Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2009).

Operasi caesar atau sering disebut dengan sectio caesarea adalah

melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim

(uterus) (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012). Menurut Oxorn & William

(2010), Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan bayi

melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus.

2. Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Oxorn & William, (2010) indikasi sectio caesarea lebih

bersifat absolute dan relative. Setiap keadaan yang tidak memungkinkan

kelahiran lewat jalan lahir merupakan indikasi absolute untuk sectio caesarea.

Diantaranya adalah panggul sempit yang sangat berat dan neoplasma yang

menyumbat jalan lahir. Pada indikasi, kelahiran pervaginam bias terlaksana

tetapi dengan keadaan tertentu membuat kelahiran lewat sectio caesarea akan

lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya. Faktor-faktor yang menyebabkan

perlunya tindakan sectio caesarea yaitu :

11
12

a. Faktor dari Ibu yang meliputi :

1) Disporporsi fetopelvic, mencakup panggul sempit, fetus terlalu besar, atau

adanya ketidakseimbangan antara ukuran bayi dan ukuran pelvic.

2) Disfungsi uterus, mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasikan,

inersia, ketidakmampuan dilatasi cervix, partus menjadi lama.

3) Neoplasma yang menyumbat pelvis menyebabkan persalinan normal tidak

mungkin dilakukan. Kanker invasif yang didiagnosa pada trimester ketiga

dapat diatasi dengan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan terapi

radiasi, pembedahan radikal atau keduanya.

4) Riwayat sectio caesarea sebelumnya, meliputi riwayat jenis insisi uterus

sebelumnya, jumlah sectio caesarea sebelumnya dan indikasi sectio

caesarea sebelumnya. Pada sebagian negara besar ada kebiasaan yang

dilakukan akhir-akhir ini yaitu setelah prosedur sectio caesarea dilakukan

maka persalinan mendatang juga harus diakhiri dengan tindakan sectio

caesarea juga.

5) Plasenta previa sentralis dan lateralis

6) Abruptio plasenta

7) Toxemia gravidarum antara lain pre eklamsia dan eklamsia, hipertensi

essensial dan nephritis kronis.

8) Diabetes maternal

9) Infeksi virus herpes pada traktus genitalis.


13

b. Faktor Janin yang meliputi :

1) Gawat janin, disebut gawat janin, bila ditunjukkan dengan adanya

bradikardi berat atau takikardi. Namun gawat janin tidak menjadi indikasi

utama dalam peningkatan angka sectio caesarea. Stimulasi oxytocin

menghasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut jantung janin. Keadaan

gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokter memutuskan

untuk melakukan operasi. Terlebih apabila ditunjang kondisi ibu yang

kurang mendukung. Sebagai contoh, bila ibu menderita hipertensi atau

kejang pada rahim dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta dan tali

pusar yaitu aliran darah dan oksigen kepada janin menjadi terganggu.

Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan seperti

kerusakan otak. Bila tidak segera ditanggulangi, maka dapat menyebabkan

kematian janin.

2) Ukuran Janin, berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby),

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan

janin yang berlebihan disebabkan sang ibu menderita kencing manis

(diabetes mellitus). Bayi yang lahir dengan ukuran yang besar dapat

mengalami kemungkinan komplikasi yang lebih berat daripada bayi

normal karena sifatnya masih seperti bayi prematur yang tidak bisa

bertahan dengan baik terhadap persalinan yang lama.


14

3) Cacat atau kematian janin sebelumnya Ibu-ibu yang pernah melahirkan

bayi yang cacat atau mati dilakukan sectio caesarea elektif.

4) Malposisi dan malpresentasi bayi

5) Insufisiensi plasenta

6) Inkompatibilitas rhesus, jika janin mengalami cacat berat akibat antibody

dari ibu Rh (-) yang menjadi peka dan bila induksi dan persalinan

pervaginam tidak berhasil maka tindakan sectio caesarea dilakukan.

