DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2013-2018
KEPUTUSAN
KONGRES XIV IKATAN BIDAN INSONESIA
NO. 004.SKEP/KONGRES XV/XI/2013
Tentang
ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA IBI
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia :
Menimbang : a. Bahwa kongres sebagai forum musyawarah tertinggi organisasi IBI berwenang
meninjau, menyempurnakan AD-ART IBI.
b. Bahwa untuk menyelesaikan dengan perkembangan organisasi maupun situasi
dan kondisi saat ini, perlu diadakan perubahan/penyempurnaan AD dan ART.
c. Bahwa karena hal tersebut perlu diterbitkan Keputusan Kongres XV IBI tanhun
2013 tentang AD-ART.
Mengingat : a. Anggaran Dasar Bab V Pasal 18 tentang Kongres
b. Anggaran Rumah Tangga Bab IX Pasal 18 tentang Kongres, Musyawarah dan
Rapat- rapat
Memperhatikan : Hasil Kongres XV yang membahas tentang AD dan ART IBI 2013-2018
pada tanggal 11-22 November 2013.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Keputusan Kongres XV Ikatan Bidan Indonesia tentang AD-ART Thn 2013-
2018.
Pertama : Mengesahkan perubahan, penyempurnaan AD-ART IBI sebagaimana tertera
dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Dengan berlakunya AD-ART Thn 2013 - 2018, maka AD-ART Thn 2008- 2013
tidak berlaku.
Ketiga : Menugaskan tim PPIBI masa bakti 2013-2018 untuk mendokumentasikandan
menindak lenjuti AD danART dimaksud dan digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan tugasnya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013
PEMIMPIN KONGRES
PREAMBULE
(Pembukaan)
Bahwa Sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus di hapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keiinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umu, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratans/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
INDONESIA RAYA
Cip : W.R Supratman
Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita bersatu
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku rakyatku
Semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia raya
Para lulusan pendidikan kebidanan diberikan Ijazah Bidan sebagai tanda lulus dan
diwajibkan mengucapkan sumpah atau Janji Bidan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Lafal sumpah atau janj Bidan adalah sebagai berikut :
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggungjawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan
ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu
dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan
pertolongan pertama tindakn kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam
konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada
keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan : termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
FALSAFAH KEBIDANAN
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam
memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
Keyakinan tentang kehamila dan persalinan.
Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai
hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi
aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, dukungan
dan dipertahankan. Bila timbulpenyulit, dapat mengguakan teknologi tepat guna dan
rujukan efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dalam membuat keputusan. Perempuan
harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya
melalui kominikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan
merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan.
Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kemtian). Asuahan kebidanan
berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistic, diberikan dengan
cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor dan pendidikan
berpusat paraperempuan, asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter
serta menghormati pilihan perempuan.
Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilkukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap
perempuan, sebagaisalah satu kesatuan fisik, psikis, emosional, social, budaya spiritual
serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam prakteknya yang
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Sebagai Profesi biadan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut
filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah
mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan
jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.
Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedayaan kebudayaan. Setiap
individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup untuk
berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan.
Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia
subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yamg
berkualitas.
Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang
membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa remaja.
Keluarga-keluarga yang berada disuatu wilayah/daerah membentuk masyarakat
kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.
Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam l;ingkungan
yangbersifat dinamin mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.
MUKADIMAH
Bahwa tujuan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia, untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
Bahwa tujuan perjuangan Ikatan Bidan Indonesia sesungguhnya merupakan bagian yang
tidak dapat di pisahkan dari pergerakan bangsa Indonesia
Bahwa Ikatan Bidan Indonesia sebagai salah satu kekuatan social, mempunyai hak,
tanggung jawab dan kewajiban yang sama dengan kekuatan social lainnya dalam rangka
mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 demi masa depan yang lebih baik bagi keluarga, masyarakat dan
bangsa yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Maka seluruh anggota Ikatan Bidan Indonesia dalam pelaksanaan fungsinya sebagai salah
stu kekuatan social, mempersatukan diri dalam satu wadah yang menghimpun semua
potensi bidan di Indonesia yaitu “IKATAN BIDAN INDONESIA” (IBI) yang didirikan
secara nasional pada tanggal 24 Juni 1951 di Jakarta.
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Ikatan Bidan Indonesia menyusun, menetapkan
dan melaksanakan Anggaran Dasar-nya yang di perbaharui sesuia dengan tuntutan
perubahan dan perkembangan zaman serta di syahkan dalam kongres Ikatan Bidan
Indonesia dan di syahkan oleh Notaris.
ANGGARAN DASAR
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
PENGURUS PUSAT
Pasal I
NAMA
Organisasi ini bernama Ikatan Bidan Inndonesia disingkat IBI.
Pasal 2
WAKTU
Ikatan Bidan Indonesia didirikan secara nasional pada tanggal 24 Juni 1951 di Jakarta, untuk
jangka waktu yang tidak di tentukan.
Pasal 3
KEDUDUKAN
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.
Berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.
BAB II
AZAS, SIFAT, TUJUAN DAN KEGIATAN
Pasal 4
AZAS
Ikatan Bidan Indonesia berazaskan Pancasila.
Pasal 5
SIFAT
Ikatan Bidan Indonesia sebagai satu- satunya organisasi Bidan bersifat netral dijiwai oleh filosofi
dan kode etik bidan Indonesia.
Pasal 6
TUJUAN
Ikatan Bidan Indonesia bertujuan :
Menggalang dan mempererat persatuan dan persaudaraan sesame bidan, organisasi
perempuan dan pihak terkait untuk mencapai visi dan misi
Membina dan mengayomi anggota serta mengembangkan dan meningkatkan pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan terutama dalam lingkup kebidanan.
Berperan serta dalam pembangunan, terutama dalam pemeliharaan & peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak
Meningkatkan martabat dan kependudukan bidan serta memberdayakan perempuan
dalam masyarakat.
Pasal 7
KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 6, IBI melakukan kegiatan
ke dalam dan ke luar organisasi sesuai rencana kerja.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 8
ANGGOTA
Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang telah memiliki Kartu Tanda Anggota
(Surat tanda pengenal sebagai anggota IBI) dan kartu tersebut masih berlaku.
