Anda di halaman 1dari 45

Laporan Akhir

Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. DATA ADMINISTRASI PEKERJAAN


Nama Kegiatan : Pengadaan Sarana Prasarana Kantor Pada Balai
TAHURA Provinsi Banten
Nama Pekerjaan : Jasa Konsultansi Perencanaan DED Gedung Balai
TAHURA Provinsi Banten
Lokasi Pekerjaan : Provinsi Banten
Konsultan Perencana : CV. VERTICAL HORIZON
Waktu Pelaksanaan : 60 (Enam Puluh) Hari Kalender
Instansi Pelaksana : Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Sumber Dana : APBD Provinsi Banten
Tahun Anggaran : 2017

1.2. LATAR BELAKANG


Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, pengertian Taman Hutan Raya (TAHURA)
adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau
satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- |1


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan


sejak tahun 2006 telah melakukan upaya-upaya dalam mewujudkan
terbentuknya TAHURA di Provinsi Banten, upaya-upaya tersebut antara lain
dengan melakukan kajian terhadap calon-calon lokasi TAHURA, dan dari
hasil kajian tersebut Kawasan Hutan Carita sangat cocok untuk dijadikan
Taman Hutan Raya (TAHURA) karena memiliki kekhasan ekosistem, baik
ekosistem alami atau buatan, ekosistem pantai dan hutan pegunungan,
serta memiliki aksesibilitas dalam rangka pengembangan wisata alam
berbasis hutan.

Pada tahun 2011 Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan


Nomor : SK.95/Menhut-II / 2011 tanggal 14 Maret 2011 tentang
Pembentukan Tim Terpadu dalam Rangka Penelitian Usulan Perubahan
Fungsi Calon Kawasan TAHURA, selanjutnya pada tahun 2012 Menteri
Kehutanan mengeluarkan persetujuan prinsip melalui surat  Nomor : S.
133/Menhut-VII/2012, tanggal 7 Maret 2012 yang menerangkan bahwa
Kementerian Kehutanan pada prinsipnya dapat menyetujui perubahan
fungsi Hutan Produksi Terbatas seluas ± 833 Ha, Hutan Produksi Tetap
seluas ± 662 Ha dan Taman Wisata Alam ± 95 Ha menjadi TAHURA seluas ±
1. 590 Ha yang terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Menteri Kehutanan melalui surat keputusannya Nomor : SK.221/Menhut-


II/2012 tentang “Perubahan Fungsi antara Fungsi Pokok dari Kawasan
Hutan Produksi Terbatas seluas ± 833 (Delapan Ratus Tiga Puluh Tiga)
Hektar, dan Hutan Produksi Tetap seluas  ± 662 (Enam Ratus Enam Puluh
Dua) Hektar, serta Perubahan Fungsi dalam Fungsi Pokok dari Taman
Wisata Alam (TWA) Carita seluas ± 95 (Sembilan Puluh Lima) Hektar
menjadi Taman Hutan Raya seluas ± 1.590 (Seribu Lima Ratus Sembilan
Puluh) Hektar yang terletak di Kelompok Hutan Gunung Aseupan,
CV. VERTICAL HORIZON Hal- |2
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan Nama Taman Hutan Raya


Banten” yang diterbitkan pada tanggal 4 Mei 2012.  Hal ini menandai telah
ditunjuknya kawasan TAHURA di Provinsi Banten seluas ±1.590 Ha yang
terletak di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang.

Sebagaimana kita ketahui bersama, sebelumnya Provinsi Banten


merupakan satu-satunya Provinsi se Wilayah Mitra Praja Utama (MPU)
yang belum mempunyai TAHURA, sehingga dengan telah ditunjuknya
TAHURA Banten melalui Surat Keputusan Menteri tersebut, Provinsi
Banten resmi memiliki TAHURA.
Nama “TAHURA BANTEN” diambil dengan pertimbangan bahwa TAHURA
tesebut merupakan milik seluruh masyarakat Banten sehingga diharapkan
timbulnya rasa memiliki, menjaga dan ikut serta dalam usaha
pengembangannya.

Sesuai dengan peraturan tata ruang, penunjukan TAHURA tersebut


menjadikan kawasan lindung di Provinsi Banten bertambah, hal ini
dikarenakan adanya perubahan fungsi kawasan hutan dari hutan produksi
(kawasan budidaya) menjadi TAHURA (kawasan lindung) seluas ± 1.495 Ha.
Keberadaan TAHURA di Provinsi Banten bermanfaat bagi kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi. Adapun  langkah-langkah yang akan dijalankan
dalam pembangunan TAHURA tersebut diantaranya pembentukan
kelembagaan berupa Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TAHURA,
menjalin kerjasama dengan para pihak dalam pengelolaan dan
pemanfaatan, pembangunan sarana dan prasarana penunjang serta hal-hal
lainnya yang dapat menjadikan TAHURA Banten sebagai model
percontohan nasional dalam pengelolaan kawasan pelestarian alam.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- |3


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Pembangunan Tahura sudah dimulai pada Tahun 2011, dimana seluruh


kegiatan yang dilaksanakan di Tahun 2011 sudah selesai dilaksanakan
dengan baik, dari mulai kegiatan reboisasi dan rehabilitasi hutan dan lahan,
begitu juga dengan kegiatan pendukung lainnya. Tentunya dengan
keberhasilan kegiatan ini akan dapat diteruskan dengan kegiatan pada
tahun-tahun berikutnya. Sehingga pada akhirnya kegiatan pembangunan
Tahura dapat benar-benar memberikan manfaat bagi kelestarian
lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Banten.
Pada Tahun 2014 Tahura Provinsi Banten melalui Keputusan Menteri
Kehutanan RI No.SK.3108/Menhut-VII/KUH/2014 Tanggal 14 april 2014
memiliki luas sekitar 1.595 Ha. Kegiatan awal yang bersifat multidisiplin
dan terpadu untuk perencanaan Tahura adalah kegiatan penataan Ruang
atau zonasi/blok fungsi, kajian potensi, kajian penyusunan rencana tata
letak , desain fisik, rencana pengelolaan detail dan kegiatan fisik secara
terpadu.

