Anda di halaman 1dari 112

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS


PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL
DI KABUPATEN BONE

SKRIPSI

LISNAWATI
NIM 105731127716

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021
HALAMAN JUDUL

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL


PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS
PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL
DI KABUPATEN BONE

LISNAWATI
NIM 105731127716

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2021

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Fudding dan Ibunda Nurasia, yang telah

memberikan semangat dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Saudara saya Sulfiana, Febriadi dan Fadli yang telah memberikan dukungan

untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.

3. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan

ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntut dan memberi arahan dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Sahabat sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat

dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

MOTTO HIDUP

“jangan batasi doamu dengan menggunakan nalar dan pikiranmu karena yang

kau anggap mustahil, bisa dengan mudah Allah wujudkan”

iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan

salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para

keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai

manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas

Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

kedua orang tua penulis bapak Fudding dan ibu Nurasia yang senantiasa memberi

harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan

saudara saudaraku tercinta yang yang senantiasa mendukung dan memberikan

semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala

pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan

penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada

penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagaI pihak. Begitu pula penghargaan yang

setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

vii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badhollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program

Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE., MM, selaku penasehat akademik yang

senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.

5. Bapak Jamaluddin M, SE., M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi selesai dengan baik.

6. Ibu Endang Winarsih, SE., M.Ak, selaku pembimbing II yang telah berkenan

membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

7. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

9. Segenap staf dan pegawai Dinas Kesejahteraan Sosial yang telah

memberikan bantuan dalam proses penelitian.

10. Terima kasih kepada sahabat dari kelas Akuntansi 16.G yang selalu

memberikan bantuan serta semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

viii
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para

pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya

dami kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak utamanya kepada Almamater Biru Universitas Muhammadiyah Makassar

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, 16 Januari 2021

Lisnawati

ix
ABSTRAK

Lisnawati, 2020. “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal


Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan
Sosial di Kabupaten Bone”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
da Bisnis. Dibimbing oleh Jamaluddin M dan Endang Winarsih.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan
Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di Dinas
Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bone. Jenis penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan eksplanatory research. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Skala pengukuran data dengan skala Likert. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan bantuan
program SPSS versi 25.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal


pemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pencegahan
Fraud. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa 88,3% pencegahan
fraud dipengaruhi oleh Penerapan Sistem pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP) dan 11,7% pencegahan fraud dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Sistem pengendalian Internal pemerintah berkontribusi dalam
meminimalisir tingkat terjadinya fraud dalam pengelolaan dana bantuan sosial di
kabupaten Bone. Oleh sebab itu, semakin baik penerapan sistem pengendalian
internal pemerintah maka akan menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan
dana bantuan sosial akan menjadi semakin baik dan menimbulkan dampak yang
baik bagi instansi pemerintah.

Kata kunci : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Pencegahan


Fraud, Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

x
ABSTRACT

Lisnawati, 2020. "The Effect of the Implementation of Government Internal


Control Systems on Fraud Prevention on Management of Social
AssistanceFunds in Bone Regency". Thesis Accounting Study Program, Faculty
of Economics and Business. Supervised by Jamaluddin M and Endang Winarsih.
The purpose of this study was to determine the effect of the implementation
of the government internal control system on fraud prevention on the management
of social assistance funds in Bone Regency. This research was conducted at the
Social Welfare Office of Bone Regency. This type of research uses quantitative
methods with an explanatory research approach. The data collection technique
used a questionnaire. Data measurement scale with a Likert scale. Data were
analyzed using simple linear regression analysis with the help of the SPSS
program version 25.0.

The results showed that the Government's Internal Control System had a
positive and significant effect on fraud prevention. The coefficient of determination
test results showed that 88.3% of fraud prevention was affected by the
Implementation of the Government Internal Control System (SPIP) and 11.7% of
fraud prevention was influenced by other variables not included in this research
model. Thus, it can be concluded that the government's internal control system
contributes to minimizing the level of fraud occurring in the management of social
assistance funds in Bone district. Therefore, the better the implementation of the
government's internal control system, the better the prevention of social assistance
funds management will be and have a good impact on government agencies.
Keywords: Implementation of Government Internal Control Systems, Fraud
Prevention, Management of Social Assistance Funds.

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL .. .......................................................................................................i

HALAMAN JUDUL..........................................................................................ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ V

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... Vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................x

ABSTRACK ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................7

C. Tujuan Penelitian...................................................................................8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................9

A. Tinjauan Teori .......................................................................................9

1. Fraud Triangle Theory .....................................................................9

2. Pengendalian Intern.........................................................................9

3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).......................... 12

xii
4. Pencegahan Fraud ........................................................................ 17

5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial ................................................ 21

B. Tinjauan Empiris.................................................................................. 25

C. Kerangka Konsep ................................................................................ 33

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 35

a. Jenis penelitian.................................................................................... 35

b. Lokasi dan waktu penelitian ................................................................ 35

c. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 35

d. Populasi dan Sampel........................................................................... 40

e. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 41

f. Teknik analisis data ............................................................................ 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 46

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian................................................ 46

1. profil singkat dinas sosial kabupaten bone ..................................... 46

2. Realisasi pengelolaan anggaran APBD dinas sosial

Kabupatenbone ............................................................................. 54

B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan........................................................ 55

1. Deskriptif data .................................................................................. 55

2. Hasil uji statistik deskriptif ................................................................ 58

3. Hasil uji instrumen penelitian ............................................................ 59

4. Hasil uji asumsi klasik ...................................................................... 62

5. Hasil uji hipotesis ............................................................................. 64

6. Pembahasan .................................................................................... 67

xiii
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 72

A. Kesimpulan ........................................................................................... 72

B. Saran .................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75

BIOGRAFI .................................................................................................... 95

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu................................................ 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabe ............................................ 36

Tabel 4.1 Realisasi penggunaan anggaran APBD dinas sosial

Kabupaten bone............ .................................................. 54

Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuesioner ............................................ 55

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 56

Tabel 4.4 Karaktersitik Responden Berdasarkan Usia ..................... 56

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja .......... 57

Tabel 4.6 karakteristik responden berdasarkan pendidikan.............. 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistk Deskriptif ............................................... 58

Tabel 4..8 Hasil Uji Validitas Data ..................................................... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data ................................................. 63

Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana.................................. 64

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................ 65

Tabel 4.13 Hasil Uji T Parsial ............................................................. 66

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Kecurangan .... .................................................. 18

Gambar 2.2 Kerangka konsep ........ .................................................. 34

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Bone ......... 49

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas P-P Plot Regresi ............................. 63

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ..................... .................................................. 78

Lampiran 2 Data Responden .......... .................................................. 83

Lampiran 3 Jawaban Responden.... .................................................. 85

Lampiran 4 Hasil Output Spss ........ .................................................. 88

Lampiran 5 Surat Penelitian ........... .................................................. 92

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah indonesia telah melaksanakan berbagai program bantuan sosial

dalam upaya untuk memenuhi hak dasar, mengurangi beban hidup, serta

memperbaiki kualitas hidup masyarakat tidak mampu. Program pemberian dana

bantuan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk

menciptakan program kesejahteraan sosial. Dalam UU Nomor 11 tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial dijelaskan bahwa pancasila dan UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung

jawab untuk melindungi masyarakat dari risiko risiko sosial yang mungkin timbul.

Berdasarkan Permendagri Nomor 39 tahun 2012 program bansos

merupakan salah satu bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan yang

diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok /anggota

masyarakat, individu, dan keluarga yang bertujuan untuk melindungi masyarakat

dari risiko sosial. Bantuan sosial dapat berupa tunjangan uang, pelayanan sosial

atau barang yang diberikan untuk melindungi setiap individu, keluarga dan

komunitas yang paling rentan, sehingga kebutuhan dasar dapat terpenuhi dan

kualitas hidup dapat meningkat (Suharto, 2009).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

menunjukkan bahwa angka kemiskinan penduduk indonesia menurun dari 11,22%

pada tahun 2015, menjadi 9,82% pada tahun 2018, terendah sejak era krisis

moneter pada tahun 1998 silam. Sementara itu indeks pembangunan manusia

naik dari 68,90% pada tahun 2014 menjadi 70,81% pada tahun 2017. Dari data

1
2

tersebut menunjukkan bahwa program bantuan sosial mampu mengurangi tingkat

kemiskinan dan dapat melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko

sosial (www.mediaIndonesia.com).

Dana bansos yang disediakan pemerintah tidak sedikit dan cenderung terus

bertambah. Kementerian keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi dana bantuan

sosial pada Januari sampai Juni 2019 sebesar RP 70,49 triliun. Realisasi ini

mencapai 72,63% dari target pagu APBN 2019 sebesar 97,06 triliun. Jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar RP 45,08 triliun,

angka ini meningkat hingga 56,37%. Dari jumlah dana yang besar tersebut,

penyaluran dana bantuan sosial rawan disalahgunakan dari tujuan awalnya, yaitu

untuk kesejahteraan sosial (kementerian Keuangan, juli 2019).

Peraturan pemerintah No. 58 tahun 2005 menjadi dasar dalam pengelolaan

keuangan daerah. Dasar dalam penyalurannya didasarkan pada Permendagri

N0.13 Tahun 2006. Peraturan tersebut memberikan wewenang kepada kepala

daerah tanpa adanya kontrol, sehingga menimbulkan adanya perbedaan regulasi

mengenai bantuan sosial (Darmastuti dan setyaningrum, 2009). Perbedaan

regulasi terhadap dana bansos menyebabkan banyak terjadi penyelewengan dana

Bansos yang dilakukan oleh kepala daerah.

Banyaknya kasus fraud yang terjadi di indonesia akhir-akhir ini, menjadi

perhatian khusus pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan kajian yang dibuat

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan 10 temuan perihal

pengelolaan dana bantuan sosial di pemerintah daerah yang berpotensi

menimbulkan praktek korupsi. Temuan KPK tersebut dibagi ke dalam dua aspek

utama, yaitu regulasi, (tiga temuan) dan tata laksana (tujuh temuan). Ketujuh

temuan pada pada lingkup tata laksana terbagi pada proses penganggaran,
3

penyaluran, serta pertanggungjawaban dan pengawasan (Tempo.com.2016).

Tuanakotta (2010: 159) mengatakan bahwa upaya mencegah fraud dimulai

dengan penerapan sistem pengendalian yang efektif.

Penerapan SPIP yang baik mendorong terciptanya laporan keuangan yang

andal. SPIP dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk

memberikan sinyal yang baik kepada masyarakat. SPIP harus dijalankan secara

efektif karena efektifitas SPIP merupakan salah satu kriteria penilaian untuk

memberikan opini laporan keuangan pemerintah oleh BPK (UU No 15 tahun 2004).

Potensi terjadi penyimpangan atau korupsi sangat tinggi mengingat alokasi

dana bantuan sosial yang sangat besar. Menurut G.jack Balogna dan Robert

dalam Kaaryono (2013) fraud adalah penipuan yang disengaja umumnya

diterapkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian. Terjadinya

kecurangan dalam pengelolaan keuangan disebabkan adanya tiga kondisi yang

biasa disebut Fraud Triangle (segitiga kecurangan) (Zimbelman dan Albercht

(2014: 43), yaitu tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.

Berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

(BPK RI) telah menemukan adanya penyimpangan pengelolaan anggaran bansos

yang tidak tepat sasaran dalam pemberian bantuan sosial, baik di pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. Dari hasil pemeriksaan Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial (DTKS) tahun 2018 terdapat 514 kabupaten/kota hanya ada

29 kabupaten yang tertib melakukan updating (pembaharuan data) setiap 6 bulan

yang menyebabkan banyak data yang tidak sepadan, tanpa Nomor Induk

Kependudukan (NIK) yang menjadi syarat bantuan sosial dan terdapat 20 juta

lebih tanpa NIK tapi menjadi KPM, dan sisanya hanya mengesahkan yang ada dan

dominan unsur politik di daerah.


4

Dalam ikhtisar hasil pemeriksaan semester (IHPS) II tahun 2019. BPK

memeriksa kinerja pengelolaan DTKS dalam penyaluran bantuan sosial tahun

2018-2019 dilaksanakan pada Kementerian Sosial dan DKI Jakarta, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur. BPK menemukan

sejumlah permasalahan dalam penyaluran bantuan sosial di pemerintah daerah

diantaranya pelaksanaan verifikasi dan validitas belum memadai dalam

menghasilkan data input yang berkualitas serta belum mempunyai mekanisme

untuk memastikan pelaksanaan verifikasi dan validitas sesuai dengan standar

yang ditetapkan untuk penyaluran bantuan sosial. Hal ini menyebabkan DTKS

yang ditetapkan oleh kemensos sebagai dasar penyaluran program bantuan sosial

menjadi kurang andal dan tidak akurat. (IHPS II 2019 BPK RI).

BPK memberikan catatan atas ketidakwajaran pengelolaan dana Bansos

disebabkan karena sistem pengendalian intern yang tidak memadai dan ketidak

patuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang selanjutnya dirumuskan

dalam temuan audit. Berdasarkan temuan pemeriksaan BPK tersebut

menunjukkan bahwa laporan keuangan pengelolaan dana bantuan sosial belum

sepenuhnya andal karena tidak memenuhi karakteristik penyajian yang jujur

berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam kriteria andal, bebas dari pengertian

yang menyesatkan dan kesalahan material.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, pengendalian

Internal Pemerintah sangat penting dilakukan karena menyangkut bentuk

pengawasan dan pencegahan terhadap segala bentuk kelalaian yang disengaja

dan tidak sengaja yang merugikan negara. Pengendalian internal adalah suatu

sistem dalam organisasi untuk mencegah semua tindakan pemborosan,

kecurangan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya. Sistem pengendalian


5

internal pemerintah dibuat untuk memberikan pengamanan terhadap aset serta

untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan.

