Azizah Endarani - Metode Khusus
Azizah Endarani - Metode Khusus
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
Materi Macam Metode
Pembelajaran Klinik
Metode pembelajaran klinik merupakan salah satu metode mendidik
peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan objectif (tujuan) dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran (Maritalia, 2016). Metode belajar dalam praktek klinik
kebidanan merupakan strategi yang digunakan untuk mencapai kompetensi
dalam pendidikan kebidanan. Metode ini tentunya berbeda dengan yang
diterapkan pada pendidikan akademik baik dilakukan di kelas maupun
laboratorium.
Sampai saat ini permasalahan pada pembelajaran klinik kebidanan
masih cukup komplek antara lain:
1. Diperlakukan seperti pembantu bidan/dokter
2. Mengerjakan pekerjaan diluar kompetensi
3. Kesempatan belajar sangat sedikit
4. Belum ada pembimbing yang bisa dijadikan model,
5. Jarang dikunjungi dan dibimbing oleh pembimbing akademi,
6. Fasilitas yang tidak memadai
7. Sering beda persepsi antara pembimbing klinik dengan
pembimbing akademi
8. Nilai kurang memuaskan
9. Feedback sering terlambat
10. Sistem informasi dan administrasi tidak jelas (Afandi, 2013).
Salah satu penyebab terjadinya permasalahan diatas adalah
ketidak tepatan metode belajar yang digunakan. Dampak yang
ditimbulkan akibat ketidaktepatan metode belajar akan
dirasakan oleh mahasiswa, dosen/bidan pembimbing, klien dan
keluarga.
1
Melihat berbagai permasalahan dan dampak yang ditimbulkan maka
diperlukan metode belajar yang tepat, salah satu yang bisa dikembangkan
adalah model pembelajaran klinik keperawatan terpadu. Model ini berupaya
untuk mengoptimalkan kemandirian mahasiswa, interaksi klien/keluarga
dengan mahasiswa, daya nalar dan pola pikir mahasiswa, sikap etik dan
profesional.
2
Bed Side Teaching
3
6. Kegiatan yang didemonstras ikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh pesertadidik sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi
peserta
d) Socialization (Sosialisasi)
Kemampuan untuk beradaptasi dan memiliki pemahaman tentang
berorientasiterhadap lingkungan preceptor.
4
Adapun Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai
berikut:
1. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan
kesempatan
2. Menumbuhkan sikap professional
3. Mempelajari perkembangan biologis atau fisik dan melakukan
komunikasi melalui pengamatan langsung
Sedangkan kelemahan untuk bed-side teaching antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Dosen atau pembimbing klinik dan mahasiswa yang kurang
persiapanfisik, psikologisakan menimbulkan rasa tidak percaya
dalam diri klien.
2. Dosen atau pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki
menguasai bahan akanmengurangi efektifitas pembelajaran
Bed side teaching terdiri atas tiga tahap: tahap persiapan, tahap
pengalaman (patient encounter), dan tahap refleksi.
1. Tahap Persiapan
Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan tujuan belajar
yang ingin dicapai. Pada tahap persiapan, pembimbing memastikan
bahwa mahasiswa paham atas apa yang akan dihadapi pada saat
interaksi dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan
kesempatan itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Tahap Pengalaman
Pasien hadir bersama mahasiswa dan pembimbing. Pasien
mendapat penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan
memberikan persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa
demonstrasi atau observasi.
5
3. Tahap Demonstrasi.
Pembimbing klinik mendemonstrasikan suatu interaksi
dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien,
dan aspek komunikasi lainnya). Mahasiswa belajar dari demonstrasi
tersebut, dan dapat dilibatkan dalam diskusi dengan pasien.
“Demonstrasi” direkomendasikan pada saat mahasiswa
mempelajari ketrampilan baru atau pada fase-fase awal
pembelajaran. Pembimbing klniis berperan sebagai role model (I am
doing, you are watching).
4. Tahap Observasi
Mahasiswa mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien
(anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien, dan aspek
komunikasi lainnya). Pembimbing mengamati kinerja mahasiswa
dan memberikan umpan balik. Observasi direkomendasikan pada
saat fase belajar yang lebih lanjut. Pembimbing klniis berperan
sebagai fasilitator (We are doing together atau I am watching, you are
doing).
