Siklus 9 - Kelompok 1 - PEB
Siklus 9 - Kelompok 1 - PEB
Disusun oleh:
Tanggal 2023
Disusun oleh:
Menyetujui,
2
( Febrinawati Rifdi, S.SiT, M.Biomed )
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
RSUD Mayjen H.A Thalib Tahun 2023”, dalam kesempatan ini penulis menghanturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing ibu
Vitria Melinda,S.ST. M.Kes, dan lapangan pembimbing lapangan ibu Ns. Yevi Afrinal,
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini dikemudian
hari.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Jika dihitung mulai dari fertilisasi sampai lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9
ke-13 sampai ke-27), dan trimester III 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40
sering tidak diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul
antenatal yang teratur dan yang secara rutin mencari tanda-tanda preeklamsia,
dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Prawirohardjo S, 2014:
4
543). 2 Angka Kematian Ibu (AKI) di Dunia mencapai angka 289.000 jiwa dimana
dibagi atas beberapa negara antara lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa,
Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu
Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara asia tenggara
yang tinggi dibandingkan dengan tahun 2007. Hasil Survei Demografi dan
adalah sebesar 359 per 100.000 KH, sedangkan tahun 2007 sebesar 228 per
100.000 KH. Angka ini masih jauh dibandingkan dengan target Millennium
Development Goals (MDGs) 2015 yaitu menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000
tertinggi pada tahun 2013 adalah perdarahan, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK),
infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia didominasi oleh
5
tahun 2010 disebabkan oleh Hipertensi Dalam Kehamilan (Profil Kesehatan
Indonesia, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Preeklamsia berat
2. Tujuan Khusus
Sungai Penuh.
diagnosa aktual pada Ny.N G3P2A0 dengan pre eklamsia berat, di Ruang
6
d. Mampu melaksanakan tindakan segera pada pada Ny.N G3P2A0 dengan
pre eklamsia berat, di Ruang Bersalin RSUD Mayjen H.A Thalib Kota
Sungai Penuh.
disusun pada pada Ny.N G3P2A0 dengan pre eklamsia berat, di Ruang
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Intitusi
3. Bagi Pembaca
7
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi atau menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembaca tentang preeklamsia berat pada ibu
hamil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu kecuali
merupakan bentuk paling umum dari tekanan darah tinggi yang mempersulit
proteinuria yang baru. Dua kriteria ini dianggap definisi klasik preeklampsia,
tidak ada proteinuria. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.
B. Diagnosis Preeklampsia
8
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik
yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada
darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua
proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam
atau tes urin dipstik > positif 1. Pemeriksaan kadar protein kuantitatif pada hasil
dipstik positif 1 berkisar 0-2400 mg/24 jam, dan positif 2 berkisar 700-4000 mg/24
jam.
C. Klasifikasi Preeklampsia
kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin
masif (lebih dari 5g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia
Preeklampsia
9
1. Hipertensi: Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau
2. Protein urin: Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstik > positif 1. Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat
abdomen
d. Edema paru.
Preeklampsia Berat
atau 110 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
10
3. Gangguan ginjal: Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan
5. Edema paru.
E. Patofisiologi
dengan spektrum klinis yang berkisar dari nyaris tidak nyata hingga penurunan
Seperti yang telah diuraikan tanda klinis ini diduga merupakan akibat
sindrom preeklampsia pada ibu biasanya diuraikan per sistem organ, manifestasi
11
Pada awal kehamilan, sel sitotrofoblas menginvasi arterispiralis uterus,
mengganti lapisan endothelial dari arteri tersebut dengan merusak jaringan elastis
kehamilan berakhir, arteri spiralis uteri dilapisi oleh sitotrofoblas, dan sel
endothelial tidak lagi ada pada bagian endometrium atau bagian superfisial dari
sistem arteriolar yang rendah tahanan serta mengalami peningkatan suplai volume
invasi arteri spiralis uteri hanya terbatas pada bagian desidua proksimal, dengan
30% sampai dengan 50% arteri spiralis dari placental bed luput dari proses
secara anatomis masih intak dan tidak terdilatasi. Rerata diameter eksternal dari
arteri spiralis uteri pada ibu dengan preeklampsia adalah 1,5 kali lebih kecil dari
adekuat terhadap kebutuhan suplai darah janin yang meningkat yang terjadi
yang mengalami iskemi progresif selama kehamilan. Selain itu, plasenta pada ibu
12
normal. Bukti empiris lain yang mendukung gagasan bahwa plasenta merupakan
etiologi dari preeklampsia adalah periode penyembuhan pasien yang cepat setelah
koagulan, anti platelet, fibrinolisis melalui pelepasan faktor yang berbeda. Hal ini
merupakan penyebab dari preeklampsia, dan bukan efek dari gangguan kehamilan
pada ibu yang sudah ada sebelumnya seperti hipertensi kronis, diabetes, dan
1. Usia ibu
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu hamil antara usia 20-35 tahun,
di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan
13
sempurna secara keseluruhan dan kejiwaannya belum siap menjadi ibu,
satunya preeklampsia.
