Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) ( Asrinah dkk,

2010).

Persalinan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke

dalam jalan lahir. Persalinan yang normal terjadi pada umur kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni & Wahyu, 2013).

2. Macam- macam persalinan

Menurut Nurasiah (2014), macam- macam persalinan antara lain yaitu:

a. Jenis Persalinan Berdasarkan Bentuk Persalinan

1) Persalinan spontan bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan

kekuatan sendiri.

2) Persalinan buatan bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari

luar.

3) Persalinan anjuran bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

1
2

b. Jenis persalinan berkaitan dengan umur kehamilan:

1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar

pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin lebih dari

500 gram.

2) Persalinan imaturus

Berakhimya kehamilan sebelum janin hidup di dunia luar pada wnur

kehamilan kurang dari 28 minggu. Atau berat badan janin antara 500

gram dan kurang dari 1000 gram.

3) Persalinan Prematuritas

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan < 37

minggu atau berat badan janin antara 1000 gram.

4) Persalinan aterm atau partus matur

Pengeluaran buah kehamilan antara umur kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu dan berat janin lebih dari atau sama dengan 2500 gram.

5) Persalinan serotinus atau partus post matur

Persalinan melainpaui umur kehamilan 42 minggu dan pada janin

terdapat tanda postmaturitas.


3

3. Tanda – Tanda Persalinan

a. Tanda – tanda permulaan persalinan

Menurut Manuaba (2010), dengan penurunan hormon progesteron

menjelang persalinan dapat terjadi kontaksi. Kontraksi otot rahim

menyebabkan :

1) Turunya kepala, masuk ke PAP (Lightening).

2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.

3) Munculnya nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim.

4) Terjadi perlunakan serviks karena terdapat  kontraksi otot rahim.

5) Terjadi pengeluaran lendir.

b. Tanda dan gejala persalinan

1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang

semakin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir

bercampur darah).

3) Dapat disertai ketuban pecah.

4) Pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan, pendataran,

dan pembukaan serviks).


4

4. Sebab Mulainya Persalinan

Menurut Nuraisah (2014) sebab-sebab mulainya persalinan meliputi :

a. Penurunan hormon progesterone

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim

sensitif sehingga menimbulkan his.

b. Keregangan otot-otot

Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh karena isinya

bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya atau mulai

persalinan.

c. Peningkatan hormon oksitosin

Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga dapat

menimbulkan his.

d. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranaan dalam

proses persalinan. Oleh karena itu pada anencepalus kehamilan lebih lama

dari biasanya.

e. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilakn dari desidua meningkat saat umur kehamilan

15 minggu. Hasil percobaan menunjukan bahwa prostaglandin menimbulkan

kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.


5

f. Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis mengalami

perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun.

5. Tahapan Persalinan

Menurut Sondakh (2013), tahapan dari persalinan terdiri atas:

a. Kala I (kala pembukaan)

1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, servik membuka sampai 3 jam

2) Fase aktif : berlangsung selam 7 jam, servik membuka dari 4 cm sampai

10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase :

a) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

b) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

3) Fase deselerasi pembukaaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi lengkap

b. Kala II ( kala pengeluaran janin)

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50

sampai 100 detik

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

mengejan akibat tertekannya pleksusu frankenhauser


6

4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi kepala membuka pintu dansubocciput bertindak sebagai

hipologlion, kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,

hidung dan mukan serta kepala seluruhnya

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung

6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong

c. Kala III (pelepasan plasenta)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2

kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan

pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas,

terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit

dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri, seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

d. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir

untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post

partum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan),


7

kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan. Ada 7 pokok hal penting yang

harus diperhatikan :

1) Kontraksi uterus

2) Tidak ada perdarahan dari jalan lahir

3) Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap

4) Kandung kemih kosong

5) Luka perinium terawat

6) Bayi dalam keadaan baik

7) Ibu dalam keadaan baik

B. Tingkat Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidaknyaman atau

takut atau memiliki firasat akan ditimpa malapetaka menyenangkan padahal ia

tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. (Videbeck

2008).

Ansietas (cemas ) adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan

dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis (Riyadi, 2009).

Menurut Stuart (2007) definisi kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak

jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek spesifik kecemasan dialami secara
8

subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu

rentang.

Kecemasan adalah gangguan alam sadar (effective) yang ditandai dengan

perasaan ketakutan atau kehawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak

mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA),

masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/splitting of personality ), perilaku dapat terganggu tapi masih

dalam batas-batas normal (Hawari, 2011).

