Anda di halaman 1dari 9

KROMATOGRAFI PIGMEN WARNA PADA MATA DROSOPHILA

MELANOGASTER

LAPORAN PRcAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika yang diampu oleh
Dr. Hj. Diah Kusumawaty, M.Si

disusun oleh:
Meilinda Alfiana 1403318
Mely Yani 1402958
N. Sri Winarsih Winata 1403063
Rima 1404937
Sasha Elitzar Latfia 1401381

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMENPENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DANILMU PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
A. JUDUL
Kromatografi Pigmen Warna Mata Drosophila melanogaster
B. PELAKSANAAN
Praktikum dilaksanakan pada:
hari, tanggal : Selasa, 25 April 07
waktu : 13.00 – 15.30
tempat : Laboratorium Mikrobiologi FPMIPA UPI
C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamati pigmen yang terdapat pada mata Drosophila melanogaster
normal dan mutan melalui teknik kromatografi.
2. Mampu membedakan macam-macam pigmen warna pada mata
Drosophila melanogaster.
3. Mengetahui pigmen warna yang dapat berpendar dan tidak di bawah
sinar Ultra Violet.
4. Melakukan perbandingan macam pigmen warna pada mata Drosophila
melanogastertersebut, dengan menggunakan tabel perbandingan sewaktu
dengan mata telanjang dan sinar UV.

D. CARA KERJA
1. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan saat praktikum

No Alat Jumlah
1 Gunting 1
2 Peggaris 1
3 Pensil 1
4 JarumPentul 1
5 AlatpenjepretKertas 1
6 BejanaKromatografi 3
7 Lampu UV 3

Tabel 2. Bahan yang digunakan saat praktikum


No Bahan Jumlah
1 Lalatbuah 1
normal
2 Lalatbuahmutan 2
3 Kertassaring 1
4 Larutan NBA Secukupnya
5 Vaselin Secukupnya

2. Langkah Kerja

Kertas saring yang berukuran 16 X 16 cm diberi tanda


1

Tanda 0 diberikan pada garis pertama kertas dengan pensil , dengan jarak masing-
2 masing 2 cm

Nama kelompok dituliskan di sebelah atas kertas saring dengan menggunakan pensil
3

Bena diisi dengan larutan NBA setinggi 1 cm, aselin dioleskan pada mulut bejana dan
4 bejana ditutup dengan tutup kaca

3 lalat buah mutan dan 1 lalat normal diambil dan kepalanya dipotong dengan jarum
5 pentul

1 kepala diletakan diatas tanda o pada kertas saring dan kepala lalat ditekan hingga
6 matanya terpisah dan diulangi pada lalat yang lain

Kertas saring digulung sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebalahan dan kertas saring
7 di hekter di sebelah atas dan bawah

Kertas saring dimasukan secara tegak di dalam bejana, dilakukan dengan hati-hati agar
8 kertas saring tidak bersentuhan dengan kertas saring yang lain atau dengan bejana

E. TINJAUAN PUSTAKA
Drosophila melanogaster memiliki banyak tipe mutan, di antaranya
white dan sepia. Pigmen mata white pada lalat buah terjadi bila terdapat
mutasi pada jalur metabolisme ommokrom dan warna kuning tidak mampu
menghasilkan warna scarlet, atau terjadi mutasi pada sistem transport.
Sementara sepia terjadi karena ada mutasi di jalur metabolisme ommokrom.
Untuk pigmen mata normal berarti Drosophila melanogaster tersebut
mampu menghasilkan pigmen pteridin yang terdiri dari dua kelompok, yaitu
drosopterin dan ommokrom. Pigmen mata pteridin menyebabkan warna
mata pada lalat buah berwarna merah.
Pigmen-pigmen ini dapat dipisahkan dengan menggunakan teknik
kromatografi. Terdapat empat jenis kromatografi, yaitu Partition
Chromatography, Ion Exchange Chromatography, Permeation
Chromatography, dan Adsorption Chromatography. Pada praktikum kali ini
akan menggunakan Adsorpstion Chromatography, yaitu Paper
Chromatography. Alasan penggunaan Adsorption Chromatography adalah
karena prosedurnya sederhana, praktis, cepat, sensitivitas tinggi, kecepatan
pemisahan tinggi karena pori-pori rapat, dan dapat digunakan untuk sampel
organik. Prinsipnya yakni interaksi molekul yang berbeda pada fasa stationer
padat (kertas saring) yang dipengaruhi oleh fasa gerak cair (eluen)
(Shabrina, 2017).
Parameter kromatografi adalah Retention Factor yang digunakan
untuk memisahkan molekul berdasarkan karakteristik spesifiknya. Rf
(retention factor) dihitung dengan mengukur jarak pergerakan sampel dibagi
dengan jarak pergerakan larutan.
Identifikasi sampel molekul dapat dilakukan berdasarkan karakristik
dari sinyal fluoresensi yang diemisikan oleh sampel yang bersangkutan
sehingga identifikasi lebih cepat, simpel dan biaya relatif murah (Perangin,
2008).
Oleh karena itu, kami melakukan praktikum kromatografi pigmen
mata Drosophila melanogaster untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan
menentukan komponen kimia dari suatu campuran berdasarkan perbedaan
karakteristik suatu molekul. Kemudian akan dihitung Retention Factor-nya
dengan mengukur perbedaan jarak pigmen yang menyusun warna mata
suatu mutan dan mengetahui perbandingan hasil parameter tersebut (Rf)
antara mutan-mutan dengan lalat buah yang normal melalui pengamatan
warna cahaya yang berpendar dalam proses fluoresensi.
F. HASIL PENGAMATAN

