Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PROJECT

FAKTOR PENYEBAB MENINGKATNYA KASUS ANEMIA DI UPT


KAMPUNG BALI SEKALIGUS UPAYA PETUGAS UNTUK MEGATASI
KASUS TERSEBUT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

ANI KUMALA SARI (21011329)

ENGLA BUTET (21011336)

NIDA MAULIDYA (21011345)

NENGSIH (21011351)

YUNI LESTARI TANIA (21011364)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

POLITEKNIK ‘AISYIYAH PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami berada dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga saya dapat
menyusun makalah ini sebagai tugas. Semoga makalah ini akan bermanfaat bagi
semua pembaca terutama bagi keluarga besar POLITEKNIK ‘AISYIYAH
PONTIANAK.

Proposal Project “FAKTOR PENYEBAB MENINGKATNYA KASUS


ANEMIA DI UPT KAMPUNG BALI” ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah “Metodologi Penelitian”. Dan kami ucapkan terima kasih kepada
ibu Nurhasnah, SKM., M.Kes selaku dosen pengajar yang telah memberi
kesempatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan Makalah ini.

Data yang ditulis didalam proposal projek ini berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan salah satu anggota kelompok 7 selama menjalankan dinas praktek
ANC di UPT Kampung Bali. Data yang ditulis dapat dipastikan akurat.

Akhir kata saya sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dan kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah
ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pontianak

Senin, 13 Juli 2023

Tim Penyusun

2
Kelompok 7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan 8
D. Manfaat 9

BAB II PEMBAHASAN 10

A. Pendahuluan 10
B. Hasil/Data yang Diperoleh 10
C. Hipotesis 11
D. Kerangka Penelitian 12
E. Variabel apenelitian 12
F. Desain Penelitian 13
G. Definisi Operasional 13
H. Sempel Penelitian 14
I. Teknik Pengumpulan Data 14

BAB III PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15
B. Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan
masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukan
derajat kesehatan masyarakat, juga dapat mengambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab lansung kematian ibu
adalah anemia. (Yuliani dkk, 2023)

Anemia dalam kehamilan masih merupakan masalah kronik di Indonesia


terbukti dalam prevalensi pada wanita hamil sebanyak 63,5%. Dalam empat tahun
terakhir prevalensi anemia tidak menunjukan penurunan yang cukup bermakna.
Dalam era pembangunan di Indonesia seperti sekarang ini dimana mutu sumber
daya manusia merupakan keadaan yang sangat diprioritaskan maka masalah
anemia perlu mendapat penanganan yang serius. Anemia dalam kehamilan dapat
berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas.

Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti :

1. Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel
otak.
2. Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawah/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Ibu hamil yang menderita
anemia memiliki kemungkinan akan mengalami perdarahan post partum.
3. Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin kurang dari 11 gram% selama masa kehamilan pada trimester 1
dan ke-3 dan kurang dari 10 gram% selama masa post partum dan trimester

4
2. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang
membahayakan bagi ibu dan janin.
4. Di berbagai Negara berkembang masih banyak negara, khususnya yang
tinggal di pedesaan beranggapan bahwa lebih baik memiliki keluarga besar
dari pada keluarga kecil. Hal ini mengakibatkan banyak wanita yang
terpaksa menikah dan melahirkan pada usia muda dan tidak berhenti
melahirkan sebelum mencapai usia 40 tahun.
5. Menurut Unicef paritas atau jumlah anak yang dilahirkan ibu sangat
berkaitan dengan jarak kelahiran. Semakin tinggi paritasnya, maka semakin
pendek jarak kelahirannya. Hal ini dapat membuat seorang ibu belum cukup
waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Paritas yang tinggi dapat
menyebabkan kondisi kesehatan ibu menurun dan sering mengalami kurang
darah sehingga berpengaruh buruk pada kehamilan selanjutnya.
Berdasarkan status pendidikan, kebanyakan ibu hanya sampai sekolah dasar,
bahkan ada yang tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan
berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada
keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah
pengetahuan makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Pendidikan ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap
terjadinya anemia.
6. Mengingat masih rendahnya konsumsi tablet tambah darah dan masih
rendahnya cakupan program distribusi tablet tambah darah, maka perlu
dilakukan upaya peningkatan cakupan dan peningkatan konsumsi melalui
pemberdayaan masyarakat dan proaktif dari petugas dalam menjangkau
sasaran ibu hamil agar sedini mungkin ibu hamil mendapatkan pelayanan
ANC memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan.
7. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Induk Pada tahun
2009 jumlah ibu hamil trimester III sebanyak 1520 orang dan yang
menderita anemia sebanyak 166 orang (10,92%). Pada tahun 2010 jumlah
ibu hamil trimester III sebanyak 1374 orang dan yang menderita anemia
sebanyak 148 orang (10,77%). Menurut data awal yang diperoleh di
Puskesmas Tonsea Lama Kecamatan Tondano Utara, pada tahun 2009