Melalui kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Kantor pada Balai TAHURA


Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (DLHK) sebagai upaya untuk melengkapi sarana prasarana
Tahura dan untuk keberlanjutan TAHURA akan melaksanakan pekerjaan
Perencanaan DED Gedung Balai TAHURA pada tahun anggaran 2017.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan ini adalah untuk Memberikan arahan dan gambaran
yang jelas tentang rencana pembangunan Gedung Balai TAHURA dalam
rangka mengendalikan kualitas dan kuantitas pekerjaan sehingga
pembangunan dapat terlaksana secara tepat sasaran, tepat waktu, biaya
dan kualitas yang diharapkan.
CV. VERTICAL HORIZON Hal- |4
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Tujuan dari kegiatan ini adalah:


1. Untuk memberikan arahan tentang tata letak bangunan/gedung
/perkantoran/ yang memenuhi syarat- syarat teknis.
2. Untuk memberikan/menghasilkan arahan Desain Bangunan Sarana
Prasarana Gedung Balai Tahura secara interior maupun eksterior yang
dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengelolaan Tahura yang
memenuhi syarat-syarat teknis.
3. Menyiapkan Gambar kerja teknis berupa dokumen pengadaan untuk
pekerjaan konstruksi Gedung Balai TAHURA

Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah :


1. Tersedianya dokumen perencanaan Gedung Balai TAHURA yang
memenuhi standar perencanaan
2. Menyiapkan gambar kerja /teknis berupa dokumen pengadaan untuk
pekerjaan konstruksi pembangunan Gedung Balai TAHURA.

1.4. LINGKUP PEKERJAAN


1.4.1. Lingkup Wilayah Pekerjaan
Lokasi pekerjaan ini terletak di Kawasan TAHURA Provinsi Banten

1.4.2. Lingkup Materi Kegiatan


1. Melakukan Survey Pendahuluan meliputi:
1) Mengumpulkan dan mereview data sketsa situasi daerah rencana
konstruksi dan sekitarnya, berupa foto situasi yang ada dengan
gambaran kondisi existing.
2) Mengumpulkan dan mereview data mengenai
bahan-bahan/material maupun peralatan yang tersedia yang dapat
menentukan jenis konstruksi.
CV. VERTICAL HORIZON Hal- |5
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3) Mengumpulkan dan mereview data harga satuan


bahan-bahan/material di lokasi.
4) Mengumpulkan data-data skunder lainnya yang diperlukan dan
dianggap penting.

2. Survey dan Analisa Data Lapangan


1) Pengukuran topografi dilakukan di daerah rencana konstruksi yang
diperlukan dalam pembuatan rencana detail, sesuai dengan
kebutuhan perencanaan teknis.
2) Pekerjaan pengukuran ini meliputi pekerjaan-pekerjaan:
- Pengukuran awal dengan penandaan
- Perhitungan dan penggambaran peta
3) Gambar ukur yang berupa gambar situasi harus di gambar pada
kertas milimeter skala 1 : 1.000. ketinggian titik detail harus
tercantum dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan yang
penting. Titik ikat atau titik mati serta titik ikat baru harus
dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus.

3. Desain
Pra Desain meliputi : Pemilihan type dan material konstruksi harus
didasarkan pada pertimbangan dari segi ekonomi, kondisi setempat,
tingkat kebutuhan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya.
1) Penggambaran
Gambar pra rencana harus dibuat dengan jelas dan lengkap
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Rencana diplot diatas situasi/lay out dengan letak bangunan
konstruksi lama dan baru. Yang perlu digambar jelas adalah
pra rencana yang akan ditangani/dikerjakan, dan untuk

CV. VERTICAL HORIZON Hal- |6


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

membedakan dengan yang ada (existing) perlu ditunjukan


dengan garis terputus, skala gambar 1 : 5.000.
2. Gambar situasi dibuat dengan perbandingan yang
proporsional. Dengan menampilkan informasi umum disekitar
konstruksi tersebut.
3. Potongan penampang memanjang, skala 1 : 1.000 untuk
horizontal dan 1 : 100 untuk vertikal.
4. Potongan penampang melintang, skala 1 : 100 untuk
horizontal dan 1 : 50 untuk vertikal dengan stationing setiap
interval 25 M, ditikungan dan 50 M di bagian lurus.
5. Ukuran huruf dengan tinggi minimum 4 mm dan harus jelas.
2) Susunan Gambar Rencana meliputi:
1. Sampul luar (cover) dan sampul dalam
2. Lembar judul yang memuat denah konstruksi skala 1 : 5.000
3. Daftar isi
4. Peta Situasi Kawasan/ lokasi pembangunan
5. Site Plan dari bangunan-bangunan/sarana yang akan dibangun
6. Gambar potongan melintang dan memanjang
7. Gambar rencana konstruksi
8. Gambar-gambar detail konstruksi

4. Perhitungan Volume dan Perkiraan Biaya


1. Setiap pekerjaan konstruksi yang direncanakan harus dihitung
volume pekerjaan dan RABnya serta dikelompokkan dalam
beberapa pekerjaan utama.
2. Analisa harga satuan berdasarkan faktor-faktor: material, perlatan,
sosial, pajak, over head dan keuntungan yang berlaku di daerah
setempat.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- |7


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3. Kemudian selain hal tersebut diatas konsultan diwajibkan untuk:


Berkonsultasi dengan instansi terkait untuk memperoleh informasi
data sekunder dan masukan lain yang perlu.
4. Membuat jadwal kegiatan/rencana kerja secara detail dalam
jangka waktu yang ditetapkan.
5. Melakukan analisa data lapangan untuk masukan didalam
penyusunan desain.
6. Konsultasi berkala kepada pemberi tugas
7. Presentasi pekerjaan dilakukan/disesuaikan dengan tahapan
laporan

5. Menyusun RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)


Menyusun RKS dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku
dan melakukan pendampingan pada tahap pelelangan pekerjaan fisik,
selaku nara sumber pada saat rapat penjelasan (aanwijzing).