Diskusi antara pembimbing dan mahasiswa pada tahap
pengalaman harus mempertimbangkan kepentingan dan
kenyamanan pasien. Oleh karena itu, umpan balik diberikan pada
saat dibutuhkan, misalnya, pembimbing melakukan koreksi cara
palpasi hepar. Pasien juga dapat diminta untuk memberi umpan
balik, misalnya pada aspek komunikasi.
6
5. Tahap Refleksi
Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian
tujuan belajar. Mahasiswa mendapatkan umpan balik,
mendiskusikan hal-hal yang belum dipahami, memperkuat
pengetahuan klinis danclinical reasoning, serta merumuskan tujuan
belajar untuk bed side teaching atau aktivitas pembelajaran lain
selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan pasien sebaiknya tahap ini
dilakukan di tempat lain tanpa keberadaan pasien.
7
Berikut ini adalah standar operasional program (SOP) dari pelaksanaan
bed-side teaching.
SOP SOP/15/5/2023
Tanggal Terbit Bed Side Teaching
Keterangan
15 Mei 2023
Bed-side teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang
dilakukan di samping tempat tidur klien, meliputi kegiatan
Pengertian
mempelajari kondisi klien dan asuhan kebidanan yang dibutuhkan
oleh klien
1. Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik, peserta didik
dan pasien
2. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan pasien
dilakukan seminimal mungkin
Prinsip 4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang
5. Evaluasi/kaji pemahaman peserta didik segera mungkin
terhadap yang didapatnya saat itu
6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum
pernah diperoleh peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang
dihadapi peserta didik
1. Bed-side Teaching dilakukan saat memberikan asuhan
kebidanan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
Persiapan rencana asuhan kebidanan, tindakan yang akan dilakukan
Peralatan 4. Yang terlibat dalam Bed-side Teaching adalah Preseptor dan
peserrta didik
5. Perawat pelaksaan bertanggung jawab pada pasien masing-
masing
8
SOP SOP/15/5/2023
Tanggal Terbit Bed Side Teaching
Keterangan
15 Mei 2023
1. Persiapan
2. Mendapatkan kasus sesuai yang dapat memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menerapkan keterampilan
teknikprosedural dan interpersonal
3. Koordinasi dengan staf diklinik agar tidak mengganggu jalannya
rutinitas asuhan kebidana klien. Melengkapi peralatan/fasilitas
yangakan digunakan
4. Pelaksanaan melakukan bed side teaching dengan variasi mode,
Prosedur
contoh: demonstrasi dan redemonstrasi. Melakukan diskusi
singkat di tengah proses. Memfasilitasi untuk melakukan
redemonstrasi. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
pasien
5. Evaluasi
a. Memimpin diskusi terkait proses bedside teaching
b. Memfasilitasi mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan
9
Berikut ini adalah ceklist penilaian bimbingan dari pelaksanaan bed-
side teaching.
Ceklist Penilaian Bimbingan Bed-Side Teaching
Nilai
No Kegiatan
0 1 2
Persiapan Bimbingan
1 Mempersiapkan SAP kegiatan bimbingan
2 Mempersiapkan tempat yang cukup baik sesuai dengan
peserta didik
3 Memilih pasien yang membutuhkan tindakan keperawatan
yang akan didemontrasikan serta minta ijin pasien
4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan
demontrasi
5 Mengatur lingkungan fisik untuk demontrasi sehingga mudah
dilihatdan didengar peserta didik
Pelaksanaan Bimbingan
6 Membuka kegiatan bedside teaching
7 Menjelaskan pada peserta didik tentang kegiatan, waktu,
tujuan dari demontrasi (dilakukan tidak didepan pasien)
8 Menjelaskan pada peserta didik tentang hasil yang diharapkan
dari demontrasi (dilakukan tidak didepan pasien)
9 Menjelaskan pada peserta didik alat yang digunakan
untuk demontrasi (dilakukan tidak didepan pasien)
10 Mengajak peserta didik menuju ruang pasien
11 Memulai kegiatan demontrasi sesuai dengan prosedur dan
menggunakan tahap-tahap interaksi pada pasien
12 Memberikan komentar yang jelas mengenai prosedur yang
dilakukan
13 Memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi pada
pesertadidik mengenai kegiatan yang telah dicontohkan
10
Nilai
No Kegiatan
0 1 2
14 Memberikan kesempatan redemontrasi pada peserta didik
dan membantu mahasiswa bila diperlukan
15 Memberikan reinforcement pada pasien atas kerja sama dalam
melakukan kegiatan
Evaluasi Kegiatan
16 Memberi kesempatan pada peserta didik untuk self
evaluasimengenai kegiatan yang telah dilakukan (dilakukan
tidak didepanpasien)
17 Memberi respon secara verbal dan non verbal pada peserta
didik
18 Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan peserta didik
19 Rencana tindak lanjut mengenai pengalaman yang diperlukan
untukmembantu peserta didik meningkatkan kemampuannya
20 Menutup kegiatan bedside teaching dengan cara yang baik
Jumlah
Keterangan
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Presentase kelulusan minimal 75%
Evaluasi Kompetensi.........................................