5
jumlah ibu hamil trimester III sebanyak 206 orang dan yang menderita
anemia 30 0rang ( 14.56% ). Sedangkan pada tahun 2010 jumlah ibu hamil
trimester III sebanyak 188 orang dan yang menderita anemia sebanyak 26
orang (13,82%). Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian anemia di UPT Kampung bali.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 307/100.000


kelahiran hidup dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI,
2003). Penyebab kematian ibu ada 2, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan pasca postpartum,
eklampsi, penyakit infeksi, dan plasenta previa yang semua bersumber pada
anemia defisiensi besi. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
menstimulasi atau merangsang terhadap terwujudnya sebuah perilaku kesehatan.
Apabila ibu hamil mengetahui dan memahami akibat anemia dan cara mencegah
anemia maka akan mempunyai perilaku kesehatan yang baik dengan harapan
dapat terhindar dari berbagai akibat atau risiko dari terjadinya anemia kehamilan.
Perilaku kesehatan yang demikian berpengaruh terhadap penurunan kejadian
anemia pada ibu hamil. Tujuan secara umum penelitian ini adalah mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di UPT Kampung bali (Anemia et al., 2013)

Masa kehamilan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan janin


menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa kehamilan
akan berdampak besar bagi kesehatan ibu maupun janin. Salah satu masalah gizi
yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia, yang merupakan masalah gizi
mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia . Badan Kesehatan Dunia
melaporkan bahwa pada tahun 2005 terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di
negara berkembang (WHO 2005). Di Indonesia prevalensi anemia pada ibu hamil
juga masih tinggi yaitu 37,1% atau satu diantara tiga ibu hamil di Indonesia
menderita anemia (Balitbangkes 2013). Anemia pada ibu hamil di negara
berkembang umumnya diduga karena kekurangan zat besi (van den Broek &
Letsky 2000). Menurut definisi WHO, anemia pada kehamilan adalah bila kadar
hemoglobin (Hb) (Tanziha et al., 2016).

6
Anemia bukan hanya berdampak pada ibu, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita defisiensi zat besi atau anemia kemungkinan besar mempunyai
cadangan zat besi yang sedikit atau tidak mempunyai persediaan sama sekali di
dalam tubuhnya walaupun tidak menderita anemia. Hal ini dapat menyebabkan
gangguan fungsi kognitif saat remaja dan dewasa (McCann et al. 2007; Kar et al.
2008). Scholl (2005) menyatakan bahwa kekurangan zat besi yang berat pada ibu
hamil dapat mengakibatkan penurunan cadangan zat besi pada janin dan bayi yang
dilahirkan, yang merupakan predisposisi untuk mengalami anemia defisiensi zat
besi pada masa bayi. Penelitian faktor risiko anemia di Indonesia sejauh ini
banyak dilakukan namun pada skala kecil, oleh karenanya perlu diteliti dalam
skala yang lebih besar dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian adalah menganalisis
faktor risiko pada ibu hamil di Indonesia baik di perdesaan maupun di perkotaan
(Astriana, 2017).

Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis


yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil
sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang signifikan,
jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30 %, sehingga memerlukan
peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin
(Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk berbagi
dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30 % lebih banyak dari pada
sebelum hamil (Noverstiti, 2012). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia kehamilan diantaranya gravid, umur, paritas, tingkat
pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe (Ristica, 2013).

Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur
seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20
tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya

7
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil
penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2014). Paritas merupakan
salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat besi pada ibu hamil. Menurut
Manuaba (2010), wanita yang sering mengalami kehamilan dan melahirkan makin
anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini disebabkan selama kehamilan
wanita menggunakan cadangan besi yang ada di dalam tubuhnya (Salmariantyty,
2012). Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child"
(potensial membahayakan ibu dan anak). Dampak dari anemia pada kehamilan
dapat terjadi abortus, persalinan pre¬maturitas, hambatan tumbuh kembang janin
dalam rahim, mudah terjadi infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
(KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan His, kala pertama dapat
berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, dan pada kala nifas terjadi
subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi
puerperium, dan pengeluarkan AS1 berkurang (Aryanti dkk, 2013).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah karena perdarahan,


infeksi dan eklampsi, sedangkan penyebab tidak langsung diantaranya adalah
karena anemia. Anemia hamil disebut Potential Danger To Mother and Children
(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada
lini terdepan. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang
cukup tinggi (Manuaba, 1998). Anemia dalam kehamilan yang paling sering
dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi
dalam makanan karena gangguan absorbsi, gangguan penggunaan atau
perdarahan. Frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar
10% dan 20% (Prawirohardjo, 2009). Risiko kematian ibu karena anemia yang
disebabkan perdarahan masih cukup tinggi yang diperkirakan pada Tahun 2003-
2010 mencapai 40 %.Anemia dalam kehamilan patut diwaspadai karena menjadi
penyebab terjadinya morbiditas dan mortalitas ibu dan anak (Pandi, 2004).
Menurut Word Health Organization (WHO) dari jumlah penduduk dunia
diantaranya 52 dari 100 ibu hamil dinyatakan anemia (WHO, 2000) sedangkan
prevalensi anemia pada wanita hamil di indonesia adalah 70 %, 7 dari 10 wanita