1.5. OUTPUT PEKERJAAN


Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Akhir
3. Dokumen Gambar Teknis
4. Dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB)
5. Dokumen Spesifikasi Teknis
6. Dokumen Pengadaan

CV. VERTICAL HORIZON Hal- |8


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

1.6. SISTEMATIKA PELAPORAN


 Bab I Pendahuluan
Memuat tentang latar belakang, maksud, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup pekerjaan, output pekerjaan dan
sistematika pelaporan.
 Bab II Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Bab ini akan menguraikan mengenai gambaran umum
wilayah, yang terkait dengan luas wilayah, sejarah kawasan,
Iklim, Topografi, ketinggian dan flora dan fauna yang ada di
kawasan Tahura.
 Bab III Landasan Teori dan Tahapan Perencanaan Gedung Balai
TAHURA Banten
Menguraikan standar teknis dan syarat- syarat teknis dan
tahapan perencanaan Gedung Balai Tahura
 Bab IV Hasil Perencanaan
Menyajikan uraian tentang hasil-hasil perencanaan yang
dilaksanakan, meliputi : kuantitas, spesifikasi dan biaya
pekerjaan fisik.
 Bab V Kesimpulan dan Sarana
Menyajikan uraian tentang kesimpulan dan saran yang
diberikan terkait hasil perencanaan.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- |9


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI
PERENCANAAN

2.1. Gambaran Umum Kawasan TAHURA


2.1.1. Letak dan Luas
Kawasan Tanaman Hutan Raya (TAHURA) berdasarkan adaministrasi
pemerintahan terletak di wilayah Kecamatan Carita, Kabupaten
Pandeglang. Dengan luas kawasan hutan : 1.595 Ha, berdasarkan
keputusan Menteri Kehutanan RI No. SK.221/Menhut-II/2012 Tanggal 4
mei 2012.
2.1.2. Sejarah Kawasan
Penggalian sejarah meruapakn satu cara untuk mengingat kembali apa
yang sudah terjadi di masa lalu, dari awal keberadaan kawasan hutang
gunung aseupan hingga kondisi sekarang. Penggunaan tokoh- tokoh
masyarakat dan aparat pemerintahan setempat sebagai tokoh kunci,
sangat membantu dalam penggalian yang dilakukan melalui wawancara
secara mendalam ataupun melalui diskusi terfokus. Informasi yang
didapat tidak hanya dari pihak masyarakat tapi juga dari dokumen-
dokumen yang terakit dengan lokasi dimaksud.
Tujuan dari penggalian ini adalah untuk melihat sejauhmana konflik
kepentingan yang terkjadi antara pemerintah dengan warga sekitar
kawasan hutan.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 10


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Peta 2.1
Peta lokasi Kawasan Tahura Banten

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 11


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

2.1.3. Aksesibilitas
Tahura banten dapat dicapai dari beberapa arah: antara lain: utara, timur
dan selatan.
Informasi aksesibilitas menuju Tahura Banten sebagai berikut:
N Arah/Jalur Lewat (dari-Ke) Panjang (Km)
o
1 Pusat Kota Pandeglang- Jalan Raya 43,00
Mandalawang- Kecamatan Carita- TAHURA
Pusat Kota Serang- Tol Jakarta –Merak- Cilegon- 67,00
Anyer- Kecamatan Carita- TAHURA

2.1.4. Ketinggian Kawasan


Kawasan tahura berketinggian 20 s.d 205 meter dari perukaan laut, pada
titik-titik tertentu memiliki pemandangan alam yang indah ke arah Carita
dan pantai anyer.
2.1.5. Iklim dan Cuaca
Keadaan alam wilayah tahura secara garis besar beriklim tropis dengan
suhu rata-rata 28°- 31° C. Keadaan iklim kawasan Tahura tersebut
termasuk type iklim C menurut klasifikasi schmidt dan ferguson. Curah
hujan rata- rata sekitar 3.000 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar
bulan agustus dan terbasah pada bulan januari. Intensitas penyinaran
matahari rata-rata 43% dan kelembaban nisbi±74%.
2.1.6. Jenis Tanah dan Geologi
Jenis yang terdapat di kawasan Tahura adalah aluvial terletak di bagian
selatan tahura, seperti litosol di bagian timur.
2.1.7. Topografi

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 12


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Keadaan topografi di kawasan Tahura menunjukan keadaan lapangan


yang bergelombang, berbukit sampai dengan bergunung dengan titik
tinggi 438 meter dari permukaan laut.
Sedangkan lahan sekitarnya untuk pertanian dan perkebunan di dominasi
oleh lahan begelombang sampai berbukit, dengan pemanfaatan untuk
pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Sedangkan lahan datar
ditemukan di wilayah permukiman, daerah aliran sungai sampai lembah
dengan kemiringan 0-15%
2.1.8. Flora dan Fauna
Data informasi flora dan fauna yang dilindungi diperoleh dengan jalan
mencatat nama jenis flora dan fauna yang ditemui pada unit/contoh jalur
ukur. Pencatatan jenis fauna ditemukan dilapangan dapat berupa wujud
fisik atau tanda- tanda seperti kotoran, jejak dan lainnya.
Selain itu dapat dilakukan dengan wawancara dengan para pekerja yang
membantu survey, masyarakat setempat atau mengutip dapat dan
informasi laporan- laporan dari petugas.
Terdapat jenis flora dan fauna yang endemik seperti: mahoni, jenis
anggrek dan non anggrek serta babi hutan, kera, ular dan beberapa jenis
lainnya.
2.1.9. Potensi Pemandangan
Dari titik area curug gendang dan curug putri yang berketinggian sekitar
200 meter diatas permukaan laut, dapat dilihat pemandangan air terjun
dengan jenis batuan yang sangat indah.

