Anda di halaman 1dari 65

MODUL MATA KULIAH METODE KHUSUS

Materi Macam Metode Pembelajaran Klinik

Disusun Oleh:

NAMA : Azizah Endarani


NIM : P07124122070A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLETEKES KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga dengan semangat yang
ada kami ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada rasul kita baginda
Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam setiap langkah ini tidak lepas dari
hikmah tauladan hidupnya.
Saya menyadari, bahwa tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai
pihak, penulisan modul ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena
itu melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Metode Khusus atas bimbingannya sehingga saya mampu
menyusun modul ini. Semoga bantuan dan dorongan dari semua pihak
senantiasa mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Semoga modul ini dapat memberikan konstribusi positif dan bermakna
dan tidak hanya sebagai syarat tugas mata kuliah. Saya menyadari bahwa
penulisan modul ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan modul ini.

Sumbawa, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................................................................... i


Kata Pengantar........................................................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................................................... iii
Materi Macam Metode Pembelajaran Klinik ................................................ 1
a. Bed side teaching....................................................................................................... 3
b. Case presentation ....................................................................................................12
c. Jurnal presentation .................................................................................................17
d. Meet the expert ........................................................................................................21
e. Mini clinical examination .....................................................................................23
f. Clinic tour/ field trip ..............................................................................................29
g. Case study ..................................................................................................................35
h. Pre dan post conference ......................................................................................38
i. Sistem ronde / ronde keperawatan ................................................................40
j. Modeling......................................................................................................................45
k. Coaching ......................................................................................................................50
l. Eksperensial .............................................................................................................52
Latihan Soal Pilihan Ganda ..............................................................................................55
Latihan Soal Essay ...............................................................................................................58
Daftar Pustaka .......................................................................................................................59

iii
Materi Macam Metode
Pembelajaran Klinik
Metode pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik
peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan objectif (tujuan) dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran (Maritalia, 2016). Metode belajar dalam praktek klinik
kebidanan merupakan strategi yang digunakan untuk mencapai kompetensi
dalam pendidikan kebidanan. Metode ini tentunya berbeda dengan yang
diterapkan pada pendidikan akademik baik dilakukan di kelas maupun
laboratorium.
Sampai saat ini permasalahan pada pembelajaran klinik kebidanan
masih cukup komplek antara lain:
1. Diperlakukan seperti pembantu bidan/dokter
2. Mengerjakan pekerjaan diluar kompetensi
3. Kesempatan belajar sangat sedikit
4. Belum ada pembimbing yang bisa dijadikan model,
5. Jarang dikunjungi dan dibimbing oleh pembimbing akademi,
6. Fasilitas yang tidak memadai
7. Sering beda persepsi antara pembimbing klinik dengan
pembimbing akademi
8. Nilai kurang memuaskan
9. Feedback sering terlambat
10. Sistem informasi dan administrasi tidak jelas (Afandi, 2013).
Salah satu penyebab terjadinya permasalahan diatas adalah
ketidak tepatan metode belajar yang digunakan. Dampak yang
ditimbulkan akibat ketidaktepatan metode belajar akan
dirasakan oleh mahasiswa, dosen/bidan pembimbing, klien dan
keluarga.

1
Melihat berbagai permasalahan dan dampak yang ditimbulkan maka
diperlukan metode belajar yang tepat, salah satu yang bisa dikembangkan
adalah model pembelajaran klinik keperawatan terpadu. Model ini berupaya
untuk mengoptimalkan kemandirian mahasiswa, interaksi klien/keluarga
dengan mahasiswa, daya nalar dan pola pikir mahasiswa, sikap etik dan
profesional.

2
Bed Side Teaching

Bedside dapat diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor


mampu membuat peserta bedside menjadi mandiri melalui kegiatan belajar.
Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri dan
menemukan sendiri fenomena praktek kebidanan dan keperawatan dimana
hal ini diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, harga diri
dankesadaran diri yang merupakan fundamental dalam penyelesaian
masalah.
Bed side teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang
dilakukan disamping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari
kondisi klien dan asuhan kebidanan yang dibutuhkan oleh klien. Manfaat
Bed-side Teaching Pembimbing klinik dapatmengajarkan dan mendidik
peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan
sikap profesional, mempelajari perkembangan biologis/fisik, dan
melakukankomunikasi melalui pengamatan langsung.
Bed side teaching memiliki beberapa prinsip, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik, peserta didik,
dan klien
2. Jumlah peserta didik dibatasi, yaitu sekitar lima orang
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien dilakukan
seminimal mungkin
4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang
5. valuasi pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa
yang didapatkannya saat itu

3
6. Kegiatan yang didemonstras ikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh pesertadidik sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi
peserta

Menuru Gills (2003) pembimbing harus memiliki dan mencerminkan


hal-hal sebagai berikut:
a) Role Modeling (Panutan)
Menunjukan kemampuan pelayanan dengan komunikasi yang
efektif danefisien.

b) Skill Building (Pengembangan Kemampuan)


Mengembangkan sebuah pembelajaran sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuandan tekhnologi

c) Critical Thinking (Berfikir Kritis)


Kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan
menggunakan prosesanalisis dan evaluasi. Berpikir kritis
melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan,
manganalisis masalah yang bersifatterbuka, menentukan sebabdan
akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang
relevan. Sedangkeahlian berpikir deduktif melibatkan kemampuan
memecahkan masalah yang bersifats pasial, logiss ilogisme dan
membedakan fakta dan opini.

d) Socialization (Sosialisasi)
Kemampuan untuk beradaptasi dan memiliki pemahaman tentang
berorientasiterhadap lingkungan preceptor.

4
Adapun Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan
kesempatan
2. Menumbuhkan sikap professional
3. Mempelajari perkembangan biologis atau fisik dan melakukan
komunikasi melalui pengamatan langsung
Sedangkan kelemahan untuk bed-side teaching antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Dosen atau pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang
persiapanfisik, psikologisakan menimbulkan rasa tidak percaya
dalam diri klien.
2. Dosen atau pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki
menguasai bahan akanmengurangi efektifitas pembelajaran

Bed side teaching terdiri atas tiga tahap: tahap persiapan, tahap
pengalaman (patient encounter), dan tahap refleksi.
1. Tahap Persiapan
Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan tujuan belajar
yang ingin dicapai. Pada tahap persiapan, pembimbing memastikan
bahwa mahasiswa paham atas apa yang akan dihadapi pada saat
interaksi dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan
kesempatan itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Tahap Pengalaman
Pasien hadir bersama mahasiswa dan pembimbing. Pasien
mendapat penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan
memberikan persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa
demonstrasi atau observasi.

5
3. Tahap Demonstrasi.
Pembimbing klinik mendemonstrasikan suatu interaksi
dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien,
dan aspek komunikasi lainnya). Mahasiswa belajar dari demonstrasi
tersebut, dan dapat dilibatkan dalam diskusi dengan pasien.
“Demonstrasi” direkomendasikan pada saat mahasiswa
mempelajari ketrampilan baru atau pada fase-fase awal
pembelajaran. Pembimbing klniis berperan sebagai role model (I am
doing, you are watching).

4. Tahap Observasi
Mahasiswa mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien
(anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien, dan aspek
komunikasi lainnya). Pembimbing mengamati kinerja mahasiswa
dan memberikan umpan balik. Observasi direkomendasikan pada
saat fase belajar yang lebih lanjut. Pembimbing klniis berperan
sebagai fasilitator (We are doing together atau I am watching, you are
doing).
Diskusi antara pembimbing dan mahasiswa pada tahap
pengalaman harus mempertimbangkan kepentingan dan
kenyamanan pasien. Oleh karena itu, umpan balik diberikan pada
saat dibutuhkan, misalnya, pembimbing melakukan koreksi cara
palpasi hepar. Pasien juga dapat diminta untuk memberi umpan
balik, misalnya pada aspek komunikasi.

6
5. Tahap Refleksi
Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian
tujuan belajar. Mahasiswa mendapatkan umpan balik,
mendiskusikan hal-hal yang belum dipahami, memperkuat
pengetahuan klinis danclinical reasoning, serta merumuskan tujuan
belajar untuk bed side teaching atau aktivitas pembelajaran lain
selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan pasien sebaiknya tahap ini
dilakukan di tempat lain tanpa keberadaan pasien.