8
hamil menderita anemia (Khomsan, 2003). Besarnya masalah anemia ibu hamil
ditunjukkan tingginya prevalensi dan sangat bervariasi dari tahun ke tahun.
Berdasarkan SKRT tahun 2001, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 40,1%.
Sementara survey DKI Jakarta tahun 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia
pada ibu hamil 43,5%. Di samping itu secara epidemiologis, prevalensi anemia
yang lebih besar atau sama dengan 40% merupakan masalah besar karena akibat
yang ditimbulkannya. Pemerintah telah berusaha melakukan tindakan pencegahan
dengan memberikan tablet tambah darah (tablet fe) pada ibu hamil yang dibagikan
pada waktu mereka memeriksakan kehamilannya, akan tetapi prevalensi anemia
pada kehamilan masih juga tinggi.(Ikhsanto, 2020)

Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil Faktor Dasar :

1. Sosial ekonomi Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik,
otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik
pula. Status gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil (Sulistyawati, 2009).
2. Pengetahuan Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin
tinggi pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk
mencegah terjadinya anemia.
3. Pendidikan Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi
pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil
dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan
kesehatan keluarga.

Anemia khususnya pada ibu hamil sepertinya masih merupakan masalah klasik
yang tidak pernah bisa ditangani dan memiliki dampak yang serius pada ibu dan
bayi. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar
hemoglobin (Hb) < 11g/dl pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II
kadar Hb < 10,5g/dl (Kemenkes RI, 2013). Sebagian besar penyebab anemia pada
ibu hamil di Indonesia adalah kekurangan zat besi. Kebutuhan yang meningkat
pada masa kehamilan, rendahnya asupan zat besi merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya anemia defisiensi besi. Volume darah pada saat hamil

9
meningkat 50%, karena kebutuhan meningkat untuk mensuplai oksigen dan
makanan bagi pertumbuhan janin.

Anemia dalam kehamilan merupakan masalah yang perlu mendapat


penanganan khusus oleh karena prevalensinya yang masih tinggi. Berbagai negara
termasuk Indonesia melaporkan angka prevalensi anemia pada wanita hamil
masih tinggi. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organizatin/WHO)
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami anemia sekitar 35-
75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Kemenkes RI (2020), melaporkan bahwa menurut laporan Riskesdas 2018
sebanyak 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia dan persentase ini
mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013 yaitu
37,1%. Angka kejadian anemia di Provinsi Bali tahun 2019 adalah 5,07% (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2020) meningkat menjadi 5,78% pada tahun 2020.
Kejadian anemia yang tidak ditindaklanjuti dengan baik kemungkinan besar akan
berdampak semakin buruk pada kesehatan ibu dan bayi serta meningkatkan angka
kematian ibu dan bayi. Berdasarkan Supas tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia pada tahun 2015 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara
pada tahun 2019 kematian ibu di Indonesia sebanyak 4221 orang dari 4.778.621
kelahiran hidup atau angka kematian ibu 88,33 per 100.000 kelahiran hidup.
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak yaitu 1280 kasus
(30,32%), hipertensi dalam kehamilan 1066 kasus (25,2%) dan 207 kasus (4,9%)
disebabkan oleh karena infeksi (Kemenkes RI, 2020). Angka kematian ibu di
Provinsi Bali tahun 2019 adalah 67,6 per 100.000 kelahiran hidup dan 26,09%
disebabkan oleh karena perdarahan. Dampak yang mungkin timbul pada ibu hamil
dengan anemia adalah abortus. Penelitian (Rosadi et al., 2019) menyatakan bahwa
ada hubungan antara ibu hamil anemia dengan kejadian abortus, sebesar 65,2%
ibu hamil dengan anemia mengalami abortus. Ibu hamil dengan anemia dapat
mengalami perpanjangan kala I atau terjadi partus lama.