Berdasarkan hal tersebut diharapkan adanya sistem pengendalian internal yang

baik dapat memberikan akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang baik atas

pengelolaan dana bantuan sosial.

Dalam prakteknya penganggaran dan pelaksanaan bansos di Kabupaten

Bone masih dalam kondisi yang belum optimal. Pertama, penganggaran bansos

yang seharusnya sudah pasti nama penerima dan besarannya, namun tidak

sedikit penentuan peruntukan bansos biasanya masih ditetapkan dalam

keputusan kepala daerah yang terpisah dengan Peraturan Daerah (Perda) tentang

APBD belum menjadi bagian dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kedua

sebagian dana bansos masih belum ditetapkan siapa penerimanya, seiring waktu

pelaksanaan APBD, baru akan ditentukan peruntukan dan siapa penerimanya.

Selain itu lambatnya penyaluran dana bansos di Kabupaten Bone juga masih

menjadi masalah di tengah masyarakat hal ini disebabkan oleh pemda yang

terlambat dalam merealisasikan anggaran dana bansos.

Pencairan dana bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara

Pembayaran Langsung (LS). Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai

sampai dengan Rp5.000.000.00 pencairannya dapat dilakukan melalui

mekanisme Tambah Uang (TU), dengan dilengkapi kuitansi bukti penerimaan

uang bantuan sosial. Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang

berdasarkan atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD).

Sedangkan pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan

atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) dengan catatan bahwa


6

pengadaan barang dan jasa dalam rangka bantuan sosial berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan data dari dinas sosial Kabupaten Bone pada bulan Maret 2020,

sekitar 20.726 orang yang ter data sebagai Jaringan Pengaman Sosial (JPS)

APBD tidak ter cover oleh bantuan sosial tunai kemensos dan bantuan lainnya.

Jumlah anggaran dana JPS yang disiapkan sebesar RP 27 miliar dengan tiga

tahap penyaluran (Fajar.co.id). Hal ini berarti anggaran dana sudah tersedia

namun pemerintah daerah lambat dalam menyalurkan anggaran dana bantuan

tersebut ke masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan penerima bantuan

masih kurang dirasakan masyarakat, adanya penolakan atau protes dari berbagai

elemen masyarakat dan masih adanya tumpang tindih dalam pembagian bansos

sehingga terkesan mendidik masyarakat korupsi dan nepotisme.

Penelitian Dini Pramesti Putri (2018) mengemukakan bahwa unsur-unsur

SPIP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko dan aktivitas

pengendalian terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap keterandalan

laporan keuangan pengelolaan dana bansos. Oleh sebab itu, semakin baik

pelaksanaan SPIP diinstansi pemerintahan, maka laporan keuangan pengelolaan

dana bansos yang dihasilkan akan semakin handal. Dengan adanya pemahaman

yang bagus mengenai SPIP pada pengelolaan dana Bansos maka dapat

meminimalisir terjadinya penyimpangan pada praktek pengelolaan maupun pada

pelaporan penggunaan dana bansos. Sehingga diharapkan tidak terjadi kembali

kasus penyalahgunaan penyaluran dana bansos pada instansi pemerintah yang

berakibat pada tindakan pelanggaran hukum.

Berbagai penelitian mengenai pencegahan fraud telah dilakukan oleh

beberapa peneliti antara lain Penelitian yang dilakukan Yosua Palentino (2019)
7

juga melakukan penelitian pencegahan fraud pada pemerintah daerah dan

hasilnya menunjukkan bahwa SPIP mempunyai pengaruh yang signifikan positif

terhadap pencegahan fraud. Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) hasil penelitiannya

juga menunjukkan bahwa SPIP berpengaruh signifikan terhadap pencegahan

fraud.

penelitian yang dilakukan oleh Suryo Irawan (2016) yang menyatakan

bahwa sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap

pencegahan fraud. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah perbedaan mengenai objek penelitian, metode analisis data, dan

sasaran penelitian, di mana pada penelitian terdahulu menggunakan objek

sekolah dengan menggunakan metode analisis data deskriptif dan sasarannya

pada pengelolaan dana BOS. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek

penelitian dinas sosial, jenis penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif,

adapun sasaran penelitian terfokus pada pengelolaan dana Bantuan sosial.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM

PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (SPIP) TERHADAP

PENCEGAHAN FRAUD ATAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL DI

KABUPATEN BONE”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis

merumuskan masalah yang akan diteliti terkait dengan sub variabel sistem

pengendalian internal pemerintah, yaitu : “Apakah Penerapan Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh terhadap Pencegahan Fraud atas

Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone?”.


8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan

Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai empat manfaat yaitu sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai peran

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap pencegahan fraud.

b. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menentukan kebijakan

terkait dengan unsur SPIP yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud

pengelolaan dana Bansos.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan wawasan

tentang peranan program Bansos.

d. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

wawasan pengetahuan, gambaran, dan bukti empiris tentang unsur SPIP

yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana

Bansos.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Fraud Triangel Theory

Menurut Zimbelman dan Albercht (2014: 43), terdapat tiga elemen yang

muncul secara bersamaan untuk mendorong terjadinya kecurangan yaitu:

1. Tekanan (Pressure) tekanan ini adalah suatu dorongan untuk dapat

melakukan fraud yang terjadi pada karyawan dan manajer. Dorongan itu

yang terjadi karena adanya tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan

lingkungan kerja ataupun dengan tekanan lainnya.

2. Peluang atau kesempatan (Opportunity) kesempatan yang timbul dengan

adanya kelemahan pengendalian internal dalam mencegah atau mendeteksi

kecurangan ataupun bisa terjadi jika lemahnya sanksi atau ketidakmampuan

dalam menilai kualitas kinerja.

3. Pembenaran (rationalization) pelaku kecurangan akan mencari pembenaran

dengan menganggap bahwa yang telah dilakukan itu sudah biasa untuk

dilakukan orang lain juga, pelaku pun juga akan menganggap dirinya berjasa

besar di dalam organisasi.

2. Pengendalian Internal

a. Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart (2015: 226), pengendalian internal adalah

sebuah proses yang menyebar keseluruh aktivitas pengoperasian perusahaan

dan merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen di mana pengendalian

internal memberikan jaminan yang memadai untuk tujuan pengendalian berupa

9
10

mengamankan aset, mengelola catatan secara detail yang baik untuk melaporkan

aset perusahaan secara akurat dan wajar, memberikan informasi yang akurat dan

reliabel, menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan dan mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.

Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) dalam Susanto

(2008: 95), menyatakan bahwa pengendalian internal menjadi dorongan yang

diberikan kepada seseorang atau karyawan dari bagian tertentu dari organisasi

secara keseluruhan agar berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah

ditentukan.

Menurut Mulyadi (2016: 129) sistem pengendalian intern merupakan: Sistem

pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang

dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong di patuhinya

kebijakan manajemen.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian

internal adalah rencana organisasi yang dipengaruhi oleh dewan direktur,

manajemen, dan personil lain dalam sebuah entitas yang bertujuan untuk

memberikan dorongan kepada seseorang atau karyawan guna mencapai tujuan

atau strategi perusahaan yang yang telah ditetapkan.

b. Tujuan Pengendalian Internal

Dari pengertian sistem pengendalian intern diatas, terdapat pula tujuan

pengendalian intern itu sendiri yang menurut Mulyadi (2016: 129) yaitu:

a. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi.

b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

c. Mendorong efisiensi kerja atau operasional perusahaan.


11

d. Mendorong di patuhinya kebijakan manajemen agar.

Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) (2013: 15)

pengendalian internal memiliki tiga kategori tujuan yaitu

a. Tujuan Operasi

Tujuan ini berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi operasi entitas,

termasuk tujuan kinerja operasional dan keuangan, serta menjaga aset

terhadap kerugian.

b. Tujuan Pelaporan

Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan non keuangan untuk

internal maupun eksternal yang mencakup keandalan, ketepatan waktu,

transparansi atau ketepatan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan

yang diakui oleh pembuat standar, atau kebijakan entitas itu sendiri.

c. Tujuan Kepatuhan

Tujuan ini berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan di

mana entitas tunduk.

c. Keterbatasan Pengendalian Internal

Berikut ini adalah keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002

:181) adalah:

1. kesalahan dalam pertimbangan

2. Gangguan

3. Kolusi

4. Pengabaian oleh manajemen

5. Biaya lawan manfaat

Sebagaimana disebutkan bahwa salah satu komponen pengendalian

internal adalah tentang lingkungan pengendalian, maka dalam hal ini pemerintah
12

sebagai pengelola negara, merupakan manajemen sekaligus top leader bagi

lembaga-lembaga pemerintah yang ada dibawahnya yang berwenang untuk

menetapkan rambu-rambu serta aturan tentang pengendalian internal di lembaga

lembaga pemerintahan, dan berdasarkan Undang-undang nomor 01 tahun 2004

tentang perbendaharaan negara, maka melalui PP Nomor 60 Tahun 2008 lahirlah

apa yang dinamakan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah yang dijadikan

acuan lembaga-lembaga pemerintah dalam mengelola keuangan yang bersumber

dari negara.

3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Dalam suatu entitas atau organisasi diperlukan adanya suatu sistem

pengendalian intern. Menurut Angelina dkk (2017) sistem pengendalian ini sangat

penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah, karena dengan

adanya sistem pengendalian internal maka kecurangan yang mungkin dilakukan

pegawai dapat di minimalisir. Oleh karena itu setiap entitas pemerintah membuat

dan menjalankan sistem pengendalian internal demi kelancaran dan kemajuan

organisasi.

Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008

adalah: “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan”. Substansi yang mendasar dari

Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 ini adalah terwujudnya satu sistem
13

pengendalian intern pada pemerintah yang dapat mewujudkan suatu praktik-

praktik yang baik dalam tata kelola (good governance) pada sektor publik.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem

pengendalian internal pemerintah adalah proses yang dirancang oleh manajemen

untuk memberikan keyakinan atau jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif, efisien, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara, dan ketaatan peraturan perundang-undangan sehingga

tujuan organisasi pemerintah dapat tercapai dan kerugian atau kemungkinan

ancaman keamanan dalam informasi dapat dikurangi.

b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Menurut Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 tujuan sistem

pengendalian internal pemerintah adalah memberikan keyakinan yang memadai

tentang :

1. Kegiatan yang efektif dan efisien

2. Laporan keuangan yang dapat diandalkan

3. Pengamanan aset negara

4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan dengan baik dan

benar, SPIP akan memberi jaminan di mana seluruh penyelenggaraan negara,

mulai dari pimpinan hingga pegawai di instansi akan melaksanakan tugasnya

dengan jujur dan taat pada peraturan. Untuk mencapai tujuan dari SPIP dimaksud

ODP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Akibat dari tujuan

SPIP tersebut maka akan memberikan manfaat yaitu mendeteksi kesalahan dan

fraud dalam pelaksanaan aktivitas organisasi dan membantu pengamanan aset


14

terkait dari kemungkinan terjadinya kecurangan, pemborosan dan salah

penggunaan yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi.

c. Indikator Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Kerangka pengendalian internal yang telah diterima di sebagian besar

lingkup Amerika Serikat adalah kerangka pengendalian internal COSO yang

memiliki lima komponen kerangka pengendalian internal yaitu lingkungan

pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,

serta pemantauan (Elder dalam Nurul, 2017). Kerangka pengendalian internal

COSO tertuang dalam PP Nomor 60 tahun 2008 yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian (Environment Control)

Lingkungan pengendalian merupakan tindakan, kebijakan, dan prosedur

yang mencerminkan sikap pimpinan instansi atau lembaga tentang

pengendalian intern yang dapat menimbulkan kesadaran seluruh pegawai

mengenai pentingnya pengendalian bagi instansi atau lembaga yang

bersangkutan melalui:

a. Penegakan integritas dan nilai etika;

b. Komitmen terhadap kompetensi;

c. Kepemimpinan yang kondusif;

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

e. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat;

f. Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan SDM;

g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;

h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah.


15

2. Penilaian Risiko (Risk Valution)

Hal pertama yang dilakukan berkaitan dengan pengendalian internal dalam

sub ini yaitu melihat kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan

dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan strategi yang

ditetapkan. Setelah penetapan tujuan telah dilaksanakan, tahap selanjutnya

adalah melakukan identifikasi risiko intern dan ekstern yang dapat

mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, kemudian

menganalisis risiko yang mungkin terjadi serta dampak yang mungkin

ditimbulkan mulai dari yang tertinggi sampai dengan risiko yang sangat

rendah.

3. Kegiatan Pengendalian (Activity Control)

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi

risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk

memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara

efektif. Berdasarkan PP No. 60 tahun 2008 kegiatan pengendalian yang

diselenggarakan oleh instansi pemerintah dapat berupa:

a. Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan;

b. Pembinaan sumber daya manusia;

c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

d. Pengendalian fisik atas aset;

e. Penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja;

f. Otoritas atas transaksi dan kejadian yang penting;

g. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

h. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

i. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;


16

j. Dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan kejadian penting.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah

dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan

sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi

pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.

5. Pemantauan ( Monitoring)

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan

memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera

ditindak lanjuti.

d. Faktor Penentu Keberhasilan Penyelenggaraan SPIP

Menurut Wibisono (2010: 85) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan penetapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), antara

lain:

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah merupakan modal utama dan penggerak

dalam suatu organisasi, dan merupakan soft control dalam penerapan SPIP

ini. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah SDM yang memiliki

integritas dan mentaati nilai etika.

2. Komitmen

Komitmen merupakan keterikatan untuk melaksanakan suatu kegiatan

(Usman, 2010). Keberhasilan dan kata kunci sukses tercapainya tujuan

organisasi sangat dipengaruhi oleh komitmen dari seluruh pimpinan dan

pegawai dalam menjalankan organisasi.