2. Teori Kecemasan.

Cemas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan

sesuatu di luar dirinya dan meknisme diri yang digunakan dalam mengatasi

permasalahan. Menurut Stuart (2007) ada beberapa teori yang menjelaskan

tentang kecemasan, antara lain:

a. Teori Psikoanalisis

Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id

mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang, sedangkan

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-

norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari dalam

elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada

bahaya.
9

b. Teori Interpersonal

Dalam pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut

terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga

berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan

perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri

oleh orang lain atau pun masyarakat akan menyebabkan individu yang

bersangkutan menjadi cemas, namun bila keberadaannya diterima oleh orang

lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian cemas

berkaitan dengan hubungan antara manusia.

c. Teori Perilaku

Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu

segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai

suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran meyakini bahwa

individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan

yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan selanjutnya .

d. Teori keluarga

Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal

yang biasa ditemui dalam suatu keluarga, Adanya tumpang tindih antara

gangguan cemas dan gangguan depresi.


10

e. Teori biologis

Kajian biologis menujukan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu cemas. Penghambatan

asam aminobuitrik-gamma neuroregulator (GABA) juga memungkinkan

peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan,

sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa

kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi

terhadap cemas.

Rentang Respon Ansietas

Respon adaptif Respon maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: Stuart (2007).

3. Etiologi Cemas

Kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan

penyesuaian diri terhadap diri sendiri didalam lingkungan pada umumnya.

Kecemasan timbul karena manifestasi perpaduan bermacam-macam proses

emosi Fausiah dan Widury, (2008). Penyebab timbulnya kecemasan dapat

ditinjau dari dua faktor yaitu :

a. Sudut pandang psikoanalisa ini, sumber generalized anxiety disorder adalah

konflik tidak sadar antara ego dan impuls dari id namun ego menahannya

karena khwatir akan hukum yang mungkin diterima dengan memenuhi


11

dorongan id. Karena sumber kecemasan yang berada pada ketidak sadaran

inilah penderita GAD acap kali merasa cemas tanpa mengetahui sebabnya .

b. Sudut pandang cognitive-behavioral salah satu teori perilaku mengemukakan

bahwa terbentuknya GAD adalah kecemasan dipandang sebagai sesuatu yang

dipelajari berdasarkan prinsip kondisionang. Kejadian yang menimbulkan

stres akan menimbulkan cemas jika individu tidak memiliki control

c. Sudut pandang biologis Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa GAD

mungkin memilki komponen genetik, namun hingga kini belum dapat

dibuktikan secara tepat perana faktor genetik terhadap munculnya GAD.

Pandangan biologis lainnya tentang GAD berhubungan dengan adanya

hambatan atau gangguan pada neurotransmiter yang bernama GABA,

sehingga kecemasan tidak dapat dikontrol.

4. Tanda-Tanda Umum Kecemasan

Menurut Hawari (2011) gejala klinis kecemasan antara lain :

a. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami

gangguan kecemasan antara lain:

b. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya sendiri, mudah

tersinggung.

c. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

d. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang.

e. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.


12

f. Gangguan konsenterasi dan daya ingat.

g. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan

pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

5. Tingkat dan Karakteristik kecemasan

Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi yang

berbeda satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergantung pada kematangan

pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme

koping yang digunakan (Stuart, 2007). Tingkat kecemasan, yaitu:

a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang

penting dan mengenyampingkan pada hal yang lain, sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah.

c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak

berfikir tentang hal yang lain, semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi

ketegangan
13

d. Panik berhubungan dengan terperangah ketakutan dan eror. Rincian terpecah

dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang panik

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, panik

melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi aktifitas motorik,

penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

6. Mekanisme Koping Kecemasan

Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka

secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai mekanisme

koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila didukung dengan

kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa

mekanisme yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya. Kecemasan harus

segera ditangani untuk mencapai homeostatis pada diri individu, baik secara

fisiologis maupun psikologis Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping

terhadap kecemasan dibagi menjadi dua kategori :

a. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)

b. Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau

menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan

secara realistis. Secara ringkas pemecahan masalah ini menggunakan metode

Source, Trial and Error, Others Play and Patient (STOP).

c. Mekanisme pertahanan diri (defence mekanism)


14

Mekanisme pertahanan diri ini merupakan mekanisme penyesuaian ego

yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri

mekanisme pertahanan diri antara lain:

1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya melindungi atau

bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung

mengatasi masalah

2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu tidak

menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.

3) Sering sekali tidak berorientasi pada kenyataan.