Hasil penelitian (Latifa et al., 2014) menunjukkan bahwa ibu bersalin yang
anemia dan terjadi kala I lama sebanyak 68,4%. Anemia juga merupakan salah
satu penyebab terjadinya perdarahan post partum. Penelitian (Satriyandari &
Hariyati, 2017) menyatakan sebagian besar ibu hamil dengan anemia mengalami

10
perdarahan postpartum yaitu sebanyak 77,8%. Ibu dengan 3 anemia memiliki
peluang 4,8 kali mengalami perdarahan postpartum dibanding ibu yang tidak
anemia. Anemia pada wanita hamil juga berdampak pada beratnya infeksi selama
kehamilan (Ani, 2013). Dampak awal yang terjadi pada janin adalah gangguan
pertumbuhan janin dan partus prematurus yaitu bayi lahir sebelum waktunya yang
dapat menimbulkan masalah pada bayi seperti Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
yang berujung pada kematian bayi. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun
2019 Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah 4,44 per 1000 kelahiran hidup
dengan penyebab utama BBLR sebanyak 14,9% kelahiran hidup. Dinas Kesehatan
Provinsi Bali (2020) melaporkan bahwa Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah
3,5 per 1000 kelahiran hidup dengan BBLR menjadi penyebab utama sebesar
42%. Penerapan standar pelayanan antenatal yang sesuai standar diharapkan dapat
menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil. Standar pelayanan khususnya dalam
upaya pencegahan anemia pada ibu hamil diantaranya adalah pemeriksaan
hemoglobin, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan kegiatan temu wicara
yang membahas materi tentang anemia. Konsumsi TTD secara teratur pada ibu
hamil dengan anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi akan meningkatkan
kadar Hb dalam sebulan setelah konsumsi TTD (Kementerian Kesehatan, 2020).
Catatan ketiga indikator diatas tertulis di dalam buku Kesehatan Ibu Dan Anak
(KIA) sehingga kepemilikan buku KIA menjadi sangat penting bagi semua ibu
hamil. Beberapa penelitian seperti (Bagu et al., 2019) dan (Widyarni, 2019)
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang
gizi, asupan makanan dan kepatuhan minum tablet Fe dengan angka kejadian 4
anemia. Penelitian (Akmila et al., 2020) menyatakaan bahwa adanya hubungan
antara faktor antenatal care dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Angka
kejadian anemia di UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar
Utara dalam 2 tahun terakhir menduduki urutan tertinggi di Kota Denpasar .
Kenaikan pada tahun 2020 cukup signifikan yaitu mencapai 61,42% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya

B. Rumusan Masalah

11
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah
yaitu: ”apa penyebab banyaknya kasus anemia di UPT kampung bali? Dan
bagaimana pihak petugas mengatasi hal tersebut”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
penerapan standar pelayanan antenatal dalam upaya pencegahan anemia
pada ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah UPTD
Puskesmas II Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi penerapan standar pelayanan antenatal dalam upaya
pencegahan anemia pada ibu hamil di Wilayah UPT Kampung bali.
b. Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah UPT
Kampung bali.
c. Menganalisis hubungan penerapan standar pelayanan antenatal dalam
upaya pencegahan anemia pada ibu hamil dengan kejadian anemia pada
ibu hamil di Wilayah UPT Kampung bali.
D. Manfaat
1. Umum
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi dan sebagai
bahan kajian dalam memberikan asuhan yang standar pada ibu hamil
khususnya dalam upaya pencegahan anemia pada ibu hamil.
2. Khusus
a. Bagi tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan dalam pelayanan antenatal khususnya pelayanan yang
berhubungan dengan pencegahan anemia pada ibu hamil.
b. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menetapkan kebijakan tentang penerapan standar
minimal yang harus dipatuhi oleh tenaga kesehatan dalam upaya
pencegahan anemia pada ibu hamil.

12
c. Bagi peneliti Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
tambahan pengetahuan dalam menganalisa permasalahan yang ada di
masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Anemia atau sering disebut dengan istilah kurang darah merupakan suatu
kondisi dengan jumlah sel darah merah berkurang dan mengakibatkan oxygen-
carrying capacity tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Kebutuhan fisiologis tubuh bervariasi dan setiap orang berbeda tergantung usia,
jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal di atas permukaan laut, merokok, dan
tahap kehamilan (Astutik, 2017). Rudolph, dkk (2006) mengatakan bahwa anemia
dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per
millimeter kubik lebih rendah dari normal. Batas bawah kisaran normal ditetapkan
dua simpang baku di bawah rata-rata pada setiap umur tertentu (Fitriani, 2021).
Secara singkat anemia adalah kondisi ketika tubuh mengalami kekurangan sel
darah merah (hemoglobin) dalam darah sehingga sisa anemia yang ada ditibuh
tidak mampu untuk memenuhi fungsinya yaitu sebagai pengantar/pembawa
oksigen ke seluruh tubuh.

