Pekerja Perusahaan Jasa Konstruiksi. 2015.
Jakarta : FK UI
13. Silaban, G. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Edisi Pertama. 2015. Medan :
Prima Jaya
14. Nomor PER/08/MENVII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2010. Jakarta
15. OSHA. Personal Protective Equipment. 2016
16. Notoatmodjo. Defenisi Tingkat Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2014
17. Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. 2012
18. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung : CV. 2015
19. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P.
P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika. 2017
46

20. KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) Daring Edisi III. Jakarta :
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. 2016
21. Zerlina Prabawati. Analisis Kepatuhan Pekerja Terhadap Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) di Proyek Light Rail Transit Jakarta (LRTJ) PT X
[skripsi]. Jakarta : Universitas Binawan. 2018.
22. Siregar, N.S. 2016. Hubungan Kepatuhan Terhadap Kebijakan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Kecelakaan Kerja Pemanen Sawit Di
Kebun Perlabian Pt. Tolan Tiga (Sipef)Tahun 2016. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/
(Diakses 18 Januari 2022)
23. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2013
24. Tarwaka. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. 2014
25. Andri Dwi Puji, Bina Kurniawan, Siswi Jayanti. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dnegan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pada Pekerja Rekanan. Semarang : SKM UNDIP.Vol 5, Nomor 5. ISSN :
2356-3346. 2017
26. Putra Saroeli Zebua. Dampak Penambagan Bahan Galian Golongan C
Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat dan Lingkungan di Desa Tuwuna
Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat [tesis]. Medan. 2016
27. Sihombing R M. Manajemen Keperawatan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
2020.
28. Kamalia L A. Manajemen Keperawatan (Nursing Management). Bandung:
Media Sains Indonesia. 2020
29. Suma’mur, PK. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung,
Jakarta. 2019..
30. Neal, A. & Griffin, M. A. Safety climate and safety behaviour. Australian
Journal of Management, 27 (special issues), 67‐73. 2018.
31. Pusparini, A. Bunga Rampai HIPERKES & Kesehatan Kerja. Semarang:
Badan Penerbit UNDIP. Cetakan pertama. 2018
32. Mulyanti, D. 2008. Faktor Predisposing, Enabling, Dan Reinforcing Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di
Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh Tahun 2008. Tesis Kekhususan
Kesehatan Kerja. FKM USU. Medan. http://www.repository.usu.ac.id/
(Diakses 20 Mei 2022).
33. Firnando, R. . 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan
Alat Pelindung Diri Pekerja Pengelasan Galangan Kapal. Journal Of
Industrial Hygiene And Occupational Health, 3(10), 23–33.
34. Friska Ayu, Muslikha Nourma R, Merry Sunaryo. 2019. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada
Pekerja Mekanik Di Area Workshop Pt. Xyz Kota Surabaya. Medical
Technology and Public Health Journal (MTPH Journal).
35. Fransisca Anggiyostiana Sirait, Indrianti Paskarini. Analisis Perilaku Aman
pada Pekerja Konstruksi dengan Pendekatan BSS. 2016. Surabaya : FKM-
Airlangga, Vols. Volume.5, No.1.
36. Agustine, Stefanie. 2015. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri dan
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Pada Pekerja Perusahaan Jasa Konstruksi.
Jakarta : FK_UI.
47

37. Annishia. 2011. Analisis Perilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT P


(Persero) di Proyek Pembangunan Tiffany Apartemen Jakata Selatan.
FIK_UIN, Jakarta.
38. Pijiono. 2015. Analisa Potensi Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan Dengan
Metode Hazard and Operability. Malang : FT_UNBRA.
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEPATUHAN
PENGGGUNAAN APD PADA TENAGA KERJA
DI PT. WATU MERIBA JAYA.

Kode Responden........................................................................(diisi oleh


peneliti)

A. Data Responden
Petunjuk Pengisian :
1. Semua pertanyaan harus dijawab
2. Berilah tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan dan
isilah titik-titik jika ada pertanyaan
3. Bila ada yang tidak dipahami dapat ditanyakan pada peneliti

Nama Responden : …………………………………………


Umur : …………………………………………
Jenis Kelamin :  Laki-laki Perempuan
Pendidikan Terakhir :  SD  D-III
 SMP  S-I  SMA

B. Kuesioner Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap paling benar
dan apabila ada yang tidak dipahami dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Apakah pengertian dari alat pelindung diri (APD)


a. Alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari bahaya
dan penyakit akibat kerja
b. Alat yang dipakai untuk mempermudah dalam bekerja
c. Alat yang dipakai untuk aksesoris dalam bekerja

2. Bagaimana ciri-ciri alat pelindung diri (APD) yang baik ?


a. Alat pelindung yang bagus dan menarik
b. Alat pelindung diri yang mahal
c. Alat pelindung diri yang dapat melindungi pekerja,
nyaman, tidak menggangu gerak, dan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan
3. Mengapa harus menggunakan alat pelindung diri(APD) selama
melakukan pekerjaan ?
a. Takut kena sanksi
b. Untuk melindungi diri dari faktor resiko bahaya pada saat bekerja
c. Ikut-ikutan teman kerja yang memakai alat pelindung diri

4. Manfaat apa yang diperoleh dengan menggunakan alat


pelindung diri (APD) saat bekerja ?
a. Menghindari diri dari faktor resiko bahaya saat bekerja
b. Mematuhi peraturan sehingga tidak mendapat teguran dari atasan
c. Supaya mendapat pujian dari mandor

5. Alat pelindung diri (APD) apakah yang wajib digunakan pada saat
bekerja ?
a. Sepatu boot, sarung tangan, helm
b. Sarung tangan , sepatu boot, helm, kacamata , masker
c. Helm, sarung tangan, kacamata, masker, sepatu boot, rompi

6. Alat pelindung diri (APD) yang tepat untuk melindungi kepala


saat bekerja adalah ……
a. Sarung tangan
b. Kacamata
c. Helm

7. Bahaya apa yang dapat terjadi jika tidak memakai sepatu boot ?
a. Iritasi kulit
b. Terjatuh
c. Tertusuk benda tajam

8. Alat pelindung diri (APD) yang tepat digunakan untuk


melindungi mata dari serpihan benda kecil seperti abu, pasir
dan serpihan benda lain adalah
a. Kacamata
b. Sarung tangan
c. Masker

9. Berikut adalah alasan seseorang tidak menggunakan alat


pelindung diri (APD), kecuali …..
a. Membatasi gerakan
b. Nyaman dipakai
c. Menggangu penglihatan
10. Bagaimana pemilihan alat pelindung diri (APD) yang
tepat dalam melakukan pekerjaan ?
a. APD yang digunakan harus mahal
b. APD yang digunakan harus dalam keadaan baik dan
sesuai dengan standar yang ditentukan
c. APD yang digunakan harus dalam keadaan baru

C. Kuesioner Kepatuhan
Petunjuk Pengisian :
1. Apakah anda patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Helm pada saat bekerja ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

2. Apakah anda patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


Kacamata pada saat bekerja ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

3. Apakah anda patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


Masker pada saat bekerja ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

4. Apakah anda patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


Sepatu Boot pada saat bekerja ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

5. Apakah anda patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)


Sarung tangan pada saat bekerja ?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
LEMBAR OBSERVASI KEPATUHAN PENGGUNAAN APD

Menggunakan
APD yang dingunakan (beri tanda v bila karyawan menggunakan) APD dengan keterangan
N No
Tanggal lengkap
O responden
Penutup Kepala Sarung
Rompi Kacamata Sepatu masker Ya Tidak
(helm) tangan

Anda mungkin juga menyukai