Pelaksanaan bed-side teaching perlu persiapan sebaik mungkin. Hal


yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan bed-side teaching yaitu
mahasiswa mendapatkan kasus yang dapat memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural
dan interpersonal. Selain itu koordinasi dengan staff di klinik agar tidak
mengganggu jalannya rutinitas perawatan klien, serta melengkapi peralatan
atau fasilitas yang akan digunakan juga perlu dilakukan sebelum melakukan
proses bed-side teaching.

7
Berikut ini adalah standar operasional program (SOP) dari pelaksanaan
bed-side teaching.

SOP SOP/15/5/2023
Tanggal Terbit Bed Side Teaching
Keterangan
15 Mei 2023
Bed-side teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang
dilakukan di samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan
Pengertian
mempelajari kondisi klien dan asuhan kebidanan yang dibutuhkan
oleh klien
1. Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik, peserta didik
dan pasien
2. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan pasien
dilakukan seminimal mungkin
Prinsip 4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang
5. Evaluasi/kaji pemahaman peserta didik segera mungkin
terhadap yang didapatnya saat itu
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum
pernah diperoleh peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang
dihadapi peserta didik
1. Bed-side Teaching dilakukan saat memberikan asuhan
kebidanan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
Persiapan rencana asuhan kebidanan, tindakan yang akan dilakukan
Peralatan 4. Yang terlibat dalam Bed-side Teaching adalah Preseptor dan
peserrta didik
5. Perawat pelaksaan bertanggung jawab pada pasien masing-
masing

8
SOP SOP/15/5/2023
Tanggal Terbit Bed Side Teaching
Keterangan
15 Mei 2023
1. Persiapan
2. Mendapatkan kasus sesuai yang dapat memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menerapkan keterampilan
teknikprosedural dan interpersonal
3. Koordinasi dengan staf diklinik agar tidak mengganggu jalannya
rutinitas asuhan kebidana klien. Melengkapi peralatan/fasilitas
yangakan digunakan
4. Pelaksanaan melakukan bed side teaching dengan variasi mode,
Prosedur
contoh: demonstrasi dan redemonstrasi. Melakukan diskusi
singkat di tengah proses. Memfasilitasi untuk melakukan
redemonstrasi. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
pasien
5. Evaluasi
a. Memimpin diskusi terkait proses bedside teaching
b. Memfasilitasi mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan

9
Berikut ini adalah ceklist penilaian bimbingan dari pelaksanaan bed-
side teaching.
Ceklist Penilaian Bimbingan Bed-Side Teaching
Nilai
No Kegiatan
0 1 2
Persiapan Bimbingan
1 Mempersiapkan SAP kegiatan bimbingan
2 Mempersiapkan tempat yang cukup baik sesuai dengan
peserta didik
3 Memilih pasien yang membutuhkan tindakan keperawatan
yang akan didemontrasikan serta minta ijin pasien
4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan
demontrasi
5 Mengatur lingkungan fisik untuk demontrasi sehingga mudah
dilihatdan didengar peserta didik
Pelaksanaan Bimbingan
6 Membuka kegiatan bedside teaching
7 Menjelaskan pada peserta didik tentang kegiatan, waktu,
tujuan dari demontrasi (dilakukan tidak didepan pasien)
8 Menjelaskan pada peserta didik tentang hasil yang diharapkan
dari demontrasi (dilakukan tidak didepan pasien)
9 Menjelaskan pada peserta didik alat yang digunakan
untuk demontrasi (dilakukan tidak didepan pasien)
10 Mengajak peserta didik menuju ruang pasien
11 Memulai kegiatan demontrasi sesuai dengan prosedur dan
menggunakan tahap-tahap interaksi pada pasien
12 Memberikan komentar yang jelas mengenai prosedur yang
dilakukan
13 Memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi pada
pesertadidik mengenai kegiatan yang telah dicontohkan

10
Nilai
No Kegiatan
0 1 2
14 Memberikan kesempatan redemontrasi pada peserta didik
dan membantu mahasiswa bila diperlukan
15 Memberikan reinforcement pada pasien atas kerja sama dalam
melakukan kegiatan
Evaluasi Kegiatan
16 Memberi kesempatan pada peserta didik untuk self
evaluasimengenai kegiatan yang telah dilakukan (dilakukan
tidak didepanpasien)
17 Memberi respon secara verbal dan non verbal pada peserta
didik
18 Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan peserta didik
19 Rencana tindak lanjut mengenai pengalaman yang diperlukan
untukmembantu peserta didik meningkatkan kemampuannya
20 Menutup kegiatan bedside teaching dengan cara yang baik
Jumlah

Keterangan
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Presentase kelulusan minimal 75%
Evaluasi Kompetensi.........................................

11
Case Presentation

Case presentation (Presentasi Kasus) merupakan metode yang


memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajari
suatu kasus. Pada metode ini peserta diberikan suatu kasus yang berkaitan
dengan bidang ilmu di program studi, kemudian peserta diminta untuk
mempresentasikan hasil dari sintesanya mengenai pemecahan kasus yang
diberikan.
Presentasi kasus merupakan kegiatan pembelajaran di klinik yang
sering dilakukan di ruang diskusi. Pada kegiatan ini, mahasiswa
mempresentasikan kasus pasiaen yang dijumpai selama melakukan
kegiatan di poli rawat jalan, UGD maupun rawat inap
Dalam metode ini, peserta secara individual diminta untuk menyajikan
suatu bentuk desain program kinerja tertentu yang relevan dengan tujuan
organisasi dan selanjutnya dipresentasikan kepada assesor. Bahan yang
digunakan untuk presentasi ini adalah laporan yang telah ditulis peserta
dalam Case Analysis. Presentasi lisan diperlukan di mana peserta
mengajukan rekomendasi untuk pemecahan kasus, setelah mempelajarim
masalah yang ada. Perencanaan dan pengorganisasian, pemecahan masalah,
dan lisan komunikasi dinilai dalam latihan ini. dalam presentasi, audiens
dapat mengajukan pertanyaan.
Dalam latihan presentasi lisan, peserta diminta untuk membuat pidato
singkat dan sementara tentang topik sederhana atau presentasi formal yang
lebih panjang tentang studi kasus seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Penyajiannya biasanya diberikan kepada asesor yang kemudian
mengajukan pertanyaan yang ditujukan untuk menantang peserta.

12
Jika relevan dengan pekerjaan target, penilai bahkan dapat
menempatkan partisipan di bawah tekanan dengan menentang
kesimpulannya dan menunjukkan keterbatasan dan kekurangannya. Dalam
format lain, beberapa peserta memberikan presentasi mereka, kemudian
mendiskusikan rekomendasi mereka dan memilih solusi terbaik. Dengan
demikian, analisis kasus tertulis dan presentasi lisan dapat menjadi langkah
awal sebelum latihan diskusi kelompok, yang akan dijelaskan selanjutnya.
Di beberapa pusat sesi, para peserta diberikan materi seperti flip chart,
spidol, dan transparansi untuk digunakan dengan proyektor overhead.
Dalam situasi yang lebih maju secara teknologi, peserta dapat dilengkapi
dengan komputer, perangkat lunak presentasi, dan proyektor LCD. Jika
tugas untuk persiapan diberikan sebelum pusat penilaian, peserta mungkin:
diharapkan untuk mempersiapkan materi presentasi yang jauh lebih formal.
Asesor kemudian dapat melihat bagaimana peserta menggunakan
perangkat ini untuk meningkatkan efektivitas komunikasi mereka.
Prinsip presentasi, Dalam metode ini kandidat akan diberikan waktu
untuk melakukan presentasi lisan tentang topik atau tema tertentu.
Presentasi dapat dilakukan setelah peserta menjalani leaderless group
discussion, menganalisis sebuah kasus, atau melakukan wawancara
pencarian fakta. dan juga, Biasanya diberikan waktu 5-15 menit untuk
berbicara untuk menyampaikan suatu gagasan, ide, dan materi. Presentasi
harus dilaksanakan dengan baik agar setiap maksud yang disampaikan
dapat dipahami dan menarik perhatian audience.
Tujuan metode presentasi dalam Assessment Center, Metode tes ini
akan menilai dan melihat kemampuan peserta dalam Berkomunikasi secara
lisan, Persuasif, Ketenangan, Kemampuan menerangkan dengan jelas dan
mudah dipahami dan Reaksi terhadap tekanan.