Dalam project ini mengabil kasus tentang Anemia Pada Ibu Hamil. Manuaba
(2001) mengatakan bahwa anemia pada kehamilan sering disebut potential danger

13
to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), oleh karena itu
anemia memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak terutama yang terkait
dalam pelayanan kesehatan (Nursala, 2022). Kejadian anemia atau kekurangan
darah pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi, menurut Kemenkes RI
tahun 2019 kasus anemia sebanyak 48,9% (KEMENKES, n.d.). Anemia ini dapat
muncul atau ada pada ibu hami karena banyak faktor. Yang akan di bahas disini
adalah Mengapa banyak ib hamil di UPT Kampung Bali yang didagnosis
mengidap Anemia? Apa penyebab anemia tersebut?

B. Hasil/Data yang Diperoleh

Dari clata Yang diperoleh di UPT Kampung Bali terdapat sebagen Sekitar 32 ibu
hamil Yang tercatat Pada Periode Juli hingga Movember. Dari 32 ibu hamil
tersebut, terdapat sekitar 14 ibu hamil Yang Mengalami anemia. Jika dilihat. dari
angka tersebut, berarti secara Skala Sekitar 43% ibu hamil Yang Mengalami
anemia. Angka tersebut dapat dikatakani cukup besar. Dari apa yang dilihat dan
dramati, Pihak UPT tentu tidak diam saja. Berikut beberapa Upaya Yang
dilakukan Oleh Pihak UPT untuk Menekan kasus anemia Pada ibu hamil.

1. Memberikan terapi berupa Suplemen FE Pada tiap ibu hamil.


2. Memberikan Penkes kepada setiap ibu hamil Yang Melakukan Pemeriksaan
Kandungan.
3. Menganjurkan ibu hamil untuk Periksa hb Minimal 1 kali dalam dua bulan.
Dan untuk ibu hamil dengan anemia dianjurkan untuk cek hb setiap Periksa
hamil.
4. Memberikan fasilitas kelas hamil Setiap hari sabtu untuk ibu hamil di
daerah kampung Bali.

Data lain yang diperoleh kelompok dalam menganalisis karus tersebut, ternyata y
dari ibu hamil tersebut berusia diatas 35 tahun, y diantaranya berusia dibawah 20
tahun, I orang memiliki riwayat anemia clan sisanya tidak ada Yang di dapatkan.

Selain itu, lingkungan daerah Pemukiman warga dikampung Bali juga dapat
dikatakan bukan tempat yang Mewah. Kebanyakan warganya atau Masyarakatnya
hidup berkecukupan namun juga ada yang kurang mampu.

14
C. Hipotesis

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan telah ditelach, kelompok


menyimpulkan kemungkinan kemungkinan dari Penyebab terjadinya anemia pada
ibu hamil tersebut, yaitu :

1. Ibu hamil Mengalami anemia dikarenakan usia saat hamil yang tidak Pas
atau lewat usia Produktif. Yang mana usia Produktif adalah dari 20 tahun
hingga 35 tahun.
2. Beberapa ibu hamil Mengalami anemia juga disebabkan karena Memang.
Sebelum hamil ia sudah Mengidap Penyakit tersebut.
3. Kondisi ekonomi ibu hamil yang kurang menandai untuk memenuhi nutrisi
ibu Saat Masa kehamilanya.
4. kesibukan atau mungkin saja rasa malas dari ibu-ibu hamil untuk Mengikuti
kelas ibu hamil sehingga ibu hamil Menjadi kurang informasi dan kurang
mendapatkan Pendidikan kesehatan terkait nutrisi bahkan bahaya-bahaya
saat kehamilan.
D. Kerangaka Penelitian

Faktor Predisposisi
Hemoglobin
Usia Ibu Hamil Rendah
Riwayat Penyakit
Seebelumnya
Pengetahuan

FAKTOR SOSIAL Nutrisi


Kurang Hemoglobin
Ekonomi yang Selama Rendah
Rendah Kehamilan

FAKTOR PENDORONG
Kurang pengetahuan
Ibu sibuk bekerja tentang kehamilan dan
Tidak mengikuti nutrisi yang dibutuhkan
kelas ibu hamil

15
E. Variabel Penelitian
Kerangka Penelitian

VARIABEL INDEPENDENT
VARIABEL PENELITIAN

Riwayat anemia
Hemoglobin yang rendah
menyebabkan anemia Usia ibu hamil
Nutrisi

F. Desain Penelitian
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai kondisi sosial. Sederhananya, penelitian ini
dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial (Tersiana, 2018).

Dalam bukunya Metode Penelitian, M. Ramadhan menjelaskan bahwa metode


deskriptif merupakan satu metode dalam meneliti status kelompok manusia,
subjek, suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Ramadhan, 2021).