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kita melakukan pengamatan tentang
kromatografi pigmen mata pada lalat buah Drosophila melanogaster.
Pigmen yang terdapat pada mata lalat buah ini disebabkan karena adanya
pteridin. Pada Drosophila yang normal, pteridin terdiri dari dua kelompok,
yaitu Drosopterin yang menyebabkan warna mata menjadi merah dan
Ommochrome yang menyebabkan warna mata menjadi coklat. Apabila
terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam pembentukan pteridin, maka
warna mata yang teramati bergantung pada kombinasi jenis pteridin yang
terbentuk. Bila kelompok Drosophterin tidak ada maka warna mata yang
terbentuk menjadi coklat. Sedangkan apabila kelompok Ommochrome yang
tidak ada, maka warna mata yang akan terbentuk menjadi merah terang.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa mutasi menyebabkan terhambatnya
ekspresi suatu gen yang berperan dalam pewarnaan mata Drosophila
melanogaster (Nursetiaji, 2014).
Pada praktikum yang telah dilakukan, fasa stasioner yang digunakan
adalah kertas whatman atau kertas saring, sehingga pigmen mata yang akan
kita pisahkan komponen pigmennya akan larut sesuai kelarutannya pada fasa
bergerak. Model yang digunakan untuk dapat melihat hasil ekspresi pigmen
mata pada lalat buah Drosophila adalah dengan menggunakan tekhnik
kromatografi (kertas). Dengan menggunakan kromatografi kertas memiliki
beberapa alasan, yaitu karena pada prosedurnya lebih sederhana, lebih cepat,
harga relative lebih murah, kecepatan pemisahan tinggi dengan pori- porinya
yang rapat, serta memiliki sensifitas yang tinggi.
Pada praktikum ini, lalat yang akan diketahui pigmen warnanya yaitu
mutan dengan jenis normal (wild), sepia (se) dan white (w). Setelah
mengalami pemisahan, diperoleh gradasi warna pada kertas saring. Setelah
dikeringkan beberapa waktu kemudian, warna yang sebelumnya terlihat
jelas kemudian sedikit memudar karena proses pengeringan. Pemisahan
pada tiap komponen warna akan terlihat jelas setelah dilihat dengan cahaya
dari sinar Ultra Violet.
Pigmen Mata Selapteridine (yellow – green), Xanthopterin (green –
blue), Isoxanthopterin (violet – blue), Drosophterin (orange). Pada
pengamatan mata telanjang, Drosophilla tipe wild : warna drosophterin
(orange) setinggi 0,5 cm sedangkan untuk warna yang lain, mutan normal
tidak nampak. Pada mutan sepia (se) : warna Seplapteridine (yellow – green)
setinggi 1,5 cm, sedangkan warna yang lain tidak nampak. Pada mutan
yellow white (yw) : tidak ada warna yang nampak, baik itu dari Dros, Isox,
Xan dan Sep.
Pada pengamatan sinar Ultra Violet diperoleh: pada mutan normal (+
+) : warna Drosophterin setinggi 0,5 cm dan sedikit warna Xanthopterin.
Pada mutan sepia (se): warna Xanthopterin banyak dengan tanda (+++)
sedangkan warna yang lain tidak nampak. Ada mutan yellow white (yw):
tidak ada warna yang nampak, seperti pada pengamatan mata telanjang.
Disini terjadi perbedaan hasil pengamatan antara menggunakan sinar UV
dan dengan menggunakan mata telanjang. Ada beberapa warna yang hanya
muncul ketika diberi sinar UV misalkan Xanthopterin pada sepia, dan adapula
yang tidak nampak ketika diberi sibar UV yaitu Seplapteridine.

Pada mutan white (w) yang memiliki warna mata putih, pada uji
kromatografi ini tidak ditemukan adanya warna yang muncul setelah direndam di
larutan NBA. Sehingga semua uji menunjukkan hasil yang negative. Hasil ini
dapat diketahui bahwa pada mutan yellow white tidak memiliki pigmen warna
pada matanya. Menurut Sisunandar (2014) hal ini dikarenakan mutasi yang
menyebabkan pencegahan melekatnya pigmen pada granula protein.

H. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah yang disebut fluoresensi? Jelaskan proses fluoresensi yang
terjadi!
Jawaban :
Pancaran sinar suatu zat yang telah menyerap sinar atau radiasi
elektromagnet yang lain atau fluoresensi adalah bentuk luminesensi.
Peristiwa fluororesensi yaitu berpendarnya warna yang tersembunyi,
karena absorbsi cahaya tertentu yang diberikan secara sengaja.
Fluoresensi terjadi pada pigmen warna mata Drosophila melanogaster
yang mempunyai sifat memendarkan cahaya. Oleh karena pigmen mata
Drosophila melanogaster tidak dapat terlihat oleh lampu neon, maka
dilihat dengan sinar UV sehingga masing-masing komponen pigmen
mata (senyawa pteridinn) akan mengabsorbsi cahaya UV dengan panjang
gelombang tertentu dan memendarkan warna yang lebih kontras sesuai
dengan warna asli senyawa tersebut.
Komponen-komponen kimiawi dipisahkan berdasarkan prinsip
interaksi molekul yang berbeda melalui fasa stasioner di bawah pengaruh
fasa gerak, yaitu berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya.
Fase gerak menyebabkan perbedaan migrasi campuran, sehingga warna
dari pigmen mata D. melanogaster dapat terpisahkan.
2. Hitunglah nilai Rf dari setiap pigmen yang tempak!
Jawaban :
Rf1 = Rf dari pigmen mata normal.
Rf2 = Rf dari pigmen mata sepia.
Rf3 = Rf dari pigmen mata white.
d1, d2, d3 = panjang pendaran (cm).
d1 1,5
Rf1 = = = 0,21
dsol 7
d2 0,5
Rf2 = = = 0,07
dsol 7
d3 0
Rf3 = = =0
dsol 7
3. Apakah tujuan dari praktikum ini?
Jawaban :
Pada praktikum Kromatografi Pigmen Mata Drosophila melanogaster
memiliki tujuan-tujuan berikut.
a. Mengamati pigmen yang terdapat pada mata Drosophila
melanogaster normal dan mutan melalui teknik kromatografi.
b. Mampu membedakan macam-macam pigmen warna pada mata
Drosophila melanogaster.
c. Mengetahui pigmen warna yang dapat berpendar dan tidak di
bawah sinar Ultra Violet.
d. Melakukan perbandingan macam pigmen warna pada mata
Drosophila melanogaster tersebut, dengan menggunakan tabel
perbandingan sewaktu dengan mata telanjang dan sinar UV.

I. KESIMPULAN
1. Pigmen mata Drosophila melanogaster normal pteridin terdiri dari dua
kelompok, yaitu Drosopterin yang menyebabkan warna mata menjadi
merah dan Ommochrome yang menyebabkan warna mata menjadi coklat
sedangkan pada Drosophila melanogaster mutan warna mata yang
teramati bergantung pada kombinasi jenis pteridin yang terbentuk.
2. Pada pengamatan sinar Ultra Violet diperoleh: Pada mutan normal (++) :
warna Drosophterin setinggi 0,5 cm dan sedikit warna Xanthopterin.
Pada mutan sepia (se) : warna Xanthopterin banyak dengan tanda (+++)
sedangkan warna yang lain tidak Nampak. Ada mutan yellow white
(yw): tidak ada warna yang nampak, seperti pada pengamatan mata
telanjang.
3. Ada beberapa warna yang hanya muncul ketika diberi sinar UV misalkan
Xanthopterin pada sepia, dan adapula yang tidak nampak ketika diberi
sibar UV yaitu Seplapteridine.
4. Drosophilla tipe wild: warna drosophterin (orange) setinggi 0,5 cm
sedangkan untuk warna yang lain, mutan normal tidak nampak. Pada
mutan sepia (se) : warna Seplapteridine (yellow – green) setinggi 1,5 cm,
sedangkan warna yang lain tidak nampak

J. DAFTAR PUSTAKA
Perangin, Bisman. 2008. [Online]. Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21209/kpm-
jun2008-2%20(1).pdf;jsessionid=BBE2D3F8817BC0536CFAF0B6
Shabrina, Nadia. 2017. Pemisahan Biokimiawi Pigmen Mata Drosophila
melanogaster.[Online]. Diakses dari:
https://www.academia.edu/11875237/laporan_praktikum_pemisahan
_biokimiawi_pigmen_mata_Drosophila_melanogaster_dengan_kro
matografi_lapis_tipis
Sisunandar, Ph.D.2014.Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto:UMP.

Anda mungkin juga menyukai