7) Post mortem caesarean yaitu dilakukan pada ibu yang baru saja

meninggal bilamana bayi masih hidup

3. Persiapan Praoperasi

Persiapan pasien bedah meliputi persiapan fisik dan psikologis secara

luas. Dalam persiapan ini perawat berada pada posisi untuk membantu pasien

memahami perlunya tindakan medis ini (Hidayat, 2008).

a. Persiapan pendidikan kesehatan praoperasi

Perawatan harus mempersiapan klien dan keluarganya untuk

menghadapi operasi. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, harapan, dan

persepsi klien, memungkinkan perawat merencanakan penyuluhan dan

tindakan untuk mempersiapkan emosional klien. Apabila klien dijadwalkan

menjalani bedah sehari, pengkajiannya dapat dilakukan di ruang praktik

dokter atau di rumah klien.


15

Setiap klien merasa takut untuk datang ke tempat operasi. Beberapa

diantaranya disebabkan karena pengalaman di rumah sakit sebelumnya,

peringatan dari teman dan keluarga, atau karena kurang pengetahuan.

Perawat mengalami dilema etik jika klien memiliki informasi yang salah

atau tidak menyadari alasan dilakukan pembedahan. Peawat menanyakan

gambaran pemahaman klien tentang pembedahan dan implikasinya. Perawat

dapat mengajukan pertanyan seperti “Ceritakan pada saya, menurut Anda

apa yang aka terjadi sebelum dan sesudah operasi” atau ”Jelaskan apa yang

Anda ketahui tentang operasi”. Perawat harus berdiskusi dengan dokter

terlebih dahulu sebelum memberi informasi yang spesfik tentang diagnosis

medis klien. Perawat juga memastikan apakah dokter telah menjelaskan

prosefur rutin pada masa preoperatif dan pasca operatif. Apabila klien

mempunyai poersiapan yang baik dan mengetahui apa yang diharapkan

maka perawat memperkuat pengetahuan klien dan mempertahankan

keakuatan serta konsistensinya.

b. Persiapan diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal

pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum

bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan

cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan

dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.


16

c. Persiapan kulit

Persiapan kulit dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan

dibedah dari mikro organisme dengan cara menyiram kulit menggunakan

sabun heksaklorofin (hexachlorophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis

pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.

d. Latihan nafas dan latihan batuk

Cara latihan ini dilakukan utuk meningkatkan kemampuan

pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada

bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat

meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepas jahitan. Pernafasan

yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma.

e. Latihan kaki dan mobilisasi

Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboplebitis.

Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan

quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan

dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot

kaki, dan ulangi hingga 10 kali.

Latihan quadrisep dapat dilakukan quadrisep dapat dilakukan dengan

cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan

kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat

tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat


17

dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki ke

tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali. Latihan

mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah

dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk

melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di

tempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan,

melatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi

tempat tidur, melatih duduk diawali tidur Fowler, kemudian duduk tegak

dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.

f. Persiapan psikososial

Pasien yang akan menghadapi pembedahan akan mengalami berbagai

macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana akan menimbulkan

kecemasan. Segala bentuk prosedur pembedahan selalu didahului dengan

suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau

tersembunyi, normal atau abnormal. Sebagai contoh, kecemasan preoperasi

kemungkinan merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman

yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam

hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Sudah diketahui

bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi

tubuh. Karenanya, penting artinya untuk mengidentifikasi kecemasan yang

dialami pasien.
18

Pasien praoperasi dalam mengalami berbagai ketakutan. Termasuk

ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anastesi. Kehawatiran

mengenai kehilangan waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan,

tanggung jawab mendukung keluarga, dan ancama ketidakmampuan

permanen yang lebih jauh, memperberat ketegangan emosional yang sangat

hebat yang diciptakan oleh prospek pembedahan.

Takut diekspresikan dengan cara yang berbeda oleh orang yang

berbeda. Sebagai contoh, takut mungkin diekspresikan secara langsung oleh

pasien yang secara berulang mengajukan banyak pertanyaan, walaupun telah

dijawabnya. Saat pasien mengekspresikan ketakutan atau kehawatiran

tentang pembedahan yang akan dihadapinya, penting artinya untuk

mempertahankan agar jalur komunikasi tetap terbuka. Perawat dapat

melakukan banyak hal untuk menghilangkan kesalahan konsep dan

informasi, dan untuk memberikan penanganan ketika memungkinkan.

4. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea

a. Izin Keluarga

Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani oleh

keluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.

b. Anastesi

Persalinan sectio caesarea dapat dilakukan dengan menggunakan

anestesi regional maupun general. Anestesi regional terbagi dalam beberapa


19

teknik, yaitu anestesi spinal, epidural, kombinasi spinal-epidural. Anestesi

general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak mungkin

diberikan, baik karena alasan teknis maupun karena dianggap tidak aman.

Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui

masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan

melalui penetesan intravena.

c. Disterilkan

Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan

tidak ada bakteri yang masuk selama operasi.

d. Pemasangan Alat

Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. macam

peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.

e. Pembedahan

Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan

sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan.

Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi berdasarkan letaknya.

f. Mengambil Plasenta

Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.

g. Menjahit

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis

sehingga tetutup semua (Juditha, dkk, 2009).


20

5. Komplikasi Persalinan Sectio Caesarea

Komplikasi yang umum terjadi saat anestesi spinal adalah turunnya

tekanan darah. Beberapa wanita merasakan sakit kepala yang parah setelah

operasi caesar dengan anestesi spinal, sementara ada pula yang merasakan sakit

pada daerah punggung. Anestesi general mungkin membuat pasien merasa

pusing ; kerongkongan terasa kering dan sakit. Selain itu, pasien mungkin juga

akan mengalami rasa mual yang hebat dan muntah. Jika obat bius yang

diberikan mengandung morfin, mungkin akan merasa gatal di sekujur tubuh.

Efek-efek samping itu dapat hilang dalam waktu 24 sampai 48 jam setelah

persalinan

Selain itu Resiko Operasi Sectio Caesarea banyak dan serius, sehingga

jauh lebih berbahaya dibanding persalinan normal, dan yang harus memikul

resiko itu tidak hanya ibu tetapi bayi juga. Berikut ini ada beberapa resiko

operasi caesar, yaitu:

a. Infeksi pada bekas jahitan

Infeksi luka akibat persalinan caesar berbeda dengan luka persalinan

normal. Luka persalinan caesar lebih besar dan berlapis-lapis, bila

penyembuhan tidak sempurna kuman lebih mudah menginfeksi sehingga

luka jadi lebih parah. Bukan tak mungkin dilakukan jahit ulang.
21

b. Kematian saat persalinan

Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada operasi

caesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian umumnya

disebabkan kesalahan pembiusan atau perdarahan yang tidak ditangani

dengan cepat.

c. Pembatasan kehamilan

Dulu, perempuan yang pernah melahirkan melalui operasi caesar

hanya boleh melahirkan tiga kali. Kini dengan teknik operasi yang lebih

baik, sang ibu memang boleh melahirkan lebih dari satu bahkan sampai lima

kali. Tapi resiko dan komplikasinya makin berat.

d. Sobeknya jahitan Rahim

Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi caesar, yaitu jahitan

pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut,

lapisan luar rahim dan rahim. Jahitan rahim ini bisa sobek pada persalinan

berikutnya. Makin sering menjalani operasi caesar, makin besar resiko

terjadinya sobekan.

e. Masalah pernafasan

Bayi yang lahir melalui operasi sectio caesarea cenderung

mempunyai masalah pernafasan, yaitu nafas menjadi tidak teratur.