2.2. WILAYAH PERENCANAAN


Berdasarkan peraturan, besar area yang boleh dibangun pada kawasan
blok pemanfaatan ini adalah 10% dari luas wilayah kawasan blok
pemanfaatan. Prosentase ini mencakup seluruh area yang mengalami

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 13


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

perkerasan tidak menyerap air. Sehingga dengan demikian dapat dihitung


area maksimal yang dapat dibnagun sebesar 10%x390 Ha =39 Ha.
Balai Tahura (Kantor Pusat Pengelola) akan dibangun diatas lahan 12x20
m dengan bangunan berlatai 2 (dua). Diantara bangunan lainnnya
( Rumah Dinas, Shelter, Rumah Pohon, Balai Pertemuan, Mushola, Mess
Karyawan, Gudang dan Genset dan Toilet Umum).
Peta 2.1.
Peta Wilayah TAHURA Banten

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 14


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Peta 2.1.
Peta Blok /Zonasi TAHURA Banten

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 15


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

BAB III
LANDASAN TEORI DAN TAHAPAN
PERENCANAAN

3.1. URAIAN UMUM


Pada perencanaan suatu konstruksi bangunan gedung diperlukan
beberapa landasan teori berupa analisa struktur, ilmu tentang kekuatan
bahan serta hal lain yang berpedoman pada peraturan-peraturan yang
berlaku di Indonesia. Ilmu teoritis diatas tidaklah cukup karena analisa
secara teoritis tersebut hanya berlaku pada kondisi struktur yang ideal
sedangkan gaya-gaya yang dihitung hanya merupakan pendekatan dari
keadaan yang sebenarnya atau yang diharapkan terjadi.

Perencanaan adalah bagian yang penting dari pembangunan suatu


gedung atau bangunan lainnya. Survey dan penyelidikan tanah
merupakan tahap awal dari proyek. Perencanaan dari suatu konstruksi
bangunan harus memenuhi berbagai syarat konstruksi yang telah
ditentukan yaitu kuat, kaku, bentuk yang serasi dan dapat dilaksanakan
dengan biaya yang ekonomis tetapi tidak mengurangi mutu bangunan
tersebut, sehingga dapat digunakan sebagaimana fungsinya.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 16


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.2. RUANG LINGKUP PERENCANAAN


Ruang lingkup dari perencanaan ini adalah bangunan gedung Balai
TAHURA Provinsi Banten

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 17


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.3. TAHAPAN PERENCANAAN


Perencanaan sebuah konstruksi merupakan sebuah sistem yang
sebaiknya dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu agar konstruksi
yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.3.1. Tahap Pra-perencanaan ( Preliminary Design )
Pada tahap ini ahli struktur harus mampu membantu arsitek untuk
memilih komponen-komponen struktur penting, baik dimensi
maupun posisinya. Pada pertemuan pertama biasanya arsitek
akan datang membawa informasi mengenai :
a) Sketsa denah, tampak dan potongan-potongan.
b) Penjelasan dari fungsi setiap lantai dan ruangan. Konsep awal
dari sistem komponen vertikal dan horizontal dengan
informasi mengenai luas tipikal dari lantai gedung dan
informasi awal mengenai rencana pengaturan denah lantai
tipikal, daerah entrance, function room ruang tangga dan lain-
lain.
c) Rencana dari komponen-komponen non-struktural, misalnya
dinding arsitektural yang berfungsi sebagai partisi.

Berbekal dari informasi di atas seorang ahli arsitektur harus


mampu memberikan masukan mengenai :
1) Pengaturan komponen vertikal, termasuk jarak kolom, ukuran
kolom dan penempatan kolom.
2) Sistem komponen horizontal termasuk sistem balok dan
sistem lantai.
3) Sistem pondasi.
4) Usulan mengenai komponen non-struktural.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 18


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.3.2. Tahap Perencanaan, meliputi :


a) Perencanaan bentuk arsitektur bangunan Dalam perencanaan
arsitektur bangunan ini, seorang perencana belum
memperhitungkan kekuatan bangunan sepenuhnya. Dalam
perencanaan arsitektur ini, perencana merealisasikan
keinginan-keinginan dari pemilik bangunan sesuai dengan
desain yang diinginkannya.
b) Perencanaan struktur (konstruksi) bangunan
c) Dalam perencanaan struktur ini, perencana mulai menghitung
komponenkomponenstruktur berdasarkan dari bentuk
arsitektural yang telah didapat.Perencana mulai mendimensi
serta menyesuaikan komponen-komponenstruktur tersebut
agar memenuhi syarat-syarat konstruksi yang aman, kuat
dannyaman untuk ditempati namun masih berdasarkan
prinsip-prinsip yang ekonomis.
Struktur adalah suatu kesatuan dan rangkaian dari beberapa
elemen yang direncanakan agar mampu menerima beban luar
maupun berat sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk yang
melampaui batas persyaratan.
Ada dua struktur pendukung bangunan yaitu :
1) Struktur bangunan atas (Upper Structure)
Struktur bangunan atas harus sanggup mewujudkan
perencanaan dari segiarsitektur dan harus mampu menjamin
mutu baik dari segi keamanan maupunkenyamanan bagi
penggunanya. Untuk itu, bahan bangunan yang nantinya
akandigunakan sebagai bahan dasar dari konstruksi
hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Tahan Api.
- Kuat.
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 19
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

- Mudah diperoleh, dalam arti tidak memerlukan biaya


mobilisasi bahan yang demikian tinggi.
- Awet untuk jangka waktu pemakaian yang lama.
- Ekonomis, dengan perawatan yang relatif mudah.

Dari kriteria–kriteria yang tersebut diatas, maka sebagai


komposisi struktur utama dari bangunan ini menggunakan
struktur beton bertulang.

Perhitungan perencanaan untuk bangunan struktur atas ini


meliputi :
a) Perhitungan Pelat Lantai.
b) Perhitungan Tangga.
c) Perhitungan Portal.
d) Perhitungan Balok.
e) Perhitungan Kolom.
2) Struktur bangunan bawah (Sub Structure)
Struktur bangunan bawah merupakan sistem pendukung
bangunan yang menerima beban struktur atas, untuk
diteruskan ke tanah dibawahnya. Perhitungan perencanaan
struktur bagian bawah (Sub Structure) ini meliputi:
a) Perhitungan Sloof.
b) Perhitungan pondasi

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 20


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.3.3. Dasar – dasar perencanaan