Penelitian ini diberi judul "Meningkatkannya Kasus Anemia Pada Ibu Hamil di
UPT Kampung Bali". Dalam proses pengambilan data peneliti menggunakan
metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan metode
deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menkaji bagaimana faktor-faktor yang
telah ditelaah dapat menyebabkan ibu hamil mengalami Anemia. Bukan hanya itu,
peneliti juga ingin mengetahui seberapa besar dampat dari faktor-faktor tersebut.
Secara keseluruhan, penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif agar penjabaran
yang diberikan bisa lebih rinci karena lebih menekankan pada makna
dibandingkan jumlah yang dihasilkan.

16
G. Definisi Operasionnal

Anemia adalah kondisi ketika tubuh mengalami penurunan atau jumlah sel
darah merah berada di bawah kisaran normal. Hal ini terjadi karena kurangnya
hemoglobin (protein kaya zat besi) sehingga memengaruhi produksi sel darah
merah (Nurbadriyah, 2019).

Berdasarkan data yang didapatkan peneliti, kemungkinan besar mengapa di


UPT Kampung Bali ibu hamilnya bayak mengalami anemia adalah karena
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu seperti ibu yang memiliki riwayat anemia
sebelumnya, usia ibu hamil yang terlalu muda dan terlalu tua, nutrisi ibu yang
kurang terpenuhi, serta kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan selama
kehamilan dan anemia itu sendiri.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal berikut :

a. Faktor yang mempengaruhi


b. Dampak yang ditimbulkan
c. Usaha penanganan
H. Sampel Penelitian
Untuk sempel penelitian maka akan di ambil dari ibu hamil yang anemia.
Karena jumlah ibu hamil anemia di UPT kampung bali ada 12 orang maka
peneliti akan menggunakan semua sempel tersebut tanpa pengurangan.

I. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan ibu hamil yang anemia dan petugas kesehatan
di UPT Kampung Bali, khususnya bidan.
2. Observasi

Mengobservasi dari faktor yang mempengaruhi serta dampak yang akan


disebabkan oleh anemia.

3. Dokumentasi

Mendokumentasikan semua data yang telah diperoleh.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anemia atau sering disebut dengan istilah kurang darah merupakan suatu
kondisi dengan jumlah sel darah merah berkurang dan mengakibatkan oxygen-
carrying capacity tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Kebutuhan fisiologis tubuh bervariasi dan setiap orang berbeda tergantung usia,
jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal di atas permukaan laut, merokok, dan
tahap kehamilan (Astutik, 2017). Rudolph, dkk (2006) mengatakan bahwa anemia
dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per
millimeter kubik lebih rendah dari normal. Batas bawah kisaran normal ditetapkan
dua simpang baku di bawah rata-rata pada setiap umur tertentu (Fitriani, 2021).

Anemia sangat berbahaya apalagi terjadi saat hamil. Manuaba (2001)


mengatakan bahwa anemia pada kehamilan sering disebut potential danger to
mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), oleh karena itu anemia
memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak terutama yang terkait dalam
pelayanan kesehatan (Nursala, 2022).

Terkait anemia ini, di UPT Kampung Bali terjadi kasus anemia sebanyak 14
kasus dari 32 ibu hamil. Jika dipersentasekan maka akan ada sekitar 47% kasus

18
anemia pada ibu hamil yang terjadi di UPT kampung Bali. Banyak faktor yang
menjadi penyebab meningkatnya kasus anemia ini. Dari pembahasan dan data
yang telah didapat maka dapat disimpulkan beberapa faktor berikut yang dapat
mempengaruhi kejadian anemia yang ada di UPT Kampung Bali.

b. Faktor Internal
Faktor internal ini adalah faktor yang berasal dari dalam diri ibu sendiri.
Adapun faktor internal ini terdiri dari :
1. Faktor Usia
Beberapa peneliti menyatakan bahwa usia ibu sangat mempengaruhi
terjadinya penyakit anemia ini pada ibu hamil, adapun pendapat dari
beberapa peneliti yaitu sebagai berikut :
a) Usia ibu yang berisiko (< 20 tahun dan > 35 tahun) dapat
menyebabkan anemia dalam kehamilan (Amini, 2018).
b) Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian anemia pada ibu
hamil dimana ibu hamil diusia dibawah 20 tahun dan diatas usia 35
tahun berisiko 3,921 kali lebih besar kemungkinan anemia dalam
kehamilannya diperbandingkan dengan ibu hamil pada usia antara 20
sampai dengan 35 tahun (Sari, 2021).

Dari penyataan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa usia yang
baik untuk hamil adalah 20-35 tahun. Jika ibu hamil terlalu muda atai
terlalu tua maka akan membuat faktor re]isiko anemia kebih tinggi.