13
Adapun jenis-jenis dari metode pembelajaran case presentation adalah
sebagai berikut:
1. Presentasi Teks (Reading Presentation)
Bentuk penyajian dimana penyaji sepenuhnya menggunakan
teks (membaca kata demi kata yang tertuang dalam media
penyajian)
2. Presentasi Hafalan (Memorized Presentation)
Gaya penyajian dimana isi bahan sajian ditulis dalam bentuk
teks tertulis lalu dihafalkan. Contohnya laporan hasil studi singkat,
hasil kunjungan atau observasi.
3. Penyajian Spontan (The Impromptu Presentation)
Penyajian langsung informal tanpa persiapan yang matang
dipihak pembicara, Contohnya; pertemuan khusus anda diminta
memberi sambutan karena kapasitas dan posisi anda
4. Penyajian dengan kartu (The Note Cards Presentation)
Penyajian dengan kartu berisi uraian penyajian sesuai nalar
pendengar, namun inti sajian tetap disesuaikan dengan tujuan
penyajian. Teknik penyajian bebas, natural, dipersiapkan dengan
matang dan sesuai tingkat respon pendengar

Sedangkan media dari metode pembelajaran case presentation adalah


sebagai berikut:
1. Charts merupakan grafik, biasanya untuk menampilkan data
statistic berbentuk angka.
2. Vidio dan Film merupakan media yang di dalamnya terdapat unsur
audiovisual.

14
3. Handouts merupakan media cetak tertulis berisi materi atau kasus
yang disampaikan
4. Cartoons, Poster merupakan media cetak visual bertujuan untuk
persuasi
5. Studi Kasus digunakan untuk memberikan kasus nyata pada case
presentation
6. Demonstrasi merupakan metode yang memberikan pengalaman
kepada para siswa dengan observasi dan interaksi aktif melalui
demonstrasi.
7. Slides merupakan media penayangan gambar dengan film. Pada
perkembangannya, slide sekarang merupakan betuk media
presentasi dengan program computer yaitu power point.

Metode case presentation memiliki beberapa kelebihan, diantaranya


adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dengan pengamatan yang sempurna
tentang sesuatu gambaran yang nyata, yang betul-betul terjadi di
dalam hidupnya, sehingga mereka dapat mempelajari dengan penuh
perhatian dan lebih terperinci persoalannya. Dengan mengamati,
memikirkan dan bertindak dalam mengahadapi situasi tertentu,
mereka lebih meyakini apa yang diamati dan menemukan jalan
keluarnya. Pengamatan seperti diatas akan membantu mahasiswa
dalam mengembangkan daya berfikirnya secara sistematis dan logis,
sehingga ia mampu pula mengambil keputusan yang tepat.

15
2. Ketika mahasiswa meniliti proses dalam mengambil keputusan
mengenai salah satu kasus, maka ia mendapatkan pengetahuan
tentang dasar-dasar atau sebab-sebab yang melandasi timbulnya
kasus tersebut.
3. Penggunaan teknik presentasi kasus ini juga membantu mahasiswa
dalam mengembangkan daya intelektual dan ketrampilan
berkomunikasi secara lisan maupun secara penulisan.
4. Dalam memecahkan masalah dari kasus itu, mahasiswa dapat
menggunakan pendekatan secara “problem solving”. Kemudian
teknik kasus ini dapat memperlihatkan kepada mahasiswa tentang
masalah atau persoalan hidup yang dihadapi terutama dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.

Sedangkan kelemahan dari metode case presentation diantaranya


adalah sebagai berikut:
1. Memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan banyak kasus
yang ditemui.
2. Membutuhkan banyak waktu untuk diskusi
3. Untuk pelaksanaan kegiatannya memerlukan fasilitas yang banyak
dan kadangkadang hal ini sulit dipenuhi seperti persiapan LCD,
laptop, ruang dan listrik

16
Jurnal Presentation

Jurnal presentation merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar


yang menggunakan journal atau artikel penelitian sebagai sumber belajar
dan bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan yang terkini. Mahasiswa diharapkan dapat memahami,
menganalisis, menjelaskan dan menyimpulkan isi dari jurnal yang mereka
baca serta mempresentasikannya dalam suatu forum belajar. Tujuan dari
pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Menginformasikan
Presentasi berisi informasi yang akan disampaikan kepada
orang lain. Presentasi semacam ini sebaiknya menyampaikan
informasi secara detail dan jelas (clear) sehingga orang dapat
menerima informasi dengan baik dan tidak salah presepsi
terhadap informasi yang diberikan tersebut.

2. Meyakinkan
Presentasi berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang
disusun secara logis sehingga menyakinkan orang atas suatu topik
tertentu. Kondradiksi dan ketidakjelasan informasi dan
penyusunan yang tidak logis akan mengurangi keyakinan orang
atas presentasi yang diberikan.

3. Membujuk
Presentasi yang berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang
disusun secara logis agar orang mau melakukan suatu
aksi/tindakan. Presentasi dapat berisi bujukan, atau rayuan.

17
Rayuan tersebut biasanya disertai dengan bukti- bukti
sehingga orang merasa tidak ragu dan yakin untuk melakukan
suatu tindakan.

4. Menginspirasi
Presentasi yang berusaha untuk membangkitkan inspirasi
orang.

5. Menghibur
Presentasi yang berusahan untuk memberi kesenangan pada
orang melalui informasi yang diberikan.

Sedangkan untuk manfaat dari jurnal presentation adalah sebagai


berikut:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang,waktu tenaga dan daya indra.
3. Menimbulkan gairah belajar,interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
5. Memberikan rangsangan yang sama,mempersamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen, guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa
(komunikan), dan tujuan pengajaran.

18
Adapun kelebihan dari metode Jurnal Presentation adalah sebagai
berikut:
1. Dapat menyajikan teks, gambar, foto, animasi, audio dan video
sehingga lebih menarik;
2. Dapat menjangkau kelompok banyak;
3. Tempo dan cara penyajiannya bisa disesuaikan;
4. Penyajiannya masih bisa bertatap muka;
5. Dapat digunakan secara berulang-ulang.
6. Bahan materi-materinya mudah didapat dan pembuatannya tidak
terlalu rumit sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya
pembuatannya.

Sedangkan kelemahan dari metode Jurnal Presentation adalah sebagai


berikut:
1. Ketergantungan arus listrik sangan tinggi
2. Media pendukungnya (komputer dan LCD) cukup mahal
3. Penggunaan media ini sangat tergantung pada penyaji materi
(penyaji harus menguasai betul materinya)
4. Masih sangat terbatas guru yang mampu membuat media
presentasi.
5. Disajikan hanya dalam bentuk teks dan kebanyakan hanya
berbentuk animasi-animasi gambar saja.

19
Sedangkan Langkah-langkah dalam pelaksanaan jurnal presentation antara
lain:
1. Menyusun scenario klinik berdasarkan permasalahan yang telah
teridentifikasi dalam asuhan yang sedang disusun
2. Melakukan analisis PIO/PICO
3. Penelusuran jurnal
4. Melakukan telaah jurnal
5. Presentasi hasil telaah jurnal

Adapun Proses dalam jurnal presentation dalam modul metodik khusus


adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mencari minimal 3 judul artikel jurnal penelitiann terkini
(terbitan 5 tahun terakhir) baik yang dipublikasi secara online
maupun edisi cetak yang relevan dengan kompetensi kebidanan,
kemudian diajukan ke dosen / pembimbing klinik.
2. Dosen / pembimbing klinikk akan memilih 1 judul artikel jurnal yang
relevan dengan kompetensi kebidanan dan belum pernah
dipresentasikan sebelumnya dalam 1 kelompok rotasi kepaniteraan
klinik.
3. Mahasiswa mempresentasikan artikel jurnal yang telah dipilih oleh
dosen pembimbing klinik dalam bentuk slide power point dan dinilai
oleh dosen / pembimbing klinik dengan formulir penilaian jurnal
reading.
4. Dosen / pembimbing klinik menyerahkan formulir penilaian kepada
koordinator pendidikan klinik di RS pendidikan setempat.