Dalam perencanaan bangunan, penulis berpedoman pada
peraturanperaturan yang telah ditetapkan dan berlaku di
Indonesia. Peraturan-peraturan yang dijadikan pedoman tersebut
antara lain :
1) Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan
gedung (PPPRG) 1987 atau SNI 1727-1989-F
Dalam peraturan pembebanan ini digunakan dalam penentuan
beban yang diizinkan dalam sebuah perencanaan gedung dan
memuat ketentuanketentuan beban yang diizinkan dalam
perhitungan sebuah konstruksi bangunan.
2) Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
(SNI 03-2847- 2002-BETON)
Dalam tata cara ini terdapat persyaratan-persyaratan dan
ketentuan dalam teknis perencanaan, serta pelaksanaan struktur
beton untuk bangunan gedung sebagai pedoman atau acuan
dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk mendapatkan struktur
yang aman dan ekonomis.
3) Struktur beton bertulang berdasarkan SK SNI T-15-1991-03
Departemen Pekerjaan Umum RI oleh Istimawan Dipohusodo
Dalam buku ini, dijelaskan mengenai langkah-langkah dan contoh
perhitungan struktur beton, mulai dari perhitungan plat, kolom
dan balok, mendesain serta menentukan dimensi.
4) Dasar-dasar perencanaan beton bertulang oleh W.C Vis dan
Gideon Kusuma.
Buku ini memuat pengertian-pengertian umum dan perhitungan
gaya yang terjadi pada konstruksi beton. Buku ini juga berisi
penjelasan mengenai grafik dan tabel pelat ataupun kolom yang
digunakan dalm perhitungan struktur beton bertulang.
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 21
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

5) Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan


gedung, SNI 03-1729- 2002
Buku yang memuat seluruh peraturan-peraturan konstruksi baja
yang digunakan secara ekonomis dan aman.
6) Pondasi Tiang Pancang Jilid I, oleh Sardjono, HS.
Buku ini memuat pengertian dan penjelasan mengenai
perencanaan pondasi tiang pancang.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 22


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.3.4. Klasifikasi pembebanan


Suatu struktur bangunan gedung juga harus direncanakan
kekuatannya terhadap suatu pembebanan. Adapun jenis
pembebanannya antara lain :
1. Beban Mati (beban tetap)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan,
penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
(PPPRG 1987:1)
2. Beban Hidup (beban sementara)
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian
dan penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan atau
beban akibat air hujan pada atap. Jenis beban hidup antara lain:
 Beban Hujan
Dalam perhitungan beban hujan diasumsikan sebagai beban yang
bekerja tegak lurus terhadap bidang atap dan koefisien beban
hujan ditetapkan sebesar (40-0,8 α) kg/m2 dan tidak perlu
ditinjau apabila kemiringan atap lebih besar 50o
 Akibat Beban Pekerja
Dalam perhitungan reng, usuk/kaso, gording/gulung-gulung dan
kuda-kuda, untuk semua atap harus diperhitungkan satu muatan
terpusat sebesar minimum 100 kg (berasal dari berat seorang
pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya)
 Beban Angin

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 23


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban
memperhitungkan adanya tekanan positif dan negatif yang
bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.

3.4. METODE PERHITUNGAN


Pada penyelesaian perhitungan untuk perencanaan bangunan gedung
Balai TAHURA Provinsi Banten ini, konsultan mengambil acuan pada
referensi yang berisi mengenai peraturan dan tata cara perencanaan
bangunan gedung, seperti berikut:

3.4.1. Rangka atap


Struktur rangka atap pada bangunan gedung Balai TAHURA
Provinsi Banten ini menggunakan Atap Rangka baja. Berikut
adalah acuan-acuan yang digunakan dalam perencanaan struktur
rangka atap bangunan tersebut :
a) Beban mati
Beban mati yang diperhitungkan dalam perencanaan rangka atap
gedung Balai TAHURA ini adalah :
- Beban sendiri kuda-kuda
- Beban penutup atap
- Beban gording
b) Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat pengerjaan maupun
akibat penggunaan gedung itu sendiri, termasuk didalamnya
adalah:
- Beban pekerja

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 24


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

- Beban air hujan


Koefisien beban hujan = (40 – 0,8α) kg/m2 (PPPRG 1987:7)
- Beban angin
Untuk atap segitiga majemuk (α <65˚)
Angin tekan = (0,02α – 0,4) w ………………………….…2-1
Angin hisap = w . – 0,4 …………………………………...2-2
w = min 25 kg/m2 (PPIUG 1987, hal 6)
c) Gording
Gording adalah balok atap yang berfungsi sebagai pengikat yang
menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi dudukan
untuk kasau dan balok jurai dalam. Struktur gording direncanakan
pembebanannya berdasarkan beban mati dan beban hidup.
Kombinasi pembebanan yang ditinjau adalah beban pada saat
pemakaian yaitu beban mati ditambah beban air hujan, sedangkan
beban sementara yaitu beban-beban mati ditambah beban
pekerja pada saat pelaksanaan.
Apabila gording ditempatkan dibawah penutup atap, maka
komponen beban atap dipindahkan tegak lurus ke gording, maka
terjadi pembebanan sumbu ganda dan terjadi momen pada
sumbu x dan sumbu y yaitu Mx dan My.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 25


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.4.2. Perencanaan pelat


Struktur pelat pada gedung Rumah Sakit ini terdapat dua jenis
yaitu pelat atap dan pelat lantai. Berikut adalah pembahasan
mengenai pelat :
1. Pelat Atap
Struktur pelat atap sama dengan struktur pelat lantai,hanya saja
berbeda dalam hal pembebanannya. Tentunya beban yang
bekerja pada pelat atap lebih kecil bila dibandingkan dengan pelat
lantai. Strukturnya adalah struktur pelat dua arah, sama dengan
pelat lantai.
Beban-beban yang bekerja pada pelat atap, yaitu:
a. Beban Mati (WD)
- Beban sendiri pelat atap
- Berat mortar
b. Beban Hidup (WL)
- Beban hidup untuk pelat atap diambil 100 kg/m2 (PPPRG
1987:7)
2. Pelat Lantai
Pelat beton bertulang dalam suatu struktur dipakai pada
lantai,pada pelat ruang ditumpu balok pada keempat sisinya
terbagi dua berdasarkan geometrinya, yaitu:
- Pelat satu arah (One Way Slab)
- Pelat dua arah (Two Way Slab)

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 26


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan pelat beton :