Ketentuan mengenai keanggotaan IBI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 9
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
1. Tingkat Nasional:
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT berkedudukan
di ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/Kota:
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota dinamakan PENGURUS CABANG dan
berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
a. Kepengurusan di tingfkat Kecamatan dinamakan PENGURUS RANTING dan
berkedudukan di kecamatan.
Kepengurusan di unit Pelayanan Kesehatan, Institusi Pendidikan Bidan
dinamakan Pengurus Ranting.
Pasal 10
KEPENGURUSAN
1. Pemimpin Organisasi disebut Ketua Umum
2. Kepengurusan Organisasi selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
Pasal 11
TUGAS KEPENGURUSAN
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan yang
ditetapkan oleh Kongres IBI.
2. Tugas kepengurusan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah tangga
BAB V
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 12
KONGRES
Pasal 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengambilan keputusan dalam Kongres dan rapat-rapat yang tersebut pada pasal-
pasal dalam BAB V dilakukan dengan musyawarah
2. Ketentuan lebih lanjut tentang pengambilan keputusan diatur dalam Anggaran Dasar
Rumah Tangga.
BAB VI
LAMBANG
PASAL 15
1. Lambang atau logo Organisasi IBI adalah lingkaran yang didalamnya terdapat buah
delima merekah, cawan, ular dan dua helai daun
2. Logo Ikatan Bidan Indonesia, dengan Gambaran sebagai berikut
a. Penjelasan lebih lanjut tentang arti logo IBI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VII
KEUANGAN
Pasal 16
1. Keuangan IBI diperoleh dari :
a. Uang Pangkal
b. Iuaran Anggota
c. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
d. Penerimaan-penerimaan lain yang sah
e. Usaha lain yang sah
f. Ketentuan lebih lanjut tentang keuangan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 17
Anggaran Rumah Tangga
Hal-hal yang tidak diatur didalam Anggaran Dasar akan diatur didalam Anggaran Rumah
Tangga yang merupakan rincian pelaksanaan Anggaran Dasar.
1. Anggaran Rumah Tangga dan peraturan pelaksanaan lainnya tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar.
BAB IX
PEMBUBARAN
Pasal 18
Pembubaran Organisasi
1. Organisasi dapat dibubarkan atas KeputusanKongres
2. Berdasarkan permintaan tertulis yang ditandatangani oleh 2/3 (dua per tiga) jumlah
cabang yang di ketahui Pengurus Daerah masing-masing dengan alasan yang
obyektif.
BAB X
HAK MILIK DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 19
1. Hak milik organisasi yang berbentuk barang-barang bergerak dan tidak bergerak serta
kekeyaan intlektual digunakan bagi kepertingan dan kelangsungan hidup organisasi.
2. Apabila organisasi ini dibubarkan maka hak milik dan kekeyaan organisadilainnya
diserahkan kepada masyarakat atau badan social lainnya.
3. Tata cara pengelolaan hak milik dan aset organisasi akan diatur tersendiri
BAB XI
PENUTUP
Pasal 19
Anggaran dasar Ikatan Bidan Indonesia ini disahkan oleh kongres xv Ikatan Bidan
Indonesia tahun 2013 di Jakarta.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013
PIMPINAN KONGRES
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
Pasal 1
1. Bidan Bidan adalah seseorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui oleh pemerintah dan organisani profesi di Wilayah Negara Republik Insonesia
serta memiliki kopentensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi dan tau secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.
Bidan sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi persalinan atau
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi.
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan promosi persalinan normal deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau atau bantuan lain yang
sesuai, serts melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan,
tetapi juga kepada keluaega dan masyarakat kegiatan ini mencakup pendidikan
antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak Bidan
dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk dirumah masyarakat, Rumah
Sakit, Klinik atau unit kesehatan lainnya.
2. Ikatan Bidan Indonesia adalah organisasi profesi yang seluruh anggotanya terdiri dari
bidan dan merupakan satu-satunya wadah persatuan bidan Indonesia.
3. Ikatan Bidan Indonesia merupakan organisasi profesi kesehatan dan organisasi
perempuan.
4. Ikatan Bidan Insonesia berdiri secara Nasional pada tanggal 24 Juni 1951 atas
prakarsa perkumpulan bidan di Jakarta
5. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di Departemen Kehakiman pada tanggal 15 Oktober
1954 dalam lembaran Negara Nomer.’ J.A, 5927 dan diperbaharui dengan akte
notaries No : 16 tanggal 13 Maret 2013 notaris Vidi Andito, SH.
6. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di departemen Dalam Negri No 133 sesuai UU No
08/1985 tentang ketentuan wajin lapor bagi LSM.
7. Ikatan Bidan Indonesia sebagai anggota KOWANI sejak tahun 1951 dengan nomer
keanggotaaan No, 13.
8. Ikatan Bidan Indonesia debagai anggota internasional Confecleration Of Midwives
(ICM) Sejak tahun 1956.
Pasal 2
Ikatan Bidan Indonesia mempunyai Logo dengan bentuk dari identitas yang melambangkan :
1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah putih” yang berarti perdatuan abadi.
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji (bibit) dan air lambing kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambangkemampuan dari pihak laki-laki dan perempuan
untuk member hidupnya bibit.
4. “Ular & Cawan” melambangkan kemampuan Dewa Aesculaplus dan Dewi Hygea
yang berarti pelayanan kebidanan memelihara dan mempertahankan biji (bibit) agar
tumbuh & berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji yang matur dan sehat dapat melajutkan hidup baru/ generasi
penerus yang sehat dan berkualitas dan bidan adalah seorang yang siap untuk
menghantar biji-biji yang matur dan sehat menjadi generasi penerus yang sehat dan
berkualitas.
LOGO IBI
Penataan bentuk dan warna logo sebagai berikut:
1. Lingkaran
A. Luar : Merah darah
B. Tengah : Putih kertas dasar
C. Dalam : Cobra/Senduk
2. Ular
a. Warna : Hitam cobra, dengan garis-garis putih leherya
b. : Cobra/Senduk
3. Cawan
a. Bentuk : Seperti corong dengan bulatsn atas berbentuk oval.
b. Warna : Putih kertas dasar dengan garis pinggir gambar warna hitam
4. Daun dan Tangkai Delima
a. Jenis : Daun delima
b. Warna : Hijau daun delima
c. Jumlah daun : 2 helai
5. Buah Delima
a. Warna : Orange tua, ke bawah semakin muda warnanyadimulai setengah
bian buah delima kebawah.
b. Biji : Warna merah biji delima jumlah biji besar 24, biji kecil 51
c. Mulut buah : Enam helai/bibir
6. Tulisan
a. Formasi : Melingkar setengah lingkaran bawa.
b. Isi : IKATAN BIDAN INDONESIA
c. Warna : Merah darah
7. Bukaan/Rekahan Buah Delima
a. Vertikal : 33%
b. Horizontal : 76%, dari atassisa 20%, dari bawah sisa 13%
8. Ukuran Logo
Sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku
BAB II
KEANGGOTAN, HAK, KEWAJIBAN, SANKSI DAN BERHENTI
Pasal 3
KEANGGOTAAN
1. Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang memiliki Kartu Tanda nggota dan
kartu tersebut masih berlaku.
2. Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atauinstitusi tempat kerja.
Pasal 4
SYARAT DAN TATA CARA PENERIMAA UNTUK
MENJADI ANGGOTA
1. Syarat Menjadi Anggota
1. Memiliki Ijazah Bidan/lulus Bidan
2. Mengisi formulir pendaftran dengan melamprkan:
a. Foto Copy Ijazah Bidan
b. Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan Bidan setelah 1 Agustus 2013)
c. Foto Copy KTP
d. Pas Foto 4x6 sebanyak 2 (dua)buah
2. Tata Cara Penerimaan Anggota
a. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus Ranting/Cabang sesuai domilisi atau
institusi tempat kerja.
b. Formulir Pendaftaran dapat diperoleh dipengurus Cabang/Ranting.
c. Formulir yang sudah diisi diteliti kebenaranya, diputuskan dalam rapat pengurus
ranting/Cabang.
d. Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan oleh Pengurus
Ranting/Cabang untuk deregister oleh Pengurus Pusat dan diterbitkan Kartu Tanda
Anggota (KTA) YANG BERLAKU SELAMA 5 (LIMA) TAHUN.
3. Tata cara perpanjang KTA
a. 3 bulan sebelum habis masa berlakunya mengajukan perpajangan.
b. Mengisi Formulir Pendaftaran perpanjangan.
c. Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa berlakunya
Pasal 5
HAK ANGGOTA
Pasal 6
KEWAJIBAN ANGGOTA
PasaL 8
BERHENTI DARI KEANGGOTAAN
1. Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
2. Meninggal dunia.
3. karena sesuatu hal yang merugikan IBI
BAB III
ORGANISASI
Pasal 9
1. Tingkat Nasional
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT berkedudukan
di Ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/kotA
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten /Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
a. Kepengurusan di Tingkat Kecamatan dinamakan PENGURUSRANTING dan
berkedudukan di Kecamatan.
b. Kepengurusan di Unit Pelayanan Kesehatan atau Institusi Pendidikan Bidang
dinamakan Pengurus Ranting.
BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 10
PENGURUS PUSAT (PP)
b. SEKERTARIS JENDRAL
1. Mengendalikan kegiatan IBI kedalam organisasi maupun luar organisasi.
2. Mengkoordinir kegiatan Tata Usaha dan Rumah Tangga , Hubungan , Masyarakat
, Advokasi dan Hubungan Luar negeri,
3. Kerjasama dengan pengurus lainnya ,
4. Ketua Umum apabila berhalangan , berdasarkan pelimpahan wewenang dari
ketua umum,
5. Menyiapkan perangkat kerja organisasi secara umum yang berhubungan dengan
tata kerja organisasi, pendidikan dan pratik bidan
6. Menjalin hubungan keluar organisasi ,
7. Menyiapkan Kongres dan rapat kerja Nasional .
8. Menyiapkan Rencana Kerja Organisasi.
c. KETUA I
1. Mewkili Ketua Umum apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan wewenang
dari Ketua Umum ,
2. Mengkoordinir , mengarahkan , membina , mengawasi pelaksanaan program kerja
Bidang Penelitian dengan Pengembangan Organisasi
3. Bekerja sama dengan pengurus lainya untuk kelancaran keberhasilan program IBI
4. Membina pengurus daerah .
5. Memperkuat organisasi dengan mengadakan pelatihan seminar workshop tentang
organisasi hokum penelitian dan pengembangan oeganisasi.
6. Menyiapkn Konggres dan Rakernasserta pertemuan beriodikIBI tingkat pusat.
7. Mengkoordinasikan peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan
organisasi IBI , pendidikan dan Pelayanan Kebidanan.
d. KETUA II
1. Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan , berdasarkan pelimpahan wewenang
dari ketua umum.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan program
kerja Bidang Pendidikan, Bidang Pelatihan dan Bidang Pelayanaan Kebidanan.
3. Bekerja sama dengan pengurus lainya untuk kelancaran dan keberhasilan program
IBI.
4. Menyiapkan kerjasama dengan lembaga/institusi terkait dengan pelayanan,
pendidikan dan pelatihan,
5. Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan dan pelayanan kebidanan.
e. BENDAHARA
1. Mewakili Ketua Umum apabilaberhalangan, berdasarkan pelimpahanwewenang
dari Ketua Umum.
2. Membuat rencana anggaran pendapatan & belanja (RAPB) jangka pendek dan
jangka panjang,
3. Mengkoordinir kegiatan Bidang Administrasi Keuangan dan Fund Risisng,
4. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan sesuai ketetapan dan kebijakan
organisasi,
5. Bekerjasma dengan dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
6. Menandatangani cek dengan Ketua umum atau Sekretaris Jendral,
7. Mengkoordinir yayasan Buah Delima.
f. TIM TEHNIS
Tim tehnis dibentukoleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab
kepada ketua umum.
Pasal 11
MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN (MPEB)
Pasal 12
MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI (MPO)
1. MPO merupakan suatu komponen dalam struktur organisasi yang fungsinya untuk
memberikan pertimbangan dalam pengelolaan organisasi.
2. MPO Tingkat Pusat adalah mantan pengurus Pusat IBI yang terpilih dan bersedia
3. Unsur MPO/ Pelindung di tingkat Provinsi/Pengurus daerah:
a. Pelindung : Gubernur
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
c. Pengurus Daerah IBI yang terpilih dan bersedia
d. Unsure terkait lainnya
4. Unsur MPO/ Pelindung di tingkat Kabupaten./Kota/Pengurus Cabang:
a. Pelindung : Bupati/Walikota
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
c. Mantan Pengurus IBI yang terpilih dan bersedia
d. MPO/Pelindung di tingkat Kecamatan pengurus ranting :
Disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat
Pasal 13
KELEGIUM KEBIDANAN INDONESIA
1. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah suatu komponen dalam struktur organisasi
IBI yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan
kebidanan.
2. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah kumpulan para pakar profesi kebidanan
(midwifery) dan berkedudukan ditingkat pusat.
3. Anggota Kolegium kebidanan Indonesia di pilih oleh PP IBI, dan bertanggungjawab
kepada Ketua Umu Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
4. Kolegium membidangi komite standar kompetensi, komite standar pendidikan komite
standar pelayanan kebidanan dan komite Uji kompetensi.
5. Ketua kolegium dapat dipilihkembalidengan ketentuan bahwa yang bersangkutan
hanya dapat mengaku jabatan yang sama berturut-turut dua periode,
6. Ketentuan tentang kolegium Kebidanan Indonesia diatur tersendiri.
Pasal 14
YAYASAN BUAH DELIMA
1. Yayasan Buah delima merupakan unit kegiatan di bawah koordinasi bendahara
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Buah Delima diatur
tersendiri.
Pasal 15
PENGURUS DAERAH (PD)
1 Susunan pengurus daerah
a. Ketua Pengurus Daerah
b. Sekretaris
1. Tata Usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat dan Advokasi
a. Wakil Ketua I
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang Penelitian dan pengembangan Organisasi
b. Wakil Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. BIdamg Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
c. Bendahara
1. Bidang Administrasi Keuangan
2. Fund Raising (Penggali dana)
d. Majelis Pertimbangan Organisasi
e. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
f. Yayasan Buah Delimamerupakan unit kegiatan dibawah koordinasi
bendahara
g. Tim Tehnis
2 Ketentuan tentang Pengurus Daerah
a. Ketua Pengurus Daerah dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan oleh
musyawarah daerah dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-
III Kebidanan
b. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai pengurus harian
yang jabatannya ditentukan oleh ketua PD terpilih secara musyawarah
c. Ketua PD dapat terpilih kembali, dengan hanya dapat memangku jabatan yang sama
berturut-turut 2 periode
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus daerah.
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organissi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun unit jenjang kepungurusanyang
berbeda.
3 Tugas, Wewenang dan tanggung jawab:
a. Ketua Pengurus Daerah
1. Memimpin oerganisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta kebijakan yang
digariskan oleh Pengurus Pusat IBI.
2. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan PD IBI mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta bertanggung jawab penuh untuk kegiatan ke dalam dan ke luar.
3. Menentukan kebikan umum, mengarahkan, membina dan mengawasi seluruh
program PD.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah, Rakerda dan rapat-rapat.
b. Sekretaris
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi bidangtat usah dan
rumah tangga, humas, advokasi & hubungan luar negri.
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI sesuai dengan kebutuhan.
c. Wakil Ketua I
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja bidang Organisasi,Hukum, Penelitian dan Pengembangan
Organisasi
3. Bekerja sama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran keberhasilan program
IBI sesuai Kebutuhan
d. Wakil Ketua II
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua
2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Pelayanan.
3. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran, keberhasilan program
IBI sesuai kebutuhan .
e. Bendahara
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina, dan mengawasi kegiatan bidang
administrasi keuangan dan fund rising(Pencari dana).
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuia ketetapan &
kebijakan pengurus harian.
4. Mencari dana untuk dinamika dan kelangsungan roda organisasi
5. Mengkoordinir Yayasan Buah Delima.
6. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk Kelancaran, keberhasilan program
IBI sesuai kebutuhan.
f. Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) tingkat propinsi
1. Memberikan pertimbangan dalam pengelolaan organisasi di tingkat propinsi
g. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan MPEB
pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya, secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas PD
4. Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dank ode etik bidan
5. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etika dank ode etik bidan
6. Penanganan masalah berkenaan dengan praktik bidan
7. Melaksanakan pembinaan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung dikoordinasi oleh Bendahara PD, kegiatan YBD di atur
dalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga tersendiri.
i. Tim Tehnis
Tim teknis di bentuk oleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab kepada
Ketua Pengurus Daerah.
Pasal 16
PENGURUS CABANG (PC)
1) Susunan Pengurus Cabang
a. Ketua pengurus Cabang
b. Sekretaris
1. Tata Usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat dan Advokasi
c. Wakil ketua I
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi
d. Wakil Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. Bidang Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1. Bidang Administrasi keuangan
2. Fund Raising (Penggali dana)
f. Majelis Pertimangan Organisasi
g. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima merupakan unit kegiatan dibawah koordinasi bendahara
2. Ketentuan tentang Pengurus Cabang
a. Ketua Pengurus Cabang dan empat pengurus terpilih disahkan oleh Musyawarah
Cabang dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-III Kebidanan
b. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai pengurus harian
yang jabatannya ditentukan oleh Ketua PC terpilih secara musyawarah
c. Ketua PC dapat di pilih kembali, dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan hanya
dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus cabang
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode
f. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk jenjang kepengurusan yang
berbeda.
3 Tugas, Wewewnang dan Tanggung Jawab
a. Ketua Cabang
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan
yang ditentukan pengurus Pusat IBI melalui PD IBI.
2. Mengkoordinir seluruh kegiatan Cabang mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasinya serta bertanggung jawab penuh untuk kegiatan kedalam dan keluar
organisasi.
3. Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan mengevaluasi seluruh
program PC.
4. Menyelenggarakan Muscab, rakercab dan rapat-rapat.
b. Sekretaris
1. Mewakili Ketua apabila berhalanganm berdasarkan pelimpaham wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir kegiatan Bidang Tata Usaha dan Rumah Tangga, Humas dan
Advokasi.
3. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran & keberhasilan program
IBI.
c. Wakil Ketua I
1. Mewakili ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan program
kerja bidang Organisasi, Hukum dan Penelitian & Pengembangan.
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI, sesuai kebutuhan.
d. Wakil Ketua II
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan program
kerja Bidang Pendidikan, pelatihan dan Pelayanan
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI , sesuai kebutuhan.
e. Bendahara
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan membia & mengawasi kegiatan Bidang
Administrasi Keuangan, bidang Fund Rising (penggali dana)
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai ketetapan dan
kebijakan Pengurus Harian.
4. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI, sesuai kebutuhan.
f. Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) tingkat Cabang
1. Memberikan pertimbangan dengan pengelolaan organisasi ditingkat cabang.
g. Majelis pertimbangan Etik Bidan
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan MPEB pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan dibidang tugasnya, secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas PC
4. Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dank ode etik bidan.
5. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etik dabn kode etik bidan.
6. Penanganan masalah berkenaan dengan etik dank ode etik bidan.
7. Melaklsanakan pembinaan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung dikoordinir oleh bendahra PC, kegiatan YBD diatur
dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga tersendiri.
i. Tim Tehnis
Tim tehnis dibentuk oleh pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab kepada
Ketua Cabang.
Pasal 17
PENGURUS RANTING
1. Susunan Pengurus Ranting
a. Pelindung/Penasehat
b. Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi yang dibentuk sesuai kebutuhan
2. Ketentuan tentang Pengurus Ranting
A. Ketua Ranting dan 2 (dua) pengurus dipilih dan disahkan oleh Musyawarah
ranting (Musran) IBI untuk jangka waktu sampai Musran berikutnya dengan batas
usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-III Kebidanan
B. Dua (2) pengurus terpilih lainnya ditetapkan sebagai Pengurus Harian yang
jabatannya ditentukan oleh Ketua Ranting terpilih
C. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan Pengurus Ranting
D. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk jenjang kepengurusan
yang berbeda.
3. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Pelindung/Penasehat : sesuai situasi dan kondisi Ranting
b. Ketua Ranting :
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta kebijakan yang
ditentukan PD melalui PC
2. Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan megevaluasi
seluruh program Ranting
3. Bertanggung jawab penuh atas kegiatan ke luar dan ke dalam organisasi
4. Menyelenggarakan Musran dan rapat- rapat
c. Sekertaris :
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua
2. Mengkoordinir kegiatan secretariat dan umum
3. Bekerjasama dengan anggota Pengurus lainnya untuk kelancaran keberhasilan
program IBI
d. Bendahara :
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua
2. Bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai ketetapan dan
kebijakan Pengurus Harian
3. Mencari dana untuk dinamika &roda organisasi
4. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI, sesuai kebutuhan
e. Seksi (yang dibutuhkan) :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan seksi sesuai dengan ketetapan
Pengurus Ranting
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran & pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas Pengurus
Ranting
BAB V
TUGAS, KEWENANGAN,HAK, SANKSI DAN BERHENTI DARI PENGURUS
Pasal 18
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS PUSAT
1. Melaksanakan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh kongres. Menyusun Draft
Rencana Strategi dan Menetapkam Kebijakan Organisasi secara Nasional untuk
periode kepengurusan berikutnya.
2. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan.
3. Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi pemerintah,LSM,
organisasi wanita, organisasi profesi kesehatan dan profesi lainnya, baik di dalam
maupun di luar negeri.
4. Menyelenggarakan pelatihan,penelitian,pertemuan ilmiah,seminar dan lokakarya
dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota/pengurus serta
mendorong penerapan kode etik bidan,menyelenggarakan program kerja/proyek.
5. Menyelenggarakan Kongres.
6. Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional.
7. Menerbitkan buku AD-ART selambat-lambatnya 3(tiga) bulan setelah kongres.
8. Membimbing Pelaksanaan Musyawarah Daerah.
9. Mengesahkan dan melantikPengurus Daerah.
10. Mencari alternative solusi masalah organisasi yang tidak terpecahkan dalam jajaran
IBI.
11. Mengelola uang pangkal, iuran anggota & pendapatan dari sumber lain serta
mengusahakan dana bagi organisasi dengan jalan yang syah dan tidak mengikat.
12. Melaksanakan kunjungan kerja untuk pembinaan dan pengembangan organisasi.
13. Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
14. Mengesahkan pendirian Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang yang baru di bentuk.
15. Menerbitkan surat pengesahan Susunan Pengurus Daerah dan Cabang .
16. Mencari alternatif pemecahan masalah hokum yang dihadapi olek kepengurusan dan
anggota IBI.
17. Mensosialisasikan dan mempublikasikan kegiatan organisasi secara berkala.
18. Membuat inventaris milik organisasi.
19. Mengadakan dan mendistribusikan atribut, buku-buku pedoman, protap pelayanan,
majalah Bidan dan lain- lain.
20. Menyelenggarakan pengawasan, pemeliharaan, barang bangunan milik/kekayaan
organisasi.
21. Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
22. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
23. Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Etik Bidan.
24. Membentuk dan mengembangkan Kolegium.
25. Membentuk Kepengurusan.
26. Membentuk registrasi anggota sesuai dengan laporan Ketua PD.
27. Menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IBI.
28. Membuat profil IBI secara Nasional.
Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS DAERAH
Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS CABANG
(1) Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijaksanan pengurus cabang.
(2) Membina dan mengembangankan hubungan kerjasama dengan instalasi pemerintah ,
organisasi profesi dan LSM.
(3) Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan.
(4) Membuat regristrasi anggota.
(5) Mengajukan KTA melalui PC.
(6) Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi organisasi.
(7) Mengelola uangpangkal dan iuran anggota serta mengusahakan danabagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.
(8) Membuat profil IBI Ranting.
Pasal 21
TUGAS DAN WEWNANG PENGURUS RANTING
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijakan Pengurus Cabang
2. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah,
organisasi profesi dan LSM
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil
kegiatan yang telah di laksanakan
4. Membuat registrasi anggota
5. Mengajukan KTA melalui PC
6. Menyelenggarakan adminiostrasi dan dokumentasi organisasi
7. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi organisasi
dengan jalan yang sah dan tidak mengikat
Pasal 22
HAK PENGURUS
Pasal 23
SANGSI PENGURUS
Pasal 24
BERHENTI DARI PENGURUS
1. Apabila Ketua Umum/Ketua PD/Ketua PC/Ketua PR tidak bias melaksanakan tugas
karena berhalangan tetap dan atau mengundurkan diri atau meninggal sebelum selesai
masa bakti, maka tugas Ketua di jabat oleh salah satu Pengurus harian yang mendapat
suara terbanyak kedua dalam Kongres/Musda/Muscab/Musran atas kesepakatan rapat
pengurus serta disahkan oleh Pengurus Pusat.
2. Apabila salah satu anggota pengurus tidak dapat melaksanakan tugas secara
fisik/mental dan atau meninggal sebelum selesai pada masa bakti serta berhalangan
hadir tetap, maka tugas anggota pengurus tersebut digantikan oleh anggota atas
penunjukan oleh Ketua umum/Ketua PD/Ketua PC/Ketua PR dan di sepakati oleh
seluruh anggota pengurus setempat.