17

3. Ketersediaan Infrastruktur

Keberadaan infrastruktur mencakup antara lain: pedoman, kebijakan, dan

prosedur yang terintegrasi dengan unsur-unsur SPIP lainnya, sesuai dengan

proses bisnis dan karakteristik suatu instansi pemerintah terkait dengan

penyelenggaraan SPIP.

4. Keteladanan dari Pimpinan

Lingkungan pekerjaan sangat mempengaruhi pemebentukan karakter dan

budaya kerja dalam suatu organisasi. Pimpinan dalam bersikap dan

bertingkah laku akan dapat mendorong terciptanya budaya kerja yang selalu

mengedepankan nilai-nilai kejujuran, etika dan disiplin.

4. Pencegahan fraud (kecurangan)

a. Pengertian Fraud

Tugiman (2008: 3) menjelaskan pengertian kecurangan adalah sebagai

berikut: “kecurangan di definisikan sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan

melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu. Menipu

atau memberikan yang keliru untuk keuntungan pribadi atau kelompok secara

tidak fair, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.

Menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) dalam karyono (2013) fraud

adalah sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang

ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja. Dalam pengertian ini

diartikan bahwa fraud mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan

melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan

tertentu seperti menipu atau memberikan gambaran keliru kepada pihak-pihak lain

baik dalam organisasi maupun luar organisasi.


18

Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa fraud berarti suatu item

tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu

kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan fraud

(fraudulent).

b. Faktor Terjadinya Fraud

Menurut SAS 99 (AU 316) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2014: 9)

terdapat tiga faktor seseorang melakukan kecurangan yang dikenal sebagai fraud

triangle, yaitu:

pressure

opportunity Rationalization
Gambar 2.1
Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
Sumber : Amin Widjaja Tunggal 2014
1. Pressure (tekanan)

Tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong

seseorang berani melakukan tindakan kecurangan. Faktor ini berasal dari

individu si pelaku di mana ia merasa bahwa tekanan kehidupan yang

begitu berat memaksa si pelaku melakukan kecurangan untuk

keuntungan pribadinya. Hal ini terjadi biasanya dikarenakan jaminan

kesejahteraan yang ditawarkan perusahaan atau organisasi tempat ia

bekerja kurang atau pola hidup yang serba mewah sehingga si pelaku
19

terus-menerus merasa kekurangan. Namun tekanan juga dapat berasal

dari lingkungan tempatnya bekerja, karyawan merasa tidak diperlakukan

secara adil, adanya proses penerimaan pegawai yang tidak fair.

2. Oopportunity (kesempatan)

Merupakan faktor yang sepenuhnya berasal dari luar individu, yakni

berasal dari organisasi korban perbuatan kecurangan. Kesempatan

melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Dengan

kedudukan yang dimiliki si pelaku merasa memiliki kesempatan untuk

mengambil keuntungan. Ditambah lagi dengan sistem pengendalian dari

organisasi yang kurang memadai.

3. Rationalization (rasionalisasi)

Si pelaku merasa memiliki alasan yang kuat yang menjadi dasar untuk

membenarkan apa yang dia lakukan. Serta mempengaruhi pihak lain

untuk menyetujui apa yang dia lakukan.

c. Klasifikasi Fraud

Siti dan Ely (2010: 64) mengklasifikasikan fraud ke dalam dua kelompok

utama, yaitu:

1. Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting) merupakan

salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan

dalam laporan keuangan, untuk mengelabui pemakai laporan keuangan,

yang menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan secara

material.

2. Penyalahgunaan aset (missappropriation of assets) merupakan salah saji

yang timbul dari pencurian aset entitas.


20

d. Pengertian pencegahan Fraud

Pencegahan fraud adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal

penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa

tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan

personil lain perusahaan untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai

tiga tujuan pokok yaitu keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi

operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Zabibollah

Rezaee, Richard Riley, 2005 : 7).

Amin Widjaja Tunggal (2012: 59) mengemukakan bahwa terdapat beberapa

tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Budaya jujur dan etika yang tinggi.

b. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud.

c. Pengawasan oleh komite audit.

e. Tujuan Pencegahan Fraud

Pencegahan Fraud yang efektif memiliki lima tujuan, menurut Diaz Priantara

(2013: 183) adalah sebagai berikut:

a. Prevention, mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini

organisasi.

b. Deterrence, menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat

coba-coba karena pelaku potensial melihat sistem pengendalian risiko fraud

efektif berjalan dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas sehingga

membantu jera (takut) pelaku potensial.

c. Disruption, mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh mungkin.

d. Identification, mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan

pengendalian.
21

e. Civil action prosecution, melakukan tuntunan dan penjatuhan sanksi yang

setimpal atau perbuatan curang kepada pelakunya.

f. Indikator Pencegahan Fraud

Dalam menilai pencegahan fraud dibutuhkan suatu indikator sebagai ukuran

dalam pencegahan fraud. Menurut the Institut of Internal Auditor, pencegahan

fraud melibatkan unsur-unsur yang diambil untuk mencegah pelaksanaan

kecurangan dan membatasi ekspour kecurangan itu ketika terjadi (Widiyarta,

Herawati, dan Atmadja, 2017).

5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial (Bansos)

a. Pengertian Pengelolaan Dana Bantuan Sosial

Menurut Kementerian Sosial (2011:15) bantuan sosial adalah bantuan yang

sifatnya sementara yang diberikan kepada masyarakat miskin, dengan maksud

agar mereka dapat meningkatkan kehidupannya secara wajar. Program bantuan

sosial merupakan salah satu komponen program jaminan sosial yang menjadi

bentuk realisasi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah yang sangat

peduli terhadap kondisi masyarakat yang miskin dan terlantar ditingkat bawah.

Pengertian bantuan sosial berdasarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011

tentang pedoman pemberian bantuan sosial yang bersumber dari APBD

sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, pasal 1 angka

15, “Bantuan sosial adalah pemberian berupa uang/barang dari pemerintah

daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya

tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari

kemungkinan terjadinya risiko sosial”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bantuan sosial

adalah pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif
22

dalam bentuk uang/barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b. Jenis dan Tujuan Bantuan Sosial

Berdasarkan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, jenis dan tujuan

pemberian bantuan sosial dapat di rinci sebagai berikut:

1) Rehabilitas sosial, yaitu untuk memulihkan dan mengembangkan

kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

2) Perlindungan sosial, yaitu untuk mencegah dan menangani risiko dari

guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok

masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan

kebutuhan dasar minimal.

3) Pemberdayaan sosial, yaitu untuk menjadikan seseorang atau kelompok

masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

4) Jaminan sosial, merupakan skema yang melembaga untuk menjamin

penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang

layak.

5) Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan

yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak

mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi

kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

6) Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk rehabilitas.
23

c. Sifat dan Kriteria Bantuan Sosial

Sifat dan kriteria bantuan sosial diatur dalam Bab IV Permendagri No. 32

Tahun 2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri No. 39

Tahun 2012 sebagai berikut:

1. bantuan sosial dapat diberikan kepada anggota/kelompok masyarakat oleh

pemerintah daerah sesuai kemampuan keuangan daerah, setelah

meproritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan

mempertimbangkan asas keadilan, kepatuhan, rasionalitas dan manfaat

untuk masyarakat.

2. Anggota/kelompok masyarakat yang dapat diberikan bantuan sosial

meliputi:

a) Individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan

yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik,

bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup

minimum;

b) Lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang

lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau

masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

3. Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga terbagi atas:

a) Bantuan sosial yang direncanakan sebelumnya

b) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya

4. Kriteria minimal pemberian bantuan sosial sebagai berikut:

a) Selektif

b) Memenuhi persyaratan penerima bantuan

c) Bersifat sementara dan tidak terus menerus


24

d) Sesuai tujuan penggunaan

5. Bantuan sosial dapat berupa uang dan atau barang yang diterima langsung

oleh penerima bantuan sosial.

d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance)

maka seluruh transaksi keuangan pada pemerintah daerah harus akuntabel (dapat

dipertanggungjawabkan), oleh karena itu, setiap penerima bantuan harus

bertanggung jawab atas penggunaan dana bantuan sosial. Pelaporan dan

pertanggungjawaban bantuan sosial dalam Permendagri No. 32 Tahun 2011

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri N0. 39 Tahun 2012 diatur

dalam pasal 34 s.d. pasal 39 dengan penjelasan sebagai berikut:

1. penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan penggunaan

bantuan sosial kepada kepala daerah melalui Pejabat Pengelolaan

Keuangan Daerah (PPKD) dengan tembusan kepada SKPD terkait.

Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan

penggunaan bantuan sosial kepada kepala daerah melalui kepala SKPD

terkait.

2. Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja bantuan

sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa

barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja bantuan sosial pada jenis

barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait.

3. PPKD membuat rekapitulasi penyaluran bantuan sosial kepada individu

dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya paling lambat

tanggal 5 januari tahun anggaran berikutnya.


25

4. Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan sosial

berupa keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima

bantuan sosial dan pakta integritas penerima bantuan sosial dikecualikan

terhadap bantuan sosial bagi individu dan/atau keluarga yang tidak dapat

direncanakan sebelumnya.

5. Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan material atas

penggunaan bantuan sosial yang diterimanya.

6. Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah

daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa barang

yang belum diserahkan kepada penerima bantuan sosial sampai akhir tahun

anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

7. Realisasi bantuan sosial berupa barang di konversikan sesuai standar

akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan

pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan

pemerintah daerah.

B. Tinjauan Empiris

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di

sejumlah tempat. Hasil penelitian tersebut dijadikan landasan dan pembanding

dalam penelitian ini. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi atau jurnal

yang dijadikan acuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penelitian Suryo Irawan (2016) yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud Pengelolaan

Dana Operasional Sekolah (BOS) (Studi pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Andir

Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan

sistem pengendalian internal pemerintah terhadap pencegahan fraud pengelolaan


26

dana bantuan operasional sekolah. Metode yang digunakan penelitian ini adalah

deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa peranan sistem pengendalian internal pemerintah

berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana BOS. Hal ini berarti

semakin baik peranan sistem pengendalian internal pemerintah akan

menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan dana BOS yang semakin baik juga.

Penelitian Ni Kadek dwi Ariastini, Gede Adi Yuniarta, Putu Sukma Kurniawan

(2017) yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit, dan Whisteblowing

System terhadap Pencegahan Fraud pada Pengelolaan Dana Bos Se Kabupaten

Klungkung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Sumber

Daya Manusia, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit,

dan Whiste blowing System secara parsial dan simultan terhadap Pencegahan

Fraud pada Pengelolaan Dana Bos di Kabupaten Klungkung. Metode yang

digunakan penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia,

SPIP, Proactive fraud audit, dan whisteblowing system berpengaruh positif secara

parsial dan simultan terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan dana BOS di

Kabupaten Klungkung.

Penelitian Gilang Noor Alamsyah (2017) yang berjudul Pengaruh Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah dan Kompensasi terhadap Pencegahan Fraud

pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji adanya pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah dan

kompensasi terhadap pencegahan fraud pada SKPD Kota Bandung. Metode

analisis yang digunakan adalah metode explanatory dengan analisis regresi linear
27

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPIP dan kompensasi secara

parsial maupun simultan berpengaruh negatif terhadap fraud pada SKPD Kota

Bandung. Kontribusi pengaruh dari SPIP dan kompensasi terhadap fraud pada

SKPD Kota Bandung adalah sebesar 53,1% sedangkan 46,9% dipengaruhi oleh

faktor lain diluar kedua variabel independen dalam penelitian ini.

Penelitian Asep Brata Muji dan Endah Nurhawaeny (2018) yang berjudul

Pengaruh Pengendalian Internal terhadap Bantuan Sosial (Studi Kasus pada

Bandan Pengelolaan Lingkungan Hidup di kabupaten Cirebon). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap bantuan

sosial pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Cirebon. Metode

yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa otorisasi dan prosedur pencatatan dengan

tingkat bantuan sosial di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten

Cirebon membuktikan adanya hubungan yang cukup kuat (sedang) dan memiliki

signifikan.

Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian

Internal dan Good Corporate Governance terhadap Pencegahan Fraud. Penelitian

ini bertujuan untuk bagaimana pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah

dan good corporate governance terhadap pencegahan fraud. Metode yang

digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah

berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Sedangkan good corporate governance

tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud.

Penelitian Yosua Palentino (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah dan Komitmen Organisasi terhadap


28

Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Medan). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah SPIP dan komitmen organisasi berpengaruh

terhadap pencegahan fraud pada pemerintah kota Medan. Metode yang

digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa SPIP dan komitmen organisasi secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud pada

pemerintah kota Medan.

Penelitian dwi Nur Huljanah (2019) yang berjudul Pengaruh kompetensi

aparatur, sistem pengendalian internal, dan moralitas individu terhadap

pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa. Tujuan penelitian ini untuk

menganalisis pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan

moralitas individu terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa pada

desa-desa di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian yang

digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa bahwa kompetensi aparatur dan sistem

pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan

keuangan desa di pemerintahan desa Kecamatan Baki. Moralitas individu

berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa di

pemerintahan desa Kecamatan Baki.

Penelitian Mochamad Rahmat Armansyah, R Muchamad Noch, dan yana

Rohdiana (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

(SAKD) dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap

Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi). Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui SAKD, SPIP dan pencegahan

fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi, serta untuk menganalisis dan
29

mengetahui seberapa besar pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan

fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi baik parsial dan simultan. Metode yang

digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengaruh SAKD terhadap pencegahan fraud

secara parsial pada Pemerintah Kota Cimahi sebesar 27,2% dan pengaruh SPIP

terhadap pencegahan fraud secara parsial pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi

sebesar 61,1%. Sedangkan pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan

fraud secara simultan pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi sebesar 88,3%.

Sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah

pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik, sementara pencegahan fraud

pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik.

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan penelitian

sebelumnya terletak pada objek penelitian di mana yang menjadi objek penelitian

dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang ialah pengelolaan dana bantuan

sosial di Kabupaten Bone. Selain itu peneliti hanya menggunakan variabel sistem

pengendalian internal pemerintah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

pencegahan fraud atas pengelolaan dana bantuan sosial.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

NO Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian
1. Suryo Pengaruh Kuantitatif Hasil penelitian
Irawan Penerapan menunjukkan bahwa
(2016) Sistem peranan sistem
Pengendalian pengendalian internal
Internal pemerintah berpengaruh
30

Pemerintah terhadap pencegahan


terhadap fraud pengelolaan dana
Pencegahan bantuan operasional
Fraud sekolah. Hal ini berarti
Pengelolaan semakin baik peranan
Dana Bantuan sistem pengendalian
Operasional internal pemerintah akan
Sekolah (BOS) menyebabkan
(Studi pada pencegahan fraud
Sekolah Dasar Di pengelolaan dana BOS
Kecamatan Andir yang semakin baik juga.
Kota Bandung

2. Ni Kadek Pengaruh Kuantitatif Hasil penelitian


Dwi Kompetensi menunjukkan
Ariastini, sumber Daya kompetensi sumber
Gede Adi Manusia, sistem daya manusia, SPIP.
Yuniarta, Pengendalian Proactive fraud audit,
Putu Iternal dan whisteblowing
Sukma Pemerintah, system berpengaruh
Kurniawan Proactive fraud positif secara parsial dan
(2017) audit, dan simultan terhadap
whisteblowing pencegahan fraud pada
System terhadap pengelolaan dana BOS
Pencegahan di Kabupaten Klungkung
Fraud pada
Pengelolaan
Dana BOS se-
Kecamatan
Kabupaten
Klungkung
3. Gilang Pengaruh sistem Kuantitatif Hasil penelitian
Noor pengendalian menunjukkan bahwa
intern pemerintah SPIP dan kompensasi
31

Alamsyah dan kompensasi secara parsial maupun


(2017) terhadap fraud simultan berpengaruh
pada satuan kerja negatif terhadap fraud
perangkat daerah pada SKPD daerah
kota Bandung kabupaten Bandung.
Kontribusi pengaruh dari
SPIP dan kompensasi
terhadap fraud pada
SKPD kota Bandung
adalah 53,1%
sedangkan 46,9%
dipengaruhi oleh faktor
lain di luar kedua
variabel independen
dalam penelitian ini
4. Asep Pengaruh Kuantitatif Hasil penelitian
Brata Muji pengendalian menunjukkan bahwa
dan Endah internal terhadap otorisasi dan prosedur
Nurhawae bantuan sosial pencatatan sebagai
ny (2018) (studi kasus pada (subvariabel X1) dengan
badan tingkat bantuan sosial
pengelolaan sebagai (variabel Y) di
lingkungan hidup Badan Pengelolaan
di Kabupaten Lingkungan Hidup
Cirebon) (BPLH) Kab. Cirebon
membuktikan adanya
hubungan yang cukup
kuat (sedang) dan
memiliki signifikan.
5. Hilmi Pengaruh Sistem Kuantitatif Hasil penelitian
Faiqoh Pengendalian menunjukkan bahwa
(2019) Internal dan Good sistem pengendalian
Corporate internal pemerintah
32

Governance berpengaruh terhadap


terhadap pencegahan fraud.
Pencegahan Sedangkan good
Fraud corporate governance
tidak berpengaruh
terhadap pencegahan
fraud.
6. Yosua Pengaruh sistem Kuantitatif Hasil penelitian
Palentino pengendalian menunjukkan bahwa
(2019) internal SPIP dan komitmen
pemerintah dan organisasi secara
komitmen bersama-sama
organisasi berpengaruh signifikan
terhadap terhadap pencegahan
pencegahan fraud fraud pada pemerintah
(studi kasus pada kota medan
pemerintah kota
Medan)
7. Dwi Nur Pengaruh Kuantitatif Hasil penelitian
Huljanah kompetensi menunjukkan bahwa
(2019) aparatur, sistem kompetensi aparatur dan
pengendalian SPI tidak berpengaruh
internal, dan terhadap pencegahan
moralitas individu fraud pengelolaan
terhadap keuangan desa di
pencegahan fraud pemerintah desa
pengelolaan kecamatan Baki.
keuangan desa Sedangkan moralitas
individu berpengaruh
terhadap pencegahan
fraud pengelolaan
keuangan desa di
33

pemerintah desa
Kecamatan Baki
8. Mochama Pengaruh sistem Kuantitatif Hasil penelitian
d Rahmat akuntansi menunjukkan bahwa
Armansya keuangan daerah pengaruh SAKD
h, R (SAKD) dan terhadap pencegahan
Muchama sistem fraud secara parsial
d Noch. M pengendalian pada kantor pemerintah
AK. Dan internal kota Cimahi sebesar
Yana pemerintah 27,2% dan pengaruh
Rohdiana (SPIP) terhadap SPIP terhadap
(2019) pencegahan fraud pencegahan fraud
(studi kasus pada secara parsial pada
kantor pemerintah kantor pemerintah kota
kota Cimahi) Cimahi sebesar 61,1%.
Sedangkan pengaruh
SAKD dan SPIP
terhadap pencegahan
fraud secara simultan
pada Kantor Pemerintah
Kota Cimahi sebesar
88,3%

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat

digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanya kerangka

penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan

antara variabel dalam proses analisisnya. Adapun gambar kerangka konseptual

dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah.


34

Sistem Pengendalian
Pencegahan Fraud
Internal Pemerintah
(X) (Y)

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Dari kerangka konseptual diatas memperlihatkan bahwa pencegahan fraud

sebagai variabel dependen diduga akan dipengaruhi oleh variabel independennya

berupa penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Salah satu cara

yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud pada pengelolaan dana

bantuan sosial di Kabupaten Bone yaitu melalui peningkatan sistem pengendalian

intern sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008. Semakin baik pengendalian internal

yang diterapkan, semakin mudah bagi kita untuk mencegah terjadinya fraud,

sebaliknya semakin buruk pengendalian internal yang diterapkan, maka semakin

sulit untuk mencegah terjadinya fraud.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya masih harus

di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka

(Martono, 2011). Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penemuan beberapa

penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh Positif dan Signifikan

terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di

Kabupaten Bone”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel

lainnya. Menurut Sugiyono, (2015) penelitian Eksplanatori adalah penelitian yang

menjelaskan hubungan kausal antara variabel yang saling berpengaruh,

sedangkan metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2018:35-36)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten

Bone yang berlokasi di Jalan Jeppee, Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone,

sulawesi selatan. Sedangkan waktu dalam penelitian ini direncanakan selama dua

bulan.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Berdasarkan judul penelitian diatas, maka variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Operasional

untuk pengujian hipotesis yang dilakukan adalah :

35
36

1. Variabel independen atau variabel bebas

Menurut Sugiyono (2017:68) variabel independen/bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Sub variabel dari variabel

independen adalah unsur-unsur dari sistem pengendalian internal

pemerintah, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

2. Variabel dependen atau variabel terikat

Menurut Sugiyono (2017:68) variabel dependen/terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan fraud yang di

ukur dengan skala likert skor 1-5.

Untuk memudahkan dalam pengumpulan data dan pengukurannya, maka

variabel variabel dalam penelitian ini dapat di operasionalkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Variabel Skala


Variabel
Sistem Unsur-unsur Likert
Pengendalian SPIP terdiri
Internal Pemerintah dari:
(X) Lingkungan 1. Penegakan integritas dan nilai
“SPIP adalah pengendalian etika.
proses yang 2. Komitmen terhadap
integral pada kompetensi
37

tindakan dan 3. Kepemimpinan yang kondusif


kegiatan yang 4. Pembentukan struktur
dilakukan secara organisasi sesuai dengan
terus menerus oleh kebutuhan.
pimpinan dan 5. Pendelegasian wewenang
seluruh pegawai dan tanggungjawab yang
untuk memberikan tepat.
keyakinan 6. Kebijakan dan praktik
memadai atas pembinaan SDM.
tercapainya tujuan 7. Perwujudan peran aparat
organisasi melalui pengawasan intern
kegiatan yang pemerintah yang efektif.
efektif dan efisien, 8. Hubungan kerja yang baik
keandalan dengan instansi pemerintah.
pelaporan
keuangan, Penilaian risiko 1. Tujuan instansi pemerintah.
pengamanan ase 2. Tujuan pada tingkat kegiatan.
negara, dan
ketaatan terhadap Kegiatan 1. Review atas kinerja instansi.
peraturan Pengendalian 2. Pembinaan SDM.
perundang- 3. Pengendalian pengelolaan
undangan (PP No. sistem.
60 Tahun 2008 ) 4. pengendalian fisik atas aset.
5. Pendapatan dan review atas
indikator dan ukuran kinerja.
6. Pemisahan fungsi
7. Otorisasi atas transaksi dan
kejadian penting.
8. pencatatan yang akurat dan
tepat waktu atas transaksi
dan kejadian yang penting.
38

9. Pembatasan dan akses atas


sumber daya dan
pencatatannya.
10. Dokumentasi yang baik atas
SPI serta transaksi dan
kejadian yang penting.

Informasi dan 1. Menyediakan, memanfaatkan


komunikasi
berbagai bentuk dan sarana
komunikasi.
2. Mengelola, mengembangkan,
dan memperbarui sistem
infomasi secara terus
menerus.

Pemantauan 1. Pemantauan berkelanjutan.


2. Evaluasi terpisah.
(PP Nomor. 60
Tahun 2008) 3. Penyelesaian audit.

Pencegahan fraud 1. Fraud 1. Memberikan sanksi yang Likert


(Y) awarenes tegas kepada mereka yang
“mencegah fraud melakukan kecurangan.
merupakan segala
upaya untuk 2. Swakelola 2. Dinas sosial melibatkan
menangkal pelaku dan masyarakat dalam
potensial, Partisipatif perencanaan, pelaksanaan
mempersempit dan evaluasi program.
ruang gerak, dan
mengidentifikasi 3. Transparan 3. Masyarakat memberikan
kegiatan yang saran dan kritik terhadap
berisiko terjadinya pengawasan program dana
kecurangan (fraud) bantuan sosial yang
dilakukan di dinas sosial.
39

(Karyono, 2013:47)
4. Akuntabel 4. Dinas sosial sebagai
penerima dana bansos
mempertanggungjawabkan
pengelolaan dana kepada
pemerintah dalam bentuk
laporan pertanggungjawaban
setiap akhir tahun.

5. Demokratis 5. Pimpinan dan pegawai


diberikan kesempatan untuk
mengajukan kritik saat
pemecahan masalah terkait
pengelolaan dana bantuan
sosial

6. Tertib 6. Dinas sosial sebagai


administrasi penerima dana bantuan
dan sosial membuat laporan
pelaporan pelaksanaan program
keseluruhan pada akhir
periode

7. Saling 7. Saya percaya kepada


percaya pemerintah selaku pihak
(Widiyarta, pemberi dana bantuan sosial
Herawati, dan telah melaksanakan tugas
Atmadja, 2017) dengan sebaik mungkin
tanpa melakukan tindak
kecurangan (Fraud).

Ukuran yang digunakan untuk menilai jawaban jawaban yang diberikan

dalam menguji variabel yaitu lima tingkatan, bergerak dari satu sampai lima.
40

Skor 5 untuk jawab Sangat Setuju (SS)

Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)

Skor 3 untuk jawaban kurang Setuju (KS)

Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)

Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian menurut Sugiyono (2017:136) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

pegawai yang terdaftar di dinas sosial kabupaten bone. Menurut kepala bagian

umum dan kepegawaian di dinas sosial kabupaten bone seluruh pegawainya

berjumlah 41 orang, jadi populasi dalam penelitian ini yaitu 41 pegawai.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Sampel penelitian menurut

Sugiyono (2017:137) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non probability sampling, yaitu pengambilan sampel yang memberi peluang atau

kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel (Suliyanto,

2009). Penentuan sampel menggunakan sampling jenuh di mana semua anggota

populasi dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai

dinas sosial kabupaten Bone yang berjumlah 41 orang.


41

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data terkait permasalahan penelitian yang diambil. Adapun

cara untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Tinjauan Kepustakaan (Library Research)

Metode ini dilakukan dengan mempelajari teori dan konsep yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti pada buku, majalah, dan jurnal

guna memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan

pembahasan.

2. Penelitian lapangan (Field Research)

Adapun alat-alat pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam

penelitian lapangan adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan mengamati secara langsung keadaan atau situasi subjek.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa

data yang diperoleh dari perpustakaan maupun dari Kantor Dinas

Sosial Kabupaten Bone.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek

penelitian terkait topik yang diteliti.


42

Pada penelitian ini peneliti menggunakan data primer. Data primer

merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber data

(Suliyanto, 2009). Data primer dalam penelitian ini meliputi jawaban responden

melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada seluruh pegawai yang ada

di dinas sosial kabupaten Bone. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

penelitian yang berisi tentang penilaian atas variabel x (Penerapan Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah) yang ditetapkan dalam PP No. 60 Tahun 2008

mengadopsi dari COSO Framework. Di mana dimensi penilaian mencakup 5

aspek pengendalian yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan sejauh mana variabel yang digunakan benar-

benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Kuesioner riset dikatakan

valid apabila instrumen tersebut benar benar mampu mengukur besarnya

nilai variabel yang diteliti (Suliyanto, 2009). Uji validitas digunakan untuk

mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan. Pengujian

validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yang di

dapat, jika nilai signifikan dibawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah

valid (Latan, dan Temalagi, 2012)

b. Uji reliabilitas

uji reliabilitas untuk mengukur variabel yang digunakan bebas dari

kesalahan dan menunjukkan hasil yang konsisten, menunjukkan sejauh

mana pengukuran dapat dipercaya (Suliyanto, 2009). Hasil uji reliabilitas


43

dengan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu instrumen

dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,70 (Latan, dan

Temalagi, 2012).