22

6. Perawataan Pasca Sectio Caesarea.

Menurut Cunningham (2012) penatalaksanaan pasca operatif meliputi

pemantauan ruang pemulihan dan pemantauan di ruang rawat.

a. Di ruang pemulihan jumlah perdarahan pervagina harus dimonitor secara

cermat, fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa

kontraksi uterus tetap kuat. Palpasi abdomen kemungkinan besar akan

menyebabkan nyeri yang hebat sehingga pasien dapat ditoleran dengan

pemberian analgetik.

b. Setelah pasien dipindahkan di ruang rawat tanda vital dievaluasi sedikitnya

setiap jam selama minimal 4 jam.

c. Terapi cairan dan makanan

Pasien post sectio caesarea pada umumnya membutuhkan 3 liter cairan untuk

24 jam pertama setelah pembedahan. Apabila pengeluaran urine turun kurang

dari 30 ml/jam pasien harus segera direevaluasi. Penyebab oligouria dapat

berkisar dari pengeluaran darah yang tidak diketahui sampai efek antidiuretik

dari infus oksitosis.

d. Fungsi kandung kemih dan usus.

Kateter pada umumnya dilepas dalam waktu 12 jam setelah operasi atau 24

jam setelah pembedahan.


23

e. Mobilisasi.

Pada sebagian besar kasus, satu hari setelah pembedahan pasien seyogyanya

dapat turun dari tempat tidur dengan bantuan paling sedikit 2 kali. Pada hari

kedua pasien dapat berjalan dengan bantuan. Dengan mobilisasi dini,

trombosis vena dan emboli paru jarang terjadi.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus setelah

melahirkan dengan operasi caesar, diantaranya :

a. Menjaga kebersihan disekitar bekas jahitan.

b. Tiga hari setelah operasi, perban biasanya diganti dengan perban yang tahan

air sehingga ibu dapat mandi. Sebelumnya, karena bekas jahitan tidak boleh

kena air, biasanya cukup diseka saja badannya dengan air hangat.

c. Hindari melakukan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan sebab jahitan di

dalam belum kering sehingga masih terasa sakit (Cendika dan Indarwati,

2010).

7. Faktor yang Mempengaruhi Komplikasi Post Sectio Caesarea

Menurut Ekaputra (2013), fakor yang mempengaruhi penyembuhan luka

antara lain yaitu:

a. Mobilisasi

Mobilisasi dini merupakan suatu pergerakan, posisi atau adanya

kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam persalinan caesarea.

Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea ibu harus segera
24

dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah

mengalami sectio caesarea,seorang ibu disarankan tidak malas untuk

bergerak. Mobilisasi diperlukan untuk membantu sistem sirkulasi,

khususnuya pembuluh darah balik (vena) pada ekstremitas.

b. Praktek managemen luka

Tidak sesuainya penanganan luka secara umum dapat mempengaruhi

penyembuhan, untuk mencegah dan mengidentifikasi masalah tersebut,

fisiologi penyembuhan luka harus dipahami sebagai kebutuhan dari proses

penyembuhan tersebut.

c. Perfusi dan oksigenasi jaringan

Proses penyembuhan luka tergantung suplai oksigen. Oksigen

merupakan kritikal untuk leukosit dalam mengahncurkan bakteri dan untuk

fibroblast dalam menstimulasi sintesis kolagen. Selain itu kekurangan

oksigen dapat menhambat aktifitas fagositisis. Dalam keadaan anemia

dimana terjadi penurunan oksigen jaringan maka akan menghambat proses

penyembuhan luka.

d. Status nutrisi

Kadar serum albumin rendah akan menueunkan difusi (penyebaran)

dan membatasi kemampuan neutrofil untuk membunuh bakteeri. Oksigen

rendah pada tingkat kapiler membatasi proliferasi jaringan granulasi yang

sehat. Defisiensi zat besi dapat melambatkan kecepatan epitelisasi dan


25

menurunkan kekuatan luka dan kolagen. Jumlah vitamin A dan C zat besi

dan tembaga yang memadai diperlukan untuk pembentukan kolagen yang

efekif. Sintesis kolagen juga tergantung pada asupan protein, karbohidrat

dan lemak yang tepat. Penyembuhan luka membutuhkan dua kali lipat

kebutuhan protein dan karbohidrat dari biasanya untuk segala usia. Diet

seimbang mengandung bahan nutrisi yang dpasientuhkan untuk perbaikan

luka seperti asam amino (daging, ikan dan susu), energi sel (biji-bijian,

gula, madu, buah-buahan dan sayuran), vitamin C (buah kiwi, strawberry

dan tomat), vitamin A (hati, telur, dan sayur-sayuran), vitamin B (kacang,

daging dan ikan, zinc (makanan laut, jamur, kacang kedelai, bunga

matahari), bahan mineral (makanan laut dan kacang dari biji-bijian), air.