Menurut teori yang ada preeklampsia lebih sering didapatkan pada masa
awal dan akhir usia reproduktif yaitu usia remaja atau diatas 35 tahun. Ibu
hubungan antara umur ibu dengan kejadian preeklampsia, umur ibu yang
dibandingkan ibu usia reproduksi sehat 20-35 tahun ( p-value 0,01 OR 7,875
yang berhubungan dengan penuaan pembuluh darah uterus dan arteri kaku.
Selain itu, ketika hamil wanita yang semakin tua, maka adaptasi hemodinamik
2. Paritas
14
penghambat pembentukan antibodi, belum sempurna sehingga meningkatkan
Paritas yang aman adalah 1-3 jumlah anak. Apabila lebih dari
3mempunyai angka kematian lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi
kematian maternal. Risiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau dicegah
dengan keluarga berencana. Wanita yang telah banyak melahirkan >3 rentan
terhadap komplikasi yang serius, bahaya pada masa kehamilan salah satunya
adalah preeklampsia dimana pada paritas yang tinggi yaitu >3 aliran darah
menurut Fatkhiyah (2016), ibu dengan paritas >3 berisiko semakin kecil
3. Riwayat preeklampsia
penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita
15
preeklampsia pada ibu hamil dan nilai OR =2,618 artinya bahwa responden
riwayat keturunan.
4. Riwayat preeklampsia
terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru (materi
preeklampsia meningkat hingga 7 kali lipat (RR 7,19 95%CI 5,85-8,83) pada
yang buruk.
16
Penelitian yang dilakukan Moghadam et al (2012) menunjukkan bahwa
value 0,001 OR 21,5 95% CI 14,2 - 32,5). Hubungan sistem imun dengan
5. Kehamilan ganda
dengan kehamilan kembar memiliki 7.44 risiko yang lebih tinggi untuk
tunggal.
17
6. Hipertensi kronik
dengan AOR = 4,3 (95% CI 1,33 - 13,9) menjukkan bahwa wanita dengan
hipertensi yang sudah ada sebelumnya sekitar 108 empat kali lebih mungkin
G. Komplikasi Preeklampsia
Komplikasi ibu
18
1. Eklampsia
Kejang yang timbul merupakan kejang umum dan dapat terjadi sebelum,
3. Kerusakan ginjal
plasma hampir dua kali lipat dibanding kadar normal selama hamil.
19
menyebabkan filtrasi natrium menurun yang menyebabkan retensi garam
dan juga terjadi retensi air. Filtrasi glomerulus pada preeklampsia dapat
4. Perdarahan otak
sel hati. Sel hati mengalami nekrosis yang diindikasikan oleh adanya
hati membesar dalam kapsul hati. Hal ini dirasakan oleh ibu sebagai nyeri
epigastrik.
edema paru disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel
eklampsia. Selain itu, gangguan jantung akibat hipertensi dan kerja ekstra
20
jantung untuk memompa darah ke dalam sirkulasi sistemik yang
H. Penatalaksanaan Preeklampsia
penatalaksanaan adalah keselamatan ibu dan kelahiran janin hidup yang tidak
1. Preeklamsi ringan
sewaktu-waktu. Adanya gejala seperti sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan
21
tekanan darahnya setiap 4 jam, pemeriksaan klirens kreatinin dan protein total
seminggu 2 kali, tes fungsi hati, asam urat, elektrolit, dan serum albumin
trombosit. Perkiraan berat badan janin diperoleh melalui USG saat masuk
badan, ekskresi protein pada urin 24 jam, dan hitung trombosit begitu pula
nyeri kepala, nyeri epigastrium, dan gangguan penglihatan. Bila ada tanda-
induksi persalinan pada preeklamsi ringan dan keadaan servik yang matang
(skor Bishop >6) untuk menghindari komplikasi maternal dan janin. Akan
pada kehamilan muda. Saat ini tidak ada ketentuan mengenai tirah baring,
hospitalisasi yang lama, penggunaan obat anti hipertensi dan profilaksis anti
22
kecuali tekanan darah melonjak dan usia kehamilan 30 minggu atau kurang.