3. Alasan berhenti dari Pengurus
1. Absen dari kepengurusan 6 bulan tanpa ada keterangan
2. Terpidana
3. Sakit berat
4. Meninggal
BAB VI
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
PASAL 25
KONGRES
1. Kongres :
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam organisasi IBI untuk menetapkan dasar
dan tujuan organisasi serta kebijaka secara nasional
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat Kerja Nasional
2. Ketentuan Kongres :
a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai dengan masa kepengurusan
b. Tempat pelaksanaan Kongres di Jakarta
c. Kongres di hadiri oleh Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah dan utusan
Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh di tambah satu dari
jumlah cabang yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh panitia kongres yang di bentuk dan disahkan oleh
Pengurus Pusat.
f. Pimpinan kongres dipilih oleh peserta kongres
g. Peserta Kongres berwenang menerima atau menolak laporan pertanggung
jawaban Pengurus Pusat
h. Tujuan Kongres :
1. Menyempurnakan dan mengsahkan AD dan ART
2. Menyusun dang mengesahkan Renstra
3. Mengesahkan laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat
4. Mengesahkan perangkat organisasi yang disepakati
5. Memilih dan mengesahkan Ketua Umum dan Pengurus Harian Pengurus
Pusat melalui penerapan sisitem pemilihan yang telah baku
6. Melantik Ketua Umum dan 4 Pengurus harian terpilih
1 Kongres luar biasa :
Kongres luar biasa diadakan apabila :2/3 (du per tiga) dari jumlah cabang yang ada di
seluruh Indonesia menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Umum IBI
4 Tata cara penyelenggaraan Kongres di atur dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
Pasal 26
MUSYAWARAH DAERAH
1. Musyawarah Daerah:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan kebijakan
pelaksanaan tugas di daerah berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat dan
Keputusan Kongres IBI
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah daerah diadakan Rapat Kerja Dearah
2. Ketentuan Musyawarah Daerah :
a. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah Kongres
c. Dihadiri oleh pengurus daerah, wakil dari pengurus pusat, dan utusan cabang/
ranting
d. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh + (ditambah)satu
jumlah cabang yang ada
e. Musda dilaksanakan oleh panitia Musda yang dibentuk oleh Pengurus Daerah
f. Pimpinan Musda dipilih oleh peserta Musda
g. Peserta Musda berwenang menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban
pengurus daerah
h. Tujuan Musyawarah Daerah
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai keputusan
Kongres kepada peserta Musda
2. Menyusun dan mengesahkan program kerja daerah, berdasarkan keputusan
Kongres, kebijakan pengurus pusat dan disesuaikan dengan situasi serta
kondisi daerah
3. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus daerah
4. Memilih pengurus daerah melalui penerapan system pemilihan yang telah
baku
5. Melantik Ketua dan 4 Pengurus Daerah terpilih
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa
Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan apabila 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
cabang dalam satu wilayah propinsi menyatakan tidak percaya atas pemimpin Ketua
Pengurus Daerah
Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Daerah diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
Pasal 27
MUSYAWARAH CABANG
1. Musyawarah Cabang :
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan kebijakan
organisasi dalam wilayah cabang berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat melalui
Pengurus Daerah
b. Muscab dilaksanakan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah cabang diadakan Rapat Kerja Cabang
2. Ketentuan Musyawarah Cabang :
a. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah Musda
c. Dihadiri oleh pengurus cabang, utusan pengurus ranting dan wakil dari pengurus
daerah
d. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh + (ditambah)
satu jumlah ranting yang ada
e. Muscab dilaksanakan oleh panitia Muscab yang dibentuk oleh Pengurus Cabang
f. Pimpinan Muscab dipilih oleh peserta Muscab
g. Peserta Muscab berwenang menerima atau mmenolak laporan
pertanggungjawaban pengurus cabang
h. Tujuan Musyawarah Cabang :
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai keputusan
Kongres kepada peserta Muscab
2. Menyusun dan mengesahkan program kerja cabang, berdasarkan keputusan
Kongres, kebijakan pengurus pusat/ daerah dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi cabang
3. Memilih pengurus cabang melalui penerapan system pemilihan yang telah
baku
4. Melantik Ketua dan 4 Pengurus Cabang Terpilih
3. Musyawarah Cabang Luar Biasa
Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari pengurus ranting
menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Cabang
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Cabang diatur dalam Petunjuk Peleksanaan
Organisasi
Pasal 28
MUSYAWARAH RANTING
1. Musyawarah Ranting
a. Musyawarah anggota di ranting merupakan wadah/forum untuk menentukan
kebijakan organisasi ditingkat ranting berdasarkan kebijakan PP melalui PD dan
PC.
b. Musran dilakukan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah ranting diadakan Rapat Kerja Ranting
2. Ketentuan Musyawarah Ranting
a. Musyawarah Ranting dilakukan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera (selamatnya 6 bulan) setelah musyawarah cabang.
c. Dihindari oleh pengurus dan anggota ranting serta wakil pengurus cabang.
d. Musyawarah ranting dianggap sah apabila dihadiri oleh ½ ditambah 1 (satu) orang
dari jumlah anggota.
e. Dilaksanakan oleh panitia Musran yang dibentuk oleh Pengurus Ranting.
f. Tujuan MUsyawarah ranting :
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai dengan
keputusan Kongres.
2. Menyusun rencana kegiatan organisasi ditingkat ranting berdasarkan Renstra
IBI, Keputusan Musda dan Muscab.
3. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban pengurus ranting.
4. Memilih pengurus ranting.
5. Melantik Ketua Pengurus Ranting terpilih
3. Musyawarah Ranting Luar Biasa
Musyawarah Ranting Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari anggota menyatakan
tidak percaya atas pimpinan Ketua Ranting.