e. Usia

Usia meruopakan salah satu faktor menentukan proses penyembuhan

luka. Penuaan dapat mengganggu semua tahap penyembuhan luka karena

terjadi perubahan vaskuler yang mengganggu ke daerah luka, penurunan

fungsii hati mengganggu sintesis faktor pembekuan, respon inflamasi

lambat, pembentukan antibodi dan limfosit menurun, jaringan kolagen

kurang lunak dan jaringan parut kurang elastis.

f. Stres fisik dan pssikologi

Stres, cemas dan depresi telah dpasienktikan dapat mengurangi

efisiensi dari sistem imun sehingga dapat mempengaruhi proses


26

penyembuhan. Suatu sikap positif untuk membertikan penyembuhan oleh

setiap pasien dan perawat dapat mempengaruhi dalam meningkatkan

penyembuhan luka.

g. Luka infeksi

Luka ifeksi kemungkinan menyebabkan infeksi sistemik, yanh tidak

hanya berdampak pada proses penyembuhan tetapi dapat juga pada kondisi

pengobatan.

B. Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

selekas mungkin berjalan. Mobilisasi pasca sectio caesarea adalah suatu

pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa

jam melahirkan dengan persalinan sesarea. Adapun tujuan mobilisasi pada post

seksio sesarea adalah untuk membantu jalannya penyembuhan pasien diikuti

dengan istirahat (Saleha, 2009).

Kebanyakan dari ibu post sectio caesarea masih mempunyai

kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan

mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai

dilakukan operasi. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan,

bahkan justru hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau


27

pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan

keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, masa

pemulihan untuk mencapai level kondisi pra pembedahan dapat dipersingkat

dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan

pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis (Sumantri, 2010).

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap, pada 6 jam pertama ibu

pasca operasi sectio caesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa

dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, ujung jari kaki, memutar

pergelangan kaki, mengangkat tumit, menekuk dan menggeserkan kaki. Setelah

6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan. Setelah 24

jam ibu dianjurkan untuk mulai belajar untuk duduk (Sumantri , 2010).

2. Manfaat mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,

memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,

menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem

respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan

ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan

diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal,

meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan

trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas

tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan


28

mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin

meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi,

mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih

baik dan berkurangnya penyakit (Potter dan Perry, 2009).

3. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi

Menurut Sumantri, (2010), kerugian bila tidak melakukan mobilisasi

antara lain yaitu:

a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik

sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan

salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

b. Perdarahan yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik

sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat

dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah

yang terbuka.

c. Involusi uterus yang tidak baik, tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan

menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan

terganggunya kontraksi uterus (Sumantri, 2010).


29

4. Prosedur mobilisasi

a. Hari pertama sampai hari ke empat

1) Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki

Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran

dengan telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu seperti sedang

menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu arah, lalu

ke arah lainnya. Kemudian regangkan masing–masing telapak kaki

dengan cara menarik jari-jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung

telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya

berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.

2) Bernafas dalam-dalam

a) Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di

bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu,

lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan nafas.

b) Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di

atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru-paru

mrngembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya.

c) Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini

akan merangsang jaringan-jaringan di sekitar bekas luka. Sangga insisi

ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di atas


30

daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih

dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali.

3) Duduk tegak

a) Tekuk lutut dan miring ke samping.

b) Putar kapala ibu dan gunakan tangan-tangan ibu untuk membantu

dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka

akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha

dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi

itu selama beberapa saat.

c) Kemudian, mulailah memeindahkan berat tubuh ke tangan, sehingga

ibu dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak

mungkin dan tarik nafas dalam-dalam beberapa kali, luruskan tulang

punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk. Gunakan

tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.