11
Case Presentation
12
Jika relevan dengan pekerjaan target, penilai bahkan dapat
menempatkan partisipan di bawah tekanan dengan menentang
kesimpulannya dan menunjukkan keterbatasan dan kekurangannya. Dalam
format lain, beberapa peserta memberikan presentasi mereka, kemudian
mendiskusikan rekomendasi mereka dan memilih solusi terbaik. Dengan
demikian, analisis kasus tertulis dan presentasi lisan dapat menjadi langkah
awal sebelum latihan diskusi kelompok, yang akan dijelaskan selanjutnya.
Di beberapa pusat sesi, para peserta diberikan materi seperti flip chart,
spidol, dan transparansi untuk digunakan dengan proyektor overhead.
Dalam situasi yang lebih maju secara teknologi, peserta dapat dilengkapi
dengan komputer, perangkat lunak presentasi, dan proyektor LCD. Jika
tugas untuk persiapan diberikan sebelum pusat penilaian, peserta mungkin:
diharapkan untuk mempersiapkan materi presentasi yang jauh lebih formal.
Asesor kemudian dapat melihat bagaimana peserta menggunakan
perangkat ini untuk meningkatkan efektivitas komunikasi mereka.
Prinsip presentasi, Dalam metode ini kandidat akan diberikan waktu
untuk melakukan presentasi lisan tentang topik atau tema tertentu.
Presentasi dapat dilakukan setelah peserta menjalani leaderless group
discussion, menganalisis sebuah kasus, atau melakukan wawancara
pencarian fakta. dan juga, Biasanya diberikan waktu 5-15 menit untuk
berbicara untuk menyampaikan suatu gagasan, ide, dan materi. Presentasi
harus dilaksanakan dengan baik agar setiap maksud yang disampaikan
dapat dipahami dan menarik perhatian audience.
Tujuan metode presentasi dalam Assessment Center, Metode tes ini
akan menilai dan melihat kemampuan peserta dalam Berkomunikasi secara
lisan, Persuasif, Ketenangan, Kemampuan menerangkan dengan jelas dan
mudah dipahami dan Reaksi terhadap tekanan.
13
Adapun jenis-jenis dari metode pembelajaran case presentation adalah
sebagai berikut:
1. Presentasi Teks (Reading Presentation)
Bentuk penyajian dimana penyaji sepenuhnya menggunakan
teks (membaca kata demi kata yang tertuang dalam media
penyajian)
2. Presentasi Hafalan (Memorized Presentation)
Gaya penyajian dimana isi bahan sajian ditulis dalam bentuk
teks tertulis lalu dihafalkan. Contohnya laporan hasil studi singkat,
hasil kunjungan atau observasi.
3. Penyajian Spontan (The Impromptu Presentation)
Penyajian langsung informal tanpa persiapan yang matang
dipihak pembicara, Contohnya; pertemuan khusus anda diminta
memberi sambutan karena kapasitas dan posisi anda
4. Penyajian dengan kartu (The Note Cards Presentation)
Penyajian dengan kartu berisi uraian penyajian sesuai nalar
pendengar, namun inti sajian tetap disesuaikan dengan tujuan
penyajian. Teknik penyajian bebas, natural, dipersiapkan dengan
matang dan sesuai tingkat respon pendengar
14
3. Handouts merupakan media cetak tertulis berisi materi atau kasus
yang disampaikan
4. Cartoons, Poster merupakan media cetak visual bertujuan untuk
persuasi
5. Studi Kasus digunakan untuk memberikan kasus nyata pada case
presentation
6. Demonstrasi merupakan metode yang memberikan pengalaman
kepada para siswa dengan observasi dan interaksi aktif melalui
demonstrasi.
7. Slides merupakan media penayangan gambar dengan film. Pada
perkembangannya, slide sekarang merupakan betuk media
presentasi dengan program computer yaitu power point.
15
2. Ketika mahasiswa meniliti proses dalam mengambil keputusan
mengenai salah satu kasus, maka ia mendapatkan pengetahuan
tentang dasar-dasar atau sebab-sebab yang melandasi timbulnya
kasus tersebut.
3. Penggunaan teknik presentasi kasus ini juga membantu mahasiswa
dalam mengembangkan daya intelektual dan ketrampilan
berkomunikasi secara lisan maupun secara penulisan.
4. Dalam memecahkan masalah dari kasus itu, mahasiswa dapat
menggunakan pendekatan secara “problem solving”. Kemudian
teknik kasus ini dapat memperlihatkan kepada mahasiswa tentang
masalah atau persoalan hidup yang dihadapi terutama dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.
16
Jurnal Presentation
2. Meyakinkan
Presentasi berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang
disusun secara logis sehingga menyakinkan orang atas suatu topik
tertentu. Kondradiksi dan ketidakjelasan informasi dan
penyusunan yang tidak logis akan mengurangi keyakinan orang
atas presentasi yang diberikan.
3. Membujuk
Presentasi yang berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang
disusun secara logis agar orang mau melakukan suatu
aksi/tindakan. Presentasi dapat berisi bujukan, atau rayuan.
17
Rayuan tersebut biasanya disertai dengan bukti- bukti
sehingga orang merasa tidak ragu dan yakin untuk melakukan
suatu tindakan.
4. Menginspirasi
Presentasi yang berusaha untuk membangkitkan inspirasi
orang.
5. Menghibur
Presentasi yang berusahan untuk memberi kesenangan pada
orang melalui informasi yang diberikan.
18
Adapun kelebihan dari metode Jurnal Presentation adalah sebagai
berikut:
1. Dapat menyajikan teks, gambar, foto, animasi, audio dan video
sehingga lebih menarik;
2. Dapat menjangkau kelompok banyak;
3. Tempo dan cara penyajiannya bisa disesuaikan;
4. Penyajiannya masih bisa bertatap muka;
5. Dapat digunakan secara berulang-ulang.
6. Bahan materi-materinya mudah didapat dan pembuatannya tidak
terlalu rumit sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya
pembuatannya.
19
Sedangkan Langkah-langkah dalam pelaksanaan jurnal presentation antara
lain:
1. Menyusun scenario klinik berdasarkan permasalahan yang telah
teridentifikasi dalam asuhan yang sedang disusun
2. Melakukan analisis PIO/PICO
3. Penelusuran jurnal
4. Melakukan telaah jurnal
5. Presentasi hasil telaah jurnal
20
Meet The Expert
21
Dengan terselenggaranya metode atau forum tersebut, diharapkan para
mahasiswa mendapatkan pemahaman serta dapat mengimplementasikan ilmu
yang telah diperoleh dari narasumber baik dalam lingkungan perkuliahan
maupun dalam menghadapi dunia pekerjaan nanti. Tujuan dari meet the expert
ini pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kapasitas mindset dan soft skill
mahasiswa sehingga mahasiswa terlatih dan mampu menjadi sumber daya
manusia dengan kematangan profesional dalam dunia kesehatan.
22
Mini Clinical Examination
23
2. Kemampuan pemeriksaan fisik (Physical Examination skills)
Mengikuti urutan logik efisien; menyeimbangkan langkah skrining
dan diagnostik; memberitahu pasien saat pemeriksaan; peka terhadap
kenyamanan pasien dan bersikap sopan.
6. Organisasi/Efisiensi (Organization/Efficiency)
Menentukan Prioritas, menyesuikan dengan waktu yang tersedia.
24
Proses penilaian difasilitasi dengan menggunakan lembar penilaian.
Sebagai metode penilaian, mini-CEX dilaporkan memiliki keterlaksanaan
(feasibility) yang baik, baik menurut penguji maupun peserta ujian. Hasil dari
penilaian Mini-CEX dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk memberikan
umpan-balik yang konstruktif (constructive feedback) langsung terhadap
performa mahasiswa. Hal ini diketahui secara langsung meningkatkan
pembelajaran mahasiswa.
Metode Mini Clinical Examination ini dapat meningkatkan pembelajaran
mahasiswa melalui informasi tentang kemajuan atau kekurangan akan
kompetensinya, arahan tentang materi yang dibutuhkan dan sumber
pembelajaran yang dapat memfasilitasi pembelajaran, serta motivasi untuk
mempunyai aktivitas pembelajaran yang sesuai. Proses yang terjadi secara terus
menerus selama proses pendidikan tersebut, secara jangka panjang dapat
berdampak terhadap perkembangan profesionalisme mahasiswa.
Metode penilaian Cex tradisional mempunyai beberapa kekurangan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mini cex kurang tepat dalam menilai attitude walaupun ada item
profesionalisme, sehingga ada institusi yang telah mengembangkan
Professional Mini Evaluation Exercise (P-mex).
2. Sangat tergantung pada jenis kasus yang ditemui pada saat
melaksanakan kegiatan, jika kasus kurang, maka kesempatan mahasiswa
untuk menemui kasus yang variatif juga kurang.
3. Waktu memberikan feedback terbatas karena hanya disediakan waktu
15-20 menit untuk setiap sesi mini cex
4. Membutuhkan waktu yang lama berhadapan dengan pasien, lebih
kurang 2 jam, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
25
5. Observasi berulang yang dilakukan untuk ujian formatif akan
memberikan bias, jika penilai yang sama terlibat dalam penilaian sumatif
yang dapat membuat instrumen ini menjadi kurang reliabel.
26
5. Peserta didik mendapatkan feedback dari beberapa penilai untuk
meningkatkan performanya.
6. Mini cex dilakukan beberapa kali, sehingga memberikan kesempatan
pada mahasiswa untuk dapat meningkatkan performanya.
7. Dilakukan pada berbagai setting, sehingga memberi pengalaman pada
peserta didik untuk melayani pasien pada berbagai setting.
27
(Gambar alur proses pembelajaran Mini-CEX)
28
Clinic Tour
29
3. Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas peserta didik.
4. Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
30
5. Sulit mengatur peserta didik yang banyak dalam perjalanan dan sulit
mengarahkan mereka pada kegiatan yang menjadi permasalahan.
31
Kemudian pembimbing menentukan tujuan dan kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan selanjutnya perlu membuat rencana perjalanan field trip
(create you itenenary). Rencana perjalanan berguna sebagai pemandu urutan
dan waktu kegiatanyang harus dilaksanakan. Rencana perjalanan berisi rincian
waktu kegiatan, tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik, dan peraturan
yang harus dipatuhi peserta didik.
Setelah membuat rencana perjalanan, selanjutnya pembimbing
mempersiapkan peserta didik untuk melaksanakan field trip dengan membagi
peserta didik dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok peserta didik
yaitu supaya peserta didik belajar berinteraksi dengan temannya untuk
berdiskusi.
Setelah persiapan selesai, pembimbing dan peserta didik selanjutnya
melaksanakan field trip dengan mengunjungi lokasi yang sudah ditentukan.
Pada saat pelaksanaan pembimbing perlu mengawasi aktivitas-aktivitas
peserta didik (check your checklist). Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa peserta didik melaksanakan field trip sesuai dengan rencana yang telah
dibuat. Setelah kegiatan di lokasi field trip telah berakhir, pembimbing
selanjutnya mengajak peserta didik kembali ke kelas untuk memberikan tindak
lanjut (Follow-up in the classroom). Tindak lanjut dapat meliputi: pengoreksian
tugas yang telah dikerjakan peserta didik, pembahasan hasil diskusi peserta
didik, ataupun pemberian tugas lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
field trip.
Setelah mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan juga dituntut
untuk memperhatikan beberapa hal saat menerapkan metode field trip dalam
pembelajaran. Mulyasa (2005) dalam Asmani (2010: 151) menyatakan ada 7
hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode field trip. Ketujuh hal
tersebut antara lain:
32
1. Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar
mengajar.
2. Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program
sekolah.
3. Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai pedagogis.
4. Menghubungkan sumber belajar dalam field trip dengan kurikulum.
5. Membuat dan mengembangkan program field trip secara logis dan
sistematis.
6. Melaksanakan field trip sesuai dengan tujuan, materi, dan efek
pembelajaran, dalam iklim yang kondusif.
7. Menganalisis tujuan, ketercapaian, kesulitan-kesulitan, dan hal-hal yang
perlu disusun sebelum dan sesudah pelaksanaan field trip.
33
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru melakukan beberapa hal antara lain:
Menyampaikan tata tertib dan tugas peserta didik, memimpin
rombongan dan mengatur kegiatan field trip, memperingatkan peserta
didik untuk memenuhi tata tertib yang sudah disepakati bersama dan
mengerjakan tugas-tugas kelompok, mengawasi aktivitas-aktivitas
peserta didik, dan memberi petunjuk bagi peserta didik yang
memerlukan penjelasan.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir, guru melakukan beberapa hal antara lain:
menyuruh peserta didik berdiskusi mengenai hasil kegiatan field trip,
menyelesaikan tugas kelompok, membahas hasil pekerjaan kelompok,
dan menindaklanjuti hasil kegiatan field trip dengan memberikan tugas
secara individu untuk menulis deskripsi lokasi yang telah dikunjungi.