20
Meet The Expert

Meet the Expert merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan


cara melakukan pertemuan dengan ahli untuk masing-masing kompetensi,
dengan tujuan mempersiapkan untuk di lapangan kerja. Expert atau yang dalam
bahasa Indonesia berarti pakar atau ahli ialah seseorang yang banyak dianggap
sebagai sumber tepercaya atas teknik maupun keahlian tertentu yang bakatnya
untuk menilai dan memutuskan sesuatu dengan benar, baik, maupun adal sesuai
dengan aturan dan status oleh sesamanya ataupun khayalak dalam bidang
khusus tertentu.
Lebih umumnya, seorang pakar ialah seseorang yang memiliki pengetahuan
ataupun kemampuan luas dalam bidang studi tertentu. Para pakar dimintai
nasihat dalam bidang terkait mereka, namun mereka tidak selalu setuju dalam
kekhususan bidang studi. Melalui pelatihan, pendidikan, profesi,publikasi,
maupun pengalaman, seoran pakar dipercaya memiliki pengetahuan khusus
dalam bidangnya di atas rata-rata orang, dimana orang lain bisa secara resmi
(dan sah) mengandalkan pendapat pribadi.
Selain itu, Meet the Expert dapat diartikan sebagai sebuah forum dengan
seorang atau beberapa ahli untuk suatu kompetensi tertentu dengan tujuan
melatih dan mempersiapkan kematangan profesional para mahasiswa dalam
lapangan kerja. Oleh karena itu, meeting the expert ini akan bermanfaat apabila
mahasiswa berperan aktif dalam mengikuti kegiatan ini. Setelah itu, mereka
memandang kritis kegiatan tersebut.

21
Dengan terselenggaranya metode atau forum tersebut, diharapkan para
mahasiswa mendapatkan pemahaman serta dapat mengimplementasikan ilmu
yang telah diperoleh dari narasumber baik dalam lingkungan perkuliahan
maupun dalam menghadapi dunia pekerjaan nanti. Tujuan dari meet the expert
ini pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kapasitas mindset dan soft skill
mahasiswa sehingga mahasiswa terlatih dan mampu menjadi sumber daya
manusia dengan kematangan profesional dalam dunia kesehatan.

22
Mini Clinical Examination

Mini Clinical Examination adalah salah satu jenis assessment yang


digunakan untuk mengukur kompetensi klinis mahasiswa pendidikan profesi
serta menilai performance mahasiswa dalam menghadapi pasien sesungguhnya,
bersamaan dengan pemberian umpan balik oleh penguji di akhir sesi. Selain itu,
Mini-CEX (Mini Clinical Examination) juga diartikan sebagai metode penilaian
kompetensi untuk mahasiswa yang diperkenalkan oleh American Board of
Internal Medicine.
Metode ini memberikan banyak kesempatan kepada mahasiswa untuk
mendapatkan berbagai macam pasien atau kasus yang diobservasi langsung oleh
supervisor. Mini-CEX dilakukan dengan cara mengobservasi interaksi
mahasiswa dengan pasien untuk kemudian dinilai kompetensi klinisnya dan
diberikan feedback konstruktif terhadap pencapaiannya.
Penilaian Mini-CEX adalah standar untuk mengukur kemampuan
mahasiswa profesi dalam menguasai 7 aspek karakteristik kompetensi Mini-
CEX:
1. Kemampuan Wawancara Medis (Medical Interview Skills)
Memberi salam memperkenalkan diri, memfasilitasi pasien/orang
tua pasien agar dapat bercerita; bertanya dengan efektif agar dapat
memperoleh informasi yang akurat dan adekuat; berbicara jelas,
mendengar aktif,mencatat; bereaksi secara tepat terhadap sikap dan
tanda-tanda non verbal lainnya.

23
2. Kemampuan pemeriksaan fisik (Physical Examination skills)
Mengikuti urutan logik efisien; menyeimbangkan langkah skrining
dan diagnostik; memberitahu pasien saat pemeriksaan; peka terhadap
kenyamanan pasien dan bersikap sopan.

3. Kualitas Humanistik atau Profesionalisme


Menghargai pasien, menunjukkan empati, belas kasih, menciptakan
kepercayaan dan membantu agar pasien nyaman sekaligus bisa menjaga
rahasia dan memberi informasi.

4. Keputusan klinis (Clinical Judgment)


Membuat diagnosis yang tepat dan memformulasikan rencana
penatalaksanaan pasien yang sesui. Selektif memilih pemeriksaan
penunjang diagnostik yang sesuai dengan mempertimbangan resiko dan
manfaat.

5. Kemampuan konseling (counseling skills)


Menggali harapan pasien, bebas dari istilah-istilah kedokteran,
terbuka, jujur dan empati. Menjelaskan alasan/dasar pemeriksaan dan
terapi kepada pasien/orang tua pasien. Memperoleh persetujuan
tindakan medik kalau diperlukan kepada pasien/orang tua pasien
(informed consent), memberi edukasi tentang penatalaksanaan,
pencegahan, dan konseling lain yang terkait dengan penyakitnya.

6. Organisasi/Efisiensi (Organization/Efficiency)
Menentukan Prioritas, menyesuikan dengan waktu yang tersedia.

7. Kompetensi klinis keseluruhan (Overall Clinical competence).


Menunjukkan bagaimana mencapai keputusan klinis yang memuaskan.
Sintesis, peduli (caring), Efektif efisien dalam menggunakan sember yang
ada menyeimbangkan resiko dan manfaat, menyadari keterbatasa kita.

24
Proses penilaian difasilitasi dengan menggunakan lembar penilaian.
Sebagai metode penilaian, mini-CEX dilaporkan memiliki keterlaksanaan
(feasibility) yang baik, baik menurut penguji maupun peserta ujian. Hasil dari
penilaian Mini-CEX dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk memberikan
umpan-balik yang konstruktif (constructive feedback) langsung terhadap
performa mahasiswa. Hal ini diketahui secara langsung meningkatkan
pembelajaran mahasiswa.
Metode Mini Clinical Examination ini dapat meningkatkan pembelajaran
mahasiswa melalui informasi tentang kemajuan atau kekurangan akan
kompetensinya, arahan tentang materi yang dibutuhkan dan sumber
pembelajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran, serta motivasi untuk
mempunyai aktivitas pembelajaran yang sesuai. Proses yang terjadi secara terus
menerus selama proses pendidikan tersebut, secara jangka panjang dapat
berdampak terhadap perkembangan profesionalisme mahasiswa.
Metode penilaian Cex tradisional mempunyai beberapa kekurangan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mini cex kurang tepat dalam menilai attitude walaupun ada item
profesionalisme, sehingga ada institusi yang telah mengembangkan
Professional Mini Evaluation Exercise (P-mex).
2. Sangat tergantung pada jenis kasus yang ditemui pada saat
melaksanakan kegiatan, jika kasus kurang, maka kesempatan mahasiswa
untuk menemui kasus yang variatif juga kurang.
3. Waktu memberikan feedback terbatas karena hanya disediakan waktu
15-20 menit untuk setiap sesi mini cex
4. Membutuhkan waktu yang lama berhadapan dengan pasien, lebih
kurang 2 jam, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.

25
5. Observasi berulang yang dilakukan untuk ujian formatif akan
memberikan bias, jika penilai yang sama terlibat dalam penilaian sumatif
yang dapat membuat instrumen ini menjadi kurang reliabel.

6. Kurang holistik dibandingkan ujian long case

Untuk mengatasi kekurangan metode penilaian tersebut, dikembangkan


mini Cex sebagai modifikasi dari metode penilaian cex tradisional dengan cara
sebagai berikut:
1. Satu orang penilai menilai residen yang melakukan pemeriksaan
terhadap pasien selama 15- 20 menit
2. Mini cex dilakukan beberapa kali dalam satu tahun
3. Mini cex dapat dilakukan dalam berbagai settting, misalnya di bangsal,
poliklinik, ruang gawat darurat Dengan demikian peserta didik memiliki
kesempatan untuk dinilai oleh beberapa orang penilai dengan kasus
pasien yang bervariasi
Adapun kelebihan dari metode Mini Clinical Examination ini adalah sebagai
berikut:
1. Menilai peserta didik pada level “does” piramid Miller.
2. Menggunakan pasien yang sebenarnya sehingga biaya lebih murah
dibandingkan dengan menggunakan pasien simulasi. Selain itu peserta
didik juga memiliki pengalaman untuk melihat gejala dan tanda penyakit
tertentu pada pasien yang mungkin tidak bisa disimulasikan.
3. Menggunakan beberapa jenis kasus, sehingga penilaian performa
mahasiswa dapat dilakukan pada berbagai kasus.
4. Jumlah penilai lebih dari satu dan keputusan penilaian tidak oleh satu
orang penilai. Hal ini akan meningkatkan reabilitas instrumen mini cex.