4) Bangkit dari tempat tidur

a) Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan-pelan

ke sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan

dan perlahan turunkan telapak-telapak kaki ibu ke lantai.

b) Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk

menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah

meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki-kaki ibu.


31

5) Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan.

Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah

berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.

6) Berdiri dan meraih

Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri.

Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot-otot punggung agar dada

mengembang dang meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai

dari pinggang perlahan–lahan, melawan dorongan alamiah untuk

membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.

7) Menarik perut

a) Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot-otot dasar pelvis,

dan cobalah untuk menarik perut.

b) Perlahan-lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan

berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5

kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.

8) Saat menyusui

Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot–otot perut selama

beberapa detik lalu lemaskan. Lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu

Menyusui.
32

b. Hari ke empat sampai hari ke tujuh

1) Menekuk pelvis

Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ke tempat

tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4

hingga 8 tekukan selama 2 detik.

2) Meluncurkan kaki

Berbaring dengan lutut tertekuk dan bernafaslah secara normal, lalu

luncurkan kaki di atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong

tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di

sekitar insisi. Lakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

3) Sentakan pinggul

a) Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atat dan

remtangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah

jari-jari kaki.

b) Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke

arah bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi tubuh dengan lurus.

Lakukan 6 hingga 8 pengulangan untuk masing-masing tubuh.

4) Menggulingkan lutut

a) Berbaring di tempat tidur, kemudian letakkan tangan di samping tubuh

untuk menjaga keseimbangan


33

b) Perlahan-lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut

hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan

lutut ke masing-masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.

5) Posisi jembatan

Berbaringlah di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk.

Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan

telapak kaki ke bawah dan perlahan-lahan angkat pinggul dari tempat

tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini 5 kali

sehari.

6) Posisi merangkak

a) Perlahan-lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki

di atas tempat tidur. Saat ibu dapat mempertahankan posisi merangkak

tanpa merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat menambah beberapa

gerakan dalam rangkaian ini.

b) Tekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan cobalah untuk melakukan

gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul

terdorong ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu

akan merasa seolah-olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan

gerakan ini 5 kali sehari.


34

c) Tekan bagian tengah punggung ke arah bawah, saat melengkung tubuh

ke bawa, ibu bisa merasakan perut meregang. Kemudian, saat

meluruskan punggung, berkonsentrasilah menarik abdomen.

5. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Mobilisasi Dini post sectio caesarea

oleh bidan

Menurut Skinner, dalam Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,

maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –Organisme –

Respon. Proses inimembedakan adanya dua respons:

a. Respondent response atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut electing stimuli.

Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,

cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

Respondentresponse juga mencakup perilaku emosional, misalnya

mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih, mendengar berita

suka atau gembira, akan menimbulkan rasa suka cita.

b. Operant response atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena


35

memperkuat respons. Misalnya : apabila seorang pekerja melaksanakan

tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap gajinya yangcukup.

Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh

promosi pekerjaan. sehingga pekerjaan baik tersebut sebagai reinforcer

untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku

dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain (Notoatmojo, 2010).

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner pada pembahasan

sebelumnya, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
36

penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta

lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah tindakan atau usaha-usaha

seseorang untuk menjaga serta meningkatkannya kesehatannya agar

terhindar dari penyakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan

ini terdiri dari 3 aspek:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit

serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit

2) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan

sehat

3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman

b. Perilaku pencarian atau penggunaan system atau fasilitas pelayanan

kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment)

sampai mencari pengobatan keluar negeri.

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang

(organisme) merespons lingkungan terhadap stimulus yang diterima, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak


37

mempengaruhi kesehatannya. Dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan

lingkungan adalah upaya–upaya yang dilakukan seseorang dalam mengelola

lingkungannya sehingga tidak menyebabkan sakit baik bagi dirinya sendiri

ataupun anggota keluarga yang lain serta masyarakat sekitar.