karena mempengaruhi denyut jantung istirahat janin dan karena salah satunya
keuntungan tirah baring baik di rumah maupun di rumah sakit walaupun tirah
persalinan prematur pada pasien yang tirah baring di rumah. Namun, tidak
bervariasi antar penelitian. Oleh karena itu tidak terdapat keuntungan yang
NST dan USG terhadap volume cairan amnion. Hasil NST non reaktif
(L:S ratio) tidak umum dilakukan karena persalinan awal akibat indikasi ibu,
23
preeklamsi, maka monitor terhadap janin dilakukan secara berkelanjutan
2. Preeklamsi berat
merupakan terapi definitif jika preeklamsi berat terjadi di atas 36 minggu atau
terdapat tanda paru janin sudah matang atau terjadi bahaya terhadap janin. Jika
progresif sehingga menyebabkan pemburukan pada ibu dan janin. Oleh karena
disfungsi multiorgan, atau gawat janin atau ketika preeklamsi terjadi sesudah
pada wanita dengan preeklamsi berat yang belum aterm dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas neonatal. Namun, karena hanya 116 wanita yang
menjalani terapi konservatif pada penelitian ini dan karena terapi seperti itu
24
mengundang risiko bagi ibu dan janin, penatalaksanaan konservatif hanya
dikerjakan pada pusat neonatal kelas 3 dan melaksanakan observasi bagi ibu dan
wanita dengan preeklamsi ringan dan keadaan serviks yang sesuai harus
perdarahan. Ibu hamil harus diberikan magnesium sulfat dalam waktu 24 jam
bertumpu pada tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih tinggi. Beberapa ahli
menganjurkan mulai terapi pada tekanan diastolik 105 mmHg , sedangkan yang
lainnya menggunakan batasan tekanan arteri rata-rata > 125 mmHg. Tujuan dari
terapi adalah menjaga tekanan arteri rata-rata dibawah 126 mmHg (tetapi tidak
lebih rendah dari 105 mmHg) dan tekanan diastolik < 105 mmHg (tetapi tidak
lebih rendah dari 90 mmHg). Terapi inisial pilihan pada wanita dengan
25
bolus. Dosis tersebut dapat diulangi bila perlu setiap 20 menit sampai total 20
mg. Bila dengan dosis tersebut hidralazin tidak menghasilkan perbaikan yang
diinginkan, atau jika ibu mengalami efek samping seperti takikardi, sakit kepala,
atau mual, labetalol (20 mg IV) atau nifedipin (10 mg oral) dapat diberikan.
Akan tetapi adanya efek fetal distres terhadap terapi dengan hidralazin, beberapa
Pada 9 penelitian acak yang membandingkan hidralazin dengan obat lain, hanya
satu penelitian yang menyebutkan efek samping dan kegagalan terapi lebih
berat dan jika hidralazin intra vena telah diberikan berulang kali pada awal
hipertensi kembali muncul pada wanita post partum, labetalol oral atau diuretik
kehilangan darah selama persalinan. Oliguri merupakan hal yang biasa terjadi
Pengontrolan perlu dilakukan secara rasional karena pada wanita eklamsi telah
ada cairan ekstraselular yang banyak yang tidak terbagi dengan benar antara
cairan intravaskular dan ekstravaskular. Infus dengan cairan yang banyak dapat
26
menambah hebat maldistribusi cairan tersebut sehingga meninggikan risiko
Pada masa lalu, anestesi dengan cara epidural dan spinal dihindarkan pada
hipotensi yang ditimbulkan akibat blokade simpatis. Ada juga pertimbangan lain
yaitu pada keamanan janin karena blokade simpatis dapat menimbulkan ipotensi
berat. Selain itu, klinisi yang lebih menyenangi anestesi epidural menyatakan
bahwa pada anestesi umum dapat terjadi penigkatan tekanan darah tiba-tiba
akibat stimulasi oleh intubasi trakea dan dapat menyebabkan edema pulmonal,
edema serebral dan perdarahan intrakranial. Pada penelitian yang dilakukan oleh
dengan cara seksio sesarea pada wanita preeklamsi berat jika langkah-langkah
dapat menurunkan tekanan darah, telah dibuktikan bahwa tidak ada keuntungan
dapat ditarik adalah anestesi epidural aman digunakan selama persalinan pada
terhadap hipertensi.
27
a. Indikasi ibu
b. Indikasi janin
- IUGR berat
- Oligohidramnion.
uji kocok dan rasio L/S, maka penanganan adalah sebagai berikut :
ada kontraindikasi )
28
- Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor,
keadaan.
minggu
cc
dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari
29
c. Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema paru dan
mengedan
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PELAKSANAAN ASUHAN
30-12-2022 Jam 10.30 WIB di Ruang Bersalin Di RSUD Mayjen H.A Thalib
IDENTITAS PASIEN
Melayu/Indonesia
31
Alamat : Ds Lawang Agung Rt V Kec Pondok Tinggi Kota Sungai Penuh
A. DATA SUBJEKTIF
2. Riwayat Perkawinan
Status menikah, pernikahan pertama, ibu menikah pada usia 23 tahun, usia
3. Riwayat Menstruasi
Menstruasi pertama saat usia 13 tahun, banyaknya 2-3 kali ganti pembalut dalam
merah tua dan tidak ada gumpalan, setiap menstruasi mengalami nyeri tekan
pada perut bagian bawah saat menstruasi hari pertama dan kedua namun tidak
4. HPHT : 01-04-2022
5. HPL : 08 -01-2023
6. UK : 39 minggu
32
7. Riwayat Kehamilan ini:
a. Riwayat ANC
c. Imunisasi TT
menikah.
9. Riwayat Kesehatan
dan sifilis) dan penyakit keturunan (seperti tekanan darah tinggi, gula, asma,
menular (seperti HIV, hepatitis, dan sifilis) dan penyakit keturunan (seperti
c. Riwayat operasi
33
Ibu mengatakan didalam keluarga ibu maupun keluarga suaminya tidak ada
a. Nutrisi
Ibu mengatakan makan terakhir tanggal 30-12-2022 07.00 WIB, jenis nasi
sayur lauk, porsi 1 piring. Minum terakhir tanggal 30-12-2022 jam 09.00
b. Eliminasi
kuning jernih, bau khas urin, tidak ada keluhan. BAB terakhir terakhir
c. Istirahat
11. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual (kesiapan menghadapi proses persalinan)
a. Pendamping persalinan
34
Ibu merasa cemaskarena sudah merasakan kenceng-kenceng dan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : composmentis
Suhu : 36, 0C
Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
c. Berat Badan :
Sebelum hamil : 48 kg
Kunjungan ini : 64 kg
e. IMT : 28.07
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
35
b. Muka
c. Mata
d. Hidung
e. Mulut
f. Telinga
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan vena
jugularis eksterna.
h. Dada (payudara)
Simetris, tidak ada retraksi kulit payudara, puting susu menonjol, tidak ada
i. Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk bulat, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada striae gravidarum
2) Palpasi
36
a) Leopold 1
melenting.
b) Leopold 2
Bagian kanan teraba keras, memanjang, ada tahanan dan bagian kiri
c) Leopold 3
d) Leopold 4
3) TFU Mc.Donald : 29 cm
4) Auskultasi :
kali/menit, teratur.
j. Ekstremitas
1) Atas
Tidak ada oedema, kuku tidak pucat, ektremitas kiri terpasang infus RL
300 cc 20 tpm.
2) Bawah
37
1) Vagina
Sudah keluar lendir darah, tidak ada pembesaran pada kelenjar bartolini
3) Pemeriksaan Dalam
c) Hasil :
STLD (-)
4. Pemeriksaan laboratorium
Golongan darah :B
GDS : 91 mg/ml
Protein urin : ++
C. ASSESMENT
1. Diagnosa kebidanan
38
G3P2A0 usia kehamilan 39-40 minggu, Janin Tunggal Hidup intrauterin, letak
memanjang, pungung kanan, Preskep sudah mauk PAP, inpartu kala 1 fase laten
2. Masalah
3. Kebutuhan
uterus
39
h. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
D. PERENCANAAN
7. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
8. Jelaskan mekanisme proses persalinan dan tehnik untuk mengurangi rasa sakit
E. PELAKSANAAN
2. Memberikan informasi hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu berada dalam
pembukaan kala 1 fase laten pada proses persalinan dengan hasil pemerikaan
pembukaan 2 cm.
40
Kesadaran : compos mentis
7. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus,
Pkl. 14.30 WIB pembukaan 2 cm, 2 cm, his 1/10’/10” , rasa mulas terasa
persalinan
MGSO4 20% IM
Ketorolac 1 amp IV
Cefriaxone 2x1gr IV
Dopamed 500ml
41
Hari/Tanggal : 30-12-2022 Pukul : 14.30 WIB
A. DATA SUBYEKTIF : pasien mengatakan pusing sedikit, rasa mulas diperut bawah
B. DATA OBYEKTIF :
TD : 110/70 mmhg,
Nadi 80 x/menit,
intrauterin, letak memanjang, pungung kanan, Preskep sudah mauk PAP, inpartu
D. PERENCANAAN :
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
42
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam melanjutkan pemberian terapi
E. PELAKSANAAN
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu berada dalam
pembukaan kala 1 fase laten pada proes persalinan dengan hasil pemerikaan
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus,
Pkl. 18.30 WIB pembukaan 2 cm, 2 cm, his 1/10’/10” , rasa mulas terasa
persalinan
Ketorolac 1 amp IV
Cefriaxone 2x1gr IV
43
Hari/Tanggal : 31-12-2022 Pukul : 08.30 WIB
A. DATA SUBYEKTIF : pasien mengatakan pusing sedikit, rasa mulas diperut bawah
B. DATA OBYEKTIF :
intrauterin, letak memanjang, pungung kanan, Preskep sudah mauk PAP, inpartu
D. PERENCANAAN :
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
44
E. PELAKSANAAN
1. Memberikan informasi hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu berada dalam
pembukaan kala 1 fase laten pada proes persalinan dengan hasil pemerikaan
Pkl. 08.30 WIB pembukaan 2 cm, his 1/10’/10” , rasa mulas terasa sedikit, tidak
persalinan
Ketorolac 1 amp IV
Cefriaxone 2x1gr IV
45
Misoprostol 1/ 4 tab dibawah forniks per 6 jam dihentikan dan pasien
46
BAB IV
PEMBAHASAN
dilakukan di RSUD Mayjen H.A Thalib Sungai Penuh. Pada bab ini, penulis akan
membandingkan antara tinjauan kasus pada Ny”N” dengan Preeklamsia Berat di RSUD
Mayjen H.A Thalib Sungai Penuh dengan teori tentang preeklamsia berat.
ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spiritual (Nurhayati
dkk, 2013). Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut saya dapatkan
dengan mengadakan wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian
Pengkajian data dasar pada kasus preeklamsia ringan pada masa kehamilan dilakukan
meliputi anamnesis langsung yang diperoleh dari pasien, dan keluarga pasien.
Pengkajian ini berupa identitas pasien, data biologis/fisiologis yang meliputi: keluhan
riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan dan penyakit keluarga, riwayat sosial
47
budaya, dan riwayat fungsi kesehatan. Pengkajian data objektif di peroleh melalui
pemeriksaan USG. Pada langkah awal dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Tanggal 30 Desember 2022
Ny”N”, usia 30 tahun, G3P2A0 datang di RSUD Mayjen H.A Thalib Sungai Penuh
dengan keluhan sakit kepala, sering pusing dan pembengkakan pada kedua kaki. Ibu
Sesuai dengan hasil penelitian (Yogi, dkk. 2014) mengatakan bahwa ibu hamil
yang usianya ≥35 tahun mengalami banyak komplikasi, karena pada usia tersebut
kelemahan fisik dan terjadi perubahan pada jaringan dan alat kandungan serta jalan
lahir tidak lentur lagi. Salah satu penyakit yang timbul pada usia tersebut biasanya
hipertensi dan juga hampir semua ibu hamil mengalami preeklamsia ringan dengan usia
≥35 tahun. Ibu tidak pernah mengalami trauma selama hamil, tidak memilki riwayat
hipertensi sebelumya, tidak ada riwayat asma, jantung, DM dan tidak ada riwayat
pasien terpenuhi dengan baik, istirahat cukup, aktivitas pasien tetap melakukan
Pada ibu hamil yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya lebih
signifikan mengalami preeklamsia pada kehamilan berikutnya karena seorang ibu hamil
berat seperti tekanan darah ≥160/110 mmHg disertai pembengkakan pada wajah atau
48
tungkai dan pemeriksaan penunjang ditemukan proteinuria (Sutrimah dkk. 2015 vol 6
No 2). hasil pemeriksaan dengan Berat Badan ibu 64 kg, pemeriksaan fisik dengan hasil
kesadaran komposmentis, keadaan umum ibu baik, tekanan darah 170/90 mmHg, nadi
86x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,ºC, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
oedema, kedua konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, kelenjer tiroid dan vena jugularis, payudara tampak hyperpigmentasi pada areola
mammae. Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu Tinggi Fundus Uteri (TFU) 1
jr bawah px, 29 cm, punggung kanan, presentasi kepala, terdengar jelas dan kuat denyut
jantung janin di kuadran kiri bawah perut ibu dengan frekuensi 142x/menit secara
teratur, dan oedema pada kedua kaki dan keadaan janin baik dan ibu dengan
+1, Reduksi: Negatif (-). Pemeriksaan USG yaitu: tunggal, hidup, presentasi kepala,
ringan apabila proteinuria +1 (Nugroho, Taufan, 2012: 10). Kunjungan kedua, hasil
pemeriksaan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. Ibu mengeluh masih
merasakan sedkit pusing dan sakit kepala. Saat dilakukan pemeriksaan tandatanda vital
inu didapatkan hasil Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernafasan 20x/
menit, Suhu 36,8ºC, berat badan ibu 64 kg, pada pemeriksaan fisik terfokus didapatkan
hasil tidak oedema pada wajah, konjungtiva merah muda dan sclera putih pada mata.
kanan. Denyut jantung janin terdengar kuat dan jelas di kuadran kanan bawah perut ibu
49
dengan frekuensi 142x/menit secara teratur, dan oedema pada kedua kaki, pembukaan
2 cm, his 1/10’/10” , rasa mulas terasa sedikit, tidak ada lendir darah, ketuban utuh.
Kunjungan ketiga dengan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, kesadaran
kompusmentis, berat badan ibu 64 kg, dengan keluhan sakit kepala dan pusing yang
dirasakan sudah hilang, Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil
tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,7ºC,
pembukaan 2 cm, his 1/10’/10” , rasa mulas terasa sedikit, tidak ada lendir darah,
ketuban utuh.
dan diastolik ≥140/90 mmHg dan proteinuria kualitatif 1 sampai kualitatif 2 (Poon,
Nicolaides. 2014: 10). Adapun tanda dan gejala preeklamsia berat menurut teori
tekanan darah ≥160/90 mmHg, pemeriksaan tes celup urin dengan Proteinuria
menunjukkan ≥300 mg/24 jam atau +1, kenaikan berat badan 1kg dalam seminggu,
bengkak pada wajah atau tungkai sedangkan gejala yang sering timbul yaitu sakit
Sedangkan pada kasus Ny”N” setelah dilakukan pengumpulan data dan pemeriksaan
didapatkan keluhan berupa ibu merasa sakit kepala dan mengeluh pusing dan
oedema pada kedua kaki. Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori
dengan gejala yang timbul pada kasus preeklamsia ringan pada masa kehamilan,
sehingga saya tidak ada hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data data
baik klien maupun keluarga dalam hal ini ibu selalu terbuka untuk memberikan
50
informasi sesuai dengan data yang diperlukan yang berhubungan dengan keadaan ibu
sehingga mempermudah dalam mengumpulkan data. Hal ini membuktikan bahwa tidak
tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, Dalam kasus ini, tidak ada indikasi yang
mengharuskan ibu untuk diberikan tindakan segera, terkecuali ketika ibu datang dengan
keadaan syok, tidak sadarkan diri atau pigsan maka dapat dilakukan tindakan segera
untuk pemasangan oksigen. pada kasus Ny”N” didapatkan hasil pemeriksaan yang
menunjukkan bahwa keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, pada saat
hasil bahwa ibu mengalami preeklamsia berat dengan tekanan darah 170/90 mmHg,
proteinuria +1, terdapat pembengkakan pada kedua kaki, ibu mengeluh sakit kepala dan
2012: 165), pada kasus preeklamsia pasien harus dilakukan rawat inap untuk dilakukan
terminasi kehamilan. Dan dilakukan terapi memasang cairan infus cairan infus RL,
MGSO4 40% 15cc drip 20tts RL, MGSO4 20% IM, Dexametason 2x2 amp IV,
Ketorolac 1 amp IV, Cefriaxone 2x1gr IV, Dopamed 500ml, Nifedipine 10 ml 3x1