26
5. Peserta didik mendapatkan feedback dari beberapa penilai untuk
meningkatkan performanya.
6. Mini cex dilakukan beberapa kali, sehingga memberikan kesempatan
pada mahasiswa untuk dapat meningkatkan performanya.
7. Dilakukan pada berbagai setting, sehingga memberi pengalaman pada
peserta didik untuk melayani pasien pada berbagai setting.

Urutan prosedur pelaksanaan penilaian Mini-CES dapat dilakukan dengan


cara berikut:
1. Penilaian Mini-CEX dengan cara penguji menyaksikan mahasiswa
mempraktekkan pemeriksaan ke pasien secara langsung, dimana
interaksi mahasiswa dan pasien berlangsung sekitar 60 menit, kemudian
penguji memberikan nilai sesuai dengan check-list yang terstruktur.
2. Setelah penguji memberikan nilai kepada mahasiswa, penguji
memberikan umpan balik tentang prosedur yang telah dilakukan
mahasiswa, apakah sudah cukup bagus atau masih memerlukan
perbaikan. Umpan balik yang diberikan oleh penguji ini bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan klinis dan performance mahasiswa dalam
menghadapi pasien sesungguhnya. Umpan balik yang diberikan segera
setelah pelaksanaan mini-CEX membuat mahasiswa bisa langsung
mengetahui ketrampilan mana yang kurang dan mana yang sudah cukup,
sehingga masih bisa memperbaikinya selama proses rotasi klinik
berlangsung.

27
(Gambar alur proses pembelajaran Mini-CEX)

28
Clinic Tour

Metode clinic tour adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan


mengajak peserta didik ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kampus
untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu,
suatu bengkel mobil, toko serba ada, peternakan, perkebunan, lapangan bermain
dan sebagainya. Menurut Syaiful Sagala (2006) metode field trip ialah pesiar
(ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi
pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum
instansi pendidikan.
Sedangkan menurut Djamarah (2002) pada saat belajar mengajar peserta
didik perlu diajak ke luar kampus, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek
yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya
wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak
peserta didik ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kampus untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak
istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata,
study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada
pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Adapun kelebihan atau keunggulan dari metode clinic tour menurut Syaiful
Bahri (2006: 215) adalah sebagai berikut:
1. Field trip memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
2. Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relavan dengan kenyataan
dan kebutuhan masyarakat.

29
3. Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas peserta didik.
4. Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.

Sedangkan keunggulan dari metode clinic tour menurut Syaiful Sagala


(2006: 215) adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik dapat mengamati kanyataan-kenyataan yang beraneka
ragam dari dekat.
2. Peserta didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan
mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan.
3. Peserta didik dapat menjawab masalah-masalah atau pernyataan
pernyataan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan
secara langsung.
4. Peserta didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan
wawancara ataumendengar ceramah yang diberikan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
5. Peserta didik dapat mempelajari sesuatu secara intensif dan
komprehensif.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006: 94) mengemukakan bahwa metode


field trip mempunyai kekurangan, yaitu:
1. Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk
disediakan oleh peserta didik atau instansi pendidikan.
2. Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
3. Memerlukan koordinasi dengan para pengajar agar tidak terjadi
tumpang tindih waktu selama kegiatan karyawisata.
4. Dalam field trip sering unsur rekreasi lebih prioritas, sedang unsur
studinya menjadi terabaikan.

30
5. Sulit mengatur peserta didik yang banyak dalam perjalanan dan sulit
mengarahkan mereka pada kegiatan yang menjadi permasalahan.

Dalam pelaksanaan metode clinic tour ini juga menemui hambatan,


menurut Suhardjono (2004) adapaun hambatannya adalah Memakan waktu bila
lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, Kadang-kadang sulit untuk
mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, dan Biaya
transportasi dan akomodasi mahal.
Untuk mewujudkan pembelajaran dengan menerapkan metode field trip
ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pembimbing. Menurut Sanders
(2008: 2- 13), ada 5 langkah untuk mewujudkan field trip yang menakjubkan
(the best field trip ever). Kelima langkah menurut Sanders tersebut antara lain:
1. Determine goals and objectives (menentukan tujuan dan sasaran
utama).
2. Explore all options (menjelajah semua pilihan).
3. Create your itinenary (membuat rencana perjalanan).
4. Check your checklist (memeriksa daftar cek).
5. Follow-up in the classroom (tindak lanjut).

Langkah pertama dalam menerapkan metode field trip menurut Sanders


yaitu determine goals and objectives (menentukan tujuan dan sasaran utama).
Menentukan tujuan dan sasaran maksudnya yaitu pembimbing perlu
menentukan tujuan yang diharapkan dari field trip dan lokasi yang akan dituju.
Setelah menentukan tujuan dan lokasi field trip dapat menentukan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan (explore all options).

31
Kemudian pembimbing menentukan tujuan dan kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan selanjutnya perlu membuat rencana perjalanan field trip
(create you itenenary). Rencana perjalanan berguna sebagai pemandu urutan
dan waktu kegiatanyang harus dilaksanakan. Rencana perjalanan berisi rincian
waktu kegiatan, tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik, dan peraturan
yang harus dipatuhi peserta didik.
Setelah membuat rencana perjalanan, selanjutnya pembimbing
mempersiapkan peserta didik untuk melaksanakan field trip dengan membagi
peserta didik dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok peserta didik
yaitu supaya peserta didik belajar berinteraksi dengan temannya untuk
berdiskusi.
Setelah persiapan selesai, pembimbing dan peserta didik selanjutnya
melaksanakan field trip dengan mengunjungi lokasi yang sudah ditentukan.
Pada saat pelaksanaan pembimbing perlu mengawasi aktivitas-aktivitas
peserta didik (check your checklist). Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa peserta didik melaksanakan field trip sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Setelah kegiatan di lokasi field trip telah berakhir, pembimbing
selanjutnya mengajak peserta didik kembali ke kelas untuk memberikan tindak
lanjut (Follow-up in the classroom). Tindak lanjut dapat meliputi: pengoreksian
tugas yang telah dikerjakan peserta didik, pembahasan hasil diskusi peserta
didik, ataupun pemberian tugas lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
field trip.
Setelah mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan juga dituntut
untuk memperhatikan beberapa hal saat menerapkan metode field trip dalam
pembelajaran. Mulyasa (2005) dalam Asmani (2010: 151) menyatakan ada 7
hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode field trip. Ketujuh hal
tersebut antara lain:

32
1. Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar
mengajar.
2. Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program
sekolah.
3. Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai pedagogis.
4. Menghubungkan sumber belajar dalam field trip dengan kurikulum.
5. Membuat dan mengembangkan program field trip secara logis dan
sistematis.
6. Melaksanakan field trip sesuai dengan tujuan, materi, dan efek
pembelajaran, dalam iklim yang kondusif.
7. Menganalisis tujuan, ketercapaian, kesulitan-kesulitan, dan hal-hal yang
perlu disusun sebelum dan sesudah pelaksanaan field trip.

Berdasarkan pendapat mengenai langkah-langkah dan hal-hal yang perlu


diperhatikan di atas, peneliti menyusun tahapan pembelajaran dengan
menerapkan metode field trip pada materi menulis deskripsi. Tahapan terbut
yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, pembimbing perlu melakukan beberapa hal
antara lain: Menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas,
menghubungi pihak yang bertanggung jawab pada lokasi yang akan
menjadi tujuan field trip, menyusun rencana pelaksanaan dan tata tertib,
menyusun tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik,
mempersiapkan sarana, dan membagi peserta didik dalam kelompok.

33
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru melakukan beberapa hal antara lain:
Menyampaikan tata tertib dan tugas peserta didik, memimpin
rombongan dan mengatur kegiatan field trip, memperingatkan peserta
didik untuk memenuhi tata tertib yang sudah disepakati bersama dan
mengerjakan tugas-tugas kelompok, mengawasi aktivitas-aktivitas
peserta didik, dan memberi petunjuk bagi peserta didik yang
memerlukan penjelasan.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir, guru melakukan beberapa hal antara lain:
menyuruh peserta didik berdiskusi mengenai hasil kegiatan field trip,
menyelesaikan tugas kelompok, membahas hasil pekerjaan kelompok,
dan menindaklanjuti hasil kegiatan field trip dengan memberikan tugas
secara individu untuk menulis deskripsi lokasi yang telah dikunjungi.