Pasal 29
RAPAT KERJA NASIONAL
1. Rapat kerja nasional dilaksanakan diantara dua kongres
2. Dihadiri oleh pengurus pusat, utusan pengurus daerah dan utusan pengurus cabang
3. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh panitia pengarah dan dilaksanakan olehpanitia
pelaksana yang disahkan oleh Pengurus Pusat
4. Rapat Kerja Nasional bertujuan untuk :
a) Mengevaluasi kegiatan yang sudah, yang akan datang
b) Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c) Menetapkan tempat penyelenggaraan Rakernas yang akan dating
d) Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
Pasal 30
RAPAT KERJA DAERAH
1. Rapat Kerja Daerah dilaksanakan diantara dua Musda
2. Dihadiri oleh wakil Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, utusan Pengurus Cabang dan
utusan Pengurus Ranting
3. Rapat Kerja Daerah diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh Pengurus
Daerah
4. Rapat Kerja Daerah bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c. Menetapkan tempat Rakerda yang akan datang
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Daerah diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Ogranisasi
Pasal 31
RAPAT KERJA CABANG
1. Rapat kerja cabang dilaksanakan antara dua Muscab
2. Dihadiri oleh wakil Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan utusan Pengurus Ranting
3. Rapat kerja cabang diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh Pengurus
Cabang
4. Rapat Kerja Cabang bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan dating
c. Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Cabang diatur dalam Petunjuk Peleksaan
Organisasi
Pasal 32
RAPAT KERJA RANTING
1. Rapat kerja ranting dilaksanakan antara dua Musran
2. Dihadiri oleh wakil pengurus cabang dan pengurus dan anggota
3. Rapat kerja ranting diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh pengurus ranting
4. Rapat kerja ranting bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan datang
c. Membahas hal yang dianggap penting
5. Tata cara rapat kerja ranting diatur oleh Petunjuk Pelaksanaan Organisasi
BAB VII
HAK SUARA
1. Dalam Kongres, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan Musyawarah
Ranting hanya anggota aktif yang mempunyai hak suara
2. Dalam Kongres dan Musyawarahh Daerah suara diwakili oleh utusan cabang yang
mendapatkan mandate, dalam Muscab suara diwakili oleh untusan ranting yang
mendapatkan mandate
3. Dalam Kongres, bagi cabang yang tidak hadir, hak suara dapat diwakilkan kepada
utusan PD yang membawa mandate
4. Dalam kegiatan Kongres, masing- masing cabang mempunyai hak suara menurut
perbandingan jumlah anggota aktif dalam cabang yang mewakili sebagai berikut :
A. 75 Orang anggota = 1 (satu) suara
B. Setiap kelipatan 75 orang anggota berikutnya mendapatkan 1 (satu) suara
C. Kelebihan dari kelipatan 75 lebih dari ½ (setengah), di bulatkan menjadi 1 (satu)
suara. Kelebihan kurang dari ½ (setengah) dapat di tambahkan pada cabang lain
atau ditarik ke cabang lain
5. Dalam Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang hak suara menurut perbandingan
jumlah anggota aktif dalam cabang yang ditentukan pada tata tertib Musyawarah
Daerah dan Musyawarah Cabang sesuai dengan kondisi setempat
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 34
Keungan IBI diperoleh dari :
1. Uang Pangkal
2. Uang iuran anggota
3. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
4. Penerimaan lain yang sah
5. Usaha lain yang sah
Pasal 35
Uang pangkal dan iuran anggota ditentukan sebagai berikut :
1. Uang pangkal sebesar Rp. 25.000 (Dua Puluh Lima Ribu) tiap anggota
2. Iuran bulanan anggota sebesar Rp. 10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) tiap anggota per
bulan
3. Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana bidan terdaftar sebagai anggota
Pasal 36
1. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang diatur sebagai berikut :
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 75% untuk Pengurus Cabang (yang tidak mempunyai ranting)
2. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting diatur sebagai berikut :
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 25% untuk Pengurus Cabang
d. 50% untuk pengurus Ranting
3. Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
BAB IX
PENUTUP
Pasal 37
Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur kemudian
dalamaturan khusus Pengurus Pusat IBI
Pasal 38
Anggaran Rumah Tangga inidisahkan dalam Kongres XV IBI TAHUN 2013 DI Jakarta,
sedangkan sistematika dan redaksinya disempurnakan oleh Panitia Kongres bersama-sama
dengan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia
Ditetapkan di: Jakarta
Dalam, sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951 dipandanf
sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konferensi
bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-
bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil
meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu
mendirikan suatu organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan,
bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pada konferensi IBI
tersebut juga dirumuskan tujuan IBI yaitu :
1. Menggalang persatuan dan persaudaran antar sesama bidan serta kaum pada umumnya,
dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan, Khususnya
dalam pelayanan KIA serta kesejahteraan keluarga.
3. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
4. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang dengan
hasil-hasil perjuangannyayang semakin nyata dan telah dapat dirasakan manfaatnya baik oleh
masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah: Ibu
Selo Soemardjan. Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S. Marguna, yang selanjutnya
memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para bidan Indonesia. Dan
hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951 tersebut adalah
1. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya organisasi
yang merupakn wadah persatuan & kesatuan bidan Indonesia.
2. Pengurus besar IBI berkeduduka di Jakarta.
3. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/pengumpulan yang bersifat local yang ada sebelum konferensi ini semuanya
membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada di daerah-daerah menjadi
anggota-anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
4. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut :
Ketua I : Ibu Fatimah Muin
Ketua II : Ibu Sukarno
Penulis I : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II : Ibu Rupingatun
Bendahara : Ibu Salikun
Tiga tahun setelah konferensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954, IBI diakui
sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam Lembaga Negara nomor:
J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri), dan pada tahun 1956 IBI diterima sebagai
anggata ICM (Internasional Confederation Of Midwives). Hingga saat ini IBI tetap
mempertahankan keanggotaan ini dengan cara senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan
ICM yang dilaksanakan diberbagai Negara baik pertemuan-pertemuan, lokakarya,
pertemuan regional maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan
pengalaman dan kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah
tergabung dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat
ini IBI tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita
lainnya dalam meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan
Undang-Undang RI No.8 tahun 1985, tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI
dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia.
Begitu juga dalam Komisi Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau
National Commission on the Status of Women (NCSW) IBI merupakan salah satu
anggota pendukungnya.
Pada Kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada tahun
1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi pengurus Pusat IBI,
karena IBI telah memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia.
Selain itu Kongres juga mengukuhkan anggota pengurus yayasan buah delima yang
didirikan pada tanggal 27 Juli 1982. Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan
anggota IBI, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres diluar pulau
Jawa, yaitu di Kota Medan (Sumatra Utara) dan dalam Kongres ini juga didahului dengan
pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri oleh anggota ICM dari
jepang, Australia, New Zealand,Philiphina, Malaisia, Brunei Darussalam dan Indonesia.