sublingual dan Misoprostol 1/ 4 tab dibawah forniks per 6 jam. Pemberian anti
yang sesuai kebutuhan pasien pada Ny”N” dengan kasus preeklamsia berat pada masa
51
kehamilan yaitu, memberikan informasi hasil pemeriksaan, memonitor tekanan darah
tiap 4 jam, monitor DJJ tiap 4 jam, monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan
persalinan dan tehnik untuk mengurangi rasa sakit dan melakukan kolaborasi dengan
tim medis dalam melanjutkan pemberian terapi. Rencana asuhan yang telah disusun
berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat
kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah
Pada pelaksanaan evaluasi tanggal pada Ny”N” pada tanggal 31 Desember 2022
pukul 08.30 WIB, yaitu keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, tekanan
darah dari 110/70 mmHg, DJJ 142 x/menit, pembukaan 2 cm, his 1/10’/10” , rasa
mulas terasa sedikit, tidak ada lendir darah, ketuban utuh. Pemberian misoprostol
diForniks posterior tidak mengakibatkan his yang adekuat pada tindakan persalinan
pada Ny “N” sehingga dokter mengambil langkah untuk terminasi kehamilan dengan
Sectio Secaria.
52
BAB V
A. Kesimpulan
dalam 24 jam (+3 atau +4), oliguria, nyeri epigastrium gangguan pengelihatan.
Dalam keadaan preeklamsia berat, jika tidak ditangani segera maka pasien akan
mengalami kejang/ sudah dalam tahap eklamsia. Banyak pasien yang berpotensi
dalam preeklamsia berat antara lain karena factor genetik (keturunan/ riwayat
agar preeklamsia menjadi berat atau bahkan menjadi eklamsia, perlu dipantau
dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu pertambahan berat badan yang terlalu
besar setiap minggu, tekanan darah tinggi serta kadar protein dalam urine.
1. Pengumpulan data dasar pada Ny”N” dengan preeklamsia berat pada masa
terjadi pada Ibu dan mengantisipasi terjadinya gawat janin, bahkan kematian
yang bisa terjadi pada janin, namun semua masalah potensial tidak akan terjadi
53
3. Telah mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny”N”
dengan preeklamsia berat dengan hasil bahwa pada kasus ini telah dilakukan
tindakan kolaborasi.
dengan preeklamsia berat dengan hasil yaitu semua tindakan yang telah
hambatan.
preeklamsia berat dengan hasil yaitu asuhan yang telah diberikan berhasil
dengan ditandai perubahan tekanan darah dari 170/90 mmHg menjadi 110/70
mmHg dan proteinuria +1, pembukaan 2 cm, his 1/10’/10” , rasa mulas terasa
sedikit, tidak ada lendir darah, ketuban utuh. Pemberian misoprostol diForniks
posterior tidak mengakibatkan his yang adekuat pada tindakan persalinan pada
54
B. Saran
1. Untuk klien
diet makanan tinggi protein, tinggi lemak dan konsumsi garam jangan
dikurangi.
kehamilan.
diberikan.
4. Untuk bidan
diketahui rasional setiap tindakan yang diberikan kepada klien dan harus
diinginkan.
55
5. Untuk institusi
profesional.
56
DAFTAR PUSTAKA
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia Menurut
WHO Tahun 2014 (http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/
123456789/50561/Chapter %20I.pdf?sequence=5 . Diakses tanggal 01 mei 2017
jam 18.00 wita) Bothamley, J.,
Bartini, Istri. 2012. ANC : Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal (ASKEB 1)
Dilengkapi Panduan Praktikum dan Senam Hamil. Yogyakarta. Nuha Medika
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan: Kehamilan. Yogyakarta. C.V
ANDI OFFSET. Kementrian Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 2013
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: 2013.
Fitramaya. 2012 Marmi, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. Mangkuji Betty. 2013. Asuhan Kebidanan Tujuh Langkah Varney.
Jakarta. EGC.
N.R, Kun Ika. 2012. “Hubungan antara BBLR, Kelahiran Prematur dan Kematian
Janin Dengan Terjadinya Preeklamsia Ringandi RSUD Gambiran kota Kediri”.
Jurnal Ilmiah Perawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomor 2.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
57