1. Pelat satu arah
a. Penentuan tebal pelat.
Tebal minimum yang ditentukan dalam Tata cara
perencanaan struktur beton bangunan gedung /SNI-03-2847-
2002:63) berlaku untuk konstruksi satu arah yang tidak
menahan atau bersatu dengan partisi atau konstruksi lain
yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar, kecuali
bila perhitungan lendutan menunjukkan bahwa ketebalan
yang lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan
pengaruh yang merugikan.
b. Pembebanan pelat lantai dengan memakai metode beban
terfaktor.
c. Disribusi momen pelat dilakukan dengan cara tabel atau
dengan perhitungan analitis.
d. Pendistribusian momen dengan metode koefisien momen
dengan rumus umum : M = koefisien.Wu.ln2

Adapun syarat – syarat untuk menentukan distribusi gaya-


gaya dalam pelat satu arah :
 Jumlah bentang paling sedikit harus dua
 Panjang bentang bersebelahan yang paling besar dibagian
sebelah kiri dan
 kanan tumpuan,tidak boleh 1,2 kali lipat lebih besar dari
panjang bentang
 bersebelahan yang paling pendek.
 Beban harus merupakan beben terbagi rata (distribusi)
 Beban hidup harus tiga kali lebih kecil dari beban mati

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 27


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

 Penggunaan koefisien momen untuk bentang dapat


berdasarkan: 1). Untuk momen lapangan : beban bersih
In diantara tumpuan. 2).Untuk momen tumpuan :
bentang bersih rata – rata In pada sebelah kiri dan kanan
tumpuan.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 28


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

2. Pelat dua arah


a. Penentuan tebal minimum dari pelat atau konstruksi dua
arah lainnya yang direncanakan berdasarkan kententuan
yang berlaku sebagai berikut:
1. Ketentuan untuk merencanakan sistem pelat yang
ditulangi terhadap lentur dalam arah lebih dari satu
dengan atau tanpa balok diantara tumpuan.
2. Sistem pelat dapat ditumpukan pada kolom atau
dinding. Bila ditumpu oleh kolom, maka pelebaran
ujung kolom yang berupa kepala kolom atau konsol
pendek yang terletak di luar lingkaran konus,
piramida kanan, atau undakan miring yang bidangnya
berorientasi dalam batas 45 derajat terhadap kolom,
tidak boleh diperhitungkan untuk keperluan
struktural.
3. Pelat masif dan pelat berongga atau berkantong yang
dibuat dengan menggunakan cetakan pengisi
permanen atau yang dapat dilepas yang dipasang
diantara rusuk balok atau joist dua arah merupakan
hal yang dicakup dalam ketentuan yang berlaku.
4. Tebal minimum plat yang direncanakan berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan. (SNI-03-2847-
2002:63)
b. Cara perencanaan pelat dua arah yang harus diikuti.
c. Tebal minimum tanpa balok interior yang
menghubungkan tumpuantumpuannya, harus memenuhi
ketentuan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung /SNI-03- 2847-2002:66)

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 29


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

d. Tebal dari pelat dengan balok yang mehubungkan


tumpuan pada semua sisinya harus memenuhi ketentuan
e. Pembebanan pelat dengan beban ultimate
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL (Dipohusodo I, Struktur Beton
Bertulang, Penerbit Gramedia Pustaka Utama:208)
f. Penentuan momen yang bekerja pada arah x dan y
Mx = 0,001 x Wu x L2 x koefisien momen
My = 0,001 x Wu x L2 x koefisien momen (Kusuma G,
Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga:4.2.a)
g. Penentuan tulangan dari momen yang didapat :
ρmin < ρ < ρmax
As = ρ × b × d
Apabila ρ < ρmin maka dipakai tulangan ρ min

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 30


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.4.3. Perencanaan tangga


Menurut Supribadi, 1986, tangga adalah suatu konstruksi yang
menghubungkan antara tempat yang satu dan tempat lainnya
yang mempunyai ketinggian berbeda, dan dapat dibuat dari kayu,
pasangan batu bata, baja, dan beton. Untuk memperlancar
hubungan antara lantai bawah dengan lantai yang ada di atasnya
dalam suatu kegiatan, maka digunakan alat penghubung tangga.
Tangga terdiri dari anak tangga dan pelat tangga.
Tangga terdiri dari anak tangga dan pelat tangga. Anak tangga
terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Antrede, yaitu dari anak tangga dan pelat tangga bidang
horizontal yang merupakan bidang pijak telapak kaki.
2. Optrede, yaitu selisih tinggi antara dua buah anak tangga yang
berurut.
Ketentuan-ketentuan konstruksi antrede dan optrede, antara lain :
1. Untuk bangunan rumah tinggal :
a. Antrede = 25 cm (minimum)
b. Optrede = 20 cm (maksimum)
2. Untuk perkantoran dan lain-lain :
a. Antrede = 25 cm
b. Optrede = 17 cm
3. Syarat 1 anak tangga :
4. Optrede + 1 Antrede = 58 cm – 64 cm
5. Lebar tangga untuk :
a. Tempat umum ≥ 120 cm
b. Tempat tinggal = 180 cm – 100 cm
Syarat-syarat umum tangga :
a. Tangga harus mudah dijalani atau dinaiki
b. Tangga harus cukup kuat dan kaku
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 31
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

c. Ukuran tangga harus sesuai dengan sifat dan fungsinya


d. Material yang digunakan untuk membuat pembuatan tangga
terutama pada gedung-gedung umum harus tahan dan bebas
dari bahaya kebakaran
e. Letak tangga harus cukup strategis
f. Sudut kemiringan tidak lebih dari 45º

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan tangga :


1. Perencanaan tangga, antara lain :
a. Penetuan ukuran antrede dan optrede
b. Penentuan jumlah antrede dan optrede
c. Panjang tangga = jumlah optrede x lebar antrede
d. Sudut kemiringan tangga = tg (tinggi tangga : panjang
tangga)
e. Penentuan tebal pelat
2. Penetuan pembebanan pada anak tangga
a. Beban mati
 Berat sendiri bordes
 Berat anak tangga
Berat satu anak tangga (Q) dalam per m’
Q = antrede x optrede x 1 m x γbeton x jml.anak tangga
dalam 1 m
 Berat spesi dan ubin
b. Beban hidup
3. Perhitungan tangga menggunakan metode Cross untuk
mencari gaya-gaya yang bekerja
4. Perhitungan tulangan tangga :
a. Penentuan momen yang bekerja
b. Penentuan tulangan yang diperlukan
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 32
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

c. Kontrol tulangan
d. Penentuan jarak (spasi) tulangan
e. Perencanaan tulangan geser

3.4.4. Perencanaan balok anak


Balok anak adalah balok yang bertumpu pada balok induk atau
tidak bertumpu langsung pada kolom. Untuk merencanakan balok
anak perlu diperhatikan hal - hal sebagai berikut :
1. Menentukan mutu beton dan baja yang digunakan
2. Menghitung pembebanan yang terjadi, seperti :
- Beban Hidup
- Beban Mati
- Beban Sendiri Balok
- Sumbangan Pelat
3. Menghitung beban ultimate
Wu = 1,2 Wd + 1,6 Wl
4. Menghitung momen dan gaya geser
5. Menghitung momen lentur maksimum dengan cara :
- Menentukan momen maksimum
- Menentukan d efektif = h – p – Ø.sengkang - ½.Øtulangan
utama
- Menentukan momen K = .b.d 2 : Mu
- Menentukan ρ
6. Perencanaan tulangan geser

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 33


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.4.5. Perencanaan portal


Portal adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian struktur
yang paling berhubungan dan berfungsi menahan beban sebagai
satu kesatuan lengkap. Portal dihitung dengan menggunakan
program SAP 2000, portal dihitung adalah portal akibat beban
mati dan beban hidup.
1. Pembebanan portal
a. Portal akibat beban mati
Portal ini ditinjau pada arah melintang dan memanjang.
Pembebanan pada portal, yaitu :
- Berat sendiri pelat
- Berat plafond + penggantung
- Berat penutup lantai
- Berat adukan
- Berat dari pasangan dinding bata
b. Portal akibat beban hidup
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan portal
akibat beban hidup adalah sebagai berikut:
- Penentuan pembebanan pada portal
- Beban hidup diambil 250 kg/m2 (PPIUG 1983:17)
- Perhitungan akibat beban hidup sama dengan
perhitungan akibat beban mati.
2. Perencanaan portal dengan menggunakan metode SAP 2000
V.14
Langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan metode
SAP 2000 V.14 yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
- Buat model struktur portal akibat beban mati dan beban
hidup
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 34
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

- Input data perencanaan


- Input nilai beban mati dan beban hidup
- Input Load Combination (beban kombinasi), yaitu 1,2
beban mati + 1,6 beban
- hidup
- Input nilai reduksi kekuatan
- Analisis struktur
- Run analysis

3.4.6. Perencanaan balok


Balok merupakan batang horizontal dari rangka struktur yang
memikul beban tegak lurus sepanjang batang tersebut biasanya
terdiri dari dinding, pelat atau atap bangunan dan
menyalurkannya pada tumpuan atau struktur dibawahnya.
Adapun urutan-urutan dalam menganalisis balok :
1) Gaya lintang design balok maksimum, U = 1,2 D + 1,6 L
( Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo:40)
2) Momen design balok maksimum Mu = 1,2 MDL + 1,6 MLL
( Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo:40)
3) Penulangan lentur lapangan dan tumpuan
a. Penulangan lentur lapangan
- Tentukan deff = h – p – Ø sengkang - ½ Ø tulanganm
(Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang, W.C. Vis
dan Gideon Kusuma:54)
- Pilih tulangan dengan dasar As terpasang ≥ As
direncanakan
4) Tulangan geser rencana (Tata cara perhitungan struktur beton
bertulang gedung, SNI 03–2847-2002:89) (Struktur Beton
Bertulang, Istimawan Dipohusodo:122).
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 35
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.4.7. Perencanaan kolom


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok dan meneruskannya ke konstruksi
pondasi.
Adapun urutan-urutan dalam menganalisis kolom :
1. Tulangan untuk kolom dibuat penulangan simetris
berdasarkan kombinasi Pu dan Mu.
Untuk satu batang kolom dan dua kombinasi pembebanan
yaitu pada ujung atas dan ujung bawah pada setiap freebody,
masing-masing dihitung tulangannya dan diambil yang
terbesar.
2. Beban design kolom maksimum
U = 1,2D + 1,6L
(Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo:40)
3. Momen design kolom maksimum untuk ujung atas dan ujung
bawah.
Mu = 1,2 MDL + 1,6 MLL
(Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo:40)
4. Nilai kontribusi tetap terhadap deformasi. (Dasar-dasar
Perencanaan Beton Bertulang, W.C. Vis dan Gideon
Kusuma:186)
5. Modulus Elastisitas (Dasar-dasar Perencanaan Beton
Bertulang, W.C. Vis dan Gideon Kusuma:186)
6. Nilai kekakuan kolom dan balok (Dasar-dasar Perencanaan
Beton Bertulang, W.C. Vis dan Gideon Kusuma:186)

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 36


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

3.4.8. Perencanaan sloof


Sloof adalah balok yang menghubungkan pondasi sebagai tempat
menyalurkan beban dinding.
Adapun urutan-urutan dalam menganalisis sloof :
1. Tentukan dimensi sloof.
2. Tentukan pembebanan pada sloof.
- Berat sendiri sloof
- Berat dinding dan plesteran
Kemudian semua beban dijumlahkan untuk mendapatkan
beban total, lalu dikalikan faktor untuk beban terfaktor.
U = 1,2 D + 1,6 L
( Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo:40)
3. Penulangan lentur lapangan dan tumpuan
( Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo:40)
4. Tulangan geser rencana ( Struktur Beton Bertulang, Istimawan
Dipohusodo:113)

3.4.9. Perencanaan pondasi


Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen struktur
pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi sebagai
elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan jenis
pondasi :
1. Keadaan tanah pondasi
2. Jenis konstruksi bangunan
3. Kondisi bangunan disekitar pondasi
4. Waktu dan biaya pengerjaan

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 37


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Secara umum dalam perencanaan pondasi harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut :
a. Tegangan kontak pada tanah tak melebihi daya dukung tanah
yang diizinkan.
b. Settlement (penurunan) dari struktur masih termasuk dalam
batas yang diijinkan, jika ada kemungkinan yang melebihi dari
perhitungan awal, maka ukuran pondasi dapat dibuat berbada
dan dihitung secara sendiri-sendiri sehingga penurunan yang
terjadi menjadi persamaan.