Dalam pembentukan dan atau perubahan perilaku bidan dalam melakukan

mobilisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sperti menurut Green dalam

Notoatmojo, (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab perilaku dapat

dibedakan dalam tiga jenis yaitu :

a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi

dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah

pengetahuan, sikap, motivasi, keyakinan, nilai dan persepsi.

b. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam

faktor pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas.

Seperti tersedianya sarana, keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan

perundangan.

c. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan

kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja


38

tergantung pada tujuan dan jenis program. Termasuk dalam faktor ini antara

lain pendidikan, pengalaman, intensif, penguat berasal dari pimpinan.

Apakah penguat positif ataukah negatif bergantung pada sikap dan perilaku

orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada

yang lain dalam mempengaruhi perilaku.

C. Konsep pengetahuan

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada

waktu pengidraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra

penglihatan (mata).

Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan pancaindranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan dengan

kepercayaan (biliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang

keliru(misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui

berdasarkan pengalaman yang didapat oleh setiap manusia (Mubarak, 2012).


39

2. Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan

Menurut rogers dalam Mubarak (2012), sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. kesadaran (Awareness), yaitu subjek menyadari atau mengetahui terlebih

dahulu tentang stimulus.

b. Ketertarikan (Interest) yaitu subjek merasa tertarik terhadap stimulus atau

obyek tersebut.

c. Evaluasi (Evaluation) yaitu subjek mempertimbangkan baik dan tindaknya

stimulus tersebut bagi dirinya-hal ini menunjukkan kemampuan sikap

responden.

d. Percobaan (Trial), yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (Adoption) yaitu dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

3. Tingkatan-tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), tingkatan-tingkatan pengetahuan antara

lain sebagai berikut:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recal (memangggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


40

b. Memahami (comprehension)

Memahami sesuatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan

yang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evalusi berkaitan dengan kemampuan sesorang untuk melakukan justifikasi

penilaian terhadap objek tertentu.


41

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2012), ada tujuh faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah,

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan,

informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek

pisik dan psikologis (mental). Secara garis besar pertumbuhan fisik secara

garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini

terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental,

taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.


42

d. Minat

Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang

kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika

pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis

akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan

sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara langsung.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

untuk memperoleh pengetahuan yang baru.


43

5. Cara mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), dapat

dilakukan dengan wawancara terbuka atau dengan menggunakan instrumen

(alat pengukuran/pengumpulan data) kuisioner atau dapat juga dilakukan

dengan menggunakan angket tertutup atau terbuka instrumen atau alat

ukurnya seperti wawancara, hanya jawaban responden didsampaikan lewat

tulisan.

Menurut Wawan (2010), data yang bersifat kualitatif di gambarkan

dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-

angka, hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara

dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh

persentase, setelah di persentasikan lalu ditafsirkan kedalam kalimat yang

bersifat kualitatif yaitu :

1) Kategori baik yaitu jika skor 76%-100%.

2) Kategori cukup baik jika skor 56%-75%.

3) Kategori kurang jika skor <56%.

D. Motivasi
1. Pengertian

Motivasi adalah keinginan yang terdapat dalam diri seseorang individu

yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan, tindakan tingkah laku

atau berperilaku (Notoatmojdo, 2010).


44

Motivasi merupakan energi aktif yang menyebabkan terjadinya

perubahan pada diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan dan

juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan

sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan (Khairani, 2013).

Motivasi diartikan sebagai kekuatan dorongan, kebutuhan, semangat,

tekanan atau mekanisme dalam psikologis yang mendorong seseorang atau

kelompok untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan yang dikehendakinya

(Triwibowo, 2013).