34
Case Study
35
Selain itu, case study juga dimaknai sebagai cara yang tepat dalam
mengeksplorasi kemungkinan efek pembelajaran dan pengajaran sebagai
penyelidikan empiris dan holistik oleh peserta didik. Adapun keuntungan dari
pelaksanaan metode case study ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan studi kasus biasanya lebih felsibel karena desainnya
memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan
2. Pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konteks.
3. Luaran berbentuk deskripsi yang mendalam tentang suatu persoalan
atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh penerapan metode case study ini
adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau
pseudo scientific karena pengukurannya bersifat subjektif
2. Masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data
studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relatif lebih sulit dari
penelitian kuantitafif
3. Masalah generalisasi yang berdampak pada skala penelitian, baik isu
maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat
kecil.
36
5. Pendidik mengarhkan mahasiswa untuk melakukan studi kasus sesuai
dengan topik pembelajaran
6. Melaksanakan analisis dalam bentuk dokumentasi atau SOAP rencana
asuhan yang akan diberikan sesuai dengan kasus yang ditangani
7. Menyimpulkan kegiatan case study
8. Memberikan apresiasi dan bimbingan pada peserta didik mengenai topik
yang telah berlangsung
9. Pendidik menuliskan laporan bentuk narasi pembelajaran sebagai
panduan evaluasi dalam kegiatan case study
37
Pre dan Post Conference
38
Sedangkan konferen hari ke dua dan selanjutnya merupakan konferen pra
praktik klinik dimana pembimbing membahas tentang perkembangan klien dan
rencana tinakan dihari kedua dan Selanjutnya, menyiapkan kasus lain apabila
kondisi klien tidak mungkin untuk diintervensi. Pelaksanaan konferen pasca
praktik klinik dilakukan segera setelah praktik. Konferen ini berguna untuk
memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan, membagi
pengalaman antar peseta didik, dan mengenali kualitas keterlibatan peserta
didik.
Kegunaan metode konferensi yang dirancang melalui diskusi kelompok
dapat meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok
melalui:
1. Analisis kritikal, pemilihan alternative pemecahan maslah, dan
pendekatan kreatif
2. Memberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam menyelesaian
masalah
3. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar
4. Memberi kesempatan terjadinya peer review, diskusi kepedulian, isu,
dan penyelesaian masalah oleh disiplin ilmu lain
5. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber;
meningktakan kemampuan memformulasikan ide
6. Adanya kemampuan peserta didik untuk berkontribusi; meningkatkan
rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok
7. Kemampuan menggali perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang
memengaruhi praktik
8. Mengembangkan keterampilan berargumentasi; serta mengembangkan
keterampilan kepemimpinan.
39
Ronde Keperawatan
40
Sedangkan tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan menurut Nursalam
(2020) adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal
dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
7. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
41
2. Perawat primer lain atau konsuler
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan, antara lain:
Memberikan justifikasi.
Memberikan reinforcement.
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional.
Mengarahkan dan koreksi.
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
42
Keterangan:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap persiapan ini
adalah sebagai berikut:
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
b) Menentukan tim ronde.
c) Mencari sumber atau literature.
d) Membuat proposal.
e) Pemberian informed consent dan pengkajian kepada
klien/keluarga.
f) Diskusi: Apa diagnosis keperawatan?, Apa data yang
mendukung?, Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?,
dan Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?
43
3. Tahap Pasca Ronde
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap pasca ronde
ini adalah sebagai berikut:
a) Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
b) Evaluasi, revisi dan perbaikan.
c) Kesimpulan dan rekomendasikan penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya.
44
No Struktur Proses Hasil
berorientasi pada masalah
pasien
Meningkatkan kemampuan
8 memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
Meningkatkan kemampuan
9
justifikasi
Meningkatkan kemampuan
10
menilai hasil kerja
45
Modelling
46
Sebagai salah satu alternatif dalam mendesain pembelajaran,
pembelajaran Modelling mempunyai kelebihan-kelebihan sekaligus juga
mempunyai kelemahan-kelemahan. Beberapa kelebihan dari metode ini
adalah:
1. Mendidik peserta didik mampu menyelesaikan sendiri problema
sosial yang ia jumpai.
2. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman peserta didik.
3. Mendidik peserta didik berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan
pikiran serta perasaannya dengan jelas dan tepat.
4. Mau menerima dan menghargai pendapat orang lain.
5. Memupuk perkembangan kreativitas peserta didik
47
Metode Modelling sangat efektif menolong peserta didik mencari
jawaban atas pertanyaan, seperti: bagaimana prosesnya?, terdiri atas unsur
apa?, cara mana yang paling baik sebagai mana dapat diketahui
kebenarannya?, melalui pengamatan induktif. Sebagai bentuk metode
pembelajaran aktif, metode Modelling memiliki prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Hal apapun yang dipelajari oleh peserta didik, maka ia harus
mempelajarinya sendiri tidak ada seorangpun yang dapat
melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap peserta didik belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan
setiap kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).
3. Seorang peserta didik belajar apabila setiap langkah memungkinkan
secara keseluruhan lebih berarti
4. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan
mengingat secara lebih baik.
48
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode Modelling adalah
sebagai berikut:
1. Setelah pembelajaran suatu topik tertentu, guru mencari topik-topik
yang menuntut siswa untuk mencoba atau mempraktikan
keterampilan yang diterangkan.
2. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok kecil sesuai
dengan jumlah mereka. Kelompok–kelompok ini akan
mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan
skenario yang dibuat.
3. Kemudian guru memberikan kepada siswa waktu 10-15 menit untuk
menciptakan skenario kerja.
4. Guru memberikan waktu 5-7 menit kepada siswa untuk berlatih.
5. Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja
masingmasing, kemudian guru memberikan kesempatan kepada
kelompok lain memberikan masukan pada setiap demonstrasi.
6. Guru memberikan penjelasan secukupnya untuk mengklasifikasi.
49
Coaching
Pada bidang kesehatan ini para coach secara khusus dilatih dengan
latar belakang pelayanan kesehatan atau psikologi. Dalam bidang kesehatan
coaching merupakan alternatif untuk konseling. Coaching merupakan
proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada seorang yang
mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan membimbing
untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu prestasi
yang diharapkan.
Proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk
mengaktualisasikan dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik dimana dia
tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya saat itu tetapi juga
mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya dapat dicapai. Orang yang
melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik dengan
coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan dan saling
pengertian yang lebih mendalam.
Coaching adalah pembinaan. Secara teoritis, coaching adalah proses
pengarahan yang dilakukan atasan atau senior untuk melatih dan
memberikan orientasi kepada bawahanya tentang realitas di tempat kerja
dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai prestasi kerja yang
optimal. Kegiatan ini akan sangat tepat diberikan kepada orang baru, orang
yang menghadapi pekerjaan baru, orang yang sedang menghadapi masalah
prestasi kerja atau orang yang menginginkan pembinaan kerja. Tujuannya
adalah untuk memperkuat dan menambah kinerja yang telah berhasil atau
memperbaiki kinerja yang bermasalah.
50
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat meningkatkan
kinerja individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara
pekerjaan dengan kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri
yang lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan
pelaksanaan manajemen perubahan. Adapun beberapa tujuan lain dari
pelaksanaan coaching adalah sebagai berikut:
1. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara
individual
2. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan profesional
peserta
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan
yang diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan
keterampilan peserta dalam mengambil tanggung jawab dan
pekerjaan mendatang
4. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi mereka
51
Eksperensial
52
Metode eksperensial meliputi penugasan klinik, penugasan tertulis,
simulasi dan permainan. Contoh penugasan klinik yaitu mahasiswa
melakukan ketrampilan psikomotor dan pengembangan ketrampilan
penyelesaian masalah dalam pengambilan keputusan, berdasarkan moral
dan etik. Contoh penugasan tertulis yaitu menulis rencana keperawatan,
studi kasus, perencanaan pendidikan kesehatan, proses pencatatan,
membuat laporan kunjungan, pembuatan makalah dan catatan kerja peserta
didik tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya.
Contoh simulasi dan permainan yaitu menggunakan model boneka dalam
melakukan keterampilan misalnya pemeriksaan payudara, kateterisasi
urine, serta pemberian injeksi.
Peran pembimbing akademik dalam metode eksperensial yaitu dengan
membantu peserta didik menganalisa situasi klinik melalui
pengidentifikasian masalah, menentukan tindakan yang akan diambil,
mengimplementasikan pengetahuan dalam masalah klinik, menekankan
hubungan antara pengalaman belajar lalu dan pengalaman terhadap
masalalu lalu, berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori proses
informasi dan teori pengambilan keputusan.
