SPEI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam


Pemikiran Ekonomi Umar Ibrahim Vadillo

Tujuan Pembuatan Makalah : Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Hendra, S.E.I, M.A

#
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Muhammad Yafizham 0502203167
Tuah Rizki Marpaung 0502203086
Daffa Roghib 0502203075
Fadillah Khairunnisa Siregar 0502203074

AKUNTANSI SYARIAH 5 D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024

Jl. Williem Iskandar Ps. V, Medan Estate, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Sedang,
Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi
kita yaitu Nabi Muhammad Saw yang mana kita nanti nantikan syafa’atnya diakhirat kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt atas limpahan nikmat sehat-nya baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul: Pemikiran Ekonomi dimasa Umar Ibrahim Vadilo.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan dan kurangnya pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
memberikan bantuan, bimbingan, maupun arahan sehingga makalah ini dapat selesai dengan
baik. Semoga Allah swt memberikan rahmat dan kesehatan kepada meraka. Penulis juga
mengucapkan terimakasih khususnya kepada dosen Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam:
Bapak Hendra,S,E,I ,MA yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca, penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu dan pembaca,
penulis mengharapkan saran dan kritik pembuatan makalah. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Medan, 1 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan .............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................

A. Pelapor Kembalinya Dinar dan Dirham........................................................................


B. Konsep Kapitalisme Menurut Umar Ibrahim Vadillo .................................................
C. Kembalinya Mata Uang Dinar dan Dirham..................................................................
D. Konsep Uang, Dinar dan Dirham dalam Kilasan Sejarah ..........................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................

Kesimpulan ..................................................................................................................................

Daftar Pustaka .............................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemikiran ekonomi Islam sama tuanya dengan Islam itu sendiri. Pada awal
Islam,ekonomi Islam belum sebagai sebuah disiplin ilmu, namun hanya ditampilkandalam
bentuk norma-norma dan nilai-nilai ekonomi Islam. Sejak awal norma-norma dan nilai-nilai
ekonomi Islam terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah dan dipraktikkan oleh umat Islam
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti larangan memakan riba, larangan memakan harta
dengan cara yang bathil, perintah untuk mencari karunia Allah dimuka bumi, perintah
berinfaq, perintah berusaha, larangan menimbun barang denganmaksud melangkakan
barang, pengaturan kepemilikan publik dan individu, larangan pengaturan harga oleh
negara, perintah pengaturan dan pengawasan pasar, manajemenkrisis, hingga pengaturan
sumber pendapatan dan belanja negara. Sepeninggal Rasulullah,ekonomi Islam mulai
didiskusikan dalam berbagai disiplin ilmu. Pertama, ekonomi Islam di diskusikan dalam
berbagai kitab tafsir sebagai penjelasan kandungan al-Qur’an.Ayat-ayat yang berhubungan
dengan ekonomi dijelaskan oleh mufaṣirīnsecara rincimaksud dan tujuan ayat tersebut.
Misalnya, tafsir mengenai ayat-ayat larangan riba, perintah untuk mencari harta dengan cara
yang baik, dll. Kedua, ekonomi Islam ditemukandalam disiplin ilmu fiqh (Islamic juris
prudence).

Aspek legal dalam masalah ekonomi hingga masalah hukum Islam yang lainnya
dibahas dalam ilmu fiqh. Misalnya, aturan-aturan jual beli, aturan berserikat, hutang-
piutang, hingga masalah jaminan dijelaskan secara detail dalam ilmu fiqh. Ketiga, akhlak
Islam dibahas dalam masalah-masalah ekonomi dalam sistem etika Islam untuk
pengembangan moral, hal inidilakukan untuk membimbing manusia menuju prilaku
ekonomi yang palingdiinginkan. Keempat, sejumlah tulisan, yang berhubungan dengan
ilmu ekonomi, yangtelah ditulis oleh beberapa ulama. Kelima, beberapa ulama dan filosof
muslim membahas dan mengalisis tema-temaekonomi. Sebagai contoh, Ibnu Khaldun dan
Ibnu Taymiyah yang membahasmasalah ekonomi mikro, yaitu pengaruh permintaan
(demand) dan penawaran (supply) terhadap harga. Namun, dalam penulisan sejarah
pemikiran ekonomi, pemikiranekonomi dalam Islam tidak mendapat pengakuan.