2. Faktor Penyakit Anemia Kronis Sebelumnya


Ibu yang sudah memiliki anemia kronis sebelum hamil maka sudah pasti
selama hamil juga akan anemia.
3. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan disi adalah pengetahuan ibu tentang anemia itu sendiri dan
juga nutrisi selama hamil. Hal ini dibuktikan dalam hasil dari penelitian
berikut :
a) Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang masalah
kesehatan memiliki resiko lebih tinggi terkena serangkaian komplikasi
dalam kehamilan salah satunya anemia (Pratiwi, 2021).

19
b) Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang tentang anemia
dapat berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi selama kehamilan yang dikarenakan oleh
ketidaktahuannya. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya
anemia pada ibu hamil (Purbadewi, 2019).
c) Pengetahuan ibu hamil tentang gizi selama kehamilan maka akan
mengurangi tingkat resiko ibu hamil dapat terkena anemia
(Purwaningrum, 2018).

Masih banyak lagi penelitian lain yang selaras dengan tiga peneliti di
atas. Namun intinya tetap sama yaitu pengetahuan sangat mempengaruhi
kejadian anemia pada ibu hamil.

c. Faktor Eksternal
Faktor eksternal disini adalah faktor ekonomi. Ekonomi yang kurang
menjadikan ibu hamil tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama
hamil. Sehingga membuat ibu hamil menjadi kurangan pemasukan
gizi/nutrisi yang dapat membantu mencegah terjadi anemia. Pernyataan ini
selaras dengan beberapa pernyataan berikut :
a) Penyebab utama dari anemia pada ibu hamil adalah tidak tercukupnya
nutrisi saat hamil Hal ini dapat terjadi karena ekonomi yang tidak mampu
untuk menunjang ketercukupan dari nutrisi yang diperlukan ibu selama
hamil (Septiasari, 2019).
b) Penelitian yang dilakukan oleh Ana Mariza pada tahun 2019 ini
membuktikan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat ekonomi yang
rendah lebih berisiko mengalami anemia karena kurangnya pemenuhan
kebutuhan nutrisi (Mariza, 2019).
c) Tiingkat ekonomi yang rendah mempengaruhi pola makan dan nutrisi.
Ibu hamil yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah pola makan
terganggu dan menjadi tidak terpenuhnya nutri sehingga dapat berisiko
terjadi anemia.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan ekonomi dan kejadian


anemia dilandasi dengan tidak dapatnya ibu hamil untuk memenuhi

20
kebutuhan nutrisi sehingga meningkatkan resiko terjadinya anemia.

Anemia pada ibu hamil sangat bebahaya. Hal ini dapat mempengaruhi ibu
sndiri dan janin ia kandung. Berikut adalah beberapa dampak anemia :

1. Dampak Bagi Ibu


Risiko anemia pada ibu hamil tidak main-main, ibu hamil yang mengalami
anemia menghadapi risiko kematian dalam masa kehamilan. Setiap
tahunnya, terjadi 500 ribu kematian ibu pasca melahirkan di seluruh dunia,
sebanyak 20-40% yang menjadi penyebab utama kematian tersebut adalah
anemia (Sitepu, 2021). Ibu dengan anemia tidak jarang mengalami kesulitan
dalam bernapas, cepat lelah, sulit beristirahat, jantung berdebar hingga
pingsan. Dalam perinatal juga dapat mengakibatkan terjadinya infeksi
perinatal, preeklampsia dan perdarahan (Wulandari, 2021).
2. Dampak Bagi Janin
Bayi dengan ibu anemia kemungkinan besar akan lahir secara prematur dan
mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) (Suparti, 2018). Selain itu
dapat juga menyebab IUGR (Intrauterine Growth Restriction) yaitu
gagalnya pertumbuhan janin/janin tidak bertumbuh dengan sempurna
didalam kandungan (Farhan, 2021)

Jika sudah terjadi kasus anemia seperti yang terjadi di UPT kampung Bali, sudah
seharusnya dilakukan upaya untuk menekan angka anemia pada ibu hamil. Di
UPT Kampung Bali sendiri ada beberapa upaya yang dilakukan yaitu :

1. Memberikan terapi berupa Suplemen FE Pada tiap ibu hamil.


2. Memberikan Penkes kepada setiap ibu hamil Yang Melakukan Pemeriksaan
Kandungan.
3. Menganjurkan ibu hamil untuk Periksa hb Minimal 1 kali dalam dua bulan.
Dan untuk ibu hamil dengan anemia dianjurkan untuk cek hb setiap Periksa
hamil.
4. Memberikan fasilitas kelas hamil Setiap hari sabtu untuk ibu hamil di
daerah kampung Bali.