2. Teori Motivasi Herarki Keutuhan Dasar Manusia

Menurut Maslow dijabarkan oleh Hoy dan Miskel dalam Triwibowo

(2013), keseluruhan teori yang dikemangkan maslow berintikan pendapat yang

mengatakan kebutuhan manusia dapat di klasifikasikan pada lima heraki

keubutuhan yaitu sebagai berikut:

a. Fisiologis : lapar, haus, seks, rasa enak, tidur dan istirahat.

b. Rasa aman : menghindari bahaya dan bebas dari rasa takut atau ancaman.

c. Rasa memiliki: rasa bahagia berkumpul dan berserikat perasaan diterima

dalam kelompok, rasa bersahabat dan afeksi.

d. Penghargaan : menerima keberhasilan diri kompetensi, keyakinan, rasa

diterima orang lain, aspirasi, rekognisi dan martabat.

e. Aktualisasi diri : keinginan menggambarkan diri secara maksimal melalui

usaha diri, kreatifitas dan ekspresi diri.


45

3. Faktor yang mempengaruhi motivasi

Menurut Wijayaningsih (2014), motivasi seseorang dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu:

a. Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri individu, seperti: pendidikan,

pengetahuan, sikap, persepsi, harapan dan kebutuhan.

b. Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar individu, terdiri atas; keluarga,

kelompok sosial, situasi lingkungan.

4. Pengukuran Motivasi

Cara pengukuran motivasi dapat diukur dengan mengunakan skla rating

scale menurut Hidayat (2012) dalam pengukuran dengan rating scale responden

diberi pertanyaan positif dan negatif dengan pililihan jawaban pertanyaan

positif berdasarkan tingkatan, selalu, sering, kadang-kadang jarang dan tidak

pernah dengan rentan nilai 5,4,3,2,1 dan pertanyaan negatif selalu, sering,

kadang-kadang jarang dan tidak pernah dengan rentan nilai 1,2,3,4,5

selanjutnya hasil skore responden dibandingkan dengan nilai mean pada

kelompok dikatagorikan sesuai dengan pertimbangan, sebagai berikut:

1) Motivasi baik jika skore > mean

2) Motivasi kurang baik jika skore < mean


46

E. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Bidan dalam Mobilisasi dini

Pasien Post Operasi SC

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat

kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak

disengaja dan ini dilakukan setelah orang melakukan kontak atau pengamatan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Mubarak,

2012).

Menurut Notoatmodjo, (2010) bahwa semakin tinggi pengetahuan semakin

mudah menerima dan mengembangkan sikap dan perilaku yang akan

menangkatkan produktifitas dan kesejahteraan keluarga karena pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

dan perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

tidak didasari oleh pengetahuan.

F. Hubungan Motivasi dengan Tindakan Bidan dalam Mobilisasi Dini Pasien

Post Operasi SC

Motivasi suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang

menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku (perilaku),

perilaku ini timul karena adanya dorongan faktor internal dan faktor eksternal.

Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap stimulus. Motivasi atau

dorongan (drive), yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan


47

kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa ada dorongan tadi

tidak akan ada suatu kekuatan yang menagrahkan individu pada suatu

mekanisme timulnya perilaku. Dorongan diaktifkan oleh adanya keutuhan

(need), dalam arti kebutuhan memangkitkan dorongan dan dorongan ini pada

akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku (Khairani,

2013).

Menurut Marquis dan Huston (2012) motivasi adalah tindakan yang

dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum tercapai. Motivasi itu

timbul karena adanya suatu kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi.

Keinginan itu akan mendorong individu untuk melakukan suatu tindakan, agar

tujuannya tercapai serta motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai

tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.

Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari 2011 di RSU Sejati Medan

Hubungan motivasi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca operasi sectio

caesarea. Dikatakan bahwa adanya hubungan yang sangat bermakna antara

motivasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasca operasi sectio caesarea.


48

G. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Motivasi
4. Keyakinan
5. Keinginan

Faktor pemungkin:
1. Ketrampilan,
2. Sumber daya Perilaku bidan dalam
pribadi tindakan mobilisasi dini pada
3. Komunitas. pasien post section caesarea
4. Tersedianya sarana
5. Kebijakan
6. Peraturan

Faktor penguat:
1. Pendidikan
2. Pengalaman

Sumber: Notoatmodjo (2011)

Anda mungkin juga menyukai