Kegunaan dari metode eksperensial adalah membantu peserta didik
menganalisis situasi klinik melalui proses identifikasi masalah, menentukan
tindakan yang akan diambil, mengimplementasikan pengetahuan ke dalam
masalah klinik, serta menekankan hubungan antara pengalaman belajar
yang lalu dengan pengalaman masa lalu.
53
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan metode eksperesial ini adalah
sebagai berikut:
1. Dirancanag sebagai diskusi kelompok
2. Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok
melalui analisis kritis, pemilihan alternatif pemecahan masalah dan
pendekatan kreatif
3. Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dan
menyelesaikan masalah
4. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar
5. Memberi kesempatan terjadinya peer-review, diskusi kepedulian,
isu dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain
6. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber
7. Meningkatkan kemampuan memformulasikan ide
8. Adanya kemampuan kontribusi peserta didik
9. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok
10. Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi praktik
11. Mengembangkan keterampilan berargumentasi.
54
Latihan Soal Pilihan Ganda
55
5. Meet the Expert merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara melakukan pertemuan dengan….
a. Ahli dibidangnya masing-masing d. Dosen Mata Kuliah
b. Mahasiswa e. Semua Jawaban Salah
c. Pasien
56
8. Kelebihan dari pelaksanaan metode case study ini adalah sebagai berikut,
kecuali…...
a. Pendekatan studi kasus biasanya lebih felsibel karena desainnya
memang ditujukan untuk mengeksplorasi suatu permasalahan
b. Pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konteks.
c. Luaran berbentuk deskripsi yang mendalam tentang suatu persoalan
atau kelompok orang dan segala konteks terkait permasalahan
d. Mendorong peserta didik supaya memiliki analisa yang baik dalam
sebuah permasalahan
e. Membuat peserta didik menjadi kesulitan dalam mempelajari sesuatu
masalah
10. Tujuan lain dari pelaksanaan metode coaching adalah sebagai berikut,
kecuali….
a. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
b. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar
c. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran
d. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempersiapkan
keterampilan dalam mengambil tanggung jawab
e. Semua jawaban benar
57
Latihan Soal Essay
58
DAFTAR PUSTAKA
Cholifah, N., Rusnoto, R., & Hartinah, D. (2015). Bedside Sebagai Suatu
Inovasi Metode Bimbingan Klinik Dalam kebidanan dan
keperawatan. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 6(2).
Demak, I. P. K. Bedside Teaching Sebagai Metode Pembelajaran
Klinik. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 1(1), 23-33.
Etlidawati, E., & Yulistika, D. (2022). Metode Pembelajaran Klinik pada
Praktik Profesi Mahasiswa Keperawatan. Faletehan Health
Journal, 9(01), 37-42.
Ira Jayanti, S. S. T., & SKM, M. K. (2021). Metodik Khusus Dalam Ilmu
Kebidanan. Deepublish.
Martina, S. E., & Simanjuntak, E. H. (2020). Peningkatan Keterampilan Klinik
Melalui Penerapan Mini-CEX pada Mahasiswa Keperawatan. Faletehan
Health Journal, 7(03), 137-141.
Nursalam, N., & Efendi, F. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Gramedia
Mitasari, Z., & Prasetiyo, N. A. (2016). Penerapan metode diskusi-presentasi
dipadu analisis kritis artikel melalui lesson study untuk meningkatkan
pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis, dan
komunikasi. Jurnal Bioedukatika, 4(1), 11-14.
Nuzuliana, R., & Diniyah, K. (2015). Gambaran Pelaksanaan Bedside
Teaching Pada Praktik Klinik Kebidanan Prodi Kebidanan Jenjang
Diploma III Stikes'aisyiyah Yogyakarta. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan, 11(2), 151-157.
Patmawati, T. A., Saleh, A., & Syahrul, S. (2018). Efektifitas metode
pembelajaran klinik terhadap kemampuan berpikir kritis dan
kepercayaan diri mahasiswa keperawatan: A literature review. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 3(2).
Sagala, S. (2017). Konsep dan makna pembelajaran: Untuk membantu
memecahkan problematika belajar dan mengajar.
59
Zulfitri, R. (2012). Metode drill studi kasus dalam meningkatkan hasil belajar
asuhan keperawatan keluarga. Jurnal Keperawatan, 3(2).
60