Gerakan Murabitun yakni gerakan internasional Yang didirikan pada tahun 1992
olehseorang mantan Seniman bernama Syaikh Abdalqadir as-Sufi Al-Murabit, Beliau
kelahirantahun 1930 di Skotlandia. Murid beliau Yang bernama Umar Ibrahim Vadillo
menyatakandalam Tulisannya bahwa ini semua berpegang pada al-qur’an Dan sunnah
dalam penggunaan uang kertas sebagai alat Tukar dalam bentuk apapun yakni riba

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah pelopor kembalinya dinar dan dirham ?
2. Bagaimana Konsep kapitalisme menurut Umar Ibrahim Vadillo ?
3. Bagaimana sejarah kembalinya mata uang dinar dan dirham ?
C. Tujuan
1. Mengetahui siapa pelopor kembalinya dinar dan dirham
2. Mengetahui konsep kapitalisme menuruut pandangan Umar Ibrahim Vadillo
3. Mengetahui sejarah kembalinya mata uang dinar dan dirham
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelopor Kembalinya Dinar dan Dirham

Umar Ibrahim Vadillo adalah salah seorang murid Syeikh ‘Abd al-Qadr al-Sufi,
cendekiawanmuslim asal Spanyol yang tidak pernah lepas dari dinar. Vadillo adalah pelopor
kembalinya dinar juga dirham di abad modern ini. Tahun 1992, Vadillo mencetak kembali
dinar-dirham di Granada. Dinar adalah koin emas 22 karat seberat 4,25 gram. Dirham, koin
perak 2,9 gram. Spesifikasi ini merujuk standar yang ditetapkan Khalifah Umar bin Khattab.
Selama 14 abad, dinar-dirham berjaya sebagai alat tukar di negeri-negeri muslim. Namun,
pasca jatuhnya Kekhalifahan Usmani Turki (1924), kedua mata uang berbahan logam mulia
itu perlahan menghilang Dunia beralih menggunakan uang kertas (fiat money) – sistem mata
uang yang tidak bersandar pada emas dan perak. Bersama World Islamic Trade Organisation
(WITO) yang dipimpinnya, Vadillo gencar memperkenalkan koin dinar-dirham ke
berbagaikalangan termasuk menemui berbagai pemimpin di dunia. Vadillo adalah sosok di
balik promosi dinar yang kemudian mendapat dukungan dari mantan Perdana Menteri Turki
Necmettin Erbakan, Raja Hassan II Maroko dan mantan PM Malaysia Mahattir
Mohammad.Saat ini, Vadillo terlibat dalam pembangunan infrastruktur penerapan dinar di
Kelantan,Malaysia untuk digunakan sebagai alat pembayaran gaji para pegawai pemerintah
setempatdan pembayaran listrik dan air.

Di dalam buku Sultaniyya, Vadillo menyebutkan bahwa salah satu penyebab krisis
ekonomi adalah fenomena pasar keuangan yang menerapkan konsep ribawi sehingga
memungkinkan seseorang mendapatkan keuntungan tanpa adanya‘iwad (ganti). Ia
menyebutkannya sebagai ekonomi spekulatif yang besaran uangnya 100 kali lebih besar dari
ekonomi riil. Dari penjelasan inilah, latar belakang munculnya pemikiran ekonomi Dinarist
yang juga memiliki kesamaan dengan latar belakang yang mempengaruhi munculnya
ekonomi Islam. Ekonomi Islam muncul setidaknya dikarenakan adanya paradigma bahwa
sistem kapitalis terbukti gagal mensejahterakan manusia terutama negara-negara muslim.
Sistem ini juga dianggap telah berjalan secara bebas nilai (value free) dan mengabaikan
nilai-nilai moral. Secara historis, kita dapat mencermati bahwa pemikiran ekonomi Islam
modern di dunia muncul sekitar tahum 1970-an. Artinya, pemikiran ekonomi Islam modern
lebih dulu muncul dibandingkan dengan pemikiran ekonomi yang digagas oleh Dinarist.
Pemikiran ekonomi Dinarist setidaknya baru terlihat sekitar tahun 1980 yaitu ketika gerakan
ini mencetak dinar dan dirham dan mensosialisasikannya ke seluruh dunia.