34
Case Study

Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses pembelajaran


penting yang diberikan kepada peserta didik untuk mempersiapkan diri menjadi
tenaga kesehatan yang profesional. Pemberian pelayanan yang profesional
tersebut perlu diajarkan dan dikembangkan keterampilannya dalam
melaksanakan praktik secara langsung. Salah satu metode yang dapat digunakan
adalah case study yang menjadi salah satu model pembelajaran klinik.
Metode pemecahan masalah membantu mahasiswa dalam menganalisa
situasi klinis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang akan diselesaikan,
memutuskan tindakan yang akan diambil, menerapkan pengetahuan untuk
memecahkan suatu masalah klinis, memperjelas keyakinan dan nilai seseorang.
Metode pemecahan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Beberapa kelebihan metode pemecahan masalah adalah mahasiswa belajar
untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah, mahasiswa dituntut harus
menguasai materi pembelajaran agar mendapatkan solusi yang tepat untuk
masalah klien, serta mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
tepat. Sedangkan kelemahan metode pemecahan masalah antara lain
pembimbing klinik harus memberikan perhatian yang maksimal kepada
mahasiswa dan mahasiswa yang tidak menguasai materi akan mengalami
kesulitan dalam pengambilan keputusan.
Case study ditulis dengan cerita naratif yang sangat rinci dan erat kaitannya
dengan pengalaman yang dialami secara langsung. Pengalaman yang diungkap
dalam case study tergolong cukup esensial sebagai pengalaman bagi orang lain.
Case study atau studi kasus ini merupakan bentuk rangkuman pengalaman
belajar yang ditulis oleh seorang mahasiswa atau pendidik.

35
Selain itu, case study juga dimaknai sebagai cara yang tepat dalam
mengeksplorasi kemungkinan efek pembelajaran dan pengajaran sebagai
penyelidikan empiris dan holistik oleh peserta didik. Adapun keuntungan dari
pelaksanaan metode case study ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan studi kasus biasanya lebih felsibel karena desainnya
memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan
2. Pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konteks.
3. Luaran berbentuk deskripsi yang mendalam tentang suatu persoalan
atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh penerapan metode case study ini
adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau
pseudo scientific karena pengukurannya bersifat subjektif
2. Masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data
studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relatif lebih sulit dari
penelitian kuantitafif
3. Masalah generalisasi yang berdampak pada skala penelitian, baik isu
maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat
kecil.

Adapun langkah-langkah penyusunan praktik belajar case study dapat


dilaksanakan dengan cara berikut:
1. Mempersiapkan tempat yang kondusif untuk peserta didik (ruang kelas)
2. Melakukan kegiatan pra-pembelajaran
3. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
4. Menjelaskan kepada peserta didik tentang hasil yang diharapkan dari
kegiatan case study

36
5. Pendidik mengarhkan mahasiswa untuk melakukan studi kasus sesuai
dengan topik pembelajaran
6. Melaksanakan analisis dalam bentuk dokumentasi atau SOAP rencana
asuhan yang akan diberikan sesuai dengan kasus yang ditangani
7. Menyimpulkan kegiatan case study
8. Memberikan apresiasi dan bimbingan pada peserta didik mengenai topik
yang telah berlangsung
9. Pendidik menuliskan laporan bentuk narasi pembelajaran sebagai
panduan evaluasi dalam kegiatan case study

Setelah melaksanakan semua tahapan tersebut, pendidik kemudian


menuliskan narasi sebagai bentuk refleksi dengan cara membaca kembali narasi
yang telah ditulis. Pembelajaran studi kasus ini diharapkan mampu mengungkap
hal-hal secara spesifik terkait permasalahan dan pemecahan masalah yang ada.
Oleh sebab itu studi kasus atau case study ini bertujuan untuk mengungkap
makna dibalik fenomena yang terjadi dalam kondisi yang natural (apa adanya).

37
Pre dan Post Conference

Jenis metode konferensi meliputi konferensi praklinik (pre-conference) dan


konferensi pascaklinik (post-conference). Konferensi praklinik merupakan
kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan didiagnosis
keperawatan hari pertama masih berlaku; apakah diagnosis atau masalah
keperawatan yang ditemukan berdasarkan pengkajian akuran; apa rencana dan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada hari ini. Sedangkan konferensi
pascaklinik dilakukan segera setelah praktik dilaksanakan. Tujuan dari
konferensi pascaklinik antara lain untuk menilai kemampuan peserta didik
dalam mengevaluasi perkembangan klien, menilai kemampuan peserta didik
dalam menyiapkan praktik pada hari tersebut, menilai perkembangan
kemampuan menulis diagnosis keperawatan pada hari tersebut.
Pelaksanaan metode konferensi pra praktik meliputi konferen hari pertama
dan hari ke dua serta seterusnya. Konferen pra praktik klinik hari pertama
dimana Pembimbing menjelaskan tentang karakteristik ruang rawat, staf dan
tim pelayanan kesahatan lain dimana para peserta didik akan ditempatkan.
Pembimbing mengkaji kembali persiapan peserta didik untuk menghadapi dan
memberikan asuhan keperawatan dengan klien secara baik mengingatkan
peserta didik untuk membawa perlengkapan dasar.
Sedangakan konferensi paska praktik klinik dimana Pembimbing
melakukan diskusi dengan peserta didik untuk membahas tentang klien,
pembimbing memberikan kesempatan untuk peserta didik dalam mengutarakan
pendapat, diskusi dilakukan ditempat khusus atau terpisah.

38
Sedangkan konferen hari ke dua dan selanjutnya merupakan konferen pra
praktik klinik dimana pembimbing membahas tentang perkembangan klien dan
rencana tinakan dihari kedua dan Selanjutnya, menyiapkan kasus lain apabila
kondisi klien tidak mungkin untuk diintervensi. Pelaksanaan konferen pasca
praktik klinik dilakukan segera setelah praktik. Konferen ini berguna untuk
memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan, membagi
pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas keterlibatan peserta
didik.
Kegunaan metode konferensi yang dirancang melalui diskusi kelompok
dapat meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok
melalui:
1. Analisis kritikal, pemilihan alternative pemecahan maslah, dan
pendekatan kreatif
2. Memberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam menyelesaian
masalah
3. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar
4. Memberi kesempatan terjadinya peer review, diskusi kepedulian, isu,
dan penyelesaian masalah oleh disiplin ilmu lain
5. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber;
meningktakan kemampuan memformulasikan ide
6. Adanya kemampuan peserta didik untuk berkontribusi; meningkatkan
rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok
7. Kemampuan menggali perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang
memengaruhi praktik
8. Mengembangkan keterampilan berargumentasi; serta mengembangkan
keterampilan kepemimpinan.

39
Ronde Keperawatan

Ronde Keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh


perawat, di samping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat assosciate, dan
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam, 2014). Ronde
keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat atau
siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan
dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota stafnya atau siswa
untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap
pasien (Saleh, 2012).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ronde
keperawatan adalah suatu tindakan yang dilaksanankan oleh perawat, di
samping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatanuntuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan
untuk setiap pasien. Adapun karatkeristik dari ronde keperawatan adalah
sebagai berikut:
1. Klien dilibatkan secara langsung.
2. Klien merupakan fokus kegiatan.
3. Perawat assosciate, perawat primer, dan konsuler melakukan diskusi
bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan perawat assosciate,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dala mengatasi
masalah.

40
Sedangkan tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan menurut Nursalam
(2020) adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
7. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

Menurut Nursalam (2014), mengatakan pasien yang dipilih untuk dilakukan


ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria masalah keperawatan
yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan dan
Pasien dengan kasus baru atau langka. Lebih lanjut lagim Saleh (2012)
menjelaskan bahwa dalam ronde keperawatan setiap perawat memiliki peran
masing-masing diantaranya :
1. Perawat primer dan perawat assosciate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan
yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan, antara lain:
 Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
 Menjelaskan masalah keperawatan utama.
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
 Menjelaskan tindakan selanjutnya.
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

41
2. Perawat primer lain atau konsuler
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan, antara lain:
 Memberikan justifikasi.
 Memberikan reinforcement.
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional.
 Mengarahkan dan koreksi.
 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.

Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan


adalah sebagai berikut:

42
Keterangan:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap persiapan ini
adalah sebagai berikut:
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
b) Menentukan tim ronde.
c) Mencari sumber atau literature.
d) Membuat proposal.
e) Pemberian informed consent dan pengkajian kepada
klien/keluarga.
f) Diskusi: Apa diagnosis keperawatan?, Apa data yang
mendukung?, Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?,
dan Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?

2. Tahap Pelaksanaan Ronde


Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan
ronde ini adalah sebagai berikut:
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau
konselor/kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
yang akan ditetapkan.

43
3. Tahap Pasca Ronde
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pasca ronde
ini adalah sebagai berikut:
a) Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
b) Evaluasi, revisi dan perbaikan.
c) Kesimpulan dan rekomendasikan penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya.

Berikut ini merupakan tabel kriterian dalam evaluasi pelaksanaan


ronde keperawatan:

No Struktur Proses Hasil


Persyaratan administratif Peserta mengikuti
Pasien merasa puas dengan
1 (informed consent, alat, kegiatan dari awal
hasil pelayanan.
dan lainnya). hingga akhir.
Seluruh peserta
Tim ronde keperawatan
berperan aktif dalam
hadir di tempat Masalah pasien dapat
2 kegiatan ronde
pelaksanaan ronde teratasi.
sesuai peran yang
keperawatan.
telah ditentukan.
Persiapan dilakukan Menumbuhkan cara
3
sebelumnya. berpikir yang kritis.
Meningkatkan cara berpikir
4
yang sistematis
Meningkatkan kemampuan
5
validitas data pasien
Meningkatkan kemampuan
6 menentukan diagnosis
keperawatan
Menumbuhkan pemikiran
7 tentang tindakan
keperawatan yang

44
No Struktur Proses Hasil
berorientasi pada masalah
pasien
Meningkatkan kemampuan
8 memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
Meningkatkan kemampuan
9
justifikasi
Meningkatkan kemampuan
10
menilai hasil kerja

45
Modelling

Metode Modelling sebagai metode pengajaran adalah suatu metode


pengajaran yang dilaksanakan dengan cara peserta didik menciptakan
skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan kelas,
sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan atau skill dan
profesionalisme.
Metode Modelling merupakan salah satu metode mengajar yang
dikembangkan oleh Mel Silbermam, seorang yang memang berkompeten
dibidang psikologi pendidikan. Metode ini merupakan sekumpulan dari 101
strategi pengajaran. Sebuah metode yang menitikberatkan pada
kemampuan seorang peserta didik untuk mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya karena siswa dituntut untuk bermain peran sesuai dengan
materi yang diajarkan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Modelling
adalah model pembelajaran dengan pengelompokan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai dengan 6 orang secara
heterogen untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah. Setiap anggota
kelompok bukan saja diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing akan
tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, meningkatkan
keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan percaya diri dalam
pembelajaran Modelling, peserta didik tidak hanya menjadi objek belajar
tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi dengan secara
maksimal dalam proses pembelajaran.

46
Sebagai salah satu alternatif dalam mendesain pembelajaran,
pembelajaran Modelling mempunyai kelebihan-kelebihan sekaligus juga
mempunyai kelemahan-kelemahan. Beberapa kelebihan dari metode ini
adalah:
1. Mendidik peserta didik mampu menyelesaikan sendiri problema
sosial yang ia jumpai.
2. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman peserta didik.
3. Mendidik peserta didik berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan
pikiran serta perasaannya dengan jelas dan tepat.
4. Mau menerima dan menghargai pendapat orang lain.
5. Memupuk perkembangan kreativitas peserta didik

Disamping kelebihan-kelebihan yang dikemukakan di atas metode


pembelajaran Modelling juga mempunyai kelemahan-kelemahan
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memerlukan persiapan yang lebih matang dan waktu yang banyak.


2. Memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai.
3. Memerlukan kemampuan dan keterampilan pendidik dituntut untuk
bekerja lebih profesional

Penggunaan metode Modelling dapat diterapkan dengan syarat


memiliki keahlian untuk memperagakan penggunaan alat untuk
melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya.
Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru dan pelatih
yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan peserta didik diberi kesempatan
melakukan latihan keterampilan seperti yang telah diperagakan oleh
pendidik atau pelatih.

47
Metode Modelling sangat efektif menolong peserta didik mencari
jawaban atas pertanyaan, seperti: bagaimana prosesnya?, terdiri atas unsur
apa?, cara mana yang paling baik sebagai mana dapat diketahui
kebenarannya?, melalui pengamatan induktif. Sebagai bentuk metode
pembelajaran aktif, metode Modelling memiliki prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Hal apapun yang dipelajari oleh peserta didik, maka ia harus
mempelajarinya sendiri tidak ada seorangpun yang dapat
melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap peserta didik belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan
setiap kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).
3. Seorang peserta didik belajar apabila setiap langkah memungkinkan
secara keseluruhan lebih berarti
4. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan
mengingat secara lebih baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip diatas


amatlah penting, karena didalamnya terdapat interaksi antara peserta didik
dan pendidik. Pada prinsip mengaktifkan peserta didik, seorang pendidik
harus bersikap demokratis sekaligus mampu memahami dan menghargai
karakter peserta didiknya. Selain itu pendidik harus memahami perbedaan-
perbedaan antara mereka, baik dalam hal minat, bakat, kecerdasan, sikap,
maupun kebiasaan. Sehingga dapat menyesuaikan dalam memberikan
pelajaran sesuai dengan kemampuan peserta didiknya.

48
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode Modelling adalah
sebagai berikut:
1. Setelah pembelajaran suatu topik tertentu, guru mencari topik-topik
yang menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikan
keterampilan yang diterangkan.
2. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok kecil sesuai
dengan jumlah mereka. Kelompok–kelompok ini akan
mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
skenario yang dibuat.
3. Kemudian guru memberikan kepada siswa waktu 10-15 menit untuk
menciptakan skenario kerja.
4. Guru memberikan waktu 5-7 menit kepada siswa untuk berlatih.
5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja
masingmasing, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain memberikan masukan pada setiap demonstrasi.
6. Guru memberikan penjelasan secukupnya untuk mengklasifikasi.

49
Coaching

Pada bidang kesehatan ini para coach secara khusus dilatih dengan
latar belakang pelayanan kesehatan atau psikologi. Dalam bidang kesehatan
coaching merupakan alternatif untuk konseling. Coaching merupakan
proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada seorang yang
mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan membimbing
untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu prestasi
yang diharapkan.
Proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk
mengaktualisasikan dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik dimana dia
tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya saat itu tetapi juga
mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya dapat dicapai. Orang yang
melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik dengan
coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan dan saling
pengertian yang lebih mendalam.
Coaching adalah pembinaan. Secara teoritis, coaching adalah proses
pengarahan yang dilakukan atasan atau senior untuk melatih dan
memberikan orientasi kepada bawahanya tentang realitas di tempat kerja
dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang
optimal. Kegiatan ini akan sangat tepat diberikan kepada orang baru, orang
yang menghadapi pekerjaan baru, orang yang sedang menghadapi masalah
prestasi kerja atau orang yang menginginkan pembinaan kerja. Tujuannya
adalah untuk memperkuat dan menambah kinerja yang telah berhasil atau
memperbaiki kinerja yang bermasalah.

50
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat meningkatkan
kinerja individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara
pekerjaan dengan kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri
yang lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan
pelaksanaan manajemen perubahan. Adapun beberapa tujuan lain dari
pelaksanaan coaching adalah sebagai berikut:
1. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara
individual
2. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan profesional
peserta
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan
yang diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan
keterampilan peserta dalam mengambil tanggung jawab dan
pekerjaan mendatang
4. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka

51
Eksperensial

Metode eksperensial merupakan metode berupa penugasan untuk


membuat catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek. Metode
pengajaran ini memberikan pengalaman langsung dari kejadian yang
didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik. Metode ini juga
menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang
menjadi tempat pembelajaaran.
Metode eksperensial merupakan suatu metode yang dipergunakan
pembimbing akademik dalam membantu peserta didik dalam
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan terhadap kasus yang
terjadi dengan pasien atau keluarga pasien. Proses Insiden dalam
esperensial membantu peserta didik mengembangkan keterampilan
reflektif berdasarkan kejadian klinik/insiden, insiden berasal dari
pengalaman praktik aktual atau dikembangkan secara hipotetikan, dan
dapat dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik.
Metode eksperensial meliputi situasi penyelesaian masalah yang dapat
membantu peserta didik meningkatkan sikap profesional, mampu
menerapkan masalah konseptual keperawatan dalam kurikulum
berdasarkan masalah aktual, menggambarkan secara tertulis kejadian atau
peristiwa klinik dan situasi pengambilan keputusan berupa pengujian data
yang ada, pengidentifikasian alternatif tindakan, penentuan prioritas
tindakan, serta pembuatan keputusan.