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik data primer, peneliti melakukan uji

normalitas data. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari

model regresi linear memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah jika data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi secara normal

maka kesimpulan statistik menjadi tidak valid atau bias. Cara untuk mendeteksi

apakah residual data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat grafik normal

probability plot dan uji statistik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Jika di dapat

nilai signifikan >0,05 maka data terdistribusi normal secara multivariate (Latan dan

Temalagi, 2012).

3. Uji Ketepatan Model

a. Uji t (secara Parsial)

Uji t bertujuan untuk menguji koefisien regresi masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Purwitasari,

2013). Uji t untuk melihat besarnya pengaruh sistem pengendalian internal

pemerintah secara parsial terhadap pencegahan fraud. Jika nilai t statistik <

0,05 atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka menolak H0, sedangkan jika t statistik > 0,05

atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka menerima H0.

b. Uji Koefisien determinasi

Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar variabel

independen menerangkan variabel dependen. Dalam mengevaluasi model


44

regresi digunakan nilai adjusted 𝑅 2 di mana nilainya dapat naik dan turun

apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Nilai

adjusted 𝑅 2dapat negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif.

Jika dalam uji regresi di dapat nilai adjusted 𝑅 2 negatif, maka nilai tersebut

dianggap nol (Latan dan Temalagi, 2012).

4. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen, yaitu dengan mencari persamaan

regresi yang bermanfaat untuk meramal nilai variabel dependen berdasarkan nilai-

nilai variabel independennya serta menganalisis hubungan antara variabel

dependen dengan dua atau lebih variabel independen baik secara parsial maupun

simultan. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yaitu

sistem pengendalian internal pemerintah (X) secara parsial terhadap variabel

dependen yaitu pencegahan fraud (Y), maka digunakan analisis regresi linier

sederhana. Menurut (Sugiyono, 2017:261), persamaan umum regresi linier

sederhana adalah sebagai berikut:

Ŷ=a+bX

Untuk nilai α dan b menurut Sugiyono, (2017:262), ditentukan dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

(∑𝑌)(∑𝑋 2 )−(∑𝑋)(∑𝑋𝑌)
a= 𝑛∑𝑋 2 −(∑𝑋)2

𝑛∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)
b= 𝑛∑𝑋 2 −(∑𝑋)2

Keterangan :

Ŷ = (dibaca Y topi), subjek variabel terikat yang diproyeksikan


45

X = Variabel independen (Perputaran Modal Kerja)

Y = Variabel dependen (Likuiditas)

a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan

nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

ɳ = Banyaknya sampel

X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya X akan menyebabkan

adanya perubahan nilai Y, artinya naik turunnya X akan bervariasi. Namun nilai Y

juga naik turun, dengan demikian nilai Y ini akan bervariasi. Namun nilai Y

bervariasi tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh X, karena masih ada faktor

lain yang menyebabkannya.

5. Uji Hipotesis

Uji statistik t bertujuan untuk mengetahui secara individual pengaruh satu

variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan yang

dihasilkan menunjukkan P <0,05 atau 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka dapat disimpulkan

bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

(Latan dan Temalagi, 2012).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Singkat Kantor Dinas Sosial Kabupaten Bone

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesejahteraan Sosial yang beralamat di ,

penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan terhitung sejak 7 Agustus 2020 sampai

dengan 7 Oktober 2020. Keberadaan dinas sosial kabupaten Bone sebagai salah

satu instansi dalam jajaran pemerintah kabupaten Bone dalam perkembangannya

dari masa ke masa mengalami perubahan secara organisasi kelembagaan yang

pada mulanya dinamakan Inspeksi Sosial Republik Indonesia (ISORI) sekitar

tahun 1952 yang membawahi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Bone, Soppeng dan

Wajo yang berkedudukan di Kabupaten Bone, dalam perkembangannya ISORI

berubah menjadi Jawatan Sosial pada tahun 1945-1969 yang hanya meliputi

wilayah kabupaten Bone saja, setelah itu menjadi Kantor Departemen Sosial

Kabupaten Bone sampai pada tahun 1999, sejalan dengan era Otonomi daerah

berdasarkan Peraturan Daerah No. 22 Tahun 2001 dibentuklah kantor Sosial

Kabupaten Bone, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi Badan Kesejahteraan

Sosial dan Linmas kabupaten Bone se hubung dengan Organisasi Perangkat

Daerah (OPD) berdasarkan perda No. 23 Tahun 2004.

Akibat dikeluarkannya peraturan pemerintah N0. 41 Tahun 2007 tentang

OPD yang dibarengi dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang

pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi

dan pemerintah daerah kabupaten/kota di mana sosial menjadi urusan wajib maka

46
47

dibentuklah Dinas Kesejahteraan sosial Kabupaten Bone Berdasarkan peraturan

daerah No. 3 tahun 2008.

Dinas sosial mempunyai tugas membantu bupati dalam melaksanakan

sebagian urusan dekonsentrasi di bidang pembangunan kesejahteraan sosial.

Dinas sosial dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang sosial

dan kebijakan bupati,

b. Perumusan dan penetapan kebijakan, baik yang berkaitan dengan tugas

manajerial administratif, maupun teknis operasional dengan mengacu

kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku,

c. Pengkoordinasian, pengarahan, pembimbingan dan pembinaan staf dalam

pelaksanaan tugas,

d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam proses penyusunan

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan,

e. Pemantauan, evaluasi, pembinaan, pengendalian, dan pertanggungjawaban

atas pelaksanaan kegiatan perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitas

sosial, pemberdayaan sosial dan penanganan bencana, dan

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.
48

Dinas sosial kabupaten Bone sejak periode baru pemerintah daerah

Kabupaten Bone telah menjalankan dan berusaha mewujudkan visi dam misi

sesuai sesuai dengan visi dan misi pemerintah kabupaten Bone sebagai berikut:

1. Visi Dinas Sosial adalah menciptakan masyarakat Bone yang mandiri,

berdaya saing dan sejahtera.

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi sebagai

berikut:

a. meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik, bersih dan bebas

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

b. Mengembangkan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

c. Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan,

pendidikan dan sosial dasar lainnya.

d. Mengoptimalkan akselerasi pembangunan daerah berbasis desa dan

kawasan perdesaan.

e. Mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk

pengembangan usaha dan mengembangkan inovasi daerah dalam

peningkatan pelayanan publik.

f. Meningkatkan budaya politik, penegakan hukum, dan seni budaya dalam

kemajuan masyarakat.

Adapun struktur organisasi kantor dinas sosial kabupaten bone sebagai

berikut:
49

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Bone tahun 2020


50

Yang menjadi ruang lingkup Pelayanan Dinas Sosial Kabupaten Bone

sesuai Struktur Organisasi sebagai berikut :

1. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

a. Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas.

▪ Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tubuh

▪ Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Netra

▪ Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Rungu Wicara

▪ Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Mental

▪ Rehabilitasi Sosial Penyandang Penderita Penyakit Kronis

b. Seksi Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia

• Pelayanan Sosial Anak Balita

• Perlindungan Kesejahteraan Sosial Anak

• Pelayanan Sosial Anak Terlantar

• Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat

• Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam Panti

• Pelayanan Sosial Lanjut Usia luar Panti

• Kelembagaan Sosial Lanjut Usia

c. Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang

• Rehabilitasi Sosial Penyandang Gelandang dan Pengemis

• Rehabilitasi Sosial Tuna Susila

• Rehabilitasi Sosial Bekas Narapidana

• Rehabilitasi Sosial Penyandang HIV / AIDS

• Pencegahan NAPZA

• Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA


51

• Rehabilitasi Sosial Korban Perdagangan Orang (Traficking)

• Rehabilitasi Sosial Korban Tindak Kekerasandan Pekerja Migran

• Rehabilitasi Sosial Korban LGBT

• Rehabilitasi Sosial Eks Orang dengan Gangguan Kejiwaan

(OdGJ)

2. Bidang Pemberdayaan Sosial

a. Seksi Pemberdayaan Sosial Kelembagaan Masyarakat dan Penerbitan

Izin Pengumpulan Sumbangan

• Karang Taruna

• Organisasi Sosial (Orsos)

• Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat

• Pemanfaatan CSR (Coorporate Sosial Responsibility)

• Kerja sama dan Kemitraan Usaha

• Pengerahan Dana dan Sumbangan Sosial

• Administrasi Perizinan Sumber Dana Sosial

• Pendayagunaan Dana dan Sumbangan Sosial

b. Seksi Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan Komunitas Adat

Terpencil

• Identifikasi dan Analisis Bantuan Fakir Miskin

• Bantuan Usaha bagi Usaha Mandiri Perorangan

• Bimbingan Usaha bagi Usaha Mandiri Perorangan

• Bantuan Usaha bagi Kelompok Usaha Bersama

• Bimbingan Usaha bagi Kelompok Usaha Bersama

• Pelayanan dan Pemberdayaan bagi Komunitas Adat Terpencil dan

Masyarakat Terpencil lainnya


52

c. Seksi Kepahlawanan dan Restorasi Sosial

• Pengelolaan Taman Makam Pahlawan

• Keluarga Pahlawan, Perintis dan Pejuang Kemerdekaan

• Penanaman nilai-nilai Kepahlawanan

• Penanaman nilai-nilai Solidaritas dan Kesetiakawanan Sosial

• Jaminan Kesetiakawanan Sosial

3. Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

a. Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam

• Kesiap siagaan dan Mitigasi

• Tanggap Darurat Bencana Alam

• Identifikasi dan Analisis Korban Bencana Alam

• Rehabilitasi Sosial Korban Bencana Alam

b. Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial

• Rehabilitasi Sosial Korban Bencana Sosial

• Tanggap Darurat Bencana Sosial

• Identifikasi dan Analisis Korban Bencana Sosial

• Rehabilitasi Sosial Korban Bencana Sosial

• Pemulihan Kondisi Sosial

c. Seksi Jaminan Sosial Keluarga

• Asuransi Kesejahteraan Sosial

• Kelembagaan Jaminan Kesejahteraan Sosial

• Program Keluarga Harapan (PKH)


53

4. Bidang Penanganan Fakir Miskin

a. Seksi Identifikasi dan Penguatan Kapasitas

• Pengumpulan dan Pengolahan Data dan Mekanisme Pemutakhiran

Mandiri (MPM)

• Pengembangan Sistem/Aplikasi Database Kemiskinan SIKS-NG -

Penyajian dan Penyebaran

• Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial

• Penyuluhan Sosial

• Bimbingan teknis dan diklat

b. Seksi Pendampingan dan Pemberdayaan

• Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat

• Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial

• Pengembangan Keserasian Kebijakan Publik dalam Penanganan

Masalah-masalah Sosial

• Pendampingan bagi Masyarakat Miskin

• Pemberdayaan Pendamping dan Masyarakat Miskin

c. Seksi Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Stimulan serta Penataan

Lingkungan Sosial

• Bantuan bagi Masyarakat Perkotaan

• Bantuan bagi Masyarakat Pedesaan

• Bantuan bagi Masyarakat Pesisir

• Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

• Kartu Indonesia Sejahtera/Kartu Keluarga Sejahtera


54

2. Realisasi Anggaran APBD yang dikelola Dinas Sosial Kabupaten Bone

Tabel 4.1

Realisasi Penggunaan Anggaran tahun 2019

Alokasi Realisasi Ralisasi


Anggaran (RP) keuangan (RP) Keuangan
(%)
Belanja tidak langsung 3.829.267.895 3.625.525.261 94,68%
Belanja Langsung 2.000.000.000 1.938.189.900 96,91%
Jumlah Anggaran 5.829.267.895 5.563.715.161 95,44%

Sumber : Laporan kinerja instansi pemerintah tahun 2019 dinas sosial kabupaten
bone.

Berdasarkan tabel 4.1 Menunjukkan bahwa realisasi anggaran yang

dikelola dinas sosial kabupaten bone tahun anggaran 2019 sebesar Rp.

5.563.715.161 (95,44%) dengan 2 pemanfaatan anggaran yang terdiri dari

belanja tidak langsung sebesar Rp. 3.625.525.261 (94,68%) dan belanja

langsung sebesar Rp. 1.938.189.900 (96,91%) dengan jumlah 12 program dan

34 kegiatan terdiri dari kegiatan rutin dan 19 kegiatan subtantif/teknis.

Dalam rangka pengembangan dan pembangunan bidang kesejahteraan

sosial, anggaran yang diterima sangat minim yakni Rp.2.000.000.000 dengan

realisasi keuangan Rp. 1.938.189.900 atau 96,91% terutama untuk

memberikan pelayanan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) yang kian kompleks dan penanganan masalah-masalah sosial lainnya.

Sedangkan perubahan kondisi sosial yang cepat dan kondisi wilayah yang

cukup luas sehingga memerlukan dana yang cukup dan sumber daya yang

maksimal untuk menanganinya.


55

B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bone,

fokus pengambilan data dilakukan di empat bidang yaitu: bidang bagian program,

bagian keuangan, pemberdayaan sosial, dan bidang penanganan fakir miskin.

Data yang digunakan yaitu data primer yang yang diperoleh dari penyebaran

kuesioner kemudian data sekunder berupa dokumen yang diberikan oleh dinas

sosial kabupaten Bone. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah, kuesioner yang dibagikan berjumlah 42 rangkap yang disebar

secara random di empat bidang dan kuesioner yang kembali berjumlah 39

rangkap.

Tabel 4.2

Data Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase


Kuesioner yang di sebar 41 100%
Kuesioner yang kembali 39 100%
Kuesioner yang dapat di olah 39 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner karakteristik responden dalam penelitian ini,

diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu: menurut jenis kelamin, usia,

masa kerja, dan pendidikan terakhir.

Berdasarkan hasil survei dengan menggunakan kuesioner, maka diperoleh

deskripsi mengenai responden sebagai berikut:


56

a. Jumlah Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3

karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Presentase


Laki-laki 23 58,9%
Perempuan 16 41,1%
Total 39 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Dari tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden yang

mempunyai jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang dengan persentase

58,9%, dan yang mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang

dengan persentase 41,1% dari keseluruhan responden. Jadi dari hasil

penelitian, jumlah responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan responden perempuan.

b. Jumlah Berdasarkan Usia

Tabel 4.4

Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase


Usia 21-30 Tahun 1 2,5%
Usia 31-40 Tahun 11 28,2%
Usia 41-50 Tahun 11 28,2%
Usia diatas 50 Tahun 16 41,1%
Total 39 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.4 karakteristik responden yang berusia antara 21-

30 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 2,5% , responden yang

berusia 31-40 tahun berjumlah 11 orang dengan persentase 28,2%,

responden yang beerusia 41-50 tahun berjumlah 11 orang dengan

persentase 28,2, dan usia diatas 50 tahun berjumlah 16 orang dengan


57

persentase 41,1%. Dari data tersebut menunjukkan komposisi usia pegawai

sebagian besar berada pada usia di atas 50 tahun yang berpengalaman.

c. Jumlah Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4.5

Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Masa Kerja Frekuensi Persentase


Masa Kerja 1-5 Tahun 1 2,5%
Masa kerja 6-10 Tahun 9 23,1%
Masa Kerja 11-15 Tahun 10 25,6%
Masa Kerja 16-20 tahun 0 0
Masa Kerja di atas 20 Tahun 19 48,8%
Total 39 100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.5 karakteristik responden yang memiliki masa

kerja antara 1 hingga 5 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 2,5%,

6 hingga 10 tahun berjumlah 9 orang dengan persentase 23,1%, 11 hingga

15 tahun berjumlah 10 orang dengan persentase 25,6%, 16-20 tidak ada,

diatas 20 tahun berjumlah 19 orang dengan persentase 48,8% . dengan

jumlah responden yang mendominasi berdasarkan masa kerja berada pada

masa kerja diatas 20 tahun dengan jumlah responden sebanyak 19 sehingga

dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman kerja

yang baik dan memadai.

d. Jumlah Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.6

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase


SMK/SMA 11 28,2%
D3 2 5,1%
S1 20 51,3%
S2 6 15,4%
Total 39 100%
Sumber: Data Primer yang diolah. 2020
58

Berdasarkan tabel 4.6 karakteristik responden yang memiliki

pendidikan terakhir SMK/SMA berjumlah 11 orang atau 28,2 % dari total

responden, pendidikan terakhir D3 berjumlah 2 orang atau 5,1%, pendidikan

terakhir S1 berjumlah 20 orang atau 51,3% dan pendidikan terakhir S2

berjumlah 6 orang atau 15,4% berdasarkan data tersebut menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan pegawai di dinas sosial sangat baik, bahkan data

menunjukkan bahwa terdapat 20 responden dengan tingkat pendidikan S1,

hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya kesadaran pegawai tentang

pentingnya pendidikan untuk meningkatkan pemahaman sistem.

2. Hasil Uji Stastistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran umum

atas data yang telah dikumpulkan yang terdiri atas 2 variabel yaitu sistem

pengendalian internal pemerintah (X) dan pencegahan fraud (Y). Analisis ini

meliputi jumlah penelitian, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean)

dan standar deviasi.

Tabel 4.7

Descriptive Statistics variabel penelitian

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sistem Pengendalian 39 98,00 125,000 110,7949 7,21176
Internal Pemerintah X
Pencegahan Fraud Y 39 28,00 35,00 31,2308 1,85616
Valid N (listwise) 39

Sumber : Olah data primer 2020, SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.7 hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa n atau

jumlah data pada variabel sistem pengendalian internal pemerintah (X) yaitu 39
59

dan jumlah data untuk variabel pencegahan fraud (Y) yaitu 39 dan masing-masing

variabel akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X)

Variabel sistem pengendalian internal pemerintah memiliki nilai minimum

98,00 nilai maksimum 125,00 rata-rata 110,7949 dan standar deviasi 7,21176.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa nilai mean memiliki nilai

yang lebih besar dari nilai standar deviasi, sehingga dapat diartikan bahwa

untuk variabel sistem pengendalian internal pemerintah memiliki penyebaran

data yang normal dan tidak terjadi bias maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

data yang diperoleh untuk variabel Sistem pengendalian Internal pemerintah

bersifat representative dan sesuai dengan keadaan yang terjadi dilapangan.

2. Pencegahan Fraud

Variabel pencegahan fraud memiliki total nilai nilai minimum 28,00 nilai

maksimum 35,00, rata-rata 31,2308 dan standar deviasi 1,85616. nilai standar

deviasi 1,85616 lebih kecil dari nilai mean 31,2308 sehingga dapat diartikan

bahwa untuk variabel pencegahan fraud memiliki penyebaran data yang normal

dan tidak terjadi bias maka dari itu dapat disimpulkan bahwa data yang

diperoleh adalah data yang representative.

3. Uji Instrumen penelitian

a. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 24 dengan

teknik pengujian pearson product moment. Responden yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu berjumlah (n) = 39 responden dengan r tabel >


60

Tabel 4. 8

Hasil Uji Validitas

R Hitung R Tabel
Item
Variabel (Pearson N (df) 39. Sig. Keterangan
pernyataan
Correlation) 0,05

X1 ,677** 0,2605 Valid

X2 ,677** 0,2605 Valid

X3 ,557** 0,2605 Valid

X4 ,465** 0,2605 Valid

X5 ,580** 0,2605 Valid

X6 ,473** 0,2605 Valid

X7 ,621** 0,2605 Valid

X8 ,677** 0,2605 Valid

X9 ,621** 0,2605 Valid

X10 ,677** 0,2605 Valid

X11 ,505** 0,2605 Valid


Sistem X12 ,471** 0,2605 Valid
Pengendalian
Internal X13 ,362* 0,2605 Valid
Pemerintah
(X) X14 ,505** 0,2605 Valid

X15 ,471** 0,2605 Valid

X16 ,505** 0,2605 Valid

X17 ,473** 0,2605 Valid

X18 ,621** 0,2605 Valid

X19 ,677** 0,2605 Valid

X20 ,362* 0,2605 Valid

X21 ,505** 0,2605 Valid

X22 ,471** 0,2605 Valid

X23 ,621** 0,2605 Valid

X24 ,473** 0,2605 Valid

X25 ,621** 0,2605 Valid


61

Y1 ,445** 0,2605 Valid

Y2 ,510** 0,2605 Valid

Pencegahan Y3 ,549** 0,2605 Valid


Fraud Y4 ,421** 0,2605 Valid
(Y) Y5 ,460** 0,2605 Valid

Y6 ,534** 0,2605 Valid

Y7 ,585** 0,2605 Valid

Sumber: Olah data primer 2020, SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.8 Menunjukkan bahwa seluruh pernyataan

kuesioner pada variabel sistem pengendalian internal pemerintah (X)

menunjukkan r hitung yang yang lebih besar dari r tabel (0,2605) sehingga

dapat disimpulkan seluruh item pernyataan dan pertanyaan variabel dinyatakan

valid dan data yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang baik.

b. Uji Reliabilitas

Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran

realibilitas menggunakan Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel

jika memberikan nilai Cronbach alpha > 0,60.

Tabel 4. 9
Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X) ,744 25
Pencegahan Fraud (Y) ,689 7

Sumber: Olah data primer 2020, SPSS.25


Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai

Cronbach Alpha yang lebih besar dari 0,60 variabel Sistem Pengendalian
62

Internal Pemerintah(X), memiliki nilai Cronbach Alpha 0,744, dan untuk variabel

pencegahan praud (Y) 0,689. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap item

pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten,

sehingga apabila pernyataan ini diajukan kembali maka akan diperoleh

jawaban yang relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan item

pernyataan dalam kuesioner adalah reliabel.

4. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian analisis regresi linear sederhana terhadap

hipotesis penelitian, uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus

terpenuhi dalam menggunakan analisis regresi linera sederhana yang berbasis

Ordinary Least squard (OLS). Adapun analisis regresi yang tidak didasarkan

pada OLS disebabkan karena tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik,

misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Oleh sebab itu sebelum

melakukan pengujian analisis regresi linear sederhana maka perlu dilakukan

terlebih dahulu suatu pengujian asumsi klasik atas data yang akan diolah

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak maka

digunakan uji statistik Kolmogrov-Smimov Test. Residual berdistribusi normal

jika memiliki nilai signifikansi>0,05.


63

Tabel 4.10
Tabel Uji Normalitas Data
sOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,62628526
Most Extreme Differences Absolute ,092
Positive ,092
Negative -,084
Test Statistic ,092
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.

Sumber : Olah data primer 2020, SPSS 25

Berdasarkan tabel 4. 10 Hasil uji normalitas dari pengolahan SPSS hasil

yang didapat berdasarkan One Sample Kolmegrov-Smirnov Test, adalah 0,200

lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal.

Gambar 4. 2
Hasil Uji normalitas menggunakan Normal P-P Plot Regresi
64

Berdasarkan gambar 4.2 Memperlihatkan penyebaran data yang berada

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan

bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

5. Hasil uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan dua variabel yang terdiri atas satu variabel

independen dan satu variabel dependen. Untuk mengetahui pola hubungan

antar variabel, maka akan diuji dua hipotesis yang telah diajukan sebelumnya

menggunakan metode analisis regresi linear sederhana.

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

H : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Pencegahan Fraud.

Tabel 4. 11

Hasil Uji Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa
Unstandardized Co Standardized
Efficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 4,387 1,585 2,767 ,009
Penerapan Sistem ,242 ,014 ,941 16,971 ,000
Pengendalian Internal
Pemerintahl x
a. Dependent Variable: Pencegahan Fraud y

Sumber : Olah data primer 2020, SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.11 Hasil uji regresi linear berganda dapat di analisis

model estimasi sebagai berikut.

Y= 4,387 + 0,242 (x)


65

Nilai konstanta dengan koefisien regresi pada tabel 4.11 dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Koefisien Konstanta sebesar 4,387 dengan nilai positif.

2) Variabel Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (x) memiliki

koefisien regresi positif sebesar 0,242. Nilai koefisien regresi positif

menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen variabel Sistem

pengendalian Internal Pemerintah, dengan asumsi variabel lain tetap,

maka akan meningkatkan Pencegahan Fraud sebesar 0,242 atau 24,2%

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien pada regresi linera diartikan sebagai seberapa besar

kemampuan variabel bebaas dalam mempengaruhi variabel terikatnya. Secara

sederhana koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan koefisien

korelasi (R).

Tabel 4. 12

Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,941a ,886 ,883 ,63469

Sumber: Olah data Primer, SPSS 25

Pedoman memberikan interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono,

(2015) yaitu:

0,00 - 0,199 = sangat rendah


0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
66

Berdasarkan Tabel 4.12, tampilan output SPPS nilai koefisien korelasi (R)

sebesar 0,941 menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara variabel bebas

dengan variabel terikat memiliki hubungan yang sangat kuat sehingga dapat

disimpulkan bahwa bahwa Penerapan Sistem pengendalian Internal

Pemerintah (x) terhadap pencegahan fraud (Y) memiliki hubungan yang sangat

kuat.

Berdasarkan Tabel 4.12, nilai adjusted 𝑅 2 adalah 0,883 yang

menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu Penerapan Sistem pengendalian

Internal Pemerintah (x) mampu menjelaskan perubahan sebesar 88,3% atas

variabel Pencegahan Fraud sebesar 11,7% perubahan diterangkan oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

b. Uji T Simultan

Uji ini digunakan untuk meneliti pengaruh apakah sistem pengendalian

internal pemerintah (X), secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pencegahan fraud atas pengelolaan dana bantuan sosial di kabupatn

Bone yang diuji pada tingkat signifikan 0,05. Jika nilai probability t lebih kecil

dari 0,05 maka hipotesis diterima, sedangkan jika probability t lebih besar dari

0,05 maka hipotesis di tolak (Ghazali, 2016).

Tabel 4. 13

Hasil Uji T Parsial

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 4,387 1,585 2,767 ,009
Sistem Pengendalian ,242 ,014 ,941 16,971 ,000
Internal Pemerintah x
a. Dependent Variable: Pencegahan Fraud Y
Sumber : olah data primer, SPSS 25
67

Berdasarkan tabel 4.13, hasil uji hipotesis pada variabel sistem

pengendalian internal pemerintah memiliki tingkat signifikasi sebesar nilai sig

0,000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t-hitung 16,971. Sehingga dapat diartikan

bahwa variabel penerapan sistem pengendalian internal pemerintah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud atas

pengelolaan dana bantuan sosial di kabupaten Bone.

6. Pembahasan

a. Lingkungan pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pencegahan fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa lingkungan pengendalian

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud. Hal ini berarti

pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada kantor dinas sosial

kabupaten Bone telah dijalankan sesuai dengan peraturan, dimana pimpinan

instansi selalu mengambil tindakan yang tegas atas pelanggaran kebijakan,

prosedur atau aturan perilaku dalam lingkungan pengendalian sehingga

menimbulkan kesadaran bagi pegawai mengenai pentingnya lingkungan

pengendalian dalam instansi. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneitian

Suryo Irawan (2016) dan Dini Pramesti Putri (2018) yang mengatakan bahwa

unsur sistem pengendalian internal pemerintah mencakup lingkungan

pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud.

Semakin baik pimpinan menerapkan aturan dalam lingkungan pengendalian

maka semakin kecil tingkat pegawai melakukan tindakan kecurangan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan Gilang Noor Alamsyah (2019) yang

menyatakan bahwa penerapan sistem pengendalian internal pemerintah terdiri

dari unsur lingkungan pengendalian berpengaruh negatif terhadap pencegahan


68

fraud, karena lingkungan pengendalian lebih memfokuskan pada keteladanan

sikap dari pimpinan instansi, sehingga pihak pegawai bisa saja terpicu

melakukan kecurangan disebabkan oleh tekanan ekonomi pegawai. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan Fraud Triangel Theory yang menyatakan

bahwa faktor yang mendorong seseorang melakukan tindakan kecurangan

disebabkan oleh adanya tekanan, peluang, dan pembenaran. Yang pada

dasarnya hal tersebut berasal dari sikap, perilaku dan tindakan pimpinan dalam

instansi. Pimpinan merupakan contoh bagi bawahannya dimana sikap, perilaku

dan tindakan pemimpin akan berpengaruh terhadap perilaku bawahan atau

pegawai.

b. Penilaian risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pencegahan fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa penilaian risiko

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa semakin sering pimpinan dinas sosial melakukan

analisis risiko secara lengkap dan menyeluruh terhadap kemungkinan

timbulnya kecurangan maka akan mengurangi terjadinya risiko kecurangan

terhadap sistem dan prosedur pencatatan laporan akuntansi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ni Kadek Dwi Ariastini, Gede Adi

Yuniarta, dan Putu Sukma Kurniawan (2017) menyatakan bahwa penilaian

risiko dibutuhkan oleh pimpinan sebagai bagian dari perancangan dan

pengoperasian struktur pengendalian intern untuk meminimalkan salah saji dan

ketidakberesan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Fraud Triangel Theory

dimana teori tersebut menjelaskan faktor yang mendorong seseorang

melakukan kecurangan karena adanya peluang atau kesempatan bagi pelaku


69

kecurangan. Apabila pimpinan sering melakukan analisis risiko yang mungkin

terjadi maka keberhasilan pencapaian tujuan instansi dapat dicapai serta

bentuk kecurangan dapat terdeteksi. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Dwi Nur Huljanah (2019) bahwa penilaian risiko tidak berpengaruh

terhadap pencegahan fraud.

c. Kegiatan Pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pencegahan fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kegiatan pengendalian di instansi dinas sosial telah dilakukan secara efektif

dalam mengatasi terjadinya risiko sehingga dapat mencegah terjadinya

tindakan fraud.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Asep Brata Muji dan Endah

Nurhawae (2018) yang mengatakan bahwa kegiatan pengendalian

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud. Kegiatan

pengendalian diterapkan untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa

sasaran instansi akan dapat dicapai termasuk pencegahan fraud. Penelitian ini

juga sejalan dengan Fraud Triangel Theory dimana kegiatan pengendalian

dilakukan untuk menilai kinerja para pegawai dengan adanya pemisahan tugas

sesuai fungsi dan tanggung jawab setiap pegawai, sehingga tidak terjadi

adanya rangkap jabatan yang bisa saja menjadi peluang atau kesempatan

pegawai dalam melakukan tindak kecurangan. Hasil penelitian ini berbanding

terbalik dengan penelitian Gilang Noor Alamsyah (2017) yang menyatakan

bahwa kegiatan pengendalian tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud.


70

Hal ini disebabkan karena adanya beberapa pegawai yang tidak memahami

tujuan dari kegiatan pengendalian.

d. Informasi dan komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pencegahan fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa informasi dan

komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informasi dan komunikasi telah

disajikan dan dilaksanakan secara tepat waktu dan terbuka dengan masyarakat

dan aparat pengawas intern sehingga segala bentuk tindakan korektif dapat

terlaksana secara tepat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yosua Palentino (2019)

menyatakan bahwa informasi dan komunikasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pencegahan fraud. Penelitian ini juga sejalan dengan Fraud

Triangel Theory dimana faktor pemicu terjadinya kecurangan terdiri atas

tekanan, peluang atau kesempatan, dan pembenaran dapat diminimalisir

apabila informasi disediakan secara tepat waktu dan saluran komunikasi

dilaksanakan secara terbuka dan efektif dengan masyarakat, rekan pegawai,

dan aparat pengawas intern. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Dwi Nur

Huljanah (2019) yang menyatakan bahwa informasi dan komunikasi tidak

berpengaruh terhadap pencegahan fraud.

e. Pemantauan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan

fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pemantauan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pimpinan instansi telah memilih evaluasi berkelanjutan


71

dalam memastikan bahwa keberadaan sistem pengendalian internal telah

berfungsi dengan semestinya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mochamad Rahmat

Armansyah, Muchamad Noch. M, dan Yana Rohdiana (2019) yang menyatakan

bahwa pemantauan berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Dengan adanya

pemantauan yang dilakukan secara rutin oleh pimpinan maka semakin kecil

tingkat terjadinya kecurangan. Penelitian ini juga sejalan dengan Fraud Triangel

Theory dimana pemantauan dilakukan untuk mencegah terjadinya tindakan

kecurangan yang disebabkan oleh adanya peluang atau kesempatan bagi

pelaku untuk melakukan tindakan kecurangan. Hasil penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian Dwi Nur Huljanah (2019) yang menyatakan bahwa

pemantauan tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hal ini disebabkan

karena pimpinan dalam instansi secara tidak rutin melakukan pemantauan

dalam hal pelaksanaan audit intern.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa variabel sistem pengendalian internal pemerintah dengan

indikator pengukur mencakup unsur unsur SPIP yang terdiri dari :

1. Lingkungan pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pencegahan fraud. Ha ini berarti semakin tegas pimpinan instansi dalam

menerapkan aturan dalam lingkungan pengendalian maka dapat mencegah

pegawai dalam melakukan tindakan kecurangan.

2. Penilaian risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud.

Artinya semakin sering pimpinan instansi dalam melakukan analisis risiko

secara lengkap dan menyeluruh terhadap kemungkinan timbulnya kecurangan

maka akan mengurangi terjadinya risiko kecurangan terhadap sistem dan

prosedur pencatatan laporan akuntansi.

3. Kegiatan pengendalian berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pencegahan fraud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan

pengendalian di instansi dinas sosial telah dilakukan secara efektif dalam

mengatasi terjadinya risiko sehingga dapat mencegah terjadinya tindakan

fraud.

4. Informasi dan komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pencegahan fraud. Artinya apabila informasi disediakan secara tepat waktu dan

saluran komunikasi dilaksanakan secara terbuka dan efektif dengan

72
73

masyarakat, rekan pegawai, dan aparat pengawas intern, maka dapat

mencegah terjadinya tindakan fraud.

5. Pemantauan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pimpinan instansi telah memilih

evaluasi berkelanjutan dalam memastikan bahwa keberadaan sistem

pengendalian internal telah berfungsi dengan semestinya.

B. Saran

Penelitian kedepannya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang

berkualitas, berikut beberapa masukan yang disarankan oleh peneliti bagi instansi

terkait dan penelitian selanjutnya.

1. Bagi Pemerintah Daerah

a. Pemerintah daerah diharapkan dapat memperhatikan terkait

pertanggungjawaban pengelolaan, pengendalian sumber daya dan

pelaksanaan kebijakan bantuan sosial agar tujuan dan sasaran yang

ditetapkan sesuai laporan penggunaan bantuan sosial sesuai dengan

laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja) secara periodik.

b. Pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan dan memilah

dengan baik manakah data atau proposal yang layak menerima dana

bantuan sosial agar penyaluran dana bantuan sosial tepat sasaran dan

tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

2. Bagi Operasional

a. Dinas Kesejahteraan sosial diharapkan dapat memaksimalkan SPIP agar

dapat meningkatkan kinerja pengelolaan dana bantuan sosial. SPIP yang

baik bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai bagi masyarakat.


74

b. Dinas Kesejahteraan sosial diharapkan dapat terus menyempurnakan

sistem pengendalian internal pemerintah internal agar segala kegiatan

yang dilakukan untuk mencapai tujuan instansi dapat berjalan sesuai

dengan harapan sehingga segala bentuk fraud dapat di hindari.

3. Bagi Akademik

a. Dapat menambah atau mencoba variabel lain yang lebih relevan terkait

dengan pencegahan fraud.

b. Selain menggunakan kuesioner atau pendekatan kuantitatif penelitian

selanjutnya bisa menggunakan metode kualitatif atau wawancara secara

langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Widjaja Tunggal, 2012, Pengendalian Internal ; Mencegah dan Mendeteksi


Kecurangan. Jakarta.

Agoes, Sukrisno. 2012 “Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh


Akuntan Publik”, Jilid 1, Edisi Keempat, Sale arvindo mba Empat,
Jakarta.
Al Haryono Jusup. 2014. Auditing (pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN.
Alvin. A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Amir Abadi Jusuf, (2011), Audit
dan jasa Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia).
Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Alamsyah, G.N, 2017, Pengaruh Sistem pengendalian Internal Pemerintah dan
kompensasi terhadap Fraud pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kota Bandung.
Arens, A.A., Elder, R.J., and Beasley, m.s.,2012. “Auditing and Assurance Service-
An Integrated Approach”.14th Edition. Pearson Education limited,
Edinburg Uk.
Arens, A. Alvin, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi jusuf. (2012).
Jasa Audittan dan Assurance. Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.
Amrizal. (2004). Pencegahan dan Pendeteksian kecurangan oleh internal auditor.
Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang
Investigasi.
Angelina dkk, Analisis Efektifitas Pengendalian Internal Persediaan Barang
Dagang Pada Supermarket Paragon Mart Tahunan, E jurnal 2017 Hal
:2
Ariastini , N.K., Yuniarta, G.A., Kurniawan, P.S. 2017. Pengaruh Kompetensi
Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Pemerintah, Proactive
Fraud Audit, dan whisteblowing System terhadap Pencegahan Fraud
pada Pengelolaan Dana BOS se kecamatan Kabupaten Klungkung. e-
Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 Vol: 8 No: 2 Tahun 2017.
Atmaja, Anantawikrama, dan Komang Adi Kurniawan Saputra. (2017).
Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12, No.1, 7-16.
Boynton, William C., et.al. (2006). Modern Auditing, 8th Edition. New York : John
Willey Sons Inc.

75
76

Dabbagoglu K, 2012, Fraud in Businessees and Internal Control System. Journal


of Modern Accounting and Auditing ISSN 1548-6583 July 8 (7) : 983-
989.
Ely Suhayati., & Siti Kurnia Rahayu. (2010). AUDITING, Konsep Dasar dan
Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Yigyakarta : Graha Ilmu.
Faiqoh, Hilmi. 2019, Pengaruh sistem Pengendalian Internal dan Good Corporate
Governance terhadap Pencegahan Fraud, Universitas Islam Sultan
Agung Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Semarang, 2019.
Halim, Abdul. 2008, Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan 1: Edisi
Empat, Yogyakarta: YKPN.
Hiro Tugiman, 2006, Standar Profesional Audit Internal, cetakan ke 9. Yogyakarta
: Kanisius.
Huljanah, D.N, 2019, Pengaruh Kompetensi Aparatur, Sistem Pengendalian
Internal, Dan Moralitas Individu Terhadap Pencegahan Fraud
Pengelolaan Keuangan Desa, Surakarta, 21 Maret 2019.
IAI. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta : Salemba Empat.
Irawan, Suryo. 2016. “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP) terhadap Pencegahan Fraud Pengelolaan Dana
Bantuan Operasional sekolah (BOS) (Studi pada Sekolah Dasar (SD)
Di Kecamatan Andir Kota Bandung)”. Skripsi Program Sarjana
Fakultas Ekonomi UNPAS Bandung.
http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/12025 .
Karyono, 2013, Forensik Fraud Edisi 1. Yogyakarta : Andi
Kementrian Sosial Republik Indonesia. (2011). Mari Kita Mengenal Program PKH.
http:// Depsos.go.id
Latan, Hengky, dan Selva Temalagi. (2012). Analisis Multivariate Teknik dan
Aplikasi Menggunakan Program IBM SPSS 20.0. Bandung: Alfabeta.
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-5. Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Mulyadi. 2013. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mochamad Rahmat Armansyah, R Muchamad Noch, dan Yana Rohdiana. 2019.
“Pengaruh sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap Pencegahan
Fraud (Studi Kasus Pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi)”. Skripsi
Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan
Bandung.
Muji, A., & Nurhawaeny, E. (2018). Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap
Bantuan Sosial (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Di Kabupaten Cirebon). Jurnal Proaksi, Vol.5 No.2, 88-102.
77

(https://doi.org/10.32534/jpk.v5i2.834), diakses tanggal 27 Desember


2018.
Palentino, Yosua. 2019, Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dan
Komitmen Organisasi terhadap Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada
Pemerintah Kota Medan).
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah : Lembaran Negara Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Standar Akuntansi Pemerintahan :
Lembaran Negara Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Keuangan No.81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial
pada Kementerian Negara/Lembaga.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tetntang Perubahan kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
pedoman pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari
APBD, Jakarta.
Putri, D.P. 2018. Pemahaman Pengelola Dana Bansos mengenai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah dan Pengaruhnya terhadap
Keterandalan Laporan Keuangan Pengelolaan Dana Bansos di
Lingkungan Kabupaten Sukoharjo, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret. No. 94-100.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susilawati, dan Maya R Atmawinata. 2014. Pengaruh Profesionalisme dan
Independensi Auditor Internal terhadap Kualitas Audit : Studi pada
Inspektorat Propinsi Jawa Barat. Bandung: Jurnal Etikonomi Vol. 13
No.2 Oktober 2014
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
Widiyarta, Nyoman dan Anantawikrama. (2017). Pengaruh Kompetensi Aparatur,
Budaya Organisasi, Wisteblowing dan Sistem Pengendalian Internal
terhadap Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan Dana Desa. Jurnal
Ilmiah Ilmu Ekonomi. Vol 8, No. 2, 1-12.
zabihollah Rezaee dan Riley Richard, 2005, Prevention and Detection. Canada.
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

• Pendahuluan

Sebelumnya saya sampaikan terima kasih atas kesediaan

Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Daftar

pertanyaan berikut dibuat dengan maksud mengumpulkan data dalam rangka

penyusunan Skripsi yang berjudul : Pengaruh Penerapan Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas

Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”, dengan melakukan

studi pada Universitas Muhammadiyah di Kota Makassar.

• Nama Responden :

• Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

• Usia :

• Pendidikan terakhir : SMK/SMA Diploma

S1 S2 S3

• Jabatan :

• Masa Kerja :

• No. HP :

78
79

• Pernyataan

Centang salah satu pilihan yang dianggap paling tepat, dengan petunjuk
sebagai berikut :

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ( X)

SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

JAWABAN
NO PERNYATAAN
STS TS N S SS

Lingkungan Pengendalian

Instansi selalu menerapkan aturan mengenai


1 STS TS N S SS
perilaku dan standar etika pegawai.
Instansi telah memiliki standar kompetensi untuk
2 setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi STS TS N S SS
dalam instansi.
Pimpinan instansi telah memberikan wewenang
kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat
3 STS TS N S SS
tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan
instansi
Struktur organisasi dinas sosial telah
4 menggambarkan pembagian kewenangan dan STS TS N S SS
tanggung jawab pegawai
Pimpinan dinas sosial selalu mengambil tindakan
5 yang tegas atas pelanggaran kebijakan, prosedur, STS TS N S SS
atau aturan perilaku.
Pimpinan instansi dinas sosial selalu memberikan
6 pemeriksaan mendadak terhadap catatan akuntansi, STS TS N S SS
fisik kas, dan barang.
Pimpinan instansi dinas sosial secara terus-menerus
7 melakukan penilaian terhadap kualitas pengendalian STS TS N S SS
internal pemerintah.
Pimpinan instansi telah menjalin hubungan kerja yang
8 STS TS N S SS
baik dengan instansi pemerintah.
80

Penilaian Risiko

Pimpinan dinas sosial telah melakukan analisis risiko


secara lengkap dan menyeluruh terhadap
9 STS TS N S SS
kemungkinan timbulnya kecurangan (Fraud)
terhadap pengelolaan dana bantuan sosial.
Pimpinan selalu memiliki rencana pengelolaan atau
10 mengurangi risiko pelanggaran terhadap sistem dan STS TS N S SS
prosedur pencatatan akuntansi.
KEGIATAN PENGENDALIAN
Pimpinan selalu melakukan review kinerja yang
11 STS TS N S SS
dibandingkan dengan tolak ukur kinerja
Pimpinan melakukan pengaman aset yang dimiliki
12 untuk menghindari adanya fraud (kesalahan yang STS TS N S SS
disengaja).
Pegawai dan pimpinan telah memahami tujuan dari
13 STS TS N S SS
kegiatan pengendalian.
14 Setiap transaksi selalu didokumentasikan pada bukti
STS TS N S SS
transaksi yang telah diberi nomor urut cetak.
Pimpinan dinas sosial telah mengembangkan
15 rencana untuk identifikasi dan pengamanan aset STS TS N S SS
infrastruktur
Adanya pemisahan tugas sesuai fungsi dengan
16 STS TS N S SS
tanggung jawabnya
Terdapat otorisasi yang jelas atas transaksi dan
17 STS TS N S SS
aktivitas
Dalam pencatatan transaksi, kode akun yang
18 digunakan adalah kode akun yang sesuai dengan STS TS N S SS
transaksi yang dimaksud
Aktivitas pengendalian selalu dievaluasi untuk
19 STS TS N S SS
meningkatkan kinerja instansi pemerintah
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Instansi dinas sosial telah menyediakan alat
20 pendukung untuk berbagai transaksi dan penyajian STS TS N S SS
laporan keuangan seperti perangkat keras (hardware)
Informasi telah disediakan secara tepat waktu dan
21 STS TS N S SS
memungkinkan tindakan korektif secara tepat
Saluran komunikasi berkelanjutan telah dilaksanakan
secara terbuka dan efektif dengan masyarakat,
22 STS TS N S SS
rekanan, dan aparat pengawas intern dalam
memberikan masukan signifikan
81

PEMANTAUAN
Pimpinan dinas sosial memilih evaluasi berkelanjutan
23 untuk memastikan bahwa pengendalian internal ada STS TS N S SS
dan berfungsi
Pimpinan dinas sosial mengembangkan dan
24 melakukan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan STS TS N S SS
bahwa pengendalian internal ada dan berfungsi
pimpinan dinas sosial mengevaluasi dan
25 mengkomunikasikan kekurangan pengendalian STS TS N S SS
internal pada pihak yang bertanggung jawab.
Sumber : Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008
82

Pencegahan Fraud (Y)

SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

JAWABAN
NO PERNYATAAN

STS TS N S SS
Memberikan sanksi yang tegas kepada
1 STS TS N S SS
mereka/pegawai yang melakukan kecurangan.
Dinas sosial melibatkan masyarakat dalam
2 STS TS N S SS
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi program.
Masyarakat memberikan saran dan kritik terhadap
3 pengawasan program dana bantuan sosial yang STS TS N S SS
dilakukan di dinas sosial.
Dinas sosial sebagai penerima dana bantuan
sosial mempertanggungjawabkan pengelolaan
4 STS TS N S SS
dana kepada pemerintah dalam bentuk laporan
pertanggungjawaban setiap akhir tahun.
Pimpinandan pegawai diberikan kesempatan
5 untuk mengajukan kritik saat pemecahan masalah STS TS N S SS
terkait pengelolaan dana bantuan sosial.
Dinas sosial sebagai penerima dana bantuan
6 sosial membuat laporan pelaksanaan program STS TS N S SS
keseluruhan pada akhir periode.
saya percaya kepada pemerintah selaku pihak
pemberi dana bantuan sosial telah melaksanakan
7 STS TS N S SS
tugas dengan sebaik mungkin tanpa melakukan
tindak kecurangan (Fraud).
Sumber : Widiyarta, Herawati dan Atmadja, (2017)
83

Lampiran 2 : Data Responden

Jenis Usia Masa Pendidikan


No Jabatan
Kelamin Tahun Kerja Terakhir
1 Kepala Dinas Laki-Laki 52 22 S2
Kepala bidang penanganan fakir
2 Laki-Laki 58 29 S2
miskin
Penyuluh konseling bagi ex
3 Laki-Laki 53 34 S2
penyandang sosial
Penyusun program anggaran dan
4 Laki-Laki 58 27 S1
pelaporan
5 Kepala bidang pemberdayaan sosial Laki-Laki 52 34 S1
Kepala bidang pelayanan rehabilitas
6 Perempuan 57 29 S1
sosial
7 Sekretaris Laki-Laki 58 22 S1
Kepala seksi kepahlawanan dan
8 Perempuan 47 22 S2
restorasi sosial
9 Kepala sub. Bagian keuangan Perempuan 58 34 D3
Kepala seksi pemberdayaan sosial
10 Laki-Laki 57 33 S1
perorangan keluarga
Kepala seksi pengelolaan dan
11 Perempuan 56 33 S1
penyaluran bantuan simultan
Kepala seksi rehabilitas tuna sosial
12 Perempuan 52 26 S1
dan korban perdagangan orang
Kepala seksi perlindungan sosial
13 Laki-Laki 55 33 S1
dan korban bencana sosial
Kepala seksi perlindungan sosial
14 Perempuan 55 31 SMA
dan korban bencana alam
15 Kepala sub bagian program Laki-Laki 38 14 S2
Kepala seksi rehabilitas sosial anak
16 Laki-Laki 49 11 S1
dan lanjut usia
84

Kepala seksi pemberdayaan sosial


17 kelembagaan penerbitan izin Laki-Laki 43 21 S1
pengumpulan sumbangan
Kepala seksi rehabilitas penyandang
18 Perempuan 47 11 S1
disabilitas
19 Bendahara Laki-Laki 43 11 S1
20 Penyusun pemberian bantuan teknis Perempuan 43 10 S1
21 Kepala seksi jaminan sosial keluarga Perempuan 36 10 S2
Kepala seksi pemberdayaan dan
22 Laki-Laki 39 10 S1
pendampingan sosial
23 Adm. Umum Perempuan 51 31 SMA
24 Pengelola dana bantuan sosial Perempuan 52 29 SMA
Pengadministrasian rehabilitas
25 Laki-Laki 56 27 SMA
masalah sosial
26 Adm. Keuangan Perempuan 50 29 SMA
27 Pengelola kepegawaian Perempuan 50 12 S1
Pengelola sarana dan prasarana
28 Laki-Laki 39 15 D3
kantor
Penyuluh penanganan masalah
29 Perempuan 29 1 S1
sosial
30 Adm. Umum Laki-Laki 44 11 S1
Adm. Rehabilitas sosial penyandang
31 Laki-Laki 39 11 S1
disabilitas
32 Adm. Rehabilitas masalah sosial Laki-Laki 39 11 S1
33 Adm. Anak terlantar Laki-Laki 41 10 S1
34 Adm. Rehabilitas masalah sosial Perempuan 34 10 SMA
35 Adm. Umum Laki-Laki 36 10 SMA
36 Adm. Keuangan Perempuan 34 10 SMA
37 Adm. Perencana dan program Laki-Laki 34 10 SMA
38 Adm. ehabilitas masalah sosial Perempuan 45 12 SMA
39 Adm. Umum Laki-laki 39 10 SMA
85

LAMPIRAN 3 : JAWABAN RESPONDEN

Pencegahan Fraud Y
No Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Total
1 5 5 5 5 3 5 4 32
2 5 5 5 5 4 4 4 32
3 5 5 4 4 4 5 5 32
4 4 4 5 4 4 5 4 30
5 5 4 4 5 3 4 4 29
6 5 5 5 5 3 5 5 33
7 5 4 5 5 3 4 5 31
8 5 5 5 5 3 5 5 33
9 5 4 4 4 3 5 4 29
10 4 4 5 4 4 5 4 30
11 5 5 5 5 5 5 5 35
12 5 5 4 4 4 4 5 31
13 4 4 4 5 5 5 4 31
14 4 4 4 4 4 4 4 28
15 5 5 4 4 4 4 4 30
16 5 4 4 5 5 5 4 32
17 5 5 5 5 5 5 5 35
18 4 4 4 4 5 5 5 31
19 4 5 5 5 4 4 4 31
20 4 4 5 5 5 4 4 31
21 5 5 4 4 5 5 4 32
22 5 4 4 4 4 5 5 31
23 5 5 5 5 5 5 5 35
24 5 4 5 5 5 5 5 34
25 5 4 5 4 5 4 5 32
26 4 4 4 5 4 4 5 30
27 4 4 4 5 4 4 5 30
28 5 5 4 4 5 5 5 33
29 4 4 4 5 4 5 5 31
30 5 4 4 5 4 4 4 30
31 5 4 4 4 4 4 4 29
32 5 4 4 4 4 4 4 29
33 4 5 4 5 4 5 4 31
34 4 5 4 4 3 4 4 28
35 4 4 4 5 5 4 4 30
36 4 4 5 4 4 5 4 30
37 5 5 5 5 5 5 5 35
38 5 5 4 4 4 4 5 31
39 4 4 4 5 5 5 4 31
86

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah X


No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15
1 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5
3 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4
4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5
5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4
6 5 5 3 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
7 5 5 4 4 5 3 4 5 4 5 4 5 5 4 5
8 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 5 4 4
10 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
12 5 5 3 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4
13 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4
16 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
19 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5
20 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5
21 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4
22 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5
25 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5
26 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4
27 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4
28 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4
29 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
31 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
32 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
33 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4
34 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4
35 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5
37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
38 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4
39 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4
87

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah X


No X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 Total
1 5 3 5 4 5 5 5 5 3 5 111
2 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 109
3 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 116
4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 108
5 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 98
6 5 3 5 5 5 5 5 5 3 5 116
7 4 3 4 5 5 4 5 4 3 4 108
8 5 3 5 5 5 5 5 5 3 5 117
9 4 3 5 4 5 4 4 5 3 5 104
10 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 110
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 125
12 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 112
13 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 110
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100
15 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 106
16 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 111
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 125
18 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 115
19 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 109
20 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 106
21 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 116
22 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 114
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 125
24 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 119
25 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 115
26 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 107
27 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 107
28 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 119
29 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 110
30 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 102
31 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 101
32 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 101
33 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 108
34 5 3 4 4 4 5 4 4 3 4 101
35 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 103
36 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 109
37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 125
38 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 113
39 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 110
88

Lampiran 4 : Hasil Olah Data SPSS

Uji Validitas data


89

Hasil Uji Reliabilitas


90

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Hasil Uji Normalitas Data


91

Hasil Uji Koefesien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Hasil Uji T Parsial


92

LAMPIRAN 5 : SURAT PENELITIAN

92
93
94
BIOGRAFI PENULIS

Lisnawati panggilan Lisna lahir di Malimongeng pada tanggal

25 Desember 1998 dari pasangan suami istri Bapak Fudding

dan Ibu Nurasia. Peneliti adalah Anak Kedua dari 4

bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di Awakkenre

Desa Malimongeng Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SD Negeri Inpres 7/83

Malimongeng lulus tahun 2010. SMP Negeri 1 Salomekko lulus tahun 2013, SMA

Negeri 1 Kajuara lulus tahun 2016, dan mulai tahun 2016 mengikuti Program S1

Akuntansi di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan

sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai

mahasiswa Program S1 Akuntansi Kampus Universitas Muhammadiyah

Makassar.

95

Anda mungkin juga menyukai