Mekanisme pertahanan diri menurut Stuart (2007) yang sering

digunakan untuk mengatasi kecemasan, antara lain:

1) Rasionalisasi : suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa dengan

memberi alasan yang rasional.

2) Displacement : pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku yang

bentuknya atau obyeknya lain.

3) Identifikasi : cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain

dan membuatnya menjadi bagian kepribadiannya, ia ingin serupa orang

lain dan bersifat seperti orang itu.

4) Over kompensasi / reaction fermation : tingkah laku yang gagal mencapai

tujuan, dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan melupakan


15

dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan

tujuan yang pertama.

5) Introspeksi : memasukan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi orang lain.

6) Represi : konflik pikiran, impul-impuls yang tidak dapat diterima dengan

paksaan, ditekan ke dalam alam tidak sadar dan sengaja dilupakan.

7) Supresi : menekan konflik, impul-impuls yang tidak dapat diterima

dengan secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang

menyenangkan dirinya.

8) Denial : mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak

meyenangkan dirinya.

9) Fantasi : apabila seseorang, menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri

dengan berkhayal atau fantasi dan melamun.

10) Negativisme : perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau

menentang otoritas orang lain dengan tingkah laku tidak terpuji.

11) Regresi : kemunduran karakterstik perilaku dari tahap perkembangan

yang lebih awal akibat stress

12) Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial

karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.

13) Undoing : tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan yang

sudah ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif.


16

7. Alat ukur tingkat kecemasan

Instrument yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan

adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HRS-A), (Hidayat. A. A, 2007), yang

terdiri dari 14 kelompok gejala, masing-masing kelompok gejala diberi

penilaian 0-4 dengan penilaian sebagai berikut :

Nilai 0 : Tidak ada gejala atau keluhan

Nilai 1 : Gejala ringan

Nilai 2 : Gejala sedang

Nilai 3 : Gejala berat

Nilai 4 : Gejala berat sekali (Hidayat, 2008)

Table 2.1
Tingkat kecemasan (HRS-A)

No Gejala Kecemasan Nilai Angka/skor Kode


0 1 2 3 4
1. Perasaan cemas (ansietas)
a. Terlihat cemas
b. Terlihat khawatir
c. Mudah tersinggung
d. Takut akan pikiran sendiri

2. Ketegangan
a. Merasa tegang
b. Terlihat lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
17

3. Ketakutan
a. Takut gelap
b. Takut orang asing
c. Takut ditinggal sendiri
d. Takut pada kerumunan
orang banyak
4. Gangguan tidur
a. Sukar masuk tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidak tidur nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi
5. Gangguan kecerdasan
a. Sukar konsentrasi bila
ditanya
b. Daya ingat menurun
6. Perasaan depresi (murung)
a. Tidak kooperatif
b. Tidak mau bermain
c. Terlihat sedih
d. bangun dini hari
e. Perasaan berubah-ubah
sepanjang hari
7. Gejala somatic/fisik (otot)
a. Merasa sakit dan nyeri di
otot-otot
b. Terlihat kaku
c. Gigi gemerutuk
8. Gejala somatic/fisik (sensorik)
a. Merasa tinitus (telinga
berdengung)
b. Penglihatan kabur
c. Muka anak terlihat merah
atau pucat
9. Gejala kardiovaskuler (jantung
dan pembuluh darah)
a. Denyut jantung cepat
b. Merasa nyeri didada
c. Terlihat lesu lemas
10 Gejala respiratori (pernapasan)
a. Rasa tertekan atau sempit
didada
18

b. Napas pendek/sesak
11 Gejala gastrointestinal
(pencernaan)
a. Merasa sulit menelan
b. Nyeri sebelum dan
sesudah makan
c. Rasa penuh atau kembung
d. Merasa mual
e. Terlihat muntah
f. Buang air besar lembek
g. Susah buang air besar
(konstipasi)
h. Berat badan menurun
12 Gejala urogenital (perkemihan
dan kelamin)
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air
seni
13 Gejala autonom
a. Mulut terlihat kering
b. Muka terlihat merah
c. Anak mudah berkeringat
d. Kepala terasa sakit
e. Bulu-bulu terlihat berdiri

14 Tingkah laku (sikap) pada


wawancara
a. Terlihat gelisah
b. Terlihat tidak tenang
c. Jadi gemetar
d. Kerut kening
e. Napas pendek dan cepat
f. Muka anak terlihat merah
Total skor

Keterangan :

Hasil penilaian total skor :