52
Metode eksperensial meliputi penugasan klinik, penugasan tertulis,
simulasi dan permainan. Contoh penugasan klinik yaitu mahasiswa
melakukan ketrampilan psikomotor dan pengembangan ketrampilan
penyelesaian masalah dalam pengambilan keputusan, berdasarkan moral
dan etik. Contoh penugasan tertulis yaitu menulis rencana keperawatan,
studi kasus, perencanaan pendidikan kesehatan, proses pencatatan,
membuat laporan kunjungan, pembuatan makalah dan catatan kerja peserta
didik tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya.
Contoh simulasi dan permainan yaitu menggunakan model boneka dalam
melakukan keterampilan misalnya pemeriksaan payudara, kateterisasi
urine, serta pemberian injeksi.
Peran pembimbing akademik dalam metode eksperensial yaitu dengan
membantu peserta didik menganalisa situasi klinik melalui
pengidentifikasian masalah, menentukan tindakan yang akan diambil,
mengimplementasikan pengetahuan dalam masalah klinik, menekankan
hubungan antara pengalaman belajar lalu dan pengalaman terhadap
masalalu lalu, berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori proses
informasi dan teori pengambilan keputusan.
Kegunaan dari metode eksperensial adalah membantu peserta didik
menganalisis situasi klinik melalui proses identifikasi masalah, menentukan
tindakan yang akan diambil, mengimplementasikan pengetahuan ke dalam
masalah klinik, serta menekankan hubungan antara pengalaman belajar
yang lalu dengan pengalaman masa lalu.

53
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan metode eksperesial ini adalah
sebagai berikut:
1. Dirancanag sebagai diskusi kelompok
2. Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok
melalui analisis kritis, pemilihan alternatif pemecahan masalah dan
pendekatan kreatif
3. Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dan
menyelesaikan masalah
4. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar
5. Memberi kesempatan terjadinya peer-review, diskusi kepedulian,
isu dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain
6. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber
7. Meningkatkan kemampuan memformulasikan ide
8. Adanya kemampuan kontribusi peserta didik
9. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok
10. Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi praktik
11. Mengembangkan keterampilan berargumentasi.

Sedangkan peran pembimbing dalam penerapan metode eksperensial


adalah sebagai berikut:
1. Membantu menganalisa situasi klinik melalui identifikasi masalah
2. Menentukan tindakan yang akan diambil
3. Mengimplementasikan pengetahuan dalam masalah klinik
4. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar dan pengalaman
terhadap masalah.

54
Latihan Soal Pilihan Ganda

1. Dalam melaksanakan metode bed side teaching, pembimbing harus


mencerminkan hal-hal sebagai berikut, kecuali…
a. Role Modeling d. Socialization
b. Skill Building e. Generalitation
c. Critical Thinking

2. Adapun jenis-jenis dari metode pembelajaran case presentation adalah


sebagai berikut, kecuali…
a. Presentasi Teks d. Penyajian dengan kartu
b. Presentasi Hafalan e. Penyajian tidak langsung
c. Penyajian Spontan

3. Jurnal presentation merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar yang


menggunakan.......sebagai bahan belajar
a. Buku d. Film
b. Majalah e. Video
c. Jurnal atau artikel

4. Tujuan dari pelaksanaan metode jurnal presentation adalah?


a. Menginformasikan d. Menginspirasi
b. Membujuk e. Semua jawaban benar
c. Meyakinkan

55
5. Meet the Expert merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara melakukan pertemuan dengan….
a. Ahli dibidangnya masing-masing d. Dosen Mata Kuliah
b. Mahasiswa e. Semua Jawaban Salah
c. Pasien

6. Mini Clinical Examination adalah salah satu jenis assessment yang


digunakan untuk mengukur…
a. Kompetensi klinis mahasiswa
b. Kompetensi persepsi mahasiswa
c. Kompetensi persuasi mahasiswa
d. Kompetensi retorika mahasiswa
e. Semua jawaban salah

7. Keunggulan dari metode clinic tour menurut Syaiful Sagala adalah


sebagai berikut, kecuali….
a. Peserta didik dapat mengamati kanyataan-kenyataan yang beraneka
ragam dari dekat
b. Peserta didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru
dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan
c. Peserta didik dapat mempelajari sesuatu secara intensif dan
komprehensif
d. Peserta didik dapat menjawab masalah-masalah atau pernyataan
pernyataan dengan melihat masalah secara langsung
e. Semua jawaban benar

56
8. Kelebihan dari pelaksanaan metode case study ini adalah sebagai berikut,
kecuali…...
a. Pendekatan studi kasus biasanya lebih felsibel karena desainnya
memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan
b. Pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konteks.
c. Luaran berbentuk deskripsi yang mendalam tentang suatu persoalan
atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan
d. Mendorong peserta didik supaya memiliki analisa yang baik dalam
sebuah permasalahan
e. Membuat peserta didik menjadi kesulitan dalam mempelajari sesuatu
masalah

9. Karatkeristik dari ronde keperawatan adalah sebagai berikut, kecuali….


a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat assosciate, perawat primer, dan konsuler melakukan diskusi
bersama
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas
e. Klien tidak terlibat secara langsung

10. Tujuan lain dari pelaksanaan metode coaching adalah sebagai berikut,
kecuali….
a. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
b. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar
c. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran
d. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempersiapkan
keterampilan dalam mengambil tanggung jawab
e. Semua jawaban benar

57
Latihan Soal Essay

1. Jelaskan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan metode bed side


teaching!
2. Jelaskan prosedur pelaksanaan dari metode jurnal presentation dan case
presentation!
3. Jelaskan keuntungan dan kekurangan dari pelaksanaan metode ronde
keperawatan!
4. Jelaskan hambatan-hambatan dari pelaksanaan metode coaching!
5. Jelaskan prosedur pelaksanaan dari metode eksperensial!

58
DAFTAR PUSTAKA

Cholifah, N., Rusnoto, R., & Hartinah, D. (2015). Bedside Sebagai Suatu
Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam kebidanan dan
keperawatan. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 6(2).
Demak, I. P. K. Bedside Teaching Sebagai Metode Pembelajaran
Klinik. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 1(1), 23-33.
Etlidawati, E., & Yulistika, D. (2022). Metode Pembelajaran Klinik pada
Praktik Profesi Mahasiswa Keperawatan. Faletehan Health
Journal, 9(01), 37-42.
Ira Jayanti, S. S. T., & SKM, M. K. (2021). Metodik Khusus Dalam Ilmu
Kebidanan. Deepublish.
Martina, S. E., & Simanjuntak, E. H. (2020). Peningkatan Keterampilan Klinik
Melalui Penerapan Mini-CEX pada Mahasiswa Keperawatan. Faletehan
Health Journal, 7(03), 137-141.
Nursalam, N., & Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Gramedia
Mitasari, Z., & Prasetiyo, N. A. (2016). Penerapan metode diskusi-presentasi
dipadu analisis kritis artikel melalui lesson study untuk meningkatkan
pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis, dan
komunikasi. Jurnal Bioedukatika, 4(1), 11-14.
Nuzuliana, R., & Diniyah, K. (2015). Gambaran Pelaksanaan Bedside
Teaching Pada Praktik Klinik Kebidanan Prodi Kebidanan Jenjang
Diploma III Stikes'aisyiyah Yogyakarta. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan, 11(2), 151-157.
Patmawati, T. A., Saleh, A., & Syahrul, S. (2018). Efektifitas metode
pembelajaran klinik terhadap kemampuan berpikir kritis dan
kepercayaan diri mahasiswa keperawatan: A literature review. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 3(2).
Sagala, S. (2017). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu
memecahkan problematika belajar dan mengajar.

59
Zulfitri, R. (2012). Metode drill studi kasus dalam meningkatkan hasil belajar
asuhan keperawatan keluarga. Jurnal Keperawatan, 3(2).

60

Anda mungkin juga menyukai