21
Meski upaya yang dilakukan UPT Kampung Bali sudah benar dan baik, namun
ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan yang menyebabkan kegiatan
tersebut terlihat tidak efektif untuk dilakukan. Beberapa faktor penghambat
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ibu hamil tidak mau melakukan periksa hamil kepuskesmas sesuai denga
yang telah dtetapkan (minimal 6 kali periksa.
2. Ibu hamil tidak meminum tablet tambah darah sesuai anjuran bidan
3. Ibu hamil malas untuk mengikuti kelas ibu hamil. Hal ini didapatkan
berdasarkan hasil obeservasi langsung oleh salah satu anggota kelompok 7
saat menjadi tim pendidik bersama bidan UPT Kampung Bali. Peserta yang
seharusnya terdiri dari 10 orang atau lebih, namun saat pelaksanaan hanya
sekitar 5-6 orang ibu hamil yang mengikuti kegiatan kelas ibu hamil
tersebut.
B. Saran
3. Bagi Intitusi Pendidikan
Agar menjadi pembanding untuk melakukan penelitian dengan variabel-
variabel yang berbeda guna mencapai hasil lebih optimal.
4. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan bahan bacaan terkait anemia pada ibu
hamil.
5. Bagi Ibu Hamil
Dapat sebagai bacaan dan pengetahuan untuk dapat melakukan pencegahan
agar tidak terkena anemia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amini, A. dkk. (2018). Usia Ibu Hamil dan Paritas Sebagai Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Ampenan. Midwifery Journal, 3 (2).

Anemia, K., Ibu, P., Purbadewi, L., Noor, Y., & Ulvie, S. (2013). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan terhadap terwujudnya
sebuah perilaku kesehatan . Apabila ibu hamil mengetahui dan accidental
sampling yaitu teknik. 2(April), 31–39.

Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 123–130.
https://doi.org/10.30604/jika.v2i2.57

Astutik, R. Y. D. E. (2017). Anemia Dalam Kehamilan. CV. Pustaka Abadi.

Farhan, K. D. R. D. (2021). Anemia Ibu Hamil dan Efeknya Pada Bayi. Journal
Of Midwifery, 2 (1).

Fitriani, N. (2021). Anemia Pada Ibu Hamil. Penerbit NEM.

KEMENKES. (n.d.). Anemia Dalam Kehamilan. Yenkes.Kemenkes.Go.Id.

23
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1132/anemia-dalam-
kehamilan#:~:text=Kejadian anemia atau kekurangan darah,menurut
Kemenkes RI tahun 2019

Mariza, A. (2019). Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kasus Anemia di


Indonesia. Jurnal Kesehatan Holistik, 10 (1).

Nurbadriyah, W. D. (2019). Anemia Defisiensi Besi. CV BUDI UTAMA.

Nursala, U. E. (2022). Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan. Penerbit NEM.

Pratiwi, D. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada


Ibu Hamil di Puskesma Kronjo Kabupaten Tangerang. Jurnal Ilmu
Kesehatan Karya Bunda Husada, 7 (1).

Purbadewi, Li. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan


Kejadian Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi, 2 (1).

Purwaningrum, Y. (2018). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi Dengan Kejadian


Anemia Selama Kehamilan. Jurnal Kesehatan, 5 (2).

Ramadhan, M. (2021). Metode Penelitian. Cipta Media Nusantara.

Ristica, O. D. (2013). Faktor Risiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 2(2), 78–82. https://doi.org/10.25311/jkk.vol2.iss2.49

Sari, S. A. dkk. (2021). Hubungan Usia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Di Kota Metro. Jurnal Wacana Kesehatan, 6 (1).

Septiasari, Y. (2019). Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada


Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Bernung Persawaran. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 8 (1).

Sitepu, stefani A. dkk. (2021). Dampak Anemia Bagi Ibu Hamil Dalam
Persalinan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri Hijau, 1 (4).

Suparti, S. A. N. F. (2018). Danpak Anemia Kehamilan Dengan Kejadian BBLR


di Puskesmas Musuk 1 Kecamatan Musuk Boyolali Tahun 2018. Jurnal

24
Kebidanan Indonesia, 11 (1).

Tanziha, I., Utama, L. J., & Rosmiati, R. (2016). Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil
Di Indonesia. Jurnal Gizi Dan Pangan, 11(2), 143–152.
https://doi.org/10.25182/jgp.2016.11.2.%p

Tersiana, A. (2018). Metode Penelitian (Malang). Anak Hebat Indonesia.

Wulandari, A. F. (2021). Literature Review : Dampak Anemia Pada Ibu Hamil.


Jurnal Ilmiah Pannmed, 16 (3).

Yuliani, L., Adyas, A., & Rahayu, D. (2023). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Abortus. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES
Kendal, 13(3), 1107–1116. https://doi.org/10.32583/pskm.v13i3.1208

25

Anda mungkin juga menyukai