Kurang dari 14 : Tidak ada kecemasan

14– 20 : Kecemasan ringan


19

21– 27 : Kecemasan sedang

28 – 41 : Kecemasan berat

42– 56 : Kecemasan berat sekali

8. Mencegah Kemunculan Gangguan Kecemasan

Menurut Nurkhairani (2010), menyatakan ada beberapa cara mencegah

kemunculan gangguan kecemasan yaitu :

a. Kontrol pernafasan yang baik

Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini

disebabkan otak bekerja memutuskan fight or flight ketika respon cemas

diterima di otak. Akibatnya suplai oksigen untuk jaringan tubuh semakin

meningkat, ketidak seimbangan jumlah oksigen dan karbondioksida di dalam

otak membuat tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh menjadi lemah dan

gangguan visual. Tarik ambil dalam – dalam sampai memenuhi paru –paru,

lepaskan dengan perlahan-lahan akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol

pernafasan juga dapat menghindari serangan panik.

b. Melakukan Relaksasi

Kecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal terutama

pada leher, kepala, rasa nyeri dada. Cara yang dapat ditempuh dengan

melakukan tehnik relaksasi dengan cara duduk atau berbaring, lakukan tehnik

pernafasan, usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit.


20

c. Intervensi Kognitif

Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi

permasalahan, fikiran-fikiran negatif secara terus menerus berkembang dalam

fikiran. Caranya adalah dengan melakukan fikiran-fikiran yang tidak realistik.

Bila tubuh dan fikiran dapat merasakan kenyamanan maka fikiran-fikiran positif

yang lebih konstruktif dapat muncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam

menyelesaikan permasalahan.

d. Pendekatan Agama

Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap fikiran,

kedekatan terhadap Tuhan dan doa yang disampaikan akan memberikan harapan

positif.

e. Pendekatan Keluarga

Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan

ragu untuk menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama – sama anggota

keluarga. Ceritakanlah dengan tenang, katakan Anda membutuhkan dukungan

keluarga. Mereka akan mendukung Anda saat persalinan.

f. Olahraga

Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olahraga akan menyalurkan

tumpukan stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan

memberikan rasa nyaman kepada diri anda.

Adapun cara pencegahan yang dapat membuat ibu merasa tidak cemas

dalam menghadapi persalinan yaitu:


21

a. Ciptakan suasana yang mendorong wanita untuk berperilaku membuat dirinya

nyaman secara spontan

b. Sarankan kepada pasangannya untuk melakukan tindakan-tindakan berikut ini

selama mungkin sepanjang masih dapat diterima oleh wanita :

1) Masase

2) Menghitung kontraksi atau menghitung nafasnya satu persatu untuk

menentukan irama dan menolong wanita mengetahui kemajuan persalinan

3) Menyeka wajah dan lehernya dengan kain dingin

4) Kata – kata pujian dan dorongan.

9. Gambaran tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan

Permasalahan yang muncul cerita-cerita negatif seputar persalinan

merupakan hal yang sangat dicemaskan oleh ibu hamil di trimester III sehingga

akan berpengaruh pada psikologis ibu yang ditandai dengan sukar bekonsentrasi

Cara mengatasi kecemasan adalah menghindari cerita yang mengerikan tentang

persalinan, belajar untuk rileks, meditasi, bernafas dalam-dalam, yoga, dan

mengendalikan khayalan, beri dukungan dan pendampingan saat persalinan karena

kehadiran mereka membuat kuat dan lebih percaya diri (Maimunah, 2011).

Menurut (Stuart, 2007), kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak

jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah

obyek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan

oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan
22

penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan

disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika individu dapat

mengidentifikasi dan menggambarkannya.

Persalinan adalah proses yang alamiah, peristiwa normal, namun apabila

tidak di kelola dengan tepat dapat terjadi abnormal. Proses persalinan seringkali

mengakibatkan aspek-aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai

permasalahan psikologis bagi ibu hamil yang salah satunya adalah kecemasan

(Fazdria dan Harahap, 2014).

Hasil penelitian Fazdria dan Harahap pada tahun 2014 di menunjukkan

bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kecemasan sedang dan berat

sebanyak 12 responden (48%). Dari 3 (100%) responden berusia <20 tahun

memiliki gejala cemas berat dan dari 4 responden berusia >35 tahun mayoritas

memiliki gejala cemas sedang dan berat (50%). Kesimpulan mayoritas

responden mengalami gejala cemas berat primipara dan grande multipara,

sedangkan multipara mengalami gejala cemas sedang.

Anda mungkin juga menyukai