Kembali menggunakan dinar-dirham, bukan romansa masa silam melainkan bagian


dari menegakkan sunnah Rasulullahyang runtuh. Dinar-dirham adalah rahmat Islam bagi
dunia. Sebaliknya, uang kertas adalahsumber malapetaka bagi bumi dan umat manusia.
Menurut Vadillo, penggunaan uang kertas adalah mesin utama tegaknya kapitalisme di
dunia saat ini. Vadillo telah menulis sejumlah buku tentang dinar-dirham dengan segala
aspek yang melingkupinya. Diantaranya, The Endof Economics (1991), Fatwa on Paper
Money (1991), The Workers have been Told a Lieabout Their Situation (1992), A General
Idea of the Opening to Islam in the XXI Century (1994) dan Return of the Gold Dinar
(1996). Beberapa di antaranya sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Jejak pemikiran
Vadillo juga bisa disimak dalam Menembus Batas, Damai Untuk Semesta (2008), buku yang
berisi kumpulan wawancara Liem Siok Lan dengan berbagai tokoh dunia berpengaruh –
salah satunya dengan Vadillo. Menurut Vadillo, kapitalisme dalam perspektif Islam adalah
berarti riba (usury). Dan, Islam tegas mengharamkannya. Praktik riba sebagai doktrin utama
kapitalisme di era modern ini terjelma melalui penciptaan uang kertas (fiat money).
Motonya adalah perbankan yang mencetak uang dari kehampaan lalu memungut bunga-
utang. Dari sinilah berbagai petaka tercipta. Uang kertas, bunga-utang, memporak-
porandakan berbagai sendi kehidupan umat manusia. Berbagai kerusakan berlangsung
sangat cepat dan fantastis di bumi kita hanya dalam kurun waktu 75 tahun terakhir.
Kemiskinan, pengangguran, kelaparan, krisislingkungan, moral hazard dan sebagainya
adalah sejumlah dampak nyata riba. Maka, bila ingin lepas dari kapitalisme, jawabannya
adalah: tinggalkan sejumlah praktik riba itu lalu beralih sepenuhnya pada muamalah, tata
perniagaan Islam. Kembali menggunakan dinar-dirham, adalah pilar pertama penegakan
muamalah itu. Buku-buku Vadillo, mengurai bagaimana implementasi dinar - dirham dalam
kehidupan kekinian. Selain sebagai alat tukar,kedua koin itu juga digunakan untuk
membayar zakat, mahar dan investasi. Pilar kedua, menghidupkan kontrak perdagangan
yang halal dan adil berupa qirad (pinjaman usaha) dan syirkah (kemitraan).

Kontrak jenis ini akan menghapuskan ketergantungan masyarakat modern pada


perbankan yang hidup dengan memungut bunga - utang dan menciptakan uang dari
kenihilan. Ketiga, kembalinya karavan atau kumpulan kafilah pedagang yang kehadirannya
akan mengembangkan perdagangan melalui logistik dan aktivitas ekspor. Keempat,
kembalinya guild atau sentra-sentra kewirausahaan mandiri. Ajaran Islam, menurut Vadillo,
mengedepankan bertumbuhnya kumpulan manusia (masyarakat) yang mampu berwirausaha.
Bukan masyarakat buruh yang hidupnya mengabdi pada majikan. Seiring bertumbuhnya
gulid, akan berdiri pula pilar kelima, yaitu, kembalinya pasar terbuka Islam. Pasar jenis ini
tidak mengenal sewa, pajak dan cukai. Semua orang bebas berdagang sepanjang barang
yang diperdagangkan halal sesuai syariat. Di pasar itu pula, dinar-dirham digunakan sebagai
alat tukar. Kehadiran kembali pasar terbuka Islam menjadi jalan pembuka melepaskan
dominasi monopolistik pasar modern yang dikenal melalui supermarket atau hypermarket
yang dalam prakteknya terbukti telah menyapu bisnis para pedagang kecil.

B. Konsep Kapitalisme Menurut Umar Ibrahim Vadillo

Menurut Vadillo, kapitalisme dalam perspektif Islam adalah berarti riba (usury) dan
Islam tegas mengharamkan nya. Praktik riba – sebagai doktrin utama kapitalisme – di era
moderen ini terjelma melalui penciptaan uang kertas ( fiat money). Motonya adalah
perbankan yang mencetak uang dari kehampaan lalu memungut bunga utang. Dari sinilah
berbagai petaka tercipta. Uang kertas, bunga - utang, memporak - porandakan berbagai sendi
kehidupan umat manusia. Berbagai kerusakan berlangsung sangat cepat dan fantastis di
bumi kita hanya dalam kurun waktu 75 tahun terakhir. Kemiskinan, pengangguran,
kelaparan, krisis lingkungan, moral, hazard dan sebagainya adalah sejumlah dampak nyata
riba. Maka, bila ingin lepas dari kapitalisme, jawabannya adalah: tinggalkan sejumlah
praktik riba itu lalu beralih sepenuhnya pada muamalah – tata perniagaan Islam. Kembali
menggunakan dinar-dirham, adalah pilar pertama penegakan muamalah itu. Buku-buku
Vadillo, mengurai bagaimana implementasi dinar-dirham dalam kehidupan kekinian. Selain
sebagai alat tukar,kedua koin itu juga digunakan untuk membayar zakat, mahar dan
investasi.

Pilar kedua, menghidupkan kontrak perdagangan yang halal dan adil berupa qirad
(pinjaman usaha) dansyirkah (kemitraan). Kontrak jenis ini akan menghapuskan
ketergantungan masyarakat moderen pada perbankan yang hidup dengan memungut bunga-
utang dan menciptakan uang dari kenihilan. Ketiga, kembalinya karavan atau kumpulan
kafilah pedagang yang kehadirannya akan mengembangkan perdagangan melalui logistik
dan aktifitas ekspor.Keempat, kembalinya guild atau sentra-sentra kewirausahaan mandiri.
Ajaran Islam, menurut Vadillo, mengedepankan bertumbuhnya kumpulan manusia
(masyarakat) yang mampu berwirausaha. Bukan masyarakat buruh yang hidupnya mengabdi
pada majikan. Seiring bertumbuhnya gulid, akan berdiri pula pilar kelima, yaitu, kembalinya
pasar terbuka Islam. Pasar jenis ini tidak mengenal sewa, pajak dan cukai. Semua orang
bebas berdagang sepanjang barang yang diperdagangkan halal sesuai syariat. Di pasar itu
pula, dinar-dirham digunakan sebagai alat tukar. Kehadiran kembali pasar terbuka Islam
menjadi jalan pembuka melepaskan dominasi monopolistik pasar moderen yang dikenal
melalui supermarket atauhypermarket yang dalam taktiknya terbukti telah menyapu bisnis
para pedagang kecil.Seluruh bangunan muamalah itu bukan wacana apalagi utopia. Umar
Ibrahim Vadillo merujuk dan mengumpulkan berbagai praktik historis yang sukses
diamalkan oleh generasi umat Islam pertama di Kota Madinah al-Munawarah pada masa
kepemimpinan Rasululah SAW dan berketerusanhingga tiga generasi berikutnya: sahabat,
pengikut (tabi’un) dan setelah pengikut (tabi’ut-tabi’in). Di Indonesia saat ini, berbagai
aspek muamalah itu mulai diterapkan.

Sejak tahun 2001, misalnya, koin dinar-dirham telah dicetak dan beredar diIndonesia
melalui wakala – jaringan gerai penukaran rupiah ke dinar-dirham. Peredaran dan baku
mutu koin berbahan logam mulia itu berada dalam otoritas amirat yang menginduk ke
WITO. Selain itu, pasar terbuka Islam juga mulai di hidupkan. Beberapa di antaranya telah
digelar di Mesjid Salman ITB, Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Pesantren Daarut
Tauhid, Gegerkalong, dan Kampus UGM, Yogya. Seiring itu, komunitas pengguna dinar-
dirham juga kian bertambah luas. Menjadikan khasanah ‘Islam tradisional’ sebagai rujukan
memang keistimewaan karya-karyanya. Vadillo lahir, dibesarkan di Barat dan memahami
sejarah serta bangunan pemikiran Barat. Namun, setelah memeluk dan mempelajari Islam,
Vadillo tiba pada kesimpulan bahwa pola pikir, konsep ekonomi dan sistem
keuanganmoderen Barat berdiri kokoh pada pilar-pilar riba. Dalam sejumlah bukunya,
Vadillomembentangkan berbagai bukti dan temuannya betapa sistem ekonomi Barat telah
gagal menyejahterakan umat manusia. Daftar buku yang mengupas topik itu bisa terus
diperpanjang.

Heidegger for Muslim (2006) – ditulisnya bersama Abdalhaqq Bewley – mengurai


bagaimana metode dan konsep berpikir filsafat Barat (non-Islam) terbukti gagal mengatasi
pelbagai persoalan. Buku ini berasal dari materi perkuliahan yang diberikan Vadillo di
Dallas College. Bahkan, Vadillo juga menghindari pendekatan kelompok Islam modernis –
yang menurutnya telah melakukan kekeliruan karena mencampurkan cara pandang Barat
dalam memahami Islam. Modernisme Islam, tegas Vadillo, justru membuat umat Islam kian
terpuruk dalam kapitalisme. Saat sebagian umat Islam merayakan kemunculan bank syariah,
misalnya, Vadillo justru mengeritiknya. “Bank syariah adalah kuda troya dalam rumah
Islam,” tulisnya. Kritik serupa juga ia tujukan pada asuransi syariah, pasar modal syariah,
kartu kredit syariah dan pelbagai produk perbankan lainnya yang kini ramai dilabeli kata
“syariah”. Menurut Vadillo, “Semua labelilasi syariah itu hanya merupakan upaya
terselubung sekelompok pihak untuk melemahkan perlawanan Islam menentang riba selama
14 abad”. Sungguh, ini adalah kritik yang tajam. Bukunya yang lain, Esoteric Deviation in
Islam (2003), Vadillo menunjukkan lebih detil berbagai potret modernisasi di dunia Islam
itu kian membuat umat Islam terpinggirkan. Pada buku setebal seribu halaman itu
digambarkan, Islam sama sekali tidak membutuhkan modernisme. Alih-alih modernisme
Islam mampu menghapus kapitalisme, yang terjadi justru hukum Islam telah diselewengkan
untuk memperkaya sistem kapitalisme itu sendiri.

Hanya Islam, tanpa pengaruh modernisme, sebagai satu-satunya jalan untuk


ditempuh. “Islam bukan anti Barat. Islam hanya untuk bertakwa kepada Allah” tegas
Vadillo. Kentalnya warna Islam dalam karya-karya Vadillo serta kegigihannya dalam
berdakwah, tidak bisa dilepaskan dari peran Syeikh Dr Abdalqadir as-Sufi, mursid tarikat
Shadiliah-Darqawi yang menjadi gurunya. Dari Syeikh as-Sufi, Vadillo mendalami fikih,
muamalah, dan tasawuf. Sebelumnya, Vadillo menimba ilmu di Augustinian College dan
Universitas Madrid. Syeikh as-Sufi juga dikenal sebagai pemimpin Murabitun World Wide,
komunitas muslim Eropa yang kini mengajar dan menetap di Cape Town, Afrika Selatan.
Dia menulis berbagaiartikel dan lusinan buku melingkupi berbagai topik; fikih, muamalah,
tasawuf, politik, prosadan novel. Sebagaimana Vadillo, murid-murid Syeikh as-Sufi yang
banyak tersebar di berbagai negara di dunia – termasuk Indonesia — juga gencar
menyuarakan perlawanan atasriba dan menyerukan umat Islam kembali pada muamalah
Uang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem ekonomi moneter
modern.

Ekonomi modern tidak akan pernah mencapai tingkat Pengembangannya tanpa


adauang. Uang dalam roda pembangunan ekonomi, ibarat sebagai “roda” dalam Putaran
industri. Pentingnya uang ini muncul karena Adanya dorongan kegiatan pertukaran,
sehingga uang pada mulanya dijadikan sebagai alat tukar. Ekonomi modern dengan semua
kompleksitasnya tidak dapat dipisahkan dengan media alat tukar, yaitu uang. Uang itu
sendiri tidak memberikan kegunaan, melainkan fungsi uanglah yang memberikan kegunaan.
Namunapabila menyetujui penggunaan sesuatu benda sebagai uang, haruslah dibarengi
pemahaman bahwa uang memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Mempunyai kestabilan nilai (Stability of value)


b. Mudah dibawa-bawa

c. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya

d. Tahan lama

e. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)

f. Bendanya mempunyai mutu yang sama.

Berdasarkan kepustakaan teori moneter mengenai uang dikenal mempunyai empat


fungsiterdiri dari dua peranan yang mendasar dan dua sebagai tambahan, yakni diantaranya:

(1) Alat tukar – menukar (Medium of Exchange)

Apabila pengertian alat tukar menukar yakni sebagai alat pembayaran, maka
dengansendirinya tertarik konsentrasi pada uang sebagai ukuran nilai. Hal ini perlu
dipahami yakninilai uang selalu berubah dan sifatnya tidak tetap. Dalam sebuah
pertukaran, komoditi denganuang tidak selalu tetap dan stabil.

(2) Alat penyimpanan nilai / daya beli (Store of Value)

Pemahaman fungsi uang mempengaruhi Simpanan, maka orang yang


menumpuk uang berartiTelah mengumpulkan nilai materi sampai uang Tertumpuk
itu mencapai kekuatan daya beli.Hal ini Tercermin tidak puas apabila tidak
mempunyai rumah,Mobil, emas, tanah dansebagainya, artinya uang harus Bisa
menyimpan daya beli atau “nilai” yang dapat Diperuntukkan dimasa yang akan
datang meskipun dayaTukar dimasa itu berubah.

(3) Satuan Hitung (Unit of account)

Unit of account yakni uang sebagai alat yang Digunakan untuk


menunjukkan nilai barang dan jasa Juga besarnya kekayaan berdasarkan
penentuan harga Barang tersebut.

(4) Ukuran untuk pembayaran masa depan (Standard For deferred payments)

Transaksi dalam perekonomian tercermin pada Pinjam meminjam atau


transaksi kreditartinya barang Sekarang dibayar dihari kemudian dengan kata
lain“uang sekarang” dibayardengan “uang kemudian”.

Lazimnya uang sah yang sekarang beredar Berbentuk uang tandaatau uang kertas
(fiat money) yang tidak mempunyai nilai barang (kecuali sebagai Selembarkertas yang
dibumbuhi gambar-gambar Tertentu dengan nominal yang disepakati). Masa sekarang
umumnya negara-negara Mempunyai mata uang yang terbuat dari kertas. Tentunya ada
beberapa alasan mereka menggunakan Fiat Money, diantaranya uang tersebut dapat dilipat,
terutama biaya pembuatan mata uang kertas lebih murah dibandingkan pembuatan mata
uang logam dan juga kebutuhan suatu negara akan mata uang bertambah, maka kebutuhan
tersebut dapat dipenuhi dengan mudah mencari bahan baku kertas. Ini terbukti bahwa Fiat
Money tidak memiliki nilai instrinsiknya, lalu mengapa masyarakat menerima itusemua.
Uang kertas (fiat money) yang kita pakai, itu hanya mengandalkan nilainya
padakepercayaan dan pengakuan otoritas negara. Dalam hal ini, pemerintahlah
yangBerwenang atau hak monopoli dalam menentukan Bentuk mata uang apapun. sesuatu
alat penukar yang dinyatakan pemerintah sebagai alat penukar, tentu akan diterima oleh
masyarakat yang mengakui pemerintah Yang bersangkutan. Jadi jika mata uang kertas telah
dinyatakan oleh pemerintah yang berlaku, maka massyarakat akan menerima secara
terbukasebagai mata uang, walaupun kelaziman melukis bahwa uang hanya di definisikan
diantaranya :

(1) sebagai uang kas;

(2) Mata uang sebagai alat transaksi;

(3) deposito bankumum.

Pertanyaan besar bagi kita sebagai muslim, apakah mata uang yang selama ini kita
jalankan membawa sistem yang berkeadilan, membawa keuntungan dan berdampak
keberkahan. Fakta menunjukkan bahwa sistem kebijakan moneter (moneter policy) ini
memberikan duka bagi negara-negara berkembang khususnya Indonesia. Indonesia sedang
dalam keadaan krisis yang parah. pertumbuhan ekonomi yang lambat, kemiskinan terus
bertambah, penganggurantak urung berkurang, maka inilah dampak apabila kita tetap
mempertahankan sistem yang tak pasti. Inflasi salah satu fenomena ekonomi yang
berdampak sangat besar khususnya terjadi dinegara - negara berkembang yang sedang giat-
giatnya membangun dan meraup investasi modal yang berasal dari asing seperti impor bahan
secara besar-besaran bagi industri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Inflasi yang
terjadi di Indonesia mengandung implikasi bahwa salah satu segi kebijakan moneter yakni
uang tidak dapat berfungsi sebagai hitungan yang adil dan benar. Stabilitas dalam nilai mata
uang harus menjadi tujuan kerangkareferensi Islam, karena penekanan Islam yang begitu
tegas kepada kejujuran dan keadilan dalam interaksi antar manusia. Hal itu menyebabkan
orang berlaku tidak adil terhadap orang lain, meskipun tidak disadarinya dengan merosotnya
daya beli aset-aset moneter secara tidak diketahui.

C. Kembalinya Mata Uang Dinar dan Dirham

Disadari atau tidak ternyata perekonomian Indonesia makin lama makin tidak bisa
menentukan arah struktur ekonomi. Hal ini dikarenakan bahwa krisis moneter yang kita
alami diawali beberapa soal. Terlihat rapuhnya nilai mata uang kita yang sering mengalami
depresiasi yakni menurunnya mata uang terhadap dollar. Melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar ($) Amerika Serikat berdampak cukup luas karena otoritas moneter juga
melakukan kebijakan uang ketat, maka berdampak pada masyarakat, baik pengusaha
maupun sektor rumah tangga terkena masalah kedua kalinya baik uang rupiah melemah dan
juga langkanya uang rupiah di pasaran. Tentu saja banyak orang yang gusar, mengapa
perekonomian bisa terpuruk hanya karena nilai mata uang yang berubah. Cecep Maskanul
Hakim mengungkapkan bahwa di dalam sejarah Islam belum pernah terjadi krisis semacam
itu. Mata uang memang relatif stabil manakala nilainya masih disandarkan pada emas.
Perkembangan dunia saat ini, beberapa negara khususnya bagian timur tengah sedang
mencari solusi besar mata uang bagi umat keseluruhan yang adilkhususnya umat Islam. Pada
tanggal 18 Agustus 1991 lahirlah sebuah fatwa penting dan bersejarah, berjudul: "Fatwa
Concerning the Islamic Prohibition of Using Paper-Money as a Medium of Exchange atau
fatwa tentang larangan pemakaian uang kertas sebagai alat tukar" oleh karya Umar Ibrahim
Vadillo. Maka setelah meneliti dengan seksama berbagai aspek dari mata uang kertas, Umar
Ibrahim Vadillo pendiri Organisasi Murabithun Internasional dan umat Muslim Eropa
mencetak kembali mata uang yang menggunakan emas dan perak atau dengan kata lain
dinardan dirham.

Untuk pertama kalinya mengulang sejarah dengan mencetak dinar dan dirham pada
tahun 1992 dilakukan di tempat kota bersejarah umat Islam, khususnya Eropa yakni
Granada, Spanyol. Dan lalu menyebar di beberapa negara lainnya, seperti di Dubai-Uni
Emirat Arab. Pada tahun 2001 Bank Islam Dubai dan Thomas Cook Al - Rostamani
Exchange Co, resmi meluncurkan dinar dan dirham dalam perdagangan valuta asing di
seluruh negeri.Sebagai bentuk apresiasi dari semua itu, maka di Indonesia terdapat beberapa
tempat yang disebut dengan wakalayang mana bertransaksi dengan menggunakan mata uang
dinar (emas) dan dirham (perak). Hal tersebut diatas menjadi sebuah latar belakang bahwa
bertransaksi berbasis dinar dan dirham, perlu dilakukan sebagai percontohan yang diangkat
adalah wakala Adina di kota Depok dan gerai Nur Dinar di Cirebon merupakan salah satu
bentuk kongkrit yang menggunakan transaksi berbasis mata uang dinar dan dirham. Pokok
pemikiran di atas, wilayah penelitian ini termasuk dalam wilayah kajian makro ekonomi
Islam yang menelaah fungsi uang yang berbentuk mata uang dinar dan dirham. Batasan
masalah persoalan besarmengenai kemerosotan nilai mata uang, disebabkan bukan dari mata
uang rupiah itu sendiri tapi yang mendominasi masalah ini yakni menggunakan sistem
pemakaian uang kertas.

Bukankah solusi mata uang dinar dan dirham lebih stabil dibandingkan mata uang
kertas, karena mata uang tersebut memiliki nilai instrinsiknya sehingga kekayaan suatu
negaraditentukan oleh banyaknya kandungan emas dan perak didalamnya, bukan hanya
semata-mata didorong oleh kepentingan politik yang menjadikan keterpurukan suatu negera
tertentu.Hal tersebut tidak adil, negara kaya akan menjadi kaya dan negara miskin yang
harus menanggung semua dari kekuasaan tertentu.

D. Konsep Uang, Dinar dan Dirham dalam Kilasan Sejarah

Uang adalah inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi uang sangat
strategis dalam sistem ekonomi dan sulit digantikan dengan variabel lainnya. Bisa dikatakan
bahwa uang merupakan bagian yang terintregasi dalam sistem ekonomi. Uang merupakan
alat tukar standar, alat ukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan Pemerintah
suatu negara berupa uang kertas, emas, perak atau logam lain yang dibentuk dan gambar
tertentu. Menurut Sulaiman Rasyid uang merupakan segala sesuatu yang dapat diterima oleh
masyarakat umum sebagai alat tukar di dalam lalu lintas perekonomian. Sedangkan menurut
jumhur fuqoha mazhab Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah adalah: “Sesuatu yang naluri
manusia cenderung kepadanya dan dapat diserahterimakan dan orang lain terhalang
menggunakannya”.

Berdasarkan pada definisi di atas, dapat kita ketahui bahwa setiap benda, apapun
bentuk benda yang memiliki fungsi sebagai alat tukar disebut uang, dengan catatan benda
tersebut dapat diterima oleh masyarakat umum sebagai alat tukar dan tidak alasan orang lain
tidak menerimanya sebagi alat pembayaran. Selanjutnya ada pendapat yang menyatakan
bahwa untuk menguji apakah suatu benda dapat di katakan uang adalah dengan melihat
apakah benda tersebut dapat segera dibayarkan tanpa menukarnya lagi dengan barang lain
dan tanpa menunggu kesediaan orang lain untuk menerimanya. Lebih jauh, sesuatu benda
harus memenuhi beberapa syarat agar ia berfungsi sebagai uang yang baik, yaitu: Memiliki
nilai tertentu, Tidak mudah rusak, Mudah dibawa, pembagian atasnya tidak merusak
nilainya.

Untuk menunjukkan uang atau fungsinya, al-Quran menggunakan beberapa istilah,


antara lain dirham, dinar, emas dan perak. Kata dirham hanya disebutkan satu kali, yaitu
dalam QS. Yusuf (12) ayat 20.

Dalam ayat ini selain dikemukakan dirham sebagai mata uang dan fungsinya sebagai
alat pertukaran, disinggung juga bahwa penggunaan dirham di kalangan masyarakat saat itu
berpatokan pada jumlah atau bilangan, bukan pada nilainya. Sebagaimana dirham, kata dinar
hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS. Ali Imran (3) ayat 75.

Pada masa rasulullah tidak pernah mencetak dinar dan dirham sendiri. bahkan
sepanjang kehidupannya Nabi SAW tidak pernah merekomendasikan perubahan apapun
terhadap mata uang, artinya Nabi SAW dan para sahabat yang menjadi khalifah sesudahnya
membenarkan praktek ini. standarisasi berat uang dinar dan dirham mengikuti hadist
Rasululah SAW, ‘timbangan adalah timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah
takaran penduduk Madinah’. Baru pada tahun 79 M masa khalifah Abdul Malik Bin Marwan
dicetak dinar dan dirham khusus dengan lafad Islam yang khas. Uang dinar yang
dipergunakan adalah setara 4,25 gram emas 22 karat dengan diameter 23 milimeter. Standar
ini telah ditetapkan pada masa Rasulullah dan dipergunakan oleh World Islamic Trading
Organization (WITO) hingga saat ini. Sedangkan uang Dirham setara dengan 2.975 gram
perak murni. Dinar dan Dirham adalah mata uang yang berfungsi sebagai alat tukar baik
sebelum datangnya Islam maupun sesudahnya.

Dinar dan dirham bukanlah mata uang tunggal atau mata uang resmi orang Islam
atau di negara Islam. Sebelum kemudian disahkan oleh Rasul sebagai mata uang yang sah
dalam dunia Islam, dinar dan dirham adalah mata uang yang digunakan oleh bangsa Roma
dan Persia. Dinar Roma telah banyak beredar di kalangan penduduk Mekkah, begitu pula
halnya dengan dirham Persia. Bangsa Arab menyebut uang emas pada saat itu dengan istilah
al-Ain, sedangkan uang perak disebut al-Wariq
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Umar Ibrahim Vadillo adalah salah seorang murid Syeikh ‘Abd al-Qadr al-
Sufi,cendekiawan muslim asal Spanyol yang tidak pernah lepas dari dinar. Vadillo adalah
pelopor kembalinya dinar juga dirham di abad modern ini. Tahun 1992, Vadillomencetak
kembali dinar-dirham di Granada. Dinar adalah koin emas 22 karat seberat4,25 gram.
Dirham, koin perak 2,9 gram. Spesifikasi ini merujuk standar yangditetapkan Khalifah Umar
ibn al-Khattab. Selama 14 abad, dinar-dirham berjayasebagai alat tukar di negeri-negeri
muslim. Vadillo menyebutkan bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi adalah fenomena
pasar keuangan yang menerapkan konsepribawi sehingga memungkinkan seseorang
mendapatkan keuntungan tanpa adanya‘iwad (ganti). Ia menyebutkannya sebagai ekonomi
spekulatif yang besaran uangnya100 kali lebih besar dari ekonomi riil. Dari penjelasan
inilah, latar belakangmunculnya pemikiran ekonomi Dinarist yang juga memiliki kesamaan
dengan latar belakang yang mempengaruhi munculnya ekonomi Islam, Umar Ibrahim
Vadillo pendiri Organisasi Murabithun Internasional dan umat Muslim Eropa
mencetakkembali mata uang yang menggunakan emas dan perak atau dengan kata lain
dinardan dirham. Untuk pertama kalinya mengulang sejarah denganmencetak dinar
dandirham pada tahun 1992 dilakukan di tempat kota bersejarah umat Islam,
khususnyaEropa yakni Granada, Spanyol. Dan lalu menyebar di beberapa negara lainnya,
sepertidi Dubai - Uni Emirat Arab. Pada tahun 2001 Bank Islam Dubai dan Thomas Cook
Al-Rostamani Exchange Co., resmi meluncurkan dinar dan dirham dalam perdagangan
valuta asing di seluruh negeri. Sebagai bentuk apresiasi dari semua itu, maka di Indonesia
terdapat beberapa tempat yang disebut dengan wakalayang mana bertransaksi dengan
menggunakan mata uang dinar (emas) dan dirham (perak).
DAFTAR PUSTAKA

Agustianto. Percikan Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Cita Pustaka Media, danFKEBI-
IAIN.SU, 2002.

Ahmad Z (et.all). Money and Banking in Islam. Jeddah: International Center forResearch in
Islamic Economics, 1983

Ali, K. Sejarah Islam :Tarikh Pramodern. A Study of Islamic History. Jakarta: Raja
Grafindo, 2000)

Ahmad Z (et.all). Money and Banking in Islam. Jeddah: International Center forResearch in
Islamic Economics, 1983.

Ali, Wijdan. The Arab Contribution to Islamic Art from The 7th – 15th . Jordan:
TheAmerican University in Cairo Press & The Royal Society of Fine Arts, 1999.

Dinar Dirham Problematika Mata Uang Solusi Ditengah Krisis,Diana Ambarwati,Institut


Agama Islam Negeri Metro Lampung

Anda mungkin juga menyukai