Pemilihan bentuk pondasi yang didasarkan pada daya dukung


tanah, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3
meter di bawah permukaan tanah, maka pondasi yang dipilih
sebaiknya jenis pondasi dangkal (pondasi jalur atau pondasi
tapak) dan pondasi strouspile.
2. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 10 meter
atau lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasi
yang biasanya dipakai adalah pondasi tiang minipile dan
pondasi sumuran atau borpile.
3. Bila tanah keras terletak pada kedalaman hingga 20 meter
atau lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasi
yang biasanya dipakai adalah pondasi tiang pancang.

Berdasarkan data hasil tes tanah pada lokasi pembangunan


Gedung Balai TAHURA Provinsi Banten yang dijadikan sebagai
materi dalam laporan akhir ini, maka jenis pondasi yang dipilih
adalah pondasi dalam yaitu tiang pancang.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 38


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Adapun urutan-urutan dalam menganalisis pondasi :


1) Menentukan beban-beban yang bekerja pada pondasi
2) Menentukan diameter tiang yang digunakan
3) Menentukan jarak tiang yang digunakan
4) Menentukan efisiensi kelompok tiang
5) Menentukan daya dukung ijin 1 tiang pancang
6) Menentukan kemampuan tiang terhadap sumbu X dan sumbu
Y ( Pondasi Tiang Pancang Jilid I, Sardjono, HS:55)

Gambar 3.1
Gambar Tampak Depan Gedung Balai TAHURA Banten

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 39


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Gambar 3.2
Gambar Tampak Depan Gedung Balai TAHURA Banten

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 40


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

BAB IV
HASIL PERENCANAAN

4.1. PRODUK AKHIR YANG DIHASILKAN


Sesuai dengan hasil proses pelaksanaan perencanaan yang telah
dilaksanakan, produk akhir yang dihasilkan antara lain :
1. Gambar teknis dan detailnya
2. Estimasi biaya pekerjaan konstruksi
3. Spesifikasi teknis pekerjaan

4.2. JENIS PEKERJAAN KONSTRUKSI


Berdasarkan hasil survey, pengukuran, analisa dan perhitungan yang telah
dilakukan konsultan, maka disimpulkan jenis pekerjaan konstruksi pada
lokasi rencana adalah Gedung Balai Tahura, dengan rincian pekerjaan
sebagai berikut:
1) Pekerjaan persiapan & air bersih
a) Pekerjaan persiapan
b) Pekerjaan penyediaan air bersih
2) Pekerjaan bangunan gedung balai tahura
a) Pekerjaan tanah & pondasi
b) Pekerjaan struktur beton bertulang
c) Pekerjaan dinding
d) Pekerjaan kusen,pintu,jendela (alluminium & fiber)
e) Pekerjaan atap dan plafond
f) Pekerjaan tangga beton
g) Pekerjaan lantai dan keramik
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 41
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

h) Pekerjaan sanitair
i) Pekerjaan instalasi air bersih
j) Pekerjaan instalasi air kotor
k) Pekerjaan instalasi listrik
l) Pekerjaan drainase keliling gedung
m) Pekerjaan pengecatan
3) Jalan akses (paving block)
4) Pekerjaan lain - lain

4.3. VOLUME PEKERJAAN & SPESIFIKASI TEKNIS


Pada prinsipnya, volume pekerjaan diperoleh berdasarkan hasil
perhitungan dan analisa hasil pengukuran di lapangan dan disain gambar
teknis berikut detailnya yang ditetapkan pada saat proses perencanaan.

Begitu juga dengan spesifikasi teknis untuk setiap item pekerjaan, hal ini
mengacu kepada standar dan kriteria teknis yang sesuai dan berlaku.

Besaran volume untuk masing-masing jenis pekerjaan pada setiap lokasi


rencana dan spesifikasi teknis untuk setiap item pekerjan, secara lebih
jelasnya dapat disimak pada lampiran-lampiran.

4.4. ESTIMASI BIAYA


Estimasi biaya pekerjaan konstruksi diasumsikan sebagai hasil akhir
perhitungan antara besar volume item pekerjaan dikalikan dengan harga
satuan pekerjaan. Sedangkan harga satuan pekerjaan sendiri merupakan
hasil analisa harga satuan yang di dalamnya sudah termasuk harga
bahan/material, alat bantu kerja dan upah tenaga kerja.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 42


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

Sesuai dengan hasil perhitungan akhir untuk kegiatan perencanaan


Gedung balai Tahura, besar estimasi biaya pada masing-masing lokasi
rencana diperoleh hasil sebagaimana tersaji pada lampiran.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 43


Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Terkait dengan hasil akhir Gedung balai Tahura, hal-hal yang dapat
disimpulkan adalah sebagai berikut :
1. Jenis pekerjaan yang ditetapkan terdiri dari Pekerjaan Gedung balai
Tahura, Hal ini disesuaikan dengan kondisi eksisting dan kebutuhan
dari setiap lokasi rencana.
2. Penetapan lokasi-lokasi rencana merupakan keputusan yang tepat
mengingat lokasi-lokasi tersebut termasuk dalam daerah yang akses
perlu penanganan segera.
3. Spesifikasi teknis pekerjaan ditetapkan berdasarkan item-item
pekerjaan, hal ini berpedoman dan mengacu pada standar dan kriteria
teknis pekerjaan Gedung balai Tahura yang berlaku.

5.2. SARAN - SARAN


Sedangakan saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil akhir
perencanaan Gedung balai Tahura, adalah sebagai berikut :
1. Harga satuan pekerjaan konstruksi yang digunakan berdasarkan harga
satuan tahun anggaran sebelumnya, untuk itu mengingat pekerjaan
akan dilaksanakan pada tahun 2017 maka perlu dilakukan
penyesuaian harga pada saat dilelangkan.
2. Pada saat akan dimulainya pekerjaan konstruksi, maka perlu dilakukan
pengukuran kembali untuk memastikan besaran volume yang
CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 44
Laporan Akhir
Perencanaan DED Gedung BalaI TAHURA TA.2017

dibutuhkan sehingga tidak mengakibatkan bertambahnya pembiayaan


yang terlalu signifikan.

CV. VERTICAL HORIZON Hal- | 45

Anda mungkin juga menyukai