Bulan September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pasific Regional Meeting di Denpasar
bali. Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan
keluarga berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia disemua tingkat dapat dikatakan
semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 1998 IBI telah
memiliki 33 PENGURUS Daerah, 483 Cabang IBI (di tingkat Kabupaten/Kodya) dan
2.562 Ranting IBI (di tingkat Kecamatan/Unit Pendidikan/Unit Pelayanan). Jumlah
anggota IBI 141.148 dan anggota yang telah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA)
134.160, sedangkan jumlah bidan yang terdaftar di Majelis Tenaga kesehatan Indonesia
(MTKI) ada 206.755 (MTKI, Okt 2013)
Dari tahun ke tahun ibi berupaya untuk meningkatkan mutu dan melengkapi atribut-
atribut organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi profesi, dan sebagai organisasi masyarakat
LSM yaitu :
1. AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan tiap
5 (lima) tahun sekali.
2. Kode etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
3. Pedoman berkelanjutan pendidikan bidan
4. Buku Prosedur tetap pelaksanaan tugas-tugas Bidan
5. Buku pedoman Organisasi
6. Buku pedoman bagi Bidan di desa
7. Buku pedoman Klinik IBI
8. Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang sejarah dan kiprah IBI, diterbitkan dalam
rangka menyambut HUT ke 50 IBI pada tahun 2001.
9. Renstra IBI 1996-1998
Khusus melalui kepengurusan tahun 1998-2003 atribut-atribut / kelengkapan tersebut
bertambah lagi dengan disusunnya:
1. Majalah Bidan
2. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Buku pedoman Maternal & Neonatal
4. Buku Pedoman Keluarga Berencana
5. Buku pedoman Pencegahan Infeksi
6. Buku pedoman Asuhan Persalinan Normal
7. Buku Kepmenkes 900
8. Buku Kumpulan Petunjuk pelaksanaan kegiatan Organisasi IBI
9. Kepmenkes 237 tentang pemasaran pengganti Air Susu Ibu
10. Kepmenkes 450 tentang pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada bayi di
Indonesia
11. Kepmenkes 900 tentang Registrasi dan Praktek Bidan
12. Renstra IBI 1998-2003
Pada kepengurusan tahun 2003-2008 telah dihasilkan :
1. Pedoman Uji Kopetensi Bidan
2. Renstra 2008-2013
3. Bidan Delima
4. Kesehatan Reproduksi up-date satu set (Warna Ungu)
5. Inisiasi Menyusui Dini
6. Modul pembelajaran untuk DIII Kebidanan (kerjasama dengan YPKP)
7. Kepmenkes 369 tentang standart Profesi Bidan
8. Kolegium Kebidanan
9. Lahirnya Asosiasi Institusi Pendidikan Indonesia
Pada kepengurusan tahun 2008-2013 telah dihasilkan :
1. Pedoman Uji Kopetensi Bidan yang telah disempurnakan
2. Renstra 2013-2018
3. E-Learning Bidan Delima
4. Draft Standart Kopetensi Bidan
5. Draft Revisi Kode Etik Bidan
6. Draft Standart Pendidikan Bidan
7. Draft Standart Pendidikan berkelanjutan Bidan
8. Draft Standart Pelayanan Bidan
VISI IBI
Yaitu : Mewujudkan Bidan Profesional berstandart global
MISI IBI
Yaitu :
1. Meningkatkan kekuatan organisasi
2. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan Bidan
3. Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan
4. Meningkatkan kesejahteraaan anggota
5. Mewujudkan kerjasama dengan jejaring kerja
Rencana Strategi IBI tahun 2008-2013
Yaitu :
1. Mengutamakan kebersamaan
2. Mempersatukan diri dalam satu wadah
3. Pengayoman terhadap anggota
4. Pengembangan diri
5. Peran serta dalam komunitas
6. Mempertahankan citra Bidan
7. Sosialisasi pelayanan berkualitas
Prioritas Strategi
Yaitu :
1. Pengembangan standarisasi pendidikan Bidan dengan standart internasional
2. Meningkatakan pelatihan anggota IBI
3. Membangun kerjasama dan kepercayaan dari donor dan mitra IBI
4. Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk mendukung pengembangan profesi
Bidan serta monitoring dan evaluasi pasca pelatihan yang berkesinambungan
5. Peningkatan pembinaan terhadap anggota berkaitan dengan peningkatan kopetensi
profesionalismedan aspek hokum
6. Peningkatan pengumpulan data dasar
7. Peningkatan akses organisasi profesi IBI terhadap pelayanan dan pendidikan
kebidanan
8. Capacity Building bagi pengurus IBI
9. Peningkatan pengadaan sarana prasarana
10. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan mitra dengan tetap menjaga mutu
pengelolaan keuangan yang accountable
Sejak berdirinya tahun 1951 hingga sekarang, IBI telah berhasil menyelenggarakan
Kongres Nasional sebanyak 15 kali. Sesuai dengan Anggaran Dasar IBI, pada setiap Kongres
merencanakan program kerja dan pemilihan Ketua Umum Pengurus Pusat IBI. Rekapitulasi
tempat penyelenggaraan Kongres Nasional IBI dan Ketua Umum terpilih, Sebagai berikut ini:
DAFTAR PELAKSANA KONGRES IBI
Kongres Tahun Tempat Ketua Terpilih
Munas 1951 Jakarta IBu Fatimah Muin
I 1953 Bandung Ibu Ruth Soh Sanu
II 1955 Malang Ibu Selo Soemardjan
III 1957 Yogyakarta Ibu Tuti Sutijawati
IV 1961 Lawang- Malang Ibu Rukmini Oentoeng
V 1969 Jakarta Ibu Rukmini Oentoeng
VI 1975 Jakarta Ibu Rabimar Juzar Bur
VII 1978 Jakarta Ibu Rabimar Juzar Bur
VIII 1982 Bandung Ibu Samiarti Martosewojo
IX November 1985 Medan Ibu Samiarti Martosewojo
X November 1988 Surabaya Ibu Rabimar Juzar Bur
XI Oktober 1993 Ujung Pandang Ibu Nisma Chairil Bahri
XII September 1998 Denpasar Ibu Wastidar Musbir
XIII 7-11 Sept 2003 Jakarta Ibu Dra. Harni Koesno, MKM
XIV 2-6 Nov 2008 Padang Ibu Dra. Harni Koesno, MKM
XV 10-16 Nov 2013 Jakarta Ibu Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes