Anda di halaman 1dari 4

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN MILITER


DAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Jalan Jenderal A. Yani Kavling 58 (Lt. 9 – 10) By Pass Jakarta 10510
PO BOX 1148
Telepon (021) 29079=177 (Hunting) Fax (021) 3505193
Laman: https://ditjenmiltun.mahkamahagung.go.id

NOTULA
Tanggal : 24 s.d 26 Mei 2023
Pukul : WIB s.d. Selesai
Tempat : Grand Zuri, Yogyakarta
Agenda : Bimbingan Teknis Akses Keadilan dan Perlindungan Bagi Perempuan Yang
Berhadapan Dengan Hukum Dalam Proses Peradilan Di Lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara
Peserta :

Pelaksanaan:

1. Konsep Kesetaraan Gender dan Permasalahan Perempuan Berhadapan


Dengan Hukum

Moderator: Hery Abduh, S.H., M.H.


Narasumber:
Diskusi:
Penanya/Penanggap Pertanyaan

Tanggapan
Hujja Tulhaq, S.H., 1. Terkait konsep kesetaraan gender, perlu untuk dijelaskan
M.H. lebih lanjut. Kesetaraan merupakan kondisi keseimbangan
antara laki-laki dan perempuan, mencakup peran dan
(PT. TUN tanggung jawab yang sama. Selama ini perempuan tidak
Palembang) dianggap setara dengan laki-laki. Konsep kesetaraan gender
mesti diterapkan secara kontekstual, tidak hanya sekedar
tekstual.
Apakah parameter kesetaraan gender dan contoh
penerapannya?

Jawaban:
Parameter kesetaraan gender digunakan dalam
pembentukan Per UUan yang dijadikan guidance dan tools
untuk mewujudkan kesetaraan gender pada setiap kebijakan
termasuk pembentukan regulasi. Kami memberikan masukan
terhadap berbagai Perda yang diskriminatif (sejumlah 436)
dan kami merekomendasikan untuk melakukan perubahan
terhadap pasal-pasal yang bermasalah tersebut. con

Mariana Ivan Junias, 1. Pada UU no 7 Tahun 2017, hanay mengatur 30%


S.H., M.Hum. keterwakilan perempuan dari partai politik.apa terobosan dari
KPPA
(PTUN Surabaya) 2. Terkait dispensasi kawin, terdapat penurunan standar
menjadi 19 tahun. Apabila dispensasi kawin diperketat, maka
permasalahan yang tikbul adalah status anak daripada anak.
3. Terkait kasus pemberhentian tidak hormat, PNS yang
melakukan pernikahan secara siri yang diproses atasannya
lalu diberhentikan. Terdapat juga kasus pemerkosaan, saksi
yang dihadirkan tidak dilakukan secara tertutup. Karena
objeknya adalah surat pemberhentiannya. Kalau untuk
dilakukan secara tertutup TUN belum dapat melaksanakan.
4. KPPA tidak meminta atau jarang meminta pelaku kekerasan
yang berkedudukan sebagai PNS untuk diberhentikan.
5. Terdapat kejadian dimana laki-laki sebagai korban KDRT.
Terhadap korban laki-laki, bagaimana KPPA memberikan
perlindungan terhadap kaum laki-laki.

Jawaban:
Dalam memberikan penghoramatan herhadap HAM, maka
korban laki-laki tetap kami tangani. Namun kami rujuk ke
Lembaga yang bisa memberikan pendampingan dan yang
bisa membantu memenuhi hak-haknya sebagai korban.

Terhadap oknum ASN yang melakukan Tindakan kekerasan,


kami akan mengeluarkan rekomendasi untuk diberhentikan.
Termasuk juga terhadap ASN yang melaksanakan
pernikahan tanpa Izin kawin. Sehingga tidak ada toleransi,
apabila memang terbukti bersalah maka akan kami
rekomendasikan untuk diberhentikan.

H. Eddy Nurjono, 1. Sejauh mana hubungan kementeriaan PPA dengan peradilan


S.H., M.H. pidana. Terkait dengan putusan yang dibacakan terbuka
untuk umum, yang diatur dalam hukum acara. Langkah apa
(PT.TUN Surabaya) yang dilakukan KPPA terkait dengan proses peradilan
(terutama perkara pidana) tentang tata cara berperadilan di
perkara pidana yang affirmatif terhadap perempuan yang
menajdi korban.
Usulan: Pada proses pidana yang berkaitan dengan
perempuan, KPPA untuk dapat mengusulkan ke MA agar
komposisi hakim yang mengadili dapat menggunakan
formasi 2 banding 1 (2 perempuan dan 1 laki-laki)
Jawaban:
Selama ini KPPA bila menangani kasus, kami berkordinasi
dengan Pokja TPPA. Pada forum itu kami memberikan
masukan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan.
Pada proses hukum yang tidak responsif dan terdapat
kejanggalan dalam proses peradilan kami bersurat dan
berkoordinasi pada KY dan MA.
Pada kasus kekerasan seksual di UNSRI dan UNRI, kami
juga bersurat pada MA, dengan klausul “tanpa mengurangi
indepedensi dari peradilan” lalu kami memberikan usulan.
Sudarti Kadir, S.H. 1. Pada Indonesia bagian timur, dominasi laki-laki sangat tinggi.
Di NTT terdapat adat/kebiasaan timur, ketika perempuan itu
(PTUN Kupang) menikah, dia tidak lagi mendapatkan hak-haknya dari
keluarga (kewarisan). Apabila anak tersebut ingin menuntut
harta dari orang tua, bagaimana perspektif dari KPPA.
Jawaban:

Untuk permasalahan perdata, kami menunjuk ahli perdata


untuk mendampingi korban. Memang kadang hukum adat
tidak beriringan dengan hukum negara. KPPA telah
mendorong diberhentikannya kawin tangkap di NTT. Kawin
tangkap mesti dilakukan secara terhormat. Akhirnya lahir
kesepakatan bersama dengan warga adat di NTT terkait.
Closing Statement Terimakasih atas diskusi ini. Bagi KPPA tidak ada toleransi sekecil
apapun terhadap kekerasan terhadap perempuan. Dan untuk
memastikan perlindungan perempuan yang berhadapan dengan
hukum, diperlukan koordinasi dan kesungguhan segenap institusi
terkait bekerjasama untuk dapat terwujud.

2. Internalisasi Perma 3 Tahun 2017 Tentang Pedoman Mengadili Perkara


Perempuan Berhadapan Dengan Hukum Di Peradilan TUN

Moderator:
Narasumber: Dr. H. Bambang Heriyanto, S.H., M.H.(Wakil Ketua PT.TUN Palembang)
Diskusi
Penananya/ Pertanyaan Tanggapan
Penanggap
3. Pemberian Akomodasi Yang Layak Bagi Kaum Rentan Di Dalam Proses
Persidangan

Moderator:
Narasumber: Rini Rindawati, S.H. (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel Dan Anak)
Diskusi
Penanya/Penanggap Pertanyaan Tanggapan

Notulis 1, Notulis 2,

Anda mungkin juga menyukai